Dosen Pembimbing :
Kusrini Wulandari, SKM.,Mkes
Arni Widyastuti, SKM.,Mkes
Disusun oleh :
Kelompok 6 3D4B
Afrannisa Fauziyah K. (P21335118002)
Bagus Andy (P21335118014)
Nadya Putri Ramadhani (P21335118043)
Novi Febriyani (P21335118045)
Wiwik Purwasih (P21335118077)
Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan ,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12120
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Penulisan makalah berjudul “Langkah – Langkah Pemberdayaan Masyarakat” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Amin.
Kelompok 6
A. PERENCANAAN
1. Definisi Perencanaan
Perencanaan sosial memiliki kaitan yang erat dengan perencanaan pelayan kesejahteraan
sosial. Dengan demikian, meskipun perencanaan sosial masih seringa diartikan secara luas
(menyangkut pendidikan, kesehatan,perumahan) perencanaan sosial pada hakekatnya
menunjuk pada perencanan mengenai program pelayanan kesejahteraan sosial (Conyers,
1992) mengacu pada pengertian yang dirumuskan PBB pada tahun 1970, rangkaian kegiatn
terorganisir ditujuakn untuk memungkinkan individu, kelompok serta masyarakat dapat
memperbaiki keadaan mereka sendiri, menyesuaikan dengan kondisi yang ada, serta dapat
berpartisipasi dalam tugas-tugas pembangunan.
Dengan demikian, perencanaan program pelayanan sosial pada dasarnaya menunjuk pada
kegiatan-kegiatan pelayanann kesejahteraan sosial yang umumnya mencakup; bimingan
keluarga, pendidikan orangtua, perawatan sehari-hari, kesejahteraan anak, perawatan manusia
lanjut usia, rehabilitasi penyandang cacat dan narapidana, pelayanan bagi pengungsi, kegiatan
kelompok remaja, pelayanan kesehatan, kegiatan persekolahan, dan perumahan (Marjuki dan
Suharto, 1996).
2. Model Perencanaan
Prinsip-prinsip dalam perencanaan program sangat tergantung pada manunisi dan tujuan
dari perencanaan sosial itu sendiri. Asumsi dan tujuan perencanaan sosial tidak ada yanbg
seragam, melainkan tergantung pada model perencanaan yang dipillih. Oleh karena itu untuk
memahami prinsip-prinsi dalam perencanaan sosial dapat dilakukan melalui penelaahan
terhadap model-model perencanaan sosial. Sedikitnya ada empat model perencanaan sosial
yang memuat prinsip-prinsip perencanaan secara trersendiri (Gilbert dan Specht, 1997).
Model perencanaan ini merupakan model yang paling terkenal dan luas diterima oleh
pembuat keputusan. Prinsip utama dalam model ini adalah bahwa perencanaan merupakan
suau proses yang teratur dan logis sejak dari diagnosisi masalah hinga sampai pada
pelaksanaan kegiatan atau penerapan program. Model ini sangat menekan pada aspek teknis
metodeologis yang didasarkan atas fakta-fakta, teori dan nilai-nilai tertentu yang relevan.
Dalam model ini masalah yang ditemukan harus didiagnosisi, ditentukan pemecahannya
melalui perancangan program yang komprehensif, kemudian diuji efektivitasnya sehingga
diperoleh cara pemecahan maslah dan pencapaian tujuan yan baik.
Namun demikian, beberapa ahli menunjukkan beberapa kelemahan yang melekat pada model
ini (winarno, 2002):
a) Karena masalah yang disusulkan oleh model ini bersifat komprehensif, luas dan
mencakup berbagai sector pembangunan, program yang diusulkan oleh para pembuat
keputusan seringkali tidak mampu merespon masalah yang spesifik dan konkrit.
b) Teori rasional yang komprehensif seringkali tidak realistis karena informasi mengenai
masalah-masalah yang dikaji dan altenatif-alternatif yang di ajukan seringkali
menghadapi hambatan, misalnya dalam waktu dan biaya.
c) Para pembuat keputusan biasanya berhadapan dengan situasi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan.
b. Model Inkramental
Kekurangan yan ada pada mmodel raisonal komprehensif melahirkan model inkramental
atau model penambahan (incremental). Prinsip utama model ini mensyaratkan bahwa
perubahan-perubahan yang diharapkan perecanaan tidak bersifat radikal, melainkan hanya
perubahan-perubahan kecil saja atau penambahan-penambahan pada aspek-aspek program
yang sudah ada. Prinsip ini berbeda dengan model pertama yang menekankan perubahan-
perubahan fundamental. Model ini menyaranakan bahwa perencanaan tidak perlu
menentukan tujuan-tujuan dan kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan untuk
mencapainya.
Yang diperlukan adalah menentukan pilihan terhadap kebijakan A dan B yang sama-sama
akan menghasilkan a, b, dan c dalam ukuran yang sama. Namun demikian A dapat
menghasilkan d yang lebih besar daripada atau lebih banyak daripada B, sedangkan B
menghasilkan e yang lebih besar daripada A. maka untuk memilih kebijakan A dan B caranya
adalah dengan membandingkan perbedaan antara d dan e saja, serta menentukan yang mana
yang harus dikorbankan.
d. Model Transaksi
Prinsip utama model ini menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interaksi dan
komunikasi antara perencana dan para penerima pelayanan. Oleh karena itu, model ini
menyarankan bahwa perencanaan harus dapat menutup jurang komunikasi antara perencana
dan penerima pelayanan yang membutuhkan perencanaan program. Caranya dapat dilakukan
dengan mengadakan transaksi yang bersifat pribadi, baik lisan maupun tulisan secara
menerus diantara mereka yang terlibat.
Keikutsertaan masyarakat di dalam menjadi kader kemudian diharap dapat atau bisa
menjaga berlangsungnya program yang telah atau sudah dikembangkan. Kerja sama antar
petugas dengan masyarakat adalah hal yang sangat penting pada tahap ini, karena terkadang
sesuatu yang sudah atau telah terencana dengan baik itu bisa atau dapat melenceng saat
berada di lapangan.
2. Pesan-pesan dan bahan-bahan secara terintegrasi dan sesuai jadwal melalui media
yang tepat sehingga mendapat pengaruh yang nyata
4. Sebarkan secara luas jadwal pelaksanaan dan laporan sehingga tidak ada seorangpun
key person atau kelompok yang tisak mengetahuinya.
Pemantauan adalah pengumpulan data secara berkala dan tepat waktu untuk
menentukan apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemantauan
merupakan proses yang berjalan terus menerus selama siklus proyek, dari pelatihan dan
sosialisasi, hingga perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Hasil pemantauan digunakan
untuk meningkatkan mutu pelaksanaan dan menyesuaikan perencanaan.
Evaluasi adalah menilai secara berkala apa yang telah dihasil-kan, untuk mengetahui
apakah proyek berhasil mencapai tujuan-tujuan utamanya
Monitoring dan evaluasi adalah cara untuk melihat apakah program mampu
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Monitoring adalah kegiatan
pemantauan implementasi program secara berkala untuk mengetahui dan
mengendalikan apakah kegiatan telah berjalan sesuai dengan rencana kegiatan.Sementara
evaluasi adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana program mampu mencapai
sasaran dan menghasilkan dampak yang diharapkan.
• Pemantauan dan evaluasi adalah alat pengelolaan yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat segera diambil secara
cepat dan tepat.
• Pemantauan dan evaluasi penting karena merekam pengalaman proyek dan pelajaran
yang dapat dipetik. Pemantauan dan evaluasi memungkinkan pengelola proyek dan
pihak-pihak lain mengetahui apa yang terjadi di lapangan.
Hal yang paling prinsipil dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah acuan
kegiatan monitoring adalah ketentuan-ketentuan yang disepakati dan diberlakukan,
selanjutnya sustainability kegiatannya harus terjaga, dalam pelaksanaannya objektivitas
sangat diperhatikan dan orientasi utamanya adalah pada tujuan program itu sendiri. Adapun
prinsip-prinsip monitoring sebagai berikut:
Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus
Monitoring harus dapat memotifasi staf dan sumber daya lainnya untuk
berprestasi
2. Tujuan yang jelas. Kegiatan M&E difokuskan pada hal-hal yang relevan
dengan tujuan dari monitoring itu sendiri yang dikaitkan dengan aktivitas
dan tujuan program. Jangan mengumpulkan data yang tidak relevan dengan
kebutuhan program. Perlu dibuat logframe, intervention logic model, dan
rencana kerja M&E yang antara lain mencakup rincian indicator kinerja
yang akan dipantau.
4. Informasi hasil M&E harus akurat dan objektif; informasi tidak akurat dan
objektif bisa menyebabkan false alarm. Perlu mekanisme untuk check
konsistensi dan akurasi data.
6. Sistem M&E dibuat flexible; dalam artian tidak kaku tapi bisa disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi tapi masih dalam batas koridor SOP.
9. Unit M&E terdiri dari para specialists yang tidak hanya bertugas
mengumpulkan data tetapi juga melakukan analisa masalah dan memberikan
rekomendasi pemecahan masalah secara praktis.
b) PENYUSUNAN MONITORING PROGRAM PEMBERDAYAAN
Proses dalam monev sederhananya adalah “menelusuri” proses pekerjaan proyek atau
kegiatan sehingga dapat menemukan “apa yang sesungguhnya terjadi di antara (proses)
dengan tujuan yang dirumuskan. Apabila dalam penelusuran atau pemantauan itu ditemukan
adanya pesenjangan atau penyimpangan yang direkomendasikan perubahan atau perbaikan
sehingga kesenjangan segera teratasi. Atau setidaknya meminimalisir kerugian yang timbul
akibat penyimpangan.
Karena manfaat monitoring itu sangat besar dan penting dalam peranannya sebagai
“alat perencanaan” maka dilakukan dengan metode dan alat yang terstruktur dan sistematis,
misalnya dengan menggunakan angket, wawancara, FGD dan sebagainya. Prosesnya secara
skematik dapat dilihat seperti dibawah ini:
Pengukuran pelaksanaan;
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dengan mengikuti beberapa langkah sebagai berikut.
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan:
Monitoring ini untuk mengukur ketepatan dan tingkat capaian dari pelaksaan
program/kegiatan/proyek yang sedang dilakukan dengan menggunakan standar (variable)
yang telah dipersiapkan di tahap perencanaan. Setelah memastikan definisi yang tepat tentang
variabel yang dimonitor serta indikatornya, maka laksanakan monitoring tersebut. Adapun
indikator umum yang diukur dalam melihat capaian pekerjaan antara lain adalah :
Kesuaian dengan tujuan proyek/kegiatan
Tahap Pelaporan
Pada langkah ketiga, yaitu menentukan apakah prestasi kerja itu memenuhi standar yang
sudah ditentukan dan di sini terdapat tahapan evaluasi, yaitu mengukur kegiatan yang sudah
dilakukan dengan standar yang harus dicapai. Selanjutnya temuan-temuan tersebut
ditindaklanjuti dan hasilnya menjadi laporan tentang program.
Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring,
karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan
monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi
diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan
dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu
kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian.
Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat” (William N Dunn : 2000).
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang
diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output).
Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya dalam suatu periode
(tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang dibuat dalam
perencanaan dan dilaksanakan.
Umpan balik dari sebuah program akan dipergunakan dalam perbaikan dan penyesuaian
komponen-komponen yang tidak maksimal dalam pelaksanaan program. Bila memungkinkan
perubahan scenario dan konsolidasi sumberdaya (proses manajemen) dapat dilakukan dalam
pelaksanaan program sehingga lebih menjamin keberhasilan program.
Evaluasi bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada
program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang
output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan, dan terutama apa yang dapat
diperbaiki pada program yang sama yang akan dilaksanakan di waktu dan tempat lain.
DAFTAR PUSTAKA