Anda di halaman 1dari 8

PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PEMBANGUNAN DI PEDESAAN


Telaahan atas tulisan David C. Korten

Badrun Susantyo

Abstract. Participation is like a small coin, one side to assume the shape of participation with their
whole and the other side to show the spirit of participation. Community participation are a
develop paradigm to focusing the involved of community, beginning from planning. Community
participation has an opportunity to influence the policy of development, to answered what the
people needed. Through the participation, people knowing their problem and how to solved.
Besides it, they have resources to improved their live good.

Key words : Participation, local community, rural development.

I. PENDAHULUAN penyelenggaraan program pembangunan


yang tidak sesuai dengan kebutuhan
Dalam tulisannya tentang “Partisipasi masyarakat itu sendiri. Kejenuhan ini bisa
Masyarakat dalam Pembangunan di saja berasal dari adanya pelanggaran etis
Perdesaan”, David C. Korten mengulas normatif oleh para pelaksana dalam
tentang pentingnya partisipasi aktif “organisasi pembantu”, masyarakat sebagai
yang penuh kesadaran dari masyarakat sasaran program merasa tidak atau kurang
dalam setiap program pembangunan dilibatkan, sehingga menggores minat
di perdesaan. Korten menunjukkan serta adanya ketidaksesuaian dengan
3 (tiga) contoh keberhasilan program
nilai maupun tradisi setempat. Atau
pembangunan perdesaan dengan basis
masyarakat merasa program pembangunan
partisipasi masyarakat, yang sebelumnya
yang dijalankan tidak sesuai dengan
didahului kegagalan-kegagalan. Ketiga
contoh kasus keberhasilan program kebutuhannya. Di sini terlihat, bahwa
pembangunan perdesaan dengan basis partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
partisipasi masyarakat tersebut adalah: program pembangunan merupakan
1) Kasus pada Badan Pengembangan hal strategis. Dengan demikian, dalam
Produk Susu Nasional India (National Dairy setiap pembangunan (terlebih pada area
Development Board/NDDB); 2) Komite perdesaan), amatlah penting menggali
Pembangunan Pedesaan Bangladesh kembali aspek-aspek strategis dari
(BRAC) dan; 3) Pelayanan Keluarga partisipasi masyarakat. Karena hal ini
Berencana Berbasis Desa di Thailand. akan semakin mempermudah proses
belajar bagi para perencana dan pelaksana
Keberhasilan yang dicapai oleh ketiga pembangunan dalam memahami segenap
contoh kasus tersebut merupakan anti aspek strategis dari partisipasi masyarakat.
klimaks atas kejenuhan masyarakat akan

14 Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007


Ulasan Korten menjadi menarik, itu, mereka mempunyai peluang untuk
manakala kita mencermati pada program- mempengaruhi jalannya kebijakan
program pengentasan kemiskinan yang pembangunan dan mengajukan tuntutan
dilaksanakan di Indonesia selama ini. perbaikan nasib.
Meskipun belum pernah dilakukan Selanjutnya, Bintoro Tjokroamidjojo
evaluasi menyeluruh atas semua kegiatan (Rahardjo, 1986) mengemukakan penger-
pemberdayaan masyarakat, boleh jadi tian partisipasi dalam hubungannya dengan
pihak-pihak terkait akan mengklaim proses pembangunan, bidang ekonomi
program yang telah dikemas sedemikian khususnya, yaitu : 1) keterlibatan dalam
rupa “berhasil mencapai tujuan”. penentuan arah, strategi dan kebijakan
Namun sejauhmana pengukuran tingkat pembangunan yang dilakukan oleh
keberhasilan program itu dan ketepatan pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung
paramaternya, masih perlu dikaji ulang. dalam proses politik, tetapi juga dalam
proses sosial yaitu hubungan antara
II. PARTISIPASI MASYARAKAT kelompok-kelompok kepentingan dalam
masyarakat; 2) keterlibatan dalam memikul
Dalam mendefinisikan partipasi
beban dan tanggung jawab dalam
masyarakat perlu dilakukan dengan hati-
pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam
hati, karena istilah “partisipasi masyarakat”
bentuk sumbangan dalam mobilisasi
memiliki pengertian yang relatif dan dapat
pembiayaan pembangunan, kegiatan
dimasuki oleh berbagai kepentingan. Ada
produktif yang serasi, pengawasan sosial
tiga variasi dalam pelaksanaan partisipasi.
atas jalannya pembangunan, dan lain-lain;
Pertama, pendapat bahwa perencanaan
dan 3) keterlibatan dalam memetik hasil dan
ekonomi harus dilaksanakan oleh para ahli.
manfaat pembangunan secara berkeadilan.
Konsumsi pada waktu sekarang perlu
Dari banyak pengertian partisipasi, Bintoro
dikorbankan demi penanaman modal di
melihat ada dua cara berpartisipasi
masa datang, dan karena itu kebijaksanaan
yaitu : 1) mobilisasi kegiatan-kegiatan
yang paling tepat untuk mencapai
masyarakat yang serasi untuk kepentingan-
itu haruslah dilaksanakan oleh suatu
kepentingan pencapaian tujuan pem-
pemerintahan yang otoriter tapi progresif,
bangunan; dan 2) peningkatan oto aktivitas,
yang bebas dari tekanan umum. Partisipasi
swadaya, dan swakarsa masyarakat
masyarakat diperlukan disini, tetapi lebih
sendiri, terutama ditujukan kepada sektor
dalam bentuk mobilisasi untuk mendukung
swasta, bidang pertanian dan sebagainya
program pemerintah. Kedua, partisipasi
melalui mekanisme pasar dan harga.
dibangkitkan oleh pemerintah tetapi secara
terbatas (limited political participation). Untuk Sehubungan dengan pembangkitan
mendukung program perdesaan partisipasi swadaya dan swakarsa masyarakat,
perlu didorong, tetapi partai politik tetap Sayogyo menjelaskan partisipasi masya-
tidak diizinkan. Pemerintah membutuhkan rakat meliputi arti ikut melaksanakan dan
dukungan rakyat, tetapi membatasi ikut mengenyam hasil pembangunan, serta
partisipasi mereka. Ketiga, partisipasi hal penting yang melampaui makna
dilaksanakan dalam skala penuh (full scale tersebut, yaitu dengan memberikan
participation). Dalam partisipasi skala penuh tanggung jawab yang dikerjakan secara
ini rakyat diperbolehkan untuk ikut dalam berkelompok atau usaha bersama yang
pembangunan di berbagai tingkatan mereka bentuk sendiri. Agar dengan
(Weiner dalam Rahardjo, 1989). Oleh karena kekuatan dan kesadaran yang dibina,

Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007 15


lapisan yang tertinggal dalam pem- nilai, memiliki kekuatan untuk memelihara
bangunan dapat mengangkat diri kepada keseimbangan dalam pemanfaatan sumber
martabat yang lebih tinggi. Orang lain tak daya. Oleh karena itu, pembangkitan
dapat melakukan proses itu untuk partisipasi masyarakat akan memberikan
mereka (Sitorus, dkk, ed, 1996). Terkait sumbangan bagi keberlanjutan pemba-
dengan hal tersebut, Uphoff dan Cohen ngunan.
menyebutkan empat kegiatan dalam
partisipasi, yaitu membuat keputusan, III. ASPEK STRATEGIS
pelaksanaan, memperoleh hasil (ke-
untungan), dan penilaian terhadap seluruh PARTISIPASI MASYARAKAT
kegiatan (Soelaiman, 1998). Salah satu bagian penting dari aspek
Dengan demikian pengertian ini strategis partisipasi masyarakat, bahwa
menunjukan sifat kelembagaan dari masyarakat memiliki pengalaman tersen-
partisipasi itu, atau juga dikenal dengan diri berupa kearifan yang timbul dari
istilah pelembagaan teknik sosial (Cernea, proses interaksi terus menerus dengan
1993). Pelembagaan teknik sosial ini sumber alam dan lingkungannya, merespon
selanjutnya dijadikan sarana yang berasal dan mendinamisasi sekaligus mengen-
dari kepedulian publik untuk meng- dalikan hubungan-hubungan antar
investasikan sumber daya manusia kelompok untuk mewujudkan sistem
(human capital). Termasuk di dalamnya jaringan sosial yang kuat dan saling
pengembangan co-manajemen partisipasi melindungi serta saling memberi manfaat
yang mengandung sistem intensif untuk (Susantyo, 2002). Sebagaimana sejarah
pengawasan kelembagaan, pengenalan mencatat, bahwa pengalaman-pengalaman
inovasi, peningkatan kohesi sosial, dan masyarakat dalam bekerjasama secara
solidaritas kepercayaan organisasi yang internal maupun eksternal dalam kelom-
mandiri, serta nilai-nilai yang menyatukan pok, kurang mengalami ketegangan-
kelompok. Sebagai salah satu aspek dari ketegangan yang berlangsung lama dan
teknik sosial, partisipasi juga sebagai sarana berakibat pada pengurasan sumber
untuk memelihara dan meningkatkan ekonomi, dominasi kekuatan atas sumber-
sumberdaya. sumber agraria, tetapi justru sebaliknya,
terlihat adanya penghormatan terhadap
Memperhatikan beberapa pengertian batas-batas teritorial di antara penyebaran
partisipasi masyarakat tersebut, maka komunitas-komunitas lokal. Sebagaimana
unsur penting yang perlu dipertimbangkan dicontohkan oleh Korten pada ketiga studi
dalam partisipasi masyarakat ialah inisiatif kasusnya tersebut di atas.
dan proses pengambilan keputusan yang
dipusatkan pada masyarakat atau yang Demikian juga Dove (Susantyo, 2002)
berakar dari bawah; baik komunitas yang telah menggambarkan hal ini. Dimana
ada di perdesaan maupun perkotaan. terdapat keunikan sekaligus kandungan
Partisipasi sebagai sarana aktualisasi nilai-nilai inovatif dari pengalaman-
budaya, sumberdaya manusia, aspirasi pengalaman masyarakat yang tercerminkan
politik, kegiatan produksi yang digerakkan pada kebudayaan tradisionalnya. Secara
secara bersama, aktif dan bertanggung garis besar, Dove menyebut ada empat
jawab, dilakukan secara optimal oleh pengalaman dasar yang dimiliki masya-
masyarakat. Sehubungan dengan itu, posisi rakat, yaitu : 1) sistem kepercayaan tradi-
masyarakat sebagai faktor kontrol, produk sional mengandung sistem pengetahuan

16 Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007


yang bersifat empiris tentang dunia nyata; menguji atau melegitimasi kebijaksanaan
2) sistem ekonomi tradisional, perladangan yang mereka jalankan. Aspek ini berkaitan
berpindah, berburu dan meramu, pengum- dengan fungsi organisasi sosial yang
pul sagu, mengandung pengetahuan dimiliki masyarakat. Masyarakat memiliki
tentang bagaimana mengeksploitasi infrastruktur sosial, termasuk di dalamnya
lingkungan setempat, juga mengandung sistem kepemimpinan tradisional (Ostrom,
sumbangan kepada ekonomi nasional. 1993). Beberapa isyarat yang diberikan oleh
Konsumsi komunal melalui upacara Ostrom dkk, bahwa kelembagaan
tradisional memainkan peranan penting tradisional mempunyai suatu sistem
dalam memelihara organisasi sosial; 3) di pengambilan keputusan yang dapat
bidang lingkungan, sistem kepercayaan mendistribusikan hak dan tanggung jawab
tradisional mengatur suatu keseimbangan anggota masyarakat dalam proses
terbaik antara populasi manusia, binatang pemeliharaan dan pembagian manfaat yang
dan sumber-sumber tanah; 4) norma lebih adil, dan berkesinambungan terhadap
masyarakat tradisional tidak statis, fasilitas pembangunan. Contoh pengalaman
melainkan merupakan suatu penyesuaian Korten pada kasus Badan Pengembangan
dan perubahan terus menerus. Masyarakat Produk Susu Nasional di India serta
tradisional dapat menerima perubahan Pelayanan Keluarga Berencana Berbasis
yang mendasar dan diprakarsai dari luar, Desa di Thailand, merupakan sebuah bukti
jika perubahan itu sesuai dengan kepenti- keniscayaan itu, dimana masyarakat
ngan masyarakat yang bersangkutan. mengelola suatu institusi yang mandiri
Pengalaman-pengalaman dasar yang dan cenderung lebih menampakkan
dimiliki masyarakat tersebut tentu keberlanjutan manfaat dari fasilitas
merupakan sumber-sumber motivasi, pembangunan yang ada.
kreatifitas, dan kontrol. Yang kesemuanya Dari aspek pokok yang diuraikan di
itu secara keseluruhan membentuk potensi sini ialah pengalaman-pengalaman yang
kekuatan gagasan yang berguna bagi proses terwujud dalam kearifan budaya dan
identifikasi kebutuhan, perumusan atau kepemimpinan lokal, merupakan faktor
pemilihan kebijakan yang tepat, serta strategis untuk mengorbitkan partisipasi
pelaksanaan kebijakan tersebut dalam masyarakat dalam proses pembangunan.
program pembangunan. Segala upaya Perlunya kejelasan hal-hal strategis ini,
pembangunan yang tidak memper- untuk memberi arah yang jelas terhadap
timbangkan pengalaman-pengalaman dasar intervensi kepentingan yang kadang
dari masyarakat telah terbukti tidak mengacaukan arti dan pelaksanaan
menghasilkan suatu kemampuan atau daya partisipasi masyarakat.
dukung lingkungan dan ketahanan sosial.
Degradasi sumber daya alam dan konflik IV. PARTISIPASI MASYARAKAT
sosial yang ditimbulkan oleh proses
pembangunan merupakan contoh dari DALAM PEMBANGUNAN
kegagalan ini. DESA
Faktor strategis lain yang dimiliki Mitchell (1994) menggunakan salah
masyarakat ialah kekuatan politis, dimana satu pendekatan yang disebutnya “stresses
masyarakat sesungguhnya merupakan on” , yaitu tekanan dan kemampuan orang-
realitas politis. Pemerintah mau tidak mau orang serta lingkungan perdesaan. Disebut
memerlukan dukungan masyarakat untuk juga dalam tulisan Korten (Syahrir dan

Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007 17


Korten, 1988), bahwa konsep pem- penting yang dihadapi ialah belum tepatnya
bangunan yang berpusat pada rakyat salah strategi pembangunan perdesaan.
satu bagian pentingnya adalah memberi Sebagaimana yang telah dikemukakan,
perhatian terhadap daerah perdesaan. bahwa jalan pemikiran yang dianggap
Sayogyo (1997) mengatakan, bahwa relevan dengan berbagai kondisi yang
keberlanjutan penghidupan keluarga dihadapi saat ini, ialah melaksanakan
(keberlanjutan dalam bernafkah) harus strategi pembangunan berkelanjutan. Dalam
didalami bersama arti pembangunan hal ini, wilayah dan komunitas perdesaan
masyarakat desa berkelanjutan. menempati prioritas yang tinggi dalam
Dengan demikian, pembangunan kebijaksanaan pembangunan nasional,
perdesaan merupakan bagian dari strategi khususnya dalam upaya menanggulangi
pembangunan berkelanjutan. Tentunya hal kemiskinan.
ini perlu dipahami bersama, bahwa wilayah Pembangunan perdesaan yang
dan komunitas di perdesaan ternyata belum memberi fokus pada upaya penang-
diletakkan pada prioritas yang tinggi dalam gulangan kemiskinan, jika diorientasikan
kebijaksanaan pembangunan dibanding untuk mewujudkan keberlanjutan proses
pembangunan di wilayah perkotaan. Ada dan manfaatnya di masa depan, maka
banyak studi yang menerangkan keter- strategi yang penting dilaksanakan ia-
kaitan antara pertumbuhan ekonomi di kota lah menumbuhkan pembangunan yang
dengan masalah-masalah yang muncul di berdasarkan kepercayaan diri (self-reliant
perdesaan. Misalnya masalah migrasi, development) (Tjokrowinoto, 1996). Strategi
menurunnya daya dukung lahan dan ini sebenarnya sudah tercermin dalam
degradasi sumber alam yang disebabkan pelaksanaan program penanggulangan
eksploitasi dalam penguasaan dan kemiskinan melalui program IDT (Inpres
pengusahaan tanah, hutan, tambang dan air. Desa Tertinggal). Sebagaimana dike-
Di lain pihak, populasi penduduk secara mukakan Budi Soeradji dan Mubyarto
umum terdapat di wilayah perdesaan (1998), upaya penanggulangan kemiskinan
vis-a-vis menurunnya distribusi dalam dilakukan melalui proses penguatan
pemanfaatan sumber daya alam yang penduduk miskin yang mencakup lima
semakin sempit. Kemudian melemahnya aspek yaitu; pengembangan sumber daya
kreativitas budaya disebabkan oleh manusia, penyediaan modal kerja,
pergeseran nilai dalam pola kerja dan penciptaan peluang dan kesempatan
pandangan hidup modern, menjadi satu berusaha, mengembangkan kelembagaan
aspek tersendiri dari hadirnya masalah- penduduk miskin, dan penciptaan sistem
masalah kemiskinan di perdesaan. pelayanan kepada penduduk miskin yang
Sesungguhnya, pembangunan per- sederhana dan efisien. Melalui jalur
desaan bukan upaya yang baru di pendekatan tersebut, penduduk miskin
Indonesia. Bahkan hal ini telah dicanangkan diharapkan mampu dengan kekuatannya
dalam berbagai kebijaksanaan pem- sendiri menanggulangi kemiskinannya,
bangunan nasional sejak awal kemer- serta meningkatkan kesejahteraannya
dekaan, dengan sasaran yang sama yaitu secara memadai dan berkelanjutan.
berupaya mengentaskan kemiskinan dan Namun keberhasilan strategi atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pendekatan ini tentu saja tidak mudah.
perdesaan. Suatu hal yang telah Laporan-laporan program IDT telah
menyadarkan kita, bahwa persoalan memberikan gambaran tentang banyak hal

18 Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007


yang sudah dilakukan melalui pelaksanaan komunitas lokal. Yang dimaksudkan
program pemerintah. Misalnya, pemberian dengan aspek strategis tersebut ialah
kredit, pembentukan kelompok, pelatihan- pembangkitan partisipasi masyarakat
pelatihan usaha kecil, pelestarian berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
lingkungan melalui pengelolaan hutan terwujud dalam kearifan budaya dan
rakyat, dan lain-lain sebagaimana kepemimpinan lokal. Di sini hendak
dilaporkan oleh Budi dan Mubyarto, dikatakan, bahwa aspek strategis
(Mubyarto, 1998). Tetapi, dibalik itu kita partisipasi harus diletakkan dalam konteks
tidak pernah mendengar suatu laporan dari yang berbeda dengan konsep-konsep ilmiah
masyarakat yang secara langsung dan yang kita miliki, khususnya bila diterapkan
kontinyu menggambarkan perkembangan pada tingkat lapangan. Karena banyak
mereka dari tahun ke tahun. Sehingga kasus menunjukkan, bahwa implementasi
semua pihak dapat menjadi yakin bahwa konsep-konsep partisipasi inipun masih
keberhasilan masyarakat bukan hanya mengalami kegagalan. Terutama bila dilihat
bertepatan dengan saat-saat dimana dari gambaran berkelanjutan suatu program
peneliti, LSM, penyuluh pertanian tinggal yang dilak-sanakan.
di desa. Setelah itu kemajuan mereka atau
Untuk mewujudkan sistem pertanian
bahkan kegagalan mereka tidak terpantau yang baik, dalam teknik pengelolaan
lagi ketika para peneliti dan fasilitator- maupun pemeliharaan, tidak cukup hanya
fasilitator itu telah habis jangka waktu dengan memperagakannya melalui unit
kontraknya dan pulang ke kota. Banyak percontohan agar masyarakat secara
informasi yang kita terima secara bersama-sama mempelajarinya, atau
meyakinkan adanya sengketa pertanahan sekedar memfasilitasi mereka untuk
antara petani dan pengusaha perkebunan, merumuskan sendiri cara-cara meng-
kegagalan panen, raibnya bantuan organisasikan suatu proses pembelajaran.
dana kelompok, dan sebagainya. Faktor strategis yang perlu diper-
Secara konsepsional pendekatan yang timbangkan ialah kearifan budaya dalam
dicanangkan sudah mengarah pada jalan praktek-praktek bertani. Mereka perlu
yang tepat, tetapi salah satu hal yang perlu terlibat untuk membuat keputusan dalam
disadari bahwa hasil dari pendekatan yang hal penggunaan waktu, memperhitungkan;
digunakan itu secara umum belum mencapai bahaya, ancaman, dan tekanan, mem-
kondisi yang diinginkan, yaitu kemandirian pertimbangkan benda-benda apa atau
masyarakat perdesaan. tindakan bagaimana yang boleh atau tidak
Aspek yang ingin dikemukakan di sini digunakan, kapan dan di mana suatu
ialah pelaksanaan partisipasi masyarakat. kegiatan dapat dilaksanakan. Secara ekstrim
Kita telah memiliki konsep yang standar dapat dikatakan jika bentuk inovasi
mengenai model partisipasi, tentunya telah pertanian yang datang dari luar, kemudian
ditolak oleh masyarakat, hal ini merupakan
dapat memenuhi pertimbangan logika
bentuk partisipasi dipandang dari sudut
ilmiah, karena digali berdasarkan
kearifan budaya. Sebab mereka telah
pengalaman-pengalaman dalam pemba-
menyumbangkan suatu upaya menghindari
ngunan di perdesaan. Namun ada yang
malapetaka jika dikemudian hari hasil dari
perlu dipertimbangkan secara serius, yaitu inovasi tersebut ternyata mendatangkan
apakah pelaksanaan partisipasi masyarakat kerugian bagi masyarakat, baik secara fisik
itu telah sesuai dengan aspek-aspek yang maupun mental.
strategis yang terkandung dalam sistem

Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007 19


Kepemimpinan lokal juga merupakan V. PENUTUP
faktor strategis dari partisipasi masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan partisipasi Pembangunan perdesaan merupakan
masyarakat dalam pembentukan suatu salah satu bagian dari strategi pem-
kelembagaan ekonomi dan saluran bangunan berkelanjutan, terutama untuk
pendapat publik terhadap kebijaksanaan menciptakan ketahanan sosial. Oleh karena
pembangunan. Kita tidak hanya cukup itu peranan masyarakat menjadi sangat
meyakinkan diri, bahwa pemimpin lokal sentral dalam pelaksanaan strategi ini. Salah
lebih mempunyai pengaruh secara informal satu aspek penting dari usaha untuk
menciptakan ketahanan sosial itu ialah
dari pada pemimpin formal terhadap
menumbuhkan partisipasi masyarakat.
anggota masyarakat. Oleh karena itu,
Perkembangan pemikiran mengenai
dengan menggunakan pengaruh ini
partisipasi telah melahirkan konsep standar
masyarakat dapat dilibatkan dalam karena telah digali dari pengalaman-
program ekonomi dan memberi dukungan pengalaman kegagalan pembangunan
terhadap suatu kebijakan. Hal yang paling perdesaan di masa lalu. Secara konseptual
mendasar di sini ialah ketaatan masyarakat partisipasi telah diletakkan pada peranan
terhadap adat yang menyatukan mereka, komunitas lokal dalam seluruh proses
dimana pemimpin sebagai simbol adat dan pembangunan.
memiliki kaidah-kaidah tersendiri dalam
memutuskan masalah-masalah yang Untuk memberi arah yang jelas pada
dihadapi anggota masyarakat. Pengalaman- pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam
pengalaman yang berbeda di masyarakat pembangunan perdesaan, maka perlu
dilihat dari kesatuan-kesatuan adat, perlu mempertimbangkan faktor strategis
mengilhami cara-cara pelibatan masyarakat partisipasi masyarakat dalam sistem
dalam pembentukan kelompok, atau dalam komunitas lokal. Di antara faktor strategis
proses penggalian pendapat umum. tersebut ialah pengalaman-pengalaman
Pelibatan masyarakat dalam proses masyarakat yang terwujud dalam kearifan
pembentukan kelembagaan apapun harus budaya dan kepemimpinan lokal. Dengan
mempertimbangkan cara-cara di mana mempertimbangkan faktor strategis dalam
mereka menunjukkan ketaatan terhadap sistem komunitas lokal itu, diharapkan
adat. Dengan demikian mereka dapat lebih pelaksanaan partisipasi masyarakat akan
meyakini manfaat-manfaat yang timbul dari menyumbang pada usaha mencapai
tugas dan kewajiban dalam memelihara, kemandirian masyarakat.
melindungi, dan mengembangkan hal-hal Dalam program pembangunan
yang dimiliki oleh kesatuan adatnya. Makna perdesaan, pengetahuan tentang apa yang
yang penting ditarik dari sini dibutuhkan masyarakat serta kemampuan
ialah pelibatan mereka dalam proses kelembagaan (“organisasi pembantu”) juga
pembangunan perdesaan didasarkan pada sangat terbatas. Untuk itu, upaya pendekat-
komitmen adat untuk mengatur suatu an untuk senantiasa selalu belajar kepada
organisasi sosial yang mandiri. masyarakat melalui pendekatan “proses
belajar” dalam proses pembangunan yang
terjadi, merupakan sebuah keharusan.

20 Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007


DAFTAR PUSTAKA Susantyo, Badrun. 2002, Aspek Strategis
Partisipasi Masyarakat Dalam
Cernea, Michel M. 1993, “The Sociologis Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal
Approach to Sustainable Development” in Ilmiah pekerjaan Sosial “PEKSOS”. Vol
Marking Development Sustainable: From 1 No. 1, Mei 2002. Bandung: STKS.
Concept to Action. Ismail Serageldin dan
Andrew Steer (ed). Papare Series No. ————————. 2003, Mencoba Memahami
2 World Bank. Partisipasi “Gaya Lain” Dalam Komunitas
Adat Terpenil (KAT). Jurnal SIKAT.
Korten, D.C. dan Syahrir (ed). 1988, Edisi I Tahun 2003. Jakarta. Direktorat
Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Pemberdayaan Komunitas Adat
Jakarta; Yayasan Obor Indonesia. Terpencil (PKAT). Departemen Sosial
Mitchel, Bruce. 1994, Sustainable Develop- RI.
ment at Village Level in Bali, Indonesia Tjokrowinoto. 1996, Pembangunan, Dilema
Human Ecology an Interdiciplinary dan Tantangan. Yogyakarta. Pustaka
Journal. Vol. 22 (3) pp. 189-211. Pelajar.
Ostrom, Elinor, Larry Schroode dan Susan
Wynne. 1993, Institutional Incentive and
Sustainable Development: Infrastructure Drs. Badrun Susantyo, M.Si.
Policies in Perspective. Oxford; Westview Menyelesaikan S2 dari Institute
Press. Perstanian Bogor. Staf pada Puslitbang
Rahardjo, Dawam. 1983, Esei-esei Ekonomi Kesejahteraan Sosial. Saat ini sebagai
Politik. Jakarta; LP3ES. kandidat Doktor bidang Ilmu
Pekerjaan Sosial di Penang Malaysia.
Sayogyo. 1997, Pembangunan Masyarakat Desa
Berkelanjutan, Makalah pada Semiloka
Gerakan Mandiri Mem-bangun Desa
di Palu Sulawesi Tengah.
Sayogyo dalam Sitorus Dkk. ed. 1996,
Memahami dan Menanggulangi
Kemiskinan di Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia.
Soelaiman, Munandar. Dinamika Masyarakat
Transisi, Mencari Alternatif Sosiologi dan
Arah Perubahan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soeradji, Budi dan Mubyarto. 1998, Gerakan
Penanggulangan Kemiskinan. Laporan
Penelitian di Derah-daerah. Jakarta:
Aditya Media.

Informasi, Vol. 12, No. 03, tahun 2007 21

Anda mungkin juga menyukai