php/jppm
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat pada tahapan
perencanaan, implementasi dan hasil dari program pembangunan infrastruktur yang dilakukan
oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Pangudi Mulya. Penelitian ini merupakan
penelitian evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan ialah CIPP
(Context, Input, Prosses dan Product). Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah:
wawancara, dokumentasi dan observasi sebagai metode penunjang. Teknik analisis data
menggunakan reduksi data, display data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) pada tahap perencanaan warga masyarakat non-anggota ikut
berpartisipasi menyuarakan pendapatnya dan ikut serta dalam menyusun rencana program. (2)
Pada tahap implementasi, warga non-anggota ikut berpartisipasi dapat dalam bentuk tenaga,
materi, donasi maupun logistik. Partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara sukarela tanpa
adanya paksaan dari anggota BKM. (3) Program pembangunan yang telah dilaksanakan dapat
selesai tepat waktu. Hal ini dikarenakan realisasi program dibantu oleh partisipasi masyarakat.
Selain itu hasil program dapat merubah keadaan masyarakat, terutama pada sektor kesehatan.
Kata Kunci: partisipasi masyarakat pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur.
untuk mencapai kemajuan sosial secara Evaluasi Product. Evaluasi hasil diguna-
materil dan imateril melalui partisipasi yang kan untuk menentukan keputusan apa yang
luas dari sautu masyarakat (Asnuddin, 2012, akan dilakukan berikutnya. Evaluasi hasil
p. 295). berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu
Evaluasi merupakan sebuah proses program setelah dilakukan evaluasi.
untuk mengetahui kualitas (nilai dan arti) Dengan demikian perlu dilakukan se-
dari sesuatu berdasarkan pada kriteria-krite- buah penelitian evaluasi tentang bagaimana
ria yang sudah ditentukan. Evaluasi dilaku- BKM Pangudi Mulya dapat memberdayakan
kan secara sistematis dan berkelanjutan. masyarakat non-anggota sehingga mereka
Dimana hasil evaluasi akan menentukan ke- mau dan mampu berkontribusi serta ber-
bijakan/keputusan berikutnya (Stufflebeam, partisipasi pada tiap tahapan program.
1994, p. 45). Tahapan program yang dimaksud ialah mulai
Sedangkan pendapat lain dikatakan dari perencanaan sampai pada pelaksanaan
bahwa evaluasi merupakan sebuah langkah program.
untuk memilih, mengumpulkan, meng- Sedangkan tujuan peneltian ini ialah
analisis dan menyimpulkan segala informasi untuk (1) Untuk mengetahui partisipasi
dimana hal tersebut dapat digunakan sebagai masyarakat pada tahap perencaan dengan
dasar penentuan kebijakan maupun peran- mengevaluasi proses perencanaan program
cangan kebijakan/putusan selanjutnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan
(Weiss, Brennan, Thomas, Kirlik, & Miller, oleh BKM Pangudi Mulya. (2) Untuk
2009, p. 166). mengetahui partisipasi masyarakat pada
Sedangkan guna keperluan evaluasi tahap implementasi dengan mengevaluasi
digunakan model CIPP. Model evaluasi CIPP proses implementasi program pembangunan
diciptakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield infrastruktur yang telah direncanakan oleh
(2012). Model evaluasi CIPP menekankan BKM Pangudi Mulya. (3) Untuk mengetahui
evaluasi pada empat sektor yaitu: Context, hasil dari program pembangunan infra-
Input, Proses and Product. Proses evaluasi ini struktur yang dilakukan oleh BKM Pangudi
dilakukan melalui kolaborasi antara Mulya
evaluator dan pengambil keputusan.
METODE
Evaluasi Context, pada aspek ini
evaluasi ditekankan pada level perencanaan. Penelitian ini merupakan penelitian
Pada aspek ini evaluasi menekankan pada evaluasi dengan pendektaan kualitatif. Pene-
identifikasi kebutuhan yang kemudian dijadi- litian ini dilakukan di Badan Keswadayaan
kan landasan penentuan atau pengembangan Masyarakat (BKM) Pangudi Mulya yang
suatu program. berlokasi di Kelurahan Procot, kec. Slawi-kab.
Evaluasi Input, menyiapkan segala se- Tegal. Penelitian ini dilakukan pada bulan
suatu yang dinilai akan mempengaruhi pelak- Januari sampai Mei 2017.
sanaan evaluasi. Seperti halnya penentuan Subjek pada penelitian merupakan
sumber yang dibutuhkan, mencari cara anggota dan sekretaris BKM Pangudi Mulya.
alternatif yang dapat dilakukan, penentuan Pemilihan subjek dilakukan melalui teknik
rencana yang matang, menyusun strategi purposive sampling dan dilanjutkan snowball
yang akan dilakukan, biaya, peralatan dan sampling.
perlengkapan. Data penelitian dikumpulkan melalui
Evaluasi Process. Pada proses evaluasi wawancara (menggunakan metode purposive
ini berkaitan dengan pelaksanaan suatu sampling dilanjutkan dengan snowball
program. Beberapa pertanyaan harus dijawab sampling, dokumentasi (proposal kegiatan,
dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Per- laporan rapat tahunan dan AD/ART) serta
tanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan pengamatan di lapangan (observasi).
bagaimana pelaksanaan rencana program, Analisis yang dilakukan yaitu reduksi
hambatan yang dihadapi dan solusi yang data, penyajian data, dan penarikan kesim-
dikeluarkan. pulan. Untuk pemeriksaan keabsahan data,
peneliti menggunakan triangulasi sumber.
sektor kesehatan. Hal ini terjadi disebabkan Apa yang dilakukan oleh anggota BKM
oleh pembangunan yang berkaitan dengan Pangudi Mulya ialah suatu kiat untuk mem-
sektor kesehatan, seperti: pemasangan berdayakan masyarakat non-anggota. BKM
jamban, sanitasi, renovasi rumah, dan Pangudi Mulya ialah suatu lembaga yang
sebagainya. berfungsi sebagai motivator warga masyara-
Dengan berjalannya waktu diharapkan kat agar ikut andil dan berperan aktif demi
hasil dari program tersebut dapat berimpli- kemajuan lingkungannya. Hal ini sesuai
kasi pada perubahan sosial pada aspek lain, dengan tujuan pemberdayaan yang disampai-
seperti pendidikan, sosial, politik dan budaya. kan oleh K. Suhendra, beliau mengatakan
Dengan demikian program bersifat yang intinya bahwa tujuan pemberdayaan
komprehensif. salah satunya ialah membentuk masyarakat
yang demokratis dan berani mengeluarkan
Pembahasan
pendapat, memiliki kebebasan merencana-
Partisipasi Warga Masyarakat pada Tahap kan sesuatu dan memiliki kebebasan untuk
Perencanaan memanfaatkan sumber daya lokal (Suminar,
Interpretasi pada Aspek “Konteks” Hanim, & Wahyu, 2016, p. 45).
Berbicara tentang demokrasi, maka
Kaitannya dengan analisis konteks, proses pemberdayaan yang menumbuhkan
maka pada aspek ini fokus interpretasi ber- sifat demokrasi sangat sesuai dengan
kaitan dengan keterilibatan warga masyara- perspektif pendidikan non-formal. Folley
kat non-keanggotaan, penentuan permasa- mengatakan bahwa pendidikan non-formal
lahan, analisis kebutuhan masyarakat, peran memelihara masyarakat dari sifat demokratis
warga masyarakat non-anggota dalam yang baik serta menumbuhkan individu yang
merencanakan suatu program serta pertim- bebas sehingga memungkinkan terwujudnya
bangan-pertimbangan yang harus diperhati- demokrasi yang sehat. (Suryono & Tohani,
kan oleh masyarakat dalam menentukan ide 2016, p. 20).
suatu program. Dalam pertemuan RT yang dilaksana-
Dalam menentukan program yang akan kan terdapat dialog antara anggota BKM dan
dilaksanakan ada beberapa langkah yang warga non-anggota. Terjadi penyampaian
harus diambil oleh anggota BKM Pangudi pendapat secara sadar dan sukarela tanpa
Mulya. Langkah nyata yang diambil oleh intervensi. Hal ini menandakan adanya rasa
anggota BKM Pangudi Mulya ialah dengan bebas/merdeka dalam diri masyarakat. Selain
membukan usulan dari warga masyarakat itu, hal ini bisa dikatakan bahwa masyarakat
melalui pertemuan RT. Kemudian hasil dari juga memiliki kepedulian dalam kesejahtera-
usulan tersebut, anggota BKM memferivikasi an sekitarnya.
usulan dengan datang langsung ke lokasi Selain melibatkan aspirasi masyarakat,
yang dimaksud. Hasil temuan yang diperoleh dalam menentukan suatu program pem-
di lapangan lalau disampaikan pada bangunan infrastruktur juga dapat dilakukan
pertemuan BKM. Pada pertemuan terebut berdasarkan usulan anggota BKM Pangudi
dikaji mana yang harus dijadikan prioritas. Mulya sendiri. Hal ini diperbolehkan karena
Indikator untuk menentukan prioritas ialah esensinya BKM ialah masyarakat itu sendiri
kemanfaatan lingkungan dan masyarakat. yang terbentuk dalam suatu paguyuban.
Dua metode tersebutlah yang diguna- Berbicara tentang paguyuban atau komu-
kan oleh BKM Pangudi Mulya untuk menen- nitas, hal ini telah disinggung oleh Hatu.
tukan kebutuhan bagi masyarakat Kelurahan Beliau mengatakan bahwa bentuk realisasi
Procot. Dimana data tersebut lalu dirumus- dari adanya kesadaran masyarakat untuk
kan dalam rancangan program pembangunan memperbaiki lingkungannya ialah dengan
infrastruktur. Dengan demikian program terbentuknya kelompok/ komunitas kecil.
yang disusun bukanlah program asal ataupun Kelompok ini bertugas sebagai pengumpul
spekulatif berdasarkan khyatalan anggota dan pelaksana aspirasi masyarakat (Owolabi-
BKM Pangudi Mulya saja, melainkan keadaan Merus, 2015, p. 76).
nyata.
Bisa dikatakan bahwa BKM Pangudi dan sosial. Hal ini secara tidak disadari telah
Mulya sudah melakukan perannya dengan dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya. Melalui
baik sebagai pengumpul dan pelaksana pelibatan masyarakat non-anggota secara
aspirasi masyarakat. Hal tersebut dapat tidak langsung telah memberikan pembel-
dilihat dari pergerakan anggota BKM Pangudi ajaran kepada mereka untuk menjadi lebih
Mulya untuk mengumpulkan pendapat/ baik (Suryono & Tohani, 2016, p. 24).
usulan dari masyarakat melalui pertemuan Sumber daya yang ada di masyarakat
RT. tidak melulu bersifat alam melainkan juga
Pada saat ide program pembangunan manusia. Menurut Sumodiningrat (1999) me-
infrastruktur telah ditentukan, maka terdapat ngatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang merupakan upaya untuk memandirikan
harus diperhatikan. Berdasarkan hasil pene- masyarakat melalui perwujudan potensi
litian yang telah dilakukan, poin yang sering kemampuan yang mereka miliki. Adapun
menjadi pertimbangan utama ialah kemam- pemberdayaan masyarakat senantiasa me-
puan ekonomi sang calon penerima manfaat. nyangkut dua kelompok yang saling terkait,
Selain itu, program yang diusung juga yaitu masyarakat sebagai pihak yang diber-
diutamakan bersifat individual. Hal ini dayakan dan pihak yang menaruh kepedulian
dilakukan agar dapat langsung dinikmati oleh sebagi pihak yang memberdayakan.
warga miskin. Dalam hal penentuan lokasi realisasi
Pada penentuan siapa yang akan terli- program, anggota BKM Pangudi Mulya me-
bat dalam pelaksanaan program tidaklah nitikberatkan pada kemanfaatan lingkungan.
sembarangan. BKM Pangudi Mulya mem- Artinya program tersebut harus berimplikasi
prioritaskan kepada warga masyarakat non- positif terhadap lingkungan sekitar. Selain itu
anggota yang melaksanakan nilai universal program yang dilaksanakan harus bersifat
dalam kesehariannya. Nilai universal yang darurat dan segera dilakukan penanganan.
dimaksud ialah seperti: jujur, memiliki ke- Dengan demikian lokasi yang kiranya masih
ahlian, mau bekerja kerjas, bersedia melaku- dapat bertahan akan ditangguhkan terlebih
kan tugas secara sukarela dan tanpa pamrih. dahulu.
Warga masyarakat yang memenuhi syarat Selain pertimbangan asumtif tersebut,
dan mendaftarkan diri lalu diseleksi di dalam BKM Pangdui Mulya juga memiliki pentunuk
rapat BKM. Hasil dari rapat anggota BKM teknis. Dalam petunjuk tersebut disebutkan
tersebut lalu disosialisasikan kepada masya- bebarapa hal yang tidak diperbolehkan untuk
rakat guna memeroleh persetujuan mufakat. dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya. Dengan
Berkaitan dengan melibatkan masyara- adanya pedoman tersebut maka anggota
kat non-anggota kedalam pelaksanaan BKM Pangudi Mulya semakin mudah dalam
program pembangunan infrastruktur, hal ini menentukan suatu program. Secara garis
sesuai dengan yang diutarakan Sutoro Eko besar poin-poin yang dilarang menjadi fokus
dalam (Andriany, 2015, p. 15). Beliau mengata- BKM ialah kegiatan yang akan merusak ling-
kan bahwa pemberdayaan sebagai proses kungan, merusak tatanan kehidupan berma-
pengembangan, memandirikan dan menswa- syarakat dan berbudaya, hal-hal yang bukan
dayakan warga masyarakat. Pelibatan masya- menjadi tanggung jawab masyarakat serta
rakat non-anggota bertujuan untuk mem- bukan kegiatan yang bertujuan untuk me-
bentuk sikap mandiri dikemudian hari. Pada ngumpulkan materi semata tanpa melakukan
saat anggota masyarakat sudah pernah pembangunan atau pembenahan agar
terlibat dalam pelaksanaan program pem- lingkungan menjadi lebih baik.
bangunan infrastruktur, maka diharapkan Hal ini sesuai dengan tujuan pembang-
masyarakat dapat memecahkan unan infrastruktur pada aspek lingkungan.
permasalahan yang serupa. Pembangunan infrastruktur harus mampu
Tatkala suatu sistem memanfaatkan memanfaatkan sumber daya yang ada secara
orang dewasa untuk ikut berperan dalam proporsional dan professional tanpa eksploi-
suatu aktivitas, maka hendaknya dimaksud- tasi yang berlebihan. Dengan demikian maka
kan untuk mengembangkan kualitas individu
kebermanfaatan sumber daya alam dapat pada pengembangan sumber daya manusia
dinikmati antar generasi. (Pangesti, 2012, p. 26).
Untuk pertanyaan penelitian pertama Dengan adanya pelibatan masyarakat
yang berlaku sebagai analisis konteks dapat dalam bentuk KSM, maka ketrampilan ma-
disimpulkan bahwa: Pertama, tujuan dari syarakat mengalami perkembangan terutama
program pembangunan infrastruktur yang dalam aspek orgranisasi. Masyarakat bisa
dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya ialah secara mandiri menentukan kebutuhan dan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyara- menyelesaikan permasalahan yang ada.
kat miskin. Peningkatan kesejahteraan Selain itu masyarakat juga mampu menyusun
tersebut dapat dilihat dari peningkatan pola skema, kebutuhan material bahkan pendana-
hidup sehat melalui ketersediaan fasilitas an secara otonom.
dasar seperti jamban. Selain itu juga kondisi Selain itu, pada tahap ini selaras dengan
rumah yang lebih baik karena program konsep partisipasi oleh Ife & Tesoriero
renovasi dan pengadaan aliran listrik dapat (2008). Ia mengatakan bahwa partisipasi me-
menjadi indicator perbaikan kualitas hidup rupakan aspek penting dalam pembangunan
masyarakat miskin. dan merupakan langkah penumbuh kesadar-
Kedua, dalam menentukan program an. Dengan demikian suatu program pem-
pembangunan dilakukan dengan dua cara, bangunan tidak akan mencapai realisasi jika
yaitu: pengamatan langsung oleh anggota tanpa adanya kesadara kontribusi dan kere-
BKM dan melibatkan aspirasi masyarakat laan dari masyarakatnya. Adanya kesadaran
melalui pertemuan RT maupun RW. Dengan yang dimiliki masyarakat Kelurahan Procot
demikian program yang disusun sesuai untuk melakukan pembenahan pada ling-
dengan realita dan kebutuhan masyarakat. kungannya menyebabkan program pem-
Ketiga, adanya pertimbangan-pertimbangan bangunan dapat dilaukan (Ife & Tesoriero,
tertentu dalam menentukan objek mana yang 2008).
harus didahulukan. Pertimbangan tersebut Pada tahapan penentuan dana, awalnya
meliputi: kemanfaatan lingkungan, keadaan anggota BKM melakukan pemetaan kebutuh-
ekonomi calon penerima dan urgensi objek. an. Hasil temuan di lapangan kemudian disu-
Keempat, penentuan siapa saja yang sun dalam rencana program. Setelah disusun
terlibat dalam perencanaan maupun pelak- kemudian diajukan kepada pemerintah pu-
sanaan dilakukan dengan sangat selektif. sat. Namun pada program lanjutan, besarnya
Syarat yang harus dipenuhi adalah: keter- dana sudah ditentukan oleh pemerintah
sediaan untuk bekerja keras dan tanpa pam- berikut alokasi bidangnya. Dengan demikian
rih, mengamalkan nilai universal dalam gerak BKM Pangudi Mulya hanya menyusun
kesehariannya dan memiliki ketrampilan rencanga anggaran belanja sesuai dana yang
sesuai program. Dengan demikian dapat ada. Dari sinilah pada akhirnya terdapat
diartikan bahwa dalam aspek “konteks”, seleksi atau penentuan prioritas bagi objek-
program pembangungan infrastruktur yang objek yang kiranya harus didahulukan
dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya sudah realisasinya.
sesuai dengan pedoman maupun kebutuhan Untuk pemenuhan sarana dan prasa-
rana yang melingkupi bahan material dan
Interpretasi pada Aspek “Masukan”
pembiayaan, semua ditentukan oleh KSM
Pada tahap perencanaan maupun yang berkordinasi dengan faskel bidang
pelaksanaan program, pelibatan masyarakat inrastruktur. Hasil dari kordinasi tersebut
non-anggota secara nyata dilihat dengan ada- adalah proposal kegiatan. Pada tahap ini,
nya pembentukkan KSM (Kelompok Swadaya anggota BKM Pangudi Mulya hanya berperan
Masyarakat). Tugas dari KSM ialah menyusun sebagai pendamping.
rencana dalam bentuk proposal berikut alo- Apa yang dilakukan oleh KSM sebagai
kasi dana, materi, pelaksna teknis dan seba- representasi masyarakat bersama dengan
gainya. Mubyanto mengatakan bahwa dalam faskel sesuai dengan konsep yang diutarakan
proses pemberdayaan, masyarakat diarahkan oleh Suharto (2005). Jika dikorelasikan de-
ngan konsep yang diutarakan oleh Edi
Suharto, apa yang dilakukan oleh KSM ter- dana CSR (Corporate Social Responsibility)
masuk dalam tahap kedua yaitu “Penguatan”. dari perusahaan-perusahaan sekitar.
Dalam konsep ini, Suharto (2005) mengata- Perlu diketahui bahwa Kecamatan
kan bahwa pemberdayaan harus mampu Slawi dimana Kelurahan Procot berada,
meningkatkan penguatan pada pemahaman banyak berdiri perusahan-perusahaan yang
lokal. Serta kemampuan praktis guna menye- memilki dana CSR. Perusahaan seperti bank
lesaikan masalah yang ada di lingkungannya (baik BUMN maupun swasta), showroom
(Razali, 2004, p, 66). motor dan mobil, perusahaan teh (ada lima
Tidak semua individu dapat meng- industri besar yang bergerak dibidang pro-
abstraksikan ide kedalam informasi tertulis duksi teh), perusahaan obat dan perusahaan
seperti proposal kegiatan. Melalui pelibatan maupun industri kecil lainnya.
masyarakat non-anggota yang dibimbing Kelurahan Procot yang berada di
oleh Faskel, secara tidak langsung telah tengah Kecamatan Slawi merupakan lokasi
terjadi pembelajaran terhadap masyarakat. yang strategis untuk memanfaatkan dana
Pembelajaran tersebut ialah bagaimana cara CSR tersebut. Namun sampai saat ini, sumber
menyampaikan ide dan menyusunnya secara dana tersebut belum juga dimanfaatkan
sistematis menjadi sebuah proposal. dengan baik. Adanya kesulitan menyusun
Sedangkan langkah yang diambil oleh laporan sponsor maupun ketidak tahuan
anggota BKM untuk memberikan pemaham- mekanisme pengajuan dana menjadi distorsi
an kepada masyarakat non-anggota tentang yang harus dihilangkan.
program yang diusung ialah melalui sosial- Padahal, menurut Suharto (2005),
isasi. Sosialisasi yang dilakukan pada saat ada gerakan pemberdayaan bertujuan untuk
pertemuan warga baik dalam ruang lingkup memperkuat kekuasaan pada masyarakat
RT maupun RW. Dalam pertemuan tersebut (Andriany, 2015, p. 15). Atau pada konsep
disampaikan berbagai rencana program dari tahapan pemberdayaan disebut sebagai
BKM Pangudi Mulya. Sekaligus juga menam- “Pemungkinan”. Pemungkinan/memperkuat
pung berbagai usulan, kritikan maupun kekuasaan tersebut dapat dilakukan melalui
keluhan dari warga masyarakat. rekayasa lingkungan masyarakat. Artinya
Apa yang dilakukan oleh anggota BKM adalah memanfaatkan segala potensi dan
Pangudi Mulya ini juga sesuai dengan konsep sumber daya yang ada demi kemanfaatan
tahapan pemberdayaan menurut Edi Suharto. lingkungan dan masyarakat. Jika BKM
Tahapan dimana terjadi pemahama terhadap Pangudi Mulya sebagi lembaga pemrekarsa
masyarakat disebut tahap “Penyokongan”. pemberdayaan di masyarakat, tetapi masih
Pada tahap ini bisa diartikan sebagai langkah bergantung kepada dana dari pemerintah,
memberikan pemahaman kepada masyarakat bisa dikatakan BKM Pangudi Mulya belum
mengenai peran yang harus dilakukan. Me- sepenuhnya menjadi pionir pemberdayaan
ngapa hal ini harus dilakukan, karena pada Seharusnya dana dari pemerintah baik
tiap masyarakat masing-masing individu pusat maupun daerah hanya dijadikan stimu-
memiliki status dan peran masing-masing. lan maupun modal awal bagi BKM Pangudi
Pada tahap “penyokongan”, masyarakat di- Mulya. Untuk selanjutnya anggota BKM men-
berikan penjelasan yang lebih detail tentang coba mencari dan memanfaatkan sumbe
peran yang harus dilakukan sesuai dengan dana lain yang ada. Atau mungkin bisa me-
status yang disandangnya. manfaatkan warga masyarakat yang dinilai
Meskipun partisipasi dari masyarakat kaya atau memiliki harga lebih. Orang-orang
sudah cukup baik. Namun dalam pemanfaat- seprti ini bisa diberdayakan menjadi donatur
an sumberdaya yang ada, BKM Pangudi aktif.
Mulya masih mengalami kelemahan. Adanya Namun dalam konteks pengadaan
fakta bahwa anggota BKM Pangudi Mulya program pembangunan infrasturktur, swa-
tidak mengetahui adanya sumber dana selain daya konsumsi maupun tenaga tidaklah
dari pemerintah pusat (APBN) dan daerah cukup. Perlu adanya masukan berupa dana
(APBD). Sumber dana yang dimaksud ialah maupun material yang dibutuhkan. Item
inilah yang sangat menunjang realisasi
keadaan menjadi lebih baik. Dan pada ke- pelaksna teknis (tukang) merasa risih dan
giatan tersebut dilakukan melalui partisipasi enggan untuk menikmati sajian yang
secara luas dari suatu masyarakat. Artinya ditawarkan.
bahwa program pembangunan sudah sepan- Langkah yang diambil oleh anggota
tasnya tidak hanya dilakukan oleh satu BKM yang pertama ialah rapat kordinasi
kelompok atau masyarakat, melainkan kerja antar anggota. Rapat tersebut dilakukan guna
sama dengan berbagai pihak yang memiliki mengetahui duduk permasalahan, ketika
kapasitas dan kapabilitas (Asnudin, 2012, sudah diketahui maka dintentukan solusinya.
p.295). Solusi yang ditawarkan biasanya adalah:
Keterlibatan pihak luar tidak dapat apakah perlu melibatkan anggota BKM untuk
dihindari. Hal ini sudah merupakan tabiat menyelesaikannya atau cukup KSM dan UPL?
manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Seba- Jika anggota BKM diperlukan bantuannya
gai makhluk sosial, manusia tidak mampu maka dengan kesepakatan salah satu anggota
memenuhi kebutuhannya secara mandiri BKM akan turun lapangan. Pada saat di
tanpa bantuan orang lain. Namun bantuan lapangan, anggota BKM akan menghubungi
dalam konteks ini ialah bekerjasama bukan tokoh masyarakat setempat seperti RT atau-
menggantungkan diri kepada satu pihak. pun sesepuh untuk ikut andil dalam
Menggantungkan diri pada satu pihak me- menyelesaikan masalah dengan pendekatan
nandakan ketidakberdayaan. Sedangkan da- persuasif.
lam konteks pembangungan, pemberdayaan Menjelaskan pada warga yang belum
sangatlah diperlukan. bisa memahami kedudukan program pem-
Dalam perspektif Talcott Parsons bangunan infrastruktur yang dilakukan oleh
dalam (Ritzer & Goodman, 2011, p. 121) BKM merupakan sikap yang harus dilakukan.
dikenal istilah “strukturalisme fungsionalis”. Karena salah satu sifat pembangunan menu-
Artinya di dalam masyarakat hakikatnya rut Kleinjans ialah proses perolehan pema-
terdiri dari berbagai unit yang saling haman oleh warga masyarakat. Jika masih
berhubungan dan memiliki fungsi masing- terdapat warga masyarakat yang belum
masing. Dengan demikian, suatu masyarkat memahami tentang kedudukannya dalam
tidak mampu menjalankan dinamikanya konteks program maupun kedudukan prog-
tanpa intervensi pihak lain. Dan teori ini ram itu sendiri, hal tersebut akan menjadi
“dipahami” dan dilaksanakan oleh BKM hambatan realisasi program.
Pangudi Mulya serta KSM. Semua warga masyarakat hendaknya
Meskipun dalam pelaksanaan komuni- memahami tujuan, maksud dan aturan yang
kasi dan kerjasama antar pihak dapat berkenaan dengan suatu program. Karena
dilakukan dengan baik, namun permasalahan menurut Kleinjans dengan adanya pemaham-
tetap tidak bisa dihindari. Berdasarkan an dari warga masyarakat maka akan muncul
penjelasan yang diberikan oleh narasumber, kesadaran dan kepedulian. Dengan demikian
diketahui bahwa permasalahan justru datang proses realisasi program pembangunan dapat
dari calon penerima manfaat dan pelaksana dilakukan dengan lancar.
teknis. Permasalahan yang datang dari calon Sedangkan langkah yang diambil oleh
penerima manfaat disebabkan oleh adanya anggota BKM Pangudi Mulya ketika terjadi
ketidak pahaman atas program yang diusung ketidak sesuaian antara realisasi progam dan
oleh BKM. rencana adalah melakukan rapat kordinasi.
Sedangkan permasalahn dari pihak Rapat kordinasi tersebut diikuti oleh anggota
pelaksana teknis, lebih bersifat individual. BKM dan pihak pelaksana teknis/tukang.
Seperti keengganan untuk menikmati sajian Dengan demikian bisa diketahui akar
yang diberikan oleh pemilik rumah maupun permasalahannya dan solusi yang tepat untuk
meminum minuman yang diberikan oleh menanganinya.
tuan rumah. Hal ini disebabkan oleh adanya Dengan adanya kontribusi dari masya-
persepsi bahwa calon penerima manfaat rakat diharapkan terbentuknya sikap mandiri
adalah orang miskin yang identik dengan dari masyarakat. Warga masyarakat harus
kumuh serta kotor. Dengan demikian para peka terhadap lingkugan, mampu memecah-
kan masalah yang ada dan mampu memenuhi kemungkinan ketidak-efektifan dari program
kebutuhannya secara mandiri tanpa bergan- dapat diminimalisir.
tung dengan pihak lain. Selain itu dengan Apa yang dilakukan oleh anggota BKM
adanya program pembangungan infrastruk- Pangudi Mulya sudah sesuai dengan yang
tur diharapkan adanya perubahan pola hidup dikatakan oleh Stark dan Thomas. Kedua
pada masyarakat miskin. Pola hidup yang pakar tersebut mengatakan bahwa data yang
dimaksud ialah pola hidup yang lebih sehat diperoleh melalui: memilih, mengumpulkan,
setelah adanya jamban, misalnya. menganalisis dan menyimpulkan segala
Dengan demikian keberadaan ling- infrormasi dapat digunakan sebagai dasar
kungan kumuh dapat dikurangi. Serta adanya penentuan kebijakan maupun perencanaan
pemerataan kepemilikan fasilitas pribadi kebijakan selanjutnya (Weiss, et.al., 2009, p.
yang bersifat dasar. Hal tersebut dilakukan 166).
karena tujuan umum dari adanya program Demi efektifitas hasil program, anggota
pembangunan infrastruktur ialah mengatasi BKM melakukan dua metode. Metode per-
permasalahan kemiskinan. tama ialah membangun dialog dengan warga
Simpulan dari pertanyaan penelitian masyarakat non-anggota. Dalam dialog terse-
dalam konteks “pelaksanaan” ini ialah: Per- but diperoleh usulan maupun ide program
tama, masing-masing pihak seperti anggota yang dapat dilakukan. Metode kedua ialah
BKM, KSM, pelaksana teknis dan warga non- berdasarkan pengamatan pribadi anggota
anggota melakukan peran sesuai dengan BKM sendiri. Dengan demikian ide program
statusnya. Kedua, kendala yang dihadapi berangkat dari unsure kebutuhan dan realita
pada saat pelaksanaan diselesaikan melalui dilapangan.
pendekatan persuasive dan melibatkan tokoh Sedangkan pada tahap perencanaan
masyarakat sebagai penguat argument. atau penyusunan progam maupun pelaksana-
Ketiga, ketika proses pelaksanaan tidak sesuai an program, anggota BKM melibatkan semua
dengan apa yang telah direncanakan maka lapisan masyarakat. Hal tersebut dilakukan
dilakukan rapat kordinasi. Rapat kordinasi ini agar proses pemberdayaan dapat berlangsung
melibatkan anggota BKM setempat (dimana secara merata. Dengan demikian harapan
lokasi realisasi program berada), KSM terkait untuk menjadi masyarakat yang mandiri dan
(selaku panitia pelaksna) dan pelaksana peka lingkungan dapat segera terlaksana.
teknis/tukang. Dari uraian tersebut dapat ditarik garis merah
Keempat, harapan BKM Pangudi Mulya bahwa hasil yang diperoleh dari program
setelah adanya realisasi program ialah per- yang telah terlaksana sudah sesuai dengan
ubahan sikap dari masyarakat. Sikap yang kebutuhan masyarakat.
dimaksud ialah sikap peka terhadap ling- Adanya perubahan pada pola kehidup-
kungan dan peduli terhadap sesame. Selain an keseharian warga sangatlah diharapkan.
itu juga dengan adanya program pembangun- Hal ini disebabkan karena program yang
an infrastruktur diharapkan ada perubahan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan. Seper-
pola hidup masyarakat. Pola hidup yang di ti pengadaan jamban, pada awalnya warga
maksud ialah pola hidup yang lebih sehat. membuang kotoran disungai. Dengan adanya
Dengan demikian permasalahan kemiskinan program pengadaan jamban, maka diharap-
dari segi infrastruktur kiranya dapat kan kebiasaan buruk tersebut dapat dihilang-
dikurangi keberadaanya kan. Kedua ialah renovasi rumah, pada
awalnya atap rumah sangat tidak layak untuk
Hasil Program Pembangunan Infrastruktur
dihuni. Namun dengan adanya program
Terkait dengan hasil yang telah dicapai renovasi, diharapkan rumah tersebut layak
berdasarkan keterangan narasumber sudah untuk dihuni.
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini Disisi lain, program pembangunan
disebabkan karena munculnya program dida- infrastruktur yang bersifat umum seperti
sarkan bada usulan warga masyarakat. Selain perbaikan saluran air, tentu memberikan
itu juga didasarkan pada pengamatan lang- dampak yang positif. Adanya perbaikan
sung oleh anggota BKM. Dengan demikian saluran air, berdampak pada teratasinya per-
masalahan banjir yang kerap datang tatkala orang lain dari daerah saya, peristiwa tersebut
hujan turun. Dan juga adanya program sudah dapat disebut sebagai pertukaran
pavingisasi, yang pada awalnya jalan berdebu informasi. Meskipun pertukaran tersebut
saat musim panas dan becek saat musim tidak langusng seperti barter. Dan proses
hujan kini tidak lagi. Disamping itu juga, pertukaran informasi yang saya jelaskan tadi
diharapkan adanya pavingisasi memudahkan dapat diperoleh salah satunya jika akses
warga dalam melakukan mobilitas ekonomi. keluar daerah hunian baik tidak terhalang.
Seperti lalu lintas pedagang kaki lima, lalu Dari uraian diatas dalam aspek “hasil”
lintas drop barang dagangan dari pasar, mau- dapat diketahui beberapa poin sebagai sim-
pun memudahkan warga dalam berinteraksi pulan. Pertama ialah semua program pem-
dan beraktivitas. bangunan infrastruktur yang telah dilakukan
Salah satu fungsi adanya program pem- sudah sesuai dengan kebutuhan warga
bangunan infrastruktur ialah untuk memu- masyarakat. Hal tersebut karena ide program
dahkan mobilisasi warga masyarakat berasal dari usulan dan fakta dilapangan. Baik
Soekiman, Pribadi, Soemardi, & usulan yang diperoleh dari pertemuan dalam
Wirahadikusumah (2011). Soekiman, et.al., ruang lingkup RT maupun RW.
(2011) mengatakan untuk pembangunan Kedua, adanya program pembangunan
dalam ruang lingkup infrastruktur, dilakukan infrastruktur baik yang bersifat individual
guna mendukung mobilisasi warga masyara- maupun umum diharapkan dapat memberi
kat untuk memeroleh informasi dan ber- dampak yang positif. Dalam konteks ini
interaksi dengan masyarakat luar (Wunas & diharapkan adanya perubahan pola hidup
Natalia, 2015, p. 170). warga miskin menjadi lebih sehat. Selain itu
Sebagai masyarakat perkotaan yang juga dengan adanya program pembangunan
sekarang hidup di era moderinisasi, perlu infrastruktur yang bersifat umum, diharap-
kiranya pertukaran informasi dari pihak luar. kan dapat meningkatkan interaksi serta
Salah satu poin penunjang terjadinya tukar bertukar informasi dengan daerah lain.
informasi ialah dengan perbaikan akses me- Ketiga, secara umum produk program
nuju dan keluar daerah. Melalui pembangun- pembangunan infrastruktur di Kelurahan
an infrastruktur, diharapkan terjadi proses Procot yang dilakukan oleh BKM Pangudi
pembangunan dari sektor lainya. Dalam Mulya terbagi menjadi dua macam. Pertama,
konteks ini ialah pembangunan kualitas indi- ialah program yang bersifat individual
vidu maupun masyarakat. Dengan demikian seperti: pemasangan jamban, instalasi listrik
pembangunan infrastruktur bersifat dan renovasi rumah. Kedua ialah program
resiprokal terhadap sektor lainnya. yang bersifat umum seperti: pavingisasi dan
Pertukaran informasi tidak harus ber- perbaikan saluran air.
ada pada pasar seperti yang disampaikan oleh
SIMPULAN
Sunyoto Usman. Menurutnya pertukaran
informasi diperoleh pada interaksi masyara- Dalam merencanakan suatu program
kat yang berada pada pusat keramaian seperti anggota BKM Pangudi Mulya selalu melibat-
pasar. Konsep ini disebut “Strategi Pusat kan partisipasi warga masyarakat non-
Pertumbuhan. Menurut hemat saya, pertu- anggota. Dengan demikian program yang
karan informasi tidak melulu harus terjadi di diusung berdasarkan pada kebutuhan dan
pusat keramaian seperti pasar. Proses kepentingan warga masyarakat, terutama
pertukaran informasi juga dapat diperoleh warga miskin. Partisipasi warga bisa ber-
dengan aktivitas mengamati antar warga bentuk gagasan maupun kebersediaannya
masyarakat dengan daerah lain (Sutiyono, menjadi panitia program/KSM.
2012, p. 23). Pelibatan warga masyarakat non-
Frase “pertukaran informasi” disini anggota ke dalam program juga berdasarkan
tidak harus adanya kontak langsung antara kriteria tertentu. Secara umum warga yang
dua pihak. Menurut saya adanya informasi ingin terlibat harus memiliki jiwa sosial,
yang dapat diambil dari daerah lain dan sukarela dan memiliki kompetensi yang
adanya informasi yang dapat diambil oleh cukup. Bentuk partisipasi masyarakat berupa
ide/gagasan program, konsumsi pada saat Weiss, D. J., Brennan, K., Thomas, R., Kirlik,
pelaksanaan, tenaga baik secara sukarela A., & Miller, S. M. (2009). Criteria for
maupun berperan sebagai tukang sukarela. performance evaluation. Judgment and
Selain itu BKM Pangudi Mulya juga Decision Making, 4(2), 164.
telah memanfaatkan dana yang telah Andriany, D. (2015, October). Pengembangan
dikucurkan oleh pemerintah baik pusat model pendekatan partisipatif dalam
maupun daerah secara efektif dan efisien. memberdayakan masyarakat miskin
Meskipun demikian, BKM Pangudi Mulya Kota Medan untuk memperbaiki taraf
belum mampu memanfaatkan sumber dana hidup. In Seminar Nasional Ekonomi
lain seperti dana CSR dari perusahaan Manajemen dan Akuntansi (SNEMA)
setempat maupun warga kelas menengah. (pp. 30-39).
Sisi lain, dana merupakan unsur penting Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Teori
dalam konteks program pembangungan sosiologi modern. Jakarta: Prenada
infrastruktur. Media
Pada saat pelaksanaan sebagian besar Suminar, H. A., Hanim, A., & Wahyu, F.
masyarakat bersedia berkontribusi dan ber- (2016). Pengaruh pembangunan
partisipasi aktif tanpa adanya paksaan adari infrastruktur terhadap pendapatan
anggota BKM. Terkait dengan permasalahan regional Kabupaten Jembe. Artikel
yang muncul dilapangan maka anggota BKM Ilmiah Mahasiswa.
Pangudi Mulya dapat mengatasinya dengan Pengesti, I. N. (2012). Implementasi program
baik melalui metode rapat kordinasi antar nasional pemberdayaan masyarakat
anggota dan pendekatan persuasive saat mandiri perdesaan (PNPM-MP) di Desa
berhadapan dengan masyarakat dilapangan. Sonowangi Kecamatan Ampelgading
Selain itu juga dengan melibatkan tokoh Kabupaten Malang. Thesis. Universitas
masyarakat setempat. Negeri Malang: Malang.
Secara umum program yang telah di- Razali, I. (2004). Strategi pemberdayaan
susun dapat dilaksanakan secara tepat waktu masyarakat pesisir dan laut. Jurnal
karena adanya partisipasi dari masyarakat Pemberdayaan Komunitas, 3 (2), 61-68.
non-anggota. Dikarenakan semua program Ife, J., & Tesoriero, F. (2008). Community
berasal dari aspirasi dan usulan warga masya- development: Alternatif pengembangan
rakat maka, program-program yang telah masyarakat di era globalisasi.
disusun sudah sesuai dengan kebutuhan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
warga masyarakat. Owolabi-Merus, O. (2015). Infrastructure
DAFTAR PUSTAKA development and economic growth
nexus in Nigeria. International Journal of
Asnuddin, A. (2012). Pembangunan Academic Research in Business and
infrastruktur perdesaan dengan Social Sciences, 5(1), 376.
pelibatan masyarakat setempat. Sutiyono, S. (2012). Pemberdayaan
Smartek, 7(4), 292-300. masyarakat desa dalam pelaksanaan
Stufflebeam, D. L. (1994). Empowerment program desa wisata di Daerah Istimewa
evaluation, objectivist evaluation, and Yogyakarta. Jurnal Kepatihan
evaluation standards: Where the future Wunas, S., & Natalia, V. V. (2015).
of evaluation should not go and where it Pembangunan Infrastruktur
needs to go. Evaluation Practice, 15(3), Transportasi di Kota Makassar. Jurnal
321-338. https://doi.org/10.1016/0886- Transportasi, 15(3), 169-178
1633(94)90027-2 Suharto, E. (2005). Analisis kebijakan publik:
Stufflebeam, D. L., & Shinkfield, A. J. (2012). panduan praktis mengkaji masalah dan
Systematic evaluation: A self- kebijakan sosial. Bandung: Alfabeta.
instructional guide to theory and practice Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan
(Vol. 8). Springer Science & Business masyarakat dan jaring pengaman sosial.
Media. Gramedia Pustaka Utama.
Soekiman, A., Pribadi, K. S., Soemardi, B. W., pusat kegiatan belajar masyarakat Ngudi
& Wirahadikusumah, R. D. (2011). Kapinteran. JPPM (Jurnal Pendidikan dan
Factors relating to labor productivity Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 97-108.
affecting the project schedule doi:https://doi.org/10.21831/jppm.v3i1.811
performance in Indonesia. Procedia 1
Engineering, 14, 865-873. Suryono, Y., & Tohani, E. (2016). Inovasi
Hermawan, Y., & Suryono, Y. (2016). pendidikan nonformal. Yogyakarta:
Partisipasi masyarakat dalam Graha Cendekia.
penyelenggaraan program-program