Anda di halaman 1dari 38

1

USULAN PROPOSAL
PENGARUH PERENCANAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP
KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN
BENCANA SOSIAL DI KABUPATEN ACEH TENGAH
PROVINSI NAGROE ACEH DARUSALAM

LOGO

OLEH :
RAHARJO
NIM : 090610013

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar
Magister Sains (M.Si) Dalam Bidang Ilmu Administrasi Publik
Program Magister Ilmu Administrasi

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA, 2010
2
3

PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL
PENGARUH PERENCANAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP
KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN BENCANA
SOSIAL DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI NAGROE ACEH
DARUSALAM.

II. Latar Belakang Masalah


Bencana sosial yang kerap terjadi di Indonesia pada akhir-akhir ini telah
dirasakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai kejadian yang meresahkan.
Kebakaran, masalah sosial sosial, korban ledakan bom, korban pencemaran
limbah industri, perahu pecah, issue nasional dan internasional tentang pelintas
batas, deportan, repatrian, orang terlantar dan berbagai kejadian yang dinyatakan
luar biasa oleh Pemerintah merupakan peristiwa sosial yang hampir ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai media cetak dan elektronik hampir setiap
hari memuat berita yang berkaitan dengan berbagai jenis bencana sosial tersebut.
Hal ini menandakan, bahwa peristiwa ini menjadi fakta sosial yang cukup menarik
perhatian dari berbagai kalangan.
Meskipun akurasi data belum sepenuhnya ditemukan, namun fakta
menunjukkan bahwa peristiwa bencana sosial telah melanda hampir diseluruh
wilayah Indonesia. Tidak terbatas karena faktor keberagaman, tetapi peristiwa ini
bersumber pula dari berbagai unsur lainnya yang kesemuanya mengakibatkan
lemahnya sistem ketahanan sosial masyarakat, yang ditandai oleh
ketidakberdayaan masyarakat dalam membangun modal sosial (saling percaya,
komitmen bersama, menguatnya nilai dasar tentang persaudaraan sejati dan
kesetiakawanan sosial, adanya tatanan kelembagaan sosial yang berdaya dan
sistem jaringan sosial pada masyarkat setempat yang mampu bekerja secara
fungsional), disintegrasi sosial, ketidakmampuan masyarakat menjamin ancaman
4

dan masalah sosial, ketidakmampuannya warga dalam mendorong partisipasi


masyarakat dan lain sebagainya. Frekuensi dan intensitas bencana sosial yang
demikian besar, menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang berdaya karena
memiliki kelemahan dalam mencegah dan menanganinya terutama kemampuan
deteksi dini sebagai upaya antisipasi terjadinya bencana sosial. Lemahnya
deteksi dini menjadi salah satu faktor utama sumber pemicu terhadap meluasnya
bencana sosial beserta dampak yang ditimbulkannya. Di samping itu lemahnya
kemampuan masyarakat untuk melaksanakan upaya pencegahan terhadap
terjadinya bencana sosial harus diminimalisir dengan cara meningkatkan
kapasistas kemampuannya.
Terhadap kondisi tersebut di atas, maka supaya ke depan penanganan
bencana sosial tidak menimbulkan dampak yang berkelanjutan bagi korban
bencana sosial, maka program penangulangan bencana sosial perlu direncanakan
dan diimplementasikan secara baik dan tepat, tanpa menunggu terjadinya masalah
sosial.
Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan prosedur-prosedur yang saling
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari organisasi. Dalam
perencanaan ini disusun suatu urutan-urutan pekerjaan, yang melibatkan beberapa
orang dalam suatu organisasi atau lebih.
Sedangkan implementasi menurut Winardi (1990:21), merupakan fungsi dari
manajemen yang menjabarkan program kegiatan yang telah direncakan dalam
bentuk implementasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut Bintoro Tjokroamidjojo (1993:221), menyatakan banyak
aspek yang mempengaruhi hasil implementasi suatu kebijakan, tidak hanya
sekedar perencanaan kebijakan yang bagus atau dukungan aspek administratif
belaka, tetapi dalam prakteknya implementasi kebijakan juga berkenaan dengan
institusi-institusi pelaksana, pelaku-pelaku kebijakan, kepatuhan pelaksana,
sumber-sumber, respon masyarakat, dan dukungan semua pihak. Tidak dapat
disangkal lagi bahwa lemahnya perencanaan, dan implementasi program
penanggulangan bencana sosial, mendorong terjadinya kekurangtepatan sasaran
dan lemahnya tingkat pencapaian hasil yang diharapkan dalam penanganan
5

program bencana sosial, sehingga selalu menimbulkan dampak masalah yang


berkelanjutan.
Berkenaan dengan hal tersebutlah yang melatar belakangi masalah ini
untuk dikaji.

III.IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian

ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Perencanaan terhadap Program Penanggulangan Bencana Sosial masih lemah

2. Implementasi terhadap Program Penanggulangan Bencana Sosial belum

berhasil secara optimal

3. Pengawasan terhadap Program Penanggulangan Bencana Sosial belum

optimal sehingga masih ditemukan berbagai penyimpangan

4. Pendataan terhadap korban bencana sosial masih lamban dan kurang akurat

6. Kesadaran dan inisiatif serta kemandirian masyarakat dalam membantu

penanganan program penaggulangan bencana sosial masih rendah.

7. Evaluasi menyeluruh (holistik & komperhensif) terhadap program

penanggulangan bencana sosial belum dilakukan secara periodik.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka pokok
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh perencanaan terhadap keberhasilan implementasi
penanganan bencana sosial di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi NAD?
6

2. Apakah terdapat pengaruh pengelolaan lingkungan sosial terhadap


keberhasilan implementasi penanganan bencana sosial di Kabupaten Aceh
Tengah Provinsi NAD?
3. Apakah terdapat pengaruh perencanaan dan pengelolaan lingkungan sosial
secara bersama-sama terhadap keberhasilan implementasi penanganan
bencana sosial di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi NAD?

IV. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan
perencanaan program bantuan sosial dan pengelolaan lingkungan sosial, sertra
untuk mengukur keberhasilan implementasi penanggulangan bencana sosial.

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan terhadap keberhasilan implementasi
penanganan bencana sosial di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi NAD.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengelolkaan lingkungan sosial terhadap
keberhasilan implementasi penanganan bencana sosial di Kabupaten Aceh
Tengah Provinsi NAD.
3. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan dan pengelolaan lingkungan sosial
secara bersama-sama terhadap keberhasilan implementasi penanganan
bencana sosial di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi NAD

V. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Praktis
Dapat mengembangkan berbagai faktor dan memberikan informasi terutama
kepada Departemen Sosial RI yang terkait untuk memecahkan masalah dan
memberikan saran dalam penyusunan program penaggulangan bencana sosial
dan masalah sosial bagi korban bencana sosial.
2. Kegunaan Teoritas
7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan


dan pengembangan dalam proses belajar pada Program Pascasarjana
Program Magister Ilmu Administrasi Publik Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi YAPPANN Jakarta.

VI. LANDASAN TEORI

1. Hakekat Perencanaan Program Bantuan Sosial

Soewarno Handayaningrat (1994:32) memberikan pengertian perencanaan

sebagai berikut :

Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan prosedur-prosedur yang


saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang
menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari
organisasi. Dalam perencanaan ini disusun suatu urutan-urutan pekerjaan,
yang melibatkan beberapa orang dalam suatu organisasi atau lebih.

Lebih lanjut menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1992:26), bahwa


perencanaan merupakan suatu proses yang sistematis terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dalam perencanaan harus
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan
2. Mengumpulkan data dan informasi
3. Menganalisa data dan informasi
4. Menentukan alternatif
5. Melaksanakan rencana dan melakukan penilaian hasil rencana.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa perencanaan merupakan
suatu proses secara sistematis dan rasionalitas terhadap kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1992:16), perencanaan yang baik harus
dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat
dirumuskan dalam 6 pertanyaan, yaitu :
8

1) Apa (What)
Apa menanyakan : apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa
yang direncanakan. Jawaban dari pertanyaan ini menunjukkan tentang tujuan
(objective), dan sasaran (target), yang hendak dicapai dalam waktu yang
relatif pendek (short term), dan waktu panjang (long term) sehingga dari sana
dapat suatu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang.
2) Mengapa (Why).
Mengapa menanyakan sebab-sebab mengapa tujuan itu yang akan dicapai,
mengapa jenis kegiatan itu yang harus dikerjakan. Jawaban terhadap
pertanyaan ini memberikan alasan-alasan kenapa perencanaan itu dibuat,
sehingga diperoleh pengertian yang lebih jelas dan terperinci tentang latar
belakang pemikiran perencanaan tersebut.
3) Dimana (where)
Dimana menanyakan hal yang berhubungan dengan lokasi atau tempat di
mana rencana itu akan dilaksanakan. Pertanyaan ini akan memberikan
jawbaan penentuan tentang tempat kerja (lokal, geografis) dan letak tingkatan
implementasi suatu rencana, seperti tingkat pusat atau daerah.
4) Kapan (when).
Kapan menanyakan hal yang berhubungan dengan waktu, kapan, bilamana
rencana itu akan dilaksanakan.
5) Siapa (who)
Siapa menanyakan orang : siapa penanggung jawab rencana itu, siapa akan
diberi tugas melaksanakan rencana itu, baik untuk tenaga manajemen maupun
untuk tenaga implementasinya.
Demikian pula, apakah rencana itu akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat
atau oleh pemerintah daerah.
6) Bagaimana (how)
Bagaimana menanyakan cara : bagaimana melaksanakannya, bagaimana
mengerjakannya. Dengan pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan tentang cara-cara, metode implementasi dengan
memperhatikan faktor pembiayaan, kemampuan/kecakapan pegawai, iklim di
sekitar lokasi implementasi rencana. Faktor-faktor tersebut perlu
9

diinventarisasi terlebih dahulu sehingga implementasi rencana tidak


mengalami hambatan.
Di samping dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan

tersebut di atas, salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun

rencana, adalah organisasi perencanaan, dalam arti siapa yang membuat

perencanaan tersebut, atau bagaimana organisasi perencanaan itu. Sehingga akan

jelas pertangung jawabannya terhadap perencanaan yang dibuat.

Lebih lanjut Nitisemito (1990:32), menyatakan bahwa perencanaan yang

baik mengandung 6 (enam) elemen, yaitu ::

1) Rencana yang disusun menyangkut masalah untuk masa mendatang.

2) Rencana yang disusun mengandung perumusan-perumusan kegiatan yang akan

dilakukan.

3) Rencana yang disusun mengandung perumusan tentang tujuan yang akan

dicapai.

4) Rencana yang disusun ditandai dengan suatu motif, alasan atau sebab.

5) Rencana yang disusun merupakan hasil pemilihan dari berbagai altertatif, yang

dibuat dengan mempergunakan berbagai macam pertimbangan dan pemikiran

secara rasional.

6) Rencana yang disusun dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan

(forecasting) yang dihadapi.

Dalam suatu perencanaan penanggulangan bencana sosial, ada beberapa

indikator yang perlu dipersiapkan yakni : 1) menyusun blueprint, 2) menyusun

directory, serta 3) pemetaan. Menyusun blueprint merupakan proses perencanaan

dan penyusunan juklak dan TOR pelaksanaan bantuan sosial secara jelas.

Menyusun directory merupakan proses perencanaan dan penyusunan profil

kegiatan keserasioan sosial dan kegiatan bantuan sosial korban bencana sosial
10

secara jelas. Untuk pemetaan merupakan proses identifikasi dan seleksi bagi

penerima bantuan korban bencana sosial.

Untuk analisis data dan informasi merupakan proses evaluasi terhadap data dan

informasi korban bencana sosial, sehingga data korban bencana sosial akurat dan

valid. Sedangkan penentuan alternatif kegiatan adalah penetapan alternatif pilihan,

sehingga adanya persamaan pemahaman dan kesatuan pandang dalam penanganan

korban bencana sosial.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perencanaan penanggulangan bencana merupakan suatu proses secara sistematis

dan rasionalitas terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yang di mulai

dari penyusunan blueprint, directori, pemetaan, analisis informasi hingga

penentuan alternatif kegiatan.

2. Hakekat Pengelolaan Lingkungan Sosial


Lingkungan sosial merupakan suatu faktor yang dapat berpengaruh terhadap
suatu tujuan yang hendak dicapai. Apabila llingkungan sosial dapat dibangun
secara baik, maka akan mendukung suatu keberhasilan pembangunan yang
dilakukan.
Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996:31) lingkungan sosial adalah suatu
factor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tertentu dalam suatu komunitas
tertentu. Lebih lanjut Ginanjar Kartasasmita menyatakan bahwa pengelolaan
lingkungan adalah suatu proses mulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap
lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan budaya, sehingga tidak menimbulkan
dampak kerugian dan kerusakan lingkungan.
Selanjutnya pengembangunan sosial meliputi pembangunan ekonomi
tetapi berbeda dari sifatnya yang menekankan pada pembangunan untuk seluruh
masyarakat dalam aspek ekonomi, politik, sosidal dan budaya. Dalam hal ini,
rencana pembangunan sosial tidak dengan sendiri berhubungan perencanaan
secara ekslusif untuk pelayanan sosial yang lebih dri perencanaan ekslusif
11

pertumbuhan ekonomi. Dan banyak bidang yang merupakan bagian dari


pelayakan sosal atau kesejahteraan karena menurut sudut pandang sosal adalah
relevan. Yang lebih tetap ini berhubungan dengan kebijakan penduduk, kebijakan
berhubungan urbanisasi, lokasi industri dan polusi lingkungan, kebijakan yng
berhubungan dengan pembangunan regional, kebijkan pertumbuhan pendapatan,
pmbagian pendapatan dan pertahanan, kebijkan yang mengatur pemerintah dan
partisipsi rakyat dalam prenrncanaan dan pelaksanaan rencana.
Selanjutnya terhadap lingkungan sosial yang harus dikelola dengan baik
antara lain :
1. Lingkungan Kesehatan
Kesehatan adalah bidang yang harus diperhatikan dalam mencapai siatu
keberhasilan pembangunan masyarakat. Diantara pencegahan pelayanan
kesehatan yang menjamin perlindungan pasokan air bersih dan sanitasi harus
diberikan prioritas tinggi. Ada dua bidang strategi dalam pencegahan penyakit
utnuk semua kelompok usia khususnya anak-anak dan kesehatan ibu dan anak.
Dasar kesehatan jiwa dan raga didasarkan pada tahap awal dan remaja.
Penyediaan makanan yang baik merupakan persyaratan dasar kesehatan. Namun
negara berkembang tidak dapat menyediakan dan mengimbangi diet yang
diberikan kepada seluruh rakyatnya. Keseimbangan gizi yang diberikan kepada
anak dalam sistem sekolah publik harus menjadi bagian dari pelayanan kesehatan
sekolah.
2. Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan pertanyaan penting yang berhubungan
dengan tingkat penddiikn diman investsi keuangan penting harus dibuat. Dri sudut
pandang ekonomi atau sosial, kepentingan terbesar adalah buta huruf universal
pada kelompok usia dewasa, dan pendidikan dasar untuk anak yang berumur 6
dan 8 tahun harus dicapai. Dengan berbagai macam alasan bagi India belum
mencapai target ini dan sesungguhnya ini target yng belum dicapai pada negara
Asia lainnya.
Perluasan dasar piramid pendidikan pada tahap sekolah dasar dan menengah
hrus mendapat prioritas utama. Disamping perluasan pendidikan dengan
perubahan dasar kualitatif juga harus berlangsung untuk seluruh arah pendidikan.
12

Pada sistem sekarang ini, di India, pendidikan sekolah belum terorganisir pada
tahap yang independen itu sendiri, tetapi agaknya pendidikan dipersiapkan untuk
pendidikan tinggi. Penekanan dan pemberantasan buta huruf yang menjadi
program dasar untuk sekolah dasar dan menengah yang tidak dilengkapi dengan
tipe pekerjaan khusus.
Untuk masuk pada sekolah menengah dan pendidikan tinggi harus diseleksi,
dan untuk orang-orang yang berkualitas dan juga orang yang telah diberikan
subsidi. Hanya mahasiswa yang berasal dari kelompok miskin dengan subsidi ini
dapat memperoleh keuntungan duduk di pendidikan tinggi.

3. Politik dan administrasi


Penerimaan nilai persamaan, keadilan sosial dan biasanya pengakuan
tuntutan dari kaum miskin berimplikasi penting yang tidak hanya unuk pelayanan
ekonomi dan sosial di suatu negara tetapi juga mesin politik dan ekonomi dari
suatu negara. Penerimaan tuntutan pembagian keadilan menjadi bagian penting
karena orang miskin yang meningkat pembatasan pengorbanan yang diperlukan
dibuat oleh kelompok pendapatan menengah dan atas. Pengorbanan ini dapat
meliputi penerimaan jenis pajak, perpajakan pada tingkat tinggi dan pembatasan
kepemilikan tanah dan properti di perkotaan. Negara sosialis mempertanyakan
dasar hak rakyat dalam memiliki properti menurut kapasitas individu.
Menurut konteks demokrasi, maka berbagai macam kepentingan kelompok
diharapkan mengorganisisasikan sendiri dan melawan programnya melalui mesin
elekoral dan parlemen. Tetpi pada wilayah miskin dan wilayah terbelakang tidk
memiliki sumber daya keuangan dan keterampilan yang diperlukan untuk
pengembangan organisasi dalam membantu kepentingannya.
Ada pertanyaan yang sekarang ini belum terjawab. Tingkat yang kita lakukan
bahwa kemajuan pengentasan kemiskinan dn persamaan kesempatan yang lamba
dimana kita akan mengajukan bahwa pertanyaan yang sejauh ini sudah dijawab
secara negatif. Sebelumnya ada satu atau dua negara yang sedang berjuang
memperoleh jawaban terhadap masalah pembangunan sosial secara terbuka dan
demokratis.
13

Hak konvensi anak di India tidak terlepas dalam kebijakan sosial yang
diambil. Oleh karena itu, pernyataan kebijakan merupakan pengaruh pengarahan
usulan yang diambil oleh Pemerintah dalam bidang kegiatan tertentu, terutama
hak-hak anak. Kebijakan sosial adalah kebijakan mengenai aspek sosial
kehidupan masyarakat termasuk juga kehidupan anak. Bahkan menurut persepsi
kita, kebijakan sosial dapat dikatakan menurut program dan pelayanan dalam
bidang kesehatan, pendidikan, rehabilitasi dan kesejahteraan masyarakat. Tetapi
menurut persepsi lain, setiap kegiatan pemerintah dengan beberapa masalah sosial
yang tidak terlibat di dalamnya. Keputusan yang berhubungan dengan lokasi
industri, perdagangan luar negeri, penelitian nuklir atau pilihn antara investasi dan
prasarana dalam pengembangan bis dn kendaraan kecil semua itu terlibat
dengan pertanyaan sosial seperti keseimbangan pembangunan regional,
kecukupan sendiri nasional, komitmen untuk tujuan perdamaian dan kebutuhan
dasar yang diberikan menurut kebutuhan selain bnyak permintaan untuk dapat
dikerjakan berkenaan dengan masalah sipi sistem pengadilan pidana yang juga
meliputi masalah kebijakan sosial karena fungsinya tergantung pada kemungkinan
atau sebaliknya masalah umum dengan alasan waktu dan biaya yang minimum.
Kebijakan sosial dapat dinyatakan sendiri dengan banyak cara yang bahkan
jika pemerintah belum menyadari bidang spesifik yang identik dari kebijakan
sosial. Ada atau tidaknya ukuran persamaan distribusi pendapatan nasional,
ukuran asuransi sosial, dan asistensi sosial.
Selanjutnya William Chang (199:70) menyatakan bahwa pengelolaan
lingkungan sosial dapat diukur melalui indikator : 1) sosialisasi, 2) pembinaan, 3)
pengembangan lingkungan, serta 4) pemberdayaan.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengelolaan lingkungan merupakan suatu proses perencanaan hingga evaluasi
terhadap lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan budaya, sehingga perlu adanya
sosialisasi, pembinaan, pengembangan lingkungan, serta pemberdayaan di dalam
masyarakat.
14

3. Hakekat Implementasi Penanggulangan Bencana Sosial

Menurut Winardi (1990:21), implementasi merupakan fungsi dari


manajemen yang menjabarkan program kegiatan yang telah direncakan
dalam bentuk implementasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Lebih lanjut Bintoro Tjokroamidjojo (1993:221), menyatakan
banyak aspek yang mempengaruhi hasil implementasi suatu kebijakan, tidak
hanya sekedar design kebijakan yang bagus atau dukungan aspek
administratif belaka, tetapi dalam prakteknya Implementasi kebijakan juga
berkenaan dengan institusi-institusi pelaksana, pelaku-pelaku kebijakan,
kepatuhan pelaksana/sasaran, pengaruh-pengaruh eksternal, sumber-sumber,
respon masyarakat, dan dukungan partai politik.
Taliziduhu Ndraha (1997:101) memberikan pernyataan bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan antara lain ditentukan oleh sejumlah

faktor-faktor :

(1) Adanya kemauan politik serta komitmen yang tinggi dan


keberpihakan kepada rakyat dari pihak pemerintah negara yang
bersangkutan;
(2) Adanya tujuan, sasaran objektif dan kelompok sasaran yang jelas dan
rinci;
(3) Adanya kebijakan, program serta rencana kegiatan yang jelas dan
rinci;
(4) Adanya lembaga atau badan pengelola dengan orang-orang yang
memiliki komitmen, tanggung jawab, kepedulian, kepekaan dan
pengabdian yang tinggi;
(5) Adanya komitmen, keterpaduan dan peran serta dari semua pihak
yang terkait;
(6) Kebijakan diperlukan bukan semata-mata sebagai sistem
penyelamatan warga masyarakat rentan dalam proses transformasi
ekonomi, tetapi juga untuk menjamin agar semua warga negara
mendapat manfaat yang adil dari pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya Islami Irfan (1999:63) memberikan pengertian dan


batasan tentang implementasi sebagai berikut :
Implementasi adalah suatu proses kegiatan dalam mengerahkan daya dan
dana, penerapan administrasi dan koordinasi, serta penjabaran program
dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
15

Sejalan dengan pengertian di atas, maka dalam program

pemberdayaan masyarakat atau implementasi pembangunan, rakyat dapat

dilibatkan dalam mendukung implementasi pembangunan yang

dilaksanakan.

Lain dari pada itu, Ginanjar Kartasasmita (1996:37), bahwa untuk

memprediksi keberhasilan implementasi kebijakan ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan :

(1) Konsistensi dan kejelasan arah kebijakan,


(2) Didukung dengan teori yang kuat,
(3) Tingkat kepatuhan pelaksana dan sasaran yang maksimal,
(4) Adanya komitmen yag tinggi dari pucuk pimpinan,
(5) Didukung oleh partai politik dan penguasa,
(6) Perubahan ekonomi tidak berpengaruh pada prioritas kebijakan yang
telah diterapkan.

Terkait dengan implementasi, menurut Islami Irfan (1999:70) ada 2

(dua) varbel penting yang berpengaruh langsung terhadap implementasi

kebijakan. yaitu komunikasi dan struktur birokrasi. Kedua variabel tersebut

selain memberikan direct impact juga indirect impact terhadap

Implementasi kebijakan.

Bencana sosial yang kerap terjadi di Indonesia pada akhir-akhir ini

telah dirasakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai kejadian yang

meresahkan. Kebakaran, konflik sosial, korban ledakan bom, korban

pencemaran limbah industri, perahu pecah, issue nasional dan internasional

tentang pelintas batas, deportan, repatrian, orang terlantar dan berbagai

kejadian yang dinyatakan luar biasa oleh Pemerintah merupakan peristiwa

sosial yang hampir ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai media

cetak dan elektronik hampir setiap hari memuat berita yang berkaitan

dengan berbagai jenis bencana sosial tersebut. Hal ini menandakan, bahwa
16

peristiwa ini menjadi fakta sosial yang cukup menarik perhatian dari

berbagai kalangan.

Meskipun akurasi data belum sepenuhnya ditemukan, namun fakta

menunjukkan bahwa peristiwa bencana sosial telah melanda hampir diseluruh

wilayah Indonesia. Tidak terbatas karena faktor keberagaman, tetapi peristiwa

ini bersumber pula dari berbagai unsur lainnya yang kesemuanya

mengakibatkan lemahnya sistem ketahanan sosial masyarakat, yang ditandai

oelh ketidakberdayaan masyarakat dalam membangiun modal sosial (saling

percaya, komitmen bersama, menguatnya nilai dasar tentang persaudaraan

sejati dan kesetiakawanan sosial, adanya tatanan kelembagaan sosial yang

berdaya dan sistem jaringan sosial pada masyarkat setempat yang mampu

bekerja secara fungsional), disintegrasi sosial, ketidakmampuan masyarkat

menjamin ancaman dan masalah sosial, ketidakmampuannya warga dalam

mendorong partisipasi masyarakat dan lain sebagainya. Frekuensi dan

intensitas bencana sosial yang demikian besar, menunjukan bahwa masyarkat

masih memiliki kelemahan untuk mencegah dan menangani selain lemahnya

kemampuan deteksi dini sebagai upaya antisipasi terjadinya bencana sosial.

Lemahnya deteksi dini yang terjadi mejadi sumber pemicu terhadap

meluasnya bencana sosial beserta dampat yang ditimbulkannya. Lemahnya

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan upaya pencegahan terhadap

terjadinya bencana sosial yang sangat tidak diharapkan.

Menurut William Chang (1999:31) bencana adalah suatu peristiwa

yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, yang dapat terjadi

secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang mentyebabkan hilangnya jiwa

manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampui kemampuan

dan sumberdaya masyarakat untuk menanggulanginya.


17

Selanjutnya Subur Budi Santoso (2004:33) memberikan batasan bahwa


keberhasilan implementasi penanganan bencana sosial dapat diukur melalui :
1) terwujudnya masyarakat yang madani, 2) terhindarnya konflik, 3)
meningkatnya ketahanan sosial, serta 4) terjalinnya kerjasama.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan implementasi penanganan bencana sosial adalah terciptanya
penanganan bencana sosial secara terencana dan terprogram, sehingga
bencana sosial yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia dapat
dikelola dengan baik, yang dapat diimplementasikan melalui 1) terwujudnya
masyarakat yang madani, 2) terhindarnya konflik, 3) meningkatnya ketahanan
sosial, serta 4) terjalinnya kerjasama.

VII. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Keterkaitan Perencanaan Program Bantuan Sosial Terhadap Keberhasilan

Implementasi Penanganan Bencana Sosial

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara

sistematis dan rasionalitas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Nitisemito (1990:21), memberikan batasan pengertian bahwa perencanaan

sebagai suatu urutan-urutan kegiatan yang disusun secara sistematis dan

berdasarkan rasionalitas guna mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.

Dengan perencanaan kebijakan, kegiatan yang dilaksanakan tidak

menyimpang dari tujuan yang ditetapkan. Demikian halnya, dalam

perencanaan kebijakan penanggulangan bencana sosial akan dapat

meningkatkan efektivitas penanganan masalah sosial bagi korban bencana

sosial. Selain itu, terlihat bahwa perencanaan akan dapat berpengaruh terhadap

efektivitas penanganan masalah sosial bagi korban bencana sosial, apabila

dalam perencanaan dilakukan penentuan tujuan secara tepat; dilakukan


18

pengumpulan data dan informasi yang akurat; menganalisa data dan informasi

secara tepat, melakukan penentuan alternatif pilihan secara tepat,

melaksanakan rencana dengan baik, serta melakukan penilaian hasil rencana.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, maka pengelolaan anggaran

bencana sosial akan dapat berhasil guna, ekonomis, rasionalitas dan tepat

guna.

Jadi jelaslah bahwa perencanaan kebijakan akan memberikan pengaruh

yang positif terhadap efektivitas penanganan masalah sosial terkait dengan

kebijakan penanggulangan bencana sosial.

2. Keterkaitan Pengelolaan lingkungan Sosial Terhadap Keberhasilan

Implementasi penanganan bencana sosial

Lingkungan sosial merupakan suatu faktor yang dpat berpengaruh

terhadap suatu tujuan yang hendak dicapai. Apabila llingkungan sosialk dapat

dibangun secara baik, maka akan mendukung suatu keberhasilan

pembangunan yang dilakukan.

Pengembangunan sosial meliputi pembangunan ekonomi tetapi berbeda

dari sifatnya yang menekankan pada pembangunan untuk seluruh masyarakat

dalam aspek ekonomi, politik, sosidal dan budaya. Dalam hal ini, rencana

pembangunan sosial tidak dengan sendiri berhubungan perencnaan secara

ekslusif untuk pelayanan sosial yang lebih dri perencanaan ekslusif

pertumbuhan ekonomi. Dan banyak bidang yang merupakan bagian dari

pelayakan sosal atau kesejahteraan karena menurut sudut pandang sosal adalah

relevan. Yang lebih tetap ini berhubungan dengan kebijakan penduduk,

kebijakan berhubungan urbanisasi, lokasi industri dan polusi lingkungan,

kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan regional, kebijkan


19

pertumbuhan pendapatan, pmbagian pendapatan dan pertahanan, kebijkan

yang mengatur pemerintah dan partisipsi rakyat dalam perencanaan dan

pelaksanaan rencana.

Menurut Budi Subur Santoso (2004:70) bahwa dengan

pengelolaan lingkungan social dengan baik, maka Implementasi penanganan

bencana sosial dapat berhasil secara optimal.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka kerangka pemikiran

dalam penulisan tesis ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar
Kerangka Pemikiran

Variabel Bebas (X

PERENCANAAN (X1)
Dimensi : Variabel Terikat (Y)
- Menyusun blueprint
- Menyusun directory
- Pemetaan r1= yx1 KEBERHASILAN
- Menganalisa data dan IMPLEMENTASI
informasi PENANGANAN BENCANA
- Menentukan alternatif (Y)
kegiatan Dimensi :
(Bintoro Tjokroamidjojo, 1992:26) R = yx1x2 1.Terwujudnya masyarakat
madani
2.Terhindarnya konflik
3.Meningkatnya kethanan sosial
4.Terjalinnya Kerjasama
(Subur Budi santoso,
PENGELOLAAN
2004:33)
LINGKUNGAN
SOSIAL (X2)
Dimensi :
- Sosialisasi r2= yx2
- Pembinaan
- Pengembangan
lingkungan
- Pemberdayaan
(William Chang, 1999:70)

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, 2006:39


20

VIII. HIPOTESIS PENELITIAN


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis rumusan masalah penelitian, belum merupakan jawaban yang
empiris.
Dengan demikian dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut :
1. Terdapat pengaruh perencanaan terhadap keberhasilan implementasi
penanganan bencana sosial di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi NAD
2. Terdapat pengaruh pengelolkaan lingkungan sosial terhadap keberhasilan
implementasi penanganan bencana sosial di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi
NAD
3. Terdapat pengaruh perencanaan dan pengelolaan lingkungan sosial secara
bersama-sama terhadap keberhasilan implementasi penanganan bencana sosial
di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi NAD

XI. METODOLOGI PENELITIAN


1. Metode Penelitian

Penulisan tesis ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan

paradigma studi Assosiatif Kausolitas, yaitu suatu penelitian yang bertujuan

menguji hipotesa yang berkenaan dengan hubungan sebab akibat diantara

variabel yang diteliti. Sedangkan pengumpulan data dalam metode eksplanatif

dilakukan dengan pendekatan survei. (Sugiyono ,2006:39).

2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel

terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah perencanaan kebijakan (X1) dan
21

implementasi kebijakan (X2) dan yang menjadi variabel terikat (Y) adalah

efektivitas penaganan masalah sosial. Untuk lebih jelasnya variabel dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Independent Variabel (X) Dependent Variabel (Y)


X1
Perencanaan Program Y
Keberhasilan Implementasi
Penanganan Bencana Sosial

X2
Pengelolaan Lingkungan
Sosial

b. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan definisi konsep yang terdapat

dalam penelitian. Adapun pengertian dari definisi operasional variabel tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara

sistematis dan rasionalitas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan kebijakan dapat diukur melalui indikator : menyusun

bluiprint, menyusun directory, pemetaan, menganalisa data dan

informasi, menentukan alternatif, melakukan hasil penilian kegiatan.

2. Lingkungan sosial merupakan suatu faktor yang dpat berpengaruh

terhadap suatu tujuan yang hendak dicapai. Apabila llingkungan

sosialk dapat dibangun secara baik, maka akan mendukung suatu

keberhasilan pembangunan yang dilakukan. Lingkungan sosial dapat

diukur melalui : sosialisasi, pembinaan, pengembangan lingkungan,

pemberdayaan.
22

3. Implementasi adalah suatu proses kegiatan dalam mengerahkan daya

dan dana, penerapan administrasi dan koordinasi, serta penjabaran

program dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Implementasi penaganan benacana dapat diukur melalui terwujudnya

masyarakat madani, terhindarnya konflik, meningkatnya ketahanan

sosial, dan terjalinnya kerjasama.

3. Populasi,Sampel dan teknik penarikan Sampel

a. Populasi

Secara umum, populasi diartikan sebagai seluruh anggota kelompok yang

sudah ditentukan karakteristiknya dengan jelas, baik itu kelompok orang,

objek, atau kejadian. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengungsi di

Kabupaten Aceh Tengah berjumlah 400 orang, dengan karakteristik utama

korban bencana soaial yang mengalami kerugian materiil dan trauma.

b. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (1997:57) adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang

sebenarnya dalam penelitian. Sejalan dengan itu, Surachmad (1980:93)

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

Sampel diperlukan bila peneliti tidak bermaksud untuk meneliti


seluruh populasi yang ada, karena tidaklah mungkin penelitian
secara langsung meneliti segenap populasi, padahal tujuan
penelitian ialah menemukan generalisasi yang berlaku secara
umum. Oleh karenanya peneliti terpaksa mempergunakan
sebagian saja dari populasi, yakni sebuah sampel yang dipandang
representatif terhadap populasi itu.
23

Tentang berapa persen sampel yang diambil dari populasi tidak

ada pendapat yang mutlak, tidak ada kesatuan pendapat dari para sarjana.

Oleh karena itu, dalam jumlah penetapan sampel saling berbeda.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple

Ramdom Sampling Technique, yaitu mengambil secara acak dari seluruh

unit-unit kerja yang masuk dalam pupulasi. Untuk menetapkan berapa

jumlah sampel yang diambil, peneliti menggunakan pendapat Prasetya

Irawan (1999:183) bahwa pengambilan sampel paling minimal 25% s/d

30% dari jumlah populasi. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti

mengambil sampel sebanyak 100 orang (25%) dari jumlah populasi

pengungsi di Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 400 orang orang.

4. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian dalam penulisan ini menggunakan metode Likert,
dimana metode Likert memberikan nilai skala untuk tiap alternatif jawaban
yang berjumlah 5 katagori. Dengan demikian, instrumen itu akan
menghasilkan total skor bagi tiap anggota sampel. Semua pernyataan yang
memilih alternatif-alternatif di bawah ini beri skor :

Alternatif Nilai skala


a. Sangat Setuju 5
b. Setuju 4
c. Ragu-ragu 3
d. Tidak Setuju 2
e. Sangat Tidak Setuju 1
24

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian terhadap variabel yang akan diteliti dapat
dijabarkan sebagai berikut :
N Variabel Dimensi Indikator
o
1. Perencanaan Program a. Menyusun blueprint - sistematis dan
(X1) terpogram
- penyusunan
juklak
- petunjuk
pelaksanaan
- penyususn
TOR/POK

b. Menyusun directory - menyusun


profil kegiatan
-pembuatan
laporan kegiatan
-menyusun
pedoman
standarisasi
- penyusunan
tenaga
pendamping

c. Pemetaan - Identifikasi dan


seleksi
penerima
bantuan
- Pendataan awal
calon
penerima
bantuan
- Rekapitulasi
data penerima
bantuan
-Menetapkan
/memprioritas
kan data yang
valid

d. Menganalisa data dan -Penyusunan


informasi data secara
akurat
-Penilaian
kebutuhan
-Penelitian data
dan informasi
-verifikasi data
dan informasi
25

e. Menentukan alternatif -Penetapan jenis


kegiatan kegiatan yg tepat
-Penentuan
alternatif pilihan
kegiatan
-Persamaan
pemahaman dan
kesatuan
pandang
Menggambarkan
kekuatan dan
potensi program
kegiatan secara
jelas

2. Pengelolaan a. Sosialisasi -Sosialisasi jenis


penganan
Lingkungan Sosial
bencana
(X2) -Sosialisasi tata
cara tanggap
darurat bencana
-Persamaan
pemahaman
dalam
penyelesaian
masalah
-Sosialisasi per
wilayah secara
jelas
-Penyiapan
perumusan
kebijakan

b. Pembinaan -Bimbingan
teknis dalam
penanganan
korban
-Pemantapan
tenaga
pendamping

-bimbingan dan
pengembangan
sosial
-Penyuluhan dan
penyebaran
informasi
-Pelatihan bagi
tenaga
pendamping
26

c. Pengembangan lingkungan
-Lingkungan
yang secari dan
nyaman
-Interaksi sosial
dalam
penanganan
korban bencana
-Melibatkan
peran tokoh
masyarakat
-Keseimbangan
program dengan
kebutuhan
-Strategi
pengembangan
lingkungan
sosial

-Pemberdayaan
d. Pemberdayaan tenaga
pendamping
-Pemberdayaan
tentang tanggap
darurat bencana
-Pemberdayaan
keserasian sosial
-Resosialisasi
secara berkesi-
nambungan
-pemberdayaan
pendampingan
sosial dalam
penanganan
korban bencana

a.Terwujudnya masyarakat -Terciptanya


masyarakat
3. Keberhasilan madani
korban bencana
Implementasi yang sehat
-Terwujudnya
Penanganan Bencana
masyarakat yang
(Y) dapat
berinteraksi
sosial secara baik
-Terciptanya
masyarakat
korban bencana
27

yang memiliki
kehidupan masa
depan yang baik
- Terciptanya
masyarakat
madani yang
memiliki
kehidupan lebih
baik

-Terhindarnya
b. Terhindarnya konflik
konflik dalam
masyarakat
-Penanganan
bencana secara
profesional
-Penaganan
bencana
memuaskan
tidak ada
komplin
-Terwujudnya
hubungan sosial
yang harmonis di
tempat
pengungsian
korban bencana

-Masyarakat
memiliki
c.Meningkatnya ketahanan kehidupan yang
terjamin
sosial
-Terciptanya
ketahanan sosial
dalam
masyarakat
-Terwujudnya
masyarakat
korban bencana
yang semangat
menyiongsong
masa epan
-Jaminan bagi
anak-nak korban
bencana untuk
memperoleh
pendidikan yang
layak

-Koordinasi
antara unit-unit
28

d. Terjalinnya kerjasama -Kerjasama


antara
masyarakat dan
korban bencana
-Kesadaran
masyarakat
korban bencana
untuk menjaga
ketertiban dan
keamanan
-kerjasama
pemeintah
dengan tokoh
masyarakat
setempat

5. Teknik Pengumpulan Dan Pengolahan Data


Dalam teknik pengumpulan data ini digunakan dengan dua cara
yaitu melalui pengumpulan data primer dan sekunder.
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner atau
angket kepada pengungsi korban bencana sosial di Kabupaten Aceh
Tengah yang telah dipilih menjadi sampel, serta wawancara dengan
koordinator kelompok pengungsi dan mengambil datanya secara
langsung sebagai pelengkap.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data melalui
satu teknik riset Perpustakaan (library research) untuk melengkapi data
primer yang telah penulis dapatkan dari riset lapangan, maka penulis juga
mengambil data sekunder dari berbagai sumber antara lain buku-buku,
literatur, bahan kuliah dan majalah-majalah yang berhubungan dengan
objek penelitian.

6. Teknik Analisa Data


a. Kalibrasi Instrumen Penelitian
29

Untuk menguji item-item pertanyaan dari masing-masing variabel


maka digunakan uji persyaratan anailisis sebagai berikut :
1). Uji Validitas
Uji Validitas berhubungan dengan suatu pengujian item-item dalam
kuesioner yang akan digunakan. Dalam penelitian ini digunakan analisis
korelasi item, yaitu dengan menghitung korelasi antar nilai keseluruhan
yang diperoleh dari setiap butir pertanyaan dengan nilai keseluruhan yang
diperoleh atau skor totalnya. Skor total adalah skor yang diperoleh dari
hasil penjumlahan semua skor item pertanyaan.
Apabila skor item pertanyaan positif dengan skor totalnya, maka dapat
dikatakan bahwa alat pengukuran tersebut mempunyai validitas. Uji
validitas dinyatakan valid apabila : item pertanyaan didapat rhitung > r tabel.

2). Uji Reliabilitas


Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang menunjukan sejauh mana
pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila
dilakukan pengulangan pengukuran terhadap subyek yang sama. Uji ini
hanya dapat dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan yang valid saja.
Dikatakan andal atau relialibel nilai 0,7 (www.ats.ucia.edu/stat/spss)

b. Uji Persyaratan Analisis


1). Uji Normalitas
30

Uji normalitas dilakukan untuk menguji tingkat kenormalan


dari item-item pertanyaan dari masing-masing variabel. Dengan
dilakukan uji Chi-square dengan hasil pengolahan data sebagai
berikut :

Kaidah :
Chi-squarehitung > Chitabel (Ho) ditolak dan (Ha) Diterima
Chi-squarehitung < Chitabel (Ho) diterima dan (Ha) Ditolak
= 0,05 (5%)

2). Uji Homogenitas

Pengujian Homogenitas data untuk mengetahui atau menguji

bahwa kelompok data atau varian berasal dari populasi yang

homogen atau tidak atau dengan kata lain menguji kesamaan varian

dengan tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05.

c. Uji Hipotesis Penelitian


Untuk menguji hipotesis, maka dilakukan analisis melalui :
1). Uji Korelasi

Untuk menganalisis data primer maka dapat dipergunakan metode

kuantitatif yang didasarkan pada teknik analisis statistic yaitu dengan

cara mencari koefisien korelasi antara variabel independent (X) dengan

variabel dependen (Y). Koefisien korelasi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel

bebas X dengan variabel terikat Y dengan diberi symbol r.

Untuk menganalisanya, digunakan metode korelasi product

moment pearson, yang dirumuskan sebagai berikut :


31

n XY X Y
rxy
n X 2

X n Y 2 Y
2 2

Keterangan :

rxy : Kolerasi Product moment (untuk mengetahui nilai hubungan

yang terjadi dalam penelitian.

n : Besarnya sampel dalam penelitian.


X : Jumlah variabel besar.
(x) : Jumlah vaeriabel yang telah di kuadratkan.
x :Jumlah masing-masing tiap jawaban responden yang di
kuadratkan.
Y : Jumlah variabel terikat.
(Y) : Jumlah variabel terikat yang di kuadratkan.
Y :Jumlah dari masing-masing tiap jawaban responden yang di
kuadratkan.

rxy= 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara X dan Y kuat dan

positif

rxy = -1 atau mendekati -1, maka korelasinya dikatakan sangat kuat

dan negatif

rxy = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel

sangat lemah atau tidak berhubungan sama sekali

Selanjutnya untuk dapat memberikan interprestasi seberapa kuat

antara variabel independent dengan variabel dependen, maka dapat

digunakan pedoman sebagai berikut :


32

Tabel 1
Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi
Internal koefisien Tingkat hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, 2001, hal. 149

Berdasarkan koefisien korelasi yang ditemukan kemudian

dilakukan pengujian signifikan untuk melihat hubungan antara dua

variabel dengan cara mengkonsultasikan pada tabel r product moment. Bila

nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (rhitung> rtabel), maka hubungan

antara dua variabel adalah signifikan. Sedangkan bila nilai rhitung lebih

kecil dari nilai rtabel (rhitung<rtabel), maka hubungan tersebut tidak

signifikan atau hubungan terjadi karena faktor kebetulan.

2). Uji Regresi


Langkah yang perlu dilakukan adalah mengetahui seberapa besar

perubahan variabel Y, apabila variabel X juga berubah dalam satu satuan,

dengan analisis regresi didapatkan persamaan regresi baik regresi

sederhana maupun regresi ganda. Sejalan dengan itu, menurut Mochtar

(1994:199) dengan menggunakan persamaan regresi, dapat melakukan

prediksi besarnya nilai variabel Y bila nilai variabel X telah diketahui.

Besarnya perubahan itu ditunjukan oleh koefisien regresi, yang diberi


33

symbol b. Bila hanya satu variable bebas, garis regresi untuk garis lurus

mengikuti persamaan garis lurus atau persamaan regresi sederhana yaitu :


Y a b.X

Keterangan :
Y = Variabel terikat (keberhasilan implementasi penaganan
bvencana sosial)

X = Variabel bebas (X1 = perencanaan dan X2 =

pengelolaan lingkungan sosial)

a=Konstanta (intersep garis regresi dengan sumbu y)

b=Koefisien regresi variable x (koefisien arah)

Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut :

( Y 1)( X 1) ( X 1)( X 1Y 1)
a
n X 1 ( X 1)

n X 1 y1 ( X 1)( Y 1)
b
n X 1 ( X 1)

Sedangkan rumus persamaan regresi ganda yang digunakan


adalah :

Y a b1.x1 b2.x. e


Keterangan : = Variabel terikat (keberhasilan implementasi
Y
penanganan bencana sosial)

X1 = perencanaan

X2 = pengelolaan lingkungan sosial


34

a = Konstanta (intersep garis regresi dengan

sumbu y)

b1 =Koefisien regresi perencanaan


b2 = Koefisien regresi pengelolaan lingkungan
sosial

Untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut bermakna

atau tidak, maka dilakukan uji signifikan dengan cara

mengkonsultasikan pada F table , ketentuan uji signifikan ini bila F hitung

lebih besar dari F tabel maka koefisien korelasi ganda yang diuji

adalah signifikan dan sebaliknya bila F hitung lebih kecil dari F tabel

maka koefisien korelasi ganda yang diuji tidak signifikan.

Koefisien regresi, batas antara hubungan x dan y dapat

dinyatakan 2 kemungkinan. Kemungkinan x dan y dependen

sempurna atau x dan y independen sempurna. Variabel x dan y

dianggap berasosiasi secara statistik bila hubungannya terdapat

diantara kedua batas tersebut.

3). Analisis Koefisien Determinant


Adapun untuk mengukur besarnya pengaruh X (variabel bebas)
terhadap Y (variabel tidak bebas) digunakan analisis Koefisien penentu :

KD = r2 x 100%

Sumber : J. Supranto, 2001;209

Dimana :
35

KP = Koefisien Diterminan

r = Koefisien Korelasi

d. Uji t
= 0,5

df = n 2 ( 100 2 = 98 )

r n2
t
1 r2

e. Uji F (Anova)
Untuk mengetahui apakah pengaruh antar variabel bebas dan tidak

bebas secara bersama-sama signifikan atau tidak signifikan.

- Jika nilai F hitung > F tabel maka dinyatakan ada Pengaruh

- Jika nilai F hitung < F tabel maka dinyatakan tidak ada Pengaruh
36

DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi, (1994), Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta,


Gunung Agung.

Christoph Bertam, (1988), Masalah sosial Dunia Ketiga dan Kemanan Dunia,
Jakarta : Bina Aksara.

Doz dalam Hasibuan, (1997), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi
Aksara.

Drucker & Stoner dalam alex Nitisemito, (1996), Manajemen Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Emerson dalam Soewarno Handayaningrat, (1990), Efektivitas Organisasi,


Jakarta : Rineka Cipta.

Fahrudin Salim, (1999), Agama, Kebudayaan dan Masalah sosial Sosial, Jakarta;
Kompas opini.

Flippo, Edwin B, dalam Moh. Masud (1995), Manajemen Personalia, Jakarta :


Erlangga.

Gibson dalam Djoerban Wahid, (1982), Efektivitas Dalam Perusahaan, Jakarta :


Rineka Cipta, Jakarta.

Hasibuan, Malayu, (1997), Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan


Produktivitas, Jakarta : Bumi Aksara,.
Hersey & Blanchard, (1994), Ledership, yang disadur oleh Hasibuan, Jakarta :
Balai Pustaka.

Irfan, Islamy, (1999),Kebijakan Publik, Universitas Terbuka

Kartasasmita, Ginanjar, (1996),Pembangunan Untuk Rakyat, Jakarta, Cides

Kelly Ellis O dalam Soebagio Sastrodiningrat, (1998), Kepemimpinan, Jakarta :


Sinar Harapan

Keith Devis, (1994), Organising and Behavior, yang dialih bahasakan oleh
Soewarno Handayaningrat, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Kogan, Wandi S.B, (1990), Manajemen Organsiasi dan Komunikasi, Jakarta :


Sinar Harapan.

Kunarjo, (2002), Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Jakarta


: Universitas Indoensia
37

Lawton & G.Rose dalam Winardi, (1994), Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung : Citra Aditya Bakti.

Maleong, (1999), Metode Pelitian, Jakarta

Manullang, M, (1988), Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mc. Gill dalam Mantra Ida Bagus, dan Kasto, (1993), Manajemen Kualitas,
Jakarta : Ghalia Indonesia.

Michael, Armstrong, (1990), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT.


Elek Media Kompetindo

Mochtar Maksud, (1994), Metode & Research, Jakarta : Sinar Harapan.

Sarwoto, (1988), Manajemen, Jakarta : Sinar Harapan.

Sastrodiningrat, Soebagio, (1999), Kapita Selekta dan Kepemimpinan, Jakarta :


Bumi Aksara.

Siagian, Sondang P, (1985), Bunga Rampai Managemen Modern, Jakarta :


Gunung agung.

Spenser, (1993), Managing Individual and Group Behavior in Organizations,


yang dialihbahasakan oleh Alex Nitisemito, Auchland : McGraw-Hill
International Book Company.

Soejadi dalam Moenir, AS, (1995), Pendekatan Manusia dalam Organisasi


Terhadap Pegawai, Jakarta : Gunung Agung.

Suharsini, Arikunto, (1990), Metode Riset, Jakarta : Sinar Harapan.

Sugiyono, (1994), Metodo Penelitian Administrasi, Jakarta : Bumi Aksara

__________, (2003), Metode Penelitian Bisnis, Jakarta : Bumi Aksara

Surachman Winarno, (1990), Metode Penelitian, Jakarta : Sinar Harapan

Suharsini, Arikunto, (1990), Metode Riset, Jakarta : Sinar Harapan.

Toha, Miftah, (1989), Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Balai


Pustaka.

Westra, (1982), Efektivitas Organisasi, Jakarta : Balai Pustaka.

William Chang, (1999), Masalah sosial Sosial dan Terobosan Baru, Jakarta :
Kompas Opini, Senin 29 Maret
38

Anda mungkin juga menyukai