TAHAP PENGEMBANGAN
MASYARAKAT DENGAN METODE
BERBASIS MASYARAKAT DAN TEKNIK
MELIBATKAN SERTA MEMAHAMI
MASYARAKAT
Marshanda Aulia Putri
(08211041)
Pengembangan Masyarakat A
Perencanaan Wilayah dan Kota
Abstract: Community Based Development is known as the concept of building a more open space so that
community would be able to involve in the development process so that development could adjust the
need to utilize the potential tto improve quality of life. Research model used is qualitative research, with
research location in Selorejo village, dau sub-district, Malang regency, through interviews and
documentation, then in determining the sample, researchers using the purposive sampling, data analysis
uses analytical models of Miles and Huberman , while testing the validity of the data is done using
triangulation techniques. Research concludes 1) . community awareness to actively involve in every
community-based development process is already well supported by a culture of mutual cooperation is
VWLOO VWURQJ (IIRUWV WR LPSURYH KXPDQ UHVRXUFH TXDOLW\ LQ 6HORUHMR YLOODJH LV VWLOO ORZ 7KHUH¶V DQ HIIRUW
to optimize human quality development via education and health such as creating Early Education,
Kindergarten, and Islamic Elementary School directed to orange farmers, skill training for Youth group
and woman group.
Abstrak: Pembangunan Berbasis Masyarakat dikenal sebagai konsep pembangunan yang lebih membuka
ruang untuk masyarakat agar dapat terlibat dalam proses pembangunan sehingga pembangunan dapat
mengacu dengan kebutuhan dengan memanfaatkan potensi yang ada demi perbaikan kualitas hidup
masyarakat. model Penelitian yang dipakai kualitatif dengan lokasi penelitian di desa Selorejo,
kecamatan dau, kabupaten Malang, melalui wawancara, dan dokumentasi, kemudian dalam menentukan
sampel peneliti menggunkan purposive sampling, untuk analisis data dengan analisis model Miles and
Huberman, menguji keabsahan data melalui triangulasi teknik. Kesimpulan dari hasil penelitian yakni
1).Kesadaran masyarakat untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembangunan berbasis masyarakat
sudah baik ditunjang budaya gotong royong masih kental. 2). Upaya meningkatkan kualitas manusia di
desa Selorejo yang diketahui masih rendah diupaya memaksimalkan peningkatan kualitas manusia
melalui aspek Pendidikan dan kesehatan seperti pendirian gedung PAUD, TK dan RA, Sekolah Lapang
diperuntukan para petani jeruk, pelatihan keterampilan bagi Karang Taruna dan ibu PKK.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bernegara menjadi tugas pokok pemerintah adalah bagaimana merumuskan
sebuah kebijakan pembangunan yang dapat mencapai kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat tersebut, upaya yang dilakukan pemerintah seringkali disebut sebagai upaya
pembangunan.
Menurut Theresia Aprilila, dkk (2014) pembangunan berbasis masyarakat, secara sederhana
diartikansebagai pembangunan yang mengacu kepada kebutuhan masyarakat, direncanakan dan
dilaksanakan oleh masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber-daya yang dapat diakses oleh
masyarakat setempat. Karena itu, pembangunan berbasis masyarakat seharusnya pembangunan yang
mengacu kepada kebutuhan masyarakat dan bukannya dirumuskan oleh elit masyarakat yang merasa
tau dan lebih pandai untuk merumuskan pembangunan yang lebih cocok bagi masyarakat.
41
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan peneliti berupapenelitian kualitatif ,menyatakan
penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. (Sugiyono2014) .Tempat
Penelitian di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Fokus penelitian ini Bagaimana
Pembangunan Berbasis Masyarakat Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, instrument
penelitian (Sugiyono, 2014) adalah menggunakan pedoman wawancara (intervew guide) dan Catatan
lapangan (field note) teknik pengambilan sampel purposive Sampling, Sumber data,data primer, data
sekunder, Teknik analisis data menggunakan analisis data model Miles and Huberman (1984) yakni:
data reduction (reduksi data) , merangkum/memilah data yang memfokuskan pada hal yang penting ,
data display(Penyajian Data) , menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, berupa bagan atau tabel,
conclusion drawing/verification, penarikan kesimpulan dan verifikasi,(Sugiyono, 2014). Keabsahan
data (Sugiyono 2014) menggunakan triangulasi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat
Pelaksanaan program Pembagunan Berbasis Masyarakat berperan sangat penting dan
menentukan program pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta potensi sumber daya
yang ada, sehingga program pembangunan merupakan hasil dari aspirasi masyarakat yang diusulkan
melalui Musrebangdes dan menjadi prioritas pembangunan. Beberapa program tersebut meliputi:
Pembangunan Saluran Irigasi untuk Pertanian, Pembangunan Plesengan, Pembangunan Masjid,
Pembangunan Gedung Sekolah PAUD, Pembangunan Pipanisasi untukPemenuhan Air Bersih,serta
Pembangunan Pengembangan Desa Wisata. Dalam program tersebut peran serta masyarakat untuk
ikut menyukseskan program pembangunan berbasis masyarakat sangat tinggi,masyarakat dilibatkan
dalam setiap proses pembangunan dari perencanaan dalam forum musyawarah masyarakatTahlilan,
Kelompok Tani, Karang Taruna serta forum PKK, pelaksanaan Pembangunan Berbasis
Masyarakatdilaksanakan secara antusias untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk tenaga, materi maupun
pemikiran dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan. Partispasi masyarakat dalam proses
pembangunan berbasis masyarakat memperhatikan kebutuhan masyarakat yang merupakan realisasi
dari aspirasi masyarakat yang disampaikan ketika Musrebangdes sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat serta program ini pula telah memanfaatkan potensi lokal yang ada, khususnya potensi sumber
daya manusia, dan sumber daya alam.
42
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)
43
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)
dikatakan bahwa kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi seseorang dalam memperbaiki
kualitas hidupnya sebab dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan produktifitas kerja seseorang.
Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah bersama masyarakat telah menfokuskan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang meliputi;
1. Penyediaan Posyandu, terdapat 4 (empat) posyandu baik posyandu ibu dan balita maupun
posyandu Lansia. Dalam meningkatkan derajat kesehatan Posyandu telah memainkan peranan
penting dalam melakukan mobilitasmasyarakat terutama dikalangan bawah untuk ikut serta
dalam program-program kesehatan masyarakat selain itu Posyandu juga dimanfaatkan sebagai
sarana untuk tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu
sendiri.
2. Penyuluhan tentang Kesehatan, yang difasilitasi oleh dinas kesehatan melalui puskesmas serta
beberapa lembaga pendidikan perguruan tinggi yang telah bekerjasama dengan pemerintahan
seperti Poltekes, melalui program kegiatan PKL, KKN, dan Baksos selalu memberikan
sosialisasi dan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat.
44
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)
KESIMPULAN
1. Pembangunan Berbasis Masyarakat dalam pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan
dengan melibatkanmasyarakat dalam setiap proses pembangunan,
2. Pengembangan sumber daya manusia melalui Pendidikan meliputi PendidikanFormal,
program Sekolah Lapang untuk para petani, pelatihan untuk KarangTaruna dan pelatihan
untuk ibu PKK serta pelatihan Kader Kesehatan melalui posyandudilakukan secara rutin.
3. Strategi pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan dan kesehatan
melalui pendidikan pra sekolah, membuka peluang kerjasama dengan instansi luar baik
instansi pemerintah maupun.
DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos M, 2014, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Globalisasi, Bandung, Alfabeta.
Moleong, 2014, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,.
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta.
Soetomo, 2013,Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta,Pustaka Pelajar.
,2012, pembangunan masyarakat merangkai sebuah kerangka, pustaka pelajar,yogyakarta
Suharto, Edi, 2014, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, Bandung,PT Reflika Aditama.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sjrafrizal, 2015, Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi, Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada.
Theressia, Aprillia dkk, 2014, pembangunan berbasis masyarakat, Bandung,Alfabeta.
45
www.publikasi.unitri.ac.id
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Vol. 06 (06) 2022 | 653-663
https://doi.org/10.29244/jskpm.v6i6.1071
Anisa Wihayati*)
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al Hadid, Kejawan Putih Tambak No.80 Surabaya, (031)5968709, 60112, Indonesia
*)E-mail korespondensi:anisawihayati@stidalhadid.ac.id
ABSTRACT
Carrying out community empowerment in order to improve the living standards of their people is one of the
duties of the regional head. Carrying out community empowerment in order to improve the living standards of
their people is one of the duties of the regional head. There is one regional head who is successful in carrying
out community development. This paper wants to describe the stages of development carried out by the head of
the region and the dynamics in each stage in community development in Ponggok Village. The research method
used is qualitative using literature studies. From this research, it can be seen that starting from the initial stage
of preparation, there have been challenges, namely from empowered objects that are not sure that the
development program can be realized, to the implementation even until there is an opinion of misappropriation.
The development dynamics that inevitably have to be passed and successfully passed by Junaedi Mulyono until
now Ponggok village has even become a pilot village for the development of tourist villages.
ABSTRAK
Melakukan pembedayaan masyarakat demi meningkatkan taraf hidup masyarakatnya adalah salah satu tugas
dari kepala daerah. Melakukan pembedayaan masyarakat demi meningkatkan taraf hidup masyarakatnya adalah
salah satu tugas dari kepala daerah. Terdapat salah satu kepala daerah yang sukses dalam melakukan
pengembangan masyarakat. Tulisan ini, hendak memamparkan tahapan-tahapan pengembangan yang dilakukan
Kepala daerah tersebut serta dinamika dalam tiap tahapan dalam pengembangan masyarakat di Desa Ponggok.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan studi pustaka. Dari penelitian ini
dapat diketahui bahwa mulai dari tahapan awal persiapan sudah ada tantangan yaitu dari objek yang
diberdayakan yang tidak yakin dengan program pengembangan dapat diwujudkan, hingga pelaksanaan bahkan
sampai ada opini penyelewengan. Dinamika pengembangan yang mau tak mau harus dilewati dan sukses
dilewati oleh Junaedi Mulyono hingga kini desa Ponggok bahkan menjadi desa percontohan untuk
pengembangan desa wisata.
Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the
title of the work, journal citation and DOI.
Published under Department of Communication and Community Development Science, IPB University
E-ISSN: 2338-8269 | P-ISSN: 2338-8021
PENDAHULUAN
Membangun masyarakat yang sejahtera adalah salah satu tugas dari pemerintah. Salah satu cara
pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya adalah dengan melakukan pengembangan desa
menjadi desa pariwisata. Pada data Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Indonesia Tahun 2014
sektor pariwisata memberikan dampak pada PDB Nasional pada tahun 2014 sebesar 4,01%. Kontribusi
sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pariwisata sebanyak 10,32 juta orang. Sebagai
penghasil devisa negara pada Tahun 2012 sebesar 10,054 juta USD dan meningkat pada Tahun 2014
sebesar 11,166 juta USD (Aji & Ma’ruf, 2016). Bahkan pada tahun lalu 8 Desember 2021 disampaikan
dalam siaran Pers HM.4.6/458/SET.M.EKON.3/12/2021 di Jakarta oleh Kementerian Koordinator
Bidang Perekenomoin Republik Indonesia, Pengembangan suatu desa wisata adalah salah satu
percepatan pembangunan desa yang secara terpadu dapat mendorong transformasi sosial, budaya, dan
ekonomi desa (Sumber ekon, 2021).
Dalam Buku Indeks dan Data Wilayah Administrataif daerah Provinsi, daerah kabupaten atau kota, serta
seluruh wilayah kecamatan di Indonesia menyebutkan bahwa total daerah perdesaan di Indonesia
sebanyak 74.093 serta wilayah kelurahan sebanyak 8.412. Maka membangun dan melakukan
pengembangan terhadap potensi yang dimiliki desa merupakan hal yang mustinya dilakukan oleh
pemerintah daerah khususnya desa. Oleh karenanya setiap daerah mustinya dapat mencermati dan
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah dan manfaat yang secara tidak
langsung dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi untuk peningkatan kesehjateran masyarakat di
desanya.
Salah satu desa yang sukses dalam melakukan pengembangan terhadap potensi desanya dengan
melakukan pengembangan masyarakatnya adalah desa Ponggok. Desa ini awalnya adalah salah satu
desa tertinggal, bahkan masuk dalam Inpres Desa Tertinggal (IDT) (Kumilasari, 2019). Namun Junaedi
Mulyono sebagai Kepala Desa Ponggok ia sukses membuat desanya menjadi inspirasi desa lain dalam
melakukan pembedayaan masyarakat. Ia sukses membuat pendapatan daerahnya yang awalnya Rp 80
juta pertahun menjadi RP 14 Milliar (Wicaksono, n.d.). Desa Ponggok menjadi contoh salah satu Desa
yang berhasil mengelola tempat pemandian kuno dan sumber air bagi petani setempat menjadi usaha
wisata yang menarik bagi publik (Putra, 2018).
Berkat pencapaian prestasi itu, tahun 2017 BUMDes Tirta Mandiri dinyatakan sebagai pemenang dalam
pengelolaan BUMDes terbaik (Kumilasari, 2019). Bahkan presiden Jokowi menjadikan desa ini sebagai
inspirasi bagi desa lain yang disampaikan melalui unggahan di foto di Instagram dalam captionnya Pak
Jokowi yang bertuliskan
“Sejak tahun 2015, dengan memanfaatkan Dana Desa, pemerintah Desa Ponggok
membangun infrastruktur penunjang pariwisata itu: jalan desa, sanitasi, drainase, MCK,
sampai area parkir. "Hasilnya? Desa Ponggok berubah menjadi sebuah desa yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Dari pariwisata, Desa Ponggok kini bisa mendapatkan penghasilan
sampai Rp14 miliar setahun,” jelas Jokowi. “Saya mengajak desa-desa lain yang memiliki
potensi serupa untuk belajar dan meniru apa yang dilakukan Desa Ponggok ini, apa pun
keunggulan desanya,”(Lip M. Aditiya, 2020).
Kesuksesan Junaedi Mulyono sebagai kepala desa dalam mengelola BUMDes untuk memberdayakan
masyarakatnya tidaklah dapat dilakukan tanpa adanya tahapan pengembangan yang dilakukan. Bahkan
ia memulai pengembangan dengan dimulai menyadari bahwa kondisi masyarakat di ponggok adalah
sebuah masalah, dimana saat itu Desa Ponggok menjadi salah satu desa tertinggal dan tertinggal dengan
pendapatan masyarakat yang juga rendah. Menyadari bahwa harus ada perubahan dengan
memberdayakan masyarakat ia kemudian mencari cara dan berupaya untuk memanfaatkan aset yang
ada untuk mengembangkan desanya. Setelah itu ia kemudian mengajak masyarakat untuk membangun
desanya. Sejak awal permulaan bahkan tidak lepas dengan adanya dinamika pengembangan. Awal kali
ketika hendak mengajak masyarakat tidak semua masyarkat menerima, namun ia tidaklah berhenti
dengan berusaha meyakinkan masyarakat. Setelah itu ia mulai membenahi infrastruktur dan kemudian
mulai mengelola aset-aset yang dimiliki dan potensi desa untuk dikembangkan. Bahkan ketika program
sudah berjalan hasil sudah terlihat dengan meningkatnya pendapatan daerah dan berkurangnya
pengangguran juga masih ada dinamika yang harus dihadapi yaitu adanya opini penyelewengan dana.
Namun semua dinamika dalam tahapan pengembangan dapat dilalui oleh Junaedi hingga kini ia masih
melakukan program pengembangan di desa Ponggok.
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 654
Pengambangan masyarakat tentu tidak berhenti pada desa- desa yang sudah berkembang saja termasuk
di desa Ponggok namun juga mustinya desa – desa lain juga dikembangkan bahkan bisa dikembangkan
menjadi desa wisata, seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi, mustinya desa lain bisa menjadi seperti
desa Ponggok. Oleh karena itu kesukesesan Junaedi dalam membangun dalam melakukan
pembangunan desa wisata dapat dijadikan acuan atau contoh desa lainnya, sehingga dapat membantu
program pemerintah dalam megembangkan desa-desa yang lain. Oleh karena penelitian ini fokus
mengkaji bagaimana tahapan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Junaede pada
pengembangan masyarakat di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
Pada penelitian terdahulu terdapat beberapa kajian yang membahas tentang pengembangan di Desa
Ponggok. Artikel yang pertama yaitu dari artikel dengan judul Strategi Pengelolaan Sumber Daya Alam
Desa Ponggok, artikel ini sama- sama mengkaji Desa Ponggok namun perbedaannya pada subjek
penelitian, penelitian ini meneliti pada bagian Strategi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang ada pada
Desa Ponggok, sedangkan penelitian ini lebih fokus pada tahapan pengembangannya. Hasil dari
penelitian ini menjelaskan pada beberapa sumberdaya yang dimiliki desa dimanfaatkan oleh Junaedi
untuk mengembangkan desanya seperti merenovasi umbul ponggok menjadi salah satu tempat wisata,
Umbul besuki menjadi tempat sumber air bersih untuk irigasi sawah, umbul sigedang untuk pemandian,
dibukakan kios-kios yang dijadikan tempat berjualan produk hasil dari ibu- ibu rumah tangga, menjual
saham kepada masyarakat (Zakiyah & Idrus, 2017).
Artikel kedua dengan judul Peran Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Desa Di Desa Ponggok Kab. Klaten, artikel ini lebih fokus pada peran kepemimpinan dan bentuk
partisipasi dari masyarakat. Hasil dari penelitan ini menjelaskan bahwa peran kepemimpianan dan juga
keterlibatan aktif masyarakat secara menyeluruh mempengaruhi setiaps perencanaan dan kebijakan
alokasi anggaran. Pada penelitian ini menjelaskan bahwa kepemimpinan memiliki kontribusi tinggi
dalam kemajuan desa Ponggok. Hal tersebut dapat dilihat dari pengaruh idealnya dengan mampu
mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan. Selain itu dalam motivasi inspirasi yaitu
dalam mengajak masyarakat berkontribusi dan swadaya untuk mengatasi keterbatasan anggaran desa.
Selain itu dari stimulasi intelektual yang dapat dilihat dari petani tradisioanal mengarah pada jasa
insdustri wisara dan meningkatkan nilai dari produk lokal. Berikutnya adalah konsiderasi individu yang
telihat pada kemampuan menyelola perbedaan dalam proses menyusun program dan anggaran.
Kepemimpinan dengan karakter tersebut yang membuat perencanaan pembangunaan hingga evaluasi
bersama dapat berjalan dengan efektif (Ferlina, 2020).
Artikel ketiga dengan judul Sosialisasi Inovasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta mandiri Oleh
Pemerintah Desa Ponggok, Klaten dengan Pendekatan Teori Difusi Inovasi, artikel ini fokus pada
bentuk komunikasi untuk mensosialikasikan gagasan yang dibawakan oleh BUMDes yang dilakukan
oleh pemerintah Desa. Hasil dari penelitian ini menjelaskan jika pendirian dari Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)Tirta Mandiri yang dibangun oleh Junaedi, merupakan inovasi baru yang berwujud lembaga
untuk mengoptimalkan SDA dan menampung aktivitas ekonomi warga. BUMDes Tirta mandiri
disosialisasikan dengan menggunakan saluran komunikasi antar pribaddi melalui forum diskusi,
musyawarah warga, berkunjung secara door to dootrke RT,RW, Mengunjungi paguyuban para ibu- ibu
PKK dan juga disosisalisasik dengan komunikasi massa melalui grup whatsApp, instagram, facebook,
twitter, website (Sabilla, 2018).
Arikel keempat dengan judul Pengembangan Masyarakat Islam Berbasis Pengembangan Aset Sumber
Daya Manusia (SDM) di Desa Ponggok Kec. Polanharjo, Kab.Klaten, artikel ini lebih banyak
memaparkan beberapa program yang dibuat oleh kepala desa dalam upaya agar masyararakat mau
berperan dalam pembangunan desa wisata. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan
sumberdaya masnsusaia merupakan suatau uapaya untuk mengembangkan kualitas atau kekakmpuan
sumberdaya menudia melalui proses perencaaan, pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau
pegawai untuk mencapai hasil yang bagus, kedua pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara
metode bertindak dan cara berpikir tentang pembangaunan. Pembengembangan dalam bentuk
pemberdayaan aset yang dilakukan didesa Ponggok adalah dengan melibatkan masyarakat dalam
mengembangan kegiatan sosial, meningkatkan produktifitas SDM, Pelatihan Dan peningkatan kapasitas
SDM, pengembangan layanana kesehatan, pengembangan kegiatan produktif, studi banding kepala desa
dan pengajian rutin desa (Hidayah, 2021).
Artikel kelima dengan judul Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Kecamaatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten, Menurut Perda Kabupaten Klaten No 21 Tahun 2013 Tentang
Pedomatan Tatacara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, artikel ini lebih fokus
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 655
pada bagaimana proses pengelolaan BUMDes yang menjadi media dalam melakukan pengembangan
desa wisata Ponggok. Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan BUMDes Tirta Mndiri di desa
Ponggok, sudah sesuai dengan Perda No. 21 Tahun 2013 yaitu pengelolaannya terpisah dariPemerintah
Desa dan mendasarkan pada AD dan ART BUMDes Tirta Mandiri. Yang mendukung kesesuaian
tersebut adalah karena adanya dorongan dari Junaedi selaku kepala desa dalam menerapkan pedoman
tersebut, besarnya antusias warga dalam mengelola BUMDes, adanya dukungan dan apresiasi yang
diberikan oleh pemerintah kabuten dan pemerintah pusat terhadap pekmebngan BUMDes Tirta Mandiri.
Sedangkan faktor yang menghambat penerapan dari Perda No. 21 Tahun 2013 adalah karena kurangnya
sosialisasi atau pengelan undang-undang di desa Ponggok, banyaknya warga yang kurang memiliki
wawasan hukum (Vereira, 2018).
Pada hasil pencarian di Google Cendekia, kajian tentang Dinamika Tahapan Pengembangan pada
Pengembangan Desa Wisata masih jarang dijumpai, termasuk pada Desa Ponggok juga belum dijumpai
adanya penelitian tentang dinamika tahapan pengembangan yang menguraikan tahapan pengembangan
hingga tahap terminasinya. Maka dengan adanya tulisan yang mengkaji Tahapan Pengembangan di Desa
Ponggok dapat dijadikan refensi atau inspirasi dalam memproses kegiatan pengembangan yang hendak
di lakukan di masyarakat.
METODE PENELITIAN
Menurut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang
ilmiah dengan bermaksud untuk menafsirkan fakta- fakta yang terjadi. Metode yang digunakan dalasm
penelitian kualitatif ini bisa dengan wawancara, pengamatan atau dengan pemanfaatan dokumen
(Untung, 2019). Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data
primer adalah sumber data yang langsung bisa memberikan data kepada peneliti yang didapatkan
langsung dari objek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang datanya
didapatkan dari pihak lain (Sugiyono, 2014). Pada penelitian kualitatif analisis data merupakan tahapan
mencari dan menyusun data secara sistematis. Dimana data ini didapatkan dari proses penggalian yang
telah dilakukan sebelumnya sesuai dengan rumusan penelitian. Sehingga hasil penelitian dapat mudah
dipahami dan temuan yang didapatkan dari proses penggalian data dapat diinformasikan kepada orang
lain. Teknik menganalisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-
unit tertentu, melakukan sistesa, menyusun kepdalam pola, kemudian memilih mana yang penting atau
yang sesuai rumusan dan tidak, hingga kemudian dibuatlah kesimpulan hasil yang dapat di publishkan
ke orang lain (Sugiyono, 2014)
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif sebab peneliti mendeskripsikan
tahapan pengembangan yang dilakukan Junaedi Mulyono sebagai kepala desa Ponggok, Kecamatan
Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah yang berperan sebagai pelaku perubahan dari desa yang tertinggal
menjadi desa wisata yang maju. Sedangkan metode yang yang digunakan adalah dengan pemanfaatan
dari dokumen, yaitu dari dokumen karya ilmiah sebelumnya atau penelitian- penelitian dan juga
dokumen lain seperti web resmi dari desa Ponggok. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini dari sumber primer dan juga sekunder. Sumber primer didapatkan dari web resmi desa
ponggok. Sedangkan sumber data sekundernya didapatkan dari dokumenter yang berasal dari jurnal,
skripsi, videom dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat memberikan informasi tahapan
pengembangan yang dilakukan oleh Junaedi Mulyono di desa Ponggok. Metode validasi data yang
digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode ketekunan. Dimana penulis menelusuri
dari beberapa sumber kemudian mencari kesamaan, dan kelogisan dari data yang ada baru kemudian
ditarik kesimpulan isi data yang benar dari berbagai sumber. Begitu juga pada analisis dimana penulis
akan memaparkan deskripsi hasil pemaknaan terhadap data yang ada sesuai dengan variabel tahapan
pemberdayaan.
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 656
Desa ini juga terdapat sebuah cerita dimana mata air yang disebut umbul diprediksikan akan menjadi
telaga yang sangat besar dan dapat menggenangi pemukiman penduduk di sekitarnya. Dengan adanya
firasat muncul sepasang ikan yang menyeruapi pethek, yang dimaknai bahwa air akan membesar.
Menanggapi hal tersebut ada upaya untuk mengantisipasi agar air umbul tidak membesar. Leluhur
mereka kemudian menanggap ledhek yang diiring dengan gamelan komplit dengan niyogoyonya, dan
kemudian wanggono serta gamelannya hilang secara tiba tiba pula datang burung pungguk yang besar
yang hinggap di pojok pohon gayam. Dengan memberikan bahasa isyarat butung puungguk tersebut
menunjukkan salah satu gamelan yang mirip dengan gong yang masih utuh bentuknya serta terpelihara
dengan baik. Untuk mengingat peritiwa tersebut kemudian oleh para pinisepuh desa kampungnya diberi
nama Ponggok (Hidayah, 2021)
Umbul Ponggok adalah kolam alami yang berukuran 50 x 25 meter dengan kedalaman rata-rata 1,5
meter- 2,6 meter. Dimana pada masa Belanda mata air yang berasal dari Umbuk Ponggok digunakan
untuk pengairan di pabrik tebu yang ada disekitar wilayah Umbul Ponggok. Namun setelah pabrik tebu
tidak berorprasi lagi, dimanfaatkan masyarakat untuk dikonsumsi, mandi dan mencuci. Pada masa
pemerintahan Junaedi Mulyono yang berperan sebagai kepala desa dikembangkan potensinya menjadi
tempat wisata, dan kemudian dikembangkan tidak hanya untuk wisata sekitar melainkan juga
masyarakat luar (Dewi, 2020)
Kealamian kolam ini karena berbeda dengan kolam pada umumnya yang berlantai keramik, sedangkan
di Umbul Ponggok berupa hamparan pasir, bebatuan, ditambah airnya yang mengalir terus menerus
sehingga membuat tidak amis. Dengan adanya ikan- ikan yang berwarna- warni berada di kolam tersebut
bagaikan dibawah laut (Dholym, 2018)
Inovasi yang ada pada Umbul Ponggok mulai dari adanya sarana prasarana wahana permainan untuk
anak- anak, peralatan menyelam, kolam untuk anak- anak, fasilitas untuk berfoto. Bahkan di tempat
wisata ini juga ada taman di dalam air, atau kendaraan di dalam air ini dibuatkan untuk media dalam
berfoto bagi wisatawan. Dengan adanya inovasi ini kemudian membuat jumlah wisatawan juga
senantiasa mengalami peningkatan; 1) Tahun 2010 berjumlah 5.362, 2) Tahun 2011 berjumlah 33.604,
3) Tahun 2012 berjumlah 41.865, 4) Tahun 2013 berjumlah 65.000 5) Tahun 2014 berjumlah 167.445,
6) Tahun 2015 berjumlah 240.000 (Kiswantoro & Susanto, 2019).
Tahapan Pengembangan
Kesuksesan yang dilakukan oleh kepala desa Junaedi tentu tidaklah berlangsung sejak awal melainkan
ada serangkaian proses yang harus dilalui dalam mensukseskan pengembangan yang dilakukan, ada
tahapan pengembangan yang dilakukan . Dimana dalam prosesnya tentu tidak lepas dari adanya
dinamika tersendiri. Untuk memaparkan deskripsi darai tahapan yang dilakukan serta bagaimana
dinamika yang ada, maka penulis menggunakan Konsep Tahapan Pengembangan masyarakat yang
dikeluarkan oleh Isbandi Rukimto Adi yang di jelaskan pada bukunya dengan judul Intervensi
Komunitas dan Pengembangan Masyarakat ( sebagai upaya pemberdayaan masyarakat) (Adi, 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis akan dideskripsikan dibawah ini:
Tahap Persiapan. Menurut Isbandi dalam bukunya Intervensi Komuniktas dan Pengembangan
Masyarakat menjelaskan bahwa tahapan awal yang dilakukan dalam pengembangan masyarakat adalah
tahapan persiapan (Adi, 2013). Tahapan persiapan adalah tahapan dimana pelaku perubahan melakukan
persiapan siapa saja yang akan di ajak dalam melakukan pengembangan. Pada tahap persiapan ini pelaku
perubahanjuga melakukan upaya untuk menyamakan pemahaman persepsi tentang pengembangan yang
akan dilakukan.
Pada video “Sang Visioner dari Desa Ponggok” kepala desa Junaedi menjelaskan bahwa ketika ia
melakukan pengembangan masyarakat, awal kali memulai pengembangan potensi desanya yang
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 657
dilakukan adalah mengajak seluruh masyarakat mulai dari Pejabat- pejabat lembaga daerah,
Karangtaruna, Pokdarwis, PKK dan juga masyarakat sekitar (EvyFour, 2021).
Proses menyamakan pemahaman jelas tidak mudah dalam hal ini sebab saat itu yang dilakukan oleh
kepala desa Junaedi ingin mengoptimalkan potensi desa yaitu dengan mengubah desa menjadi desa
wisata yang bisa menyejahterahkan masyarakatnya sendiri, sehingga masyarakat tidak harus lulus
kemudian keluar kota untuk mencari pekerjaan sebab di desanya sendiri sudah tersedia. Meski positif
namun hal tersebut justru menjadi tantangan tersendiri sebab ketika gagasan itu disampaikan kepada
masyarakat responnya adalah tidak percaya jika desanya bisa diubah menjadi wisata, bahkan ada yang
menertawakan. Hal tersebut bisa jadi karena memang saat itu posisi desa adalah sebagai desa termiskin.
Analisi ini memperjelas pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Vereira, 2018). Menurut penulis
menjelaskan bahwa salah satu sebab penghambat dari pelaksanaan Perda No. 21 Tahun 2013 itu juga
bisa karena memang ada ketidak percayaan masyarakat terhadap gagasan yang disampaikan.
Tahap Assessment. Tahapan ini adalah tahapan dimana pelaku perubahan melakukan pemetaan
masalah. Pemetaan ini dilakukan agar dapat mengetahui apa kebutuhan masyarakat yang hendak
diberdayakan. Hal ini bisa dilakiukan oleh pelaku perubahansendiri atau dengan bantuan tokoh- tokoh
masyarakat atau dengan anggota masyarakat yang hendak diberdayakan itu sendiri (Adi, 2013).
Pada tahapan ini dinamika awalnya mengajak beberapa pejabat dan juga masyarakat namun mereka
memandang buat apa harus melakukan penelitian atau pendataan tersebut. Hal itu karena bukanlah hal
yang biasa dilakukan oleh masyarakat ketika hendak membuat program atau pembangunan harus
berurusan dengan pendata- dataan (EvyFour, 2021). Namun karena memahami bahwa penggalian data
menjadi hal yang penting dalam proses pengelolaan yang dilakukan. Apalagi ia memiliki semangat
untuk memberikan perubahan untuk masyarakat menjadi masyarakat yang sejahtera maka ia ingin
semua itu berangkat dari kebutuhan. Oleh karena itu ia meminta bantuan kepada mahasiswa yang
sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) UGM (Universitas Gajah Mada. Mereka diminta untuk membantu
dalam mendata persoalan yang ada dimasyarakat itu apa sebenarnya. Sebab dengan demikian maka akan
dapat diketahui sebenarnya apa kebutuhan masyarakat (Kumilasari, 2019).
Dari proses tersebut kemudian Kepala Desa Junaedi akhirnya mengetahui bahwa masyarakat itu banyak
pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan, kebanyakan dari mereka lulus sekolah kemudian
menjadi petani atau ke kota, perempuan tidak bekerja dan banyak mengandalkan pendapatan dari suami,
selain itu masyarakat juga banyak yang terlilit hutang kepada rentenir (Subehi et al., 2020)
Tahap Perencanaan Alternatif Program. Tahap ini adalah tahapan dimana pelaku perubahan mengajak
masyarakat untuk memahami persoalan yang sedang dihadapi dan juga mendiskusi bagaimana solusi
untuk mengatasi persoalan tersebut. Dari proses diskusi tersebut kemudian disusunlah beberapa program
pengembangan masyarakat mana yang akan dijalankan lebih dulu, bagaimana bentuk programnya dan
apa yang harus mereka lalukan (Adi, 2013).
Dengan semangat yang tinggi dari kepala desa Junaedi yang merasa bahwa membangun desanya
menjadi lebih baik adalah kewajibannya. Meskipun diawal ketika menyampaikan gagasan respon
masyarakat tidak percaya, tidak yakin akan upaya yang dilakukan berhadasil, hal itu tidaklah
membuatnya berputus asa. Ia mencoba merumuskan program bersama dengan masyarakat.
Kepala desa Junaedi kemudian mencoba untuk melakukan rundingan bahkan berkumpul dengan pejabat
lembaga daerah, Karangtaruna, PKK dan juga masyarakat sekitar tentang keinginan- keinginan mereka
terhadap desa. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan waktu ketika ada perkumpulan warga seperti
ketika ada rapat RT/ RW (Kumilasari, 2019). Hal ini tentu juga tidak mudah dalam merumuskan
alternatif program mengingat masyarakat ketika diajak untuk melakukan perubahan sudah ada
pandangan diawal tidak yakinan akan terwujud upaya tersebut. Oleh karena itu kemudian kepala desa
Junaedi meminta kepada masyarakat untuk menyampaikan apa saja keinginan mereka, harapan mereka
dalam mengatasi persoalan- persoalan yang di desanya.
Tahap Performulasian Rencana Aksi. Tahapan ini adalah tahapan dimana pelaku perubahan dan juga
masyarakat menentukan program- program mana saja dulu yang akan dijalankan dari sekian banyak
alternatif program yang telah dirumuskan sebelumnya (Adi, 2013). Tidak hanya dalam bentuk
pendiskusian bahkan pada tahapan ini sudah mulai dalam bentuk penulisan bahkan memungkinkan
adanya proses pembuatan proposal misal untuk pengajuan dana dan lain sebagainya. Begitu juga dengan
seperti yang dituangkan dalam penelitian (Sabilla, 2018) menjelaskan bahwa program awal adalah
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 658
pembuatan inovasi BUMDes Tirta mandiri. Hal tersebut merupakan bagian dari performulasian rencana
aksi yang dilakukan dalam upaya pengembangan desa Ponggok.
Untuk sampai pada tahap ini yaitu tahap dimana dirumuskan program mana yang kemudian akan
dijalankan lebih dahulu setelah melakukan diskusi sebelumhya dalam merumuskan alternatif program.
Dinamika dalam pengembangan semakin sulit lagi sebab bukan hanya sebatas penerimaan saja untuk
melakukan perubahan melainkan harus sampai ada kesepatakan bersama terhadap susunan program
yang akan dijalankan.
Untuk dapat merumsukan hal tersebut diskusi – diskusi juga tidak cukup dilakukan sekali saja melainkan
beberapa kali pertemuan untuk menyamakan pandangan dan juga kesepakatan program mana yang akan
dijalankan lebih dahulu. Untuk melakukan diskusi tersebut kepala desa Junaedi memanfaatkan waktu
seperti ketika rapat RT/RW. Junaedi kemudian berunding apa saja keinginan mereka, dan kemudian
dicari kesamaan dari keinginan mereka, yang paling paling banyak dukungan dan juga kebutuhanlah
yang kemudian berusaha untuk diajalankan lebih dahulu, sebab menurutnya tidaklah mungkin jika
dijalankan semua. Selain itu juga ia juga ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa apa yang akan
dilakukan bukanlah hal yang tidak mungkin untuk diwujudkan, oleh karena itu ia kemudian mencoba
untuk mewujudkan beberapa alternatif program dulu yang kemudian di susun di RPJM (EvyFour, 2021).
Program awal yang dilakukan dalam upaya pengembangan masyarakat adalah program penyelesaiakan
persoalan hutang ke rentenir. Dimana masyarakat banyak yang terlilit hutang kerentenir dan tidak
mampu untuk membayarnya apalagi bunganya yang kemudian juga bertambah. Memahami bahwa hal
itu bisa menjadi hambatan dalam pengembangan masyarakat sebab masyarakat pasti akan fokus
bagaimana caranya mencari uang untuk lepas dari hutangnya terlebih dahulu tidak fokus ke yang
selainnya. Memahami hal tersebut oleh karena itu kepala desa Juanedi dan masyarakat bersepakat
menyelesaikan masalah tersebut terlebih dahulu. Berikutnya adalah program pengelolaan air sebab desa
Ponggok memiliki potensi utama di sumber mata air (Subehi et al., 2020)
Pelaksanaan (Implementasi) Program. Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana semua yang sudah
direncakan kemudian dieksekusi untuk dilaksanakan. Ini termasuk tahap yang krusial karena pada
proses pelaksanaan biasanya apa yang telah direncanakan dengan sedemikian rupa ternyata tidak
terlaksana. Hal tersebut bisa karena ada hambatan seperti adanya tokoh atau kelompok tertentu yang
kemudian menentang program yang akan dijalankan, dengan segala upayanya kemudian melakukan
aktifitas untuk menentang program sehingga program yang direncakanakn tidak dapat dilaksanakan.
(Adi, 2013).
Pada tahapan ini yang dilakukan oleh kepala desa Junaedi adalah membentuk BUMDes (Badan Usaha
Miliki Desa) yang kemudian diberi nama Tirta Mandiri dan pada 15 Desember 2009 diresmikan.
BUMDes Tirta Mandiri dibentuk sebagai wadah sarana untuk membantu masyarakat dan mendapatkan
modal sebesar Rp100juta. Mengingat bahwa persoalan masyarakat yang utama adalah banyaknya yang
terjerat hutang di rentenir. Maka awal kali pengalokasian dana desa digunakan untuk melunasi hutansg
warga pada rentenir yaitu sekitar Rp 70juta, kemudian sisanya untuk mengelola air sebab disana sumber
mata airnya melimpah (Vereira, 2018). Oleh karena itu usaha pertama yang di kelola BUMDes Tirta
Mandiri adalah simpan pinjam, hal ini agar masyarakat ketika butuh tidak terbeban dengan bunga seperti
yang ada ketika meminjam pada rentenir yang justrus membuat mereka tidak dapat mengembangkan
diri sebab hanya terfokus untuk membayar hutang.
Setelah melunasi hutang mulailah menjalankan program pengelolaan air. Dimana mulai dari mengelola
air bersih yang kemudian juga dapat diminum oleh masyarakat. Bahkan masyarakat dapat
mengkonsumsi air bersih dengan harga murah dengan uang Rp 1.800 sudah bisa mendapatkan air bersih
permeter kubik. Hal itu lebih murah karena ketika beli diluar harganya Rp 3000/meter kubik. Setelah
mengelola air bersih kemudian mengelola kolam yaitu umbul menjadi wisata air. Setelah itu mulai
berkembang programnya mulai toko desa, penyewaan gedung, kios kuliner, satu rumah satu sarjana,
program untuk lansia.
Dalam pengembangan desa menjadi desa wisata tidak langsung begitu saja melainkan diawali dengan
kepala desa Junaedi memberikan tawaran kepada LPPM UGM untuk menyelenggarakan kegiaran
Tematik, supaya dapat menggali data tentang potensi- potensi apa saja yang ada di desa Ponggok. LPPM
UGM menerima tawaran tersebut, dan dari hasil LPPM diketahui bahwa desa tersebut memiliki potensi
yang luar biasa sebagai desa wisata. Dari sinilah kemudian muncul usulan untuk mengembangkan desa
Ponggok menjadi desa wisata (Enggraini et al., 2020).
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 659
Pelaksanaan adalah tahapan dimana awal mula aksi pengembangan dilakukan. Pada proses tentu
persoalan- persoalan teknis atau bahkan pandangan- pandangan dan juga semangat pembangunan bisa
jadi problem. Begitu juga dengan proses pembedayaan pada desa Ponggok. Didesa ini tidak lepas dari
adanya tantangan- tangangan dari masyarakat dalam pelaksanaannya. Bahkan diawal- awal ada yang
mengopinikan tentang keraguan dalam kesuksesan program yang direncanakan, sehingga membuat
masyarakat kemudian juga muncul kekhawatiran dan juga keraguan. Bahkan dalam program simpan
pinjam di awal- awal sampai sedikit masyarakat yang berani menginvestasikan uangnya ke BUMDes
karena keraguan tersebut. Namun kepala Desa Junaedi paham bahwa hal itu harus ditepis dengan
pembuktian selain itu ia juga senantiasa berusaha untuk senantiasa mengingatkan potensi yang dimiliki
oleh desanya “diwujudkan dulu beberapa supaya yakin baru ke program berikutnya”.(EvyFour, 2021).
Baru ketika ternyata program pengelolaan air sukses masyarakat akhirnya mulai banyak yang
menginvestikan uangnya ke BUMDes karena mulai percaya.(Subehi et al., 2020).
Bahkan dalam pelaksanaanya juga sampai ada tudingan adanya korupsi yang dilakukan oleh kepala desa
Ponggok sebesar Rp21,6milliar. (Suharsih, 2019). Hal tersebut tentunya dapat membuat adanya
penurunan kepercayaan masyarakat terhadap kepala desanya apalagi ia adalah sebagai pelopor dalam
pengembangan desa wisata. Namun hal tersebut disampaikan kepala desa Junaedi sebagai tuduhan yang
tidak benar, bahkan ia siap menjalankan pemeriksanaan dengan sedetail mungkin.(Redaksi, 2019). Hal
itu juga terbukti hingga kini masih menjabat sebagai kepala desa Ponggok. (EvyFour, 2021).Dengan
bukti itu akhirnya masyarakat kembali percaya.
Tahap Evaluasi Proses dan Hasil Perubahan. Evaluasi adalah bentuk dari pengawasan yang dilakukan
oleh masyarakat dan juga petugas terhadap pelaksanaan program yang telah direncanakan bersama. Dari
hasil evaluasi bisa diketahui apakah semuanya sudah berjalan sesuai rencana atau tidak dan sudah
mampu menyelesaikan masalah atau tidak. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan adanya
pengulangan terhadap tahapan assesment jika dirasa ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah
masyarakat atau tidak dapat memenuhi kebutuhan. Namun proses evaluasi tidak hanya dilakukan pada
hasil saja melainkan juga dapat mulai dari input, proses dan outputnya (Adi, 2013).
Proses evaluasi hasil kerja dapat diketahui dengan adanya sistem pengawasan. Sistem pengawasan ini
yang kemudian akan menjadi pengukuran dalam proses pelaksanaan. Ketika dari hasil pengawasan
ditemukan adanya ketidak sesuaian atau bahkan adanya penyimpangan maka akan ada evaluasi kembali.
Di evaluasi kembali mulai dari proses programnya, kemudian pelaksanaan, kemudian hasilnya “ kita
analisa ulang” pernyataan dari kepala desa Junaedi (EvyFour, 2021). Selain itu pengawasannya
dilakukan siapa saja mengacu pada Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 yitu dilakukan oleh
masyarakat desa, tim pengawas internal, dan Bapermas.
Proses untuk melakukan evaluasi juga tentu tidak lepas dari adanya dinamika dimana evaluasi akan
diketahui dari hasil pengawasan yang dilakukan. Pengawasan sendiri dapat berjalan sesuai dengan
semestinya tentunya ketika sumber daya yang menjadi pengawas memahami dengan benar proses
penetapa standar, pengyukuran standar, pengukuran pelaksanaan kegiatan analisa penyimpangan dan
lain- lain. Namun pada pengembangan ini proses pengawasan terdapat kendala yaitu dari sumber
dayanya yaitu kurangnya sumber daya yang kompeten untuk melakukan pengawasan sehingga bisa
menghasilkan data evaluasi pelaksanaan kerja dengan baik (Wandansari, 2022)
Tahap Terminasi. Tahap ini adalah tahap pemutusan hubungan antara pelaku pengembangan dengan
masyarakat yang diberdayakan. Tahapan ini pada dasarnya adalah tahapan akhir yang menunjukkan
proses pengembangan telah selesai, dengan ditandai bahwa masyarakat sudah mampu menjalankan
program secara mandiri. Terkadang tahapan ini dilakukan bukan karena masyarakat memang sudah
mandiri atau dianggap sudah dapat mandiri melainkan karena program pengembangan harus dihentikan
sebab secara waktu sudah selesai dari yang direncanakan atau juga bisa karena anggarannnya yang sudah
habis. Meskipun begitu ada juga pelaku pengembangan yang juga masih tetap melakukan komunikasi
meskipun tidak intens karena merasa bahwa tugas mereka masih belum selesai (Adi, 2013).
Tahap ini belumlah terjadi sebab pelaku perubahan dilakukan oleh kepala desa Junaedi. Hingga saat ini
kepala desa di Ponnggok masih sama yaitu Junaedi ia kini menjabat di periode ketiganya, dan sampai
saat ini pengembangan itu juga terus dilakukan. Namun proses terminasi sepertinya sudah mulai
dipersiapkan pula oleh kepala Desa Ponggok ini. Program- progam yang dibuatnya tidak semata- mata
hanya untuk kepentingan peningkatan pendapatan melainkan juga untuk mempersiapkan sdm yang akan
menjadi generaasinya kedepan seperti pada program satu rumah satu sarjana dalam wawacara kepala
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 660
desa Junaedi menyanpaikan bahwa ia juga harus mempersiapkan estafet. Sarjana – sarjana ini harus
dipersiapakan supaya kedepan ada yang bisa membantu dan menggantikannya kedepannya dalam
mengelola desanya. Tidak hanya itu saja program pelatihan dan juga studi banding (Kumparan Travel,
2018)
KESIMPULAN
Pada analisis sebelumnya menunjukkan bahwa kesuksesan dari pembangunan yang dilakukan oleh
kepala desa Ponggok yaitu Junaedi tidak hanya karena kepemimpinanannya atau karena pemanfaatan
asetnya saja seperti hasil dari penelitian – penelitian terdahulu. Hasil ini menunjukkan adanya
kesuksesan karena adanya tahapan – tahapan pemberdayaan yang ditata dan dilakukan Junaedi dan
masyarakat. Sebagai mana di jelaskan pada penelitian terdahulu bahwa untuk sosialisasi bahkan mulai
dari interpersonal, kelompok, hingga menggunakan media massa, ini juga merupakan bagian dari
tahapan pengembangan desa.
Pada tahapans yang dilakukan dalam pengembangan juga tidak lepas dari adanya dinamika. Meskipun
tujuan dari pembangunan yang ia lakukan adalah hal yang positif, namun pada proses yang ia lakukan
ada berbagai dinamika yang harus dihadapi khususnya adalah adanya tantangan – tangan yang dapat
menjadi penghambat ketika tak mampu mengatasinya.
Dari hasil analisis sebelumnya dapat diketahui bahwa dinamika dalam bentuk hambatan itu terjadi sejak
awal proses pengembangan dilakukan, dimana masyarakat atau bahkan lembaga yang diajak oleh kepala
Desa Junaedi untuk melakukan pengembangan merasa bahwa ajakan Junaedi tersebut tidaklah mampu
untuk diwujudkan, ada pesimistis juga keraguan. Hal tersebut tidak membuat kepala desa Junaedi
berhenti ia kemudian berusaha menepis pandangan masyarakat dengan berupaya mewujudkan beberapa
program, ia berusaha mensukseskan terlebih dahulu yaitu pelusanan hutang dan juga pengelolaan Umbul
Ponggok. Sebab dengan hasil nyata masyarakat akhirnya akan optimis bahwa apa yang direncanakan
bsia diwujudkan.
Dinamikanya tidak hanya berhenti pada tahapan awal saja melainkan saat program mulai dijankan
hingga pengawasan juga masih ada, mulai dari hasutan, penyeberan opini akan pengalokasian dana yang
dikorupsi dan sdm untuk melakukan evaluasi. Tetapi lagi- lagi hal tersebut mampu diatasi oleh kepala
desa Junaedi dengan kejujurannya, tuduhan yang ada mampu ditepis. Bahkan Ponggok hingga sekarang
masih menjadi desa percontohan untuk desa lain dalam pengembangan desa.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, I. R. (2013). Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat (1st ed.). Fajar Interpratama
Mandiri Offset.
Aji, R. P., & Ma’ruf, M. F. (2016). Upaya Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pendapatan
Asli Desa (Studi pada Desa Wisata Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul).
Publika, 4(10), 1–10.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/17684/16084
Dewi, I. A. P. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Potensi Lokal di Wisata
Umbul Ponggok, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah. International Journal of Hypertension, 1(1), 1–171.
http://etd.eprints.ums.ac.id/14871/%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.cell.2017.12.025%0Ahttp://www
.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf%0Ahttp://www.who.int/about/licensing/%0Ahttp://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/12/Dea
Dholym, S. F. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pengunjung Obyek Wisata
Umbul Ponggok, Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten [UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA]. In
World Development (Vol. 1, Issue 1).
http://www.fao.org/3/I8739EN/i8739en.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.adolescence.2017.01.
003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.childyouth.2011.10.007%0Ahttps://www.tandfonline.com/do
i/full/10.1080/23288604.2016.1224023%0Ahttp://pjx.sagepub.com/lookup/doi/10
Enggraini, F., Putri, N. C., Salman, Y. A., & Handayani, W. (2020). Peran Kelembagaan Pemerintah
Desa dalam Memajukan Desa Ponggok-Polanharjo, Klaten. Matra Pembaruan, 4(2), 71–82.
https://doi.org/10.21787/mp.4.2.2020.71-82
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 661
EvyFour. (2021). Sang Visioner dari Desa Ponggok. https://www.youtube.com/watch?v=1Tag7h46ncY
Ferlina, A. (2020). Peran Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di
Desa Ponggok Kab. Klaten. In Skripsi. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/28406
Hidayah, S. N. M. (2021). Pengembangan Masyarakat Islam Berbasis Pemberdayaan Aset Sumber Daya
Manusia (SDM) di Desa Ponggok Kec. Polanharjo, Kab.Klaten. Nuansa, 14, 218–231.
Kiswantoro, A., & Susanto, D. R. (2019). Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendukung Wisata Terhadap
Kepuasan Wisatawan Di Umbul Ponggok, Klaten. Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan
Budaya, 10(2), 106–112. https://doi.org/10.31294/khi.v10i2.6373
Kumilasari, N. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas Desa (Vol. 8, Issue 5).
Universitas Islam Negeri Walisongo.
Kumparan Travel. (2018). 4-jurus-andalan-kades-junaedi-membangun-ponggok-jadi-desa-makmur @
kumparan.com. Kumparan Travel. https://kumparan.com/kumparantravel/4-jurus-andalan-kades-
junaedi-membangun-ponggok-jadi-desa-makmur/full
Lip M. Aditiya. (2020). Mengenal Desa Ponggok, Salah Satu Desa Terkaya di Indonesia.
Goodnewsfromindonesia.Id. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/09/06/mengenal-
desa-ponggok-di-klaten-salah-satu-desa-paling-makmur-di-indonesia
Mindserie, W. (2021). Transformasi Desa Ponggok, Dari Yang Termiskin Menjadi Desa Terkaya Di
Klaten. Digstraksi. https://digstraksi.com/transformasi-desa-ponggok-dari-yang-termiskin-
menjadi-desa-terkaya-di-klaten/
Putra, A. S. (2018). Diskursus Pengakuan, Badan Hukum, Dan Fenomena Badan Usaha Milik Desa
“Tirta Mandiri” Di Desa Ponggok. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional,
7(3), 465. https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v7i3.260
Redaksi. (2019). Dituding Korupsi 21,6 Miliar, Kades Ponggok Membantah. The AceH Trend.
Sabilla, F. (2018). Sosialisasi Inovasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirt mandiri Oleh
Pemerintah Desa Ponggok, Klaten dengan Pendekatan Teori Difusi Inovasi (Vol. 7, Issue 2).
Subehi, F., Luthfi, A., Mustofa, M. S., & Gunawan, G. (2020). Peran Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten.
Umbara, 3(1), 34. https://doi.org/10.24198/umbara.v3i1.25670
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Suharsih. (2019). Diduga Korupsi Rp21,6 Miliar, Kades Ponggok Klaten Dipanggil Polisi.
Solopos.Com. https://www.solopos.com/diduga-korupsi-rp216-miliar-kades-ponggok-klaten-
dipanggil-polisi-999500
Sumber ekon. (2021). Pembangunan Kepariwisataan Melalui Pengembangan Desa Wisata Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia. Sumber Ekon.Go.Id. https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3520/pembangunan-
kepariwisataan-melalui-pengembangan-desa-wisata-untuk-meningkatkan-pertumbuhan-ekonomi
Untung, M. S. (2019). Metodologi Penelitian -teori dan praktik riset pendidikan dan sosial. Litera.
Vereira, V. (2018). Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Kecamaatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten, Menurut Perda Kabupaten Klaten No 21 Tahun 2013 Tentang Pedomatan
Tatacara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Vol. 7, Issue 2).
Wandansari, R. P. (2022). PENGAWASAN PENGELOLAAN BUMDES TIRTA MANDIRI DESA
PONGGOK (STUDI KASUS PENGELOLAAN BUMDES) [Universitas Muhammadiyah
Surakarta]. In Material Safety Data Sheet.
http://www2.warwick.ac.uk/fac/sci/whri/research/mushroomresearch/mushroomquality/fungienv
ironment%0Ahttps://us.vwr.com/assetsvc/asset/en_US/id/16490607/contents%0Ahttp://www.hse
.gov.uk/pubns/indg373hp.pdf
Wicaksono, S. (n.d.). Sempat Jadi Desa Termiskin, Desa Ponggok Kini Miliki Pendapatan Miliaran
Rupiah Per Tahun.
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 662
Zakiyah, U., & Idrus, I. A. (2017). Srategi Pengelolaan Sumber Daya Alam Desa Ponggok. JIP (Jurnal
Ilmu Pemerintahan) : Kajian Ilmu Pemerintahan Dan Politik Daerah, 2(2), 84–95.
https://doi.org/10.24905/jip.2.2.2017.84-95
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 663
LINGKUP DAN TAHAPAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DESI FITRIYANA
Email : desifitriyana.29@gmail.com
Abstrak
Pemberdayaan masyarakat ialah salah satu cara yang dapat digunakan dapat
membangun perekonomian yang terangkum dalam nilai-nilai yang ada di masyarakat
agar dapat membangun paradigma yang baru didalam pembangunan yang memiliki
sifat peoplecenterend, partisipatif, empowermernt serta sustainable.(Sapri, S.,
Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, 2019) Seperti yang dikatakan oleh
Chamber dijelaskan bahwa sebuah konsep dalam pembanguanan dengan
menggunakan gaya dari pemberdayaan masyarakat tidak sekedar hanya memenuhi
kebutuhan dasar (basic need) masyarakat saja melainkan juga lebih dari sekedar usaha
dalam mencari sebuah alternative untuk pertumbuhan perekonomian lokal. (Munawar,
2011)
B. Pembahasan
1. Tahapan Persiapan: Pada tahapan ini terdapat dua persiapan yakni persiapan
petugas serta persiapan lapangan. Pertama, dalam persiapan pertama ini yakni
persiapan petugas adalah suatu pra-sayarat agar pemberdayaan masyarakat
mengunakan pendekatan nondirektif dapat berlangsung secara sukses. Persiapan
petugas ini sangat diperlukan terutama dalam hal menyatukan pendapat antara
anggota kelompok yang memiliki peran sebagai pelaku dalam perubahan terkait
pendekatan apa yang akan diambil dalam proses pemberdayaan masyarakat.(Uceng,
Ali, et al., 2019) Kedua, ialah persiapan lapangan dimana petugas akan melakukan
penyiapan dilapangan. Awalnya kita harus melakukan studi kelayakan pada daerah
yang akan dijadikan sebagai sasaran melakukan pemberdayaan masyarakat, baik itu
secara informal ataupun formal.
2. Tahapan Assesment: Proses yang dilakukan dalam tahapan assessment ini
adalah mengidentifikasi masalah atau mengekspresikan kebutuhan serta sumber daya
yang di punyai oleh komunita yang dijadikan sebagai sasaran. Masyarakat akan sudah
dilibatkan secara langsung dalam tahap assessment ini supaya masyarakat mampu
merasakan secara langsung pemasalahan sedang benar –benar terjadi dan keluar dari
masyarakat itu sendiri.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Kegiatan: Adapun pada tahapan ini warga
akan diikutsertakan oleh pelaku perubahan (fasilitator) dalam berfikir terhadap
masalah yang sedang mereka hadapi dan harus tahu cara apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasinya.
4. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi: Tahapan ini yakni fasilitator akan
memberikan bantuan kepada msing-masing dari kelompok supaya dapat menentukan
program dan merumuskan kegiatan apa yang harus mereka lakukan agar mampu
mengatasi masalah yang sedang terjadi.
5. Tahapan Pelaksanaan: Pada Tahapan Pelaksanaan ialah tahapan dimana
sesuatu yang telah direncanakan dengan baik bisa saja meleset atau melenceng
terhadap pelaksanaannya dilapangan jika kerja sama antara warga masyarakat dan
fasilitator tidak baik. Oleh karena itu tahapan pelaksanaan ini menjadi salah satu tahan
yang sangat penting atau krusial pada proses pemberdayaan masyarakat.
6. Tahapan Evaluasi Proses dan Hasil: Pada tahapan ini adalah suatu tahap
dimana perubahan evaluasi akan dijadikan sebagai proses dalam pengawasan antara
warga dan petugas pada proyek yang sedang dikerjakan untuk dapat mengembangkan
masyarakat. Di tahap ini baiknya harus melibatkan warga supaya terbentuk sebuah
sistem pada komunitas agar melaksanakan pengawasannya secara internal.(Mustanir,
Ali, et al., 2020)
7. Tahapan Terminasi: Tahapan ini ialah suatu tahapan terakhir yakni tahap
“perpisahan‟ memiliki hubungan yang formal terhadap komunitas sasarannya. Pada
tahapan terminisasi ini sering kali dilakukan tidak karena masyarakat yang sudah
dapatdikatan “mandiri”, melainkan tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus
dihentikan sebab telah melampaui batas waktu yang sebelumnya telah di tetapkan,
atau sebab angganran atau biaya telah selesai serta tidak ada penyandaan biaya yang
mampu dan ingin melanjutkan proyek tersebut.
Dari ketujuh tahap dari intervensi tersebut ialah suatu tahap siklis yang
mampu diterapkan untuk mendapatkan suatu perubahan yang lebih menguntungkan,
apalagi selepas proses pemantauan atau proses evaluasi proyek yang sedang berjalan.
Siklus ini juga dapat berubah dalam situasi lain . Misalnya , ketika merumuskan
rencana aksi , pemerintah dan masyarakat umum dapat melihat masalah atau
peningkatan baru - baru ini dalam suatu masalah , mendorong mereka untuk
memutuskan untuk melakukan evaluasi ulang terhadap apa yang telah dilakukan
sebelumnya (Mujianto, 2019)
C. Kesimpulan
Commonity Empowerment atau yang biasadi sebut pemberdayaan masyarakat
terkadang sulit dibedakan dengan Commonity Deveplopment atau pembangunan
masyarakat karena pengertiannya yang saling tumpang tindih pada penggunaannya di
dalam masyarakat. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan
pembangunan masyarakat (community development) dimaksud dalam penelitian ini
adalah sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan pemerintah untuk
menjadi sebuah wadah dalam memadai masyarakat setempat dalam suatu proses
perencanaan, pemutusan serta pengelolaan sumber daya yang ada agar masyarakat
mampu dan mandiri secara ekonomi, ekologi serta sosial yang berkelanjutan.
Empowerment atau yang biasa disebut pemberdayaan masyarakat sebagai jalan pintas
dari strategi dalam pembangunan yang dibahas dalam sebagian tulisan maupun
literatur, meskipun belum sepenuhnya diimplementasikan.(Mustanir et al., 2017)
Menurut Ndraha(2003) dan supriyatna terdapat terdapat empat lingkup
pemberdayaan masyarakat yaitu bidang: (1)politik; (2)ekonomi; (3)sosial budaya; dan
(4)lingkungan. Pemberdayaan masyarakat yang lingkupnya didasarkan pada proses ,
dapat dibedakan menjadi tiga kategori , yaitu : (1) pra pemberdayaan ; (2)
pelaksanaan pemberdayaan ; dan (3) pasca pemberdayaan(Kholifah R & Mustanir,
2019)
Menurut Rukminto Adi tahapan model intervensi pengembangan masyarakat
di jabarkan pada bukunya yang berjudul “Intervensi Komunitas dan Pengembangan
Masyarakat”. Tahapan yang yang senantiasa digunakan oleh lembaga ataupun
organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakaat sebagai
berikut: (1) Tahapan Persiapan; (2) Tahapan Assessment; (3) Tahapan Perencanaan
Alternatif Kegiatan; (4) Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi; (5) Tahapan
Pelaksanaan; (6) Tahapan Evaluasi Proses dan Hasil; (7) Tahapan
Terminasi.(Mustanir & Jusman, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, M. S. (2019). Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Timoreng Panua Kecamatan
Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal MODERAT, 5(1), 5.
Ahmad, M., & Muhammad, R. (2019). Participatory Rural Appraisal (PRA) Sebagai Sarana
Dakwah Muhammadiyah Pada Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Sidenreng
Rappang. Prosiding Konferensi Nasional Ke-8 Asosiasi Program Pascasarjana
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA), 467–475.
http://asosiasipascaptm.or.id/index.php/publikasi/prosiding-konferensi-nasional-
appptma-ke-8
Akhmad, I., Mustanir, A., & Ramadhan, M. R. (2006). Enrekang. Pengaruh Pemanfaatan
Tekhnologi Informasi Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Kabupaten Enrekang, 89–103.
Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad
Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, A. A. (2021). Sipil Negara Kabupaten Sidenreng
Rappang. Jurnal Sosial-Politika, 2(1), 65–73.
Dawabsheh, M., Mustanir, K., & Jermsittiparsert, K. (2020). School Facilities as a Potential
Predictor of Engineering Education Quality: Mediating Role of Teaching Proficiency
and Professional Development. TEST Engineering & Management, 82(3511), 3511–
3521. http://www.testmagzine.biz/index.php/testmagzine/article/view/1417
Fay, D. L. (1967). Indonesian Short Story. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952., 4(1), 269–277.
Fitrah, N., Mustanir, A., Akbari, M. S., Ramdana, R., Jisam, J., Nisa, N. A., Qalbi, N.,
Febriani, A. F., Irmawati, I., Resky S., M. A., & Ilham, I. (2021). Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pemetaan Swadaya Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam Tata Kelola Potensi Desa. SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan, 5(1), 337. https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6208
Ibrahim, M., Mustanir, A., Astinah Adnan, A., & Alizah P, N. (2020). Pengaruh Manajemen
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di
Desa Bila Riase Kecamatan Pitu Riase Kebupaten Sidenreng Rappang. Movere Journal,
2(2), 56–62. https://doi.org/10.53654/mv.v2i2.118
Irwan, I., Latif, A., & Mustanir, A. (2021). Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan
Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. GEOGRAPHY Jurnal Kajian,
Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 9(2), 137–151.
Irwan, I., Latif, A., Sofyan, Mustanir, A., & Fatimah, Fa. (2019). Gaya Kepemimpinan,
Kinerja Aparatur Sipil Negara dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan di
Kecamatan Kulo Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Moderat, 5(1), 32–43.
Kholifah R, E., & Mustanir, A. (2019). Food Policy and Its Impact on Local Food. Food
Policy and Its Impact on Local Food, October, 27–38.
https://doi.org/10.32528/pi.v0i0.2465
Latif, A., Mustanir, A., & Irwan, I. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Partisipasi
Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan. JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan &
Pelayanan Publik), 144–164. https://doi.org/10.31947/jakpp.v1i2.7977
Maiti, & Bidinger. (2014). Prinsip Dan Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Mujianto. (2019). Modul KKN Tematik Desa Membangun Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Modul KKN Tematik Desa Membangun Pemberdayaan Masyarakat, I(2), 1–20.
Mustainir, A., Barisan, & Hamid, H. (2017). Towards Open Goverment: Finding The Whole-
Goverment Approach Participatory Rural Appraisal As The Participatory Planning
Method Of Development Planning. Iapa, 78–84.
Mustanir, A., & Abadi, P. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan Di Kelurahan Kanyuara Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik, 5(2), 247–261.
Mustanir, A., Abadi, P., & A., N. (2017). Participation of Ethnic Community Towani
Tolotang in Deliberation of Development Plan. Partisan Abadi The Social and Political
Science College, 84(Iconeg 2016), 356–359. https://doi.org/10.2991/iconeg-16.2017.79
Mustanir, A., Ali, A., Yasin, A., & Budiman, B. (2020). Transect on Participatory
Development Planning in Sidenreng Rappang Regency. Transect on Participatory
Development Planning in Sidenreng Rappang Regency, 1, 250–254.
https://doi.org/10.4108/eai.25-10-2019.2300523
Mustanir, A., & Darmiah, D. (2016). Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan Partisipasi
Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik, 4(2), 225–238.
Mustanir, A., Dema, H., Syarifuddin, H., Meity, K., & Wulandari, S. (2018). Pengaruh
Motivasi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan di Kelurahan Lalebata
Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean
Government (JCG), 2(1), 27–39.
Mustanir, A., Fitriani, S., Adri, K., Nurnawati, A. A., & Goso, G. (2020). Sinergitas Peran
Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan Pembangunan di
Kabupaten Sidenreng Rappang (The Synergy of Village Government’s Role and
Community Participation in the Process of Development Planning in Sidenreng Rappang
D. Journal of Government Science (GovSci), 2020(2), 84–108.
Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2020). Perencanaan Partisipatif Pada
Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Wanita Tani. KETENTUAN PIDANA SANKSI
PELANGGARAN, 1, 1–120.
Mustanir, A., & Jaya, I. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik Terhadap
Perilaku Pemilih Towani Tolotang Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng
Rappang. Jurnal Politik Profetik, 4(1), 84–97.
Mustanir, A., Jermsittiparsert, K., Ali, A., Hermansyah, S., & Sakinah, S. (2020). Village
Head Leadership and Bureaucratic Model Towards Good Governance in Sidenreng
Rappang. Village Head Leadership and Bureaucratic Model Towards Good Governance
in Sidenreng Rappang. https://doi.org/10.4108/eai.21-10-2019.2291532
Mustanir, A., & Jusman. (2016). Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas Pengelolaan
Terhadap Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Akmen, 13(3), 542–558.
Mustanir, A., Justira, N., Sellang, K., & Muchtar, A. I. (2018). Democratic Model On
Decision-Making At Deliberations Of Development Planning. International Conference
on Government Leadership and Social Science (ICOGLASS). Demanding Governance
Accountability and Promoting Democratic Leadership for Public Welfare Achievement,
April, 110 – 115.
Mustanir, A., Samad, Z., Jabbar, A., Ibrahim, M., & Juniati, J. (2019). Kepemimpinan Lurah
Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Lautang Benteng Kabupaten
Sidenreng Rappang. Journal of Social Politics and Governance (JSPG), 1(2), 99–118.
https://doi.org/10.24076/jspg.v1i2.185
Mustanir, A., Sellang, K., Ali, A., Madaling, M., & Mutmainna, M. (2018). Peranan Aparatur
Pemerintah Desa Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Di Desa Tonrongnge Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang.
Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG), 2(1), 67–84.
Mustanir, A., Yasin, A., Irwan, & Rusdi, M. (2018). Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang
Dalam Transect Pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Jurnal Moderat, 4(4), 1–
14.
Sabir, R., Mustanir, A., Yasin, A., Firman, F., & Sofyan, W. (2022). Akuntabilitas
Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Dana Desa Di Desa Talawe. PRAJA:
Jurnal Ilmiah Pemerintahan, 10(1), 49–54. https://doi.org/10.55678/prj.v10i1.576
Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, W. (2019). Peranan Camat dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2),
33–48.
Siriattakul, P., Jermsittiparsert, K., & Mustanir, A. (2019). What Determine the
Organizational Citizenship Behavior in Indonesian Agriculture Manufacturing Firms?
International Journal of Psychosocial Rehabilitation, 23(4), 778-`792.
https://doi.org/10.37200/ijpr/v23i4/pr190409
Sulaeman, Z., Mustanir, A., & Muchtar, A. I. (2019). Partisipasi Masyarakat Terhadap
Perwujudan Good Governance Di Desa Damai Kecamatan Watang Sidenreng
Kabupaten Sidenreng Rappang. PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan, 7(3), 88–92.
https://doi.org/10.51817/prj.v7i3.374
Uceng, A., Ali, A., Mustanir, A., Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
ABSTRAK, M., Kunci, K., Masyarakat, P., & Sumber Daya Manusia, P. (2019).
Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Sumber Daya Manusia
Di Desa Cemba Kecamatan Enrekang Kabupaten Eenrekang Dosen Universitas
Muhammadiyah Sidenreng Rappang 4). Jurnal MODERAT, 5(2), 1–17.
Uceng, A., Erfina, E., Mustanir, A., & Sukri, S. (2019a). Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidenreng Rappang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2),
18–32.
Uceng, A., Erfina, E., Mustanir, A., & Sukri, S. (2019b). Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidenreng Rappang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2),
18–32. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2126
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat pada tahapan
perencanaan, implementasi dan hasil dari program pembangunan infrastruktur yang dilakukan
oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Pangudi Mulya. Penelitian ini merupakan
penelitian evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan ialah CIPP
(Context, Input, Prosses dan Product). Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah:
wawancara, dokumentasi dan observasi sebagai metode penunjang. Teknik analisis data
menggunakan reduksi data, display data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) pada tahap perencanaan warga masyarakat non-anggota ikut
berpartisipasi menyuarakan pendapatnya dan ikut serta dalam menyusun rencana program. (2)
Pada tahap implementasi, warga non-anggota ikut berpartisipasi dapat dalam bentuk tenaga,
materi, donasi maupun logistik. Partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara sukarela tanpa
adanya paksaan dari anggota BKM. (3) Program pembangunan yang telah dilaksanakan dapat
selesai tepat waktu. Hal ini dikarenakan realisasi program dibantu oleh partisipasi masyarakat.
Selain itu hasil program dapat merubah keadaan masyarakat, terutama pada sektor kesehatan.
Kata Kunci: partisipasi masyarakat pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur.
untuk mencapai kemajuan sosial secara Evaluasi Product. Evaluasi hasil diguna-
materil dan imateril melalui partisipasi yang kan untuk menentukan keputusan apa yang
luas dari sautu masyarakat (Asnuddin, 2012, akan dilakukan berikutnya. Evaluasi hasil
p. 295). berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu
Evaluasi merupakan sebuah proses program setelah dilakukan evaluasi.
untuk mengetahui kualitas (nilai dan arti) Dengan demikian perlu dilakukan se-
dari sesuatu berdasarkan pada kriteria-krite- buah penelitian evaluasi tentang bagaimana
ria yang sudah ditentukan. Evaluasi dilaku- BKM Pangudi Mulya dapat memberdayakan
kan secara sistematis dan berkelanjutan. masyarakat non-anggota sehingga mereka
Dimana hasil evaluasi akan menentukan ke- mau dan mampu berkontribusi serta ber-
bijakan/keputusan berikutnya (Stufflebeam, partisipasi pada tiap tahapan program.
1994, p. 45). Tahapan program yang dimaksud ialah mulai
Sedangkan pendapat lain dikatakan dari perencanaan sampai pada pelaksanaan
bahwa evaluasi merupakan sebuah langkah program.
untuk memilih, mengumpulkan, meng- Sedangkan tujuan peneltian ini ialah
analisis dan menyimpulkan segala informasi untuk (1) Untuk mengetahui partisipasi
dimana hal tersebut dapat digunakan sebagai masyarakat pada tahap perencaan dengan
dasar penentuan kebijakan maupun peran- mengevaluasi proses perencanaan program
cangan kebijakan/putusan selanjutnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan
(Weiss, Brennan, Thomas, Kirlik, & Miller, oleh BKM Pangudi Mulya. (2) Untuk
2009, p. 166). mengetahui partisipasi masyarakat pada
Sedangkan guna keperluan evaluasi tahap implementasi dengan mengevaluasi
digunakan model CIPP. Model evaluasi CIPP proses implementasi program pembangunan
diciptakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield infrastruktur yang telah direncanakan oleh
(2012). Model evaluasi CIPP menekankan BKM Pangudi Mulya. (3) Untuk mengetahui
evaluasi pada empat sektor yaitu: Context, hasil dari program pembangunan infra-
Input, Proses and Product. Proses evaluasi ini struktur yang dilakukan oleh BKM Pangudi
dilakukan melalui kolaborasi antara Mulya
evaluator dan pengambil keputusan.
METODE
Evaluasi Context, pada aspek ini
evaluasi ditekankan pada level perencanaan. Penelitian ini merupakan penelitian
Pada aspek ini evaluasi menekankan pada evaluasi dengan pendektaan kualitatif. Pene-
identifikasi kebutuhan yang kemudian dijadi- litian ini dilakukan di Badan Keswadayaan
kan landasan penentuan atau pengembangan Masyarakat (BKM) Pangudi Mulya yang
suatu program. berlokasi di Kelurahan Procot, kec. Slawi-kab.
Evaluasi Input, menyiapkan segala se- Tegal. Penelitian ini dilakukan pada bulan
suatu yang dinilai akan mempengaruhi pelak- Januari sampai Mei 2017.
sanaan evaluasi. Seperti halnya penentuan Subjek pada penelitian merupakan
sumber yang dibutuhkan, mencari cara anggota dan sekretaris BKM Pangudi Mulya.
alternatif yang dapat dilakukan, penentuan Pemilihan subjek dilakukan melalui teknik
rencana yang matang, menyusun strategi purposive sampling dan dilanjutkan snowball
yang akan dilakukan, biaya, peralatan dan sampling.
perlengkapan. Data penelitian dikumpulkan melalui
Evaluasi Process. Pada proses evaluasi wawancara (menggunakan metode purposive
ini berkaitan dengan pelaksanaan suatu sampling dilanjutkan dengan snowball
program. Beberapa pertanyaan harus dijawab sampling, dokumentasi (proposal kegiatan,
dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Per- laporan rapat tahunan dan AD/ART) serta
tanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan pengamatan di lapangan (observasi).
bagaimana pelaksanaan rencana program, Analisis yang dilakukan yaitu reduksi
hambatan yang dihadapi dan solusi yang data, penyajian data, dan penarikan kesim-
dikeluarkan. pulan. Untuk pemeriksaan keabsahan data,
peneliti menggunakan triangulasi sumber.
sektor kesehatan. Hal ini terjadi disebabkan Apa yang dilakukan oleh anggota BKM
oleh pembangunan yang berkaitan dengan Pangudi Mulya ialah suatu kiat untuk mem-
sektor kesehatan, seperti: pemasangan berdayakan masyarakat non-anggota. BKM
jamban, sanitasi, renovasi rumah, dan Pangudi Mulya ialah suatu lembaga yang
sebagainya. berfungsi sebagai motivator warga masyara-
Dengan berjalannya waktu diharapkan kat agar ikut andil dan berperan aktif demi
hasil dari program tersebut dapat berimpli- kemajuan lingkungannya. Hal ini sesuai
kasi pada perubahan sosial pada aspek lain, dengan tujuan pemberdayaan yang disampai-
seperti pendidikan, sosial, politik dan budaya. kan oleh K. Suhendra, beliau mengatakan
Dengan demikian program bersifat yang intinya bahwa tujuan pemberdayaan
komprehensif. salah satunya ialah membentuk masyarakat
yang demokratis dan berani mengeluarkan
Pembahasan
pendapat, memiliki kebebasan merencana-
Partisipasi Warga Masyarakat pada Tahap kan sesuatu dan memiliki kebebasan untuk
Perencanaan memanfaatkan sumber daya lokal (Suminar,
Interpretasi pada Aspek “Konteks” Hanim, & Wahyu, 2016, p. 45).
Berbicara tentang demokrasi, maka
Kaitannya dengan analisis konteks, proses pemberdayaan yang menumbuhkan
maka pada aspek ini fokus interpretasi ber- sifat demokrasi sangat sesuai dengan
kaitan dengan keterilibatan warga masyara- perspektif pendidikan non-formal. Folley
kat non-keanggotaan, penentuan permasa- mengatakan bahwa pendidikan non-formal
lahan, analisis kebutuhan masyarakat, peran memelihara masyarakat dari sifat demokratis
warga masyarakat non-anggota dalam yang baik serta menumbuhkan individu yang
merencanakan suatu program serta pertim- bebas sehingga memungkinkan terwujudnya
bangan-pertimbangan yang harus diperhati- demokrasi yang sehat. (Suryono & Tohani,
kan oleh masyarakat dalam menentukan ide 2016, p. 20).
suatu program. Dalam pertemuan RT yang dilaksana-
Dalam menentukan program yang akan kan terdapat dialog antara anggota BKM dan
dilaksanakan ada beberapa langkah yang warga non-anggota. Terjadi penyampaian
harus diambil oleh anggota BKM Pangudi pendapat secara sadar dan sukarela tanpa
Mulya. Langkah nyata yang diambil oleh intervensi. Hal ini menandakan adanya rasa
anggota BKM Pangudi Mulya ialah dengan bebas/merdeka dalam diri masyarakat. Selain
membukan usulan dari warga masyarakat itu, hal ini bisa dikatakan bahwa masyarakat
melalui pertemuan RT. Kemudian hasil dari juga memiliki kepedulian dalam kesejahtera-
usulan tersebut, anggota BKM memferivikasi an sekitarnya.
usulan dengan datang langsung ke lokasi Selain melibatkan aspirasi masyarakat,
yang dimaksud. Hasil temuan yang diperoleh dalam menentukan suatu program pem-
di lapangan lalau disampaikan pada bangunan infrastruktur juga dapat dilakukan
pertemuan BKM. Pada pertemuan terebut berdasarkan usulan anggota BKM Pangudi
dikaji mana yang harus dijadikan prioritas. Mulya sendiri. Hal ini diperbolehkan karena
Indikator untuk menentukan prioritas ialah esensinya BKM ialah masyarakat itu sendiri
kemanfaatan lingkungan dan masyarakat. yang terbentuk dalam suatu paguyuban.
Dua metode tersebutlah yang diguna- Berbicara tentang paguyuban atau komu-
kan oleh BKM Pangudi Mulya untuk menen- nitas, hal ini telah disinggung oleh Hatu.
tukan kebutuhan bagi masyarakat Kelurahan Beliau mengatakan bahwa bentuk realisasi
Procot. Dimana data tersebut lalu dirumus- dari adanya kesadaran masyarakat untuk
kan dalam rancangan program pembangunan memperbaiki lingkungannya ialah dengan
infrastruktur. Dengan demikian program terbentuknya kelompok/ komunitas kecil.
yang disusun bukanlah program asal ataupun Kelompok ini bertugas sebagai pengumpul
spekulatif berdasarkan khyatalan anggota dan pelaksana aspirasi masyarakat (Owolabi-
BKM Pangudi Mulya saja, melainkan keadaan Merus, 2015, p. 76).
nyata.
Bisa dikatakan bahwa BKM Pangudi dan sosial. Hal ini secara tidak disadari telah
Mulya sudah melakukan perannya dengan dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya. Melalui
baik sebagai pengumpul dan pelaksana pelibatan masyarakat non-anggota secara
aspirasi masyarakat. Hal tersebut dapat tidak langsung telah memberikan pembel-
dilihat dari pergerakan anggota BKM Pangudi ajaran kepada mereka untuk menjadi lebih
Mulya untuk mengumpulkan pendapat/ baik (Suryono & Tohani, 2016, p. 24).
usulan dari masyarakat melalui pertemuan Sumber daya yang ada di masyarakat
RT. tidak melulu bersifat alam melainkan juga
Pada saat ide program pembangunan manusia. Menurut Sumodiningrat (1999) me-
infrastruktur telah ditentukan, maka terdapat ngatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang merupakan upaya untuk memandirikan
harus diperhatikan. Berdasarkan hasil pene- masyarakat melalui perwujudan potensi
litian yang telah dilakukan, poin yang sering kemampuan yang mereka miliki. Adapun
menjadi pertimbangan utama ialah kemam- pemberdayaan masyarakat senantiasa me-
puan ekonomi sang calon penerima manfaat. nyangkut dua kelompok yang saling terkait,
Selain itu, program yang diusung juga yaitu masyarakat sebagai pihak yang diber-
diutamakan bersifat individual. Hal ini dayakan dan pihak yang menaruh kepedulian
dilakukan agar dapat langsung dinikmati oleh sebagi pihak yang memberdayakan.
warga miskin. Dalam hal penentuan lokasi realisasi
Pada penentuan siapa yang akan terli- program, anggota BKM Pangudi Mulya me-
bat dalam pelaksanaan program tidaklah nitikberatkan pada kemanfaatan lingkungan.
sembarangan. BKM Pangudi Mulya mem- Artinya program tersebut harus berimplikasi
prioritaskan kepada warga masyarakat non- positif terhadap lingkungan sekitar. Selain itu
anggota yang melaksanakan nilai universal program yang dilaksanakan harus bersifat
dalam kesehariannya. Nilai universal yang darurat dan segera dilakukan penanganan.
dimaksud ialah seperti: jujur, memiliki ke- Dengan demikian lokasi yang kiranya masih
ahlian, mau bekerja kerjas, bersedia melaku- dapat bertahan akan ditangguhkan terlebih
kan tugas secara sukarela dan tanpa pamrih. dahulu.
Warga masyarakat yang memenuhi syarat Selain pertimbangan asumtif tersebut,
dan mendaftarkan diri lalu diseleksi di dalam BKM Pangdui Mulya juga memiliki pentunuk
rapat BKM. Hasil dari rapat anggota BKM teknis. Dalam petunjuk tersebut disebutkan
tersebut lalu disosialisasikan kepada masya- bebarapa hal yang tidak diperbolehkan untuk
rakat guna memeroleh persetujuan mufakat. dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya. Dengan
Berkaitan dengan melibatkan masyara- adanya pedoman tersebut maka anggota
kat non-anggota kedalam pelaksanaan BKM Pangudi Mulya semakin mudah dalam
program pembangunan infrastruktur, hal ini menentukan suatu program. Secara garis
sesuai dengan yang diutarakan Sutoro Eko besar poin-poin yang dilarang menjadi fokus
dalam (Andriany, 2015, p. 15). Beliau mengata- BKM ialah kegiatan yang akan merusak ling-
kan bahwa pemberdayaan sebagai proses kungan, merusak tatanan kehidupan berma-
pengembangan, memandirikan dan menswa- syarakat dan berbudaya, hal-hal yang bukan
dayakan warga masyarakat. Pelibatan masya- menjadi tanggung jawab masyarakat serta
rakat non-anggota bertujuan untuk mem- bukan kegiatan yang bertujuan untuk me-
bentuk sikap mandiri dikemudian hari. Pada ngumpulkan materi semata tanpa melakukan
saat anggota masyarakat sudah pernah pembangunan atau pembenahan agar
terlibat dalam pelaksanaan program pem- lingkungan menjadi lebih baik.
bangunan infrastruktur, maka diharapkan Hal ini sesuai dengan tujuan pembang-
masyarakat dapat memecahkan unan infrastruktur pada aspek lingkungan.
permasalahan yang serupa. Pembangunan infrastruktur harus mampu
Tatkala suatu sistem memanfaatkan memanfaatkan sumber daya yang ada secara
orang dewasa untuk ikut berperan dalam proporsional dan professional tanpa eksploi-
suatu aktivitas, maka hendaknya dimaksud- tasi yang berlebihan. Dengan demikian maka
kan untuk mengembangkan kualitas individu
kebermanfaatan sumber daya alam dapat pada pengembangan sumber daya manusia
dinikmati antar generasi. (Pangesti, 2012, p. 26).
Untuk pertanyaan penelitian pertama Dengan adanya pelibatan masyarakat
yang berlaku sebagai analisis konteks dapat dalam bentuk KSM, maka ketrampilan ma-
disimpulkan bahwa: Pertama, tujuan dari syarakat mengalami perkembangan terutama
program pembangunan infrastruktur yang dalam aspek orgranisasi. Masyarakat bisa
dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya ialah secara mandiri menentukan kebutuhan dan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyara- menyelesaikan permasalahan yang ada.
kat miskin. Peningkatan kesejahteraan Selain itu masyarakat juga mampu menyusun
tersebut dapat dilihat dari peningkatan pola skema, kebutuhan material bahkan pendana-
hidup sehat melalui ketersediaan fasilitas an secara otonom.
dasar seperti jamban. Selain itu juga kondisi Selain itu, pada tahap ini selaras dengan
rumah yang lebih baik karena program konsep partisipasi oleh Ife & Tesoriero
renovasi dan pengadaan aliran listrik dapat (2008). Ia mengatakan bahwa partisipasi me-
menjadi indicator perbaikan kualitas hidup rupakan aspek penting dalam pembangunan
masyarakat miskin. dan merupakan langkah penumbuh kesadar-
Kedua, dalam menentukan program an. Dengan demikian suatu program pem-
pembangunan dilakukan dengan dua cara, bangunan tidak akan mencapai realisasi jika
yaitu: pengamatan langsung oleh anggota tanpa adanya kesadara kontribusi dan kere-
BKM dan melibatkan aspirasi masyarakat laan dari masyarakatnya. Adanya kesadaran
melalui pertemuan RT maupun RW. Dengan yang dimiliki masyarakat Kelurahan Procot
demikian program yang disusun sesuai untuk melakukan pembenahan pada ling-
dengan realita dan kebutuhan masyarakat. kungannya menyebabkan program pem-
Ketiga, adanya pertimbangan-pertimbangan bangunan dapat dilaukan (Ife & Tesoriero,
tertentu dalam menentukan objek mana yang 2008).
harus didahulukan. Pertimbangan tersebut Pada tahapan penentuan dana, awalnya
meliputi: kemanfaatan lingkungan, keadaan anggota BKM melakukan pemetaan kebutuh-
ekonomi calon penerima dan urgensi objek. an. Hasil temuan di lapangan kemudian disu-
Keempat, penentuan siapa saja yang sun dalam rencana program. Setelah disusun
terlibat dalam perencanaan maupun pelak- kemudian diajukan kepada pemerintah pu-
sanaan dilakukan dengan sangat selektif. sat. Namun pada program lanjutan, besarnya
Syarat yang harus dipenuhi adalah: keter- dana sudah ditentukan oleh pemerintah
sediaan untuk bekerja keras dan tanpa pam- berikut alokasi bidangnya. Dengan demikian
rih, mengamalkan nilai universal dalam gerak BKM Pangudi Mulya hanya menyusun
kesehariannya dan memiliki ketrampilan rencanga anggaran belanja sesuai dana yang
sesuai program. Dengan demikian dapat ada. Dari sinilah pada akhirnya terdapat
diartikan bahwa dalam aspek “konteks”, seleksi atau penentuan prioritas bagi objek-
program pembangungan infrastruktur yang objek yang kiranya harus didahulukan
dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya sudah realisasinya.
sesuai dengan pedoman maupun kebutuhan Untuk pemenuhan sarana dan prasa-
rana yang melingkupi bahan material dan
Interpretasi pada Aspek “Masukan”
pembiayaan, semua ditentukan oleh KSM
Pada tahap perencanaan maupun yang berkordinasi dengan faskel bidang
pelaksanaan program, pelibatan masyarakat inrastruktur. Hasil dari kordinasi tersebut
non-anggota secara nyata dilihat dengan ada- adalah proposal kegiatan. Pada tahap ini,
nya pembentukkan KSM (Kelompok Swadaya anggota BKM Pangudi Mulya hanya berperan
Masyarakat). Tugas dari KSM ialah menyusun sebagai pendamping.
rencana dalam bentuk proposal berikut alo- Apa yang dilakukan oleh KSM sebagai
kasi dana, materi, pelaksna teknis dan seba- representasi masyarakat bersama dengan
gainya. Mubyanto mengatakan bahwa dalam faskel sesuai dengan konsep yang diutarakan
proses pemberdayaan, masyarakat diarahkan oleh Suharto (2005). Jika dikorelasikan de-
ngan konsep yang diutarakan oleh Edi
Suharto, apa yang dilakukan oleh KSM ter- dana CSR (Corporate Social Responsibility)
masuk dalam tahap kedua yaitu “Penguatan”. dari perusahaan-perusahaan sekitar.
Dalam konsep ini, Suharto (2005) mengata- Perlu diketahui bahwa Kecamatan
kan bahwa pemberdayaan harus mampu Slawi dimana Kelurahan Procot berada,
meningkatkan penguatan pada pemahaman banyak berdiri perusahan-perusahaan yang
lokal. Serta kemampuan praktis guna menye- memilki dana CSR. Perusahaan seperti bank
lesaikan masalah yang ada di lingkungannya (baik BUMN maupun swasta), showroom
(Razali, 2004, p, 66). motor dan mobil, perusahaan teh (ada lima
Tidak semua individu dapat meng- industri besar yang bergerak dibidang pro-
abstraksikan ide kedalam informasi tertulis duksi teh), perusahaan obat dan perusahaan
seperti proposal kegiatan. Melalui pelibatan maupun industri kecil lainnya.
masyarakat non-anggota yang dibimbing Kelurahan Procot yang berada di
oleh Faskel, secara tidak langsung telah tengah Kecamatan Slawi merupakan lokasi
terjadi pembelajaran terhadap masyarakat. yang strategis untuk memanfaatkan dana
Pembelajaran tersebut ialah bagaimana cara CSR tersebut. Namun sampai saat ini, sumber
menyampaikan ide dan menyusunnya secara dana tersebut belum juga dimanfaatkan
sistematis menjadi sebuah proposal. dengan baik. Adanya kesulitan menyusun
Sedangkan langkah yang diambil oleh laporan sponsor maupun ketidak tahuan
anggota BKM untuk memberikan pemaham- mekanisme pengajuan dana menjadi distorsi
an kepada masyarakat non-anggota tentang yang harus dihilangkan.
program yang diusung ialah melalui sosial- Padahal, menurut Suharto (2005),
isasi. Sosialisasi yang dilakukan pada saat ada gerakan pemberdayaan bertujuan untuk
pertemuan warga baik dalam ruang lingkup memperkuat kekuasaan pada masyarakat
RT maupun RW. Dalam pertemuan tersebut (Andriany, 2015, p. 15). Atau pada konsep
disampaikan berbagai rencana program dari tahapan pemberdayaan disebut sebagai
BKM Pangudi Mulya. Sekaligus juga menam- “Pemungkinan”. Pemungkinan/memperkuat
pung berbagai usulan, kritikan maupun kekuasaan tersebut dapat dilakukan melalui
keluhan dari warga masyarakat. rekayasa lingkungan masyarakat. Artinya
Apa yang dilakukan oleh anggota BKM adalah memanfaatkan segala potensi dan
Pangudi Mulya ini juga sesuai dengan konsep sumber daya yang ada demi kemanfaatan
tahapan pemberdayaan menurut Edi Suharto. lingkungan dan masyarakat. Jika BKM
Tahapan dimana terjadi pemahama terhadap Pangudi Mulya sebagi lembaga pemrekarsa
masyarakat disebut tahap “Penyokongan”. pemberdayaan di masyarakat, tetapi masih
Pada tahap ini bisa diartikan sebagai langkah bergantung kepada dana dari pemerintah,
memberikan pemahaman kepada masyarakat bisa dikatakan BKM Pangudi Mulya belum
mengenai peran yang harus dilakukan. Me- sepenuhnya menjadi pionir pemberdayaan
ngapa hal ini harus dilakukan, karena pada Seharusnya dana dari pemerintah baik
tiap masyarakat masing-masing individu pusat maupun daerah hanya dijadikan stimu-
memiliki status dan peran masing-masing. lan maupun modal awal bagi BKM Pangudi
Pada tahap “penyokongan”, masyarakat di- Mulya. Untuk selanjutnya anggota BKM men-
berikan penjelasan yang lebih detail tentang coba mencari dan memanfaatkan sumbe
peran yang harus dilakukan sesuai dengan dana lain yang ada. Atau mungkin bisa me-
status yang disandangnya. manfaatkan warga masyarakat yang dinilai
Meskipun partisipasi dari masyarakat kaya atau memiliki harga lebih. Orang-orang
sudah cukup baik. Namun dalam pemanfaat- seprti ini bisa diberdayakan menjadi donatur
an sumberdaya yang ada, BKM Pangudi aktif.
Mulya masih mengalami kelemahan. Adanya Namun dalam konteks pengadaan
fakta bahwa anggota BKM Pangudi Mulya program pembangunan infrasturktur, swa-
tidak mengetahui adanya sumber dana selain daya konsumsi maupun tenaga tidaklah
dari pemerintah pusat (APBN) dan daerah cukup. Perlu adanya masukan berupa dana
(APBD). Sumber dana yang dimaksud ialah maupun material yang dibutuhkan. Item
inilah yang sangat menunjang realisasi
keadaan menjadi lebih baik. Dan pada ke- pelaksna teknis (tukang) merasa risih dan
giatan tersebut dilakukan melalui partisipasi enggan untuk menikmati sajian yang
secara luas dari suatu masyarakat. Artinya ditawarkan.
bahwa program pembangunan sudah sepan- Langkah yang diambil oleh anggota
tasnya tidak hanya dilakukan oleh satu BKM yang pertama ialah rapat kordinasi
kelompok atau masyarakat, melainkan kerja antar anggota. Rapat tersebut dilakukan guna
sama dengan berbagai pihak yang memiliki mengetahui duduk permasalahan, ketika
kapasitas dan kapabilitas (Asnudin, 2012, sudah diketahui maka dintentukan solusinya.
p.295). Solusi yang ditawarkan biasanya adalah:
Keterlibatan pihak luar tidak dapat apakah perlu melibatkan anggota BKM untuk
dihindari. Hal ini sudah merupakan tabiat menyelesaikannya atau cukup KSM dan UPL?
manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Seba- Jika anggota BKM diperlukan bantuannya
gai makhluk sosial, manusia tidak mampu maka dengan kesepakatan salah satu anggota
memenuhi kebutuhannya secara mandiri BKM akan turun lapangan. Pada saat di
tanpa bantuan orang lain. Namun bantuan lapangan, anggota BKM akan menghubungi
dalam konteks ini ialah bekerjasama bukan tokoh masyarakat setempat seperti RT atau-
menggantungkan diri kepada satu pihak. pun sesepuh untuk ikut andil dalam
Menggantungkan diri pada satu pihak me- menyelesaikan masalah dengan pendekatan
nandakan ketidakberdayaan. Sedangkan da- persuasif.
lam konteks pembangungan, pemberdayaan Menjelaskan pada warga yang belum
sangatlah diperlukan. bisa memahami kedudukan program pem-
Dalam perspektif Talcott Parsons bangunan infrastruktur yang dilakukan oleh
dalam (Ritzer & Goodman, 2011, p. 121) BKM merupakan sikap yang harus dilakukan.
dikenal istilah “strukturalisme fungsionalis”. Karena salah satu sifat pembangunan menu-
Artinya di dalam masyarakat hakikatnya rut Kleinjans ialah proses perolehan pema-
terdiri dari berbagai unit yang saling haman oleh warga masyarakat. Jika masih
berhubungan dan memiliki fungsi masing- terdapat warga masyarakat yang belum
masing. Dengan demikian, suatu masyarkat memahami tentang kedudukannya dalam
tidak mampu menjalankan dinamikanya konteks program maupun kedudukan prog-
tanpa intervensi pihak lain. Dan teori ini ram itu sendiri, hal tersebut akan menjadi
“dipahami” dan dilaksanakan oleh BKM hambatan realisasi program.
Pangudi Mulya serta KSM. Semua warga masyarakat hendaknya
Meskipun dalam pelaksanaan komuni- memahami tujuan, maksud dan aturan yang
kasi dan kerjasama antar pihak dapat berkenaan dengan suatu program. Karena
dilakukan dengan baik, namun permasalahan menurut Kleinjans dengan adanya pemaham-
tetap tidak bisa dihindari. Berdasarkan an dari warga masyarakat maka akan muncul
penjelasan yang diberikan oleh narasumber, kesadaran dan kepedulian. Dengan demikian
diketahui bahwa permasalahan justru datang proses realisasi program pembangunan dapat
dari calon penerima manfaat dan pelaksana dilakukan dengan lancar.
teknis. Permasalahan yang datang dari calon Sedangkan langkah yang diambil oleh
penerima manfaat disebabkan oleh adanya anggota BKM Pangudi Mulya ketika terjadi
ketidak pahaman atas program yang diusung ketidak sesuaian antara realisasi progam dan
oleh BKM. rencana adalah melakukan rapat kordinasi.
Sedangkan permasalahn dari pihak Rapat kordinasi tersebut diikuti oleh anggota
pelaksana teknis, lebih bersifat individual. BKM dan pihak pelaksana teknis/tukang.
Seperti keengganan untuk menikmati sajian Dengan demikian bisa diketahui akar
yang diberikan oleh pemilik rumah maupun permasalahannya dan solusi yang tepat untuk
meminum minuman yang diberikan oleh menanganinya.
tuan rumah. Hal ini disebabkan oleh adanya Dengan adanya kontribusi dari masya-
persepsi bahwa calon penerima manfaat rakat diharapkan terbentuknya sikap mandiri
adalah orang miskin yang identik dengan dari masyarakat. Warga masyarakat harus
kumuh serta kotor. Dengan demikian para peka terhadap lingkugan, mampu memecah-
kan masalah yang ada dan mampu memenuhi kemungkinan ketidak-efektifan dari program
kebutuhannya secara mandiri tanpa bergan- dapat diminimalisir.
tung dengan pihak lain. Selain itu dengan Apa yang dilakukan oleh anggota BKM
adanya program pembangungan infrastruk- Pangudi Mulya sudah sesuai dengan yang
tur diharapkan adanya perubahan pola hidup dikatakan oleh Stark dan Thomas. Kedua
pada masyarakat miskin. Pola hidup yang pakar tersebut mengatakan bahwa data yang
dimaksud ialah pola hidup yang lebih sehat diperoleh melalui: memilih, mengumpulkan,
setelah adanya jamban, misalnya. menganalisis dan menyimpulkan segala
Dengan demikian keberadaan ling- infrormasi dapat digunakan sebagai dasar
kungan kumuh dapat dikurangi. Serta adanya penentuan kebijakan maupun perencanaan
pemerataan kepemilikan fasilitas pribadi kebijakan selanjutnya (Weiss, et.al., 2009, p.
yang bersifat dasar. Hal tersebut dilakukan 166).
karena tujuan umum dari adanya program Demi efektifitas hasil program, anggota
pembangunan infrastruktur ialah mengatasi BKM melakukan dua metode. Metode per-
permasalahan kemiskinan. tama ialah membangun dialog dengan warga
Simpulan dari pertanyaan penelitian masyarakat non-anggota. Dalam dialog terse-
dalam konteks “pelaksanaan” ini ialah: Per- but diperoleh usulan maupun ide program
tama, masing-masing pihak seperti anggota yang dapat dilakukan. Metode kedua ialah
BKM, KSM, pelaksana teknis dan warga non- berdasarkan pengamatan pribadi anggota
anggota melakukan peran sesuai dengan BKM sendiri. Dengan demikian ide program
statusnya. Kedua, kendala yang dihadapi berangkat dari unsure kebutuhan dan realita
pada saat pelaksanaan diselesaikan melalui dilapangan.
pendekatan persuasive dan melibatkan tokoh Sedangkan pada tahap perencanaan
masyarakat sebagai penguat argument. atau penyusunan progam maupun pelaksana-
Ketiga, ketika proses pelaksanaan tidak sesuai an program, anggota BKM melibatkan semua
dengan apa yang telah direncanakan maka lapisan masyarakat. Hal tersebut dilakukan
dilakukan rapat kordinasi. Rapat kordinasi ini agar proses pemberdayaan dapat berlangsung
melibatkan anggota BKM setempat (dimana secara merata. Dengan demikian harapan
lokasi realisasi program berada), KSM terkait untuk menjadi masyarakat yang mandiri dan
(selaku panitia pelaksna) dan pelaksana peka lingkungan dapat segera terlaksana.
teknis/tukang. Dari uraian tersebut dapat ditarik garis merah
Keempat, harapan BKM Pangudi Mulya bahwa hasil yang diperoleh dari program
setelah adanya realisasi program ialah per- yang telah terlaksana sudah sesuai dengan
ubahan sikap dari masyarakat. Sikap yang kebutuhan masyarakat.
dimaksud ialah sikap peka terhadap ling- Adanya perubahan pada pola kehidup-
kungan dan peduli terhadap sesame. Selain an keseharian warga sangatlah diharapkan.
itu juga dengan adanya program pembangun- Hal ini disebabkan karena program yang
an infrastruktur diharapkan ada perubahan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan. Seper-
pola hidup masyarakat. Pola hidup yang di ti pengadaan jamban, pada awalnya warga
maksud ialah pola hidup yang lebih sehat. membuang kotoran disungai. Dengan adanya
Dengan demikian permasalahan kemiskinan program pengadaan jamban, maka diharap-
dari segi infrastruktur kiranya dapat kan kebiasaan buruk tersebut dapat dihilang-
dikurangi keberadaanya kan. Kedua ialah renovasi rumah, pada
awalnya atap rumah sangat tidak layak untuk
Hasil Program Pembangunan Infrastruktur
dihuni. Namun dengan adanya program
Terkait dengan hasil yang telah dicapai renovasi, diharapkan rumah tersebut layak
berdasarkan keterangan narasumber sudah untuk dihuni.
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini Disisi lain, program pembangunan
disebabkan karena munculnya program dida- infrastruktur yang bersifat umum seperti
sarkan bada usulan warga masyarakat. Selain perbaikan saluran air, tentu memberikan
itu juga didasarkan pada pengamatan lang- dampak yang positif. Adanya perbaikan
sung oleh anggota BKM. Dengan demikian saluran air, berdampak pada teratasinya per-
masalahan banjir yang kerap datang tatkala orang lain dari daerah saya, peristiwa tersebut
hujan turun. Dan juga adanya program sudah dapat disebut sebagai pertukaran
pavingisasi, yang pada awalnya jalan berdebu informasi. Meskipun pertukaran tersebut
saat musim panas dan becek saat musim tidak langusng seperti barter. Dan proses
hujan kini tidak lagi. Disamping itu juga, pertukaran informasi yang saya jelaskan tadi
diharapkan adanya pavingisasi memudahkan dapat diperoleh salah satunya jika akses
warga dalam melakukan mobilitas ekonomi. keluar daerah hunian baik tidak terhalang.
Seperti lalu lintas pedagang kaki lima, lalu Dari uraian diatas dalam aspek “hasil”
lintas drop barang dagangan dari pasar, mau- dapat diketahui beberapa poin sebagai sim-
pun memudahkan warga dalam berinteraksi pulan. Pertama ialah semua program pem-
dan beraktivitas. bangunan infrastruktur yang telah dilakukan
Salah satu fungsi adanya program pem- sudah sesuai dengan kebutuhan warga
bangunan infrastruktur ialah untuk memu- masyarakat. Hal tersebut karena ide program
dahkan mobilisasi warga masyarakat berasal dari usulan dan fakta dilapangan. Baik
Soekiman, Pribadi, Soemardi, & usulan yang diperoleh dari pertemuan dalam
Wirahadikusumah (2011). Soekiman, et.al., ruang lingkup RT maupun RW.
(2011) mengatakan untuk pembangunan Kedua, adanya program pembangunan
dalam ruang lingkup infrastruktur, dilakukan infrastruktur baik yang bersifat individual
guna mendukung mobilisasi warga masyara- maupun umum diharapkan dapat memberi
kat untuk memeroleh informasi dan ber- dampak yang positif. Dalam konteks ini
interaksi dengan masyarakat luar (Wunas & diharapkan adanya perubahan pola hidup
Natalia, 2015, p. 170). warga miskin menjadi lebih sehat. Selain itu
Sebagai masyarakat perkotaan yang juga dengan adanya program pembangunan
sekarang hidup di era moderinisasi, perlu infrastruktur yang bersifat umum, diharap-
kiranya pertukaran informasi dari pihak luar. kan dapat meningkatkan interaksi serta
Salah satu poin penunjang terjadinya tukar bertukar informasi dengan daerah lain.
informasi ialah dengan perbaikan akses me- Ketiga, secara umum produk program
nuju dan keluar daerah. Melalui pembangun- pembangunan infrastruktur di Kelurahan
an infrastruktur, diharapkan terjadi proses Procot yang dilakukan oleh BKM Pangudi
pembangunan dari sektor lainya. Dalam Mulya terbagi menjadi dua macam. Pertama,
konteks ini ialah pembangunan kualitas indi- ialah program yang bersifat individual
vidu maupun masyarakat. Dengan demikian seperti: pemasangan jamban, instalasi listrik
pembangunan infrastruktur bersifat dan renovasi rumah. Kedua ialah program
resiprokal terhadap sektor lainnya. yang bersifat umum seperti: pavingisasi dan
Pertukaran informasi tidak harus ber- perbaikan saluran air.
ada pada pasar seperti yang disampaikan oleh
SIMPULAN
Sunyoto Usman. Menurutnya pertukaran
informasi diperoleh pada interaksi masyara- Dalam merencanakan suatu program
kat yang berada pada pusat keramaian seperti anggota BKM Pangudi Mulya selalu melibat-
pasar. Konsep ini disebut “Strategi Pusat kan partisipasi warga masyarakat non-
Pertumbuhan. Menurut hemat saya, pertu- anggota. Dengan demikian program yang
karan informasi tidak melulu harus terjadi di diusung berdasarkan pada kebutuhan dan
pusat keramaian seperti pasar. Proses kepentingan warga masyarakat, terutama
pertukaran informasi juga dapat diperoleh warga miskin. Partisipasi warga bisa ber-
dengan aktivitas mengamati antar warga bentuk gagasan maupun kebersediaannya
masyarakat dengan daerah lain (Sutiyono, menjadi panitia program/KSM.
2012, p. 23). Pelibatan warga masyarakat non-
Frase “pertukaran informasi” disini anggota ke dalam program juga berdasarkan
tidak harus adanya kontak langsung antara kriteria tertentu. Secara umum warga yang
dua pihak. Menurut saya adanya informasi ingin terlibat harus memiliki jiwa sosial,
yang dapat diambil dari daerah lain dan sukarela dan memiliki kompetensi yang
adanya informasi yang dapat diambil oleh cukup. Bentuk partisipasi masyarakat berupa
ide/gagasan program, konsumsi pada saat Weiss, D. J., Brennan, K., Thomas, R., Kirlik,
pelaksanaan, tenaga baik secara sukarela A., & Miller, S. M. (2009). Criteria for
maupun berperan sebagai tukang sukarela. performance evaluation. Judgment and
Selain itu BKM Pangudi Mulya juga Decision Making, 4(2), 164.
telah memanfaatkan dana yang telah Andriany, D. (2015, October). Pengembangan
dikucurkan oleh pemerintah baik pusat model pendekatan partisipatif dalam
maupun daerah secara efektif dan efisien. memberdayakan masyarakat miskin
Meskipun demikian, BKM Pangudi Mulya Kota Medan untuk memperbaiki taraf
belum mampu memanfaatkan sumber dana hidup. In Seminar Nasional Ekonomi
lain seperti dana CSR dari perusahaan Manajemen dan Akuntansi (SNEMA)
setempat maupun warga kelas menengah. (pp. 30-39).
Sisi lain, dana merupakan unsur penting Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Teori
dalam konteks program pembangungan sosiologi modern. Jakarta: Prenada
infrastruktur. Media
Pada saat pelaksanaan sebagian besar Suminar, H. A., Hanim, A., & Wahyu, F.
masyarakat bersedia berkontribusi dan ber- (2016). Pengaruh pembangunan
partisipasi aktif tanpa adanya paksaan adari infrastruktur terhadap pendapatan
anggota BKM. Terkait dengan permasalahan regional Kabupaten Jembe. Artikel
yang muncul dilapangan maka anggota BKM Ilmiah Mahasiswa.
Pangudi Mulya dapat mengatasinya dengan Pengesti, I. N. (2012). Implementasi program
baik melalui metode rapat kordinasi antar nasional pemberdayaan masyarakat
anggota dan pendekatan persuasive saat mandiri perdesaan (PNPM-MP) di Desa
berhadapan dengan masyarakat dilapangan. Sonowangi Kecamatan Ampelgading
Selain itu juga dengan melibatkan tokoh Kabupaten Malang. Thesis. Universitas
masyarakat setempat. Negeri Malang: Malang.
Secara umum program yang telah di- Razali, I. (2004). Strategi pemberdayaan
susun dapat dilaksanakan secara tepat waktu masyarakat pesisir dan laut. Jurnal
karena adanya partisipasi dari masyarakat Pemberdayaan Komunitas, 3 (2), 61-68.
non-anggota. Dikarenakan semua program Ife, J., & Tesoriero, F. (2008). Community
berasal dari aspirasi dan usulan warga masya- development: Alternatif pengembangan
rakat maka, program-program yang telah masyarakat di era globalisasi.
disusun sudah sesuai dengan kebutuhan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
warga masyarakat. Owolabi-Merus, O. (2015). Infrastructure
DAFTAR PUSTAKA development and economic growth
nexus in Nigeria. International Journal of
Asnuddin, A. (2012). Pembangunan Academic Research in Business and
infrastruktur perdesaan dengan Social Sciences, 5(1), 376.
pelibatan masyarakat setempat. Sutiyono, S. (2012). Pemberdayaan
Smartek, 7(4), 292-300. masyarakat desa dalam pelaksanaan
Stufflebeam, D. L. (1994). Empowerment program desa wisata di Daerah Istimewa
evaluation, objectivist evaluation, and Yogyakarta. Jurnal Kepatihan
evaluation standards: Where the future Wunas, S., & Natalia, V. V. (2015).
of evaluation should not go and where it Pembangunan Infrastruktur
needs to go. Evaluation Practice, 15(3), Transportasi di Kota Makassar. Jurnal
321-338. https://doi.org/10.1016/0886- Transportasi, 15(3), 169-178
1633(94)90027-2 Suharto, E. (2005). Analisis kebijakan publik:
Stufflebeam, D. L., & Shinkfield, A. J. (2012). panduan praktis mengkaji masalah dan
Systematic evaluation: A self- kebijakan sosial. Bandung: Alfabeta.
instructional guide to theory and practice Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan
(Vol. 8). Springer Science & Business masyarakat dan jaring pengaman sosial.
Media. Gramedia Pustaka Utama.
Soekiman, A., Pribadi, K. S., Soemardi, B. W., pusat kegiatan belajar masyarakat Ngudi
& Wirahadikusumah, R. D. (2011). Kapinteran. JPPM (Jurnal Pendidikan dan
Factors relating to labor productivity Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 97-108.
affecting the project schedule doi:https://doi.org/10.21831/jppm.v3i1.811
performance in Indonesia. Procedia 1
Engineering, 14, 865-873. Suryono, Y., & Tohani, E. (2016). Inovasi
Hermawan, Y., & Suryono, Y. (2016). pendidikan nonformal. Yogyakarta:
Partisipasi masyarakat dalam Graha Cendekia.
penyelenggaraan program-program
Abstrak
I. Pendahuluan
Ada tiga model pembangunan yang pernah dilewati oleh bangsa kita
ini dalam usahanya untuk mensejahterakan rakyat 1 . Pertama, Model
pembangunan nasional yang berorientasi pada pertumbuhan. Model ini
memandang tujuan pembangunan nasional sebagai pertumbuhan ekonomi
dalam arti sempit, yaitu menyangkut kapasitas ekonomi nasional yang
semula dalam jangka waktu panjang dan lama berada dalam kondisi statis,
1
Lihat Moeljarto, Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, P. 32. Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan, Yogyakarta: Gava Media, 2004, P. 43. Aziz Muslim, Konsep Dasar dan Pendekatan
Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta: jurnal PMI. Vol. I No. I, 2003, P. 36. Totok Daryanto,
Menuju Pembangunan Yang Berpusat PadaManusia, Pengantar Buku Pengembangan Masyarakat:
Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan, him. XXV. Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan
Masyarakat, Bandung: Humaniora utama, 2004, P. 89.
2
Moeljarto, Politik Pembangunan P. 33.
* Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat: Dari Pembangunan Sampai
Pemberdaymn, Yogyakarta: Aditya Media, 2003, P. 20.
4
Moeljarto, Politik Pembangunan P. 49.
5
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: Sebuah
Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan, Terjemahan Matheos Nalle, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003, P. 64.
6
Eugen C. Erickson, Consequences Left Leadership and Participation dalam Whiting R.
Larry {ed), Communitis Left Behind, Alternative for Development North Central Regional
Center Rural Development, The Lowa State University Press, 1974, P. 77.
94 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
merupakan manifestasi tanggungjawab sosial dari individu terhadap
komunitasnya sendiri maupun dengan komunitas luar.
Selain itu, satu hal yang juga penting dalam konsep partisipasi menurut
Suparjan7 adalah bahwa partisipasi tidak hanya sekedar dipandang dari
sisi fisikal semata. Selama ini menurutnya ada kesan bahwa seseorang
dikatakan sudah berpartisipasi apabila dia sudah terlibat secara fisik seperti
ikut kerjabakti, ikut membantu material, ikut menghadiri pengajian. Padahal
esensi yang terkandung dalam partisipasi sebenarnya tidak sesempit itu.
Pemikiran atau sumbang saran dari masyarakat sebenarnya dapat
dikatakan sebagai wujud dari partisipasi.
7
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat P. 59.
s
Moeljarto, Polilik Pembangunan P. 48.
96 Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
tersebut. Berbagai usaha untuk mencapai proyek-proyek swadaya me-
nunjukkan bahwa bantuan masyarakat setempat sangat sulit diharapkan
jika mereka tidak dilibatkan.
Kelima, Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia. Pembangunan
yang memperluas keterlibatan masyarakat menyadari tentang betapa
pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal yang ditempuh melalui kesanggupan melakukan control
internal atas sumber daya materi dan non materi yang penting melalui
redisrribusi modal atau kepemilikan.
Keenam, Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak
demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.
Dalam konteks ini, masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.
Hal ini selaras dengan konsep people centered development yaitu jenis
pembangunan yang lebih diarahkan pada perbaikan nasib manusia dan
tidak sebagai alat pembangunan iru sendiri.
Ketujuh, Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun
kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna
memenuhi khas daerah. Sistem sosial budaya yang beraneka ragam harus
dipahami dan disadari sebagai sumber daya atau modal sosial yang telah
tersedia di masyarakat, walaupun di beberapa daerah sistem sosial budaya
tersebut telah mengalami pergeseran dan mulai memudar, namun jika hal
ini dimobilisasi kembali dengan cara-cara yang tepat dan sesuai dengan
karateristik sosial budaya setempat, secara bertahap akan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pembangunan nasional. Oleh karena iru
partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan
persoalan sosial budaya yang menjadi ciri khas setiap daerah ini.
Sejalan dengan pendapat Moeljarto di atas, Conyers9 menyebut tiga
alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting. Pertama,
Partisipasi merupakan alat untuk memperoleh informasi mengenai situasi
dan kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
keterlibatannya program atau proyek pembangunan akan gagal. Kedua,
Masyarakat akan mempercayai program atau proyek pembangunan jika
mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka mengetahui seluk beluk proyek tersebut. Ketiga, Partsipasi
9
Diana Conyers, Percnainaan Sosial di Dunia Ketiga, Yogyakarta: UGM Press, 1994, P. 154.
10
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat P. 54.
11
Moeljarto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002,
P. 224.
98 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
menyangkut sistem alokasi sumber nasional. Satuan pengambil keputusan
dalam pengelolaan sumber daya lokal ini adalah sosok struktur yang
pluralistik yang mencakup individu, keluarga, birokrasi lokal, pengusaha
kecil setempat dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Kesemuanya
berpartisipasi di dalam memobilisasi sumber pembangunan lokal yang
manifestasinya dapat bervariasi.
Ketiga, Proses belajar sosial. Yang dimaksud proses belajar sosial adalah
proses interaksi sosial antara anggota-anggota masyarakat dengan lembaga-
lembaga yang ada yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
mereka melalui kegiatan-kegiatan pemecahan masalah yang sering dilaku-
kan melalui trial and error. Peningkatan kemampuan ini tidak diperoleh
melalui pendidikan formal, akan tetapi melalui partisipasi dan interaksi di
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan rencana.
Keempat, Manajemen strategi. Manajemen ini bertujuan untuk
mengembangkan organisasi yang mampu beradaptasi dengan lingkungan-
nya dan mampu menanggapi lingkungannya. Manajemen strategi ini tidak
bertujuan untuk menguasai dan memprogram perilaku manusia, akan tetapi
bertujuan untuk mengembangkan prakarsa kreatif mereka untuk dapat
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pendek kata, manajemen
strategi ini bertujuan untuk pemberdayaan anggota masyarakat dan
anggota organisasi agar mereka mampu mengaktualisasikan potensinya.
100 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
anggota. Oleh karena itu, komunikasi yang ada harus bersifat
kekeluargaan.
4. Optimalisasi pertukaran, mengaitkan biaya pemahaman dengan
informasi yang benar-benar bermanfaat dengan pertukaran antara
kuantitas, kegayutan, keakuran serta ketepatan waktu.
5. Membuat jaringan titik-titik pengukuran, dapat diartikan sebagai
penggunaan waktu kisaran yang terdiri dari metode, diskusi, jenis
informasi untuk pengecekan silang.
6. Mencari keanekaragaman, mencari hal yang berbeda-beda daripada
rata-rata. Dalam hal ini, metode triangulasi dipergunakan untuk mem-
peroleh informasi yang kedalamannya dapat diandalkan.
7. Pemberian fasilitas, artinya memberikan fasilitas penyelidikan, analisis,
penyajian dan pemahaman oleh masyarakat itu sendiri, sehingga
mereka dapat menyajikan dan memiliki hasilnya serta juga mem-
pelajarinya.
8. Kesadaran dan tanggung jawab diri yang kritis, fasilitator secara terus
menerus menguji tingkah laku mereka dan mencoba melakukannya
secara lebih baik. Kesalahan harus dipahami sebagai suatu kesempatan
untuk belajar melakukan yang lebih baik.
9. Saling berbagi informasi dan gagasan antar sesama masyarakat desa,
antar masyarakat desa dengan fasilitator, dan antar fasilitator yang
berbeda, serta saling berbagi wilayah kegiatan, pelatihan dan
pengalaman antar organisasi yang berbeda12.
Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan melalui metode
PRA, pada dasarnya harus dimulai dari bawah yaitu melalui forum-forum
warga baik yang berbasis pada komunitas atau kelembagaan seperti
kelompok pengajian, kelompok yasinan, kelompok tahlilan, kelompok
petani, kelompok arisan dan lain sebagainya maupun yang berbasis pada
administratif seperti forum dasa wisma, RT, RW, LKKMD, rembug desa dan
sebagainya. Mereka diajak untuk membicarakan berbagai persoalan yang
terkait dengan kehidupan kesehariannya. Institusi-institusi semacam itu,
sebenarnya dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran perilaku
demokrasi yang efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih mengefektifkan
fungsi forum-forum tersebut tidak sekedar sebagai sarana untuk melakukan
penyuluhan dan sosialisasi kebijakan pemerintah, tetapi harus dimanf aatkan
u
Robert Chambers, Participatory Rural Appraisal (Memahami Desa Secara Partisipatif),
Terjemahan Y. Sukoco, Yogyakarta: Kanisius, 1996, P.34.
V. Kesimpulan
Proses pembangunan yang partisipatif mutlak memerlukan landasan
epistimologi dan kerangka teori yang memberikan pengakuan terhadap
kapabilitas kelompok lapis bawah sebagai aktor atau pelaku yang memiliki
kemampuan dan kemandirian. Sebuah kebijakan yang berbasis pada
masyarakat akan lebih memberikan jaminan dalam rangka mewujudkan
keadilan yang berkelanjutan. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah akan lebih sustainable dan tahan lama, karena memperoleh
dukungan dari semua elemen masyarakat. Dalam konteks ini, maka
kebijakan yang berbasis pada masyarakat akan menyebabkan masyarakat
memiliki rasa handarbeni (sense of belonging) terhadap keputusan-keputusan
yang telah dibuat. Dengan melibatkan masyarakat dalam keseluruhan
proses pengambilan kebijakan berarti ketrampilan analitis dan perencanaan
akan menjadi teralihkan kepada mereka.
Daftar Pustaka
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan,
Yogyakarta: Gava Media, 2004.
Aziz Muslim, Konsep Dasar dan Pendekatan Pengembangan Masyarakat,
Yogyakarta: Jurnal PMI. Vol. I No. I, 2003.
102 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan,
Terjemahan Matheos Nalle, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2003.
Diana Conyers, Perenamnan Sosial di Dunia Ketiga, Yogyakarta: UGM Press,
1994.
Eugen C. Erickson, Consequences Left Leadership and Participation dalam
Whiting R. Larry (ed), Corrimunitis Left Behind, Alternative for
Development North Central Regional Center Rural
Development, The Lowa State University Press, 1974.
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora
utama, 2004.
Moeljarto Tjokrowinoto, Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah
dan Strategi, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995.
Moeljarto Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Robert Chambers, Participatory Rural Appraisal ( Memahami Desa Secara
Partisipatifj, Terjemahan Y. Sukoco, Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat: Dari
Pembangunan Sampai Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media,
2003.
* Aziz Muslim, M.Pd. Dosen Jurusan PMl, Fakultas Dakwah L//N Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Penggiat Pemberdayaan Masyarakat melalui lembaga
Jurusan maupun LPM.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Oleh : Munawar Noor *
Abstrak
87
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
88
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
89
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
90
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
91
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
92
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
93
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
94
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
95
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
96
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
97
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
98
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011
DAFTAR PUSTAKA
99
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
Andi Haris
Dosen pada Jurusan Sosiologi Universitas Hasanuddin Makassar
aharis@yahoo.com
ABSTRAK
Tulisan ini merupakan hasil penelitian pustaka yang di kombinasikan dengan pengamatan
dilapangan yang mengkaji tentang proses kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana di
ketahui jika pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu issu sentral yang ramai di wacanakan
dari berbagai kalangan yang tentu saja tujuan utamanya untuk pembangunan masyarakat. Pasalnya,
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ini maka kelompok yang menjadi sasaran penerima
manfaat dapat di tingkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya dengan cara memberi mereka
penyuluhan, pelatihan dan bentuk kegiatan lainnya yang semuanya itu di maksudkan untuk
melepaskan mereka dari ketidakberdayaan, keterasingan dan keterbelakangan. Selain itu, lewat
kegiatan pemberdayaan masyarakat maka para klien di harapkan bisa bekerja secara mandiri agar
supaya kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi.
Kata kunci: Pemberdayaan, Keterbelakangan, Inovasi.
ABSTRACT
This article was based on library research that combined with field observation that analysed
about the process of social empowerment. As we know that social empowerment is the central
issue which discussed by many people because the main goal of this topic is to achieve the
target of community development. How ever, through social empowerment so that we can
increase the welfare of the client by giving guidance and other activities and then they can
be released from power lessness, social isolation and under development. Be saides that
after participating in the social empowerment so the clients can work by themselves and
thus they will fullfill their basic needs .
Key Words : Basic Needs, Underdevelopment, Innovation
50
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
kebutuhan primernya dengan cara bekerja secara mereka yang berada di lapisan sosial bawah dapat
mandiri dan tanpa harus selalu menggantungkan diberdayakan segala potensi dan kemampuan yang
harapan hidupnya dari bantuan orang lain. mereka miliki agar supaya nantinya mereka
mampu memenuhi berbagai kebutuhannya.
Memang benar kalau proses kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini menghadapi C. Pengertian
tantangan yang cukup berat terutama yang
bersentuhan dengan masalah dana yang di Masalah pemberdayaan masyarakat
perlukan serta tenaga fasilitator yang profesional merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu
di bidangnya. Dalam hal ini, kaum penyuluh yang dilakukan dalam upaya untuk memberdayakan
dinilai tepat dan mampu memainkan perannya teruatama pada kelompok yang dinilai lemah dan
dalam memberikan serta menyampaikan gagasan, rentang terhadap kemiskinan sehingga mereka
konsep dan unsur inovasi lainnya pada klien tentu memiliki kemampuan dan kekuatan serta dapat
tidak hanya sebatas pada kemampuannya dalam melepaskan diri mereka dari berbagai
membina kerja sama yang baik dengan kelompok keterpurukan, ketertinggalan dan keter-belakangan
penerima manfaat tetapi juga mereka ini dan dengan demikian keinginan mereka untuk
sebaiknya bisa membaca situasi dan kondisi sosial menjadi suatu kelompok yang maju, mandiri dan
ekonomi yang mencakup nilai budaya klien. Ini terpenuhi segala kebutuhannya bisa tercapai.
penting, mengingat dalam berbagai kasus yang Hanya saja istilah pemberdayaan ini seringkali
terjadi di sejumlah tempat menunjukkan bahwa tumpang tindih dengan istilah pembangunan
rupanya salah satu faktor penyebab kegagalan meski keduanya sesungguhnya memiliki kaitan
tenaga fasilitator dalam proses difusi inovasi.Pada erat satu sama lain namun bagaimana pun juga
kelompok penerima manfaat adalah bersumber konsep pemberdayaan boleh dikata merupakan
dari ketidakmampuan mereka untuk mengelola terjemahan dari kata “Empowerment” sedangkan
sedemikian rupa nilai budaya lokal yang pada kata pembangunan merupakan istilah yang
akhirnya berdampak pada munculnya reaksi diterjemahkan dari kata “Development”.
penolakan kelompok sasaran kegiatan
pemberdayaan. Meskipun begitu kedua konsep diatas tidak
perlu dipertentangkan satu sama lain sebab kedua
B. Pemanfaatan Media Sebagai Sumber konsep ini senantiasa di- orientasikan pada suatu
Informasi kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
perubahan ke arah yang lebih baik dalam semua
Seiring dengan perkembangan ilmu bidang kehidupan masyarakat Rappaport (1984)
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi misalnya mengartikan pemberdayaan sebagai
komunikasi informasi yang mana hal ini suatu proses yang mana individu, organisasi dan
berdampak pada semakin mudahnya manusia masyarakat mampu memenuhi kebutuhan
mendapatkan berbagai sumber informasi yang hidupnya. Sementara itu Osmani (2000)
berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, mendefenisikan pemberdayaan sebagai suatu
budaya dan hukum termasuk di dalamnya semua kondisi dimana orang yang tidak berdaya
informasi yang berkaitan tentang pendekatan menciptakan suatu situasi sedemikian rupa
pemberdayaan masyarakat .Adapun sumber sehingga mereka mampu menyampaikan
informasi yang bisa dimanfaatkan untuk keinginannya dan sekaligus mereka merasa
mendapatkan data yang terkait dengan pendekatan dilibatkan di dalam kegiatan yang berkaitan
pemberdayaan masyarakat ini yaitu dapat dengan pemerintahan.Adapun menurut World
diperoleh melalui media cetak baik itu dalam bank (2001) lebih mengartikan kegiatan
bentuk buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar pemberdayaan sebagai usaha untuk memberi
maupun dokumen yang ditulis dalam arsip penting kesempatan serta kemampuan pada kelompok
yang membahas tentang pendekatan masyarakat yang dalam hal ini keluarga miskin
pemberdayaan masyarakat. Maupun melalui untuk mampu dan berani bersuara dalam
media elektronik terutama internet yang mana menyampaikan gagasan dan pendapat mereka
melalui pemanfaatan media tersebut akan serta memiliki keberanian untuk memilih suatu
diperoleh beragam informasi yang membahas baik itu dalam bentuk metode,produk,tindakan
tentang arti, prinsip dan pendekatan maupun konsep yang dipandang terbaik tidak
pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar hanya pada keluarga dan pribadinya tapi juga bagi
kelompok tertentu masyarakat khususnya bagi masyarakatnya.
51
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
Akan tetapi terlepas dari semua itu tujuan berbelit-belit, menguras banyak dana, pelayanan
suatu pemberdayaan masyarakat pada dasarnya; publik yang tidak profesional tapi juga kerap kali
birokrasi yang sepatutnya memainkan peran
1. Dimaksudkan agar supaya individu, utamanya sebagai organisasi pelayanan publik
kelompok dan masyarakat memiliki justru malah hanya lebih mengutamakan pada
kekuasaan atas kehidupannya pelayanan kepentingan keompok tertentu
khususnya bagi mereka yang memiliki kekuasaan
2. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam masyarakat.
diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia sehingga mereka mampu Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika
keluar dari perangkap kemiskinan,ketidak upaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
berdayaan dan segala bentuk keter- pemberdayaan ini secara optimal pastilah
belakangan. Dengan demikian kelompok memerlukan proses yang cukup lama selain harus
yang tidak berdaya ini bisa mandiri dan tidak didukung pula oleh sejumlah faktor lain yang
senantiasa tergantung pada individu serat didalamnya mencakup dana yang cukup, tenaga
kelompok lain dalam memenuhi kebutuhan fasilitator / pendamping / agen pembaharu yang
dasarnya. profesional dan terampil dalam bidangnya,
motivasi yang kuat dari kalangan kelompok yang
3. Melalui kegiatan pada masyarakat dapat tidak berdaya, adanya kerja sama yang sinergis,
diciptakan suatu perubahan kearah yang lebih solid dan baik diantara semua elemen masyarakat
baik dalam semua aspek kehidupan terutama yang memberi kontribusi bagi lancarnya
masyarakat sehingga dapat ditingkatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat serta
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. ditunjang pula oleh sarana yang memadai dalam
4. Guna mencapai tujuan kegiatan mendukung semua aktivitas yang dilakukan dalam
pemberdayaan masyarakat maka ada proses pemberdayaan masyarakat.
beberapa hal yang harus dilakukan Disamping itu, patut pula dipahami kalau
diantaranya perlunya ditumbuhkan etos kerja kegiatan pemberdayaan masyarakat ini juga
yang kuat, bersikap hemat, efisien, efektif, memiliki keterkaitan erat dengan masalah
akuntabel serta mengapresiasi prinsip pembangunan masyarakat (Community
keterbukaan. Pasalnya, perilaku dan budaya evelopment). Bahkan sering-kali kedua istilah ini
seperti ini memiliki peran yang sangat digunakan secara tumpang tindih antara satu
penting yang dapat mendorong serta dengan yang lain apabila seseorang berbicara
mempercepat proses perubahan dalam tentang pembangunan masyarakat. Walaupun
masyarakat sehingga terbangun suatu demikian ada pendapat seperti yang dikemukakan
komunitas yang kuat,maju dan mandiri dalam oleh Giarci (2001) yang menganggap kalau
pencapaian tujuan pembangunan masyarakat. pembangunan masyarakat dipandangnya sebagai
Sekalipun demikian, upaya untuk mencapai sesuatu yang memiliki pusat perhatian pada upaya
sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat ini untuk membantu masyarakat di berbagai lapisan
rupanya tidaklah semudah sebagaimana yang agar supaya mereka dapat tumbuh dan
diperkirakan oleh kebanyakan orang berkembang dengan memanfaatkan segala sarana
buktinya,fakta dilapangan menunjukkan apabila dan fasilitas yang ada baik itu dalam bertindak,
ternyata muncul pula berbagai bentuk hambatan merencanakan, mengelolah serta mengembangkan
yang dampaknya berakibat pada lambatnya lingkungan fisiknya sehingga kesejahteraan
pencapaian sasaran kegiatan pemberdayaan sosialnya dapat tercapai.Oleh sebab itu, dapat
masyarakat. Kita sebut saja umpamanya maraknya dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat hanya
kasus kejahatan tindak pidana korupsi terhadap dapat dilakukan kalau didukung oleh sumber daya
anggaran yang telah disediakan sedemikian rupa manusia yang cakap, terampil, inovatif, kreatif
untuk kegaiatan pemberdayaan masyarakat.Belum memiliki etos kerja yang tinggi, bersikap terbuka
lagi munculnya ketidak-setaraan serta perlakuan terhadap perubahan dan pembaharuan serta
yang terkesan diskriminatif diantara semua mandiri dalam merespon setiap masalah yang ada
komponen masyarakat, sulitnya memperoleh rasa yang mana perilaku seperti ini sangat mendorong
keadilan terutama bagi orang pingiran, kinerja terjadinya perubahan masyarakat kearah yang
birokrasi yang tidak hanya dinilai tidak efektif, lebih maju, berkembang dan modern. Apalagi
dalam proses pembangunan masyarakat amat
52
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
diperlukan adanya partisipasi aktif dan kerja sama 4 Minat dan kebutuhan. Dalam hal ini
yang baik diantara seluruh elemen masyarakat pemberdayaan masyarakat harus lah di
sehingga keinginan untuk mewujudkan suatu dasarkan pada sesuatu yang memang menjadi
masyarakat yang sejahtera dalam semua aspek prioritas utama dan terkait dengan minat dan
kehidupan manusia dapat terealisasi. kebutuhan masyarakat sehingga hasil yang di
peroleh lebih efisien dan efektif.
D. Prinsip Pemberdayaan
5. Kelompok masyarakat bawah. Untuk lebih
Salah satu aspek yang penting di bahas mengoptimalkan pelaksanaan program yang
dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu di buat sebelumnya maka sasaran kegiatan
masalah prinsip pemberdayaan yang terkait pemberdayaan masyarakat sebaiknya lebih
dengan persoalan kebijakan yang dapat di diarahkan pada mereka yang termasuk dalam
gunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kategori orang pinggiran dalam arti berada
pemberdayaan secara utuh, komprehensif dan pada tingkat akar rumput masyarakat.
menyeluruh sehingga sasaran yang ingin di capai
terutama dalam memberdayakan kelompok yang 6. Keragaman budaya. Kegiatan pember-
di nilai sangat rentan terhadap masalah dayaan masyarakat seyogyanya di sesuaikan
kemiskinan dapat terealisasi. Apalagi, dalam dengan keragaman budaya lokal yang ada
menghadapi tantangan yang semakin kompleks dengan alasan apabila kegiatan itu di lakukan
serta beragam bentuknya maka pemilihan dengan menggunakan prinsip pada
kebijakan yang di anggap tepat, efektif dan akan keseragaman budaya makan di khawatirkan
menghasilkan sesuatu yang optimal dapat hal ini akan menimbulkan berbagai persoalan
terwujud. Menurut Dahana dan Bhatnagar (1980) dan hambatan di lapangan.
bahwa ada beberapa prinsip yanng perlu di
perhatikan dalam proses pemberdayaan di 7. Terarah dan spesialis. Untuk konteks ni
antaranya : tenaga fasilitator/ penyuluh/agen pembaharu
yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan
1. Kerja sama dan partisipasi . Dalam hal ini masyarakat harus terdiri orang yang memiliki
kegiatan pemberdayaan hanya dapat berhasil keahlian serta keterampilan dalam hal
di laksanakan apabila terdapat kerja sama tertentu terutama pada kegiatan yang
yang sifatnya solid diantara berbagai elemen membutuhkan tenaga spesialis untuk kegiatan
masyarakat untuk ikut berpatisipasi secara yang merupakan bagian dari agenda
aktif dalam merealisasikan program yang pemberdayaan masyarakat.
sudah di rancang sebelumnya
8. Belajar sambil bekerja. Maksudnya kegiatan
2. Menggunakan metode yang tepat. pemberdayaan masyarakat tidak sekedar
Maksudnya metode yang di gunakan tidak dilakukan dalam bentuk menyampaikan
sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi sosial konsep dan gagasan yang bersifat teoritis
ekonomi masyarakat yang menjadi kelompok akan tetapi yang jauh lebih penting yaitu
sasaran kegiatan pemberdayaan sehingga mengikutsertakan secara aktif kelompok
metode tersebut tidak hanya bersifat efisien sasaran untuk mencoba melakukan kegiatan
dan efektif tetapi juga dapat berdaya guna sendiri sesuai dengan apa yang diarahkan
serta berhasil guna oleh tenaga fasilitator sehingga dengan
demikian masyarakat dapat bekerja sambil
3. Demokratis. Maksudnya dalam melaksa- belajar menggunakan konsep yang mereka
nakan kegiatan pemberdayaan maka peroleh dari para penyuluh.
sebaiknya proses yang berlangsung
hendaknya bersifat demokratis dalam arti 9. Perubahan budaya. Dalam hal ini kegiatan
memberi kesempatan secara longgar dan pemberdayaan masyarakat haruslah di
leluasa pada masyarakat untuk memilih lakukan sesuai dengan nilai budaya lokal
metode mana yang sepantasnya di gunakan kelompok sasaran. Dengan demikian dapat di
termasuk dalamnya proses pengambilan hindari timbulnya kejutan budaya di kalangan
keputusan yang di buat masyarakat sendiri. kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
dan oleh sebab itu para penyuluh sangat di
tuntut untuk bertindak secara hati-hati dan
53
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
Keempat, kompetensi diperoleh atau di pertajam 1. Memperkenalkan berbagai konsep dan unsur
melalui pengalaman hidup, khususnya inovasi yang lain baik itu berupa gagasan,
pengalaman yang memberikan perasaan mampu perilaku maupun dalam bentuk hasil karya
pada masyarakat manusia yang sifatnya baru pada kelompok
sasaran kegiatan.
Kelima, solusi-solusi yang berasal dari situasi
khusus, harus beragam dan menghargai 2. Memberikan keterampilan dan membantu
keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan
berada pada situasi masalah tersebut. secara mandiri yang disesuaikan dengan
kondisi sosial ekonomi mereka
54
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
3. Meningkatkan tingkat pendidikan dan dalam betuk kelompok dan tidak di lakukan secara
pemahaman masyarakat terhadap suatu individual. Pertimbangannya lewat pendekatan
informasi yang mana di harapkan dengan kelompok maka kegiatan yang di laksanakan
semakin membaiknya pemahaman kelompok dapat berlangsung lebih efisien, efektif serta
sasaran terhadap inovasi tersebut akan memberi hasil yang optimal di bandingkan dengan
berdampak pada munculnya sikap serta kegiatan yang di lakukan secara perorangan.
perilaku mereka untuk bisa bekerja lebih Apalagi, tujuan utama kegiatan ini jelas lebih di
kreatif dan inovatif. orientasikan pada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan dan bukan hanya sebatas pada satu
4. Kalau pun sekiranya ada bantuan dalam rumah tangga. Ketiga, melibatkan masyarakat
bentuk modal untuk berusaha maka semua itu secara aktif terutama kelompok yang menjadi
di maksudkan untuk lebih mendorong sasaran kegiatan pemberdayaan. Ini sangat penting
kreativitas kelompok sasaran agar mereka mengingat partisipasi aktif masyarakat akan
bisa bekerja mandiri dan tidak senantiasa memberikan manfaat secara langsung selain
mengharapkan bantuan orang lain mereka dapat bekerja sambil belajar untuk
mempraktekkan berbagai konsep dan program
5. Karena proses pemberdayaan masyarakat ini yang di sampaikan oleh para fasiitator. Keempat,
pada prinsipnya untuk membangun motivasi sasarannya harus jelas dan terarah. Artinya semua
dengan memanfaatkan semua potensi yang di agenda kegiatan yang tawarkan pada kelompok
miliki oleh masyrakat maka mau tak mau sasaran memiliki tujuan yang jelas termasuk di
kegiatan yang di lakukan senantiasa dalamnya manfaat yang dapat di peroleh dari
mendapat bimbingan serta pengawasan dari kegiatan itu khususnya yang bersentuhan langsung
tenaga fasilitator agar supaya apa yang dengan masalah pemenuhan kebutuhan manusia.
menjadi sasaran utama kegiatan tersebut Kelima, kegiatan pemberdayaan masyarakat harus
dapat tercapai memiliki dana yang cukup. Sebagaimana di
F. Pendekatan ketahui bahwa program yang dirancang
sedemikian rupa dan sebaik apapun bentuknya
Salah satu faktor yang dapat mendukung tentu terasa sulit untuk di implementasikan apabila
tercapainya sasaran kegiatan pemberdayaan tanpa di dukung oleh dana yang memadai. Di
masyarakat sangat di pengaruhi oleh jenis samping itu, masalah pengadaan infratruktur
pendekatan yang di gunakan dalam melakukan termasuk alat peraga yang di perlukan bukan serta
kegiatan tersebut. Dalam hal ini pendekatan yang melibatkan sejumlah tenaga professional hanya
di maksud terkait dengan cara yang di gunakan dapat di lakukan jika di tunjang oleh sektor
agar supaya masyarakat yang menjadi kelompok finansial yang cukup. Keenam, masalah faktor
sasaran kegiatan pemberdayaan bersikap terbuka budaya yang dimiliki kelompok sasaran harus
dalam menerima berbagai bentuk unsur inovasi pula mendapat perhatian yang serius. Masalahnya,
yang semuanya itu di maksudkan agar supaya jika kita belajar dari berbagai pengalaman
mereka dapat melepaskan diri dari berbagai aneka sebelumnya menujukkan bahwa munculnya
rupa keterbelakangan, isolasi sosial , keterpurukan penolakan dari masyarakat setempat ternyata di
serta ketertinggalan dalam berbagai sektor sebabkan karena adanya sikap tradisi dan
masyarakat. Oleh sebab itu untuk memilih kepercayaan yang begitu kuat yang di miliki
pendekatan yang di nilai cocok dengan kondisi masyarakat dan dianggap tidak sesuai dengan
sosial ekonomi dan budaya kelompok sasaran unsur inovasi yang di perkenalkan kepada mereka.
maka pada dasarnya ada beberapa hal yang perlu Akibatnya upaya yang di lakukan oleh tenaga
di perhatikan diantaranya : pertama kegiatan itu fasilitator dalam menciptakan perubahan sikap dan
harus sifatnya terencana. Maksudnya program perilaku masyarakat tidak memberikan hasil yang
yang di buat sebaiknya memiliki rentan waktu maksimal. Dan akhirnya, pendekatan yang di
tertentu dengan melibatkan berbagai elemen gunakan sebaiknya bersifat persuasif dan tidak
masyarakat seperti lembaga pemerintah, aktivis kohersif dengan demikian, kelompok sasaran akan
LSM, tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh menerima program yang di tawarkan pada mereka
generasi muda dan kelompok masyarakat yang secara sukarela tanpa merasa adanya tekanan dari
lain yang di nilai akan memberi kontribusi yang pihak luar sehingga proses kegiatan pemberdayaan
besar bagi kegiatan pemberdayaan tersebut. masyarakat dapat berlangsung dalam suasana yang
Kedua, pendekatan yang di gunakan sebaiknya
55
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
koperatif, komformis, lancar , bersinergi dan Disamping sejumlah pendekatan yang biasa
terkendali. digunakan dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat sebagaimana disebutkan diatas maka
Sementara itu dalam kaitannya dengan rupanya ada pula beberapa jenis pendekatan yang
pekerja sosial maka setidaknya ada 3 jenis dapat digunakan dalam kegiatan pemberdayaan
pendekatan yang bisa digunakan untuk membantu masyarakat.kita sebut saja misalnya model
bagi tenaga penyuluh,fasilitator, agen pembaharu pendekatan yang digunakan Elliot (1996) yang
dan aktifis LSM serta lembaga pemerintah dalam menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis pendekatan
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat yaitu:
diantaranya:
4.Pendekatan Kesejahteraan.
1. Pendekatan Mikro
Dengan menggunakan pendekatan
Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan ini,fokus utamanya lebih dipusatkan pada kegiatan
dilakukan pada kelompok sasaran sifatnya pemberian bantuan kepada masyarakat termasuk
individual misalnya dalam bentuk didalamnya bagi mereka yang menghadapi
konseling,bimbingan serta pengendalian stres musibah seperti bencana alam apakah itu berupa
yang mana tujuannya tentu saja dimaksudkan banjir,letusan gunung berapi,kekeringan yang
untuk melatih serta memberi bimbingan bagi para berkepanjangan atau dalam bentuk bencana alam
kelompok sasaran (penerima manfaat) untuk yang lain.
melaksanakan kegiatannya sehari-hari.Dengan
kata lain model pendekatan ini biasa juga disebut 5.Pendekatan Pembangunan.
dengan pendekatan yang berpusat pada tugas.
Adapun kegiatan pemberdayaan
2. Pendekatan Mezzo masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan
model pendekatan ini yang mana lebih difokuskan
Tidak seperti halnya dengan pendekatan pada upaya untuk meningkatkan
mikro yang mana pemberdayaan dilakukan secara kemandirian,keswadayaan serta kemampuan
individual maka justru dalam pendekatan ini masyarakat.
pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
penerima manfaat.Dalam hal ini,tujuan kegiatan 6.Pendekatan Pemberdayaan
pemberdayaan dilakukkan terhadap sekelompok
klien dengan harapan pemanfaatan kelompok Dalam hal ini perlu di lakukan berbagai
dapat difungsikan sebagai bentuk kegiatan pelatihan di kalangan kelompok
media,pendidikan,pelatihan dan interfensi sasaran (klien) agar mereka bisa melepaskan diri
sehingga diharapkan dapat meningkatkan dari kemiskinan, keterpurukan serta ketinggalan
pengetahuan keterampilan,kesadaran, membentuk sehingga mereka dapat membentuk suatu
sikap serta meningkatkan kemampuan kelompok kelompok yang maju dan mandiri serta bebas dari
sasaran (penerima manfaat ) dalam mengatasi aneka ragam ketidakberdayaan.
berbagai pesoalan yang mereka hadapi.
Sedangkan menurut Axinn (1988) Yang
3. Pendekatan Makro menyebutkan bahwa untuk memahami lebih rinci
pendekatan yang di gunakan dalam proses
Untuk tipe pendekatan ini biasa juga disebut pemberdayaan masyarakat maka paling tidak jenis
sebagai strategi sistem besar dengan alasan pendekatan yang di pakai dapat di kategorikan ke
penerima manfaat (klien) diarahkan pada suatu dalam kedalam beberapa tipe misalnya : Pertama,
lingkungan yang lebih luas.Selain itu ada beberapa pendekatan komunitas. Kedua, pendekatan umum.
jenis strategi yang bisa dikategorikan dalam Ketiga, pendekatan proyek. Keempat, pendekatan
pendekatan makro diantaranya perencanaan sosial kerjasama. Kelima, pendekatan partisipatif.
,aksi sosial, kampanye, perumusan kebijakan, Keednam, pendekatan pelatihan dan kunjungan.
lobbying serta manajemen konflik.Disamping itu Ketujuh, pendekatan lembaga pendidikan. Dan
pendekatan ini juga melihat para penerima kedelapan, pendekatan pembangunan sistem usaha
manfaat (kelompok sasaran) sebagai kelompok tani. Oleh sebab itu mengingat begitu
yang memiliki kemampuan dalam memahami baik kompleksnya jenis pendekatan yang dapat di
itu situasi mereka sendiri maupun cara memilih manfaatkan dalam berbagai bentuk kegiatan
strategi yang dinilai tepat untuk mengatasinya. pemberdayaan masyarakat sehingga tidak
56
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
57
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
kegiatan yang ingin diperkenalkan pada klien yang dimiliki masyarakat dan kemudian
maka tentu sebaiknya dilakukan studi penjajakan secara persuasif mengatasi segala
lebih dahulu untuk mempelajari situasi dan keterbatasan yang dimiliki individu tersebut
kondisi sosial,ekonomi serta budaya masyarakat lalu melepaskan mereka dari perangkap
setempat. keterpurukan, kemiskinan dan keter-
belakangan.
Tak hanya itu,pendekatan yang digunakan
juga hendaknya mampu membangkitkan semangat 5. Penggunaan pendekatan pemberdayaan
dan motivasi dikalangan para penerima manfaat masyarakat harus pula dilakukan secara
sehingga unsur inovasi dan beragam bentuk cermat,terukur,teliti,bertahap,berkelanjutan
bantuan lainnya dapat dikelola secara optimal serta tepat sasaran sehingga semua elemen
dengan harapan akan terjadi suatu perubahan yang yang menjadi kelompok penerima manfaat
berkesinambungan kearah yang lebih baik yang dapat diberdayakan dengan utuh dan tanpa
mencakup semua aspek kehidupan merasa ada yang diperlakukan diskriminatif
manusia.Memang benar dan kita harus mengakui dari mereka yang memberi kontribusi bagi
apabila pendekatan yang digunakan sepatutnya keberhasilan kegiatan tersebut.
memiliki cakupan yang lebih luas dengan
memperhitungkan berbagai sudut pandang 6. Agar supaya pendekatan ini dapat
masyarakat sehingga dengan demikian tantangan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat
yang sedemikian rumit dan berat apapun bisa yang mandiri maka tentu prinsip seperti
diatasi yang didalamnya mencakup perlunya transparansi,akuntanbilitas, responsif dan
diantisipasi kemungkinan munculnya sikap kesetaraan merupakan bagian yang tidak
penolakan dari masyarakat.Oleh sebab itu dengan terpisahkan dari proses kegiatan
bertitik tolak dari sejumlah pendekatan pemberdayaan masyarakat.
pemberdayaan masyarakat yang ada dan dengan
tetap mempertimbangkan beberapa hal yang Selanjutnya dalam kaitannya dengan
harus diperhatikan sebelum digunakan suatu kelompok sasaran yang diposisikan sebagai klien
pendekatan maka dapat ditarik suatu kesimpulan maka untuk membedakan antara kelompok ini
bahwa suatu pendekatan pemberdayaan dengan warga masyarakat lainnya paling tidak ada
masyarakat yang dinilai baik dan cocok untuk beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya
diterapkan apabila telah memenuhi sejumlah karakteristik sosial,ekonomi, dan perilaku
persyaratan diantaranya: individu. Dalam hal ini, pada dasarnya mereka
yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan
1. Mudah dipahami dan dimengerti masyarakat terdiri dari keluarga yang berada pada
dikalangan kelompok penerima manfaat lapisan sosial bawah misalnya saja kaum orang
pinggiran atau keluarga miskin yang mana pada
2. Pendekatan itu dinilai lebih efisien dan efektif umumnya mereka dianggap sulit untuk memenuhi
dalam arti memiliki model yang sederhana kebutuhan dasarnya yang didalamnya mencakup
namun bisa memberi manfaat yang maksimal sandang, pangan, dan perumahan yang layak.
bagi klien Itulah sebabnya melalui kegiatan pemberdayaan
tersebut mereka di harapkan dapat di tingkatkan
3. Melibatkan fasilitator yang memiliki keahlian taraf hidup serta kesejahterannya lewat
serta keterampilan dibidangnya sehingga peningkatan tingkat pendidikan dan keterampilan
mereka mampu bekerja secara profesional yang mana semua ini di pandang penting sebagai
modal sosial guna dapat bekerja dengan mandiri
4. Sekalipun pendekatan tersebut menciptakan sehingga keinginannya untuk memenuhi berbagai
perubahan bagi masyarakat tapi bukan berarti kebutuhan hidupnya dapat terealisasi. Meskipun
menghilangkan sama sekali nilai budaya masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan
lokal yang selama ini menjadi faktor perekat sejumlah pakar ilmu sosial tentang konsep
solidaritas sosial diantara sesama warga kelompok sasaran dan penerima manfaat yang
masyarakat karena tidak semua indvidu yang dalam hal ini ada sebagian di antara mereka yang
menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan membedakan kedua istilah tersebut namun
memiliki kompotensi yang sama maka sebetulnya apabila di kaji lebih jauh mengenai
pendekatan yang digunakan haruslah bisa makna kedua konsep di atas yang mana pada
mengakomodasi berbagai bentuk kekurangan prinsipnya memiliki substansi yang sama. Oleh
58
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
karena itu, tujuan utama kita yaitu bukan untuk untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di
mempertentangkan kedua istilah di atas melainkan antara para penerima manfaat dapat tercapai.
yang justru perlu di pahami adalah konsep di atas Ketiga, para penyuluh juga selalu di tuntut agar
memiliki tujuan yang sama. mereka bisa membangun kerja sama yang baik
dengan kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
G. Peran Penyuluh yang di dalamnya meliputi pula perlunya
menggalang kekuatan yang kuat, akrab dan
Jika kita merujuk pada undang-undang No. harmonis dengan tokoh masyarakat yang di nilai
16 tahun 2006 yang menjelaskan tentang memiliki pengaruh yang besar dan dapat
penyuluh/ fasilitator atau menurut istilah Rogers membantu kaum penyuluh untuk menciptakan
yang di sebutnya sebagai Agen Pembaharu, maka perubahan ke arah yang lebih maju bagi
kategori penyuluh ini dapat di bagi kedalam tiga masyarakat. Keempat, para penyuluh harus bisa
tipe, yaitu : membangun motivasi dan semangat bekerja serta
1. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang terdiri berusaha di kalangan kelompok penerima
atas tenaga fasilitator dengan status sebagai manfaat.
pegawai negeri yang bekerja di lembaga Kelima, kaum penyuluh hendaknya memiliki
pemerintah dengan tugas memberikan sikap dan perilaku yang kooperatif serta
penyuluhan pada masyarakat dalam berbagai senantiasa mengedepankan pendekatan persuasive
bentuk kegiatan apabila mereka menghadapi tantangan, kritik dan
reaksi penolakan dari masyarakat. Dan akhirnya
2. Penyuluh yang bekerja pada lembaga swasta para penyuluh juga sebaiknya memiliki sikap yang
termasuk dari kalangan kaum aktivis lembaga pantang menyerah, mampu bekerja secara
swadaya masyarakat dengan tugas berkelanjutan dan tetap berusaha seoptimal
menyampaikan dan memberi penyuluhan mungkin untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
untuk kegiatan pembangunan pada kelompok etos kerja dan keinginan untik maju di kalangan
penerima manfaat kelompok penerima manfaat.
3. Penyuluh yang di tunjuk dan berasal dari Kemudian menurut Rogers dan
masyarakat sendiri dan mereka ini biasanya Shoemaker (1971) menyebutkan bahwa peranan
mereka ini tidak mendapat gaji dari yang perlu dilakukan oleh agen pembaharu dalam
masyarakat karena kegiatan yang di lakukan mempromosikan unsur inovasi kepada klien
para fasilitator dalam tipe kategori ini bekerja (Kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
secara sukarela bagi kepentingan masyarakat masyarakat) yaitu:
sebagai penerima manfaat.
1. Menumbuhkan kebutuhan untuk mengalami
Walaupun demikian, terlepas dari bagaimana perubahan.
bentuk dan tipe penyuluh yang muncul dan
bekerja dalam menyampaikan gagasan, konsep, Maksudnya seorang agen pembaharu
hasil karya manusia atau dalam bentuk yang lain hendaknya mampu berperan sebagai
dan di pandang baru bagi kelompok sasaran katalisator bagi kliennya.Untuk itu mereka
kegiatan sehingga para penerima manfaat ini akan sebaiknya bisa merumuskan suatu solusi yang
mengalami suatu perubahan status sosial ekonomi baru dalam mengatasi berbagai persoalan
kearah yang lebih baik yang jelas kaum penyuluh yang dihadapi klien dengan cara membangun
tentu pada umumnya harus memiliki sejumlah suatu keyakinan dalam diri klien agar supaya
prinsip diantaranya: para klien tersebut dapat memecahkan dan
Pertama, mereka sebaiknya tidak menciptakan menyelesaikan persoalan yang mereka
ketergantungan bagi kelompok penerima manfaat hadapi.Ini penting mengingat salah satu ciri
namun justru yang sebaliknya di harapkan adalah khas yang biasanya dimiliki kaum klien yakni
mereka mampu membangun serta mendorong rendahnya motivasi untuk berubah,sikap
terbentuknya kemandirian di kalangan kelompok pasrah terhadap keadaan yang ada serta tidak
sasaran kegiatan pember-dayan. Kedua, para adanya perencanaan yang baik yang mereka
penyuluh senantiasa di tuntut agar mereka supaya miliki
bekerja secara professional sehingga keinginan 2. Mampu mendiagnosis permasalahan yang
ada.
59
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
Artinya seorang agen pembaharu diharapkan dengan tujuan untuk membangkitkan minat
bisa membaca situasi termasuk masalah yang dan perhatian kelompok sasaran
dihadapi dan dialami kliennya dengan pemberdayaan dengan tetap mengutamakan
melihat persoalan itu dari perspektif prinsip yang beroientasi pada kebutuhan
klien.Karena itu ,untuk memahami situasi klien.
yang sifatnya problematis ini sudah pasti
menuntut adanya sikap empati yang tinggi 5. Mencapai hubungan maksimal.
dikalangan agen pembaharu/penyuluh. Artinya kaum agen pembaharu sebaiknya
berusaha untuk menjadikan kliennya nantinya
3. Menciptakan hubungan yang baik untuk berperan pula sebagai agen perubahan
perubahan. setidaknya untuk dirinya sendiri sehingga
Salah satu faktor yang bisa mendukung mereka mampu memilih unsur inovasi mana
suksesnya peran agen pembaharu dalam saja yang dinilai cocok bagi kebutuhannya.
melaksanakan tugasnya amat dipengaruhi Kalaupun sekiranya tujuan ini sudah tercapai
oleh terciptanya hubungan yang maka terbuka kemungkinan agen perubahan
akrab,harmonis dan kerjasama yang baik itu untuk sementara memutuskan
antara agen pembaharu dengan kliennya. hubungannya dengan kliennya dan mereka
Hanya saja, guna memelihara dan dapat berkomunikasi kembali apabila ada
melanggengkan hubungan baik ini sudah unsur inovasi lain yang ingin diperkenalkan
barang tentu didukung pada munculnya kesan pada klien.
yang baik dimata klien misalnya saja agen
pembaharu dinilai jujur,punya rasa empati Selain itu menurut pakar komunikasi
yang kuat serta dapat dipercaya. pembangunan ini bahwa keberhasilan para agen
pembaharu dalam proses difusi inovasi akan
4. Memiliki perencanaan untuk men-ciptakan dipengaruhi pula oleh beberapa faktor seperti:
perubahan. Pertama, gencarnya usaha promosi. Kedua, lebih
beroientasi pada kebutuhan klien (kelompok
Ini dimaksudkan agar seorang agen penerima manfaat). Ketiga,membangun kerjasama
pembaharu/pemilu mampu memainkan yang baik dengan para tokoh masyarakat dan
perannya secara optimal dan tidak hanya Keempat,terjaganya kredibilitas (sikap dapat
sebatas menumbuhkan minat serta perhatian dipercaya) para agen perubahan/penyuluh dimata
klien terhadap unsure inovasi yang klien.
diperkenalkan pada mereka tapi yang jauh
lebih penting dari itu adalah terjadinya Adapun menurut Havelock (1973) bahwa
perubahan terhadap perilaku klien setelah ada beberapa peranan yang harus di mainkan agen
mereka mengadopsi unsur inovasi. perubahan dalam proses difusi inovasi antara lain :
5. Senantiasa berusaha mencegah terjadinya 1. Berperan sebagai katalisator dalam rti mereka
kemacetan dan tetap menjaga keberlang- dapat memotivasi masyarakat untuk siap
sungan pembaharuan. bersedia melakukan perubahan
Dalam hal ini peran yang diharapkan dari
agen pembaharu dalam proses pemberdayaan 2. Membantu masyarakat dalam mencari solusi
masyarakat yaitu tetap memberi informasi untuk memecahkan persoalan yang ada
yang sifatnya mendukung kegiatan
pembaharuan dan perubahan bagi klien dan 3. Ikut membantu dalam proses difusi inovasi
dengan demikian mereka yang diposisikan dan juga memainkan peran dalam member
sebagai penerima manfaat ini selalu merasa petunjuk bagi masyarakat tentang bagaimana
aman dan tenang dalam mengadopsi unsur seharusnya mereka :
inovasi.
a. Mengetahui permasalah serta menentukan
4. Membangun motivasi para klien untuk tujuan
berubah.
Salah satu peran lain yang harus dilakukan b. Memahami dan mampu merumuskan suatu
para agen pembaharu/ penyuluh adalah kebutuhan
menggunakan strategi sedemikian rupa c. Memilih dan mengatasi masalah yang ada
60
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
61
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62
[29] Osmani. 2000. Participatory Gover- [34] Sjafri Hubes, Aida Vitayala (Ed). 1992.
nance,People’s Empowerment and Poverty. PenyuluhanPembangunan
Washington: UNDP Indonesia:Menyosong Abad XX1 Jakarta: PT
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
[30] Rappaport.1984.Studies in Empoer-ment:
Introduction to he issue Prevention In Human [35] Sjahrir. 1986. Ekonomi Politik Kebutuhan
Issue, USA Pokok.Jakarta: LP3ES
[31] Rogers dan Shoemaker. 1971. Communication [36] Soetomo.2013. Pemberdayaan Masyarakat.
of Innovation.New York.The Free Press Yogyakarta:Pustaka Pelajar
62