Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PROGRAM RODANYA MASBAGIA


DI KAMPUNG SENI
KELURAHAN REJOWINANGUN UTARA
KECAMATAN MAGELANG TENGAH

Oleh :
Muhammad Jauharul Wafa
2140201183
Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing:
Dr. Dra. Suci Iriani Sinuraya, M.M., M.Si.
NIP: 19630112 198903 2 003

SEBAGAI LAPORAN
HASIL KEGIATAN MAGANG
DI DPMP4KB PADA TANGGAL

1
4 JANUARI – 5 FEBRUARI 2024

Pendahuluan
Pemberdayaan Masyarakat merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mengubah
perilaku orang atau kelompok dari tidak berdaya menjadi berdaya sehingga mereka dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan (Hartono, 2020). 1 Pemberdayaan masyarakat
adalah sebuah upaya untuk menggali, meningkatkan dan mengembangkan potensi yang ada
di masyarakat sehingga mereka bisa mewujudkan jati diri dan martabatnya secara maksimal
untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri (Hindi, 2023). 2 Dari kedua pendapat
tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses
untuk memberdayakan masyarakat dengan cara menggali potensi, mengembangkan potensi
dan membimbing masyarakat untuk mengelola potensi tersebut agar mereka bisa hidup
mandiri.
Menurut Fahrudin (2012) ada tiga tahap pemberdayaan masyarakat yaitu,
pengembangan (enabling), memperkuat daya (empowering), dan perlindungan (protectiing).3
Tahap pengembangan (enabling) adalah penciptaan suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat untuk berkembang, seperti memberikan dorongan atau motivasi, membangkitkan
kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya. Tahap memperkuat daya (empowering)
adalah memperkuat daya atau potensi yang sudah digali atau yang sudah ada di masyarakat,
seperti peningkatan infrastruktur dan sarana prasarana, membuat program-program atau
kelompok masyarakat yang mendukung potensi masyarakat dan sebagainya. Tahap
perlindungan (protecting) merupakan tahap perlindungan terhadap hak-hak masyarakat agar
tidak ditindas oleh kelompok yang lebih kuat, bentuk perlindungannya seperti membuat
kebijakan atau peraturan yang melindungi individu atau kelompok lemah.
Menurut Maryani dan Nainggolan (2019) menyatakan bahwa ada tujuh tahapan
pemberdayaan masyarakat, yaitu tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap perencanaan
alternatif program, tahap formalisasi rencana aksi, tahap implementasi program, tahap
evaluasi dan tahap terminasi.4
Pada tahap pertama kegiatan pemberdayaan masyarakat diawali dengan penyiapan
petugas dan memastikan lokasi atau tempat untuk pelaksanaan. Tahap kedua adalah
pengkajian, yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang ada di
masyarakat, serta menentukan sasaran pemberdayaan. Tahap ketiga adalah perencanaan
alternatif program, hal ini melibatkan petugas sebagai agen perubahan untuk merumuskan
berbagai pilihan program yang dapat dilaksanakan. Tahap keempat adalah performalisasian
1
Hartono, J. (2020). Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Desa Mangunjayan Kecamatan
Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Jurnal Pendidikan, 9(1). https://doi.org/10.33061/jp.v9i1.3564
2
Hindi, A., Soerachmad, Y., & Lestari, W. I. (2023). Sosialisasi Pemberdayaan Dasawisma Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMK) di Desa Bumimulyo. SIPISSANGNGI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1).
https://doi.org/10.35329/sipissangngi.v3i1.3887
3
Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung: Humaniora.
4
Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat. Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi
Utama). ISBN 978-623-02-0097-7.

2
rencana aksi, mencakup pembuatan proposal dan pemilihan program yang paling efektif dan
efisien. Tahap kelima adalah implementasi, menekankan pada pemahaman dan kerjasama
masyarakat dalam menjalankan program yang telah dipilih. Tahap keenam adalah evaluasi,
melibatkan pengawasan dari masyarakat dan petugas untuk memantau proses dan hasil
program, serta membangun komunitas yang mandiri dan berdaya. Tahap ketujuh adalah
terminasi, mendadakan berakhirnya proyek saat masyarakat sudah mampu memastikan
kehidupan yang layak dan mandiri.
Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Indonesia adalah
program Rodanya Masbagia yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Magelang. Program ini
diperkenalkan pada tahun 2021 oleh Walikota Magelang Muchamad Nur Aziz. Program ini
merupakan salah satu program unggulan Kota Magelang yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan, kesehatan dan kebahagiaan masyarakat. Program Rodanya Masbagia sendiri
merupakan singkatan dari Program Pemberdayaan Masyarakat Maju, Sehat dan Bahagia
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan kebahagiaan masyarakat
Kota Magelang melalu kegiatan-kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Program ini memberikan anggaran sebesar Rp 30 juta per tahun untuk setiap RT (Rukun
Tetangga) yang bisa digunakan untuk membiayai kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
KAJIAN TEORI
Program Rodanya Masbagia ini sejalan dengan teori bottom up yang dikemukakan
oleh Chambers pada tahun 1983. Teori ini menekankan pentingnya pendekatan dari bawah ke
atas dalam pembangunan (Chambers, 1983 ; Nurcahyono, 2015). 5 Teori ini berbeda dengan
teori top down, yang menganggap bahwa pembangunan harus ditentukan oleh pemerintah
pusat tanpa memperhatikan kebutuhan dan masyarakat lokal. Koentjaraningrat (1994)
menggarisbawahi pentingnya mengembangkan program dari bawah ke atas. 6 Sigalingging
(2014) juga mendukung hal ini dengan menyoroti pentingnya peran partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan.7 Program Rodanya Masbagia memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk menentukan sendiri kebutuhan dan kegiatan yang mereka inginkan.
Hal ini sesuai dengan pendekatan bottom-up yang mana menempatkan masyarakat sebagai
pihak yang terlibat dalam pembangunan.
Teori bottom up memiliki beberapa keunggulan yaitu; masyarakat merasa dilibatkan
dalam proses pembangunan dan mendorong partisipasi aktif masyarakat, pendekatan bottom-
up memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga program yang dijalankan
lebih sesuai dengan konteks dan permasalahan yang ada di masyarakat, dan pendekatan
bottom-up yang yang melibatkan masyarakat sejak awal cenderung lebih mudah beradaptasi
serta dapat dilanjutkan dalam jangka panjang. Inti dari pendekatan bottom-up adalah
5
Nurcahyono, O. H., Slamet, Y., & Zuber, A. (2015). Perangkap Kemiskinan pada Warga Relokasi (Studi
Korelasional: Unsur-Unsur Perangkap Kemiskinan pada Warga Relokasi Pucang Mojo Kedungtungkul
Mojosongo Jebres Surakarta). Jurnal Analisa Sosiologi, 4(1), 1-161.
6
Koentjaraningrat. (1994). Irian Jaya: Membangun Masyarakat Majemuk.
7
Sigalingging, A. H., & Warjio, W. (2014). Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Kasus
pada Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi). Jurnal Administrasi Publik, 4(2).
https://doi.org/10.31289/jap.v4i2.1383

3
masyarakat diminta untuk mengenali prioritas kebutuhannya sendiri serta merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi sendiri kegiatan yang telah mereka tetapkan, sehingga
masyarakat dapat menjadi subjek pembangunan bukan objek pembangunan.
Selain keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan, teori bottom up juga
mempunyai beberapa tantangan dalam implementasinya. Salah satu tantangan tersebut adalah
koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan, baik itu pemerintah,
masyarakat, ataupun lembaga swadaya masyarakat (LSM). Koordinasi yang kurang baik
dapat menyebabkan konflik atau bahkan penyalahgunaan wewenang dan sumber daya. Oleh
karena itu, dibutuhkan mekanisme yang jelas dan transparan untuk mengatur hubungan dan
tanggung jawab antara pihak-pihak tersebut. Selain itu, diperlukan juga pengawasan dan
evaluasi berkala untuk mengukur dampak dan efektivitas dari program pemberdayaan yang
sedang dilakukan.8
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menggambarkan dan
menganalisis proses dan dampak pemberdayaan masyarakat melalui program Rodanya
Masbagia di Kampung Seni, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang Tengah.
Data penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi
dilakukan untuk melihat secara langsung kegiatan dan situasi yang terjadi di lokasi penelitian.
Wawancara dilakukan dengan informan kunci yang terdiri dari pendamping kelurahan
Rodanya Masbagia Kelurahan Rejowinangun Utara. Dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Program Rodanya Masbagia,
seperti proposal, laporan RKM, bukti fisik dan media sosial. Data penelitian kemudian
dianalisis dengan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.9
PROGRAM RODANYA MASBAGIA KOTA MAGELANG
Program Rodanya Masbagia merupakan program yang diluncurkan oleh Pemerintah
Kota Magelang.Program Rodanya Masbagia sendiri merupakan singkatan dari Program
Pemberdayaan Masyarakat Maju, Sehat dan Bahagia. Program ini memberikan anggaran
sebesar Rp 30 juta per tahun untuk setiap RT (Rukun Tetangga) yang bisa digunakan untuk
membiayai kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Program ini sejalan
dengan teori bottom up yang menekankan pentingnya pendekatan dari bawah ke atas dalam
pembangunan, dengan melibatkan partisipasi aktif dan dengan memanfaatkan potensi
masyarakat lokal.

8
Legi, R., Rompas, W. Y., & Pombengi, J. D. (2015). IMPLEMENTASI PENDEKATAN BOTTOM-UP DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN. JURNAL
ADMINISTRASI PUBLIK, 1(010). Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/JAP/article/view/6537

9
Ngawi, K. M. (2019). Analisis Data Kualitatif Model Miles Dan Huberman (Sebuah rangkuman dari buku
Analisis Data Qualitatif, Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman).
https://www.mariyadi.com/2019/10/analisis-data-kualitatif-model-miles.html?m=1

4
Pada saat program ini diluncurkan yaitu pada tahun 2021 skemanya masih dilakukan
oleh OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Pemerintah Kota Magelang memperkenalkan
Program Rodanya Masbagia kepada masyarakat. Setelah itu, mulai mengajak masyarakat
untuk mengusulkan program sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Pada tahap ini,
keterlibatan masyarakat dapat dilihat melalui kegiatan diskusi atau rembug RKM (Rencana
Kegiatan Masyarakat). Setelah kebutuhan masyarakat terpenuhi, pemanfaatannya kembali
diserahkan kepada masyarakat.
Tujuan dari program ini antara lain; untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya untuk yang masih berada di bawah garis kemiskinan; meningkatkan kualitas
lingkungan hidup, kesehatan dan pendidikan; meningkatkan kemandirian dan kreativitas
masyarakat; serta meningkatkan hubungan dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Beberapa contoh kegiatan wajib yang dilakukan
dalam program ini adalah mendirikan balai belajar dengan wifi gratis, urban faming untuk
pemberdayaan lahan pekarangan, pemasangan CCTV (Closed-Circuit Television) untuk
keamanan lingkungan, pemberian bantuan pangan dan vitamin untuk lansia dan balita,
pelatihan keterampilan usaha dan kerja, serta pengadaan alat pemadam api ringan (APAR). 10
Tahapan proses Program Rodanya Masbagia yang diselenggarakan oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, Dan
Keluarga Berencana (DPMP4KB) Kota Magelang dari awal sampai akhir sebagai berikut: 11
1. Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) oleh RT bersama dengan
Lurah, Camat dan pendamping. RKM ini berisi usulan kegiatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat sesuai dengan kriteria dan alokasi anggaran yang telah
ditetapkan.
2. Verifikasi RKM oleh Tim Verifikasi yang terdiri dari perwakilan OPD terkait,
Bappeda, Inspektorat dan Bagian Tata Pemerintah. Verifikasi ini dilakukan untuk
melihat apakah RKM tersebut cocok dengan pedoman teknis, bisa dilaksanakan
atau tidak dan apakah anggarannya mencukupi atau tidak.
3. Walikota menetapkan RKM yang lolos proses verifikasi sebagai dasar
pelaksanaan program, RKM yang telah ditetapkan kemudian akan disampaikan
kepada masyarakat RT melalui Lurah dan Camat.
4. Masyarakat RT melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKM dengan bantuan dan
pengawasan dari Lurah, Camat, Pendamping, dan OPD terkait. Pelaksanaan
kegiatan harus mengikuti prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.
5. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Tim Pemantau dan
Evaluasi dari perwakilan OPD terkait, Bappeda, Inspektorat, dan Bagian Tata
Pemerintah. Pengawasan dan evaluasi ini dilakukan untuk mengukur capaian,
dampak, dan hambatan dalam pelaksanaan program.

10
Bappeda Kota Magelang (2022). Diakses pada tanggal 4 Februari 2024 pukul 10.00.
uhttps://bappeda.magelangkota.go.id/index.php/137-verifikasi-rkm-rodanya-masbagia-tahun-2023
11
Perwal No 24 Tahun 2021 Tentang Pedoman Teknis Program Rodanya Masbagia

5
6. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat RT kepada Lurah, Camat
dan Pendamping. Pelaporan harus dilengkapi dengan bukti fisik dan administrasi
yang valid dan akurat.
7. Masyarakat RT yang telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKM dan
laporan akan mendapatkan insentif. Insentif yang diberikan sebagai bentuk
penghargaan dan motivasi bagi masyarakat RT yang berprestasi.
Program Rodanya Masbagia memberikan dampak yang positif bagi masyarakat,
melalui program ini masalah sampah, perbaikan infrastruktur, kurangnya sarana dan
prasarana, keamanan lingkungan, pengangguran dan sebagainya bisa ditangani.12
IMPLEMENTASI PROGRAM RODANYA MASBAGIA DI KAMPUNG SENI
KELURAHAN REJOWINANGUN UTARA
Kota Magelang merupakan sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas
wilayah 16.56 km² dan terdiri dari 17 kelurahan. 13 Salah satu kelurahan di Kota Magelang
yang mendapatkan manfaat dari Program tersebut adalah Kelurahan Rejowinangun Utara
Kecamatan Magelang Tengah. Di kelurahan ini terdapat potensi kesenian sehingga melalui
usulan RKM, masyarakat mengusulkan untuk membangun ‘Kampung Seni’. Kampung
tersebut merupakan kampung yang dibentuk pada tahun 2016 oleh Bapak Totok Budiono,
yang saat itu menjadi Ketua RW 18 di Rejowinangun Utara. Kampung Seni dibentuk untuk
melestarikan kesenian tradisional dan meningkatkan kreativitas masyarakat, selain itu juga
sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan alkohol dan kenakalan remaja.14
Kampung Seni ini terdiri dari beberapa RW yaitu RW 17, 18, 19, 20 dan 21. Kampung
ini memiliki potensi kesenian yang beragam, seperti Jatilan di RW 17, Tg Ireng dan Kobro
Siswo di RW 18, Sanggar Tari Turonggo Saputro Budoyo di RW 19, Wayang Kardus di RW
20, dan Campursari di RW 21. Melalui RKM pada Tahun Anggaran 2022, mereka berhasil
memperoleh dukungan finansial tambahan sebesar Rp 6.000.000 dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Magelang, serta menerima sponsor dari sejumlah perusahaan swasta yang
tertarik dengan potensi kesenian di kampung tersebut. Dengan dukungan tersebut menjadikan
Festival Seni mereka lebih besar dengan partisipasi lebih dari 40 Kelompok Seni. Pada tahun
2023 Festival Seni yang mereka selenggarakan kembali mengundang lebih dari 60 peserta
dari dalam atau luar Kota Magelang.15
Festival Seni Kampung Seni telah meningkatkan perekonomian di wilayah sekitar.
Hal tersebut dikarenakan orang-orang akan banyak berdatangan untuk melihat pagelaran seni
dan akan membeli produk UMKM dari masyarakat. Omset UMKM di Kelurahan

12
Amani F. Asef (2022). Meraup Manfaat Fisik dan Pemberdayaan dari Rodanya Mas Bagia.
https://humas.magelangkota.go.id/meraup-manfaat-fisik-dan-pemberdayaan-dari-rodanya-mas-bagia/. Di
akses pada 5 Februari 2024 pukul 14.00.
13
DATAGO (2023). Luas Kota Magelang per Kelurahan. https://datago.magelangkota.go.id/frontend/item-dda?
item=464. Diakses pada tanggal 5 Februari 2023 pukul 14.15.
14
Hasil wawancara dengan Tim Pendamping Kelurahan Rejowinangun Utara pada 30 Januari 2024 pukul 14.00.
15
Fiola. (2023). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KESENIAN TRADISIONAL FESTIVAL KAMPUNG NYENI
POTENSI HEBAT REJOWINANGUN UTARA.

6
Rejowinangun Utara telah meningkat dari Rp. 2.595.250,00 per-bulan pada tahun 2020
menjadi Rp. 3.445.003,00 pada tahun 2023.16
Program Rodanya Masbagia di Kampung Seni tidak berjalan sendiri begitu saja. Ada
peran penting dari tim pendamping dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan
Perlindungan Anak (DPMP4KB) Kota Magelang. Tim pendamping ini bertugas untuk
membantu masyarakat dalam menyusun Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) sesuai dengan
kebutuhan dan potensi masyarakat. RKM ini menjadi acuan dalam pelaksanaan program
Rodanya Masbagia di Kampung Seni.
Tim Pendamping juga membantu masyarakat dalam melaksanakan kegiatan yang
telah disepakati dalam RKM. Mereka memberikan arahan, bimbingan dan monitoring agar
kegiatan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan. Selain itu, tim pendamping juga
melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Evaluasi ini sangat penting
untuk mengetahui sejauh mana program Rodanya Masbagia ini telah mencapai tujuannya dan
juga memberikan masukan untuk perbaikan program di masa yang akan datang. Adanya tim
pendamping dari DPMP4KB ini memberikan dampak yang positif bagi Kampung Seni,
diantaranya adalah peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengelola program Rodanya
Masbagia, peningkatan kualitas kegiatan di kampung tersebut dan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan.
Program Rodanya Masbagia di Kampung Seni Kelurahan Rejowinangun Utara
Kecamatan Magelang Tengah ini merupakan contoh yang baik dari pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah. Program ini telah memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat di kelurahan tersebut. Pendamping dari tim DPMP4KB juga telah
memainkan peran penting dalam keberhasilan program ini.

16
DATAGO. (2023). Profil Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bidang Perdagangan per Kelurahan di Kota
Magelang. https://datago.magelangkota.go.id/frontend/item-dda/index?item=1755. Diakses pada tanggal 5
Februari 2024 pukul 15.00.

7
PENUTUP
Kesimpulan
Program Rodanya Masbagia adalah program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Magelang untuk meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan kebahagiaan
masyarakat melalui partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan tingkat RT.
Kampung Seni Kelurahan Rejowinangun Utara merupakan salah satu kelurahan yang
mendapatkan manfaat dari program ini. Kampung ini memiliki potensi kesenian yang
beragam dan dibentuk untuk melestarikan kesenian tradisional dan meningkatkan kreativitas
masyarakat sekaligus untuk mencegah agar anak-anak muda tidak terlibat dalam kenakalan
remaja. Usulan pembentukan Kampung Seni di Kelurahan Rejowinangun Utara yang
diusulkan melalui RKM berhasil lolos dalam verifikasi oleh perwakilan OPD terkait,
Bappeda, Inspektorat dan Bagian Tata Pemerintah. Selain itu, usulan tersebut juga berhasil
mendapat dukungan atau sponsor dari sejumlah perusahaan swasta yang tertarik dengan
potensi kesenian di kampung tersebut. Dengan adanya dukungan tersebut, Kampung Seni
dapat mengadakan Festival Seni yang menampilkan berbagai macam kesenian dari 60 peserta
seni baik dari dalam dan luar Kota Magelang. Festival Seni ini tidak hanya menunjukkan
kreativitas dan kekayaan budaya masyarakat, tetapi juga berdampak positif terhadap UMKM
di wilayah sekitar yang dapat meningkatkan omzet dan kesejahteraan mereka. Tim
Pendamping juga memberikan dampak positif bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan, mereka
juga membantu dalam peningkatan kemampuan, kualitas dan partisipasi masyarakat dalam
Program Rodanya Masbagia.

Saran
Program Rodanya Masbagia di Kampung Seni dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan
agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar dan berkelanjutan bagi masyarakat. Tidak
hanya manfaat ekonomi tetapi juga manfaat sosial. Dari segi ekonomi, Program Rodanya
Masbagia dapat mendukung tumbuh dan berkembangnya usaha mikro dan kecil yang ada di
Keluurahan Rejowinangun Utara, seperti kerajinan, kuliner, dan seni. Dari segi sosial,
Program Rodanya Masbagia dapat memberikan hiburan dan kegiatan positif kepada
masyarakat, khususnya anak muda, sehingga terhindar dari penggunaan narkoba dan obat
terlarang. Selain itu, Program Rodanya Masbagia juga dapat menjaga dan merawat atau
nguri-uri budaya setempat, seperti wayang gamelan, dan tari. Budaya-budaya tersebut dapat
menjadi modal untuk pembentukan yang dapat menarik kunjungi wisatawan lokal maupun
asing.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi yang baik antara pemerintah,
masyarakat dan pihak yang terkait lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
program; melakukan inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan potensi kesenian dan
UMKM di Kampung Seni dengan cara menciptakan produk-produk seni ataupun UMKM
yang unik, berkualitas serta memiliki nilai jual tinggi, selain itu juga dapat melakukan

8
promosi dan pemasaran yang efektif dan luas misalnya menggunakan sosial media untuk
menarik minat dan kunjungan wisatawan

Daftar Pustaka
Hartono, J. (2020). Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Desa
Mangunjayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Jurnal Pendidikan, 9(1).
https://doi.org/10.33061/jp.v9i1.3564
Hindi, A., Soerachmad, Y., & Lestari, W. I. (2023). Sosialisasi Pemberdayaan Dasawisma
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMK) di Desa Bumimulyo. SIPISSANGNGI: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1).
https://doi.org/10.35329/sipissangngi.v3i1.3887
Nurcahyono, O. H., Slamet, Y., & Zuber, A. (2015). Perangkap Kemiskinan pada Warga
Relokasi (Studi Korelasional: Unsur-Unsur Perangkap Kemiskinan pada Warga
Relokasi Pucang Mojo Kedungtungkul Mojosongo Jebres Surakarta). Jurnal Analisa
Sosiologi, 4(1), 1-161.
Koentjaraningrat. (1994). Irian Jaya: Membangun Masyarakat Majemuk.
Sigalingging, A. H., & Warjio, W. (2014). Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan (Studi Kasus pada Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi). Jurnal
Administrasi Publik, 4(2). https://doi.org/10.31289/jap.v4i2.1383
Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat. Deepublish (Grup
Penerbitan CV Budi Utama). ISBN 978-623-02-0097-7.
Legi, R., Rompas, W. Y., & Pombengi, J. D. (2015). IMPLEMENTASI PENDEKATAN
BOTTOM-UP DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI
KECAMATAN TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN. JURNAL
ADMINISTRASI PUBLIK, 1(010). Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/JAP/article/view/6537
Ngawi, K. M. (2019). Analisis Data Kualitatif Model Miles Dan Huberman (Sebuah
rangkuman dari buku Analisis Data Qualitatif, Mathew B. Miles dan A. Michael
Huberman). https://www.mariyadi.com/2019/10/analisis-data-kualitatif-model-
miles.html?m=1
Bappeda Kota Magelang (2022). Diakses pada tanggal 4 Februari 2024 pukul 10.00.
uhttps://bappeda.magelangkota.go.id/index.php/137-verifikasi-rkm-rodanya-
masbagia-tahun-2023
Perwal No 24 Tahun 2021 Tentang Pedoman Teknis Program Rodanya Masbagia
Amani F. Asef (2022). Meraup Manfaat Fisik dan Pemberdayaan dari Rodanya Mas Bagia.
https://humas.magelangkota.go.id/meraup-manfaat-fisik-dan-pemberdayaan-dari-
rodanya-mas-bagia/. Di akses pada 5 Februari 2024 pukul 14.00.

9
DATAGO (2023). Luas Kota Magelang per Kelurahan.
https://datago.magelangkota.go.id/frontend/item-dda?item=464. Diakses pada tanggal
5 Februari 2023 pukul 14.15.
Fiola. (2023). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KESENIAN
TRADISIONAL FESTIVAL KAMPUNG NYENI POTENSI HEBAT
REJOWINANGUN UTARA.
DATAGO. (2023). Profil Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bidang Perdagangan per
Kelurahan di Kota Magelang.
https://datago.magelangkota.go.id/frontend/item-dda/index?item=1755. Diakses pada
tanggal 5 Februari 2024 pukul 15.00

10

Anda mungkin juga menyukai