Anda di halaman 1dari 65

TATA KELOLA CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSBILITY) PT

SOLUSI BANGUN INDONESIA DI TENGAH MASA PANDEMI


COVID-19

SKRIPSI

Dosen Pembimbing : Bahruddin, S.Sos., M.Sc., Ph.D.

Disusun Oleh :

Muhammad Harrafi Mulki (18/428244/SP/28453)

Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Judul pada penelitian merupakan hal penting yang akan memberikan gambaran
kepada para pembaca mengenai garis besar penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Baik itu berupa makalah, artikel jurnal, skripsi, tesis, ataupun penelitian
lainnya. Sehingga pada penelitian ini, peneliti berusaha menempatkan judul yang akan
memberikan gambaran besar dari penelitian yang dilakukan. Peneliti mengambil judul
penelitian “Tata Kelola CSR (Corporate Social Responsibiliy) PT Solusi Bangun
Indonesia Di Tengah Masa Pandemi Covid-19”.

Pertimbangan peneliti menaruh judul tersebut pada penelitian ini didasarkan


kepada beberapa alasan. Pertama, relevansi terhadap keilmuan jurusan PSdK.
Relevansi ini tentunya mengarah kepada pembahasan-pembasahan yang ada pada
keilmuan PSdK. Kedua adalah aktualitas, tentang fenomena yang terjadi masa kini.
Ketiga adalah orisinilitas, mengenai konfirmasi bahwa penelitian yang dilakukan pada
penelitian ini tidak mengandung unsur hak cipta peneliti lain.

1.1.1 Relevansi Keilmuan PSdK

Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan salah satu


prodi / jurusan yang berada di Universitas Gadjah Mada. Departemen PSdK
mempunyai tiga fokus pengembangan kajian yakni Empowerment, Kebijakan Sosial
dan CSR (Corporate Social Responsibility). Sebagai upaya dalam mengarahkan
masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Kajian-kajian tersebut
memiliki fokus pada masing-masing aspeknya. Pada penelitian ini. Arah fokus
tujuannya mengarah kepada kajian CSR (Corporate Social Responsibility).

Salah satu fokus pada kajian CSR meruanglingkupi tentang bagaimana


tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat, lingkungan ataupun para
pemangku kepentingan lainnya sebagai akibat dari adanya aktivitas / operasionalisasi /
keputusan petinggi perusahaan yang menyebabkan dampak negatif (ISO 2600000).
Tanggung Jawab tersebut dapat dimanifestasikan kedalam bentuk - bentuk bantuan
program pemberdayaan, program pelestarian, serta program lainnya sehingga terdapat
keberlanjutan pembangunan yang dikontribusikan oleh perusahaan kepada para
pemangku kepentingan.

Kajian CSR pada keilmuan PSdK tentunya juga membahas mengenai tata
kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan yang menerapkan pengelolaan CSR
didalamnya adalah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
(Fitri dan Mugi, 2020). Pengelolaan CSR yang perusahaan terapkan, akan membantu
mewujudkan keberlanjutan pembangunan baik dari segi masyarakat melalui
pembangunan ekonomi, ataupun dari lingkungan melalui pembangunan kelestarian
alam (Sunaryo, 2013). Pada pembahasan keilmuan PSdK, banyak disebutkan
mengenai pengaruh-pengaruh perusahaan yang akan memberikan kontribusi kepada
masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian, penelitian ini relevan dengan kajian
yang ada pada departemen PSdK.

1.1.2 Aktualitas

Makna aktualitas pada kalimat ini menandakan bahwa penelitian yang


dilakukan kemudian akan merespon kejadian-kejadian faktual ataupun kejadian-
kejadian masa kini. Pada penelitian ini, aspek aktualitas yang peneliti angkat adalah
mengenai fenomena pandemi covid-19 yang muncul diawal tahun 2020 kemarin
(kasus Indonesia) dan selanjutnya proses perubahan pengelolaan CSR PT Solusi
Bangun Indonesia dalam merespon pandemi covid-19 tersebut.

Pada tahun-tahun awal kemunculan covid-19 di Indonesia, fenomena pandemi


covid-19 ini menyebabkan berbagai permasalahan ditengah-tengah masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh ketidaksiapan mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang
ditimbulkan pandemi covid-19 (Andina, dkk. 2021). Mulai dari permasalahan
ekonomi, psikologi, emosional, dan tata cara kehidupan bermasyarakat (Worldometer,
2020 dalam Ellen, 2020). Selain itu, data statistik yang pemerintah Indonesia
keluarkan melalui website resminya menunjukkan bahwa kasus penularan covid-19 di
Indonesia tiap harinya masih terus ada dan belum hilang hingga saat ini.

Melalui program CSR, perusahaan dapat membantu masyarakat menangani


permasalahan-permasalahan yang ada dimasa pandemi covid-19 (Silviana, 2021).
Namun, tentunya perusahaan dalam hal ini harus melakukan perubahan pegelolaan
CSR yang mana sebelumnya, mereka sudah rencakan dan mereka akan terapkan
ditahun ini ataupun tahun berikutnya. Proses perubahan ini lah yang kemudian
menarik untuk peneliti teliti dikarenakan fenomena pandemi covid-19 yang muncul
secara tiba tiba dan memengaruhi berbagai macam sektor. Mulai dari sektor
pemerintah, sektor private, ataupun masyarakat itu sendiri. Hingga terdapat penelitian
yang menyebutkan bahwa pandemi covid-19 merupakan fenomena “Unprecedented
Crises” pada penelitian Corey Fox, dkk (2020). Dengan demikian, tentunya pada
penelitian ini akan memenuhi aspek aktualitas.

1.1.3 Orisinilitas

Aspek orisinilitas menandakan bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak


melanggar hak cipta peneliti lain. Peneliti mempertimbangkan berbagai hal agar tidak
memiliki kesamaan penelitian ataupun melakukan copyright. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan PT Solusi Bangun Indonesia sebagai objek penelitian. Pada
pencaharian peneliti untuk mencari artikel jurnal ataupun skripsi mahasiswa lain
melalui jejaring media internet. Peneliti tidak menemukan bahwa PT Solusi Bangun
Indonesia sudah dijadikan objek penelitian terkait dengan perubahan pengelolaan
CSR dimasa pandemi covid-19.

Selanjutnya, aspek penelitian lainnya yang peneliti angkat adalah perubahan


pengelolaan CSR dimasa pandemi covid-19. Kemudian, penelitian ini juga
menggunakan beberapa teori yang relevan dengan kasus yang peneliti angkat dan
melakukan elaborasi teori secara mandiri melalui proses membaca dari artikel-artikel
penelitian sebelumnya. Untuk desain penelitian, peneliti menyesuaikan dengan
kebutuhan penelitian itu sendiri. Sehingga dalam hal ini, peneliti berusaha semaksimal
mungkin untuk menghindari aspek pelanggaran hak cipta peneliti lain. Isu mengenai
proses adaptasi pengelolaan CSR perusahaan dimasa pandemi covid-19 untuk
membantu masyarakat memang sudah banyak dibahas oleh penelitian-penelitian
sebelumnya. Untuk membuktikan bahwa penelitian ini mengandung aspek orisinilitas.
Peneliti ingin membawa beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini.

a. Penelitian dari Dewi Retno Budiastuti tahun 2021 yang berjudul “Peran
CSR Perusahaan Pada Masa Pandemi Covid 19” dan diterbitkan oleh
portal jurnal Yayasan Akrab Pekanbaru ini menyebutkan bahwa pandemi
covid-19 menimbulkan berbagai permasalahan dimasyarakat. Pandangan
Dewi pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa CSR dirasa sebagai
angin segar bagi masyarakat yang terdampak masalah-masalah tersebut.
Dewi mengidentifikasi program CSR melalui perusahaan-perusahaan
seperti PT Semen Batu Raja, Sinar Mas, dan Kimia Farma sebagai objek
penelitiannya dan menggunakan kacamata economic responsibilities, legal
responsibilities, dan social responsibilities sebagai alat analisis. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa program CSR yang dihasilkan oleh PT
Semen Batu Raja diantaranya adalah program Rumah Kreatif BUMN
sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap para pelaku UMKM yang
nasibnya masih belum menentu dimasa pandemi covid. Selain itu, PT
Semen Batu Raja juga memberikan pelatihan keterampilan bagi para
pelaku UMKM untuk bisa melihat peluang bisnis dimasa pandemi covid-
19 dengan mengajari mereka bagaimana cara membuat masker. PT Semen
Batu Raja memberikan pelatihan branding kepada pelaku UMKM, dan
juga strategi konten marketing ataupun copy writing dan pencatatan
keuangan digital sebagai tambahan keterampilan. Kemudian tidak kalah
pentingnya adalah partisipasi para pelaku UMKM dalam melakukan
membantu merumuskan pengelolaan CSR sehingga program CSR bisa
tepat sasaran dengan memberikan saran masukkan kepada pengelola CSR.
Perusahaan selanjutnya adalah Sinar Mas. Perusahaan ini melalui
identifikasi Dewi menyebutkan bahwa program CSR mereka dimasa
pandemi covid antara lain adalah memberikan suplemen herbal bagi
Pewarta Foto Indonesia di Jakarta dan Jurnalis Media Siber yang
tergabung kedalam Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Selanjutnya,
Sinar Mas melalui program CSRnya juga membagi-bagikan bantuan
pangan kepada masyarakat dengan total sumbangan 1000 bahan pangan
yang berisikan gas, beras, gula, minyak goreng, sarden, dan kecap manis.
Anak perusahaan Sinar Mas yakni Smartfreen memberikan bantuan 1000
kartu perdana Kuota Nonstop kepada lima sekolah negeri (SDN) di
Banjarmasin, Kalimantan Selatan agar bisa melakukan proses
pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi covid. Kemudian
komunitas Sinar Mas yakni Yayasan Muslim Sinar Mas Land memberikan
1000 masker kepada Forum Masjid Musala BSD City (FMMB) sebagai
bentuk upaya pencegahan dan penularan covid-19 diarea ibadah umat
muslim. Selanjutnya terakhir adalah Kimia Farma. Pada program CSR
Kimia Farma, Dewi menyebutkan bahwa program CSR perusahaan
tersebut antara lain adalah membantu masyarakat yang mengganggur
dengan memberikan keterampilan melalui Program Bina Desa dan
Program Kebun Hidropnik. Kemudian program klinik apung, program
bidan inspiratif dan program pulau sehat untuk membantu pemerintah
dalam meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat dimasa
pandemi covid-19.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Hasnati, Sandra D, dan Andrew S tahun
2021 dengan judul “Implementasi CSR PT Asia Forestama Raya Terhadap
Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Pada Pandemi Covid-19”
menyebutkan bahwa kontribusi PT Asia Forestama Raya dalam
mendukung perekonomian masyarakat melalui program CSRnya adalah
dengan memberikan jalan atau menjembatani masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi mereka yang sedang mengalami kesulitan
ekonomi kepada Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru. Program ini muncul
dikarenakan adanya dorongan atau paksaaan melalui sanksi administratif
di Kota Pekanbaru jika perusahaan tidak menjalankan program CSR.
Padahal, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PT Asia Forestama Raya
sedang mengalami kesulitan pada kondisi keuangannya atau bisa dikatakan
tidak stabil. Pada penelitiannya, Hasnati, dkk melihat program CSR di
perusahaan tersebut melalui kacamata hukum sosiologis yang mana tataran
penelitiannya didasarkan kepada garis-garis hukum. Mulai dari Pasal 74
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang mewajibkan
perusahaan dibidang ekstratif untuk melakukan program CSR dan Pasal 10
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Provinsi Riau. Hasnati, dkk
berupaya melihat implementasi CSR PT Asia Forestama Raya melalui
kacamata hukum sosiologis yang mengisyaratkan bahwa mau tidak mau,
suka ataupun tidak suka. Perusahaan harus tetap menjalankan program
CSR meskipun dimasa sulitnya.

Dengan melihat kedua penelitian diatas, tentunya penelitian ini akan memiliki
perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan yang dimaksud adalah
objek penelitian, penggunaan teori dan elaborasi teori serta metode penelitian sebagai
prosedur penelitian. PT Solusi Bangun Indonesia sebagai objek yang akan diteliti,
mengingat bahwa penelitian yang berkaitan dengan PT Solusi Bangun Indonesia
dimasa pandemi covid-19 masih belum ditemukan. Selanjutnya penggunaan teori dan
elaborasi teori yang mana menggunakan hasil membaca dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Terakhir adalah metode penelitian yang merujuk pada kebutuhan
penelitian itu sendiri.

1.2 Latar Belakang

Virus covid-19 adalah penyakit epidemiologi yang ditandai dengan infeksi


pertama di Wuhan, China. Virus tersebut terus mewabah keberbagai penjuru dunia,
adanya virus ini membuat dunia diguncang dengan hebat (Idah, dkk. 2020). Termasuk
salah satunya adalah Indonesia. Pandemi covid-19 merupakan fenomena faktual yang
terjadi masa kini dan menyebabkan berbagai macam gangguan pada sendi-sendi
kehidupan. Masyarakat mengalami permasalahan emosional, psikologi, ekonomi, dan
budaya (the way of life) (Worldometer, 2020 dalam Ellen, 2020). Berbagai masalah
ini, timbul akibat dari adanya ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi pandemi
covid-19 (Andina, dkk. 2021). Kondisi ini memicu berbagai perubahan relasi antara
perusahaan dan masyarakat. Relasi perusahaan dan masyarakat juga mengalami
perubahan yang radikal akibat adanya pandemi covid-19 (Adreas K, dkk. 2021).

Menurut data statistic mengenai penyebaran covid-19 di Indonesia. Angka


kenaikan penyebaran covid-19 tiap bulan ditahun 2020 terus meningkat hingga kasus
positif terkonfirmasi 7.000 orang (paling tinggi selama tahun 2020). Masuk awal
tahun 2021. Pada bulan Januari-Juni kasus penyebaran covid-19 memiliki angka yang
fluktuatif dan melonjak pesat dengan kasus konfirmasi covid-19 sekitar 32.000
(terkonfirmasi positif) dibulan Juli hingga bulan Agustus sekarang
(https://covid19.go.id/peta-sebaran)

Di Indonesia dan juga negara lainnya, pemerintah selaku pemegang kekuasaan


tertinggi memiliki tanggungjawab untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
akibat penyebaran pandemi covid-19 (Aya dan Cindy, 2021). Tanggungjawab yang
diemban pemerintah dimanifestasikan dengan menerapkan beberapa kebijakan dasar
dalam menanggulangi masalah-masalah yang muncul. Beberapa kebijakan yang
diterapkan pemerintah antara lain fokus utuk memutus mata rantai penyebaran covid-
19 melalui pemberlakuan pembatasan sosial skala besar, pembatasan kegiatan
masyarakat, pemulihan ekonomi nasional, bantuan sosial, intensif pajak bagi wajib
pajak, stimulus perekonomian, re-alokasi dana anggaran untuk percepatan
penanggulangan covid-19 dan kebijakan-kebijakan lainnya (I Wayan, 2020; Noni,
2021; Nurul H, dkk. 2021).

Pada hakikatnya, proses penerapan kebijakan penanggulangan covid-19 yang


diinisiasi oleh pemerintah mempunyai harapan untuk menyegerakan pemulihan
kesehatan, ekonomi, sosial, budaya dan aspek-aspek lainnya. Sehingga, sirkulasi
ataupun perputaran kehidupan dimasyarakat dapat kembali dalam keadaan normal.
Namun demikian. Berbagai macam program yang dikeluarkan oleh pemerintah dirasa
kurang efektif selama pandemi berlangsung, hal ini tercermin dari banyaknya
evaluasi-evaluasi peneliti yang menemukan hasil temuannya dengan kesimpulan
masih kurang efektifnya program-program pemerintah. (I Wayan, 2020; Noni, 2021;
Nurul H, dkk. 2021, Hendra W. 2020, dkk.).

Seperti pada Penelitian yang dilakukan oleh Hendra Wijayanto (2020) yang
berjudul “Menakar Efektivitas PSBB dalam Penanggulangan Covid-19”. Hendra
menyebutkan bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
Indonesia masih belum efektif dilakukan, mengingat persebaran covid-19 masih terus
meningkat. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya adalah masih kurangnya
kesadaran masyarakat akan kebijakan PSBB, adanya dilema masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup dengan mematuhi aturan PSBB serta masih belum
terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengenai
distribusi kebijakan PSBB.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Noni Noerkaisar (2021) tentang


“Efektivitas Penyaluran Bantuan Sosial Pemerintah untuk Mengatasi Dampak Covid-
19 di Indonesia”. Noni menyebutkan bahwa adanya bantuan sosial yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat masih belum efektif dilakukan,
dikarenakan masih kurangnya ketepatan sasaran penerima bantuan, ketidakmerataan
penyaluran bantuan, pendistribusian yang lama, penyelewengan dana, pungutan liar,
pengurangan jumlah anggaran karena adanya pungli, sampai kepada adanya politisasi
bantuan sosial ke masyarakat.
Kurangnya kinerja program-program pemerintah melalui hasil dialektis para
peneliti menjadi lubang yang harus ditutupi oleh sektor lain. Pemerintah juga harus
dibantu oleh sektor swasta dalam masalah penanganan covid-19 (I Wayan, 2021).
Koordinasi pemerintah dengan sektor swasta merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan untuk mengurangi dampak buruk akibat pandemi covid-19 (Shita dan
Hermawati, 2020).

Pada konsep Welfare Pluralism, posisi pemerintah dengan sektor privat


merupakan posisi yang setara dalam memberikan pelayanan sosial bagi masyarakat
sebagai penerima pelayanan (Hill, 1996:129, Spicker, 1995: 110 dalam Mulyadi,
2007). Selain itu, konsep Welfare Pluralism juga mendorong penyelesaian masalah
yang terjadi dimasyarakat untuk melibatkan semua pihak, yakni sektor swasta, sektor
informal, relawan dan masyarakat secara lintas sektoral (Ulfiyatun, 2020). Penyediaan
pelayanan sosial yang dimaksud tentunya menyesuaikan pada konteks permasalahan
penanganan pandemi covid-19.

Proses pembangunan pada suatu negara tidak hanya dilimpahkan semata


kepada pemerintah, pihak pihak lainnya seperti sektor swasta juga memiliki tanggung
jawab yang sama untuk memiliki peran mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat (Sartika, 2017). Sehingga, dalam masa krisis
saat ini, perusahaan-perusahaan yang ada pun harus siap dan siaga dalam membantu
urusan-urusan permasalahan penanganan pandemi covid-19 (Umar dan Sahadi. 2020).
Implementasi untuk mendukung pemerintah dapat dilakukan melalui proses
pengambilan kebijakan internal perusahaan, baik melalui perusahaan swasta, BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) dan BUMD (Badan Usaha Milik Desa) dengan
menerapkan program-program Corporate Social Responsibility (CSR) (Silviana,
2021).

CSR di perusahaan-perusahaan dapat dimanfaatkan untuk membantu


pengoptimalan penanganan kasus supply ataupun distribusi alat Kesehatan (APD)
bagi Nakes (Tenaga Kesehatan), Peng-integrasian UMKM agar tetap bisa berdaya
masa pandemi, dan usaha memberikan kesempatan bagi tenaga informal untuk
membuka peluang pekerjaan dan membuka peluang usaha dimasa pandemi (Umar
dan Sahadi, 2020). Selain itu, menurut SM Ramya (2021) CSR di suatu perusahaan
juga memerlukan inovasi-inovasi terbaharukan agar dapat menyesuaikan kondisi saat
ini. Distribusi makanan dan manufaktur peralatan tenaga Kesehatan tidak dapat
dipisahkan atau menjadi prioritas utama program CSR. Donasi CSR pada sektor
Kesehatan juga bisa dijadikan alternatif jawaban dalam usaha mendukung pemerintah
memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Akan tetapi, dari semua usaha-usaha program CSR yang sudah dilakukan oleh
sektor swasta, juga dibutuhkannya kesadaran warga negara untuk sadar dan
memahami masalah pandemi covid serta mentaati aturan “social distancing”. Program
pemahaman masyarakat terhadap pandemi covid-19 harus didorong oleh sektor
swasta dengan memberikan arahan-arahan dalam bentuk seminar atau bentuk lainnya
karena hal tersebut menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan. Mengingat,
penyebaran covid-19 di Indonesia masih terus berlanjut.

Dari adanya kasus penyebaran covid-19 yang masih belum mereda dan
kurangnya efektivitas pemerintah dalam program penanganan pandemi covid-19. Ini
menandakan bahwa penanganan kasus Indonesia tidak hanya bisa dilimpahkan ke
pemerintah semata. Melainkan, sektor swasta juga harus ikut turut andil membantu
pemerintah. Dengan adanya evaluasi-evaluasi yang sudah dilakukan oleh para peneliti
yang menceritakan tentang bagaimana kebijakan pemerintah dirasa masih kurang
efektif implementasinya. Sektor lain seperti perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang barang, jasa, industry, manufaktur, agraris, dan ekstraktif dapat menyokong
pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan internal perusahaan melalui corporate
social responsibility.

Salah satu perusahaan ekstraktif yang sudah menjalankan program CSR sejak
masa sebelum dan sesudah adanya pandemi covid-19 adalah PT Solusi Bangun
Indonesia. Sebagai anak perusahaan PT Semen Indonesia Group (SIG), PT Solusi
Bangun Indonesia adalah produsen semen terbesar di Indonesia yang memiliki 4 plant
site dengan total produksi 14.5 juta ton semen per tahun (Data profile SBI). Selain itu,
total produksi yang dihasilkan oleh PT SBI pada operasionalisasinya adalah yang
paling tinggi dibandingkan dengan anak perusahaan lain di SIG (Ummu, 2021).

Keempat plant site tersebut beroperasi di Lhoknga – Aceh, Narogong – Jawa


barat, Cilacacap – Jawa tengah dan Tuban Jawa timur. Dengan total produksi semen
yang dimiliki oleh PT SBI, tentu pengambilan sumber daya alam yang dimanfaatkan
akan menimbulkan pengaruh negatif kepada keberlanjutan lingkungan dan
keberlanjutan masyarakat sekitar tambang. Maka, perusahaan dalam hal ini memiliki
tanggungjawab lebih kepada dampak yang ditimbulkan. Tanggungjawab perusahaan
PT SBI kepada masyarakat masa pandemi dapat diperlebar atau diperluas manfaat
programnya dengan memasukkan unsur-unsur penanganan pandemi covid-19.

Sebelum adanya pandemi covid-19. PT Solusi Bangun Indonesia sudah


menjalankan program-program Corporate Social Responsibility dengan mengusung 5
pillar investasi sosial. 5 pillar tersebut adalah SBI Sehat, SBI Cerdas, SBI Mandiri,
SBI Lestari, dan SBI Peduli. Program kerja yang disusun pada 5 pillar investasi sosial
berada pada naungan policy atau kebijakan CSR di PT Solusi Bangun Indonesia.
Dengan membangun komitmen yang kuat. CSR di PT SBI mencoba untuk mengambil
arah dan Tindakan kepada setidaknya 5 fokus utama di iklim tanggungjawab sosial
mereka. Pertama, Etika Bisnis (Good Corporate Governance). Kedua, Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Ketiga, Integritas dan Akutanbilitas Publik. Keempat, Value
Added bagi Stakeholder dan terakhir Berkelanjutan.

Perjalanan program CSR di PT SBI sudah ceritakan dan dibukukan dengan


judul “Bersinergi Membangun Masyarakat Mandiri, Berdaya dan Sejahtera” dan
diterbitkan pada tahun 2020.

1. SBI Sehat

Pada program-program SBI Sehat, PT SBI memiliki upaya untuk


mendorong peningkatan kualitas Kesehatan hidup masyarakat yang lebih baik
lagi dengan membangun sarana dan prasarana Kesehatan. Adapun pada
program yang spesifik adalah program rumah sehat, pengembangan kapasitas
kader Kesehatan masyarakat, posyandu, pengobatan gratis, program
pemeriksanaan Kesehatan gratis, kesadaran penyakit risiko tinggi (Malaria,
HIV, Obesitas, Kurang Gizi) dan rumah layak huni.

2. SBI Cerdas

Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan adalah untuk mendukung


pembangunan manusia dengan melihat aspek perkembangan pengetahuan,
secara formal ataupun informal dan melalui proses pembelajaran serta
pelatihan. Termasuk didalamnya membangun pondasi yang kokoh bagi sarana
dan prasarana Pendidikan. Secara spesifik, program-program yang sudah
berjalan adalah memberikan program beasiswa Pendidikan pada bidang vokasi
teknisi, Pendidikan dasar 9 tahun, kejar paket, Gerakan orang tua asuh,
program Pendidikan usia dini, Pendidikan luar sekolah, kesadaran
keselamatan, pemberantasan buta huruf, kursus Bahasa inggris, pembangunan
sekolah. Pembangunan perpustakaan dan pembangunan laboraturium.

3. SBI Mandiri

Kegiatan program CSR Mandiri adalah mendukung upaya


pembangunan masyarakat yang berdaya dan berkelanjutan dengan
memberikan bantuan teknis dan jasa dilapangan, serta proses pemberdayaan
ekonomi yang didalamnya juga memasukkan pembangunan sarana dan
prasarananya. Contoh program yang sudah dilakukan PT SBI pada SBI
Mandiri adalah Pengembangan koperasi dan ekonomi mikro, pemberdayaan
masyarakataan nelayan, pelatihan kompetensi kerja seperti menjahit,
pengelasan, kerajinan tangan, dan mengendarai, kemudian pembentukan dan
pengembangan UMKM, integrated farming (Pertanian yang terpadu) serta
pengolahan pangan usaha kuliner dan masak-memasak.

4. SBI Lestari

Kegiatan SBI Lestari adalah upaya untuk mendukung kegiatan


pelestarian lingkungan sekitar dengan mendukung terciptanya kondisi
lingkungan yang lebih baik lagi di masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan
ini juga termasuk didalamnya membangun sarana dan prasana sebagai alat
yang dapat digunakan untuk usaha pelestarian. Program-program yang telah
berjalan adalah program kesadaran lingkungan, penanaman pohon, penjgujian
emisi kendaraan, kader lingkungan, pembibitan, penanaman mangrove, bang
sampah, penciptaan eco-park, perlindungan keanekaragaman hayati (biodi-
versity)

5. SBI Peduli

SBI peduli adalah program tanggung jawab sosial PT SBI dengan


mendukung kearifan local masyarakat setempat. Termasuk didalamnya
pembangunan sarana dan prasarana. Program-program yang sudah berjalan
adalah dukungan pengembangan kegiatan sosial budaya, pengembangan
olahraga, upaya untuk mendukung kehidupan beragama, pembangunan
fasilitas-fasilitas keagamaan, elektrifikasi, program tanggap darurat dari
kebencanaan.

Kondisi terkini dengan adanya masa pandemi covid-19. Tentu terdapat


ubahan-ubahan rencana dan program prioritas yang dilakukan oleh PT SBI dalam
mendukung upaya pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 dan
membantu masyarakat. Dengan demikian. Peneliti tertarik untuk melihat perubahan
pengelolaan csr yang dilakukan PT SBI setelah adanya masa pandemi covid-19.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut :

“Bagaimana perubahan pengelolaan CSR PT Solusi Bangun Indonesia dalam


upaya mengatasi permasalahan yang ditimbulkan pandemi covid-19?

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun dari tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses
perubahan pengelolaan CSR PT Solusi Bangun Indonesia ditengah masa pandemi
covid-19. Proses perubahan inilah yang kemudian menjadi aspek dari tujuan
penelitian ini dilakukan. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya
perubahan pengelolaan CSR di PT Solusi Bangun Indonesia, nantinya akan
dibantu melalui teori-teori yang sudah dimunculkan pada bagian selanjutnya.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Secara Teoritis

Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah memperkaya


keilmuan ataupun kajian dari pembahasan-pembasahan mengenai tanggungjawab
sosial perusahaan dimasa pandemi covid-19. Mengingat bahwa fenomena pandemi
covid-19 baru terjadi beberapa tahun lalu dan tentunya harus terdapat penelitian-
penelitian secara akademis dalam mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada perusahaan dan pengelolaan CSR.
1.5.2 Manfaat Secara Praktis

Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini secara praktis adalah sebagai
penyedia pengetahuan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan proses
adaptasi pada pengelolaan CSR mereka dimasa pandemi covid-19 untuk bisa merubah
prioritas-prioritas program sehingga dapat membantu masyarakat yang sedang
mengalami kesulitan. Baik dari segi ekonomi, kesehatan ataupun secara mental.

1.6 Kerangka Teori

Bagian kerangka teori ini, secara khusus akan menjawab rumusan masalah secara
teoritik. Seperti yang sudah disampaikan pada bagian sebelumnya, penelitian ini akan
memiliki fokus untuk melihat fenomena pandemi yang menimbulkan berbagai
permasalahan dimasyarakat dan implikasinya terhadap tata kelola CSR di PT Solusi
Bangun Indonesia (SBI). Dalam mengungkap fenomena tersebut, penelitian ini akan
menggunakan teori kepemimpinan otentik, teori stakeholder dan teori adaptasi
keorganisasian.

Sebelum lebih lanjut dalam membahas teori dan mendialogkan ketiga teori
tersebut, ada baiknya terlebih dahulu dimulai dengan membahas definisi konsep
sebagai framework atau bingkai dari penelitian ini yakni Tata Kelola Perusahaan dan
CSR. Dalam hal ini, definisi konsep akan membantu peneliti untuk mengetahui
penjelasan-penjelasan mengenai fenomena yang diteliti.

1.6.1 Konsep Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)


Perusahaan yang menjalankan aktivitas bisnisnya, dapat dijelaskan melalui
konsep Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance). Menurut Maati (1999 dalam
Labie, 2001;Nurdin, 2015) Tata Kelola Perusahaan merupakan semua tindakan yang
terukur dengan membawa entitas sosial untuk menghasilkan kualitas ekonomi yang
baik bagi organisasi, surplus, mengatur distribusi yang adil antar partner bisnis serta
mempertimbangkan keputusan arah organisasi untuk melangkah. Menurut Monks dan
Minow (2004 dikutip oleh Nurdin, 2015) Tata Kelola Perusahaan adalah hubungan
para peserta internal perusahaan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Pada
dasarnya, setiap perusahaan ingin memiliki Tata Kelola Perusahaan yang baik.
Perusahaan bisa menerapkan konsep GCG (Good Corporate Governance) yang sudah
tertuang dalam OECD (2004). Menurut Effendi (2009 dikutip oleh Imam S, dkk.
2018), GCG adalah perangkat system yang mengatur dan dijalankan oleh perusahaan
untuk memberikan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan. Terdapat 4
prinsip untuk melanjankan system GCG (dalam Jesover & Kirkpatrick: 2005:130).
1. Transparansi

Keterbukaan perusahaan ditujukkan bagi para pemangku kepentingan


(Stakeholders) dalam melaporkan aktivitas dan operasi bisnisnya,
pelaporan yang tepat waktu, serta perusahaan memberikan
pengungkapan informasi yang memadai dalam kelangsungan bisnis
(Pahuja dan Bhatia, 2011). Keterbukaan perusahaan tidak terbatas pada
pelaporan aktivitas bisnis, melainkan juga pencapaian-pencapaian yang
sudah diperoleh.

2. Keadilan

Keadilan yang dimaksud adalah tindakan perusahaan yang memiliki


sikap adil bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
yang sudah memberikan sumber daya (OECD:2004).

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas mengacu kepada kecendrungan internal perusahaan


sebagai organisasi untuk memberikan penjelasan dan pembenaran
kepada para pemangku kepentingan, atas keputusan, tindakan dan
kelalaian yang dilakukan pada tingkat manajerial (Arjoon, 2005:4).
Selain itu, peran stakeholder juga memengaruhi organisasi perusahaan
untuk bisa memberikan akses yang akurat, memadai, serta terbarukan
mengenai informasi kepada para pemangku kepentingan tentang apa
yang akan dan telah manajer lakukan.

4. Tanggungjawab

Prinsip tanggungjawab dipegang oleh perusahaan untuk


memperlakukan para pemangku kepentingan (Stakeholder) sesuai
dengan hak-hak yang dimiliki sesuai dengan ketentuan hukum yang
sudah berlaku. Secara implisit, prinsip tanggungjawab diperuntukkan
bagi perusahaan untuk bisa mengambil arah tindakannya dalam
memberi keuntungan kepada para pemangku kepentingan seperti
peningkatan kerja sama aktif dan menciptakan kualitas hidup yang
lebih baik lagi (Sudarsono, dkk. 2006 dalam Nurdin, 2015).

Tata kelola perusahaan yang menerapkan CSR merupakan bagian dari GCG (Fitri
dan Mugi, 2020). Melalui 4 prinsip yang sudah ada 1). Transparansi 2). Akuntabilitas.
3). Keadilan. 4). Tanggungjawab. Salah satu prinsip GCG yakni tanggungjawab
(responsibility) merupakan perwujudan dari CSR terhadap kepatuhan norma hukum
yang berlaku.

1.6.2 Konsep CSR (Corporate Social Responsibility)


Penjelasan mengenai konsep CSR sudah mulai banyak dibahas oleh para ahli
sejak beberapa dekade lalu. Perjalanan panjang yang menyelimuti definisi CSR sudah
mulai diawali oleh pendapat Bowen pada tahun 1953. Menurut Bowen (1953, dikutip
dari Mauricio, dkk. 2019), corporate social responsibility adalah suatu
tanggungjawab eksekutif perusahaan dalam menciptakan suatu nilai kepada
masyarakat. Penjelasan Bowen menjadi pemantik para ahli lainnya untuk terus
mengembangkan konsep CSR. Ditahun-tahun berikutnya, perkembangan
konsep CSR mulai memunculkan berbagai macam perspektif yang kompleks untuk
mendukung berdirinya satu panduan bagi perusahaan dalam menerapkan CSR.
Sebagaimana salah satunya adalah penjelasan dari Carrol (1991) mengenai 4 fokus
utama pada pelaksanaan CSR. Menurut Carroll (1991 dikutip dari Mauricio, dkk.
2019), 4 fokus utama dalam melaksanaan CSR bagi perusahaan adalah: 1).
Tanggungjawab untuk menghasilkan nilai ekonomi bagi perusahaan; 2).
Tanggungjawab secara legal bagi perusahaan; 3). Tanggungjawab secara etis; 4).
Tanggungjawab secara filantropi untuk menghasilkan perbaikan kualitas hidup bagi
masyarakat.
Elkington (1994) juga berusaha untuk menyediakan bingkai CSR yang dapat
digunakan oleh perusahaan sebagai sustainability framework. Pemikiran Elingkton ini
dikenal luas dengan sebutan “Triple Bottom Line”. Tanggungjawab tersebut didasari
oleh keputusan eksekutif perusahaan terhadap pengambilan kebijakan yang akan
memengaruhi lingkungan, masyarakat dan keuntungan perusahaan. Selain pandangan
para ahli, lembaga internasional seperti ISO (International Standardization
Organitation) pun turut andil dalam mengadopsi konsep CSR. Sebagaimana yang
sudah tertuang pada ISO 260000 mengenai penjelasan CSR. Perusahaan sudah
sewajarnya harus bertindak dikarenakan praktik operasi perusahaan yang diambil
keputusannya melalui pimpinan-pimpinan perusahaan serta hal tersebut memiliki
dampak kepada lingkungan dan masyarakat. Tentu, tindakan ini melalui cara- cara
yang etis (dalam ISO 260000).
Dimasa pandemi covid-19, kontribusi CSR perusahaan salah satunya bisa
dengan menerbitkan program-program yang berkaitan dengan permasalahan pandemi.
Penerbitan program-program tersebut melalui beberapa tahapan proses. Menurut
Wibisono (2007 dikutip oleh Ilhamdi, 2017), pada implementasi program CSR
terdapat 4 tahapan yang harus dilalui :
a. Tahap perencanaan.

Tahap perencanaan dibutuhkan saat merumuskan program. Persepsi antar


anggota harus disamakan dalam tahapan perencanaan. Kesamaan persepsi
menentukan bagaimana berjalannya diskusi antar anggota. Pada tahap perencanaan,
terdapat 3 langkah yang harus dilakukan. 1). Awareness Building. Membangun
kesadaran bagi anggota untuk paham dan mengerti arti penting tanggung jawab sosial
dan komitmen manajemen. 2). CSR Assesment, pemetaan terhadap kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapat perhatiaan lebih
bagi iklim struktur perusahaan serta Langkah-langkah yang tepat dalam membangun
pengelolaan CSR yang kondusif bagi implementasi program CSR nantinya. 3). CSR
manual building, melalui dasar penilaian sebelumnya dari tahapan kedua (CSR
Assesment). Penyusunan perencanaan menjadi dasar pedoman perusahaan untuk
menjalankan implementasi program CSR.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini, semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
CSR diterjemahkan kedalam 6 bentuk istilah popular dalam aspek manajemen. 1).
Pengorganisasian (Organizing) untuk sumber daya yang dibutuhkan 2). Penyusunan
Pekerja. 3). Arahan (Directing). 4). Pengawasan. 5). Pelaksanaan Pekerjaan 6).
Evaluating. Langkah pengorganisasian diperlukan untuk mengatur penentuan sumber
daya diperlukan serta mengidentifikasi keperluan organisasi dalam melaksanaan
program CSR. Kedua. penyusunan pekerja diperlukan untuk mengetahui penempatan
siapa yang akan melakukan tugas apa. Ketiga. Arahan, langkah ini diperlukan untuk
memberikan jalan kepada para pekerja agar mengetahui tugasnya masing-masing
pada saat pelaksaan program. Keempat. Pengawasan, langkah ini diperlukan agar para
pekerja tidak melakukan kesalahan atau meminimalisir kesalahan saat pelaksaan
program, atau mengoreksi sesuatu kesalahan yang dibuat oleh pelaksana program.
Terakhir evaluasi untuk melihat bagaimana tingkat ketercapaian tujuan.

c. Tahap evaluasi

Pelaksanaan program yang telah dilakukan oleh keorganisasian CSR di


perusahaan memerlukan evaluasi atau penilaian terhadap program-program yang
sudah berjalan. Pemberlakuan evaluasi perlu dilakukan secara intensif, terukur dan
konsisten dari waktu ke waktu sehingga terdapat pembaharuan atau perbaikan
didalam program yang sudah terlaksana. Evaluasi tidak terbatas hanya dilakukan oleh
internal keorganisasian. Evaluasi dapat dilakukan oleh institusi luar yang terpercaya
serta berpengalaman untuk melakukan evaluasi program CSR. Didalam evaluasi,
aspek skoring atau audit assessment bisa menjadi pilihan pada proses penilaian
program untuk melihat sejauh mana program sudah tercapai dari yang sudah
direncakan.

d. Tahap pelaporan

Tahap pelaporan diperlukan untuk membangun sistem informasi yang baik


pada keorganisasian CSR diperusahaan. Apakah kemudian informasi yang diperlukan
untuk kebutuhan pengambilan keputusan secara internal perusahaan. Ataupun
informasi yang dilaporkan sebagai bentuk keterbukaan perusahaan terhadap institusi
luar tentang hal-hal yang sudah dilakukan oleh perusahaan mengenai pelaksanaan
program-program CSR.

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.6.5 Teori Kepemimpinan Otentik

Kepemimpinan otentik sudah menjadi bahasan para ahli sejak beberapa


dekade lalu. Teori ini timbul pada lingkungan kajian sosiologi dan Pendidikan. Fokus
teori kepemimpinan otentik adalah menganalisa karakteristik yang melekat pada
seorang pemimpin. Tipe kepemimpinan otentik dapat membantu seseorang untuk
menyadari diri sendiri (self-awareness) dalam menemukan makna pada pekerjaan
(Sutono, 2019). Pemaknaan ini menurut Avolio dan Gardner (dalam Walumba, dkk.
2018; Corey Fox, dkk. 2020) adalah seorang pemimpin yang otentik dalam
menemukan makna memimpin memiliki karakteristik kepemimpinan seperti kapasitas
psikologi positif, etika, moral dan nilai, tranparansi dalam relasi, positif interaksi
sosial, self-regulation, konsistensi dan model tindakan yang positif.

Tulisan Corey Fox,dkk (2020) mengutip hasil penelitian Avolio dan Gardner
(2005) dalam memandang kepemimpinan otentik memiliki keterkaitan erat dengan
tata kelola perusahaan dalam menerapkan CSR. Hal ini didasari oleh karakteristik
pemimpin otentik yang sedemikian rupa memiliki pertimbangan-pertimban gan
kepada para pemangku kepentingan terhadap keputusan yang diambil oleh
perusahaan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut memiliki sifat berjuang membantu
Bersama. Disisi lain, seorang pemimpin harus memikirkan lebih lanjut finansial
perusahaan dalam membantu masyarakat sehingga implementasi pengelolaan CSR
dapat terlaksana.

Tata Kelola perusahaan yang diinisasi oleh kepemimpinan otentik memikirkan


bagaimana perusahaan berperilaku. Pengelolaan CSR menjadi lebih memiliki makna
tersendiri bagi perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Gagasan triple bottom line,
etika bisnis perusahaan, dan strategi pengembangan perusahaan (linked society)
menjadi lebih mudah untuk diakomodasi dalam pengelolaan CSR jika perusahaan
menerapkan kepemimpinan otentik.

Kepemimpinan yang otentik memunculkan perasaan tanggungjawab terhadap


para stakeholder dimasa krisis saat ini (Corey Fox,dkk. 2020). Tanggungjawab
tersebut dilihat berdasar komitmen dan usaha perusahaan dalam membantu para
pemangku kepentingan. Khususnya kepada stakeholder internal (pekerja) dan
stakeholder eksternal (konsumen) dan komunitas (masyarakat).

1.6.6 Teori Stakeholder

Teori Stakeholders menjelaskan tentang relasi hubungan antara perusahaan /


organisasi dengan stakeholder (yang terlibat dalam operasi organisasi). Dengan kata
lain, operasi perusahaan sangat melibatkan masyarakat, institusi lokal, institusi pusat,
hingga perusahaan lain yang menjadi rantai pemasok agar perusahaan dapat berjalan.
Teori stakeholder mencoba untuk melihat adanya hubungan group ataupun secara
individual tentang efek yang diterima perusahaan terhadap pencapaian perusahaan
(Freeman 1984. P 49 dalam Susith dan Stewart, 2014). Ekspektasi stakeholders
menjadi perhatian perusahaan sehingga stakeholder theory muncul. Ekspektasi ini
merupakan suatu harapan dari para stakeholder yang harus dipenuhi oleh perusahaan
untuk bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Brulhart, 2019; Freeman, 1984
dalam Appel M,dkk 2021). Selain alasan ekspektasi, “enggangement” menjadi alasan
perusahaan harus lebih memerhatikan siapa-siapa saja yang terlibat dalam
operasionalisasi perusahaan. Melalui analisis stakeholder, ini juga menjadi penentu
program prioritas CSR PT SBI untuk bisa mengenali dengan baik keterlibatan para
pemangku kepentingan. Sehingga program dibuat untuk siapa dan bagi kepentingan
perusahaan bagaimana.

Pada dasarnya, teori stakeholder merupakan suatu relasi hubungan antara


perusahaan dengan pekerja mereka, konsumen, komunitas, dan secara luas kepada
masyarakat (Donaldson & Preston, 1995 dalam Appel M, dkk 2021). Selain itu,
terdapat juga relasi hubungan perusahaan kepada supplier, local komunitas,
pemerintah setempat, dan lingkungan. Namun, pengaruh paling besar stakeholder bagi
perusahaan dibagi menjadi dua. Internal (para pekerja) dan eksternal (konsumen),
masyarakat (komunitas) (Brulhart, 2019).

Dalam usahanya mengenali / menjalin hubungan baik terhadap para pemangku


kepentingan. Terdapat 2 model yang dapat dilakukan (Berman, 1999).

1). Model strategi stakeholders management

Strategi stakeholder management adalah salah satu bentuk strategi


perusahaan / organisasi mengenali dan mengidentifikasi masalah prioritas
yang harus mereka hadapi terkait urutan-urutan stakeholders (Irene G dan Dwi
H. 2019). Adapun identifikasi prioritas stakeholder didasarkan kepada 3 hal,
yakni Power; urgensi dan legitimasi (Parent and Deephouse, 2007 dalam Irene
G dan Dwi H. 2019). Paling mendominasi dari ketiga hal tersebut adalah
power atau kekuatan stakeholder dalam pengaruh yang akan diterima oleh
perusahaan terhadap stakeholder yang berkaitan. Selain melakukan prioritas
identifikasi. Stakeholder management juga dapat dilakukan dengan 3 langkah
cara (Jepsen dan Eskerod, 2009). Identifikasi Stakeholders, mencari tahu dan
memahami stakeholders, dan membuat keputusan terkait strategi perusahaan
dalam menghadapi stakeholders tersebut. Langkah-langkah ini dapat dikatakan
sebagai Langkah lanjutan dari cara mengindetifikasi prioritas stakeholders
yang pertama.
2). Intrinsic Stakeholders commitment model.

Komitmen intrinsic model adalah strategi yang melibatkan pemangku


kepentingan dengan kepentingan manajerial perusahaan secara normative (Ali
Hasan, 2017). Hal normative menjadi satu pijakan perusahaan dalam
menargetkan stakeholders tentang cara-cara aktivitas perusahaan yang
memiliki moral dan mementingkan stakeholders. Tidak semata-mata
memanfaatkan mereka untuk memaksimalkan keuntungan semata. Melainkan
memberikan satu panduan secara moral untuk dilakukan oleh perusahaan
dalam aktivitas bisnisnya. Pada intrinsic stakeholders, perusahaan melihat nilai
yang terkandung didalam para pemangku kepentingan yang kemudian
perusahaan membuat keputusan dalam menghadapi stakeholders. Peran
komitmen dalam memperjuangkan orientasi dasar moral menjadi pemusatan
perhatian dalam model strategi ini. Tentang bagaimana perusahaan
menghormati stakeholders, kejujuran, kepercayaan, Kerjasama, integritas.
Menjadi penentu reputasi buruk baiknya perusahaan dimata stakeholders.

1.6.7 Teori Adaptasi Keorganisasian

Secara kebahasaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Adaptasi


merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap dilingkungan
sekitar (KBBI). Perilaku Adaptif bisa dipergunakan oleh seseorang untuk dapat
bertahan hidup. Pada konteks yang lebih besar, misalnya keorganisasian. Menurut
Denison (1995 dikutip oleh Suseno,dkk. 2018). Adaptasi keorganisasian merupakan
penekanan yang menuntut kemampuan sebuah organisasi untuk bisa menerima,
menafsirkan, dan menerjemahkan adanya gangguan dari lingkungan luar
keorganisasian menuju normal internal organisasi dan ter-internalisasi secara
mendalam. Terdapat tiga aspek kunci dalam menerapakan budaya yang adaptif dalam
suatu keorganisasian. Pertama, Persepsi. Kedua, Respon, dan Ketiga, Kemampuan
untuk menanggapi reaksi internal dan eksternal.

Menurut Schein (2010), perilaku adaptif bisa dilakukan oleh organisasi dalam
jangka waktu yang lama untuk bisa bertahan dan kuat secara fundamental
menghadapi gangguan lingkungan eksternal. Unsur-unsur esensial seperti mission,
strategy, goals, means of developing consensus, reaching goals, measurement and
correction merupakan bahasan penting yang bisa dijadikan perumusan kebijakan
organisasi dalam menerapkan iklim keorganisasian yang kuat dalam berperilaku
adaptif.

Terdapat dua dimensi untuk mengenali perusahaan yang memiliki budaya


adaptif dengan perusahaan yang tidak memiliki budaya adaptif menurut Kotter dan
Heskett (1997 dikutip oleh Suseno,dkk 2018).

1). Nilai inti

Dimensi nilai inti pada budaya adaptasi keorganisasian merupakan suatu


hal yang berpengaruh pada kejelasan perusahaan dalam menerapkan
tindakan-tindakan adaptif. Perusahaan dengan manajer yang peduli
terhadap pelanggan, pemegang saham, dan pekerja. Merupakan ciri
perusahaan memiliki budaya adaptif. Selain itu, para manajer juga
memiliki perilaku yang percaya pada proses untuk memunculkan suatu
kebermanfaatan pada atasan ataupun kepada bawahan. Sedangkan,
perusahaan yang tidak memiliki budaya adaptif pada keorganisasian
cenderung memiliki manajer yang memerdulikan diri sendiri, kelompok
kerja terdekat mereka dibandingkan pihak lainnya. Selain itu, budaya
organisasi yang tidak adaptif memiliki manajer yang tidak berani
mengambil risiko dan lebih memilih proses manajemen yang teratur
daripada menggunakan insting dan inisiatif kepemimpinan.

2). Perilaku Umum

Tindakan yang diperlihatkan oleh manajer bisa dijadikan tanda bahwa


suatu keorganisasian memiliki budaya adaptif atau tidak adaptif. Pada
perilaku manajer yang memiliki perilaku adaptif, biasanya manajer
mempunyai perhatian yang cermat pada setiap keputusan yang mereka
ambil. Khususnya berkaitan pada permasalahan konsumen. Selain itu,
memprakasai suatu perubahan bila dibutuhkan untuk melindungi
kepentingan mereka yang sah, bahkan kepada risiko-risiko yang ada.
Sedangkan untuk perilaku keorganisasian yang tidak memiliki budaya
adaptif. Biasanya manajer cenderung berprilaku licik, picik, politis,
birokratis. Akibatnya, keorganisasian secara internal tidak bisa mengambil
strategi yang baik untuk menyesuaikan keadaan dan lebih memikirkan
bagaimana mereka bisa mengambil keuntungan dari lingkungan luar dari
usaha bisnis mereka.

Peran adaptasi pada budaya keorganisasian merupakan bagian vital dan


penting menurut Schein (2010:17 dalam Yadi.dkk, 2016). Menurutnya, budaya
adaptif dapat digerakkan untuk melalui hambatan-hambatan eksternal dan integrasi
internal dalam mendukung iklim keroganisasian yang kuat. Berakar pola dari asumsi-
asumsi yang sudah dipelajari sekelompok individu didalam keroganisasian kemudian
mengajarkannya kembali pada individu-indivdu baru sebagai cara yang tepat dalam
menerima, merasakan, berfikir, dalam menghadapi permasalahan-permasalah
tersebut.

Menurut Denison (1995 dalam Suseno.dkk, 2018). Budaya adaptif memiliki 3


Dimensi untuk mengetahui seberapa jauh keorganisasian dalam melakukan upaya-
upaya penyesuaian terhadap pengaruh dari luar atau eksternal. Pertama, Penciptaan
Perubahan, Fokus Konsumen, dan Pembelajaran Organisasi

Pada konteks penelitian ini, teori adaptasi program CSR pada PT SBI akan
menggunakan model adaptasi keorganisasian dari Schein (2010 dalam Raymond H,
dkk.2014) 1. Misi; 2. Strategi; 3. Cara atau alat; 4. Pengukuran; 5 Evaluasi. Adaptasi
program CSR dibutuhkan saat masa krisis. Termasuk salah satunya tentang masalah
yang ditimbulkan pandemi covid-19. Mengingat, Program-Program CSR PT SBI
sudah berjalan sebelum adanya pandemi covid-19 dan setelah adanya pandemi perlu
perombakan prioritas program.

1.6.8 Kerangka Teori

Pemilihan ketiga teori yang sudah disebutkan dipilih sebagai dasar


pertimbangan bahwa pengelolaan CSR yang diinisasi oleh sektor privat merupakan
karakteristik dari kepemimpinan otentik yang memikirkan keseluruhan stakeholder
saat melakukan pengambilan keputusan perusahaan dan berjuang untuk membantu
sesama, termasuk disaat masa krisis saat ini (pandemi covid-19) (Avolio & Gardner,
2005 dalam Corey Fox.dkk, 2020). Teori stakeholder dipilih sebagai pertimbangan
bahwa sektor private memiliki keterkaitan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Dalam hal ini adalah internal (pekerja) dan
eksternal (konsumen) dan (masyarakat) (Brulhart, 2019). Kemudian, teori adaptasi
keorganisasian dipilih sebagai dasar pertimbangan bahwa teori tersebut memiliki
fasilitas yang memungkinkan untuk menganalisis terjadinya perubahan organisasi
akibat masalah yang timbul dari luar (pandemi covid-19). Peneliti berusaha untuk
mendialogkan ketiga teori tersebut dalam mengungkap fenomena yang diteliti.

1.6.8.1 Hubungan Teori Kepemimpinan Otentik dengan Teori Stakeholder

Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kemungkinan pengelolaan


CSR dibawah pengaruh kepemimpinan yang otentik menjadi lebih mudah untuk
diakomodasi dengan berbagai macam pengetahuan, strategi, etika bisnis dan lain
sebagainya dalam mengelola CSR disuatu perusahaan. Pengelolaan-pengelolaan CSR
bergantung kepada bagaimana pimpinan untuk merencanakan, merumuskan,
melaksanakan dan mengevaluasi terkait kebijakan-kebijakan perusahaan dalam
memandang CSR. Komitmen perusahaan ini menjadi kunci penting bagi arah dan
tujuan perusahaan dalam bertindak. Tata kelola yang sudah diterapkan perusahaan
dalam teori kepemimpinan otentik mengindikasikan bahwa perusahaan memegang
teguh keterhubungan mereka kepada para stakeholder.

Dimasa pandemi, karakteristik dari kepemimpin yang otentik akan langsung


aktif secara otomatis untuk membantu para stakeholder. Bantuan-bantuan ini salah
satunya adalah meng-implementasikan program CSR. Dalam merumuskan program
CSR. Stakeholder teori akan membantu perusahaan untuk mengetahui prioritas
program yang akan dibutuhkan. Hal ini didasari oleh keterkaitan budgeting
perusahaan terhadap program-program CSR. Pengelolaan CSR membutuhkan analisis
dari stakeholder theory dengan melihat siapa siapa saja yang harus dibantu terlebih
dahulu. Hal ini dikarenakan. Melalui stakeholder theory, para pemangku kepentingan
disuatu perusahaan tidak hanya mengurus permasalahan satu komunitas. Melainkan
banyak pihak, mulai dari pekerja, konsumen, institusi lokal, pemerintah daerah,
hingga pemerintah pusat.

Stakeholder teori akan menjadi analisator bagaimana perusahaan bertindak


melalui keputusan-keputusan yang akan diambil kedepannya dengan melibatkan atau
memberikan pertimbangan kepada setiap para pemangku kepentingan. Keterkaitan
teori kepemimpinan otentik dengan teori stakeholder akan menjadi penentu
bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan perubahan
prioritas program mereka disaat masa pandemi. Dengan melihat tata Kelola /
pengelolaan CSR disuatu perusahaan melalui teori kepemimpinan otentik dan teori
stakeholder untuk menganalisa keterkaitan perusahaan dengan para pemangku
kepentingan yang menghasilkan suatu perubahan prioritas program.

1.6.8.2 Hubungan Teori Kepemimpinan Otentik dan Teori Stakeholder


dengan Teori Adaptasi Keoriganisasian

Teori adaptasi keorganisasian akan membantu perusahaan melakukan Analisa


terhadap hambatan dari luar (konteks pandemi covid-19). Perusahaan mengalami
hambatan dari luar terhadap program-program yang sudah mereka jalankan
sebelumnya. Kemudian, kemunculan pandemi covid-19 mengharuskan mereka untuk
melakukan perubahan program dalam membantu urusan pemerintah. Sehinnga dapat
memutus mata rantai penyebaran covid, kesejahteraan masyarakat dimasa pandemi,
peluang / kesempataan pekerjaan yang semakin mengecil dimasa pandemi dan
permasalahan-permasalahan lainnya. Model adaptasi keorganisasian yang akan
digunakan peneliti untuk menganalisa perubahan prioritas program dengan
menggunakan model yang sudah disampaikan oleh Schein (2010 dalam Raymond H,
dkk.2014). Yakni 1. Misi, 2. Strategi, 3. Cara atau alat, 4. Pengukuran. 5 Evaluasi.

Teori kepemimpinan otentik dan teori stakeholder akan menjadi landasan


bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan CSR dimasa pandemi yang melibatkan
para pemangku kepentingan dalam proses pembuatan programnya. Sedangkan, teori
adaptasi keorganisasian akan menjadi penentu bagaimana perusahaan akan melakukan
perubahan prioritas program melalui pengelolaan CSR dengan mempertimbangan
para pemangku kepentingan / stakeholder (yang mereka bantu).

Setelah menemukan titik temu antara teori kepemimpinan otentik dengan teori
stakeholder yang mana memberikan pengaruh bagaimana perusahaan akan bertindak
melalui pengelolaan csr yang melibatkan stakeholder. Maka, pengaruh teori adaptasi
keorganisasian dalam penelitian ini akan menjadi eksekutor untuk perusahaan
melakukan finalisasi prioritas-prioritas program yang sudah direncakan, dirumuskan,
dan dibicarakan secara Bersama-sama pada internal perusahaan.

Ketiga teori dalam penelitian ini menjadi analisator untuk menjawab rumusan
masalah yang peneliti angkat. Secara singkat, pada teori-teori yang akan peneliti
ajukan dalam menganalisa rumusan masalah. Peneliti berusaha untuk mengetahui
Tata Kelola yang diterapkan oleh perusahaan dalam merumuskan program-program
CSR. Akan tetapi, masalah yang dimunculkan dari bab sebelumnya tidak spesifik
untuk membahas permasalahan-permasalahan yang dialami oleh perusahaan terkait
dengan tata kelola mereka. Hal ini dikarenakan fokus penelitian ini adalah untuk
mengetahui perubahan pengelolaan CSR yang diterapkan oleh perusahaan saat
pandemi untuk melalakukan perubahan program CSR mereka. Bukan untuk
menganalisa permasalahan yang dialami perusahaan terkait dengan tata kelola itu
sendiri dimasa pandemi.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dibagi menjadi dua macam bentuk. Pertama, penilitian


kuantitatif yang berkaitan erat dengan angka-angka (positivis). Kedua, penelitian
kualitatif yang berkaitan erat dengan pendeskripsian fenomena (post-positivis)
(Mulyadi, 2012). Paradigma umum antara keduanya menentukan bagaimana peneliti
akan melakukan suatu penelitian. Penelitian kuntitatif akan menuntun peneliti untuk
bisa mendapatkan ilmu pengetahuan secara empiris dengan bantuan indera manusia
dan melacaknya dari sudut pandang luar (Objektif). Sedangkan, penelitian kualitatif
akan memberikan prosedur penelitian kepada peneliti untuk bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan melalui interaksi antar manusia sehingga tidak bebas nilai (Mulyadi,
2012). Diantara jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif, tidak ada yang paling baik.
Ini disebabkan karena kedua jenis penelitian tersebut memiliki sisi positif dan
negative-nya masing-masing. Artinya, peneliti berhak untuk menentukan jenis
penelitian atau prosedur penelitian yang akan diambil sesuai dengan kebutuhan
peneliti (Suryani & Hendrayani, 2015;Mamik, 2015; Rijal, 2021).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan penelitian


kualitatif. Pertimbangan peneliti untuk menggunakan jenis penelitian kualitatif
didasarkan kepada fenomena pandemi covid-19 yang menyerang berbagai sendi-sendi
kehidupan masyarakat dan memengaruhi perubahan pengelolaan CSR. Pengelolaan
CSR adalah suatu proses impelementasi berjalannya tanggungjawab perusahaan. Jenis
penelitian kualitatif akan membantu peneliti dengan lebih baik untuk memahami
“suatu proses perubahan” dibandingkan penelitian kuantitatif dikarenakan jenis
penelitian kuantitatif berkutat pada angka dan statistik (sebagaimana sudah dijelaskan
sebelumnya). Sedangkan, penelitian kualitatif akan membantu peneliti memahami
suatu proses. Hal ini senada dengan penjelasan Frankel & Wallen (1998 dalam Rijal,
2021) yang menyebutkan bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan kepada suatu
proses.

Selain itu, penelitian kualitatif akan membantu peneliti untuk mengeksplorasi


perubahan pengelolaan CSR dalam rangka menghasilkan output Program untuk
membantu masyarakat di masa pandemi dengan lebih mendalam. Sebagaimana sudah
dijelaskan Rijal (2021), bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai masalah-masalah manusia dan sosial, bukan
hanya pada tataran permukaan seperti yang dilakukan penelitian kuantitatif dengan
positivismenya. Kemudian, hasil dari penelitian ini juga bersifat deskriptif yang mana
memberikan gambaran proses terjadinya perubahan program CSR PT SBI masa
pandemi covid-19. Sejalan dengan hal tersebut. Menurut Meolong & Lexy J
(2002:112 dikutip oleh Subandi, 2018) juga menjelaskan bahwa hasil penelitian yang
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata yang dituliskan atau lisan. Juga dalam bentuk yang akan diambil
sebagai tindakan kebijakan.

Jenis penelitian kualitatif memiliki pendekatan-pendekatan penelitian


diantaranya adalah fenomenologi, etnografi, hermeneutic, teori membumi (grounded
theory), naratif, dan studi kasus (Creswell, 1994 dalam Mulyadi, 2012). Pada
penelitian ini, peneliti mengambil satu pendekatan penelitian dengan mengangkat
Studi Kasus. Studi kasus merupakan jenis penelitian yang dapat menjawab isu-isu
atau objek suatu fenomena terutama pada cabang ilmu sosial (Sri Y, 2006). Selain itu,
studi kasus juga bertujuan untuk menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam satu
waktu dan kegiatan (program, proses, institusi, even atau kelompok sosial) (Sri,
2013).

Pertimbangan peneliti untuk mengambil studi kasus pada penelitian ini adalah
dengan melihat konteks kasus pandemi covid-19 dengan kaitan kegiatan pengelolaan
CSR untuk menghasilkan output Program dalam rangka membantu masyarakat
dimasa pandemi covid-19. Selain itu, kasus lainnya dari segi perusahaan adalah
dengan pertimbangan bahwa PT Solusi Bangun Indonesia sudah menghasilkan
produksi semen dengan total 14,6 juta ton pertahun dan hal tersebut didasari oleh
pemanfaatan kekayaan sumber daya alam di Indonesia (Profile SBI, 2021). Dengan
total hasil produksi semen tersebut, membuat PT Solusi Bangun Indonesia menjadi
perusahaan dengan total produksi tertinggi dibandingkan dengan anak perusahaan
SIG lainnya (Ummu, 2021). Berangkat dari kasus tersebut, peneliti ingin melihat
usaha perusahaan yang memiliki produksi semen dengan total 14,6 juta ton pertahun
memberikan nilai tambah kepada para stakeholder (melalui program CSR).

2.2 Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian

Jika memungkinkan untuk melakukan penelitian secara luring, maka


penelitian ini akan dilaksanakan bertepatan pada lokasi Gedung utama atau kantor
utama dari PT Solusi Bangun Indonesia yang berletak di Talavera Suite Talavera
Office Park Jl. TB Simatupang No. 22 – 26. Jakarta dan berlangsung selama 1 bulan
lamanya. Namun, jika tidak memungkinkan untuk melakukan luring. Maka, penelitian
ini akan dilakukan secara daring melalui aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk
berinteraksi kepada informan. Aplikasi-aplikasi tersebut bisa melalui platform
whatsapp, zoom ataupun google meet.

Metode Riset Digital (MRD) yang dikembangkan oleh Rifai, dkk (2020)
sudah banyak membantu para peneliti untuk menemukan cara tentang bagaimana
mengumpulkan data melalui peranan informasi digital dimasa pandemi covid-19.
Dalam ide yang dikembangkannya, Rifai, dkk (2020) berpendapat bahwa wawancara
dapat dilakukan secara virtual / online dengan menggantikan posisi konvensional
sebelum adanya pandemi covid-19. Esensi MRD dapat membantu terkait data
penelitian dan secara tidak langsung dapat mengurangi intervensi interaksi sosial
melalui pemanfaatan media digital. Selain itu, Rifai, dkk (2020) juga berpendapat
melalui MRD, dapat mensubtitusi ataupun menjadi komplementer dari adanya
pengambilan data secara konvensional. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
pengambilan data secara digital dapat dilaksanakan dengan baik melalui pemanfaat
platform-platform online sebagai bentuk pengambilan data.

2.3 Unit analisis

Unit analisis menurut Hamidi (2005 dalam Sigit W, 2018) menyatakan bahwa
unit analisis adalah satuan individu, kelompok, benda atau suatu peristiwa sosial yang
melibatkan komunitas, seperti misalnya aktivitas sosial yang diteliti sebagai subjek
penelitian. Selain itu, menurut Maholtra (2007 dalam Sigit W, 2018) menyatakan
bahwa unit analisis merupakan individu, perusahaan, serta pihak-pihak lain yang
merespon tindakan peneliti sebagai bentuk bantuan penelitian. Senada dengan hal
tersebut, Patton (2002 dalam Ade, 2018) membagi unit analisis menjadi 6 fokus.
Antara lain: 1). Fokus pada orang; 2). Fokus pada struktur; 3). Berdasarkan perspektif
atau sudut pandang; 4). Fokus pada geografis; 5). Fokus pada aktivitas; 6). Fokus
pada waktu. Pada penelitian ini, unit analisis akan ditujukkan kepada struktur. Yakni,
PT Solusi Indonesia sebagai organisasi pengelola CSR (fokus kedua menurut patton,
2002)

2.4 Informan

Informan adalah subjek penelitian yang akan memberikan informasi mengenai


fenomena ataupun permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti. Jenis-jenis
informan dibagi menjadi tiga. Antara lain 1) Informan kunci; 2). Informan utama; 3).
Informan pendukung (Ade, 2018). Informan kunci merupakan informan yang akan
memberikan jawaban dan penjelasan secara menyeluruh tentang permasalahan yang
peneliti angkat. Informan kunci tidak hanya memiliki pengetahuan terkait dengan
garis besar masalah, melainkan juga mengetahui tentang informan utama. Informan
utama merupakan informan yang akan memberikan penjelasan pelengkap dan
informasi tambahan dalam penelitian kualitatif. Informan utama dibutuhkan bagi
peneliti dikarenakan informasi yang diberikan oleh informan kunci biasanya tidak
diberikan atau dijelaskan sehingga informan utama bisa menjadi pelengkap.
Sedangkan informan pendukung merupakan pihak yang akan memberikan informasi
tambahan dan relevan mengenai permasalahan yang diangkat.

Pada penelitian ini, informan kunci akan ditujukkan kepada kepala pengelola
CSR di PT SBI sebagai aktor kunci dengan pertimbangan bahwa kepala pengelola
yang mengetahui, memimpin perencanan, dan merumuskan pengelolaan CSR dimasa
pandemi guna memberikan manfaat kepada para stakeholder. Informan utama
ditujukkan kepada anggota-anggota pengelola CSR di PT SBI sebagai pelengkap dari
informan kunci. Sedangkan, informan ketiga adalah informan pendukung yang akan
ditujukkan kepada para “penerima manfaat” output program dari pengelolaan CSR
dimasa pandemi.
2.5 Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti
karena akan menentukan ketepatan dalam memilih serta menentukan jenis data yang
akan menghasilkan ketepatan, kedalaman, dan kelayakan informasi yang diperoleh
(Farida, 2014). Menurut jenisnya, data dapat dibedakan menjadi dua macam. Data
primer dan data sekunder.

2.5.1 Data Primer


Data primer merupakan sumber data yang akan memuat data utama. Data
primer didapatkan dan diperoleh langsung dari narasumber atau informan (Farida,
2014). Pada penelitian ini, data primer akan didapatkan secara langsung kepada
kepala pengelola CSR, anggota-anggota yang membantu mengelola CSR, dan
penerima manfaat program CSR untuk mengetahui perubahan tata kelola CSR dan
output program yang dihasilkan.

2.5.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang akan menjadi pelengkap bagi
data utama. Data sekunder didapatkan dan diperoleh melalui buku, foto, dokumen
dan statistik (Farida, 2014). Pada penelitian ini, peneliti akan mengambil data
sekunder melalui jejaring internet seperti annual report atau report sustainability
yang diterbitkan oleh PT SBI untuk mendukung data primer yang tidak peneliti
dapatkan.

2.6 Teknik Pengambilan Data


2.6.1 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu Teknik pengumpulan data paling lumrah


dilakukan di kalangan peneliti sosial. Pada hakikatnya. Wawancara dilakukan dengan
bertatap muka antara peneliti dengan subjek penelitiannya guna mendapatkan data
primer (Mita, 2015). Senada dengan hal tersebut, Mita juga menjelaskan dalam
tulisannya dengan mengutip pendapat Mason (2002) bahwa, dalam penelitian
kualitatif. Wawancara biasanya dilakukan dengan deep interview, terstruktur ataupun
lepas dari interview guidance. Namun, dengan merespon keadaan pandemi covid-19
saat ini, pemberlakuan wawancara dapat memanfaatkan penggunaan teknologi.
Dengan menggunakan berbagai macam platform seperti zoom, google meeting, skype
ataupun video call yang terdapat pada whatsapp, line, ataupun Instagram. Wawancara
diera teknologi semakin mudah. Hal tersebut juga sempat dijelaskan Mason (2002)
dalam bukunya tentang ciri-ciri wawancara. Yakni peneliti dengan subjek
penelitianya dihadapkan antar muka, bisa secara langsung bertemu, ataupun
menggunakan telephone dan internet. Dengan demikian, wawancara era pandemi bisa
mereduksi kesulitan dan hambatannya.

2.6.2 Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui metode dokumentasi dilakukan dengan


menelisik data-data historis seperti surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan lain sebagainya. Dalam penggunannya, metode
dokumentasi dilakukan dengan memaknai data-data yang tersedia sehingga peneliti
dapat memberikan pandangannya terkait data-data tersebut dan menjadi sebuah hasil
penelitian yang dielaborasikan menjadi kalimat yang dapat mengungkap bagaimana
bisa fenomena terjadi (Iryana dan Risky, 2011). Dalam penelitian ini, penggunaan
metode dokumentasi dilakukan dengan menggali informasi dokumen-dokumen yang
tersedia oleh PT SBI pada departemen CSR, baik secara jejaring internet pada laporan
sustainability, ataupun penggunaan dokumen secara resmi yang diberikan kepada
penliti terkait dengan usaha mereka sebagai sektor private dalam membantu
penanganan kasus yang ditimbulkan oleh pandemi covid-19 melalui implementasi
pengelolaan program CSR.

2.7 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif tidaklah bersifat objektif
(eksternal) melainkan subjektif (internal) (Farida, 2014). Instrument pada penelitian
kualitatif tidak melihat instrument sebagai suatu definisi operasional atau berupa alat
lainnya, melainkan manusianya (Farida, 2014). Pada penelitian ini, instrument peneliti
adalah peneliti itu sendiri. Mengingat bahwa penelitian kualitatif menekankan kepada
individu peneliti untuk dapat sensitif dan lentur pada proses penelitian sehingga
mampu untuk melakukan penjaringan secara luas terhadap kelengkapan penelitian.

2.8 Kredibilitas Data (Uji Keabsahan Data)


Kredibilitas data sangat diperlukan oleh peneliti untuk
mempertanggungjawabkan data dari penelitian yang dilakukan dan hasil dari
penelitiannya. Menurut Subroto (1992 dikutip oleh Farida, 2014) menyatakan bahwa
kredibilitas data dapat diukur melalui tingkat kesahihan (Validitas) dan tingkat
keajegan (Realibilitas) data tersebut. Data yang valid adalah data yang sesuai dengan
masalah yang diteliti. Sedangkan data yang realiabel adalah data yang diperoleh
melalui proses pengambilan data dari beberapa teknik yang berbeda dan
menghasilkan data yang ajeg.
Pengujian validitas dan realibilitas pada penelitian kualitatif biasa disebut
dengan “Keabsahan data”. Keabsahan data ini meliputi kriteria derajat kepercayaan
(kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Pada dasarnya untuk
melakukan uji kabsahan data pada penelitian kualitatif. Peneliti dapat memilih sesuai
dengan kebutuhan penelitian dari delapan teknik yang dikemukan oleh Meolong
(2001: 175-187 dikutip oleh Sumasno, 2016), antara lain 1). Perpanjangan keikut-
sertaan; 2). Ketekunan pengamatan; 3). Triangulasi; 4). Pengecekan teman sejawat;
5). Kecukupan refrensi; 6). Kajian kasus negative; 7). Pengecekan anggota; 8). Uraian
Rinci.
Pada penelitian ini, peneliti memilih ketekunan pengamatan dan triangulasi
sebagai teknik untuk melakukan uji keabsahan data pada penelitian kualitatif.
Pertimbangan peneliti untuk menggunakan teknik ketekunan pengamatan dan teknik
triangulasi didasarkan pada (1) Teknik ketekunan pengamatan digunakan guna
mendorong peneliti sebagai instrument peneliti agar lebih teliti dan cermat melacak
data-data yang sudah didapatkan, selain itu teknik ketekunan pengamatan juga akan
membantu peneliti untuk lebih bisa melihat kedalaman data. (2) Teknik triangulasi
digunakan guna membantu peneliti untuk membantu membandingkan data dari
sumber sumber data yang sudah diperoleh sehingga data penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Teknik ketekunan pengamatan merupakan penekanan
bahwa peneliti harus melakukan pengecekan kembali mengenai data yang sudah
didapatkan, apakah kemudian data tersebut benar atau tidak (Arnild, 2020). Teknik
ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah didapatkan
dari berbagai sumber (foto, literatur, dokumen). Data data ini juga akan dibantu
diperoleh dari teknik triangulasi data sebagai perbandingan data. Triangulasi data
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan suatu
perbandingan data yang sudah didapatkan kemudian dibandingkan dengan data lain
sebagai perbandingan data untuk pengecekan ulang (Meolong, 2001 dikutip oleh
Sumasno, 2016). Selain itu, pada teknik triangulasi data. Terdapat 4 macam jenis
teknik triangulasi (Patton, 1987 dikutip oleh Sumasno, 2016). Antara lain triangulasi
data, triangulasi peneliti, triangulasi metodologis, dan triangulasi teoritis.
Pada penelitian ini, teknik triangulasi akan menggunakan teknik triangulasi
data. Teknik triangulasi data digunakan sebagai pertimbangan bahwa untuk
membantu ketekunan pengamatan penelitian, data harus lah didapatkan dari berbagai
macam sumber sehingga dapat valid dan reliabel. Teknik triangulasi data akan
membantu peneliti menelusuri sumber data yang diberikan oleh informan kunci dan
informan pelengkap (pada perusahaan), sedangkan informan pendukung akan menjadi
sumber data pembenaran bahwa apa yang dikatakan oleh informan kunci dan
informan pelengkap sudah terlaksana melalui pengelolaan CSR yang mereka lakukan.
Jika dibandingkan dengan teknik triangulasi lainnya. Teknik triangulasi data akan
membantu peneliti dengan lebih baik mendalami dan memahami dari data yang sudah
didapatkan.

2.9 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan sesaat sesudah


pengumpulan data. Dengan demikian, analisis data tidak akan dapat dilepaskan dari
kegiatan pengumpulan data. Keduanya bekerja secara simultan, melalui proses yang
interaktif dan membentuk siklus (Ahmad R, 2018). Pada penggunaanya, teknik
analisis data dalam penelitian ini akan meminjam model yang disediakan oleh Miles
dan Huberman (1992). Teknik analisis data yang diterbitkan oleh Miles dan
Huberman (1992 dalam Achmad, R, 2018) menyajikan 4 cara yang membentuk
siklus. Siklus tadi antara lain seperti diagram berikut :
2.9.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini sudah disebutkan pada bagian teknik
pengumpulan data dan terdapat beberapa teknik pengambilan data yang digunakan.
Antara lain adalah wawancara dan dokumentasi. Dari penggalian data, peneliti tentu
akan menemui beberapa jenis sumber data. Data primer dan data sekunder. Bisa
berupa kata-kata ataupun tindakan. Selebihnya adalah data tambahan. Berupa
dokumen, foto, statistik (Achmad R, 2018).

2.9.2 Reduksi data

Reduksi data merupakan proses atau kegiatan yang dilakukan dalam memilah
milah data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data acak yang timbul dari catatan peneliti dilapangan (Achmad R,
2018). Adapun tahapan tahapan dalam mereduksi data meliputi 4 cara : (1) meringkas
data, (2) mengkode, (3) menelusur tema (4) membuat gugus gugus data.

2.9.3 Penyajian data

Penyajian data digunakan agar peneliti dapat menarik kemungkinan-


kemungkinan kesimpulan yang nantinya menjadi inti dari hasil pembahasan
penelitian. Data yang disajikan dalam penelitian ini dapat berupa teks naratif
berbentuk catatan- catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan ataupun bagan.
Nantinya penyajian data akan dielaborasi dan dipadukan menjadi suatu bentuk yang
kongkret. Tersusun secara sistematis sehingga pembaca dapat memaknai secara
individu.

2.9.4 Penarikan kesimpulan

Pada hakikatnya, penarikan kesimpulan sudah harus dilakukan sejak peneliti


melakukan pengumpulan data. Dan hal tersebut dilakukan secara terus menerus atau
berulang kali selama berada dilapangan. Pemaknaan tersebut disandarkan kepada arti
benda-benda, catatan keteraturan pola-pola, penjelasan-penjelasan, alur antara sebab
dan akibat. Adapun cara-cara yang dilakukan selama penarikan kesimpulan antara
lain

: (1) memikir ulang selama penulisan, (2) meninjau ulang catatan lapangan, (3)
brainstorming Bersama teman sejawat (4). Membentuk Salinan / backup data antar
perangkat.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profile PT Solusi Bangun Indonesia

PT Solusi Bangun Indonesia merupakan perusahaan yang dibangun berdasarkan


asas peraturan Perundang-undangan No.1 tahun 1967 dan Undang-undang No. 11 tahun
1970 tentang adanya penanaman modal asing di Indonesia. Hal tersebut didasari oleh akta
No. 53 tanggal 15 juni 1971 melalui notaris Abdul Latief, S H. yang ditunjuk untuk
melakukan proses administrasi pendirian perusahaan dan disahkan oleh Mentri
Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. JA.5/149/7 tanggal 23
september 1971 dan disebarluaskan melalui berita Negara Republik Indonesia No. 82
tanggal 12 oktober 1971.

Sebagai tambahan informasi, bahwa adanya perubahan penggantian investasi


penanaman modal asing (PMA) melalui Surat Keputusan No. 466. kearah Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan adanya persetujuan dari Ketua Badan Koordinasi
Penanaman Modal No. 17/V/1988 tanggal 19 november 1988. Sebelum berubah nama
perusahaan saat ini, PT Solusi Bangun Indonesia sempat berganti nama menjadi PT
Semen Cibinong Tbk. Kemudian, efektif menggunakan nama PT Holcim Indonesia Tbk.
Pada tanggal 1 januari 2006. Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan-perubahan
Anggaran Dasar Perusahaan (ADP). Sehingga, melalui Akta No 11 tanggal 11 Februari
2019. Perusahaan merubah pasal 1 ayat 1 Anggaran Dasarnya tentang perubahan nama
dan kedudukan menjadi PT Solusi Bangun Indonesia yang efektif disematkan tanggal 18
februari 2019 melalui persetujuan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan keputusan no AHU-AH.01.03-0097404.

Untuk memudahkan penggambaran terkait dengan perjalanan panjang berdirinya


PT Solusi Bangun Indonesia. Peneliti mencoba untuk membuatkan sebuah figure out
(gambar) melalui detail-detail sebagai berikut :

Figure 1. Perjalanan Panjang Terbentuknya PT Solusi Bangun Indonesia

Sumber: Author, 2021 (dalam Profile SBI, 2019)

PT Solusi Bangun Indonesia terus melakukan improvisasi pengembangan


produk mereka. Produk sebelumnya telah terkenal dengan luas dengan sebutan
“Holcim”. Namun, saat ini produk mereka dirubah menjadi “Dynamix. Perubahan ini
diharapkan menjadi pemantik eksisnya produk mereka dipasaran (Lingga, dkk. 2021).
Menurut data yang dikemukakan oleh Mahadi (2020, dalam Lingga, dkk. 2021)
melalui Asosiasi Semen Indonesia, Mahadi (2020) mengatakan bahwa secara
konsolidasi antara PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) dan PT Solusi Bangun
Indonesia (SMCB) masih menjadi market leader dengan penguasaan pasar hingga
52,5% dari total keseluruhan konsumsi semen domestik. Disusul oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan menempati peringkat kedua dengan total konsumsi
25,5% dan perusahaan-perusahaan jenis semen lainnya diperingkat berikutnya. Ini
menandakan bahwa PT Solusi Bangun Indonesia masih menempati tempat istimewa
dibenak para pelanggannya.

Untuk selalu bisa konsisten menempati market share diposisi pertama. PT


Solusi Bangun Indonesia sendiri memiliki fokus pengembangan pada industry bahan
bangunan melalui pengolahan, konstruksi, perdagangan, pertambangan (sebagai
bahan baku), transportasi (pengangkutan dan pergudangan), serta pengolahan limbah
berbahaya dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Selain itu, PT Solusi Bangun
Indonesia juga memiliki komitmen yang kuat dalam menjadi penyedia bahan
bangunan terdepan bagi kepuasan pelanggaan. Hal tersebut direpresentasikan melalui
beberapa unsur dan nilai yang PT Solusi Bangun Indonesia angkat melalui
perkembangan bisnisnya. Terdapat beberapa unsur dan nilai yang menjadi perhatian
perusahaan tersebut dalam rangka mengembangan aktivitas bisnis mereka melalui
terminology “We are the CHAMPS”

1. C = Compete with Clear and Synergized Vision. Pemaknaan tersebut


diarahkan untuk membantu mengakomodasi segala sumber daya dan
kapabilitas perusahaan secara baik dan tepat guna mencapai cita-cita usaha
operasi perusahaan dengan sinergitas dan usaha yang kompetitif.
2. H = Have High Spirit for Continuous Learning. Pemaknaan tersebut
merujuk kepada aspek keterbukaan untuk terus mempunyai keinginan
belajar agar bekerja menjadi lebih baik dari sebelumnya. Serta, mampu
melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang muncul dalam
lingkungan industri persemenan.
3. A = Act with High Accountability. Pemaknaan ini memiliki pesan bahwa
setiap pengambilan keputusan yang dilakukan didasari oleh
tanggungjawab serta mampu untuk diandalkan ketika sudah memiliki
keputusan yang sepakati.
4. M = Meet Customer Expectation. Pemaknaan ini merujuk kepada
keinginan perusahaan kepada para staff-staff pekerja untuk bisa selalu
memenuhi kepuasan pelanggan melalui unsur responsive dan sesuai
dengan standar prosedur yang sudah ditetapkan.
5. P = Perform Ethically with High Integrity. Pemaknaan ini memiliki arti
bahwa seseorang memiliki nilai dan falsafah hidup, melalui Tindakan-
tindakan yang disesuaikan dengan norma dan moral yang berlaku. Etika
yang tidak goyah oleh suatu apapun.
6. S = Strengthen Teamwork. Terakhir adalah kata “S”. Kata S pada profile
PT Solusi Bangun Indonesia memiliki pemaknaan bahwa kemampuan
seseorang dalam memperkuat team sangat dibutuhkan sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal serta kinerja yang baik. Termasuk
didalamnya adalah memberi nilai tambah terbaik bagi perusahaan dan bagi
para seluruh pemangku kepentingan.

PT Solusi Bangun Indonesia memiliki kantor pusat perusahaan yang berada di


Gedung Talavera Suite, Jl. Letjen TB Simatupang No. 22-26, Jakarta, Indonesia.
Dengan 4 pabrik operasi semen di Narogong – Jawa Barat, Tuban – Jawa Timur,
Aceh – Lhoknga, dan Cilacap – Jawa Tengah, total produksi semen yang dihasilkan
oleh perusahaan ini adalah 14,8 juta ton pertahun. Selain itu, perusahaan PT Solusi
Bangun Indonesia sudah memiliki sekitar 2.434 karyawan per 30 juni 2019 dan 2.460
karyawan per 31 desember 2018 (Profile SBI, 2019). Untuk mengetahui lebih detail
terkait resource atau sumber daya manusia yang bekerja di PT Solusi Bangun
Indonesia. Peneliti mencoba untuk menggambarkannya melalui table berikut :

Table 1. Jenis Kelamin Pekerja di PT Solusi Bangun Indonesia

Jenis Kelamin 2019 2018


Laki-Laki 2.189 2.215
Perempuan 245 245
Jumlah / Total 2.434 2.460
Sumber : Profile PT Solusi Bangun Indonesia, 2019.

Table 2. Status Kepegawaian di PT Solusi Bangun Indonesia

Status Kepegawaian 2019 2018


Karyawan Tetap 2.352 2.441
Karyawan Kontrak 72 10
Tenaga Kerja Asing - 9
Karyawan Penugasan 10 -
Gugup
Jumlah / Total 2.434 2.460
Sumber : Profile PT Solusi Bangun Indonesia, 2019

Table 3. Tingkat Pendidikan Pegawai di PT Solusi Bangun Indonesia

Tingkat Pendidikan 2019 2018


Doktor 2 -
Pasca Sarjana 72 33
Sarjana 943 964
Diploma 428 389
SMA 877 947
SD / SMP 112 127
Jumlah / Total 2.434 2.460
Sumber : Profile PT Solusi Bangun Indonesia, 2019

Untuk menghadapi persaingan bisnis yang kian kompetitif, dinamis dan


cendrung sulit ditebak pada era global saat ini, perusahaan membutuhkan sumber
daya manusia yang cakap, terampil, berkeahlian, dan responsive terhadap adanya
kasus-kasus perubahan dari luar organisasi perusahaan (Muzayyannah, 2015). PT
Solusi Bangun Indonesia memiliki orang-orang yang terampil pada bidangnya
masing-masing. Sehingga sampai saat ini, PT Solusi Bangun Indonesia masih berdiri
tegap dan kokoh diantara konstelasi persaingan bisnis semen di Indonesia.

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh PT Solusi Bangun Indonesia tersebar
di tempat-tempat ataupun lokasi-lokasi bisnis perusahaan tersebut berjalan.
Setidaknya terdapat 7 sektor berjalannya operasi bisnis PT Solusi Bangun Indonesia.
Antara lain; 1). Pabrik dan Fasilitas Penggilingan; 2). Gudang Distribusi; 3). Silo dan
Terminal Distribusi; 4). Unit Pengolahan Limbah (UPL); 5). Pabrik Beton Jadi
(termasuk mobile project plants); 6). Kantor Penjualan; 7). Kantor Pusat. Peneliti
mencoba untuk mendetailkan ketujuh sektor tersebut melalui detail tempat yang
tersebar di seluruh Indonesia melalui table sebagai berikut :
Table 4. Peta Persebaran 7 Sektor Aktivitas Bisnis PT Solusi Bangun
Indonesia

Pabrik dan Fasilitas Gudang Distribusi Silo dan Terminal


Penggilingan Distribusi
Pabrik Longkha Bogor Lhokseumawe
Pabrik Narogong Sukabumi Belawan
Pabrik Cilacap Serang Batam
Pabrik Tuban Cirebon Lampung
Penggilingan Ciwandan Semarang Palembang
Penggilingan Kuala Indah Solo, Yogyakarta Pontianak

Unit Pengelolaan Pabrik Beton Kantor Penjualan Kantor Pusat


Limbah Jadi
Lhoknga - Jakarta Jakarta
Narogong - Solo -
Cilacap - Yogyakarta -
Tuban - Surabaya -

Sumber : Profile PT Solusi Bangun Indonesia, 2019

Peneliti akan mencoba untuk menambahkan peta persebaran melalui peta


geografis yang sudah dipublish oleh PT Solusi Bangun Indonesia melalui jejaring
media internet, sebagai berikut :

Figure 2. Peta Persebaran Geografis Operasi Bisnis Perusahaan PT Solusi Bangun


Indonesia
Sumber : Profile PT Solusi Bangun Indonesia, 2019

3.1.1 Lokasi Operasi Pabrik Semen di Narogong – Jawabarat.

Operasi pabrik semen yang bertempat di Narogong berlokasi tepat di Jl. Raya
Narogong Km.7, Cileungsi, Gunung Putri Kembang Kuning – Kelapa Nunggal,
Bogor 16710 - Jawa Barat.

Figure 3. Pabrik Semen di Narogong – Jawabarat

Sumber : (Profile SBI, 2019).

3.1.2 Lokasi Operasi Pabrik Semen di Cilacap – Jawa Tengah


Operasi pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia di Cilacap
bertempat tepat di Jl. Ir. H. Juanda, Karangtalun, Cilacap 23234 - Jawa
Tengah.

Figure 4. Pabrik Semen Cilacap – Jawa Tengah


Sumber : Hafizh, 2019 (dalam Google Maps)

3.1.3 Lokasi Operasi Pabrik Semen di Tuban – Jawa Timur


Operasi pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia di Tubah tertempat
tepat di Jl. Raya Glondong Kerek, Km.3, Desa Merkawang, Kecamatan,
Tambakboyo, Tuban 62353 - Jawa Timur.

Figure 5. Pabrik Semen di Tuban

Sumber : Saputra, 2021 (dalam Google Maps).

3.1.4 Lokasi Operasi Pabrik Semen di Aceh – Lokhnga.

Operasi pabrik semen yang bertempat di Lhoknga - Aceh berlokasi tepat di Jl.
Banda Aceh Meulaboh Km.17 - Kecamatan Lhoknga Nanggroe Aceh Darussalam

Figure 6. Pabrik Semen Aceh PT Solusi Bangun Indonesia


Sumber: Fazlur, 2018 (dalam Google Maps)

3.2 Logo Perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. dan Merk Produk PT
Solusi Bangun Indonesia “Dynamix”

3.2.1 Logo Perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia


Figure 7. Logo PT Solusi Bangun Indonesia

Logo PT Solusi Bangun Indonesia tercipta dari modul hexagonal yang akan
merepresentasikan kekokohan dan keberlanjutan dalam warna abu-abu (beton) dan
warna hijau (kelestarian lingkungan). Modul tersebut, terbangun dari visualisasi
bangunan candi sekaligus daun yang membawa semangat pembangunan serta
pelestarian alam sebagai bentuk satu kesatuan. Logo tersebut juga melambangkan
komitmen perusahaan dalam menyediakan solusi bangunan dan produk yang inovatif,
berkualitas tinggi dan tentunya ramah lingkungan.

3.2.2 Logo Merk Produk Terbaru PT Solusi Bangun Indonesia “Dynamix”


Sebelum terciptanya merk produk Dynamix, PT Solusi Bangun Indonesia
sudah memproduksi semen yang dikenal luas dengan nama “Holcim”. Adanya
transformasi perubahan nama yang dilakukan, tentu tidak semata-mata didasari oleh
keinginan perusahaan melakukan prosess pergantian nama begitu saja, melainkan
terdapat perencanaan yang matang didalamnya. PT Solusi Bangun Indonesia melalui
produk terbarunya ingin memberikan nilai tambah kepada kebutuhan pelanggan.
Sekaligus, mendorong adanya inovasi bahan bangunan yang memiliki oritentasi
terhadap masa depan. Perubahan nama dan logo produk PT Solusi Bangun Indonesia
ini juga didasari oleh akusisi mayoritas saham yang dilakukan oleh perusahaan PT
Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) terhadap PT Holcim Indonesia Tbk.
sehingga berubah menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

3.3 Visi dan Misi PT Solusi Bangun Indonesia

Visi dan misi bagi pengelolaan organisasi perusahaan merupakan hal mendasar
untuk memberikan boundries kepada tindakan-tindakan yang akan diambil oleh
organisasi perusahaan terkait dengan usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, visi dan
misi akan menjadi penentu berjalannya sebuah pengelolaan organisasi perusahaan saat
berdiri, hingga akhirnya mencapai tujuan bersama. Kemajuan sebuah organisasi
perusahaan akan ditentukan melalui visi dan misi yang diangkat. Hal tersebut didasari
oleh pengertian visi dan misi itu sendiri. Menurut Djaka (2012), visi adalah suatu
keinginan, cita-cita dan harapan oleh segenap kelompok institusi mengenai keadaan
dimasa yang akan datang. Sedangkan, misi adalah langkah-langkah yang diambil oleh
organisasi atau institusi untuk mewujudkan visi. Misi biasanya akan menjadi pegangan
bagi organisasi perusahaan tentang hal-hal yang harus dilakukan, serta tindakan yang
diperjelas melalui usaha bersama untuk mewujudkan visi.

Dalam rangka membangun keberlanjutan, pemenuhan profit perusahaan dan


menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan. PT Solusi Bangun Indonesia
memiliki visi untuk “Menjadi Perusahaan Penyedia Solusi Bahan Bangunan Terbesar di
Regional”. Sedangkan, dalam mewujudkan visi tersebut. PT Solusi Bangun Indonesia
mengambil beberapa tindakan sebagai misinya. Misi tersebut antara lain:

 Berorientasi pada kepuasan pelanggan dalam setiap inisiatif bisnis


 Menerapkan standar terbaik untuk menjamin kualitas
 Fokus menciptakan perlindungan lingkungan dan tanggungjawab sosial yang
berkelanjutan
 Memberikan nilai tambah terbaik untuk seluruh pemangku kepentinngan
 Menjadikan sumber daya manusia sebagai pusat pengembangan perusahaan.

3.3.1 Penjelasan singkat mengenai visi dan misi PT Solusi Bangun Indonesia

PT Solusi Bangun Indonesia memiliki cita-cita dan harapan untuk bisa


menjadi penyedia solusi bahan bangunan terbesar di regionalnya. Tentu dari segi level
direksi tertinggi hingga dilevel manajer terendah dan anggota kepegawaian
persusahaan, mereka menginginkan PT Solusi Bangun Indonesia terus menempati
keistimewaan dibenak para pelanggannya. Mereka akan terus berfikir tentang
bagaimana perusahaan melakukan operasi bisnis yang akan memuaskan hati para
pelanggannya. Usaha yang dipergunakan oleh perusahaan serta visi yang mereka
angkat tidak bisa dilalui oleh “Jalan Pintas”. Jalan pintas disini memiliki makna
bahwa segala peraturan yang terikat mulai dari legitimasi hukum, legitimasi sosial,
dan legitimasi moral (norma), tidak bisa mereka langgar dalam upaya mewujudkan
visi yang mereka sudah rumuskan. Dalam membangun kultur bisnis usaha yang baik,
PT Solusi Bangun Indonesia memiliki fokus pengembangan terhadap aspek-aspek
pembangunan keberlanjutan dan penciptaan nilai tambah bagi para pemangku
kepentingan.

Sebagai bentuk kontribusi PT Solusi Bangun Indonesia yang sudah


menyediakan bahan bangunan berkualitas melalui produk pengembangan usaha
mereka. Perusahaan tersebut juga ikut mendorong terciptanya iklim aktivitas bisnis
yang memikirkan setiap kondisi dari pengambilan keputusan kebijakan perusahaan.
Hal tersebut tercermin dari misi yang PT Solusi Bangun Indonesia usung. Mereka
menyisipkan tanggungjawab sosial perusahaan, perlindungan lingkungan,
kepentingan stakeholder, dan fokus pengembangan pegawai perusahaan pada setiap
langkah pengelolaan organisasi perusahaan. Sehingga dalam hal ini, kepentingan
kepuasan dari pelanggaan dapat terpenuhi. Namun, tidak melupakan faktor-faktor
penting lainnya.
LAMPIRAN INTERVIEW GUIDE

Adapun panduan dalam pengambilan data salah satunya adalah wawancara. Menjadi
penting untuk bisa diterapkan secara baik dan terstuktur sehingga dalam pengambilan data
peneliti tidak memiliki satu kekurangan apapun dilapangan. Dengan demikian, panduan
wawancara ini dibuat untuk mengambil data di PT Solusi Bangun Indonesia. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dibawah ini dilakukan melalui proses turunan-turunan
teori.

Identitas Diri

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Profesi di PT SBI :

INFORMAN KUNCI (KEPALA PENGELOLA CSR)

TEORI TURUNAN TEORI PERTANYAAN


Teori Kepemimpinan Kapasitas Psikologi Positif Bagaimana pandangan anda
Otentik (Avolio&Gardner, mengenai pandemi covid
2005 dalam Corey Fox, dkk. yang menimbulkan berbagai
2020). permasalahan dimasyarakat?

Apa yang anda rasakan


Ketika melihat masyarakat
mengalami kesulitan?

Apa yang ingin anda


lakukan sebagai kepala
pengelola CSR PT SBI
Ketika melihat masyarakat
mengalami kesulitan?
Etika Bagaimana anda menyikapi
pandemi covid melalui sudut
pandang perusahaan?
Moral Apakah timbul
tanggungjawab pada diri
anda saat melihat
masyarakat mengalami
kesulitan?
Nilai Bagaimana cara anda
menciptakan suatu nilai
kepada pemangku
kepentingan diera pandemi
ini?
Transparansi Bagaimana cara anda
melakukan reporting kepada
para pemangku kepentingan
dimasa pandemi?
Positif Interaksi Sosial Bagaimana anda
membangun keterhubungan
kepada para pemangku
kepentingan?
Self-Regulatiion Bagaimana anda
mengarahkan diri anda
untuk selalu merasa positif
dalam mendukung
masyarakat keluar dari masa
sulit seperti ini?
Konsistensi Bagaimana anda terus dapat
mendukung masyarakat
dimasa sulit seperti ini?
Tindakan yang positif Bagaimana perilaku yang
dimunculkan oleh anda
dalam memandang para
pemangku kepentingan
dimasa pandemi?

TEORI TURUNAN TEORI PERTANYAAN


Stakeholder (Berman, 1999) Stakeholder Management Bagaimana pandangan anda
(Power, Urgensi, mengenai prioritas program
Legitimasi) yang akan dibuat?
Bagaimana anda
menentukan prioritas
program? Dan berdasarkan
apa?
Bagaimana anda mengatur
adanya prioritas program
dalam pengelolaan CSR?
Bagaimana anda melakukan
identifikasi para pemangku
kepentingan dimasa
pandemi?
Apakah para pemangku
kepentingan dilibatkan
dalam pembuatan program
CSR dimasa pandemi?
Apakah pengelolaan CSR
PT SBI dimasa pandemi
melihat adanya keterkaitan
power, urgensi dan
legitimasi?
Apakah pengelolaan CSR
PT SBI dimasa pandemi
mempunyai skala prioritas
dalam menentukan siapa
yang akan dibantu terlebih
dahulu?
Instrict Stakeholder Bagaimana anda
Commiment Model memunculkan perasaan
tanggungjawab kepada para
pemangku kepentingan
dimasa pandemi?
Bagaimana anda
memunculkan satu nilai
untuk pemangku
kepentingan dimasa
pandemi?
Bagaimana komitmen anda
untuk terus mendukung
pemangku kepentingan
keluar dimasa sulit seperti
ini?
Bagaimana anda
memandang para pemangku
kepentingan dimasa
pandemi? Apakah hanya
sebatas objek yang dapat
dimanfaatkan, atau lebih
dari pada itu?

TEORI TURUNAN TEORI PERTANYAAN


Teori Adaptasi Misi Bagaimana Misi yang
Keorganisasaian (Schein, diusung CSR PT SBI dalam
2010) mendukung masyarakat dan
para pemangku kepentingan
lain?

Aspek-aspek apa saja yang


menjadi misi dari adanya
pengelolaan CSR PT SBI
dimasa pandemi?
Strategi Strategi apa yang anda
gunakan untuk melakukan
pengelolaan CSR dimasa
pandemi?

Bagaimana anda
menerapkan strategi
tersebut?
Cara Bagaimana cara yang anda
gunakan untuk memasukkan
unsur-unsur dari luar /
mengidentifikasi (dimasa
pandemi) kedalam
pengelolaan CSR?

Program-program apa yang


dikeluarkan PT SBI dalam
mendukung para pemangku
kepentingan dimasa
pandemi?
Pengukuran Apa yang menjadi ukuran
anda dalam melakukan
pengelolaan CSR dimasa
pandemi? (Profit, planet,
people?)

Apakah ukuran yang anda


gunakan sudah dirasa tepat
sehingga masyarakat dan
pemangku kepentingan lain
dapat terbantu pada
pengelolaan CSR yang
dilakukan?

Apakah ukuran tersebut


terimplementasi pada
program CSR dimasa
pandemi?
Evaluasi Apakah saat ini pelaksaan
pengelolaan CSR di PT SBI
Sudah mencapai target
dimasa pandemi?

Bagaimana anda melakukan


perbaikan kedalam
pengelolaan CSR dimasa
pandemi?

Metode apa yang anda


gunakan untuk melakukan
evaluasi program?

INFORMAN UTAMA (ANGGOTA PENGELOLA CSR)

TEORI TURUNAN TEORI PERTANYAAN


Teori Kepemimpinan Kapasitas Psikologi Positif Apakah selama ini kepala
Otentik (Corey Fox, dkk. pengelola CSR mempunyai
2020;Avolio&Gardner, rasa simpati dan empati
2005). kepada masyarakat dan para
pemangku kepentingan lain?

Apakah selama ini kepala


pengelola CSR mempunyai
rasa ingin membantu kepada
para masyarakat yang
tengah mengalami
kesusahan?

Etika Apakah sikap dari kepala


pengelola CSR sudah
menunjukkan keberpihakan
ataupun rela membantu
masyarakat dan para
pemangku kepentingan lain
dimasa pandemi?
Moral Apakah kepala pengelola
CSR selama ini mempunyai
rasa tanggungjawab
terhadap para pemangku
kepentingan?
Nilai Apakah kepala pengelola
selama ini mempunyai aspek
untuk menuntun anda dalam
menciptakan suatu nilai
kepada masyarakat?
Transparansi Apakah selama ini reporting
yang dilakukan oleh kepala
pengelola CSR dilaksanakan
secara transparan?
Positif Interaksi Sosial Bagaimana keterhubungan
kepala pengelola CSR
terhadap anggota pengelola
CSR dan para pemangku
kepentingan lainnya
Self-Regulation Bagaimana selama ini
kepala pengelola CSR
mengarahkan dirinya dalam
melakukan aktivitas untuk
mendukung masyarakat dan
pemangku kepentingan?
Konsistensi Apakah selama ini kepala
pengelola CSR konsisten
dalam mendukung
masyarakat ditengah
pandemi?
Tindakan yang positif Tindakan-tindakan seperti
apa yang dimunculkan oleh
kepala pengelola CSR
dimasa pandemi?

Arahan apa saja yang


diterbitkan oleh kepala
pengelola CSR selama masa
pandemi covid?

TEORI TURUNAN TEORI PERTANYAAN


Stakeholder (Berman, 1999) Stakeholder Management Bagaimana pandangan anda
(Power, Urgensi, mengenai prioritas program
Legitimasi) yang akan dibuat?
Bagaimana anda
menentukan prioritas
program? Dan berdasarkan
apa?
Bagaimana anda mengatur
adanya prioritas program
dalam pengelolaan CSR?
Bagaimana anda melakukan
identifikasi para pemangku
kepentingan dimasa
pandemi?
Apakah para pemangku
kepentingan dilibatkan
dalam pembuatan program
CSR dimasa pandemi?
Apakah pengelolaan CSR
PT SBI dimasa pandemi
melihat adanya keterkaitan
power, urgensi dan
legitimasi?
Apakah pengelolaan CSR
PT SBI dimasa pandemi
mempunyai skala prioritas
dalam menentukan siapa
yang akan dibantu terlebih
dahulu?
Instrict Stakeholder Bagaimana anda
Commiment Model memunculkan perasaan
tanggungjawab kepada para
pemangku kepentingan
dimasa pandemi?
Bagaimana anda
memunculkan satu nilai
untuk pemangku
kepentingan dimasa
pandemi?
Bagaimana komitmen anda
untuk terus mendukung
pemangku kepentingan
keluar dimasa sulit seperti
ini?
Bagaimana anda
memandang para pemangku
kepentingan dimasa
pandemi? Apakah hanya
sebatas objek yang dapat
dimanfaatkan, atau lebih
dari pada itu?

TEORI TURUNAN TEORI PERTANYAAN


Teori Adaptasi Misi Bagaimana Misi yang
Keorganisasaian (Schein, diusung CSR PT SBI dalam
2010) mendukung masyarakat dan
para pemangku kepentingan
lain?

Aspek-aspek apa saja yang


menjadi misi dari adanya
pengelolaan CSR PT SBI
dimasa pandemi?
Strategi Strategi apa yang anda
gunakan untuk melakukan
pengelolaan CSR dimasa
pandemi?
Bagaimana anda
menerapkan strategi
tersebut?
Cara Bagaimana cara yang anda
gunakan untuk memasukkan
unsur-unsur dari luar /
mengidentifikasi (dimasa
pandemi) kedalam
pengelolaan CSR?

Program-program apa yang


dikeluarkan PT SBI dalam
mendukung para pemangku
kepentingan dimasa
pandemi?
Pengukuran Apa yang menjadi ukuran
anda dalam melakukan
pengelolaan CSR dimasa
pandemi?

Apakah ukuran yang anda


gunakan sudah dirasa tepat
sehingga masyarakat dan
pemangku kepentingan lain
dapat terbantu pada
pengelolaan CSR yang
dilakukan?
Evaluasi Apakah saat ini pelaksaan
pengelolaan CSR di PT SBI
Sudah mencapai target
dimasa pandemi?

Bagaimana anda melakukan


perbaikan kedalam
pengelolaan CSR dimasa
pandemi?

Metode apa yang anda


gunakan untuk melakukan
evaluasi program?
.

DAFTAR PUSTAKA

Koutoupis, A., Kyriakogkonas, P., Pazarskis, M. and Davidopoulos, L. (2021), "Corporate


governance and COVID-19: a literature review", Corporate Governance, Vol. 21
No. 6, pp. 969-982. https://doi.org/10.1108/CG-10-2020-0447
Aini, E. N. (2020). Strategies and Programs Corporate Social Responsibility (CSR) Facing
the Era New Normal. International Journal of Innovation Review, 1(1), 45-52.
https://doi.org/10.52473/ijir.v1i1.15

Prasetya, A., Nurdin, M F., Gunawan, W. (2021). Perubahan Sosial Masyarakat Dalam
Perspektif Sosiologi Talcott Parsons di Era New Normal. SOSIETAS: Jurnal
Pendidikan Sosiologi, Vol 11 No 1, 929-939.
https://doi.org/10.17509/sosietas.v11i1.36088

Wiryawan, I. W. (2020). Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Pandemi Virus Corona


Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia. Prosiding Webinar Nasional Universitas
Mahasaraswati Denpasar, Denpasar 26 Juni 2020. Hal. 179-188. by https://e-
journal.unmas.ac.id/index.php/webinaradat/article/view/1180

Fisabilillah, L. W. P., Hanifa, N. (2021). Peran dan Kebijakan Pemerintah Indonesia di Masa
Pandemi Covid-19. Welfare: Jurnal Ilmu Ekonomi. Vol 2 (1). 9-19. by
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/welfare/article/view/2807

Noerkaisar, N. (2021). Efektivitas Penyaluran Bantuan Sosial Pemerintah untuk Mengatasi


Dampak Covid-19 di Indonesia. Jurnal Manajemen Perbendaharaan, 2(1), 83-104.
https://doi.org/https://doi.org/10.33105/jmp.v2i1.36

Candra Gayatri Wibawa , P. A. C., & Cindy Arieska Putri, N. K. (2021). KEBIJAKAN
PEMERINTAH DALAM MENANGANI COVID 19. Ganesha Civic Education
Journal, 3(1), 10-18. Retrieved from
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/GANCEJ/article/view/349

H. Wijayanto, "MENAKAR EFEKTIVITAS PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA


BESAR DALAM PENANGGULANGAN COVID19," GEMA PUBLICA :
Jurnal Manajemen dan Kebijakan Publik, vol. 5, no. 2, pp. 98-106, Oct. 2020.
https://doi.org/10.14710/gp.5.2.2020.98-106

Dewi, S. H., Setiyaningsih, H. (2020). Peran Sektor Swasta dalam Respon Terhadap Covid-
19: Studi Kasus Di Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI.
Vol 9 (4). Hal 218-224. Doi: https://doi.org/10.22146/jkki.61674
Sumarto, M. (2007). Kepedulian Sosial Perusahaan Cermin Disfungsi Pluralisme
Kesejahteraan. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik. Vol 10 (3). Hal. 343-364.
https://doi.org/10.22146/jsp.11011

Akbar, U. R., Humaedi, S. (2020). Peran CSR dalam Upaya Mengatasi Pandemi Covid-19.
Prosding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 7(2). Hal. 341-347.
DOI: https://doi.org/10.24198/jppm.v7i2.28874

Ramya, S.M. and Baral, R. (2021), "CSR during COVID-19: exploring select organizations’
intents and activities", Corporate Governance, Vol. 21 No. 6, pp. 1028-1042.
https://doi.org/10.1108/CG-09-2020-0426

BUDIASTUTI, Dewi Retno. PERAN CSR PERUSAHAAN PADA MASA PANDEMI


COVID 19. Jurnal Akrab Juara, [S.l.], v. 6, n. 1, p. 31-45, feb. 2021. ISSN 2620-
9861. Available at:
http://www.akrabjuara.com/index.php/akrabjuara/article/view/1349

Lestari, Sartika N. "Peran Perusahaan Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan di Indonesia." Masalah-Masalah Hukum,
vol. 46, no. 1, 2017, pp. 80-91, doi:10.14710/mmh.46.1.2017.80-91.

Widodo, H.S., & Triwanggono, A. (2018). KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI,


KEMAMPUAN ADAPTASI, DAN KINERJA USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH. EXERO : Journal of Research in Business and Economics. Vol
1(1). Hal 90-110. https://doi.org/10.24071/exero.v1i1.1663

Wahidah, I. Septiadi, M A. Hartono, N F S. Athallah, R. Rafqie, M C A. 2020. Pandemik


COVID-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai
Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen dan Organisasi. Vol 11 No 3. Dapat
diakses melalui https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmo/article/view/316

Nadzifah, Ulfiyatun. (2020). Welfare Pluralism sebagai Metode Pemberdayaan di Dusun


Gamol. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah
Pembangunan. 4. 111-134. 10.14421/jpm.2020.041-06.

Mulyadi, Y., Sembiring, Jafar. (2016). Pengaruh Faktor-Faktor Budaya Organisasi Menurut
Denison Terhadap Learning Organization di PT Akses Nusa Karya Infratek
Bandung. E-Proceeding of Management. Vol 3 (3). Hal 3056-3063. By
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/
article/view/3314

Hermanto, R. (2014). "Analisis Penerapan Budaya Organisasi dan Peranan Pemilik pada
Perusahaan Keluarga CV. Sumber Untung di Surabaya." Agora, vol. 2, no. 1. By
https://www.neliti.com/publications/35971/analisis-penerapan-budaya-organisasi-
dan-peranan-pemilik-pada-perusahaan-keluarg

Putra, I. P., Wirman, W. (2017). Implementasi Program Corporate Social Responsibility


(CSR) Bidang Empowerment PT Pertamina RU-II Dumai. Jurnal Online
Mahasiswa: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol 4(2). 1-11. By
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/15262

Nurdin. (2015). Analisis Pengaruh Tata Kelola Perusahaan yang Baik Terhadap Keunggulan
Bersaing Pada Bank Perkreditan Rakyat. Jurnal Manajemen dan Bisnis
(Performa). Vol 12(1). 122-135. By
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/performa/article/view/3046

Susilowati, F., Harsono. (2020). Implikasi Corporate Social Responsbility dalam Good
Corporate Governance untuk Mengurangi Konflik Keagenan. Akmenika : Jurnal
Akutansi dan Manajemen. Vol 17 (1). 326-335.
https://doi.org/10.31316/akmenika.v17i1.659

Wibawanto, S. (2019). PERAN KELUARGA DALAM PERILAKU PEMBELIAN


HEDONIS. Fokus Bisnis : Media Pengkajian Manajemen Dan Akuntansi, 17(2),
1-14. https://doi.org/10.32639/fokusbisnis.v17i2.228

Fox, C., Davis, P. and Baucus, M. (2020), "Corporate social responsibility during
unprecedented crises: the role of authentic leadership and business model
flexibility", Management Decision, Vol. 58 No. 10, pp. 2213-2233.
https://doi.org/10.1108/MD-08-2020-1073

Winbaktianur., Sutono. (2019). Kepemimpinan Otentik dalam Organisasi. Jurnal Psikologi


Islam : Al-Qalb. Vol 10 (1). 71-78. https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.830

Suwandi, I., Arifianti, R., Rizal, M. (2018). Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance (GCG) Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO). Jurnal
Manajemen Pelayanan Publik. Vol 2(1). 45-54.
https://doi.org/10.24198/jmpp.v2i1.21559

Latapí Agudelo, M.A., Jóhannsdóttir, L. & Davídsdóttir, B. A literature review of the history
and evolution of corporate social responsibility. Int J Corporate Soc
Responsibility 4, 1 (2019). https://doi.org/10.1186/s40991-018-0039-y

Mulyadi, M. (2012). Riset Desain Dalam Metodologi Penelitian. Jurnal Studi Komunikasi
dan Media. Vol 16 (1). 71-80. http://dx.doi.org/10.31445/jskm.2012.160106

Wahyuningsih, S. (2013). Metode Penelitian Studi Kasus : Konsep, Teori, Pendekatan


Psikologi Komunikasi, dan Contoh Penelitiannya. Madura: UTM PRESS

Yona, S. (2006). Penyusunan Studi Kasus. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol 10 (2). 76-80.
By https://media.neliti.com/media/publications/109006-ID-penyusunan-studi-
kasus.pdf

ISO 26000. (2010). Guidance on social responsibility. Switzerland: Internasional Standard.

Heryana, Ade. (2018). Informan dan Pemilihan Informan dalam Penelitian Kualitatif. By
https://www.researchgate.net/publication/329351816_Informan_dan_Pemilihan_I
nforman_dalam_Penelitian_Kualitatif

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa.


Solo: Cakra Books

PT Solusi Bangun Indonesia. (2021). Profile Perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia. By


https://solusibangunindonesia.com/profil-perusahaan/

Hadi, S. (2016). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Vol 22(1). 74-79. http://dx.doi.org/10.17977/jip.v22i1.8721

Mekarsice, A. A. (2020). Teknik Pemeriksanaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif


di Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Vol 12
(3). 145-151. https://doi.org/10.52022/jikm.v12i3.102

Sunaryo. (2013). Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Perspektif Pembangunan


Berkelanjutan. Fiat Justicia: Jurnal Ilmu Hukum.Vol 7 (1). 264-267. DOI:
10.14710/mmh.44.1.2015.26-33
Hasnati, Dewi, S., Utama, A. S. (2021). Implementasi CSR PT Asia Forestama Raya
Terhadap Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Masa pandemi Covid-19.
Ensiklopedia Social Review : Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian
Ensiklopedia. Vol 3(1). 25-31. DOI: https://doi.org/10.33559/esr.v3i1.682

Rifai, B. (2020). Pemanfaatan Metode Riset Digital Dalam Pengembangan Ekosistem


Penelitian dan Inovasi. Inovasi Indonesia. Yogyakarta: 12 Desember 2020. 1-21.

Mahmud A, Ding D, Hasan MM. Corporate Social Responsibility: Business Responses to


Coronavirus (COVID-19) Pandemic. SAGE Open. January 2021.
doi:10.1177/2158244020988710

Choirunnisa, D. (2020). Community Social Responsibility (CSR) Approach to the


Community during the Covid-19 Pandemic. International Journal of Innovation
Review, 1(1), 53-59. https://doi.org/10.52473/ijir.v1i1.13

Junaedi, N. dkk. (2020). Bersinergi Membangun Masyarakat Mandiri, Berdaya dan


Sejahtera. Jakarta: PT Multi Inovasi Mandiri.

Subandi. (2011). Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode dalam Penelitian Pertunjukkan.
Humaniora : Journal of Arts Research and Education. Vol 11(2). Hal 173-179.
Dapat diakses melalui
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/2210

Rosaliza, M. 2015. Wawancara, Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian


Kualitatif. Jurnal Ilmu Budaya. Vol 11 No 2. Dapat
diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/100164-ID-
wawancara-sebuah- interaksi-komunikasi-da.pdf

Kawasati, R. Iryana. 2011. Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif. Fakultas Ekonomi
Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong.

Rokhlinasari, S. 2015. Teori-teori dalam pengungkapan informasi Corporate Social


Responsibility Perbankan. Vol 7 No 1. Dapat diakses melalui
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/amwal/article/view/217

Ganesha, I. Hartanti, D. 2019. Analisis Stakeholders Management PT ABC Terkait Kasus


Kebakaran Lahan. Jurnal Riset Akutansi dan Keuangan. Vol 7 No 2. Dapat
diakses melalui https://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/view/17430
Hasan, Ali. 2017. Power Stakeholder dalam Bisnis. Jurnal Media Wisata. Vol 15 No 2.
Dapat diakses melalui
https://www.amptajurnal.ac.id/index.php/MWS/article/view/290
Fernando, S. Lawrence, S. 2014. A theoretical framework for CSR practices: Integrating
legitimacy theory, stakeholder theory and institutional theory. Journal of
Theoretical Accounting Research. Vol 10. Issue 1. Dapat diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/290485216_A_theoretical_framewo
rk_for_CSR_practices_Integrating_legitimacy_theory_stakeholder_theory_an
d_in stitutional_theory

Rijali, A. 2018. Analisis Data Kualitatif. Jurnal ALHADHARAH : Ilmu Dakwah. Vol 17 No
33. Dapat diakses melalui https://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/alhadharah/article/view/2374

Anda mungkin juga menyukai