Anda di halaman 1dari 4

Kualitas Udara dan Bising

a. Kualitas Udara
Pengujian kualitas udara ambien di sekitar lokasi rencana pembangunan
Dermaga PT. Vale telah dilakuakan pada bulan Maret 2014. Lokasi pengumpulan
sampel udara berada di pintu masuk ke lokasi dermaga lama (U1) pada titik
kordinat: S: 02°44'37,6"/E:121°04'11,8" dan Depan SDN 236 Malili Desa Harapan
(U2) pada titik kordinat: S: 02°43'34,3"/E:121°05'50,8" yang merupakan jalur jalan
yang akan dilewati kendaraan proyek. Parameter yang diuji meliputi sulfur dioksida
(SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), hidrogen sulfida (H2S),
amoniak (NH3), timbal (Pb), dan partikel (TSP). Disamping itu, pengukuran
parameter meteorologis: temperatur udara, kelembaban udara dan kecepatan angin
juga telah dilakukan. Data hasil pengukuran pada dua lokasi tersebut seperti
tercantum dalam Tabel 3-1.
Data hasil pengujian kualitas udara ambien menunjukkan bahwa udara di
wilayah studi masih sangat baik yang ditunjukkan oleh nilai semua parameter uji
yang masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan masing-masing. Uraian secara
detail kualitas udara tersebut berdasarkan parameter uji sebagai berikut.

Tabel 3-1. Hasil pengujian kualitas udara ambien di wilayah studi rencana
pembangunan Dermaga PT. Vale Malili Kabupaten Luwu Timur

Baku Hasil Pengujian


Parameter Satuan Metode Uji
Mutu* U1 U2
SO2 g/Nm3 900 7,17 11,87 SNI 19-7119.7-2005
NO2 g/Nm3 400 8,30 4,55 SNI 19-7119.2-2005
CO g/Nm3 30000 28,76 39,81 Spektrofotometrik
NH3 ppm 2 0,02 0,07 Spektrofotometrik
Pb g/Nm3 2 0,15 0.14 AAS-Flame
TSP g/Nm3 230 19,06 36,30 SNI 16-7058-2004

Temperatur - o
C 34 38 Direct reading

Kecepatan angin - m/det 1,67 2,13 Direct reading

Kelembaban - % 46 40 Direct reading

Sumber: Hasil pengujian, Maret 2014


* Baku mutu sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010

Sulfur Dioksida (SO2). Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen


polutan udara hasil pembakaran bahan yang mengandung sulfur seperti pada
proses industri, kendaraan bermotor, generator listrik, atau pembakaran sampah
organik. Udara ambien pada lokasi studi mengandung SO2 dengan kisaran
konsentrasi kurang dari 7 hingga sekitar 12 µg/Nm3. Konsentrasi SO2 ini masih
jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 900 µg/Nm3 atau belum sampai
pada tingkat yang dapat berdampak terhadap lingkungan seperti gangguan
saluran pernafasan, kerusakan vegetasi dan perubahan keasaman air hujan.
Sumber utama gas tersebut diperkirakan dari asap kendaraan bermotor dan
pembakaran sampah.
Karbon Monoksida (CO). Gas CO dapat bersumber dari pembakaran tidak
sempurna bahan organik, seperti bensin pada kendaraan bermotor, batu bara,
atau kayu. Kandungan gas CO dalam udara ambien di lokasi studi berkisar antara
28 - 40 g/Nm3, masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 30000
g/Nm3. Pada rentang konsentrasi tersebut, gas CO belum menimbulkan efek
racun terhadap tubuh manusia dengan gejala seperti sakit kepala, pusing, sesak
nafas. Sumber utama gas CO di wilayah studi diperkirakan dari kegiatan
transpotasi.
Nitrogen Dioksida (NO2). Gas nitrogen dioksida dapat bersumber dari alam,
hasil pembakaran bahan organik atau asap kendaraan bermotor. Pada konsentrasi
tertentu, gas ini dapat menimbulkan iritasi hingga pendarahan paru-paru pada
manusia dan gangguan terhadap vegetasi serta kerusakan bangunan fisik.
Disamping itu, NO2 berkontribusi pada penurunan tingkat keasaman air hujan.
Hasil pengujian kualitas udara di wilayah studi menunjukkan bahwa konsentrasi
gas nitrogen dioksida masih sangat rendah, yaitu kurang dari 8 hingga 40 g/Nm3.
Konsentrasi NO2 yang terukur tersebut masih jauh dibawah baku mutu yang
ditetapkan sebesar 400 µg/Nm3. Data hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa
kegiatan yang ada di wilayah studi seperti pembakaran sampah dan transpotasi
belum mengakibatkan udara ambien tercemar oleh gas NO2.
Amoniak (NH3). Gas NH3 merupakan parameter kebauan yang dapat
mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan bagian atas hingga gangguan
terhadap syaraf pusat. Gas ini dapat bersumber dari alam atau limbah hasil
aktivitas manusia, penguraian jaringan tumbuhan atau hewan, limbah/kotoran
hewan, dan limbah pertanian. Konsentrasi amoniak di lokasi studi masih sangat
rendah yaitu tertinggi hanya 0,07 ppm sementara baku mutu yang dietatpkam
sebesar 2 ppm. Hasil pengukuran ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk
atau peristiwa alami di sekitar lokasi pengukuran tidak menyebabkan udara
tercemar oleh NH3.
Timah Hitam (Pb). Timah hitam merupakan salah satu unsur logam berat
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sumber utama Pb dalam udara ambien
udara pada jalur transportasi adalah dari hasil pembakaran kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan aditif tetraethyl lead dalam bakar bensin. Keberadaan
Pb di udara pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
seperti hilang nafsu makan, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan,
kejang atau gangguan penglihatan. Pb yang terdeteksi di dalam lokasi studi
sekitar 0,1 µg/Nm3, masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan sebesar 2
µg/Nm3. Keberadaan Pb dalam udara ambien tersebut mengindikasikan masih
adanya penggunaan bahan bakar yang mengandung aditif senyawa Pb oleh
kendaraan yang beroperasi di wilayah studi.
Total Suspended Particulate (TSP). Partikel atau TSP di udara atau disebut
juga debu dihasilkan oleh kegiatan mekanis atau peristiwa alami berupa dispersi
debu tanah oleh angin dan sebagainya dengan ukuran partikel 0,1 µm sampai 25
µm. Debu dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan, iritasi mata dan
gangguan pandangan. Debu dalam udara ambien di lokasi studi berada pada
kisaran konsentrasi 19 - 36 g/Nm3. Kandungan partikel ini masih wajar dan
masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 230 g/Nm3. Kegiatan
transpotasi dan peristiwa alami sperti dispersi partikel halus tanah ke udara karena
angin diduga merupakan sumber utama debu dalam udara di lokasi pengamatan.
Ideks Standar Pencemaran Udara (ISPU). ISPU adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi
dan waktu tertentu berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, nilai
estetika dan makhluk hidup lainnya. Parameter ISPU sesuai Keputusan BAPEDAL
No: Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 adalah Partikulat, CO, SO2, NO2 dan O3. Angka
ISPU: 1-50 = Baik (Hijau); 51-100 = Sedang (Biru); 101-199 = Tidak Sehat
(Kuning); 200-299 = Sangat Tidak Sehat (Merah); 300-Lebih = Berbahaya
(Hitam). Sehubungan dengan itu, ISPU dari parameter yang dapat ditampilkan
berdasarkan data hasil pengukuran pada bulan Maret 2014 adalah Partikulat, SO2,
dan CO. ISPU ketiga parameter kualitas udara ambien tersebut pada lokasi studi
adalah 5 – 7 untuk SO2, 18 – 25 untuk CO dan 12 – 23 untuk partikulat. Angka
ISPU semua parameter uji ini masih dibawah 50 atau masih dalam kateori Baik
(Hijau).
Kondisi meteorologis. Kondisi meterologis yang telah diukur meliputi
temperatur udara, kecepatan angin dan kelembaban udara. Ketiga parameter
meterologis tersebut semuanya masih tergolong normal, yaitu temperatur sekitar
34 - 38 C, kecepatan angin sekitar 2 m/dt dan kelembaban udara berkisar antara
40 hingga 46%.
b. Kebisingan
Intensitas bising yang terukur di wilayah studi terkait dengan rencana
pembangunan Dermaga PT. Vale adalah 53 dBA di lokasi proyek (U1) dan 56 dBA
di jalan akses proyek (U2). Intensitas bising di kedua lokasi tersebut masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan sebesar 70 dBA untuk jalur transportasi.
Oleh sebab itu, disamping karena intensitasnya yang relatif rendah serta karena
paparan yang sifatnya sesaat atau tidak sinambung sehingga dianggap tidak akan
memberikan pengaruh buruk terhadap kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai