PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teori demokrasi mengajarkan bahwa demokratisasi membutuhkan hadirnya
masyarakat sipil yang terorganisir secara kuat, mandiri, semarak, pluralis, beradab,
dan partisipatif. Partisipasi merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang
menghubungkan antara rakyat biasa
Partisipasi bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam pemilihan kepala desa dan
BPD, tetapi juga partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan dengan
pembangunan dan pemerintah desa. Secara teoretis, partisipasi adalah keterlibatan
secara terbuka (Inclusion) dan keikutsertaan (involvement). Keduanya mengandung
kesamaan tetapi berbeda titik tekannya. Inclusion (termasuk) menyangkut siapa saja
yang terlibat, sedangkan involvement berbicara tentang bagaimana masyarakat
terlibat. Keterlibatan berarti memberi ruang bagi siapa saja untuk terlibat dalam
proses politik, terutama kelompok-kelompok masyarakat miskin, minoritas, rakyat
kecil, perempuan, dan kelompok-kelompok marginal lainnya.
Dalam konteks pembangunan dan pemerintahan desa, partisipasi masyarakat
terbentang dari proses pembuatan keputusan sehingga evaluasi. Proses ini tidak
semata didominasi oleh elite-elite desa (Pamong Desa, BPD, Pengurus RT maupun
Pemuka Masyarakat), melainkan juga melibatkan unsur-unsur lain seperti
perempuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebagainya. Dari sisi proses, keterlibatan
masyarakat biasa bukan dalam konteks mendukung kebijakan desa atau sekedar
(kontrol)
terhadap
lingkungan
kehidupan
dan
pelaksanaan
pembangunan.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap implementasi
otonomi daerah. Tak terkecuali masyarakat ditingkat desa, memberikan dinamika
dipenuhi. Meskipun hasil harus terbatas pada beberapa hal yang dianggap penting
bagi percepatan pembangunan kemandirian desa.
Kenyataan partisipasi masyarakat desa yang dianggap kunci keberhasilan
pembangunan otonomi daerah justru hanya merupakan partisipasi manipulatif.
Artinya masyarakat desa tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk melibatkan
diri dalam pembangunan di desanya. Bahkan banyak objek pembangunan pedesaan
yang masih dilakukan secara sepihak dari atas (Top-Down). Sehingga sasaran
pembangunan tidak sesuai dengan aspirasi dan harapan masyarakat setempat.
Partisipasi politik masyarakat dalam rencana pembangunan desa harus sudah
dimulai sejak saat perencanaan kemudian pelaksanaan dan seterusnya pemeliharaan.
Kegiatan masyarakat yang disebut partisipasi politik adalah perilaku politik lembaga
dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan
menegakkan keputusan politik, perilaku politik masyarakat (individu/kelompok)
yang berhak mempengaruhi lembaga dan pejabat pemerintah dalam pengambilan
keputusan politik, karena menyangkut kehidupan masyarakat.
Dalam perspektif politik, Huntington (1993:270), partisipasi politik
masyarakat merupakan ciri khas modernisasi politik dalam pembangunan desa,
kemajuan demokrasi dapat dilihat dari seberapa besar partisipasi politik masyarakat.
(Tjokroamidjojo, 1991:113), pertama, partisipasi politik aktif masyarakat berarti
keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan; kedua, keterlibatan
dalam memikul hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Alexander Abe
(2001:110), Partisipasi politik masyarakat merupakan hal terpenting dalam
pembangunan desa, yaitu akan menjadi wahana political education yang sangat baik.
terencana
mulai
dari
perumusan
tujuan
sampai
dengan
penilaian.
(http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/Annisa%20partisipasi%20polit
ik 20dalam%20pembangunan%20desa.pdf, 13 Desember 2008).
Desa Kelanga sebagai salah satu desa di daerah Kabupaten Natuna, dalam
pembangunannya, salah satunya pembangunan desa telah berupaya menempatkan
partisipasi politik masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan
terhadap pembangunan desa dengan melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan program, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi pembangunan
desa sesuai dengan substansi yang terkandung dalam Undang-Undang No 32 Tahun
2004. Namun karena pelaksanaan pembangunan desa yang melibatkan peran aktif
dari masyarakat merupakan fenomena baru bagi masyarakat, dimana selama ini
pelaksanaan pembangunannya jarang sekali melibatkan partisipasi masyarakatnya.
Walaupun ada, partisipasi masyarakat hanya bersifat manipulatif belaka. Pada Desa
Kelanga, partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa belum diimbangi
dengan adanya proses pemilihan yang memadai, melainkan hanya sekedar bentuk
baru dari tanggapan masyarakat terhadap manipulasi para elite atas kehidupan politik
nasional mereka. Padahal proses partisipasi politik masyarakat merupakan bagian
penting dari pembangunan desa di mana ia selalu berhadapan dengan berbagai
rintangan dan halangan terhadap tindakan yang kaku ataupun penghasut-penghasut
yang membahayakan. Partisipasi politik masyarakat nampaknya terbentur dengan
Kepulauan Riau.
2. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang
jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian dari skripsi, maka terlebih dahulu
dirumuskan masalahnya.
Berdasarkan dari hal di atas, serta berpedoman pada perumusan latar
belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam
penelitian sebagai berikut:
Adakah Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Partisipasi Politik
Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran
Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.
3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya.
Menurut Arikunto (1997:51), tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang
menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi
Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan
Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di bidang administrasi, khususnya
administrasi Negara (publik).
2. Secara praktis:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi
pemanfaatan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan Desa
di Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi
Kepulauan Riau.
b. Bahan masukan bagi evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa di
Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi
Kepulauan Riau.
Kabupaten Natuna-Propinsi
Kepulauan Riau.
5. Kerangka Teori
5.1. Desa
Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara
Republik Indonesia.
Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai
komunitas dalam kesatuan geografis tertentu agar mereka saling mengenal dengan
baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara
langsung kepada alam. Oleh karena itu, desa diasosiakan sebagai masyarakat yang
hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi
yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dikatakan rendah. Sedangkan
dari sudut pandang politik dan hukum, desa sering diidentikkan sebagai organisasi
kekuasaan. Melalui kaca mata ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan
atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam
struktur pemerintah negara. (Juliantara, 2000:18)
keterangan
menyampaikan
memberikan
laporan
informasi
pertanggungjawabannya
pokok-pokok
dan
pertanggungjawaban
kepada
namun
rakyat
tetap
meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung
jawaban yang dimakasud.
statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemeritah desa bersama BPD
yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pemeritah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa
terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
a. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan
pengaturannya kepada desa.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemeritah
kebupaten.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
pemerintah
memberi
bantuan
guna
meningkatkan,
memperlancar,
menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal. Partisipasi
sendiri diterapkan dalam tiga sektor:
1. Sektor ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar
2. Sektor politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi
3. Sektor sosial dan budaya fokusnya adalah partisipasi sosial.
Menurut Arnstein (dalam Yusran, 2006:11), ada delapan tangga partisipasi
masyarakat yaitu sebagai berikut:
1
Citizen Control
2
Delegated Power
Partnership
Placation
Consultation
Information
Teraphy
Manifulation
Degree Of Citizen
Non Participation
(2000:15)
mengartikan
pembangunan
sebagai
upaya
untuk
penegakkan hukum yang konsisten. Daya dukung di bidang sosial budaya adalah
membangun paradigma pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu
saja kesemuanya tidak akan terjadi jika tidak didukung keamanan dan ketertiban
yang mantap. Dengan melihat kondisi tersebut, maka strategi untuk pelaku ekonomi/
usaha adalah mewajibkan implementasi good cooperate governance, dan untuk
sektor bukan ekonomi bisnis dengan mewajibkan implementasi good governance.
Visi dari pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri,
sejatera, adil, dan setia kepada pancasila dan UU 45. Visi ini mempunyai jangka
waktu tak terbatas, karena sifat dari kemajuan bersifat tergantung dengan waktu.
Oleh karena itu, dapat pula disusun visi lima tahunan, dan disesuaikan dengan
tantangan dan kebutuhan yang harus dijangkau dalam lima tahun kedepan.
Misi pembangunan tidak berbeda dengan misi dari Negara Indonesia, seperti
yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dikaitkan dengan konteks kekinian, maka misi pembangunan disempurnakan lagi
dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat yaitu adanya kesenjangan
sebagai tantangan pembangunan. Oleh karenanya, secara lebih fokus, maka misi dari
pembangunan adalah menanggulangi kesenjangan, mempersiapkan kompetisi global,
dan menjaga kesinambungan hidup bangsa dengan pola pembangunan untuk rakyat,
dilaksanakan oleh rakyat sesuai aspirasi yang tumbuh dari rakyat.
strategi pembangunan nasional adalah menu yang lengkap untuk diberikan kepada
masyarakat membangun di daerahnya untuk dapat memilih sesuai dengan prioritas
pembangunan di daerahnya masing-masing.
Konsep pembangunan desa menjelaskan : pembangunan masyarakat adalah
suatu gerakan untuk memajukan suatu kehiduapan yang lebih baik bagi seluruh
masyarakat, dengan partisipasi aktif, bahkan jika mungkin dengan swakarsa
(inisiatif) masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana menggugah dan
menumbuhkembangkan partisipasi sangatlah diperlukan untuk proses pembangunan
masyarakat itu sendiri ( DEPDAGRI).
Menurut Islamy (2004) partisipasi masyarakat berarti : (1). memberilkan
kesempatan yang nyata kepada mereka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan
tentang masalah kehidupan ya ng mereka hadapi sehari-hari dan memperkecil jurang
pemisah antara pemerintah dan rakyat (2). Memperluas pendidikan politik sebagai
landasan bagi demokrasi, dengan demikian mereka akan terlatih dalam menyusun
prioritas-prioritas kebutuhan melalui suatu pola kompromi yang sehat (3). Akan
memperkuat solidaritas komunitas masyarakat lokal.
Masalah-masalah pembangunan merupakan suatu akibat dari modernisasi
politik, pembangunan politik sering dilihat sebagai kapasitas sistem politik untuk
menyelesaikan masalah ini. Pembangunan politik didefinisikan secara sempit sebagai
meningkatnya diferensiasi dan spesialisasi struktur politik dan meningkatnya
sekularisasi budaya politik. Pembangunan politik terjadi jika sistem politik berhasil
mengatasai tantangan masalah pembangunan negara dan bangsa, distribusi, dan lain-
lain. Makna pembangunan seperti ini secara umum adalah meningkatnya efektivitas
dan efisiensi perilaku sistem politik, serta meningkatkan kapabilitasnya.
Bahwa ukuran pembangunan politik adalah rasionalisasi wewenang,
diferensiasi struktur, dan perluasan partisipasi massa, keberhasilan pemilihan
pimpinan di berbagai tingkatan wilayah dapat dijadikan salah satu ukuran
keberhasilan pembangunan politik nasional. Sebabnya, unsur-unsur yang terlibat
dalam
proses
pemilihan
pimpinan,
baik
masyarakat
maupun
pemerintah,
Suatu proses perubahan umum dalam kawasan politik berkaitan erat dengan
aspek masyarakat lainnya, yaitu, a) perluasan dan sentralisasi kekuasaan
pemerintah serta diferensiasi dan spesialisasi fungsi dan struktur politik, b)
peningkatan partisipasi masyarakat dalam politik, c) peningkatan identifikasi
masyarakat dengan sistem politik.
nationalism) dimana negara bukan lagi merupakan unit utama kehidupan politik.
Pembahasan itu sudah cukup banyak untuk menunjukkan kepada kita : pertama,
tingkat kekacauan yang ada dalam hal istilah pembangunan politik, dan kedua,
dibalik kekacauan itu masih ada kemungkinan membentuk dasar persetujuan tertentu
yang lebih kokoh. Tanpa mencoba untuk mempertahankan salah satu orientasi
filosofis atau kerangka teori tertentu, sangat bermanfaat untuk meneliti berbagai
definisi atau pandangan yang dibahas untuk mencari ciri-ciri pembangunan politik
yang paling dapat diterima umum dan paling fundamentil dalam pemikiran umum
mengenai masalah-masalah pembangunan politik.
Ciri pokok pertama yang ditunjukan oleh kebanyakan konsep-konsep adalah
semangat dan sikap umum terhadap persamaan (equality). Dalam kebanyakan
pandangan mengenai hal ini, pembangunan politik betul-betul berkenaan dengan
masalah partisipasi massa dan terlibatan rakyat dalam kegiatan-kegiatan politik.
Partisipasi mungkin terwujud mobilisasi demogratis atau totaliter, tetapi yang
penting adalah bahwa seorang harus menjadi warga negara yang aktif.
Persamaan berarti juga bahwa pemasukan ke dalam jabatan politik harus
mencerminkan ukuran pecakapan berdasar prestasi dan bukan pertimbanganpertimbangan status berdasarkan sistem sosial tradisionil. Asumsi dalam sistem
politik yang sudah maju adalah bahwa orang harus menunjukan jasa yang cukup
untuk menduduki jabatan pemerintahan dan para pejabat pemerintah harus lulus
ujian kecakapan yang kompetitif.
Ciri pokok kedua ditemui dalam kebanyakan konsep pembangunan politik itu
berkaitan dengan kapasitas atau kesanggupan dari suatu sistem politik. Dalam arti
tertentu, kapasitas berkaitan dengan output sistem politik, dan seberapa jauh sistem
politik dapat mempengaruhi sistem sosial dan sistem ekonomi. Kapasitas juga
berhubungan erat dengan prestasi pemerintah dan keadaan-keadaan yang
mempengaruhi prestasi itu.
Lebih khususnya kapasitas pertama-tama melibat masalah besarnya, ruang
lingkup dan skala prestasi politik dan pemerintah. Sistem yang telah maju dianggap
bisa berbuat lebih banyak dan dapat menjangkau berbagai kehidupan sosial yang
lebih luas dari pada sistem yang belum maju.
Kapasitas berarti efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijaksanaan
umum. Sistem yang sudah maju dianggap tidak hanya dapat berbuat lebih banyak
dari sistem yang belum maju, tetapi juga dapat bekerja lebi cepat dan teliti. Di sini
terdapat kecenderungan kearah profesionalisasi pemerintah. Diperhatikan efisiensi
dan efektivitas mengakibatkan timbulnya ukuran-ukuran prestasi yang diakui secara
universal.
Ciri ketiga yang sering muncul dalam diskusi masalah pembangunan politik
adalah diferensiasi dan spesialisasi. Jadi segi pembangunan politik ini pertama-tama
menyangkut diferensiasi dan spesialisasi struktur. Jabatan-jabatan dan badan-badan
pemerintah masing-masing cenderung memiliki fungsi yang tersendiri dan terbatas,
dan ada persamaan pembagian kerja didalam pemerintahan.
Dengan differensiasi timbul peningkatan spesialisasi fungsional dari berbagai
peranan politik dalam sistem tersebut. Diferensiasi juga menyangkut integrasi dari
struktur-struktur dan proses-proses yang rumit. Artinya, diferensiasi bukanlah
fragmentasi dan isolasi bagian-bagian yang berbeda dari sistem politik, tetapi
spesialisasi yang didasarkan atas suatu pemahaman mengenai integrasi.
Dengan menerima tiga dimensi ini, yaitu persamaan, kapasitas dan
diferensiasi, sebagai inti proses pembangunan tidaklah berarti kita menyatakan
bahwa ketiganya mudah ditemukan satu sama lain. Bahkan sebaliknya menurut
sejarah, biasanya terjadi ketegangan yang takut antara tuntutan akan persamaan,
kebutuhan akan kapasitas dan proses differensiasi yang lebih besar.
Jadi sebetulnya kita dapat membedakan pola-pola pembangunan menurut
sistem yang ditempuh oleh masyarakat dalam usaha menangani segi-segi yang
berlainandari gejala pembangunan (development syndrome). Dalam pengertian ini
pembangunan bukan proses yang unilinier (searah dan menaik), bukan pula proses
yang dapat diatur berdasar tahap-tahap yang berbeda tegas, tetapi lebih ditentukan
oleh luasnya cakupan masalah yang timbul, baik secara terpisah-pisah maupun
bersama-sama.
Dalam usaha untuk mencari pola dari proses-proses pembangunan yang
berbeda ini dapat untuk menganalisa berbagai tipe dari masalah ini, perlu
diperhatikan bahwa masalah-masalah persamaan biasanya berkaitan erat dengan
budaya politik dan perasaan-perasaan mengenai keabsahan dan keterikatan pada
sistem; masalah-masalah kapasitas umumnya berkaitan erat dengan prestasi dan
struktur-struktur pemerintahan yang memiliki wewenang resmi (authoritative); dan
masalah-masalah diferensiasi terutama sekali berkaitan dengan prestasi strukturstruktur yang tidak memiliki wewenang resmi (non-authoritative) dan dengan proses
politik dalam masyarakat umumnya. Ini berarti pada akhir masalah pembangunan
politik berkisar pada masalah hubungan antara budaya politik, struktur-struktur yang
berwenang, dan proses politik umumnya. (Muhaimin 1982:16).
1. Terlibat dan ikut serta rakyat sesuai dengan mekanisme proses politik dalam
sebuah negara turut menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah.
2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan dan arah
serta strategi rencana yang telah ditentukan dalam proses politik
3. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam
pembangunan berencana.
Menurut pandangan umum, pembangunan politik memang meliputi kegiatan
perluasan partisipasi massa, akan tetapi sangat perlu membedakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan adanya perluasan tersebut. Dari sudut sejarah, di negara-negara
Barat dimensi pembangunan politik erat bertalian dengan perluasan hak pilih dan
pengikutsertaan kelompok-kelompok baru dalam masyarakat di dalam proses politik.
Proses partisipasi massa ini berarti penyebarluasan pengambilan keputusan, di mana
partisipasi
tersebut
berpengaruh
pula
terhadap
masalah
pilihan
dan
keputusan.(Gaffar, 1989:42)
6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya.
Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis
akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni Ada Hubungan yang Positif dan
Singnifikan antara Partisipasi politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa
di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi
Kepulauan Riau.
7. Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995;33) konsep adalah abstraksi mengenai suatu
fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik,
kejadian keadaan, kelompok atau individu tertentu
Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing
konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep
yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah
dikemukakan di atas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam
situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan
kelompok serta mambagi tanggung jawab bersama mereka.
2. Pembangunan Desa adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan dari yang
kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan aspirasi,
partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.
8. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun,1995:56). Menurut siagian, 2004:11
defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam
bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari sudut
penelitian. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A.
Dimensi
Partisipasi Politik
Indikator
Waktu
Meluangkan waktu
Pikiran
Tenaga
Kerjasama
Uang
agar
lebih
memudahkan
operasionalisasi
dari
sudut
penelitian.
Indikator
- Keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan politik
- Persamaan hak dan kewajiban
masyarakat dalam sistem politik
- Persamaan
peluang
dan
kesempatan masyarakat dalam
menduduki jabatan politik, dsb.
Kapasitas