PENGUATAN PARTISIPASI
MASYARAKAT
PERFORM PROJECT
PENGANTAR
Berubah (change), memang bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan.
Apalagi sistim, tradisi, dan prilaku sudah tertanam dan mengakar sekian lama.
Perubahan dapat terjadi karena ada pihak yang bersedia menjadi agen
perubahan (agent of change). Dan disadari atau tidak, kita semua yang memiliki
kesempatan untuk bekerja di PERFORM Project (khususnya PDPP) adalah agen
perubahan di banyak daerah.
Satu perubahan besar yang difasilitasi oleh PDPP adalah dalam menggugah,
mendorong, serta mengawal para pelaku pembangunan (Pemerintah, Ornop,
Swasta, dan Masyarakat) untuk dapat bekerja sama dalam merencanakan
sampai menentukan perbaikan kualitas hidup mereka sendiri. Suatu proses
pengelolaan pembangunan yang partisipatif.
Buku ini tidak diharapkan untuk menjadi Pedoman Teknis yang harus diikuti
oleh para Community Development Specialist atau PDPP Local Coordinator
dalam memfasilitasi proses partisipasi masyarakat. Akan tetapi, lebih
dimaksudkan sebagai referensi untuk membantu mereka dalam merencanakan
sampai dengan mengevaluasi proses partisipasi masyarakat yang mereka
fasilitasi.
Buku ini disusun dengan didasarkan pada pengalaman pribadi penulis dan
informasi mengenai partisipasi masyarakat baik di Indonesia maupun
mancanegara yang diperoleh dari berbagai literatur dan media. Oleh karena itu,
belum tentu strategi-strategi yang ditawarkan dapat seluruhnya sesuai dengan
kebutuhan yang ada. Berbagai penyusaian dan revisi terhadap strategi-strategi
yang ditulis dalam buku ini dengan kondisi di lapangan, sangatlah dihargai.
Terima Kasih,
Mohammad Najib
Civil Society Support Coordinator – PERFORM Project (USAID)
Wisma Amex, lt.2 - Jl. Melawai Raya No. 7
Jakarta 12160
Tel: (021) 7248467 & Fax: (021) 7205353
najib@indo.net.id
1
BUKU PANDUAN PENGUATAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
BAB I: PENDAHULUAN
A. Kebutuhan Partisipasi Publik
Kehidupan demokrasi dan desentralisasi yang mulai berkembang di
Indonesia saat ini, memberikan tantangan kepada upaya untuk membangun
serta melakukan berbagai macam cara yang efektif dalam memulihkan
kondisi krisis multidimensi. Tantangan-tantangan tersebut akan dapat lebih
mudah dicapai, bila masyarakat melalui organisasi masyarakat sipil
diberdayakan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengelolaan
pembangunan.
Pemulihan krisis adalah suatu proses kerjasama yang menuntut aksi kongkrit
dari pemerintah dan ornop. Pelibatan masyarakat dalam proses tersebut
dapat memberikan manfaat kepada masing-masing pihak dan juga lebih
penting lagi, dapat bermanfaat kepada rakyat luas sekalipun.
2
Banyak manfaat yang dapat diperoleh pemerintah dari pelibatan masyarakat.
Masyarakat memiliki informasi dan pemahaman langsung mengenai kondisi
krisis di komunitasnya. Dengan mendorong masyarakat untuk
menginformasikan apa yang mereka ketahui dan pahami, pemerintah dapat
menciptakan berbagai kebijakan yang lebih tanggap serta mampu
mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari kebijakan-
kebijakan tersebut. Dengan partisipasi, masyarakat dapat pula berkontribusi
dalam memantau serta mengevaluasi pelaksanaan suatu kebijakan.
B. Peran Publik
Masyarakat adalah salah satu sumber daya terbesar yang sangat memahami
potensi dan masalah yang ada, lebih dari pemerintah sekalipun. Karena
beragamnya aktivitas yang dilakukan, setiap dari mereka memiliki keunikan
dan kekuatan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, agar kebijakan pembangunan
dapat sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, maka masyarakat
harus memiliki kesempatan dalam menyuarakan posisinya terhadap
berbagai perencanaan, kebijakan dan landasan hukum yang akan dan telah
ditetapkan.
Segala bentuk partisipasi masyarakat akan dapat lebih efektif bila berbagai
ragam lembaga dan keahlian yang ada di masyarakat digabungkan dalam
satu wadah atau lainnya. Jika masyarakat sipil dapat mengorganisasikan
serta bekerjasama sesamanya, maka mereka akan mampu menyatukan
berbagai kekuatan, kemampuan, keahlian dan juga keuangan. Dengan
pengorganisasian masyarakat sipil, maka pemerintah tidak akan mampu
untuk tidak peduli terhadap mereka serta peran yang dimilikinya dalam
mempengaruhi kehidupan sosial dan politik.
1. UUD 1945, Amandemen ke-2, Pasal 28F, Agustus 2000: “setiap orang
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpang,
mengolah dan menyampaikan informasi”.
2. UU no. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 92 ayat 1,
yang menyatakan: Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan
Perkotaan, Pemerintah Daerah perlu mengikutsertakan masyarakat
dan pihak swasta; sedangkan ayat 2 mengungkapkan bahwa
3
pengikutsertaaan masyarakat, sebagaimana yang dimaksud ayat (1)
merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
perkotaan. Pada penjelasan pasal 92 ayat (1) dinyatakan: Pemerintah
Daerah perlu memfasilitasi pembentukan forum perkotaan untuk
menciptakan sinergi Pemerintah daerah, masyarakat dan pihak
swasta.
3. UU no. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara Bebas KKN:
“Masyarakat berhak untuk mencari, memperoleh dan memberikan
informasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintah, dan berhak
untuk menyampaikan pendapat dan masukan terhadap kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan”.
4. PP no. 96/96 tentang PSM dalam Penataan Ruang
5. Permendagri no. 5/98 tentang PSM dalam Penataan Ruang Propinsi
dan Kabupaten/Kota
4
mengetahui bagaimana cara untuk mendorong sekaligus membangun peran
masyarakat sipil agar mampu mempengaruhi proses pengambilan kebijakan. Di
lain pihak, banyak lembaga non-pemerintah memiliki sangat sedikit
pengetahuan serta pengalaman untuk mendorong dan terlibat dalam proses
perencanaan pembangunan. Seringkali mereka menyuarakan komitmen
terhadap partisipasi, meskipun pemahaman terhadap makna sebenarnya kurang
dikuasainya.
5
8. Ketidakmampuan dalam mengorganisasikan partisipasi. Bila proses
partisipasi tidak dikelola secara baik dan tidak didukung oleh
ketersediaan dana yang memadai, maka proses partisipasi akan terkesan
sebagai kegiatan yang mubazir.
Dari beberapa studi evaluasi, belum dapat menunjukkan bentuk, cakupan dan
strategi partisipasi yang paling efektif untuk bermacam kondisi dan
proyek/program. Dan perlu untuk diketahui bahwa, tidak ada metode
partisipasi yang benar atau salah. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
adalah proses yang terus berlanjut, dimana setiap pelaku akan saling belajar,
mengadopsi berbagai pendekatan yang mungkin baru dan belum pernah dicoba
sebelumnya di kondisi sosial politik yang berbeda.
Oleh karena alasan tersebut diatas, maka tujuan utama dari Strategi
Pemberdayaan Masyarakat Sipil dalam PDPP adalah untuk mendorong
keikutsertaan masyarakat dalam menjadikan partisipasi bukan sebagai
kesempatan yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan alasan “kebaikan
hati”, melainkan dimaksudkan sebagai suatu pelayanan dasar yang harus
disediakan dan merupakan bagian yang menyatu dalam pengelolaan
pembangunan di daerah di era desentralisasi. Dengan partisipasi masyarakat
sipil, berarti keikutsertaan aktif dari masyarakat dengan pemerintah daerah
di luar proses PEMILU dalam merumuskan kebijakan publik dan arah
strategi pembangunan.
6
Melalui Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sipil dalam PDPP, diharapkan
akan mampu:
B. Sasaran
Adapun sasaran dari Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sipil dalam PDPP
adalah:
C. Hasil
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sipil dalam PDPP diharapkan akan
menghasilkan:
7
BAB IV: PENDEKATAN
Kelompok sasaran yang diharapkan menjadi pelaku aktif dalam upaya ini antara
lain adalah aparat pemerintah daerah, anggota DPRD, organisasi
nonpemerintah, lembaga komunitas lokal (CBO), perguruan tinggi, media massa
dan pengusaha.
8
penengah maupun penghubung antara pemerintah daerah dan masyarakat
sipil.
v Strategi Teknis
Berbagai strategi teknis yang diuraikan di bawah ini dapat direncanakan
dan diterapkan oleh Community Development Specialist untuk
memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan.
1. Menyediakan informasi
Menyediakan informasi harus menjadi bagian yang terpadu pada
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Sipil dalam PDPP. Hal ini untuk
menjamin bahwa masyarakat terinformasikan mengenai berbagai
aktifitas dalam PDPP, dan juga struktur, sistem, maupun staf yang
dimiliki oleh PDPP dapat diketahui oleh masyarakat secara
transparan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyediakan
sarana maupun personel (Local PDPP Coordinator) yang berfungsi
untuk memberikan informasi tentang PDPP kepada mereka yang
membutuhkannya. Pertukaran informasi dan konsultasi antara Local
PDPP Coordinator dengan masyarakat berkontribusi dalam mencegah
atau mengurangi adanya kesalahpahaman dan konflik yang mungkin
terjadi.
9
Sediakan informasi sebanyak mungkin mengenai PDPP berikut
mekanisme serta rencana kerjanya kepada berbagai pihak yang
membutuhkan, sejalan dengan informasi tentang karakteristik dan
kegiatan masing-masing pelaku yang dibutuhkan oleh Community
Development Specialist. Komunikasi yang partisipatif berarti
mendengar sekaligus memberitakan. Community Development
Specialist harus menyadari akan kesalahpahaman yang mungkin
timbul dari perbedaan pengalaman, budaya dan bahasa.
10
Beberapa pertanyaan untuk pemerintah:
a. Bagaimana perkembangan aktifitas berbagai organisasi
nonpemerintah yang ada selama ini?
b. Apakah banyak ornop yang memiliki vested interest dalam
politik?
c. Apakah mereka pernah diikutsertakan dalam proses
perencanaan pembangunan? Bila ya/tidak, kenapa?
d. Apa saja program/proyek yang telah melibatkan mereka?
Bagaimana hasilnya?
e. Apa saja kontribusi kongkrit dari ornop terhadap
pembangunan yang ada selama ini?
f. Apakah kapasitas ornop perlu ditingkatkan untuk dapat terlibat
dalam proses perencanaan pembangunan? Bila ya, dalam hal
apa saja?
g. Peran apa yang harus dimainkan oleh ornop dalam proses
perencanaan pembangunan? Bagaimana dengan ikut terlibat
dalam menentukan kebijakan program-program pembangunan
jangka menengah dan dari tahun ke tahun?
h. Apakah perlu ada perubahan dalam hubungan antara
pemerintah dengan nonpemerintah? Bila ya/tidak, kenapa?
i. Apa saja hambatan-hambatan utama dalam hubungan antara
ornop dan pemerintah?
11
b. Apakah banyak ornop yang memiliki vested interest dalam
politik?
c. Bagaimana hubungan antara pemerintah dengan ornop selama
ini?
d. Apakah mereka pernah diikutsertakan dalam proses
perencanaan pembangunan? Bila ya/tidak, kenapa?
e. Apa saja kontribusi kongkrit dari ornop terhadap
pembangunan yang ada selama ini?
f. Apakah kapasitas ornop perlu ditingkatkan untuk dapat terlibat
dalam proses perencanaan pembangunan? Bila ya, dalam hal
apa saja?
g. Peran apa yang harus dimainkan oleh ornop dalam proses
perencanaan pembangunan? Bagaimana dengan ikut terlibat
dalam menentukan kebijakan program-program pembangunan
jangka menengah dan dari tahun ke tahun?
h. Apakah perlu ada perubahan dalam hubungan antara DPRD
dengan ornop? Bila ya/tidak, kenapa?
i. Apa saja hambatan-hambatan utama dalam hubungan antara
ornop dan DPRD?
12
g. Mampu bersikap netral dalam menciptakan hubungan yang
harmonis antar komponen masyarakat sipil, dan antara
masyarakat sipil dengan pemerintah.
Menyadari akan peran penting yang akan dimainkan oleh mitra lokal,
maka ia harus didukung oleh pendanaan yang memadai, informasi
yang menyeluruh mengenai PDPP dan partisipasi masyarakat secara
luas, serta advokasi teknis mengenai berbagai hal yang ia butuhkan.
Untuk dapat memantau sekaligus membantu aktifitas mitra lokal,
diperlukan adanya laporan yang terjadwal antara mitra lokal dengan
Community Development Specialist. Isi maupun jadwal pelaporan
akan lebih baik disepakati bersama antar keduanya, untuk mencegah
adanya kesan atasan dan bawahan.
13
5. Menggugah Kesadaran Pelaku yang Terlibat
Seringkali pelaku pemerintah, nonpemerintah dan Dewan kurang
memahami perbedaan antara partisipasi dan mobilisasi. Atau bahkan
terjadi perbedaan pemahaman antar sesamanya mengenai partisipasi.
Oleh karena itu, diharapkan melalui PDPP, pemahaman mengenai
partisipasi dapat ditingkatkan dan disepakati bersama. Setelah
disepakati maka berikutnya adalah bagaimana proses partisipasi
menjadi kebutuhan dan kepedulian bersama, atau dalam kalimat lain
membangun rasa ketermilikan (ownership).
14
Setelah masing-masing pelaku mengisi Matriks Partisipasi maka
hasilnya perlu dibicarakan bersama dan kemudian dapat dipahami
dan disepakati secara bersama pula. Bentuk dari Matrix Partisipasi
adalah:
15
e. Individu/lembaga yang harus terlibat dan mekanisme
pembagian kewenangannya
f. Mekanisme informasi dari masyarakat sipil ke publik
g. Sumberdaya manusia, keuangan, serta pelatihan yang
diperlukan dan bagaimana memperolehnya dalam
melaksanakan strategi yang disusun.
16
7. Melakukan Analisa Resiko
Karena partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan yang akan dilakukan melalui PDPP bisa jadi
merupakan kegiatan yang baru di suatu daerah, tidak tertutup
kemungkinan pelaksanaannya akan menghadapi berbagai resiko.
Resiko-resiko tersebut harus dapat diantisipasi oleh berbagai pelaku
yang terlibat, dan yang lebih penting lagi harus dapat disepakati solusi
untuk memperkecil dampak dari resiko tersebut.
17
9. Mengupayakan Pelembagaan Partisipasi
Untuk menjadikan partisipasi sebagai proses yang berkelanjutan,
maka proses tersebut perlu dilembagakan. Adapun pengertian
pelembagaan disini adalah bukan membentuk lembaga yang berfungsi
menjalankan proses partisipasi, melainkan suatu landasan hukum
yang disepakati bersama dan disahkan dalam menjamin bahasan,
mekanisme, proses dan fungsi dari partisipasi untuk periode-periode
selanjutnya, meskipun para pelaku yang terlibat sudah tidak terlibat
kembali. Dengan fasilitasi dari Community Development Specialist,
masing-masing pelaku perlu berupaya semaksimal mungkin dalam
mewujudkan terlembagakannya partisipasi.
18
Oleh karena itu, maka diperlukan upaya dan pendekatan yang strategis serta
tepat untuk mengembangkan kapasitas para pelaku nonpemerintah tersebut
yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan PDPP itu
sendiri.
v Strategi Teknis
Berbagai strategi teknis yang diuraikan di bawah ini dapat direncanakan
dan diterapkan oleh Community Development Specialist untuk
memberdayakan kapasitas serta kompetensi masyarakat sipil untuk dapat
berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan.
19
Selain itu, masyarakat sipil dapat memahami landasan serta alasan
yang digunakan sebagai dasar dikeluarkannya suatu kebijakan.
20
c. Merancang serta melakukan penelitian terfokus pada suatu
kebijakan (policy-focused research).
d. Menyusun dan melakukan penelitian untuk menilai opini
publik dan mengevaluasi dampak dari advokasi yang telah
dilakukan.
e. Melakukan negosiasi; termasuk kemampuan dalam
menganalisa hubungan antara lembaga dan kekuasaan yang
dimilikinya.
f. Memperluas jaringan dengan berbagai komunitas masyarakat
sipil serta donor.
g. Memperkuat kemampuan organisatoris dan manajemen
advokasi, terutama untuk Forum Masyarakat Sipil (NGO).
h. Menyediakan informasi dan pelatihan kepada masyarakat
mengenai tanggung jawab pemerintah daerah dan hak serta
kewajiban warga, terutama dalam mengawal proses partisipasi.
i. Meningkatkan kesadaran warga mengenai pentingnya
partisipasi mereka terhadap setiap proses pengelolaan
pembangunan.
j. Memberikan pendidikan kepada warga mengenai sumber daya
yang dimiliki oleh daerahnya dan proses penyusunan APBD
untuk membangun kapasitas warga agar dapat terlibat pada
proses penyusunan, pemantauan dan pengevaluasiannya.
k. Menyusun panduan dan pelatihan (bersama pemerintah)
mengenai proses perencanaan pembangunan yang partisipatif
yang ditujukan kepada warga agar mereka dapat terus terlibat
di masa mendatang.
21
pengalaman sejenis yang dilakukan oleh masyarakat sipil di daerah
yang tidak menerima bantuan teknis PDPP (misalnya ada bantuan
oleh donor lain) juga dapat bermanfaat bagi pengembangan kapasitas
masyarakat sipil di daerah penerima bantuan teknis PDPP.
22
berbagai pihak (pemerintah, dewan, LSM, akademisi, dll.) yang
fungsinya untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang
menghambat partisipasi masyarakat sekaligus mencarikan alternatif
pemecahannya, baik dari segi kebijakan ataupun teknis. Kelompok
Kerja inilah yang nantinya diharapkan dapat terus menyempurnakan
berbagai proses partisipasi masyarakat pada masa selanjutnya.
23
untuk memahami bagaimana proses partisipasi masyarakat
berlangsung, sekaligus dapat dipergunakan sebagai pengalaman bagi
pihak lain yang melakukan upaya serupa.
2. Memberikan masukan bagi para pelaku yang terlibat untuk dapat
menyusaikan pendekatan, strategi dan intervensi yang akan dilakukan
selama proses partisipasi sedang dijalankan.
3. Memberikan kesempatan kepada pelaku-pelaku yang tidak sempat
terlibat dalam proses partisipasi untuk memberikan penilaian
sekaligus penyempurnaan terhadap proses yang sedang dijalankan.
4. Membantu para pelaku yang terlibat untuk menjadi lebih akuntabel
kepada masyarakat dan pihak donor yang mendanainya. Termasuk
juga, membantu pihak donor tersebut menjadi lebih akuntabel kepada
masyarakat secara luas.
24
C. Indikator
Dibawah ini adalah beberapa usulan indikator untuk mengukur keberhasilan
dari pemberdayaan masyarakat sipil dalam PDPP.
Indikator Kualitatif
1. Kesadaran mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan meningkat sejalan dengan keterlibatan
mereka di dalamnya.
2. Pemerintah daerah berkontribusi untuk menyediakan beberapa
sumberdaya untuk menunjang partisipasi masyarakat
3. Tujuan, peran, serta fungsi masyarakat sipil telah disepakati dan
dijalankan secara efektif diantara sesama mereka.
4. Masyarakat sipil dapat bersikap inklusif terhadap berbagai pandangan
serta prioritas dalam beberapa isu.
25
5. Meningkatnya bukti akan kepedulian, kebersamaan dan solidaritas
diantara masyarakat sipil dalam merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi paritisipasi masyarakat.
6. Menurunnya rasa ketergantungan dari masyarakat sipil terhadap
Community Development Specialist, meskipun berbagai aktifitas tetap
terus dilaksanakan.
7. Berkesinambungnya berbagai aktifitas para pelaku untuk
mengupayakan partisipasi masyarakat, setelah PDPP selesai.
8. Tercapainya rasa ketermilikan (ownership) dan dukungan untuk
partisipasi masyarakat dari para pelaku utama dan juga publik.
Indikator Kualitatif
1. Adanya jiwa kepemimpinan dari beberapa individu/lembaga dari
berbagai pelaku untuk terus mendorong keberhasilan proses
partisipasi masyarakat.
2. Terjalankannya proses yang demokratis dan transparan dalam
pengorganisasian masyarakat sipil.
3. Terjadinya rotasi kepemimpinan diantara masyarakat sipil dalam
proses partisipasi.
4. Adanya bukti akan pemahaman masyarakat sipil dalam memahami
serta memantau berbagai kebijakan pemerintah.
5. Adanya bukti akan terjadinya resolusi konflik baik diantara sesama
komponen masyarakat sipil atau dengan pemerintah.
6. Adanya kemampuan masyarakat sipil untuk menyusun strategi
partisipasi, dan memantau serta mengevaluasinya.
26
7. Adanya kemampuan masyarakat sipil dalam meluaskan jaringan
dengan lembaga atau donor lain.
8. Adanya kemampuan masyarakat sipil dalam menyebarluaskan
informasi dan pengalaman yang dibutuhkan oleh publik.
9. Meningkatnya kemampuan teknis dan manajemen dalam menjaga
proses partisipasi.
10. Adanya kemampuan dari masyarakat sipil untuk dapat bertahan dari
berbagai tekanan dari luar yang mencoba menggagalkan proses
partisipasi.
D. Pelaporan
Dalam kegiatan ini, terdapat 2 jenis pelaporan yaitu: (1) pelaporan sebagai
dokumentasi aktifitas yang dilakukan, dan (2) pelaporan sebagai sarana
komunikasi dan saling tukar menukar pengalaman serta informasi.
27