Anda di halaman 1dari 91

Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Kalimantan

TAHAP PENGEMBANGAN
MASYARAKAT DENGAN METODE
BERBASIS MASYARAKAT DAN TEKNIK
MELIBATKAN SERTA MEMAHAMI
MASYARAKAT
Marshanda Aulia Putri
(08211041)

Pengembangan Masyarakat A
Perencanaan Wilayah dan Kota

TAHAP PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN METODE BERBASIS MASYARAKAT


Institut Teknologi Kalimantan

Pelaksanaan program Pembagunan Berbasis Masyarakat berperan sangat


penting dan menentukan program pembangunan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat serta potensi sumber daya yang ada, sehingga program
pembangunan merupakan hasil dari aspirasi masyarakat yang menjadi
prioritas pembangunan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan masyarakat adalah pembangunan berbasis masyarakat.
Metode berbasis pembangunan masyarakat, Partisipasi aktif masyarakat
dalam setiap tahapan pembangunan, Pemanfaatan potensi dan sumber
daya yang ada di lingkungan masyarakat, Peningkatan kemampuan dan
kemandirian masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan, Meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam pembangunan,
Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi
tepat guna dan pengembangan ekonomi lokal

SUMBER: BUKU PENGEMBANGAN MASYARAKAT


(DR. ZUBAEDI, M.AG, M.PD) & JURNAL ANALISIS PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MASYARAKAT ( KORNELIUS SUMBI DAN FIRMAN FIRDAUSI )
TAHAP PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Kalimantan

Tahap Persiapan Tahap Assessment


Tahapan dimana fasilitator melakukan studi kelayakan Tahapan ini adalah tahapan dimana
dan persiapan kelompok yang akan di ajak dalam fasilitator mengidentifikasi masalah.
melakukan pengembangan. Pada tahap persiapan ini Pemetaan ini dilakukan agar dapat
pelaku perubahan melakukan pendekatan nondirektif Tahap Evaluasi mengetahui apa kebutuhan masyarakat
guna melakukan upaya untuk menyamakan pemahaman Bentuk dari sasaran yang hendak diberdayakan.
persepsi anggota kelompok tentang pengembangan yang pengawasan yang
akan dilakukan. dilakukan oleh
masyarakat dan Tahap Perencanaan
petugas terhadap Program
Tahap Pelaksanaan proyek yang telah
Tahapan dimana fasilitator mengajak
Tahapan dimana semua yang sudah direncakan direncanakan
masyarakat untuk ikut serta memahami
kemudian dieksekusi untuk dilaksanakan, termasuk bersama dan telah
persoalan yang sedang dihadapi juga harus
tahap yang krusial karena pada proses pelaksanaan dikerjakan.
mengetahui dan mendiskusi bagaimana
biasanya apa yang telah direncanakan tidak
solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
terlaksana, karena ada hambatan seperti bisa saja
yang telah direncanakan meleset ketika dilaksanakan.

SUMBER: JURNAL SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


(ANISA WIHAYATI) & ARTIKEL (DESI FITRIYANA)
Perencanaan Wilayah dan Kota

TEKNIK MELIBATKAN MASYARAKAT


Institut Teknologi Kalimantan

Teknik melibatkan masyarakat yaitu, masyarakat ikut


menyampaikan pendapatnya terkait program yang akan
SUMBER: JURNAL
dilakukan. Masyarakat juga ikut menyusun rencana dan PENDIDIKAN DAN
menentukan segala kebutuhan guna realisasi program PEMBERDAYAAN
tersebut. Pelibatan masyarakat bertujuan untuk membentuk MASYARAKAT
sikap mandiri dikemudian hari. Bentuk dari pemberdayaan (FATWA WIDODO) &
masyarakat dengan melibatkan masyarakat dimulai dari PENDEKATAN
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Partisipasi PARTISIPATIF DALAM
masyarakat dalam proses pembangunan memang sangat PEMBERDAYAAN
diperlukan dan hampir tidak ada yang menyangkal hal MASYARARAT (AZIZ
tersebut terkait pentingnya partisipasi masyarakat dalam MUSLIM)
pembangunan karena pada akhirnya masyarakat yang akan
menikmati hasil pembangunan tersebut.
TEKNIK MEMAHAMI MASYARAKAT
Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Kalimantan

Teknik memahami masyarakat dalam pemberdayaan


masyarakat adalah dengan memberikan motivasi atau
dukungan berupa sumber daya, kesempatan secara leluasa
dalam proses pengambilan keputusan, pengetahuan, dan
keterampilan bagi masyarakat.

SUMBER: JURNAL ILMIAH CIVIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(MUNAWAR NOOR) & MEMAHAMI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN
MEDIA (ANDI HARIS)
Dengan tujuan agar masyarakat dapat meningkatkan
kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga
masyarakat dapat mandiri dan memiliki posisi yang kuat
dalam segala bidang dan lingkup kehidupan mencapai
tujuan yang dikehendaki masyarakat.
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)

ANALISIS PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MASYARAKAT

Kornelius Sumbi dan Firman Firdausi


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribuhwana Tunggadewi Malang
Email: korneliussumbi@yahoo.com

Abstract: Community Based Development is known as the concept of building a more open space so that
community would be able to involve in the development process so that development could adjust the
need to utilize the potential tto improve quality of life. Research model used is qualitative research, with
research location in Selorejo village, dau sub-district, Malang regency, through interviews and
documentation, then in determining the sample, researchers using the purposive sampling, data analysis
uses analytical models of Miles and Huberman , while testing the validity of the data is done using
triangulation techniques. Research concludes 1) . community awareness to actively involve in every
community-based development process is already well supported by a culture of mutual cooperation is
VWLOO VWURQJ (IIRUWV WR LPSURYH KXPDQ UHVRXUFH TXDOLW\ LQ 6HORUHMR YLOODJH LV VWLOO ORZ 7KHUH¶V DQ HIIRUW
to optimize human quality development via education and health such as creating Early Education,
Kindergarten, and Islamic Elementary School directed to orange farmers, skill training for Youth group
and woman group.

Keywords: development, human resource

Abstrak: Pembangunan Berbasis Masyarakat dikenal sebagai konsep pembangunan yang lebih membuka
ruang untuk masyarakat agar dapat terlibat dalam proses pembangunan sehingga pembangunan dapat
mengacu dengan kebutuhan dengan memanfaatkan potensi yang ada demi perbaikan kualitas hidup
masyarakat. model Penelitian yang dipakai kualitatif dengan lokasi penelitian di desa Selorejo,
kecamatan dau, kabupaten Malang, melalui wawancara, dan dokumentasi, kemudian dalam menentukan
sampel peneliti menggunkan purposive sampling, untuk analisis data dengan analisis model Miles and
Huberman, menguji keabsahan data melalui triangulasi teknik. Kesimpulan dari hasil penelitian yakni
1).Kesadaran masyarakat untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembangunan berbasis masyarakat
sudah baik ditunjang budaya gotong royong masih kental. 2). Upaya meningkatkan kualitas manusia di
desa Selorejo yang diketahui masih rendah diupaya memaksimalkan peningkatan kualitas manusia
melalui aspek Pendidikan dan kesehatan seperti pendirian gedung PAUD, TK dan RA, Sekolah Lapang
diperuntukan para petani jeruk, pelatihan keterampilan bagi Karang Taruna dan ibu PKK.

Kata Kunci: Pembangunan, Sumber Daya Manusia.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bernegara menjadi tugas pokok pemerintah adalah bagaimana merumuskan
sebuah kebijakan pembangunan yang dapat mencapai kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat tersebut, upaya yang dilakukan pemerintah seringkali disebut sebagai upaya
pembangunan.
Menurut Theresia Aprilila, dkk (2014) pembangunan berbasis masyarakat, secara sederhana
diartikansebagai pembangunan yang mengacu kepada kebutuhan masyarakat, direncanakan dan
dilaksanakan oleh masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber-daya yang dapat diakses oleh
masyarakat setempat. Karena itu, pembangunan berbasis masyarakat seharusnya pembangunan yang
mengacu kepada kebutuhan masyarakat dan bukannya dirumuskan oleh elit masyarakat yang merasa
tau dan lebih pandai untuk merumuskan pembangunan yang lebih cocok bagi masyarakat.

41
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)

Potensi sumberdaya masyarakat dalam pembangunan berbasis masyarakat dapat diartikan


sebagai usaha mengubah sumberdaya yang bersifat potensial menjadi aktual.Pada dasarnya
pemanfaatan potensi sumberdaya masyarakat ini harus diartikan sebagai usaha memanfaatkan atau
memobilisasi sumberdaya yang sebelumnya belum pernah disentuh, tetapi dapat juga berarti
meningkatkan daya manfaat atau optimalisasi sumberdaya yang sebelumnya belum digarap.Untuk
memanfaatkan potensi sumberdaya masyarakatdiperlukan kualitas manusia yang memiliki
keterampilan yang inovatif.Sehingga sumberdaya manusia merupakan sumber daya pembangunan
dalam mencapai kesejahteraan.Sumber daya manusia (human capital) menempati kedudukan dan
peran yang sangat penting dalam pembangunan sebagai pengelola dan pelaku pembangunan yang
dapat memberikan manfaat dan perbaikan kehidupan dan kesejahteraan manusia, Theresia Aprilila,
(2014).

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan peneliti berupapenelitian kualitatif ,menyatakan
penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. (Sugiyono2014) .Tempat
Penelitian di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Fokus penelitian ini Bagaimana
Pembangunan Berbasis Masyarakat Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, instrument
penelitian (Sugiyono, 2014) adalah menggunakan pedoman wawancara (intervew guide) dan Catatan
lapangan (field note) teknik pengambilan sampel purposive Sampling, Sumber data,data primer, data
sekunder, Teknik analisis data menggunakan analisis data model Miles and Huberman (1984) yakni:
data reduction (reduksi data) , merangkum/memilah data yang memfokuskan pada hal yang penting ,
data display(Penyajian Data) , menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, berupa bagan atau tabel,
conclusion drawing/verification, penarikan kesimpulan dan verifikasi,(Sugiyono, 2014). Keabsahan
data (Sugiyono 2014) menggunakan triangulasi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat
Pelaksanaan program Pembagunan Berbasis Masyarakat berperan sangat penting dan
menentukan program pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta potensi sumber daya
yang ada, sehingga program pembangunan merupakan hasil dari aspirasi masyarakat yang diusulkan
melalui Musrebangdes dan menjadi prioritas pembangunan. Beberapa program tersebut meliputi:
Pembangunan Saluran Irigasi untuk Pertanian, Pembangunan Plesengan, Pembangunan Masjid,
Pembangunan Gedung Sekolah PAUD, Pembangunan Pipanisasi untukPemenuhan Air Bersih,serta
Pembangunan Pengembangan Desa Wisata. Dalam program tersebut peran serta masyarakat untuk
ikut menyukseskan program pembangunan berbasis masyarakat sangat tinggi,masyarakat dilibatkan
dalam setiap proses pembangunan dari perencanaan dalam forum musyawarah masyarakatTahlilan,
Kelompok Tani, Karang Taruna serta forum PKK, pelaksanaan Pembangunan Berbasis
Masyarakatdilaksanakan secara antusias untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk tenaga, materi maupun
pemikiran dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan. Partispasi masyarakat dalam proses
pembangunan berbasis masyarakat memperhatikan kebutuhan masyarakat yang merupakan realisasi
dari aspirasi masyarakat yang disampaikan ketika Musrebangdes sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat serta program ini pula telah memanfaatkan potensi lokal yang ada, khususnya potensi sumber
daya manusia, dan sumber daya alam.

42
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)

Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pengembangan Sumber Daya Manusia dijalankanmelalui proses perencanaan pendidikan,
pelatihan, dan pengolahan tenaga untuk menjadi lebih baik dalam rangka mempersiapkan suatu
tanggungjawab dimasa mendatang dalam mencapai tujuan dan hasil yang optimal, program ini
merupakan hasil integrasi program dari Pemerintah Desa berdasarkan hasil Musrebangdes dan
program yang murni lahir dari kelompok masyarakat meliputi Kelompok Tani, Karang Taruna, dan
PKK, sebagai bentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya peran masyarakat dalam pembangunan.
Menurut Soetomo (2012: 223), cara untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dilakukan
melalui pendidikan dan kesehatan.Kedua aspek ini dipercaya mampu meningkatkan sumber daya
manusia, sehingga untuk mengetahui pengembangan sumber daya manusia di desa Selorejo dapat
ditinjau melalui dua aspek tersebut yaitu pendidikan dan kesehatan

Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan


Baiknya kualitas Sumber Daya Manusia sebagai tenaga pembangunan ditandai dengan
adanya unsur kreatifitas dan produktifitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik
secara perorangan maupun kelompok. Persoalan ini dapat diatasi dengankemampuan menampilkan
hasil kerja produktif secara rasional yang diantanya adalah pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan , baik pendidikan formal maupun non formal.
Dampaknya pengetahuan masyarakat menjadi meningkat, wawasannya lebih luas, kemampuan
antisipasi masalah lebih tinggi serta kemampuan skill yang lebih tinggi dan tentunya kualitas sumber
daya menjadi lebih baik.
Berhubungan dengan hal tersebut maka dalam pengembangan sumber daya manusia melalui
pendidikan, pemerintah desa berdasarkan hasil Musrebangdes telah memprioritaskan program
pengembangan sumber daya manusia menjadikan agenda utama agar mampu berdikari dalam
mengelolah potensi sumber daya masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan dalam pengembangan
sumber daya manusia melalui pendidikan meliputi:
1. Pendidikan Formal yaitu berupa pendidikan pra sekolah seperti Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), TK dan RA serta pendidikan keagamaan seperti Sekolah Minggu (SEKAMI) bagi
yang beragama Katolik dan Daniah bagi yang beragama Islam.
2. Sekolah Lapang, untuk masyarakat umum yang dominan adalah petani berupa Sekolah
Lapang Good Agriculture Practice (SL-GAP) serta Sekolah Lapang Pengendalian Hama
Terpadu (SLPHT). Program tersebut merupakan wahana bagi para petani untuk saling belajar
dan bertukar pengalaman antar anggota dan interaksi antara petani dan pemandu lapang
tentang budidaya yang baik suatu komoditas yang diusahakan oleh petani agar dapat
menghasilkan produk yang bermutu, sesuai dengan permintaan pasar dan aman dikonsumsi.
3. Pelatihan untuk Karang Taruna, merupakan upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan
masyarakat khususnya anggota KarangTaruna agar dapat dan mampu menciptakan lapangan
kerja baru bagi masyarakat sehingga tidak ketergantungan dan membebani orang tua.
4. Pelatihan Ibu PKK yaitu berupa pelatihan pembuatan sari jeruk, pelatihan pembuatan kripik
jeruk, pelatihan pembuatan dodol jeruk, pelatihan masak-memasak, pelatihan kecantikan dan
pelatihan menjahit, dengan cara memberikan kesempatan kepada masyarakat yang memiliki
kemampuan khusus serta mengundang orang luar yang profesional dalam bidangnya untuk
memberikan pelatihan sehingga ibu-ibu PKK dapat memiliki pengetahuan yang baru.

Pengembangan Sumber Daya Manusia BidangKesehatan.


Peran kesehatan dalam meningkatkan sumber daya manusia berdampak dan mampu
mempengaruhi pendapatan ekonominya juga berpengaruh pada tingkat pendidikan maksudnya dapat

43
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)

dikatakan bahwa kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi seseorang dalam memperbaiki
kualitas hidupnya sebab dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan produktifitas kerja seseorang.
Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah bersama masyarakat telah menfokuskan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang meliputi;
1. Penyediaan Posyandu, terdapat 4 (empat) posyandu baik posyandu ibu dan balita maupun
posyandu Lansia. Dalam meningkatkan derajat kesehatan Posyandu telah memainkan peranan
penting dalam melakukan mobilitasmasyarakat terutama dikalangan bawah untuk ikut serta
dalam program-program kesehatan masyarakat selain itu Posyandu juga dimanfaatkan sebagai
sarana untuk tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu
sendiri.
2. Penyuluhan tentang Kesehatan, yang difasilitasi oleh dinas kesehatan melalui puskesmas serta
beberapa lembaga pendidikan perguruan tinggi yang telah bekerjasama dengan pemerintahan
seperti Poltekes, melalui program kegiatan PKL, KKN, dan Baksos selalu memberikan
sosialisasi dan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat.

Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan


Keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam,
melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia.Karena melalui proses pendidikan akan terbentuk
sosok-sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses
pembangunan berbasis masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai langkah yang strategis dan
berkesinambungan, strategi yang dilakukan meliputi penyuluhan dan pelatihan sesuai dengan
profesinya masing-masing seperti halnya untuk masyarakat umum karena mayoritas bermata
pencaharian petani strategi yang dilakukan dengan mengadakan sosialisasi tentang pertanian,
penyuluhan pertanian oleh petugas PPL yang terprogram dalam sekolah lapang, seperti pelatihan
membuat pupuk organik, pelatihan pembuatan pestisida organik, pelatihan budidaya partaniann jeruk
yang baik dan pelatihan untuk manajemen pemasaran.
Dan bagi ibu-ibu strategi yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan sebagai bentuk
pemberdayaan ibu-ibu yang meliputi pelatihan membuat sari jeruk, pelatihan membuat dodol jeruk,
pelatihan membuat kuetradisional, membuat Hantaran, pelatihan menjahit, pelatihan masak-memasak
serta pelatihan untuk kecantikan, sedangkan untuk di Karang Taruna strategi yang dilakukan yaitu
mengadakan pelatihan membuat sablon, pelatihan perbengkelan, pelatihan di bidang IT, pelatihan
menjadi pemandu wisata. Dalam pelaksanan strategi ini yang lebih berperan adalah kelompok tani,
KarangTaruna dan kader PKK serta kerjasama pemerintahan desa dengan instansi lain baik instansi
pemerintah maupun swasta.

Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia BidangKesehatan


Strategi yang dilakukan melalui posyandu dengn memberikan sosialisasi kepada masyarakat
tentang pentingnya kesehatan melalui forum-forum musyawarah rutin masyarakat, mendorong
masyarakat agar berpartisipasi dalam mendukung dan mengikuti setiap program posyandu serta
menjalin kerjasama kemitraan dengan instan-instansi baik pemerintah maupun swasta agar dapat
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat termasuk penguatan sumber
daya manusia tentang kesehatan kepada kader posyandu serta mendukung seluruh proses program
posyandu yang terdiri dari posyandu balita dan lansia

44
www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ISSN. 2442-6962
Vol. 5, No. 2 (2016)

KESIMPULAN
1. Pembangunan Berbasis Masyarakat dalam pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan
dengan melibatkanmasyarakat dalam setiap proses pembangunan,
2. Pengembangan sumber daya manusia melalui Pendidikan meliputi PendidikanFormal,
program Sekolah Lapang untuk para petani, pelatihan untuk KarangTaruna dan pelatihan
untuk ibu PKK serta pelatihan Kader Kesehatan melalui posyandudilakukan secara rutin.
3. Strategi pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan dan kesehatan
melalui pendidikan pra sekolah, membuka peluang kerjasama dengan instansi luar baik
instansi pemerintah maupun.

DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos M, 2014, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Globalisasi, Bandung, Alfabeta.
Moleong, 2014, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,.
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta.
Soetomo, 2013,Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta,Pustaka Pelajar.
,2012, pembangunan masyarakat merangkai sebuah kerangka, pustaka pelajar,yogyakarta
Suharto, Edi, 2014, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, Bandung,PT Reflika Aditama.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sjrafrizal, 2015, Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi, Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada.
Theressia, Aprillia dkk, 2014, pembangunan berbasis masyarakat, Bandung,Alfabeta.

45
www.publikasi.unitri.ac.id
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Vol. 06 (06) 2022 | 653-663
https://doi.org/10.29244/jskpm.v6i6.1071

Dinamika Tahapan Pengembangan Masyarakat oleh Junaedi Mulyono di Desa


Ponggok, Klaten, Jawa Tengah

The Dynamics of Stages of Community Empowerment by Junaedi Mulyono in Ponggok


Village, Klaten, Central Java

Anisa Wihayati*)

Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al Hadid, Kejawan Putih Tambak No.80 Surabaya, (031)5968709, 60112, Indonesia
*)E-mail korespondensi:anisawihayati@stidalhadid.ac.id

Diterima: 12-10-2022 | Disetujui: 17-01-2023 | Publikasi Online: 24-01-2023

ABSTRACT

Carrying out community empowerment in order to improve the living standards of their people is one of the
duties of the regional head. Carrying out community empowerment in order to improve the living standards of
their people is one of the duties of the regional head. There is one regional head who is successful in carrying
out community development. This paper wants to describe the stages of development carried out by the head of
the region and the dynamics in each stage in community development in Ponggok Village. The research method
used is qualitative using literature studies. From this research, it can be seen that starting from the initial stage
of preparation, there have been challenges, namely from empowered objects that are not sure that the
development program can be realized, to the implementation even until there is an opinion of misappropriation.
The development dynamics that inevitably have to be passed and successfully passed by Junaedi Mulyono until
now Ponggok village has even become a pilot village for the development of tourist villages.

Keywords: empowerment stage, Junaedi Mulyono, Ponggok Village

ABSTRAK

Melakukan pembedayaan masyarakat demi meningkatkan taraf hidup masyarakatnya adalah salah satu tugas
dari kepala daerah. Melakukan pembedayaan masyarakat demi meningkatkan taraf hidup masyarakatnya adalah
salah satu tugas dari kepala daerah. Terdapat salah satu kepala daerah yang sukses dalam melakukan
pengembangan masyarakat. Tulisan ini, hendak memamparkan tahapan-tahapan pengembangan yang dilakukan
Kepala daerah tersebut serta dinamika dalam tiap tahapan dalam pengembangan masyarakat di Desa Ponggok.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan studi pustaka. Dari penelitian ini
dapat diketahui bahwa mulai dari tahapan awal persiapan sudah ada tantangan yaitu dari objek yang
diberdayakan yang tidak yakin dengan program pengembangan dapat diwujudkan, hingga pelaksanaan bahkan
sampai ada opini penyelewengan. Dinamika pengembangan yang mau tak mau harus dilewati dan sukses
dilewati oleh Junaedi Mulyono hingga kini desa Ponggok bahkan menjadi desa percontohan untuk
pengembangan desa wisata.

Kata kunci: Junaedi Mulyono, Ponggok, tahap pengembangan

Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the
title of the work, journal citation and DOI.
Published under Department of Communication and Community Development Science, IPB University
E-ISSN: 2338-8269 | P-ISSN: 2338-8021
PENDAHULUAN
Membangun masyarakat yang sejahtera adalah salah satu tugas dari pemerintah. Salah satu cara
pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya adalah dengan melakukan pengembangan desa
menjadi desa pariwisata. Pada data Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Indonesia Tahun 2014
sektor pariwisata memberikan dampak pada PDB Nasional pada tahun 2014 sebesar 4,01%. Kontribusi
sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pariwisata sebanyak 10,32 juta orang. Sebagai
penghasil devisa negara pada Tahun 2012 sebesar 10,054 juta USD dan meningkat pada Tahun 2014
sebesar 11,166 juta USD (Aji & Ma’ruf, 2016). Bahkan pada tahun lalu 8 Desember 2021 disampaikan
dalam siaran Pers HM.4.6/458/SET.M.EKON.3/12/2021 di Jakarta oleh Kementerian Koordinator
Bidang Perekenomoin Republik Indonesia, Pengembangan suatu desa wisata adalah salah satu
percepatan pembangunan desa yang secara terpadu dapat mendorong transformasi sosial, budaya, dan
ekonomi desa (Sumber ekon, 2021).
Dalam Buku Indeks dan Data Wilayah Administrataif daerah Provinsi, daerah kabupaten atau kota, serta
seluruh wilayah kecamatan di Indonesia menyebutkan bahwa total daerah perdesaan di Indonesia
sebanyak 74.093 serta wilayah kelurahan sebanyak 8.412. Maka membangun dan melakukan
pengembangan terhadap potensi yang dimiliki desa merupakan hal yang mustinya dilakukan oleh
pemerintah daerah khususnya desa. Oleh karenanya setiap daerah mustinya dapat mencermati dan
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah dan manfaat yang secara tidak
langsung dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi untuk peningkatan kesehjateran masyarakat di
desanya.
Salah satu desa yang sukses dalam melakukan pengembangan terhadap potensi desanya dengan
melakukan pengembangan masyarakatnya adalah desa Ponggok. Desa ini awalnya adalah salah satu
desa tertinggal, bahkan masuk dalam Inpres Desa Tertinggal (IDT) (Kumilasari, 2019). Namun Junaedi
Mulyono sebagai Kepala Desa Ponggok ia sukses membuat desanya menjadi inspirasi desa lain dalam
melakukan pembedayaan masyarakat. Ia sukses membuat pendapatan daerahnya yang awalnya Rp 80
juta pertahun menjadi RP 14 Milliar (Wicaksono, n.d.). Desa Ponggok menjadi contoh salah satu Desa
yang berhasil mengelola tempat pemandian kuno dan sumber air bagi petani setempat menjadi usaha
wisata yang menarik bagi publik (Putra, 2018).
Berkat pencapaian prestasi itu, tahun 2017 BUMDes Tirta Mandiri dinyatakan sebagai pemenang dalam
pengelolaan BUMDes terbaik (Kumilasari, 2019). Bahkan presiden Jokowi menjadikan desa ini sebagai
inspirasi bagi desa lain yang disampaikan melalui unggahan di foto di Instagram dalam captionnya Pak
Jokowi yang bertuliskan
“Sejak tahun 2015, dengan memanfaatkan Dana Desa, pemerintah Desa Ponggok
membangun infrastruktur penunjang pariwisata itu: jalan desa, sanitasi, drainase, MCK,
sampai area parkir. "Hasilnya? Desa Ponggok berubah menjadi sebuah desa yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Dari pariwisata, Desa Ponggok kini bisa mendapatkan penghasilan
sampai Rp14 miliar setahun,” jelas Jokowi. “Saya mengajak desa-desa lain yang memiliki
potensi serupa untuk belajar dan meniru apa yang dilakukan Desa Ponggok ini, apa pun
keunggulan desanya,”(Lip M. Aditiya, 2020).
Kesuksesan Junaedi Mulyono sebagai kepala desa dalam mengelola BUMDes untuk memberdayakan
masyarakatnya tidaklah dapat dilakukan tanpa adanya tahapan pengembangan yang dilakukan. Bahkan
ia memulai pengembangan dengan dimulai menyadari bahwa kondisi masyarakat di ponggok adalah
sebuah masalah, dimana saat itu Desa Ponggok menjadi salah satu desa tertinggal dan tertinggal dengan
pendapatan masyarakat yang juga rendah. Menyadari bahwa harus ada perubahan dengan
memberdayakan masyarakat ia kemudian mencari cara dan berupaya untuk memanfaatkan aset yang
ada untuk mengembangkan desanya. Setelah itu ia kemudian mengajak masyarakat untuk membangun
desanya. Sejak awal permulaan bahkan tidak lepas dengan adanya dinamika pengembangan. Awal kali
ketika hendak mengajak masyarakat tidak semua masyarkat menerima, namun ia tidaklah berhenti
dengan berusaha meyakinkan masyarakat. Setelah itu ia mulai membenahi infrastruktur dan kemudian
mulai mengelola aset-aset yang dimiliki dan potensi desa untuk dikembangkan. Bahkan ketika program
sudah berjalan hasil sudah terlihat dengan meningkatnya pendapatan daerah dan berkurangnya
pengangguran juga masih ada dinamika yang harus dihadapi yaitu adanya opini penyelewengan dana.
Namun semua dinamika dalam tahapan pengembangan dapat dilalui oleh Junaedi hingga kini ia masih
melakukan program pengembangan di desa Ponggok.

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 654
Pengambangan masyarakat tentu tidak berhenti pada desa- desa yang sudah berkembang saja termasuk
di desa Ponggok namun juga mustinya desa – desa lain juga dikembangkan bahkan bisa dikembangkan
menjadi desa wisata, seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi, mustinya desa lain bisa menjadi seperti
desa Ponggok. Oleh karena itu kesukesesan Junaedi dalam membangun dalam melakukan
pembangunan desa wisata dapat dijadikan acuan atau contoh desa lainnya, sehingga dapat membantu
program pemerintah dalam megembangkan desa-desa yang lain. Oleh karena penelitian ini fokus
mengkaji bagaimana tahapan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Junaede pada
pengembangan masyarakat di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
Pada penelitian terdahulu terdapat beberapa kajian yang membahas tentang pengembangan di Desa
Ponggok. Artikel yang pertama yaitu dari artikel dengan judul Strategi Pengelolaan Sumber Daya Alam
Desa Ponggok, artikel ini sama- sama mengkaji Desa Ponggok namun perbedaannya pada subjek
penelitian, penelitian ini meneliti pada bagian Strategi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang ada pada
Desa Ponggok, sedangkan penelitian ini lebih fokus pada tahapan pengembangannya. Hasil dari
penelitian ini menjelaskan pada beberapa sumberdaya yang dimiliki desa dimanfaatkan oleh Junaedi
untuk mengembangkan desanya seperti merenovasi umbul ponggok menjadi salah satu tempat wisata,
Umbul besuki menjadi tempat sumber air bersih untuk irigasi sawah, umbul sigedang untuk pemandian,
dibukakan kios-kios yang dijadikan tempat berjualan produk hasil dari ibu- ibu rumah tangga, menjual
saham kepada masyarakat (Zakiyah & Idrus, 2017).
Artikel kedua dengan judul Peran Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Desa Di Desa Ponggok Kab. Klaten, artikel ini lebih fokus pada peran kepemimpinan dan bentuk
partisipasi dari masyarakat. Hasil dari penelitan ini menjelaskan bahwa peran kepemimpianan dan juga
keterlibatan aktif masyarakat secara menyeluruh mempengaruhi setiaps perencanaan dan kebijakan
alokasi anggaran. Pada penelitian ini menjelaskan bahwa kepemimpinan memiliki kontribusi tinggi
dalam kemajuan desa Ponggok. Hal tersebut dapat dilihat dari pengaruh idealnya dengan mampu
mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan. Selain itu dalam motivasi inspirasi yaitu
dalam mengajak masyarakat berkontribusi dan swadaya untuk mengatasi keterbatasan anggaran desa.
Selain itu dari stimulasi intelektual yang dapat dilihat dari petani tradisioanal mengarah pada jasa
insdustri wisara dan meningkatkan nilai dari produk lokal. Berikutnya adalah konsiderasi individu yang
telihat pada kemampuan menyelola perbedaan dalam proses menyusun program dan anggaran.
Kepemimpinan dengan karakter tersebut yang membuat perencanaan pembangunaan hingga evaluasi
bersama dapat berjalan dengan efektif (Ferlina, 2020).
Artikel ketiga dengan judul Sosialisasi Inovasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta mandiri Oleh
Pemerintah Desa Ponggok, Klaten dengan Pendekatan Teori Difusi Inovasi, artikel ini fokus pada
bentuk komunikasi untuk mensosialikasikan gagasan yang dibawakan oleh BUMDes yang dilakukan
oleh pemerintah Desa. Hasil dari penelitian ini menjelaskan jika pendirian dari Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)Tirta Mandiri yang dibangun oleh Junaedi, merupakan inovasi baru yang berwujud lembaga
untuk mengoptimalkan SDA dan menampung aktivitas ekonomi warga. BUMDes Tirta mandiri
disosialisasikan dengan menggunakan saluran komunikasi antar pribaddi melalui forum diskusi,
musyawarah warga, berkunjung secara door to dootrke RT,RW, Mengunjungi paguyuban para ibu- ibu
PKK dan juga disosisalisasik dengan komunikasi massa melalui grup whatsApp, instagram, facebook,
twitter, website (Sabilla, 2018).
Arikel keempat dengan judul Pengembangan Masyarakat Islam Berbasis Pengembangan Aset Sumber
Daya Manusia (SDM) di Desa Ponggok Kec. Polanharjo, Kab.Klaten, artikel ini lebih banyak
memaparkan beberapa program yang dibuat oleh kepala desa dalam upaya agar masyararakat mau
berperan dalam pembangunan desa wisata. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan
sumberdaya masnsusaia merupakan suatau uapaya untuk mengembangkan kualitas atau kekakmpuan
sumberdaya menudia melalui proses perencaaan, pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau
pegawai untuk mencapai hasil yang bagus, kedua pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara
metode bertindak dan cara berpikir tentang pembangaunan. Pembengembangan dalam bentuk
pemberdayaan aset yang dilakukan didesa Ponggok adalah dengan melibatkan masyarakat dalam
mengembangan kegiatan sosial, meningkatkan produktifitas SDM, Pelatihan Dan peningkatan kapasitas
SDM, pengembangan layanana kesehatan, pengembangan kegiatan produktif, studi banding kepala desa
dan pengajian rutin desa (Hidayah, 2021).
Artikel kelima dengan judul Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Kecamaatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten, Menurut Perda Kabupaten Klaten No 21 Tahun 2013 Tentang
Pedomatan Tatacara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, artikel ini lebih fokus

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 655
pada bagaimana proses pengelolaan BUMDes yang menjadi media dalam melakukan pengembangan
desa wisata Ponggok. Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan BUMDes Tirta Mndiri di desa
Ponggok, sudah sesuai dengan Perda No. 21 Tahun 2013 yaitu pengelolaannya terpisah dariPemerintah
Desa dan mendasarkan pada AD dan ART BUMDes Tirta Mandiri. Yang mendukung kesesuaian
tersebut adalah karena adanya dorongan dari Junaedi selaku kepala desa dalam menerapkan pedoman
tersebut, besarnya antusias warga dalam mengelola BUMDes, adanya dukungan dan apresiasi yang
diberikan oleh pemerintah kabuten dan pemerintah pusat terhadap pekmebngan BUMDes Tirta Mandiri.
Sedangkan faktor yang menghambat penerapan dari Perda No. 21 Tahun 2013 adalah karena kurangnya
sosialisasi atau pengelan undang-undang di desa Ponggok, banyaknya warga yang kurang memiliki
wawasan hukum (Vereira, 2018).
Pada hasil pencarian di Google Cendekia, kajian tentang Dinamika Tahapan Pengembangan pada
Pengembangan Desa Wisata masih jarang dijumpai, termasuk pada Desa Ponggok juga belum dijumpai
adanya penelitian tentang dinamika tahapan pengembangan yang menguraikan tahapan pengembangan
hingga tahap terminasinya. Maka dengan adanya tulisan yang mengkaji Tahapan Pengembangan di Desa
Ponggok dapat dijadikan refensi atau inspirasi dalam memproses kegiatan pengembangan yang hendak
di lakukan di masyarakat.

METODE PENELITIAN
Menurut Denzin dan Lincoln penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang
ilmiah dengan bermaksud untuk menafsirkan fakta- fakta yang terjadi. Metode yang digunakan dalasm
penelitian kualitatif ini bisa dengan wawancara, pengamatan atau dengan pemanfaatan dokumen
(Untung, 2019). Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data
primer adalah sumber data yang langsung bisa memberikan data kepada peneliti yang didapatkan
langsung dari objek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang datanya
didapatkan dari pihak lain (Sugiyono, 2014). Pada penelitian kualitatif analisis data merupakan tahapan
mencari dan menyusun data secara sistematis. Dimana data ini didapatkan dari proses penggalian yang
telah dilakukan sebelumnya sesuai dengan rumusan penelitian. Sehingga hasil penelitian dapat mudah
dipahami dan temuan yang didapatkan dari proses penggalian data dapat diinformasikan kepada orang
lain. Teknik menganalisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-
unit tertentu, melakukan sistesa, menyusun kepdalam pola, kemudian memilih mana yang penting atau
yang sesuai rumusan dan tidak, hingga kemudian dibuatlah kesimpulan hasil yang dapat di publishkan
ke orang lain (Sugiyono, 2014)
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif sebab peneliti mendeskripsikan
tahapan pengembangan yang dilakukan Junaedi Mulyono sebagai kepala desa Ponggok, Kecamatan
Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah yang berperan sebagai pelaku perubahan dari desa yang tertinggal
menjadi desa wisata yang maju. Sedangkan metode yang yang digunakan adalah dengan pemanfaatan
dari dokumen, yaitu dari dokumen karya ilmiah sebelumnya atau penelitian- penelitian dan juga
dokumen lain seperti web resmi dari desa Ponggok. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini dari sumber primer dan juga sekunder. Sumber primer didapatkan dari web resmi desa
ponggok. Sedangkan sumber data sekundernya didapatkan dari dokumenter yang berasal dari jurnal,
skripsi, videom dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat memberikan informasi tahapan
pengembangan yang dilakukan oleh Junaedi Mulyono di desa Ponggok. Metode validasi data yang
digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode ketekunan. Dimana penulis menelusuri
dari beberapa sumber kemudian mencari kesamaan, dan kelogisan dari data yang ada baru kemudian
ditarik kesimpulan isi data yang benar dari berbagai sumber. Begitu juga pada analisis dimana penulis
akan memaparkan deskripsi hasil pemaknaan terhadap data yang ada sesuai dengan variabel tahapan
pemberdayaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Wisata Ponggok


Desa Ponggok sejak awal adalah desa yang unik karena ditempat ini terdapat mata air yang jernih. Mata
air yang bermanfaat untuk kehidupan baik untuk kehidupan masyarakat desa Ponggok atau masyarakat
desa sekitarnya (Dewi, 2020). Bahkan dipercaya masyarakat laut umbul ponggok merupakan sumber
mata air suci yang membawa berkah khususnya diwaktu menjelang puasa, ada sebuah tradisi Padusan
Umbul Ponggok yang masih ada dan banyak dikunjungi banyak orang.

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 656
Desa ini juga terdapat sebuah cerita dimana mata air yang disebut umbul diprediksikan akan menjadi
telaga yang sangat besar dan dapat menggenangi pemukiman penduduk di sekitarnya. Dengan adanya
firasat muncul sepasang ikan yang menyeruapi pethek, yang dimaknai bahwa air akan membesar.
Menanggapi hal tersebut ada upaya untuk mengantisipasi agar air umbul tidak membesar. Leluhur
mereka kemudian menanggap ledhek yang diiring dengan gamelan komplit dengan niyogoyonya, dan
kemudian wanggono serta gamelannya hilang secara tiba tiba pula datang burung pungguk yang besar
yang hinggap di pojok pohon gayam. Dengan memberikan bahasa isyarat butung puungguk tersebut
menunjukkan salah satu gamelan yang mirip dengan gong yang masih utuh bentuknya serta terpelihara
dengan baik. Untuk mengingat peritiwa tersebut kemudian oleh para pinisepuh desa kampungnya diberi
nama Ponggok (Hidayah, 2021)
Umbul Ponggok adalah kolam alami yang berukuran 50 x 25 meter dengan kedalaman rata-rata 1,5
meter- 2,6 meter. Dimana pada masa Belanda mata air yang berasal dari Umbuk Ponggok digunakan
untuk pengairan di pabrik tebu yang ada disekitar wilayah Umbul Ponggok. Namun setelah pabrik tebu
tidak berorprasi lagi, dimanfaatkan masyarakat untuk dikonsumsi, mandi dan mencuci. Pada masa
pemerintahan Junaedi Mulyono yang berperan sebagai kepala desa dikembangkan potensinya menjadi
tempat wisata, dan kemudian dikembangkan tidak hanya untuk wisata sekitar melainkan juga
masyarakat luar (Dewi, 2020)
Kealamian kolam ini karena berbeda dengan kolam pada umumnya yang berlantai keramik, sedangkan
di Umbul Ponggok berupa hamparan pasir, bebatuan, ditambah airnya yang mengalir terus menerus
sehingga membuat tidak amis. Dengan adanya ikan- ikan yang berwarna- warni berada di kolam tersebut
bagaikan dibawah laut (Dholym, 2018)
Inovasi yang ada pada Umbul Ponggok mulai dari adanya sarana prasarana wahana permainan untuk
anak- anak, peralatan menyelam, kolam untuk anak- anak, fasilitas untuk berfoto. Bahkan di tempat
wisata ini juga ada taman di dalam air, atau kendaraan di dalam air ini dibuatkan untuk media dalam
berfoto bagi wisatawan. Dengan adanya inovasi ini kemudian membuat jumlah wisatawan juga
senantiasa mengalami peningkatan; 1) Tahun 2010 berjumlah 5.362, 2) Tahun 2011 berjumlah 33.604,
3) Tahun 2012 berjumlah 41.865, 4) Tahun 2013 berjumlah 65.000 5) Tahun 2014 berjumlah 167.445,
6) Tahun 2015 berjumlah 240.000 (Kiswantoro & Susanto, 2019).

Prestasi Desa Wisata Umbul Ponggok


Kesuksesan dari pengembangan yang dilakukan oleh kepala desa Junaedi di desa Ponggok dapat dilihat
dari prestasi yang didapatkan oleh Umbul ponggok. Prestasi dapat dilihat dari keuntungan yang
diperoleh dimana pada tahun 2016 sebesar Rp 10,3 milliar, kemudian pada tahun 2017 mendapatkan
keutungan sebenasr 8,5 milliar. Sebab pendapatan desa Ponggok tersebut sekarang desa ini menjadi desa
yang paling tinggi pendapatannya di Klaten. Selain dari pendapatan yang didapatkan prestasi lain dari
desa ini adalah menjadi percontohan untuk desa- desa di klaten maupun desa- desa lain di Indonesia
(Dholym, 2018).

Tahapan Pengembangan
Kesuksesan yang dilakukan oleh kepala desa Junaedi tentu tidaklah berlangsung sejak awal melainkan
ada serangkaian proses yang harus dilalui dalam mensukseskan pengembangan yang dilakukan, ada
tahapan pengembangan yang dilakukan . Dimana dalam prosesnya tentu tidak lepas dari adanya
dinamika tersendiri. Untuk memaparkan deskripsi darai tahapan yang dilakukan serta bagaimana
dinamika yang ada, maka penulis menggunakan Konsep Tahapan Pengembangan masyarakat yang
dikeluarkan oleh Isbandi Rukimto Adi yang di jelaskan pada bukunya dengan judul Intervensi
Komunitas dan Pengembangan Masyarakat ( sebagai upaya pemberdayaan masyarakat) (Adi, 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis akan dideskripsikan dibawah ini:

Tahap Persiapan. Menurut Isbandi dalam bukunya Intervensi Komuniktas dan Pengembangan
Masyarakat menjelaskan bahwa tahapan awal yang dilakukan dalam pengembangan masyarakat adalah
tahapan persiapan (Adi, 2013). Tahapan persiapan adalah tahapan dimana pelaku perubahan melakukan
persiapan siapa saja yang akan di ajak dalam melakukan pengembangan. Pada tahap persiapan ini pelaku
perubahanjuga melakukan upaya untuk menyamakan pemahaman persepsi tentang pengembangan yang
akan dilakukan.
Pada video “Sang Visioner dari Desa Ponggok” kepala desa Junaedi menjelaskan bahwa ketika ia
melakukan pengembangan masyarakat, awal kali memulai pengembangan potensi desanya yang
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 657
dilakukan adalah mengajak seluruh masyarakat mulai dari Pejabat- pejabat lembaga daerah,
Karangtaruna, Pokdarwis, PKK dan juga masyarakat sekitar (EvyFour, 2021).
Proses menyamakan pemahaman jelas tidak mudah dalam hal ini sebab saat itu yang dilakukan oleh
kepala desa Junaedi ingin mengoptimalkan potensi desa yaitu dengan mengubah desa menjadi desa
wisata yang bisa menyejahterahkan masyarakatnya sendiri, sehingga masyarakat tidak harus lulus
kemudian keluar kota untuk mencari pekerjaan sebab di desanya sendiri sudah tersedia. Meski positif
namun hal tersebut justru menjadi tantangan tersendiri sebab ketika gagasan itu disampaikan kepada
masyarakat responnya adalah tidak percaya jika desanya bisa diubah menjadi wisata, bahkan ada yang
menertawakan. Hal tersebut bisa jadi karena memang saat itu posisi desa adalah sebagai desa termiskin.
Analisi ini memperjelas pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Vereira, 2018). Menurut penulis
menjelaskan bahwa salah satu sebab penghambat dari pelaksanaan Perda No. 21 Tahun 2013 itu juga
bisa karena memang ada ketidak percayaan masyarakat terhadap gagasan yang disampaikan.

Tahap Assessment. Tahapan ini adalah tahapan dimana pelaku perubahan melakukan pemetaan
masalah. Pemetaan ini dilakukan agar dapat mengetahui apa kebutuhan masyarakat yang hendak
diberdayakan. Hal ini bisa dilakiukan oleh pelaku perubahansendiri atau dengan bantuan tokoh- tokoh
masyarakat atau dengan anggota masyarakat yang hendak diberdayakan itu sendiri (Adi, 2013).
Pada tahapan ini dinamika awalnya mengajak beberapa pejabat dan juga masyarakat namun mereka
memandang buat apa harus melakukan penelitian atau pendataan tersebut. Hal itu karena bukanlah hal
yang biasa dilakukan oleh masyarakat ketika hendak membuat program atau pembangunan harus
berurusan dengan pendata- dataan (EvyFour, 2021). Namun karena memahami bahwa penggalian data
menjadi hal yang penting dalam proses pengelolaan yang dilakukan. Apalagi ia memiliki semangat
untuk memberikan perubahan untuk masyarakat menjadi masyarakat yang sejahtera maka ia ingin
semua itu berangkat dari kebutuhan. Oleh karena itu ia meminta bantuan kepada mahasiswa yang
sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) UGM (Universitas Gajah Mada. Mereka diminta untuk membantu
dalam mendata persoalan yang ada dimasyarakat itu apa sebenarnya. Sebab dengan demikian maka akan
dapat diketahui sebenarnya apa kebutuhan masyarakat (Kumilasari, 2019).
Dari proses tersebut kemudian Kepala Desa Junaedi akhirnya mengetahui bahwa masyarakat itu banyak
pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan, kebanyakan dari mereka lulus sekolah kemudian
menjadi petani atau ke kota, perempuan tidak bekerja dan banyak mengandalkan pendapatan dari suami,
selain itu masyarakat juga banyak yang terlilit hutang kepada rentenir (Subehi et al., 2020)

Tahap Perencanaan Alternatif Program. Tahap ini adalah tahapan dimana pelaku perubahan mengajak
masyarakat untuk memahami persoalan yang sedang dihadapi dan juga mendiskusi bagaimana solusi
untuk mengatasi persoalan tersebut. Dari proses diskusi tersebut kemudian disusunlah beberapa program
pengembangan masyarakat mana yang akan dijalankan lebih dulu, bagaimana bentuk programnya dan
apa yang harus mereka lalukan (Adi, 2013).
Dengan semangat yang tinggi dari kepala desa Junaedi yang merasa bahwa membangun desanya
menjadi lebih baik adalah kewajibannya. Meskipun diawal ketika menyampaikan gagasan respon
masyarakat tidak percaya, tidak yakin akan upaya yang dilakukan berhadasil, hal itu tidaklah
membuatnya berputus asa. Ia mencoba merumuskan program bersama dengan masyarakat.
Kepala desa Junaedi kemudian mencoba untuk melakukan rundingan bahkan berkumpul dengan pejabat
lembaga daerah, Karangtaruna, PKK dan juga masyarakat sekitar tentang keinginan- keinginan mereka
terhadap desa. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan waktu ketika ada perkumpulan warga seperti
ketika ada rapat RT/ RW (Kumilasari, 2019). Hal ini tentu juga tidak mudah dalam merumuskan
alternatif program mengingat masyarakat ketika diajak untuk melakukan perubahan sudah ada
pandangan diawal tidak yakinan akan terwujud upaya tersebut. Oleh karena itu kemudian kepala desa
Junaedi meminta kepada masyarakat untuk menyampaikan apa saja keinginan mereka, harapan mereka
dalam mengatasi persoalan- persoalan yang di desanya.

Tahap Performulasian Rencana Aksi. Tahapan ini adalah tahapan dimana pelaku perubahan dan juga
masyarakat menentukan program- program mana saja dulu yang akan dijalankan dari sekian banyak
alternatif program yang telah dirumuskan sebelumnya (Adi, 2013). Tidak hanya dalam bentuk
pendiskusian bahkan pada tahapan ini sudah mulai dalam bentuk penulisan bahkan memungkinkan
adanya proses pembuatan proposal misal untuk pengajuan dana dan lain sebagainya. Begitu juga dengan
seperti yang dituangkan dalam penelitian (Sabilla, 2018) menjelaskan bahwa program awal adalah

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 658
pembuatan inovasi BUMDes Tirta mandiri. Hal tersebut merupakan bagian dari performulasian rencana
aksi yang dilakukan dalam upaya pengembangan desa Ponggok.
Untuk sampai pada tahap ini yaitu tahap dimana dirumuskan program mana yang kemudian akan
dijalankan lebih dahulu setelah melakukan diskusi sebelumhya dalam merumuskan alternatif program.
Dinamika dalam pengembangan semakin sulit lagi sebab bukan hanya sebatas penerimaan saja untuk
melakukan perubahan melainkan harus sampai ada kesepatakan bersama terhadap susunan program
yang akan dijalankan.
Untuk dapat merumsukan hal tersebut diskusi – diskusi juga tidak cukup dilakukan sekali saja melainkan
beberapa kali pertemuan untuk menyamakan pandangan dan juga kesepakatan program mana yang akan
dijalankan lebih dahulu. Untuk melakukan diskusi tersebut kepala desa Junaedi memanfaatkan waktu
seperti ketika rapat RT/RW. Junaedi kemudian berunding apa saja keinginan mereka, dan kemudian
dicari kesamaan dari keinginan mereka, yang paling paling banyak dukungan dan juga kebutuhanlah
yang kemudian berusaha untuk diajalankan lebih dahulu, sebab menurutnya tidaklah mungkin jika
dijalankan semua. Selain itu juga ia juga ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa apa yang akan
dilakukan bukanlah hal yang tidak mungkin untuk diwujudkan, oleh karena itu ia kemudian mencoba
untuk mewujudkan beberapa alternatif program dulu yang kemudian di susun di RPJM (EvyFour, 2021).
Program awal yang dilakukan dalam upaya pengembangan masyarakat adalah program penyelesaiakan
persoalan hutang ke rentenir. Dimana masyarakat banyak yang terlilit hutang kerentenir dan tidak
mampu untuk membayarnya apalagi bunganya yang kemudian juga bertambah. Memahami bahwa hal
itu bisa menjadi hambatan dalam pengembangan masyarakat sebab masyarakat pasti akan fokus
bagaimana caranya mencari uang untuk lepas dari hutangnya terlebih dahulu tidak fokus ke yang
selainnya. Memahami hal tersebut oleh karena itu kepala desa Juanedi dan masyarakat bersepakat
menyelesaikan masalah tersebut terlebih dahulu. Berikutnya adalah program pengelolaan air sebab desa
Ponggok memiliki potensi utama di sumber mata air (Subehi et al., 2020)

Pelaksanaan (Implementasi) Program. Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana semua yang sudah
direncakan kemudian dieksekusi untuk dilaksanakan. Ini termasuk tahap yang krusial karena pada
proses pelaksanaan biasanya apa yang telah direncanakan dengan sedemikian rupa ternyata tidak
terlaksana. Hal tersebut bisa karena ada hambatan seperti adanya tokoh atau kelompok tertentu yang
kemudian menentang program yang akan dijalankan, dengan segala upayanya kemudian melakukan
aktifitas untuk menentang program sehingga program yang direncakanakn tidak dapat dilaksanakan.
(Adi, 2013).
Pada tahapan ini yang dilakukan oleh kepala desa Junaedi adalah membentuk BUMDes (Badan Usaha
Miliki Desa) yang kemudian diberi nama Tirta Mandiri dan pada 15 Desember 2009 diresmikan.
BUMDes Tirta Mandiri dibentuk sebagai wadah sarana untuk membantu masyarakat dan mendapatkan
modal sebesar Rp100juta. Mengingat bahwa persoalan masyarakat yang utama adalah banyaknya yang
terjerat hutang di rentenir. Maka awal kali pengalokasian dana desa digunakan untuk melunasi hutansg
warga pada rentenir yaitu sekitar Rp 70juta, kemudian sisanya untuk mengelola air sebab disana sumber
mata airnya melimpah (Vereira, 2018). Oleh karena itu usaha pertama yang di kelola BUMDes Tirta
Mandiri adalah simpan pinjam, hal ini agar masyarakat ketika butuh tidak terbeban dengan bunga seperti
yang ada ketika meminjam pada rentenir yang justrus membuat mereka tidak dapat mengembangkan
diri sebab hanya terfokus untuk membayar hutang.
Setelah melunasi hutang mulailah menjalankan program pengelolaan air. Dimana mulai dari mengelola
air bersih yang kemudian juga dapat diminum oleh masyarakat. Bahkan masyarakat dapat
mengkonsumsi air bersih dengan harga murah dengan uang Rp 1.800 sudah bisa mendapatkan air bersih
permeter kubik. Hal itu lebih murah karena ketika beli diluar harganya Rp 3000/meter kubik. Setelah
mengelola air bersih kemudian mengelola kolam yaitu umbul menjadi wisata air. Setelah itu mulai
berkembang programnya mulai toko desa, penyewaan gedung, kios kuliner, satu rumah satu sarjana,
program untuk lansia.
Dalam pengembangan desa menjadi desa wisata tidak langsung begitu saja melainkan diawali dengan
kepala desa Junaedi memberikan tawaran kepada LPPM UGM untuk menyelenggarakan kegiaran
Tematik, supaya dapat menggali data tentang potensi- potensi apa saja yang ada di desa Ponggok. LPPM
UGM menerima tawaran tersebut, dan dari hasil LPPM diketahui bahwa desa tersebut memiliki potensi
yang luar biasa sebagai desa wisata. Dari sinilah kemudian muncul usulan untuk mengembangkan desa
Ponggok menjadi desa wisata (Enggraini et al., 2020).

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 659
Pelaksanaan adalah tahapan dimana awal mula aksi pengembangan dilakukan. Pada proses tentu
persoalan- persoalan teknis atau bahkan pandangan- pandangan dan juga semangat pembangunan bisa
jadi problem. Begitu juga dengan proses pembedayaan pada desa Ponggok. Didesa ini tidak lepas dari
adanya tantangan- tangangan dari masyarakat dalam pelaksanaannya. Bahkan diawal- awal ada yang
mengopinikan tentang keraguan dalam kesuksesan program yang direncanakan, sehingga membuat
masyarakat kemudian juga muncul kekhawatiran dan juga keraguan. Bahkan dalam program simpan
pinjam di awal- awal sampai sedikit masyarakat yang berani menginvestasikan uangnya ke BUMDes
karena keraguan tersebut. Namun kepala Desa Junaedi paham bahwa hal itu harus ditepis dengan
pembuktian selain itu ia juga senantiasa berusaha untuk senantiasa mengingatkan potensi yang dimiliki
oleh desanya “diwujudkan dulu beberapa supaya yakin baru ke program berikutnya”.(EvyFour, 2021).
Baru ketika ternyata program pengelolaan air sukses masyarakat akhirnya mulai banyak yang
menginvestikan uangnya ke BUMDes karena mulai percaya.(Subehi et al., 2020).
Bahkan dalam pelaksanaanya juga sampai ada tudingan adanya korupsi yang dilakukan oleh kepala desa
Ponggok sebesar Rp21,6milliar. (Suharsih, 2019). Hal tersebut tentunya dapat membuat adanya
penurunan kepercayaan masyarakat terhadap kepala desanya apalagi ia adalah sebagai pelopor dalam
pengembangan desa wisata. Namun hal tersebut disampaikan kepala desa Junaedi sebagai tuduhan yang
tidak benar, bahkan ia siap menjalankan pemeriksanaan dengan sedetail mungkin.(Redaksi, 2019). Hal
itu juga terbukti hingga kini masih menjabat sebagai kepala desa Ponggok. (EvyFour, 2021).Dengan
bukti itu akhirnya masyarakat kembali percaya.

Tahap Evaluasi Proses dan Hasil Perubahan. Evaluasi adalah bentuk dari pengawasan yang dilakukan
oleh masyarakat dan juga petugas terhadap pelaksanaan program yang telah direncanakan bersama. Dari
hasil evaluasi bisa diketahui apakah semuanya sudah berjalan sesuai rencana atau tidak dan sudah
mampu menyelesaikan masalah atau tidak. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan adanya
pengulangan terhadap tahapan assesment jika dirasa ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah
masyarakat atau tidak dapat memenuhi kebutuhan. Namun proses evaluasi tidak hanya dilakukan pada
hasil saja melainkan juga dapat mulai dari input, proses dan outputnya (Adi, 2013).
Proses evaluasi hasil kerja dapat diketahui dengan adanya sistem pengawasan. Sistem pengawasan ini
yang kemudian akan menjadi pengukuran dalam proses pelaksanaan. Ketika dari hasil pengawasan
ditemukan adanya ketidak sesuaian atau bahkan adanya penyimpangan maka akan ada evaluasi kembali.
Di evaluasi kembali mulai dari proses programnya, kemudian pelaksanaan, kemudian hasilnya “ kita
analisa ulang” pernyataan dari kepala desa Junaedi (EvyFour, 2021). Selain itu pengawasannya
dilakukan siapa saja mengacu pada Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 yitu dilakukan oleh
masyarakat desa, tim pengawas internal, dan Bapermas.
Proses untuk melakukan evaluasi juga tentu tidak lepas dari adanya dinamika dimana evaluasi akan
diketahui dari hasil pengawasan yang dilakukan. Pengawasan sendiri dapat berjalan sesuai dengan
semestinya tentunya ketika sumber daya yang menjadi pengawas memahami dengan benar proses
penetapa standar, pengyukuran standar, pengukuran pelaksanaan kegiatan analisa penyimpangan dan
lain- lain. Namun pada pengembangan ini proses pengawasan terdapat kendala yaitu dari sumber
dayanya yaitu kurangnya sumber daya yang kompeten untuk melakukan pengawasan sehingga bisa
menghasilkan data evaluasi pelaksanaan kerja dengan baik (Wandansari, 2022)

Tahap Terminasi. Tahap ini adalah tahap pemutusan hubungan antara pelaku pengembangan dengan
masyarakat yang diberdayakan. Tahapan ini pada dasarnya adalah tahapan akhir yang menunjukkan
proses pengembangan telah selesai, dengan ditandai bahwa masyarakat sudah mampu menjalankan
program secara mandiri. Terkadang tahapan ini dilakukan bukan karena masyarakat memang sudah
mandiri atau dianggap sudah dapat mandiri melainkan karena program pengembangan harus dihentikan
sebab secara waktu sudah selesai dari yang direncanakan atau juga bisa karena anggarannnya yang sudah
habis. Meskipun begitu ada juga pelaku pengembangan yang juga masih tetap melakukan komunikasi
meskipun tidak intens karena merasa bahwa tugas mereka masih belum selesai (Adi, 2013).
Tahap ini belumlah terjadi sebab pelaku perubahan dilakukan oleh kepala desa Junaedi. Hingga saat ini
kepala desa di Ponnggok masih sama yaitu Junaedi ia kini menjabat di periode ketiganya, dan sampai
saat ini pengembangan itu juga terus dilakukan. Namun proses terminasi sepertinya sudah mulai
dipersiapkan pula oleh kepala Desa Ponggok ini. Program- progam yang dibuatnya tidak semata- mata
hanya untuk kepentingan peningkatan pendapatan melainkan juga untuk mempersiapkan sdm yang akan
menjadi generaasinya kedepan seperti pada program satu rumah satu sarjana dalam wawacara kepala

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 660
desa Junaedi menyanpaikan bahwa ia juga harus mempersiapkan estafet. Sarjana – sarjana ini harus
dipersiapakan supaya kedepan ada yang bisa membantu dan menggantikannya kedepannya dalam
mengelola desanya. Tidak hanya itu saja program pelatihan dan juga studi banding (Kumparan Travel,
2018)

KESIMPULAN
Pada analisis sebelumnya menunjukkan bahwa kesuksesan dari pembangunan yang dilakukan oleh
kepala desa Ponggok yaitu Junaedi tidak hanya karena kepemimpinanannya atau karena pemanfaatan
asetnya saja seperti hasil dari penelitian – penelitian terdahulu. Hasil ini menunjukkan adanya
kesuksesan karena adanya tahapan – tahapan pemberdayaan yang ditata dan dilakukan Junaedi dan
masyarakat. Sebagai mana di jelaskan pada penelitian terdahulu bahwa untuk sosialisasi bahkan mulai
dari interpersonal, kelompok, hingga menggunakan media massa, ini juga merupakan bagian dari
tahapan pengembangan desa.
Pada tahapans yang dilakukan dalam pengembangan juga tidak lepas dari adanya dinamika. Meskipun
tujuan dari pembangunan yang ia lakukan adalah hal yang positif, namun pada proses yang ia lakukan
ada berbagai dinamika yang harus dihadapi khususnya adalah adanya tantangan – tangan yang dapat
menjadi penghambat ketika tak mampu mengatasinya.
Dari hasil analisis sebelumnya dapat diketahui bahwa dinamika dalam bentuk hambatan itu terjadi sejak
awal proses pengembangan dilakukan, dimana masyarakat atau bahkan lembaga yang diajak oleh kepala
Desa Junaedi untuk melakukan pengembangan merasa bahwa ajakan Junaedi tersebut tidaklah mampu
untuk diwujudkan, ada pesimistis juga keraguan. Hal tersebut tidak membuat kepala desa Junaedi
berhenti ia kemudian berusaha menepis pandangan masyarakat dengan berupaya mewujudkan beberapa
program, ia berusaha mensukseskan terlebih dahulu yaitu pelusanan hutang dan juga pengelolaan Umbul
Ponggok. Sebab dengan hasil nyata masyarakat akhirnya akan optimis bahwa apa yang direncanakan
bsia diwujudkan.
Dinamikanya tidak hanya berhenti pada tahapan awal saja melainkan saat program mulai dijankan
hingga pengawasan juga masih ada, mulai dari hasutan, penyeberan opini akan pengalokasian dana yang
dikorupsi dan sdm untuk melakukan evaluasi. Tetapi lagi- lagi hal tersebut mampu diatasi oleh kepala
desa Junaedi dengan kejujurannya, tuduhan yang ada mampu ditepis. Bahkan Ponggok hingga sekarang
masih menjadi desa percontohan untuk desa lain dalam pengembangan desa.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, I. R. (2013). Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat (1st ed.). Fajar Interpratama
Mandiri Offset.
Aji, R. P., & Ma’ruf, M. F. (2016). Upaya Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pendapatan
Asli Desa (Studi pada Desa Wisata Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul).
Publika, 4(10), 1–10.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/17684/16084
Dewi, I. A. P. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Potensi Lokal di Wisata
Umbul Ponggok, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah. International Journal of Hypertension, 1(1), 1–171.
http://etd.eprints.ums.ac.id/14871/%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.cell.2017.12.025%0Ahttp://www
.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf%0Ahttp://www.who.int/about/licensing/%0Ahttp://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/12/Dea
Dholym, S. F. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pengunjung Obyek Wisata
Umbul Ponggok, Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten [UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA]. In
World Development (Vol. 1, Issue 1).
http://www.fao.org/3/I8739EN/i8739en.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.adolescence.2017.01.
003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.childyouth.2011.10.007%0Ahttps://www.tandfonline.com/do
i/full/10.1080/23288604.2016.1224023%0Ahttp://pjx.sagepub.com/lookup/doi/10
Enggraini, F., Putri, N. C., Salman, Y. A., & Handayani, W. (2020). Peran Kelembagaan Pemerintah
Desa dalam Memajukan Desa Ponggok-Polanharjo, Klaten. Matra Pembaruan, 4(2), 71–82.
https://doi.org/10.21787/mp.4.2.2020.71-82

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 661
EvyFour. (2021). Sang Visioner dari Desa Ponggok. https://www.youtube.com/watch?v=1Tag7h46ncY
Ferlina, A. (2020). Peran Kepemimpinan Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di
Desa Ponggok Kab. Klaten. In Skripsi. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/28406
Hidayah, S. N. M. (2021). Pengembangan Masyarakat Islam Berbasis Pemberdayaan Aset Sumber Daya
Manusia (SDM) di Desa Ponggok Kec. Polanharjo, Kab.Klaten. Nuansa, 14, 218–231.
Kiswantoro, A., & Susanto, D. R. (2019). Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendukung Wisata Terhadap
Kepuasan Wisatawan Di Umbul Ponggok, Klaten. Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan
Budaya, 10(2), 106–112. https://doi.org/10.31294/khi.v10i2.6373
Kumilasari, N. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas Desa (Vol. 8, Issue 5).
Universitas Islam Negeri Walisongo.
Kumparan Travel. (2018). 4-jurus-andalan-kades-junaedi-membangun-ponggok-jadi-desa-makmur @
kumparan.com. Kumparan Travel. https://kumparan.com/kumparantravel/4-jurus-andalan-kades-
junaedi-membangun-ponggok-jadi-desa-makmur/full
Lip M. Aditiya. (2020). Mengenal Desa Ponggok, Salah Satu Desa Terkaya di Indonesia.
Goodnewsfromindonesia.Id. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/09/06/mengenal-
desa-ponggok-di-klaten-salah-satu-desa-paling-makmur-di-indonesia
Mindserie, W. (2021). Transformasi Desa Ponggok, Dari Yang Termiskin Menjadi Desa Terkaya Di
Klaten. Digstraksi. https://digstraksi.com/transformasi-desa-ponggok-dari-yang-termiskin-
menjadi-desa-terkaya-di-klaten/
Putra, A. S. (2018). Diskursus Pengakuan, Badan Hukum, Dan Fenomena Badan Usaha Milik Desa
“Tirta Mandiri” Di Desa Ponggok. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional,
7(3), 465. https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v7i3.260
Redaksi. (2019). Dituding Korupsi 21,6 Miliar, Kades Ponggok Membantah. The AceH Trend.
Sabilla, F. (2018). Sosialisasi Inovasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirt mandiri Oleh
Pemerintah Desa Ponggok, Klaten dengan Pendekatan Teori Difusi Inovasi (Vol. 7, Issue 2).
Subehi, F., Luthfi, A., Mustofa, M. S., & Gunawan, G. (2020). Peran Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten.
Umbara, 3(1), 34. https://doi.org/10.24198/umbara.v3i1.25670
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Suharsih. (2019). Diduga Korupsi Rp21,6 Miliar, Kades Ponggok Klaten Dipanggil Polisi.
Solopos.Com. https://www.solopos.com/diduga-korupsi-rp216-miliar-kades-ponggok-klaten-
dipanggil-polisi-999500
Sumber ekon. (2021). Pembangunan Kepariwisataan Melalui Pengembangan Desa Wisata Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia. Sumber Ekon.Go.Id. https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3520/pembangunan-
kepariwisataan-melalui-pengembangan-desa-wisata-untuk-meningkatkan-pertumbuhan-ekonomi
Untung, M. S. (2019). Metodologi Penelitian -teori dan praktik riset pendidikan dan sosial. Litera.
Vereira, V. (2018). Pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Kecamaatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten, Menurut Perda Kabupaten Klaten No 21 Tahun 2013 Tentang Pedomatan
Tatacara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Vol. 7, Issue 2).
Wandansari, R. P. (2022). PENGAWASAN PENGELOLAAN BUMDES TIRTA MANDIRI DESA
PONGGOK (STUDI KASUS PENGELOLAAN BUMDES) [Universitas Muhammadiyah
Surakarta]. In Material Safety Data Sheet.
http://www2.warwick.ac.uk/fac/sci/whri/research/mushroomresearch/mushroomquality/fungienv
ironment%0Ahttps://us.vwr.com/assetsvc/asset/en_US/id/16490607/contents%0Ahttp://www.hse
.gov.uk/pubns/indg373hp.pdf
Wicaksono, S. (n.d.). Sempat Jadi Desa Termiskin, Desa Ponggok Kini Miliki Pendapatan Miliaran
Rupiah Per Tahun.

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 662
Zakiyah, U., & Idrus, I. A. (2017). Srategi Pengelolaan Sumber Daya Alam Desa Ponggok. JIP (Jurnal
Ilmu Pemerintahan) : Kajian Ilmu Pemerintahan Dan Politik Daerah, 2(2), 84–95.
https://doi.org/10.24905/jip.2.2.2017.84-95

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat | Vol. 06 (06) 2022 | 663
LINGKUP DAN TAHAPAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

DESI FITRIYANA

Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Email : desifitriyana.29@gmail.com

Abstrak

Pemberdayaan merupakan suatu proses suatu cara untuk menswadayakan, memandirikan,


mengembangkan, serta memperkuat status tawar menawar antara masyarakat yang memiliki
kekuatan-kekuatan dalam menekan seluruh sektor serta aspek-aspek dalam kehidupan sehari-
hari. Pemberdayaan masyarakat lebih mengutamakan kepada keikut sertaan masyarakat pada
proses dalam mengambil sebuah keputusan menghasilkan control terhadap publik terhadap
penerapan dari keputusan-keputusan pemerintah. Mengingat hal ini , politik sedang dibahas
di kalangan masyarakat umum setiap hari. Dalam hal pemberdayaan masyarakat luas , politik
hari ini adalah transformasi politik ke masa kini , terutama penegakan demokrasi dalam
kehidupan sehar-hari. Berdasarkan penerapan dari prinsip - prinsip demokrasi, masing-
masing warga desa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek - proyek
pengembangan masyarakat setara dengan kondisi sosial ekonominya masing-masing. Karena
itu , pemerintah menawarkan kesempatan terhadap anggota masyarakat umum untuk
mendukung serta meningkatkan tujuan mereka sendiri .

Kata Kunci : lingkup,tahapan,pemberdayaan


A. Pendahuluan
Pemberdayaan tidak memiliki informasi tentang model tunggal. Menurut
perilaku manusia serta konteks politik, sosial, dan ekonomi, orang melihat
penderdayaan sangat berbeda .(Irwan et al., 2021) Beberapa ada yang meyakini bahwa
Pemberdayaan itu merupakan sebagai sebuah proses yang melejit , memandirikan,
menswadayakan, dan membuat posisi tawar menawar antara masyarakat lapisan
bawah terhadap kekuatan-kekuatan yang menjadi penekan di setiap industri serta
sektor kehidupan manusia semakin kuat (Akhmad et al., 2006)
Ada juga organisasi lain yang menyatakan bahwa pemberdayaan itu
merupakan suatu proses yang memfasilitasi para tokoh masyarakat untuk dapat
bekerja sama dalam suatu proyek atau urusan bersama yang dapat secara kooperatif
mengidentifikasi ancaman,(Mustanir, Fitriani, et al., 2020) mengumpulkan bukti
kesalahan, melaksanakan kampanye tertentu, dan sebagai hasilnya membantu
masyarakat pulih .(PLANO DE DISCIPLINA - PROF LEONARDO - POLÍTICAS
PÚBLICAS, 2019) dari ketegangan (Ahmad & Muhammad, 2019)
Commonity Empowerment atau yang biasadi sebut pemberdayaan masyarakat
terkadang sulit dibedakan dengan Commonity Deveplopment atau pembangunan
masyarakat karena pengertiannya yang saling tumpang tindih pada penggunaannya di
dalam masyarakat.(Mustanir, Justira, et al., 2018) Pemberdayaan masyarakat
(community empowerment) dan pembangunan masyarakat (community development)
dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja
dilakukan pemerintah untuk menjadi sebuah wadah dalam memadai masyarakat
setempat dalam suatu proses perencanaan, pemutusan serta pengelolaan sumber daya
yang ada agar masyarakat mampu dan mandiri secara ekonomi, ekologi serta sosial
yang berkelanjutan.(Fay, 1967) Oleh sebab itu, pada hakekatnya pemberdayaan
masyarakat memiliki keterkaitan yang begitu erat terhadap sustainable development
membutuhkan pra-syarat supaya dapat berlanjut secara memandirikan masyarakat
dalam ekonomi, ekologi, serta sosial yang begitu dinamis. (Mustanir, Hamid, et al.,
2020)

Empowerment atau yang biasa disebut pemberdayaan masyarakat sebagai


jalan pintas dari strategi dalam pembangunan yang dibahas dalam sebagian tulisan
maupun literatur, meskipun belum sepenuhnya diimplementasikan.(Andi Asmawati
AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad Rais
Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, 2021) Pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat ialah hal yang berkaitan terhadapat perubahan serta kemajuan bangsa
kedepannya, atau bila dikaitkan terhadap keterampilan masyarakat yang dimiliki itu
masih sangat tidak cukup dan justru akan menghambat pada pertumbuhan ekonomi
(Mustainir et al., 2017)

Pemberdayaan masyarakat ialah salah satu cara yang dapat digunakan dapat
membangun perekonomian yang terangkum dalam nilai-nilai yang ada di masyarakat
agar dapat membangun paradigma yang baru didalam pembangunan yang memiliki
sifat peoplecenterend, partisipatif, empowermernt serta sustainable.(Sapri, S.,
Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, 2019) Seperti yang dikatakan oleh
Chamber dijelaskan bahwa sebuah konsep dalam pembanguanan dengan
menggunakan gaya dari pemberdayaan masyarakat tidak sekedar hanya memenuhi
kebutuhan dasar (basic need) masyarakat saja melainkan juga lebih dari sekedar usaha
dalam mencari sebuah alternative untuk pertumbuhan perekonomian lokal. (Munawar,
2011)

Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) sebagai paradigma untuk


membangun kelembagaan kerakyatan ialah suatu bentuk usaha dalam meningkatkan
kekuatan serta kedudukan dari sebagian besar penduduk sangat rentan terhadap
keterbelakangan dan kemiskinan.(Irwan et al., 2019) Pemberdayaan masyarakat
(empowerment) tidak hanya semata-mata menjadi konsep perekomian melainkan
secara implisit mempunyai arti penegakan terhadap demokrasi ekonomi (yakni
kegiatan ekonomi akan berlangsung dari rakyat, oleh rakyat dan akan kembali lagi
untuk rakyat), jika Di tinjau dari sudut pandang penyelenggaraan Administrasi
Negara.(Uceng, Erfina, et al., 2019a) Dengan prinsip dasar ekonomi yang
menekankan pada pemanfaatan teknologi , modal , akses pasar , dan keunggulan
manajerial. Oleh karena itu, agar demokrasi ekonomi dapat berkembang , aspirasi
harus ditetapkan secara jelas oleh pimpinan pemerintahan dan dimasukkan dalam
pembahasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
masyarakat luas .(Mustanir, Yasin, et al., 2018)
Program pembangunan yang penting dari pemerintah harus diredam dengan
melibatkan persentase penduduk yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam program
itu sendiri. Ini menjadikannya tugas yang sangat penting bagi pengelola pembangunan
untuk mengenali, mengatasi,(Mustanir, Dema, et al., 2018) dan menerapkan iklim
yang merusak inisiatif pembangunan masyarakat (Sabir et al., 2022) Pelaksanaan
upaya-upaya ini dilakukan melalui kepatuhan terhadap undang- undang , kepatuhan
terhadap peraturan, dan proyek pembangunan yang disponsori oleh pemerintah
dimaksudkan agar mampu meransang, mendorong serta membuka jalan bagi prakarsa
pembangunan di dalam masyarakat. (Latif et al., 2019).

B. Pembahasan

Pemberdayaan masyarakat desa bisa dimengerti melalui beberapa perspektif.


Pertama, pemberdayaan diartikan dalam konteks menempatkan posisi berdirinya
masyarakat. Posisi masyarakat tidak hanya sebagai objek penerimaan yang
bergantung pada hadiah dari pihak luar seperti pemerintah, tetapi dalam posisi sebagai
subjek (agen atau partisipan yang bertindak) untuk bertindak secara mandiri. Mandiri
suatu bangsa belum tentu merupakan tanda tanggung jawabnya. Secara umum,
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan,
transportasi, dan kebutuhan lainnya, merupakan kewajiban negara. Yang dimaksud
dengan komunitas “ mandiri ” adalah ruang dengan partisipasi aktif yang memiliki
kapasitas untuk mengeluarkan potensi kreatif, memperhatikan lingkungan dan orang-
orang yang tinggal di dalamnya, menangani masalah secara pribadi, dan memulai
proses politik di tingkat nasional. Masyarakat berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan pemerintahan.

Elemen pemberdayaan yang kedua adalah kekuatan (power), yang berfungsi


sebagai jawaban atas warga masyarakat yang tidak berdaya. Ilmu sosial tradisional
mengajarkan bahwa ada hubungan antara kekuasaan dan kendali dengan setiap
tindakan yang diberikan. Pernyataan ini menganggap bahwa kekuasaan adalah sesuatu
yang tidak dapat dihancurkan atau diubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak berubah
dalam pengertian di atas. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi antar
manusia, kekuasaan tidak hampa dan terisolasi. Kekuasaan diwujudkan dalam
kekambuhan sosial. Karena itu, kekuatan dan hubungan yang berhubungan dengan
kekuatan dapat berubah.

Dengan pemahaman konsep-konsep kunci tersebut, pemberdayaan sebagai


proses perubahan memiliki landasan yang kuat .Dengan kata lain, ada kemungkinan
kuat bahwa dua hal berikut ini akan terjadi selama proses pemberdayaan:(1)
kekuasaan itu dapat berubah; (2) Kekuatan itu dapat diselesaikan jika tidak menjadi
goyah; dan (3) bahwa pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara tertentu.
Prinsip ini memperingatkan terhadap pemahaman non-statistik, serta dinamis,
kuasaan.

Ketiga, pemberdayaan meluas dari proses ke pandangan ideal. Sepanjang


proses, penduduk secara keseluruhan terlibat dalam tindakan atau gerakan yang
terkoordinasi secara kolektif untuk mengembangkan potensi mereka,
mempertahankan posisi mereka, dan mencapai tujuan mereka. Menurut skenario
ideal, proses tersebut tidak mencapai keadaan di mana rakyat memiliki kemampuan
dan motivasi untuk menggunakan suara, akses, dan kontrol atas komunitas mereka,
kehidupan sehari-hari, dan hubungan sosial dan politik bangsa. Proses untuk
mencapai cita-cita ini harus dimulai dari bawah dan di dalam masyarakat umum.
Namun karena kondisi struktural yang ada saat ini, rakyat berjuang untuk membangun
kekuatan dari samping dan dari atas, sehingga perlu “ intervensi ” dari luar .

Keempat, pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota


masyarakat) hingga ke level struktural masyarakat secara kolektif. Masyarakat adalah
sumber pemberdayaan, dan di dalamnya warga ditangani baik secara individu maupun
kolektif oleh komunitas. Pemberdayaan adalah upaya untuk memanfaatkan kekuatan
dan potensi masyarakat setempat melalui dialog partisipatif dan pembelajaran
kooperatif. Pemberdayaan adalah suatu strategi, rencana, dan proses yang ditinjau dari
segi strategi, perencanaan, dan pelaksanaan didasarkan pada penduduk lokal, baik
berbasis lokal maupun terikat padanya, dan yang secara menguntungkan dapat
diterapkan pada suatu kampanye untuk majukepentingan masyarakat luas.

a. Lingkup Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan terpusat pada bidang - bidang yang seringkali merupakan


obyek dalam pemberdayaan masyarakat di sebagian besar ruang .(Mustanir & Yasin,
2018) Menurut Ndraha(2003) dan supriyatna terdapat terdapat empat lingkup
pemberdayaan masyarakat yaitu bidang: (1)politik; (2)ekonomi; (3)sosial budaya;
serta (4)lingkungan (Sulaeman et al., 2019) Tidak disebutkan secara spesifik bahwa
pertanahan dan tata ruang merupakan satu - satunya ruang lingkup bedayaan .Hal ini
dapat diartikan bahwa bidang - bidang pertanian, pertanahan serta tata ruang yang
bersangkutan terletak dalam lingkup keempat serta pembidangan tersebut (Mustanir &
Yasin, 2018) Walaupun begitu, pemberdayaan masyarakat pada wilayah pertahanan
bisa dianggap sebagai salah satu pemberdayaan massa yang paling luas berdasarkan
berbagai wilayah pemberdayaan. (Maiti & Bidinger, 2014)

Pemberdayaan pada lingkup politik diorientasikan kepada pihak-pihak yang


berkaitan langsung dengan pemerintah, kalangan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dan juga kalangan swasta yang memiliki agenda ataupun proyek yang
ada di wilayah masyarakat, untuk dapat memiliki posisi bargaining power (daya
tawar).(Mustanir & Darmiah, 2016) Daya tawar dengan cara ini sangat dibutuhkan
untuk mencegah masyarakat umum mengambil tempat pemangku kepentingan lain
sebagai bawahan (Uceng, Erfina, et al., 2019)

Pemberdayaan di tingkat ekonomi makro biasanya memiliki keterkaitan


dengan kecemasan masyarakat .Dalam hal ini , fokus pembuatan kebijakan ekonomi
adalah produktivitas upaya-upaya yang dapat menjadi sumber penghasilan atau
sumber kebahagiaan.(Mustanir & Jaya, 2016)

Pemberdayaan pada lingkup sosial dan budaya berkaitan terhadap


peningkatan yang ada dalam masyarakat, baik itu bersifat individual ataupun bersifat
kolektif.(Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, 2019) Penguatan
soliditas masyarakat, kerentanan kerentanan terhadap konflik , dan penguatan
solidaritas sosial menjadi fokus utama orientasi artikel ini pada cakupan kesadaran
sosial (Dawabsheh et al., 2020) Dalam lingkup ini juga dibahas tentang bagaimana
pandangan masyarakat luas terhadap kondisi masyarakat secara keseluruhan , baik
dalam konteks etnik , agama , maupun sosial (Fitrah et al., 2021) Upaya-upaya adalah
fokus dari lingkup pemberdayaan lingkungan .(Ahmad Mustanir1, Hariyanti Hamid2,
2019)

perlindungan dan mitigasi lingkungan untuk mencegah kelestarianisme. Upaya


-upaya dengan cara ini hanya mungkin dilakukan jika masyarakat umum mengetahui
keadaan lingkungan dan sabar menghadapinya. Hanya melalui upaya- upaya
pemberdayaan pemahaman dan kemajuan rakyat dapat dicapai dan dipertahankan saat
ini .(Mustanir, Sellang, et al., 2018)
Pemberdayaan pada lingkup pertahan, agraria, serta tata ruang sebenarnya
tidak umum, tetapi disisipkan agar dapat memperlihatkan bahwa dalam lingkup
pemberdayaan masyrakat ini diperlukan konteks dan mandat dari pokok dan
fungsinya. Jika lingkup ini menjadi copot, maka lingkup pemberdayaan bidang tanah
akan menjadi suatu perkembangan yang menyangkut .(Mustanir et al., 2019) Dalam
konteks ini , pemberdayaan di ruang pertanahan diarahkan agar masyarakat tetap
waspada dalam melakukan pembahasan pertanahan . Akibatnya , rakyat kini kurang
terlindungi terhadap pemerintah yang mendominasi dibidang pertahanan, dimana
bersumber dari pelayanan tanahan yang bersifat adil, egaliter, serta bebas dari
pungli.(Mustanir, Jermsittiparsert, et al., 2020)

Pemberdayaan masyarakat yang lingkupnya didasarkan pada proses , dapat


dibedakan menjadi tiga kategori , yaitu(Ibrahim et al., 2020) : (1) pra pemberdayaan ,
yang meliputi penciptaan ruang interaktif bagi masyarakat untuk memahami dirinya
sendiri dan mampu menjadi pembina ; (2) pelaksanaan pemberdayaan, yangmengakui
komunitas sebagai sekumpulan mitra dalam proses pembangunan ; dan (3) pasca
pemberdayaan , yang menegaskan bahwa pelaku kepentingan yang ada selain
masyarakat yang secara institusional akan tetap terlibat didalam hal mendukung serta
memfasilitasi pada setiap proses yang ada dalam pemberdayaan masyarakat yang
berlangsung secara terus menerus di dalam konteks ini (Siriattakul et al., 2019)

b. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Rukminto Adi tahapan model intervensi pengembangan masyarakat


di jabarkan pada bukunya yang berjudul “Intervensi Komunitas dan Pengembangan
Masyarakat”. (Mustanir & Abadi, 2017) Tahapan yang yang senantiasa digunakan
oleh lembaga ataupun organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakaat sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan: Pada tahapan ini terdapat dua persiapan yakni persiapan
petugas serta persiapan lapangan. Pertama, dalam persiapan pertama ini yakni
persiapan petugas adalah suatu pra-sayarat agar pemberdayaan masyarakat
mengunakan pendekatan nondirektif dapat berlangsung secara sukses. Persiapan
petugas ini sangat diperlukan terutama dalam hal menyatukan pendapat antara
anggota kelompok yang memiliki peran sebagai pelaku dalam perubahan terkait
pendekatan apa yang akan diambil dalam proses pemberdayaan masyarakat.(Uceng,
Ali, et al., 2019) Kedua, ialah persiapan lapangan dimana petugas akan melakukan
penyiapan dilapangan. Awalnya kita harus melakukan studi kelayakan pada daerah
yang akan dijadikan sebagai sasaran melakukan pemberdayaan masyarakat, baik itu
secara informal ataupun formal.
2. Tahapan Assesment: Proses yang dilakukan dalam tahapan assessment ini
adalah mengidentifikasi masalah atau mengekspresikan kebutuhan serta sumber daya
yang di punyai oleh komunita yang dijadikan sebagai sasaran. Masyarakat akan sudah
dilibatkan secara langsung dalam tahap assessment ini supaya masyarakat mampu
merasakan secara langsung pemasalahan sedang benar –benar terjadi dan keluar dari
masyarakat itu sendiri.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Kegiatan: Adapun pada tahapan ini warga
akan diikutsertakan oleh pelaku perubahan (fasilitator) dalam berfikir terhadap
masalah yang sedang mereka hadapi dan harus tahu cara apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasinya.
4. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi: Tahapan ini yakni fasilitator akan
memberikan bantuan kepada msing-masing dari kelompok supaya dapat menentukan
program dan merumuskan kegiatan apa yang harus mereka lakukan agar mampu
mengatasi masalah yang sedang terjadi.
5. Tahapan Pelaksanaan: Pada Tahapan Pelaksanaan ialah tahapan dimana
sesuatu yang telah direncanakan dengan baik bisa saja meleset atau melenceng
terhadap pelaksanaannya dilapangan jika kerja sama antara warga masyarakat dan
fasilitator tidak baik. Oleh karena itu tahapan pelaksanaan ini menjadi salah satu tahan
yang sangat penting atau krusial pada proses pemberdayaan masyarakat.
6. Tahapan Evaluasi Proses dan Hasil: Pada tahapan ini adalah suatu tahap
dimana perubahan evaluasi akan dijadikan sebagai proses dalam pengawasan antara
warga dan petugas pada proyek yang sedang dikerjakan untuk dapat mengembangkan
masyarakat. Di tahap ini baiknya harus melibatkan warga supaya terbentuk sebuah
sistem pada komunitas agar melaksanakan pengawasannya secara internal.(Mustanir,
Ali, et al., 2020)
7. Tahapan Terminasi: Tahapan ini ialah suatu tahapan terakhir yakni tahap
“perpisahan‟ memiliki hubungan yang formal terhadap komunitas sasarannya. Pada
tahapan terminisasi ini sering kali dilakukan tidak karena masyarakat yang sudah
dapatdikatan “mandiri”, melainkan tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus
dihentikan sebab telah melampaui batas waktu yang sebelumnya telah di tetapkan,
atau sebab angganran atau biaya telah selesai serta tidak ada penyandaan biaya yang
mampu dan ingin melanjutkan proyek tersebut.
Dari ketujuh tahap dari intervensi tersebut ialah suatu tahap siklis yang
mampu diterapkan untuk mendapatkan suatu perubahan yang lebih menguntungkan,
apalagi selepas proses pemantauan atau proses evaluasi proyek yang sedang berjalan.
Siklus ini juga dapat berubah dalam situasi lain . Misalnya , ketika merumuskan
rencana aksi , pemerintah dan masyarakat umum dapat melihat masalah atau
peningkatan baru - baru ini dalam suatu masalah , mendorong mereka untuk
memutuskan untuk melakukan evaluasi ulang terhadap apa yang telah dilakukan
sebelumnya (Mujianto, 2019)

C. Kesimpulan
Commonity Empowerment atau yang biasadi sebut pemberdayaan masyarakat
terkadang sulit dibedakan dengan Commonity Deveplopment atau pembangunan
masyarakat karena pengertiannya yang saling tumpang tindih pada penggunaannya di
dalam masyarakat. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan
pembangunan masyarakat (community development) dimaksud dalam penelitian ini
adalah sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan pemerintah untuk
menjadi sebuah wadah dalam memadai masyarakat setempat dalam suatu proses
perencanaan, pemutusan serta pengelolaan sumber daya yang ada agar masyarakat
mampu dan mandiri secara ekonomi, ekologi serta sosial yang berkelanjutan.
Empowerment atau yang biasa disebut pemberdayaan masyarakat sebagai jalan pintas
dari strategi dalam pembangunan yang dibahas dalam sebagian tulisan maupun
literatur, meskipun belum sepenuhnya diimplementasikan.(Mustanir et al., 2017)
Menurut Ndraha(2003) dan supriyatna terdapat terdapat empat lingkup
pemberdayaan masyarakat yaitu bidang: (1)politik; (2)ekonomi; (3)sosial budaya; dan
(4)lingkungan. Pemberdayaan masyarakat yang lingkupnya didasarkan pada proses ,
dapat dibedakan menjadi tiga kategori , yaitu : (1) pra pemberdayaan ; (2)
pelaksanaan pemberdayaan ; dan (3) pasca pemberdayaan(Kholifah R & Mustanir,
2019)
Menurut Rukminto Adi tahapan model intervensi pengembangan masyarakat
di jabarkan pada bukunya yang berjudul “Intervensi Komunitas dan Pengembangan
Masyarakat”. Tahapan yang yang senantiasa digunakan oleh lembaga ataupun
organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakaat sebagai
berikut: (1) Tahapan Persiapan; (2) Tahapan Assessment; (3) Tahapan Perencanaan
Alternatif Kegiatan; (4) Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi; (5) Tahapan
Pelaksanaan; (6) Tahapan Evaluasi Proses dan Hasil; (7) Tahapan
Terminasi.(Mustanir & Jusman, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, M. S. (2019). Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Timoreng Panua Kecamatan
Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal MODERAT, 5(1), 5.

Ahmad, M., & Muhammad, R. (2019). Participatory Rural Appraisal (PRA) Sebagai Sarana
Dakwah Muhammadiyah Pada Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Sidenreng
Rappang. Prosiding Konferensi Nasional Ke-8 Asosiasi Program Pascasarjana
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA), 467–475.
http://asosiasipascaptm.or.id/index.php/publikasi/prosiding-konferensi-nasional-
appptma-ke-8

Ahmad Mustanir1, Hariyanti Hamid2, R. N. S. (2019). Pemberdayaan Kelompok Masyarakat


Desa Dalam Perencanaan Metode Partisipatif. Jurnal Moderat, 5(3), 227–239.

Akhmad, I., Mustanir, A., & Ramadhan, M. R. (2006). Enrekang. Pengaruh Pemanfaatan
Tekhnologi Informasi Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Kabupaten Enrekang, 89–103.

Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad
Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, A. A. (2021). Sipil Negara Kabupaten Sidenreng
Rappang. Jurnal Sosial-Politika, 2(1), 65–73.

Dawabsheh, M., Mustanir, K., & Jermsittiparsert, K. (2020). School Facilities as a Potential
Predictor of Engineering Education Quality: Mediating Role of Teaching Proficiency
and Professional Development. TEST Engineering & Management, 82(3511), 3511–
3521. http://www.testmagzine.biz/index.php/testmagzine/article/view/1417

Fay, D. L. (1967). Indonesian Short Story. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952., 4(1), 269–277.

Fitrah, N., Mustanir, A., Akbari, M. S., Ramdana, R., Jisam, J., Nisa, N. A., Qalbi, N.,
Febriani, A. F., Irmawati, I., Resky S., M. A., & Ilham, I. (2021). Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pemetaan Swadaya Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam Tata Kelola Potensi Desa. SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan, 5(1), 337. https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6208

Ibrahim, M., Mustanir, A., Astinah Adnan, A., & Alizah P, N. (2020). Pengaruh Manajemen
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di
Desa Bila Riase Kecamatan Pitu Riase Kebupaten Sidenreng Rappang. Movere Journal,
2(2), 56–62. https://doi.org/10.53654/mv.v2i2.118

Irwan, I., Latif, A., & Mustanir, A. (2021). Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan
Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. GEOGRAPHY Jurnal Kajian,
Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 9(2), 137–151.

Irwan, I., Latif, A., Sofyan, Mustanir, A., & Fatimah, Fa. (2019). Gaya Kepemimpinan,
Kinerja Aparatur Sipil Negara dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan di
Kecamatan Kulo Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Moderat, 5(1), 32–43.

Kholifah R, E., & Mustanir, A. (2019). Food Policy and Its Impact on Local Food. Food
Policy and Its Impact on Local Food, October, 27–38.
https://doi.org/10.32528/pi.v0i0.2465

Latif, A., Mustanir, A., & Irwan, I. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Partisipasi
Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan. JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan &
Pelayanan Publik), 144–164. https://doi.org/10.31947/jakpp.v1i2.7977

Maiti, & Bidinger. (2014). Prinsip Dan Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Mujianto. (2019). Modul KKN Tematik Desa Membangun Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Modul KKN Tematik Desa Membangun Pemberdayaan Masyarakat, I(2), 1–20.

Munawar, N. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah CIVIS, I(2), 87–99.

Mustainir, A., Barisan, & Hamid, H. (2017). Towards Open Goverment: Finding The Whole-
Goverment Approach Participatory Rural Appraisal As The Participatory Planning
Method Of Development Planning. Iapa, 78–84.

Mustanir, A., & Abadi, P. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan Di Kelurahan Kanyuara Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik, 5(2), 247–261.

Mustanir, A., Abadi, P., & A., N. (2017). Participation of Ethnic Community Towani
Tolotang in Deliberation of Development Plan. Partisan Abadi The Social and Political
Science College, 84(Iconeg 2016), 356–359. https://doi.org/10.2991/iconeg-16.2017.79
Mustanir, A., Ali, A., Yasin, A., & Budiman, B. (2020). Transect on Participatory
Development Planning in Sidenreng Rappang Regency. Transect on Participatory
Development Planning in Sidenreng Rappang Regency, 1, 250–254.
https://doi.org/10.4108/eai.25-10-2019.2300523

Mustanir, A., & Darmiah, D. (2016). Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan Partisipasi
Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik, 4(2), 225–238.

Mustanir, A., Dema, H., Syarifuddin, H., Meity, K., & Wulandari, S. (2018). Pengaruh
Motivasi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan di Kelurahan Lalebata
Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean
Government (JCG), 2(1), 27–39.

Mustanir, A., Fitriani, S., Adri, K., Nurnawati, A. A., & Goso, G. (2020). Sinergitas Peran
Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan Pembangunan di
Kabupaten Sidenreng Rappang (The Synergy of Village Government’s Role and
Community Participation in the Process of Development Planning in Sidenreng Rappang
D. Journal of Government Science (GovSci), 2020(2), 84–108.

Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2020). Perencanaan Partisipatif Pada
Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Wanita Tani. KETENTUAN PIDANA SANKSI
PELANGGARAN, 1, 1–120.

Mustanir, A., & Jaya, I. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik Terhadap
Perilaku Pemilih Towani Tolotang Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng
Rappang. Jurnal Politik Profetik, 4(1), 84–97.

Mustanir, A., Jermsittiparsert, K., Ali, A., Hermansyah, S., & Sakinah, S. (2020). Village
Head Leadership and Bureaucratic Model Towards Good Governance in Sidenreng
Rappang. Village Head Leadership and Bureaucratic Model Towards Good Governance
in Sidenreng Rappang. https://doi.org/10.4108/eai.21-10-2019.2291532

Mustanir, A., & Jusman. (2016). Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas Pengelolaan
Terhadap Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Akmen, 13(3), 542–558.

Mustanir, A., Justira, N., Sellang, K., & Muchtar, A. I. (2018). Democratic Model On
Decision-Making At Deliberations Of Development Planning. International Conference
on Government Leadership and Social Science (ICOGLASS). Demanding Governance
Accountability and Promoting Democratic Leadership for Public Welfare Achievement,
April, 110 – 115.

Mustanir, A., Samad, Z., Jabbar, A., Ibrahim, M., & Juniati, J. (2019). Kepemimpinan Lurah
Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Lautang Benteng Kabupaten
Sidenreng Rappang. Journal of Social Politics and Governance (JSPG), 1(2), 99–118.
https://doi.org/10.24076/jspg.v1i2.185

Mustanir, A., Sellang, K., Ali, A., Madaling, M., & Mutmainna, M. (2018). Peranan Aparatur
Pemerintah Desa Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Di Desa Tonrongnge Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang.
Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG), 2(1), 67–84.

Mustanir, A., & Yasin, A. (2018). Community Participation in Transect on Development


Planning. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 8(2), 137.
https://doi.org/10.26858/jiap.v8i2.7994

Mustanir, A., Yasin, A., Irwan, & Rusdi, M. (2018). Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang
Dalam Transect Pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Jurnal Moderat, 4(4), 1–
14.

PLANO DE DISCIPLINA - PROF LEONARDO - POLÍTICAS PÚBLICAS. (2019). No


Tit‫ילי‬le. ペインクリニック学会治療指針2, 1–9. https://doi.org/.1037//0033-
2909.I26.1.78

Sabir, R., Mustanir, A., Yasin, A., Firman, F., & Sofyan, W. (2022). Akuntabilitas
Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Dana Desa Di Desa Talawe. PRAJA:
Jurnal Ilmiah Pemerintahan, 10(1), 49–54. https://doi.org/10.55678/prj.v10i1.576

Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, W. (2019). Peranan Camat dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2),
33–48.

Siriattakul, P., Jermsittiparsert, K., & Mustanir, A. (2019). What Determine the
Organizational Citizenship Behavior in Indonesian Agriculture Manufacturing Firms?
International Journal of Psychosocial Rehabilitation, 23(4), 778-`792.
https://doi.org/10.37200/ijpr/v23i4/pr190409

Sulaeman, Z., Mustanir, A., & Muchtar, A. I. (2019). Partisipasi Masyarakat Terhadap
Perwujudan Good Governance Di Desa Damai Kecamatan Watang Sidenreng
Kabupaten Sidenreng Rappang. PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan, 7(3), 88–92.
https://doi.org/10.51817/prj.v7i3.374

Uceng, A., Ali, A., Mustanir, A., Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
ABSTRAK, M., Kunci, K., Masyarakat, P., & Sumber Daya Manusia, P. (2019).
Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Sumber Daya Manusia
Di Desa Cemba Kecamatan Enrekang Kabupaten Eenrekang Dosen Universitas
Muhammadiyah Sidenreng Rappang 4). Jurnal MODERAT, 5(2), 1–17.

Uceng, A., Erfina, E., Mustanir, A., & Sukri, S. (2019a). Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidenreng Rappang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2),
18–32.

Uceng, A., Erfina, E., Mustanir, A., & Sukri, S. (2019b). Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidenreng Rappang. MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2),
18–32. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2126
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm

JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018, 108-121

Evaluasi partisipasi masyarakat pada pembangunan infrastruktur


dalam konteks pemberdayaan masyarakat
Fatwa Widodo
PT Intan Pariwara. Jalan Ki Hajar Dewantoro No. 1, Karanganom, Klaten, 57411, Indonesia.
* Corresponding Author. Email: arifkardi@gmail.com
Received: 25 September 2017; Revised: 31 October 2018; Accepted: 3 December 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat pada tahapan
perencanaan, implementasi dan hasil dari program pembangunan infrastruktur yang dilakukan
oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Pangudi Mulya. Penelitian ini merupakan
penelitian evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan ialah CIPP
(Context, Input, Prosses dan Product). Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah:
wawancara, dokumentasi dan observasi sebagai metode penunjang. Teknik analisis data
menggunakan reduksi data, display data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) pada tahap perencanaan warga masyarakat non-anggota ikut
berpartisipasi menyuarakan pendapatnya dan ikut serta dalam menyusun rencana program. (2)
Pada tahap implementasi, warga non-anggota ikut berpartisipasi dapat dalam bentuk tenaga,
materi, donasi maupun logistik. Partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara sukarela tanpa
adanya paksaan dari anggota BKM. (3) Program pembangunan yang telah dilaksanakan dapat
selesai tepat waktu. Hal ini dikarenakan realisasi program dibantu oleh partisipasi masyarakat.
Selain itu hasil program dapat merubah keadaan masyarakat, terutama pada sektor kesehatan.
Kata Kunci: partisipasi masyarakat pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur.

An evaluation of social participation in infrastructure development


for social empowerment context
Abstract
The aims of this research were to know social participation in the planning; implementation
and product stages of the development program in infrastructure by BKM (Badan Keswadayaan
Masyarakat) Pangudi Mulya. This research using CIPP (Context, Input, Prosses and Product)
model for evaluate the object. The technique of collecting data were: interview, documentation and
observation. The technique of analysis data used: reducting data, display data and conclusion. The
results of this research were: (1) in the planning step citizen non member did participation such as
idea and include to planned a program. (2) In the implementation step, citizen non member also
did participation well. Kinds of participation were had variation, such as: power, material, donated
and logistic. Citizen non member did participation without compulsion by BKM member, they did
voluntarily. (3) The development program were held on timely. It’s because did by participation
from citizen. Beside that the result could change social situation, especially on health sector.
Keywords: infrastructure development, social empowerment, social participation
How to Cite: Widodo, F. (2018). Evaluasi partisipasi masyarakat pada pembangunan infrastruktur dalam
konteks pemberdayaan masyarakat. JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5(2), 108-
121. doi:https://doi.org/10.21831/jppm.v5i2.15932
https://doi.org/10.21831/jppm.v5i2.15932

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 109
Fatwa Widodo

PENDAHULUAN Kelompok tersebut berfungsi sebagai pelak-


sana aspirasi dari masyarakat. Contohnya
Kelurahan Procot berlokasi di Keca-
adalah adanya LSM, BKM, Koperasi, LKMD
matan Slawi-Kabupaten Tegal. Kecamatan
dan lain-lain (Sutiyono, 2012, p.23)
Slawi merupakan ibu kota kabupaten. Meski-
Dalam perspektif pendidikan non-
pun demikian fenomena kemiskinan tetap
formal pemberdayaan dilakukan sekaligus
dapat dijumpai. Oleh karena itu perlu diada-
memberikan pembelajaran bagi masyarakat.
kannya program pemberdayaan yang ber-
Tujuan pendidikan non-formal ialah: (1)
tujuan untuk mengatasi kemiskinan tersebut.
meningkatkan kemampuan kognitif individu
Dalam rangka mengentaskan kemis-
melalui pemberian pengetahuan atau wawas-
kinan, pemerintah bekerja sama dengan
an yang bermakna; (2) mengembangkan
masyarakat membentuk suatu Badan Keswa-
kualitas diri menuju pencapaian pribadi yang
dayaan Masyarakat (BKM). BKM dibentuk
bahagia dan beraktualisasi diri; (3) meme-
untuk mengatasi kemiskinan melalui tiga
lihara masyarakat dari sifat demokratis yang
aspek yaitu: kecakpan hidup, sosial dan
baik serta menumbuhkan individu yang
infrastruktur. BKM yang berada di Kelurahan
bebas sehingga memungkinkan terwujudnya
Procot bernama BKM Pangudi Mulya.
demokrasi yang sehat. (4) merubah dan/atau
Bagi warga masyarakat diluar anggota
mempertahankan tatanan sosial dimana
BKM memiliki dua peran, yaitu sebagai
pendidikan menjadi instrumen untuk mela-
subjek dan objek. Warga masyarakat sebagai
kukan transformasi sosial; (5) mencapai
subjek dimaksudkan bahwa BKM meng-
keefektifan organisasi dimana pendidikan
ikutsertakan warga masyarakat non-anggota
dinilai sebagai upaya untuk mengembangkan
untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
sikap dan keterampilan yang dibutuhkan
program yang telah direncanakan. Partisipasi
organisasi dalam pencapaian tujuan secara
disebut Kelompok Swadaya Masyarakat
lebih efektif. (Suryono & Tohani, 2016, p.20)
(KSM).
Selain itu, pemberdayaan masyarakat
Dalam penelitian ini menggunakan
yang dilakukan haruslah bersifat inovatif.
beberapa teori. Pertama ialah teori pember-
Dikatakan bahwa inovasi mengandung tiga
dayaan. Teori pemberdayaan yang digunakan
aspek; kebermaknaan, kebermanfaatan dan
dalam penelitian ini ialah teori dari Jim Ife.
kekomplekkan (Suryono & Tohani, 2016,
Menurut (Ife & Tesoriero, 2008) pemberdaya-
p.27).
an adalah sebuah proses untuk membantu
Teori kedua ialah teori partisipasi
kelompok atau individu yang kurang ber-
masyarakat yang disampaikan oleh Ife &
untung untuk bersaing lebih efektif dengan
Tesoriero (2008). Partisipasi merupakan
yang lainnya.
aspek penting dalam pembangunan dan me-
Menurut Sutoro Eko dalam (Andriany,
rupakan langkah penumbuh kesadaran. Jadi
2015, p. 15) mengatakan bahwa pemberdayaan
suatu gerakan pembangunan tanpa adanya
merupakan proses untuk mengembangkan,
kesadaran kontribusi dan kerelaan dari
proses memandirikan, menswadayakan
masyarakat akan sulit untuk direalisasikan
masyarakat dan memperkuat posisi tawar
(Ife & Tesoriero, 2008).
menawar masyarakat lapisan bawah terhadap
Dalam penelitian ini parisipasi masya-
kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang
rakat dapat dibentuk melalui strategi komu-
dan sektor kehidupan.
nitas maupun lembaga dalam masyarakat.
Sedangkan strategi pemberdayaan
Strategi komunitas ini cukup efektif. Hal
salah satunya dapat dilakukan melalui pem-
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
berdayaan komunitas. Strategi pemberdaya-
menunjukkan bahwa penggunaan strategi
an komunitas merupakan salah satu proses
komunitas dapat lebih mudah mengelola dan
pembangunan kesadaran yang muncul dari
mengorganisir masyarakat terutama dalam
masyarakat untuk memperbaiki keadaan
berbagai program (Hermawan & Suryono,
lingkungannya. Realisasi dari munculnya
2016, p. 8).
kesadaran tersebut adalah terbentuknya ke-
Selain itu pembangunan merupakan
lompok-kelompok kecil di dalam masyarakat.
suatu proses perubahan sosial yang bertujuan

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 110
Fatwa Widodo

untuk mencapai kemajuan sosial secara Evaluasi Product. Evaluasi hasil diguna-
materil dan imateril melalui partisipasi yang kan untuk menentukan keputusan apa yang
luas dari sautu masyarakat (Asnuddin, 2012, akan dilakukan berikutnya. Evaluasi hasil
p. 295). berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu
Evaluasi merupakan sebuah proses program setelah dilakukan evaluasi.
untuk mengetahui kualitas (nilai dan arti) Dengan demikian perlu dilakukan se-
dari sesuatu berdasarkan pada kriteria-krite- buah penelitian evaluasi tentang bagaimana
ria yang sudah ditentukan. Evaluasi dilaku- BKM Pangudi Mulya dapat memberdayakan
kan secara sistematis dan berkelanjutan. masyarakat non-anggota sehingga mereka
Dimana hasil evaluasi akan menentukan ke- mau dan mampu berkontribusi serta ber-
bijakan/keputusan berikutnya (Stufflebeam, partisipasi pada tiap tahapan program.
1994, p. 45). Tahapan program yang dimaksud ialah mulai
Sedangkan pendapat lain dikatakan dari perencanaan sampai pada pelaksanaan
bahwa evaluasi merupakan sebuah langkah program.
untuk memilih, mengumpulkan, meng- Sedangkan tujuan peneltian ini ialah
analisis dan menyimpulkan segala informasi untuk (1) Untuk mengetahui partisipasi
dimana hal tersebut dapat digunakan sebagai masyarakat pada tahap perencaan dengan
dasar penentuan kebijakan maupun peran- mengevaluasi proses perencanaan program
cangan kebijakan/putusan selanjutnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan
(Weiss, Brennan, Thomas, Kirlik, & Miller, oleh BKM Pangudi Mulya. (2) Untuk
2009, p. 166). mengetahui partisipasi masyarakat pada
Sedangkan guna keperluan evaluasi tahap implementasi dengan mengevaluasi
digunakan model CIPP. Model evaluasi CIPP proses implementasi program pembangunan
diciptakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield infrastruktur yang telah direncanakan oleh
(2012). Model evaluasi CIPP menekankan BKM Pangudi Mulya. (3) Untuk mengetahui
evaluasi pada empat sektor yaitu: Context, hasil dari program pembangunan infra-
Input, Proses and Product. Proses evaluasi ini struktur yang dilakukan oleh BKM Pangudi
dilakukan melalui kolaborasi antara Mulya
evaluator dan pengambil keputusan.
METODE
Evaluasi Context, pada aspek ini
evaluasi ditekankan pada level perencanaan. Penelitian ini merupakan penelitian
Pada aspek ini evaluasi menekankan pada evaluasi dengan pendektaan kualitatif. Pene-
identifikasi kebutuhan yang kemudian dijadi- litian ini dilakukan di Badan Keswadayaan
kan landasan penentuan atau pengembangan Masyarakat (BKM) Pangudi Mulya yang
suatu program. berlokasi di Kelurahan Procot, kec. Slawi-kab.
Evaluasi Input, menyiapkan segala se- Tegal. Penelitian ini dilakukan pada bulan
suatu yang dinilai akan mempengaruhi pelak- Januari sampai Mei 2017.
sanaan evaluasi. Seperti halnya penentuan Subjek pada penelitian merupakan
sumber yang dibutuhkan, mencari cara anggota dan sekretaris BKM Pangudi Mulya.
alternatif yang dapat dilakukan, penentuan Pemilihan subjek dilakukan melalui teknik
rencana yang matang, menyusun strategi purposive sampling dan dilanjutkan snowball
yang akan dilakukan, biaya, peralatan dan sampling.
perlengkapan. Data penelitian dikumpulkan melalui
Evaluasi Process. Pada proses evaluasi wawancara (menggunakan metode purposive
ini berkaitan dengan pelaksanaan suatu sampling dilanjutkan dengan snowball
program. Beberapa pertanyaan harus dijawab sampling, dokumentasi (proposal kegiatan,
dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Per- laporan rapat tahunan dan AD/ART) serta
tanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan pengamatan di lapangan (observasi).
bagaimana pelaksanaan rencana program, Analisis yang dilakukan yaitu reduksi
hambatan yang dihadapi dan solusi yang data, penyajian data, dan penarikan kesim-
dikeluarkan. pulan. Untuk pemeriksaan keabsahan data,
peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 111
Fatwa Widodo

HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan sudut pandang alternatif. Pihak


yang bertugas penuh dilapangan ialah warga
Hasil
masyarakat non-anggota (KSM). Disinilah
Partisipasi Warga Masyarakat pada Tahap keterlibatan atau partisipasi masyarakat non-
Perencanaan anggota dapat dilihat dengan nyata.
Pada tahap perencanaan partisipasi Untuk penentuan unit pelaksana teknis
masyarakat non-anggota sudah dapat dilihat. diambil dari warga masyarakat yang bukan
Hal tersebut dapat diketahui dari pertemuan anggota BKM. Pemilihan ini didasarkan pada
yang dilakukan oleh anggota BKM Pangudi kriteria khusus seperti: pengelaman kerja,
Mulya dan warga masyarakat non-anggota. mau bekerja dan tanpa pamrih. Hal ini karena
Dalam pertemuan tersebut warga masyarakat basis kerja BKM ialah sosial bukan komersial.
ikut menyampaikan pendapatnya terkait Hal ini juga merupakan bentuk partisipasi
program yang akan dilakukan. Tak hanya itu, masyarakat non-anggota BKM.
warga masyarakat non-anggota juga ikut Bagi masyarakat yang tidak terdaftar
menyusun rencana dan menentukan segala sebagai anggota KSM maupun unit pelaksna
kebutuhan guna realisasi program tersebut. teknis bersedia berkontribusi aktif secara
Partisipasi masyarakat non-anggota ini sadar dan tanpa arahan spesifik dari BKM.
dilakukan pada saat ada pertemuan warga, Anggota BKM hanya memberikan pemberi-
baik pertemuan RT, RW maupun agenda tahuan awal akan adanya pelaksanaan prog-
yang dibuat oleh BKM Pangudi Mulya sendiri. ram dan mempersilahkan masyarakat untuk
Pertemuan RT/RW disini misalnya arisan ikut berpartisipasi. Sikap untuk bergotong
atau temu warga rutinan. Sedangkan perte- royong masih lekat pada masyarakat.
muan yang diagendakan oleh BKM Pangudi Bentuk swadaya masyarakat terbagi
Mulya misalnya agenda rembug warga menjadi tiga macam yaitu: dalam bentuk
tahunan. konsumsi yang ditunjukkan kepada pelak-
Warga masyarakat yang ingin berparti- sana teknis (tukang), tenaga pada saat
sipasi secara intensif kemudian direspon da- pelaksanaan program dan gagasan atau ide
lam bentuk pembentukkan suatu kelompok perumusan suatu program.
swadaya. BKM Pangudi Mulya dalam Secara umum tidak ada kendala dalam
melibatkan warga non-anggota didasarkan rangka mengorganisir masyarakat agar ikut
pada beberapa syarat, seperti bersikap baik, berpartisipasi dalam perencanaan maupun
jujur, kompetensi, sukarela dan tanpa pam- pelaksanaan program. Hal ini disebabkan
rih. Kelompok ini kemudian disebut sebagai bahwa apa yang dilakukan adalah untuk
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). masyarakat itu sendiri dan demi mengatasi
Ruang lingkup KSM ialah menangani per permasalahan kemiskinan.
program. Hasil Partisipasi Masyarakat
KSM bertugas untuk menentukan alo-
Semua program yang telah direncana-
kasi dana, sarana prasarana dan penentuan
kan dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
unit pelaksana. Dikarenakan BKM masih
Selain itu tidak terdapat permasalahan seper-
menggunakan dana APBN dan APBD sebagai
ti: kekurangan dana, kekurangan peralatan
sumber dana, maka KSM berkewajiban
maupun perlengakapan, kekurangna logistic,
mencari sumber dana lainnya. BKM belum
adanya ketidakpuasan dari penerima man-
mampu memanfaatkan sumber dana lain
faat, dan lain sebagainya. Semua program
seperti dana CSR (Company Social Respon-
yang dilakukan berdasarkan dari kebutuhan
sibility) yang telah dialokasikan oleh berbagai
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan dalam
perusahaan dan warga kaya sebagai donator.
menentukan program BKM Pangudi Mulya
Parisipasi Masyarakat pada Tahap juga melibatkan masyarakat non-anggota
Implementasi untuk menentukan program apa yang sesuai.
Tugas utama anggota BKM di lapangan Adanya perubahan yang terjadi pada
ialah memonitoring, memotivasi serta warga pasca dilaksanakannya program pem-
bangunan. Perubahan terjadi terutama pada

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 112
Fatwa Widodo

sektor kesehatan. Hal ini terjadi disebabkan Apa yang dilakukan oleh anggota BKM
oleh pembangunan yang berkaitan dengan Pangudi Mulya ialah suatu kiat untuk mem-
sektor kesehatan, seperti: pemasangan berdayakan masyarakat non-anggota. BKM
jamban, sanitasi, renovasi rumah, dan Pangudi Mulya ialah suatu lembaga yang
sebagainya. berfungsi sebagai motivator warga masyara-
Dengan berjalannya waktu diharapkan kat agar ikut andil dan berperan aktif demi
hasil dari program tersebut dapat berimpli- kemajuan lingkungannya. Hal ini sesuai
kasi pada perubahan sosial pada aspek lain, dengan tujuan pemberdayaan yang disampai-
seperti pendidikan, sosial, politik dan budaya. kan oleh K. Suhendra, beliau mengatakan
Dengan demikian program bersifat yang intinya bahwa tujuan pemberdayaan
komprehensif. salah satunya ialah membentuk masyarakat
yang demokratis dan berani mengeluarkan
Pembahasan
pendapat, memiliki kebebasan merencana-
Partisipasi Warga Masyarakat pada Tahap kan sesuatu dan memiliki kebebasan untuk
Perencanaan memanfaatkan sumber daya lokal (Suminar,
Interpretasi pada Aspek “Konteks” Hanim, & Wahyu, 2016, p. 45).
Berbicara tentang demokrasi, maka
Kaitannya dengan analisis konteks, proses pemberdayaan yang menumbuhkan
maka pada aspek ini fokus interpretasi ber- sifat demokrasi sangat sesuai dengan
kaitan dengan keterilibatan warga masyara- perspektif pendidikan non-formal. Folley
kat non-keanggotaan, penentuan permasa- mengatakan bahwa pendidikan non-formal
lahan, analisis kebutuhan masyarakat, peran memelihara masyarakat dari sifat demokratis
warga masyarakat non-anggota dalam yang baik serta menumbuhkan individu yang
merencanakan suatu program serta pertim- bebas sehingga memungkinkan terwujudnya
bangan-pertimbangan yang harus diperhati- demokrasi yang sehat. (Suryono & Tohani,
kan oleh masyarakat dalam menentukan ide 2016, p. 20).
suatu program. Dalam pertemuan RT yang dilaksana-
Dalam menentukan program yang akan kan terdapat dialog antara anggota BKM dan
dilaksanakan ada beberapa langkah yang warga non-anggota. Terjadi penyampaian
harus diambil oleh anggota BKM Pangudi pendapat secara sadar dan sukarela tanpa
Mulya. Langkah nyata yang diambil oleh intervensi. Hal ini menandakan adanya rasa
anggota BKM Pangudi Mulya ialah dengan bebas/merdeka dalam diri masyarakat. Selain
membukan usulan dari warga masyarakat itu, hal ini bisa dikatakan bahwa masyarakat
melalui pertemuan RT. Kemudian hasil dari juga memiliki kepedulian dalam kesejahtera-
usulan tersebut, anggota BKM memferivikasi an sekitarnya.
usulan dengan datang langsung ke lokasi Selain melibatkan aspirasi masyarakat,
yang dimaksud. Hasil temuan yang diperoleh dalam menentukan suatu program pem-
di lapangan lalau disampaikan pada bangunan infrastruktur juga dapat dilakukan
pertemuan BKM. Pada pertemuan terebut berdasarkan usulan anggota BKM Pangudi
dikaji mana yang harus dijadikan prioritas. Mulya sendiri. Hal ini diperbolehkan karena
Indikator untuk menentukan prioritas ialah esensinya BKM ialah masyarakat itu sendiri
kemanfaatan lingkungan dan masyarakat. yang terbentuk dalam suatu paguyuban.
Dua metode tersebutlah yang diguna- Berbicara tentang paguyuban atau komu-
kan oleh BKM Pangudi Mulya untuk menen- nitas, hal ini telah disinggung oleh Hatu.
tukan kebutuhan bagi masyarakat Kelurahan Beliau mengatakan bahwa bentuk realisasi
Procot. Dimana data tersebut lalu dirumus- dari adanya kesadaran masyarakat untuk
kan dalam rancangan program pembangunan memperbaiki lingkungannya ialah dengan
infrastruktur. Dengan demikian program terbentuknya kelompok/ komunitas kecil.
yang disusun bukanlah program asal ataupun Kelompok ini bertugas sebagai pengumpul
spekulatif berdasarkan khyatalan anggota dan pelaksana aspirasi masyarakat (Owolabi-
BKM Pangudi Mulya saja, melainkan keadaan Merus, 2015, p. 76).
nyata.

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 113
Fatwa Widodo

Bisa dikatakan bahwa BKM Pangudi dan sosial. Hal ini secara tidak disadari telah
Mulya sudah melakukan perannya dengan dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya. Melalui
baik sebagai pengumpul dan pelaksana pelibatan masyarakat non-anggota secara
aspirasi masyarakat. Hal tersebut dapat tidak langsung telah memberikan pembel-
dilihat dari pergerakan anggota BKM Pangudi ajaran kepada mereka untuk menjadi lebih
Mulya untuk mengumpulkan pendapat/ baik (Suryono & Tohani, 2016, p. 24).
usulan dari masyarakat melalui pertemuan Sumber daya yang ada di masyarakat
RT. tidak melulu bersifat alam melainkan juga
Pada saat ide program pembangunan manusia. Menurut Sumodiningrat (1999) me-
infrastruktur telah ditentukan, maka terdapat ngatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang merupakan upaya untuk memandirikan
harus diperhatikan. Berdasarkan hasil pene- masyarakat melalui perwujudan potensi
litian yang telah dilakukan, poin yang sering kemampuan yang mereka miliki. Adapun
menjadi pertimbangan utama ialah kemam- pemberdayaan masyarakat senantiasa me-
puan ekonomi sang calon penerima manfaat. nyangkut dua kelompok yang saling terkait,
Selain itu, program yang diusung juga yaitu masyarakat sebagai pihak yang diber-
diutamakan bersifat individual. Hal ini dayakan dan pihak yang menaruh kepedulian
dilakukan agar dapat langsung dinikmati oleh sebagi pihak yang memberdayakan.
warga miskin. Dalam hal penentuan lokasi realisasi
Pada penentuan siapa yang akan terli- program, anggota BKM Pangudi Mulya me-
bat dalam pelaksanaan program tidaklah nitikberatkan pada kemanfaatan lingkungan.
sembarangan. BKM Pangudi Mulya mem- Artinya program tersebut harus berimplikasi
prioritaskan kepada warga masyarakat non- positif terhadap lingkungan sekitar. Selain itu
anggota yang melaksanakan nilai universal program yang dilaksanakan harus bersifat
dalam kesehariannya. Nilai universal yang darurat dan segera dilakukan penanganan.
dimaksud ialah seperti: jujur, memiliki ke- Dengan demikian lokasi yang kiranya masih
ahlian, mau bekerja kerjas, bersedia melaku- dapat bertahan akan ditangguhkan terlebih
kan tugas secara sukarela dan tanpa pamrih. dahulu.
Warga masyarakat yang memenuhi syarat Selain pertimbangan asumtif tersebut,
dan mendaftarkan diri lalu diseleksi di dalam BKM Pangdui Mulya juga memiliki pentunuk
rapat BKM. Hasil dari rapat anggota BKM teknis. Dalam petunjuk tersebut disebutkan
tersebut lalu disosialisasikan kepada masya- bebarapa hal yang tidak diperbolehkan untuk
rakat guna memeroleh persetujuan mufakat. dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya. Dengan
Berkaitan dengan melibatkan masyara- adanya pedoman tersebut maka anggota
kat non-anggota kedalam pelaksanaan BKM Pangudi Mulya semakin mudah dalam
program pembangunan infrastruktur, hal ini menentukan suatu program. Secara garis
sesuai dengan yang diutarakan Sutoro Eko besar poin-poin yang dilarang menjadi fokus
dalam (Andriany, 2015, p. 15). Beliau mengata- BKM ialah kegiatan yang akan merusak ling-
kan bahwa pemberdayaan sebagai proses kungan, merusak tatanan kehidupan berma-
pengembangan, memandirikan dan menswa- syarakat dan berbudaya, hal-hal yang bukan
dayakan warga masyarakat. Pelibatan masya- menjadi tanggung jawab masyarakat serta
rakat non-anggota bertujuan untuk mem- bukan kegiatan yang bertujuan untuk me-
bentuk sikap mandiri dikemudian hari. Pada ngumpulkan materi semata tanpa melakukan
saat anggota masyarakat sudah pernah pembangunan atau pembenahan agar
terlibat dalam pelaksanaan program pem- lingkungan menjadi lebih baik.
bangunan infrastruktur, maka diharapkan Hal ini sesuai dengan tujuan pembang-
masyarakat dapat memecahkan unan infrastruktur pada aspek lingkungan.
permasalahan yang serupa. Pembangunan infrastruktur harus mampu
Tatkala suatu sistem memanfaatkan memanfaatkan sumber daya yang ada secara
orang dewasa untuk ikut berperan dalam proporsional dan professional tanpa eksploi-
suatu aktivitas, maka hendaknya dimaksud- tasi yang berlebihan. Dengan demikian maka
kan untuk mengembangkan kualitas individu

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 114
Fatwa Widodo

kebermanfaatan sumber daya alam dapat pada pengembangan sumber daya manusia
dinikmati antar generasi. (Pangesti, 2012, p. 26).
Untuk pertanyaan penelitian pertama Dengan adanya pelibatan masyarakat
yang berlaku sebagai analisis konteks dapat dalam bentuk KSM, maka ketrampilan ma-
disimpulkan bahwa: Pertama, tujuan dari syarakat mengalami perkembangan terutama
program pembangunan infrastruktur yang dalam aspek orgranisasi. Masyarakat bisa
dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya ialah secara mandiri menentukan kebutuhan dan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyara- menyelesaikan permasalahan yang ada.
kat miskin. Peningkatan kesejahteraan Selain itu masyarakat juga mampu menyusun
tersebut dapat dilihat dari peningkatan pola skema, kebutuhan material bahkan pendana-
hidup sehat melalui ketersediaan fasilitas an secara otonom.
dasar seperti jamban. Selain itu juga kondisi Selain itu, pada tahap ini selaras dengan
rumah yang lebih baik karena program konsep partisipasi oleh Ife & Tesoriero
renovasi dan pengadaan aliran listrik dapat (2008). Ia mengatakan bahwa partisipasi me-
menjadi indicator perbaikan kualitas hidup rupakan aspek penting dalam pembangunan
masyarakat miskin. dan merupakan langkah penumbuh kesadar-
Kedua, dalam menentukan program an. Dengan demikian suatu program pem-
pembangunan dilakukan dengan dua cara, bangunan tidak akan mencapai realisasi jika
yaitu: pengamatan langsung oleh anggota tanpa adanya kesadara kontribusi dan kere-
BKM dan melibatkan aspirasi masyarakat laan dari masyarakatnya. Adanya kesadaran
melalui pertemuan RT maupun RW. Dengan yang dimiliki masyarakat Kelurahan Procot
demikian program yang disusun sesuai untuk melakukan pembenahan pada ling-
dengan realita dan kebutuhan masyarakat. kungannya menyebabkan program pem-
Ketiga, adanya pertimbangan-pertimbangan bangunan dapat dilaukan (Ife & Tesoriero,
tertentu dalam menentukan objek mana yang 2008).
harus didahulukan. Pertimbangan tersebut Pada tahapan penentuan dana, awalnya
meliputi: kemanfaatan lingkungan, keadaan anggota BKM melakukan pemetaan kebutuh-
ekonomi calon penerima dan urgensi objek. an. Hasil temuan di lapangan kemudian disu-
Keempat, penentuan siapa saja yang sun dalam rencana program. Setelah disusun
terlibat dalam perencanaan maupun pelak- kemudian diajukan kepada pemerintah pu-
sanaan dilakukan dengan sangat selektif. sat. Namun pada program lanjutan, besarnya
Syarat yang harus dipenuhi adalah: keter- dana sudah ditentukan oleh pemerintah
sediaan untuk bekerja keras dan tanpa pam- berikut alokasi bidangnya. Dengan demikian
rih, mengamalkan nilai universal dalam gerak BKM Pangudi Mulya hanya menyusun
kesehariannya dan memiliki ketrampilan rencanga anggaran belanja sesuai dana yang
sesuai program. Dengan demikian dapat ada. Dari sinilah pada akhirnya terdapat
diartikan bahwa dalam aspek “konteks”, seleksi atau penentuan prioritas bagi objek-
program pembangungan infrastruktur yang objek yang kiranya harus didahulukan
dilakukan oleh BKM Pangudi Mulya sudah realisasinya.
sesuai dengan pedoman maupun kebutuhan Untuk pemenuhan sarana dan prasa-
rana yang melingkupi bahan material dan
Interpretasi pada Aspek “Masukan”
pembiayaan, semua ditentukan oleh KSM
Pada tahap perencanaan maupun yang berkordinasi dengan faskel bidang
pelaksanaan program, pelibatan masyarakat inrastruktur. Hasil dari kordinasi tersebut
non-anggota secara nyata dilihat dengan ada- adalah proposal kegiatan. Pada tahap ini,
nya pembentukkan KSM (Kelompok Swadaya anggota BKM Pangudi Mulya hanya berperan
Masyarakat). Tugas dari KSM ialah menyusun sebagai pendamping.
rencana dalam bentuk proposal berikut alo- Apa yang dilakukan oleh KSM sebagai
kasi dana, materi, pelaksna teknis dan seba- representasi masyarakat bersama dengan
gainya. Mubyanto mengatakan bahwa dalam faskel sesuai dengan konsep yang diutarakan
proses pemberdayaan, masyarakat diarahkan oleh Suharto (2005). Jika dikorelasikan de-
ngan konsep yang diutarakan oleh Edi

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 115
Fatwa Widodo

Suharto, apa yang dilakukan oleh KSM ter- dana CSR (Corporate Social Responsibility)
masuk dalam tahap kedua yaitu “Penguatan”. dari perusahaan-perusahaan sekitar.
Dalam konsep ini, Suharto (2005) mengata- Perlu diketahui bahwa Kecamatan
kan bahwa pemberdayaan harus mampu Slawi dimana Kelurahan Procot berada,
meningkatkan penguatan pada pemahaman banyak berdiri perusahan-perusahaan yang
lokal. Serta kemampuan praktis guna menye- memilki dana CSR. Perusahaan seperti bank
lesaikan masalah yang ada di lingkungannya (baik BUMN maupun swasta), showroom
(Razali, 2004, p, 66). motor dan mobil, perusahaan teh (ada lima
Tidak semua individu dapat meng- industri besar yang bergerak dibidang pro-
abstraksikan ide kedalam informasi tertulis duksi teh), perusahaan obat dan perusahaan
seperti proposal kegiatan. Melalui pelibatan maupun industri kecil lainnya.
masyarakat non-anggota yang dibimbing Kelurahan Procot yang berada di
oleh Faskel, secara tidak langsung telah tengah Kecamatan Slawi merupakan lokasi
terjadi pembelajaran terhadap masyarakat. yang strategis untuk memanfaatkan dana
Pembelajaran tersebut ialah bagaimana cara CSR tersebut. Namun sampai saat ini, sumber
menyampaikan ide dan menyusunnya secara dana tersebut belum juga dimanfaatkan
sistematis menjadi sebuah proposal. dengan baik. Adanya kesulitan menyusun
Sedangkan langkah yang diambil oleh laporan sponsor maupun ketidak tahuan
anggota BKM untuk memberikan pemaham- mekanisme pengajuan dana menjadi distorsi
an kepada masyarakat non-anggota tentang yang harus dihilangkan.
program yang diusung ialah melalui sosial- Padahal, menurut Suharto (2005),
isasi. Sosialisasi yang dilakukan pada saat ada gerakan pemberdayaan bertujuan untuk
pertemuan warga baik dalam ruang lingkup memperkuat kekuasaan pada masyarakat
RT maupun RW. Dalam pertemuan tersebut (Andriany, 2015, p. 15). Atau pada konsep
disampaikan berbagai rencana program dari tahapan pemberdayaan disebut sebagai
BKM Pangudi Mulya. Sekaligus juga menam- “Pemungkinan”. Pemungkinan/memperkuat
pung berbagai usulan, kritikan maupun kekuasaan tersebut dapat dilakukan melalui
keluhan dari warga masyarakat. rekayasa lingkungan masyarakat. Artinya
Apa yang dilakukan oleh anggota BKM adalah memanfaatkan segala potensi dan
Pangudi Mulya ini juga sesuai dengan konsep sumber daya yang ada demi kemanfaatan
tahapan pemberdayaan menurut Edi Suharto. lingkungan dan masyarakat. Jika BKM
Tahapan dimana terjadi pemahama terhadap Pangudi Mulya sebagi lembaga pemrekarsa
masyarakat disebut tahap “Penyokongan”. pemberdayaan di masyarakat, tetapi masih
Pada tahap ini bisa diartikan sebagai langkah bergantung kepada dana dari pemerintah,
memberikan pemahaman kepada masyarakat bisa dikatakan BKM Pangudi Mulya belum
mengenai peran yang harus dilakukan. Me- sepenuhnya menjadi pionir pemberdayaan
ngapa hal ini harus dilakukan, karena pada Seharusnya dana dari pemerintah baik
tiap masyarakat masing-masing individu pusat maupun daerah hanya dijadikan stimu-
memiliki status dan peran masing-masing. lan maupun modal awal bagi BKM Pangudi
Pada tahap “penyokongan”, masyarakat di- Mulya. Untuk selanjutnya anggota BKM men-
berikan penjelasan yang lebih detail tentang coba mencari dan memanfaatkan sumbe
peran yang harus dilakukan sesuai dengan dana lain yang ada. Atau mungkin bisa me-
status yang disandangnya. manfaatkan warga masyarakat yang dinilai
Meskipun partisipasi dari masyarakat kaya atau memiliki harga lebih. Orang-orang
sudah cukup baik. Namun dalam pemanfaat- seprti ini bisa diberdayakan menjadi donatur
an sumberdaya yang ada, BKM Pangudi aktif.
Mulya masih mengalami kelemahan. Adanya Namun dalam konteks pengadaan
fakta bahwa anggota BKM Pangudi Mulya program pembangunan infrasturktur, swa-
tidak mengetahui adanya sumber dana selain daya konsumsi maupun tenaga tidaklah
dari pemerintah pusat (APBN) dan daerah cukup. Perlu adanya masukan berupa dana
(APBD). Sumber dana yang dimaksud ialah maupun material yang dibutuhkan. Item
inilah yang sangat menunjang realisasi

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 116
Fatwa Widodo

program pembangunan infrastruktur. Tanpa individu maupun kelompok harus dapat


adanya sumber dana yang dapat dimanfaat- dilakukan. Dengan demikian masyarakat
kan maupun bahan material, maka apapun memiliki rasa percaya, aman dan nyaman
program pembangunan infrastruktur yang untuk meningkatkan kesejahteraannya.
disusun hanya akan bersifat wacana atau Dengan adanya kerjasama dan dialog
angan saja. yang hidup antara BKM dan KSM akan
Dari uraian tersebut dapat dikatakan mempermudah pelaksanaan program. Dalam
bahwa meskipun masyarakat Kelurahan konteks ini tidak ada pihak yang
Procot baik anggota BKM maupun KSM tidak “memerintah” dan “diperintah”. Semua pihak
begitu paham tentang konsep pemberdayaan memiliki peran masing-masing dan saling
secara teori, namun apa yang telah dilakukan berkorelasi serta berada pada satu lapisan
sudah sesuai dengan konsep pemberdayaan yang sama. Inti dari pelaksanaan program
yang disampaikan oleh para ahli. Untuk ialah kerjasama dan komunikasi. Kedua hal
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan tersebut dilakukan dengan baik oleh
aspek “masukan” (input) dapat disimpulkan, masyarakat Kelurahan Procot.
yiatu: Pertama, sumber daya yang potentif Untuk pelaksana teknis atau dalam
untuk dimanfaatkan dalam rangka konteks realisasi program pembangunan
pembangunan infrastruktur ialah masyarakat infrastruktur disebut “tukang”, dipilih
Kelurahan Procot itu sendiri, kedua ialah pe- berdasarkan beberapa kriteria. Berdasarkan
merintah baik pusat maupun daerah sebagai hasil wawancara diketahui bahwa warga
penyedia dana dan ketiga adalah perusahaan masyarakat harus memenuhi kriteria agar
sebagai pihak ketiga yang memiliki pontesi dapat menjadi tim pelaksana teknis. Kriteria
sebagi penyedia dana. tersebut seperti: memiliki pengalaman kerja
Kedua, BKM Pangudi Mulya telah yang cukup, mau bekerja dan tanpa pamrih.
memanfaatkan sumber daya manusia dengan Untuk program-program yang melibatkan
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pelibatan pihak professional, maka kriterianya pun
para warga non-keanggotaan kedalam prog- lebih ketat.
ram. Warga tersebut berperan sebagai sum- Salah satu contohnya ialah pada prog-
ber swadaya dalam bentuk logisitik maupun ram instalasi listrik. Pada program ini tidak
bantuan tenaga saat pelaksanaan. Perekrutan semua warga non-anggota dapat melakukan-
warga non-anggota dilakukan dengan cara nya. Hanya orang-orang yang memiliki
sosialisasi di pertemuan-pertemuan warga. sertifikat dan diakui oleh PLN yang dapat
Ketiga, BKM Pangudi Mulya masih melakukan tugas instalasi listrik. Hal ini perlu
belum memanfaatkan sumber dana pihak dilakukan demi efisiensi dan efektifitas
ketiga. Dalam konteks ini ialah para per- realisasi program.
usahaan yang tersebar disekitar Kelurahan Adanya program pembangunan infra-
Procot. Sampai saat ini BKM Pangudi Mulya struktur seperti instalasi listrik, pada faktanya
hanya menggantungkan diri kepada APBN tidak menutup kemungkinan adanya keterli-
dan APBD. Dengan demikian BKM Pangudi batan pihak lain. Berdasarkan keterangan
Mulya belum sepenuhnya menjadi badan dari narasumber, menjelaskan bahwa untuk
yang berdaya dan memberdayakan masyara- program instalasi listrik tak jarang melibat-
kat secara utuh dan mandiri kan pihak ketiga. Pihak ketiga ini berupa agen
dan sudah memiliki legalitas menjalankan
Parisipasi Masyarakat pada Tahap
tugas oleh PLN.
Implementasi
Keputusan masyarakat Kelurahan
Sikap keterbukaan dan fleksibel yang Procot untuk melibatkan orang “asing” atau
dimiliki anggota BKM sesuai dengan konsep pihak ketiga guna memenuhi kebutuhannya
tahapan pemberdayaan yang dikemukakan adalah suatu tindakan yang baik. Karena
oleh Edi Suharto. Tahap dimana adanya berdasarkan pendapat Rogers mengenai
sinergitas antara pemberdaya (BKM) yang pembangunan. Beliau mengatakan bahwa
diberdayakan (KSM) disebut “Pemeliharaan”. pembangunan merupakan suatu kegiatan
Dalam konsep “Pemeliharaan” integrasi antar sosial yang bertujuan untuk merubah suatu

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 117
Fatwa Widodo

keadaan menjadi lebih baik. Dan pada ke- pelaksna teknis (tukang) merasa risih dan
giatan tersebut dilakukan melalui partisipasi enggan untuk menikmati sajian yang
secara luas dari suatu masyarakat. Artinya ditawarkan.
bahwa program pembangunan sudah sepan- Langkah yang diambil oleh anggota
tasnya tidak hanya dilakukan oleh satu BKM yang pertama ialah rapat kordinasi
kelompok atau masyarakat, melainkan kerja antar anggota. Rapat tersebut dilakukan guna
sama dengan berbagai pihak yang memiliki mengetahui duduk permasalahan, ketika
kapasitas dan kapabilitas (Asnudin, 2012, sudah diketahui maka dintentukan solusinya.
p.295). Solusi yang ditawarkan biasanya adalah:
Keterlibatan pihak luar tidak dapat apakah perlu melibatkan anggota BKM untuk
dihindari. Hal ini sudah merupakan tabiat menyelesaikannya atau cukup KSM dan UPL?
manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Seba- Jika anggota BKM diperlukan bantuannya
gai makhluk sosial, manusia tidak mampu maka dengan kesepakatan salah satu anggota
memenuhi kebutuhannya secara mandiri BKM akan turun lapangan. Pada saat di
tanpa bantuan orang lain. Namun bantuan lapangan, anggota BKM akan menghubungi
dalam konteks ini ialah bekerjasama bukan tokoh masyarakat setempat seperti RT atau-
menggantungkan diri kepada satu pihak. pun sesepuh untuk ikut andil dalam
Menggantungkan diri pada satu pihak me- menyelesaikan masalah dengan pendekatan
nandakan ketidakberdayaan. Sedangkan da- persuasif.
lam konteks pembangungan, pemberdayaan Menjelaskan pada warga yang belum
sangatlah diperlukan. bisa memahami kedudukan program pem-
Dalam perspektif Talcott Parsons bangunan infrastruktur yang dilakukan oleh
dalam (Ritzer & Goodman, 2011, p. 121) BKM merupakan sikap yang harus dilakukan.
dikenal istilah “strukturalisme fungsionalis”. Karena salah satu sifat pembangunan menu-
Artinya di dalam masyarakat hakikatnya rut Kleinjans ialah proses perolehan pema-
terdiri dari berbagai unit yang saling haman oleh warga masyarakat. Jika masih
berhubungan dan memiliki fungsi masing- terdapat warga masyarakat yang belum
masing. Dengan demikian, suatu masyarkat memahami tentang kedudukannya dalam
tidak mampu menjalankan dinamikanya konteks program maupun kedudukan prog-
tanpa intervensi pihak lain. Dan teori ini ram itu sendiri, hal tersebut akan menjadi
“dipahami” dan dilaksanakan oleh BKM hambatan realisasi program.
Pangudi Mulya serta KSM. Semua warga masyarakat hendaknya
Meskipun dalam pelaksanaan komuni- memahami tujuan, maksud dan aturan yang
kasi dan kerjasama antar pihak dapat berkenaan dengan suatu program. Karena
dilakukan dengan baik, namun permasalahan menurut Kleinjans dengan adanya pemaham-
tetap tidak bisa dihindari. Berdasarkan an dari warga masyarakat maka akan muncul
penjelasan yang diberikan oleh narasumber, kesadaran dan kepedulian. Dengan demikian
diketahui bahwa permasalahan justru datang proses realisasi program pembangunan dapat
dari calon penerima manfaat dan pelaksana dilakukan dengan lancar.
teknis. Permasalahan yang datang dari calon Sedangkan langkah yang diambil oleh
penerima manfaat disebabkan oleh adanya anggota BKM Pangudi Mulya ketika terjadi
ketidak pahaman atas program yang diusung ketidak sesuaian antara realisasi progam dan
oleh BKM. rencana adalah melakukan rapat kordinasi.
Sedangkan permasalahn dari pihak Rapat kordinasi tersebut diikuti oleh anggota
pelaksana teknis, lebih bersifat individual. BKM dan pihak pelaksana teknis/tukang.
Seperti keengganan untuk menikmati sajian Dengan demikian bisa diketahui akar
yang diberikan oleh pemilik rumah maupun permasalahannya dan solusi yang tepat untuk
meminum minuman yang diberikan oleh menanganinya.
tuan rumah. Hal ini disebabkan oleh adanya Dengan adanya kontribusi dari masya-
persepsi bahwa calon penerima manfaat rakat diharapkan terbentuknya sikap mandiri
adalah orang miskin yang identik dengan dari masyarakat. Warga masyarakat harus
kumuh serta kotor. Dengan demikian para peka terhadap lingkugan, mampu memecah-

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 118
Fatwa Widodo

kan masalah yang ada dan mampu memenuhi kemungkinan ketidak-efektifan dari program
kebutuhannya secara mandiri tanpa bergan- dapat diminimalisir.
tung dengan pihak lain. Selain itu dengan Apa yang dilakukan oleh anggota BKM
adanya program pembangungan infrastruk- Pangudi Mulya sudah sesuai dengan yang
tur diharapkan adanya perubahan pola hidup dikatakan oleh Stark dan Thomas. Kedua
pada masyarakat miskin. Pola hidup yang pakar tersebut mengatakan bahwa data yang
dimaksud ialah pola hidup yang lebih sehat diperoleh melalui: memilih, mengumpulkan,
setelah adanya jamban, misalnya. menganalisis dan menyimpulkan segala
Dengan demikian keberadaan ling- infrormasi dapat digunakan sebagai dasar
kungan kumuh dapat dikurangi. Serta adanya penentuan kebijakan maupun perencanaan
pemerataan kepemilikan fasilitas pribadi kebijakan selanjutnya (Weiss, et.al., 2009, p.
yang bersifat dasar. Hal tersebut dilakukan 166).
karena tujuan umum dari adanya program Demi efektifitas hasil program, anggota
pembangunan infrastruktur ialah mengatasi BKM melakukan dua metode. Metode per-
permasalahan kemiskinan. tama ialah membangun dialog dengan warga
Simpulan dari pertanyaan penelitian masyarakat non-anggota. Dalam dialog terse-
dalam konteks “pelaksanaan” ini ialah: Per- but diperoleh usulan maupun ide program
tama, masing-masing pihak seperti anggota yang dapat dilakukan. Metode kedua ialah
BKM, KSM, pelaksana teknis dan warga non- berdasarkan pengamatan pribadi anggota
anggota melakukan peran sesuai dengan BKM sendiri. Dengan demikian ide program
statusnya. Kedua, kendala yang dihadapi berangkat dari unsure kebutuhan dan realita
pada saat pelaksanaan diselesaikan melalui dilapangan.
pendekatan persuasive dan melibatkan tokoh Sedangkan pada tahap perencanaan
masyarakat sebagai penguat argument. atau penyusunan progam maupun pelaksana-
Ketiga, ketika proses pelaksanaan tidak sesuai an program, anggota BKM melibatkan semua
dengan apa yang telah direncanakan maka lapisan masyarakat. Hal tersebut dilakukan
dilakukan rapat kordinasi. Rapat kordinasi ini agar proses pemberdayaan dapat berlangsung
melibatkan anggota BKM setempat (dimana secara merata. Dengan demikian harapan
lokasi realisasi program berada), KSM terkait untuk menjadi masyarakat yang mandiri dan
(selaku panitia pelaksna) dan pelaksana peka lingkungan dapat segera terlaksana.
teknis/tukang. Dari uraian tersebut dapat ditarik garis merah
Keempat, harapan BKM Pangudi Mulya bahwa hasil yang diperoleh dari program
setelah adanya realisasi program ialah per- yang telah terlaksana sudah sesuai dengan
ubahan sikap dari masyarakat. Sikap yang kebutuhan masyarakat.
dimaksud ialah sikap peka terhadap ling- Adanya perubahan pada pola kehidup-
kungan dan peduli terhadap sesame. Selain an keseharian warga sangatlah diharapkan.
itu juga dengan adanya program pembangun- Hal ini disebabkan karena program yang
an infrastruktur diharapkan ada perubahan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan. Seper-
pola hidup masyarakat. Pola hidup yang di ti pengadaan jamban, pada awalnya warga
maksud ialah pola hidup yang lebih sehat. membuang kotoran disungai. Dengan adanya
Dengan demikian permasalahan kemiskinan program pengadaan jamban, maka diharap-
dari segi infrastruktur kiranya dapat kan kebiasaan buruk tersebut dapat dihilang-
dikurangi keberadaanya kan. Kedua ialah renovasi rumah, pada
awalnya atap rumah sangat tidak layak untuk
Hasil Program Pembangunan Infrastruktur
dihuni. Namun dengan adanya program
Terkait dengan hasil yang telah dicapai renovasi, diharapkan rumah tersebut layak
berdasarkan keterangan narasumber sudah untuk dihuni.
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini Disisi lain, program pembangunan
disebabkan karena munculnya program dida- infrastruktur yang bersifat umum seperti
sarkan bada usulan warga masyarakat. Selain perbaikan saluran air, tentu memberikan
itu juga didasarkan pada pengamatan lang- dampak yang positif. Adanya perbaikan
sung oleh anggota BKM. Dengan demikian saluran air, berdampak pada teratasinya per-

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 119
Fatwa Widodo

masalahan banjir yang kerap datang tatkala orang lain dari daerah saya, peristiwa tersebut
hujan turun. Dan juga adanya program sudah dapat disebut sebagai pertukaran
pavingisasi, yang pada awalnya jalan berdebu informasi. Meskipun pertukaran tersebut
saat musim panas dan becek saat musim tidak langusng seperti barter. Dan proses
hujan kini tidak lagi. Disamping itu juga, pertukaran informasi yang saya jelaskan tadi
diharapkan adanya pavingisasi memudahkan dapat diperoleh salah satunya jika akses
warga dalam melakukan mobilitas ekonomi. keluar daerah hunian baik tidak terhalang.
Seperti lalu lintas pedagang kaki lima, lalu Dari uraian diatas dalam aspek “hasil”
lintas drop barang dagangan dari pasar, mau- dapat diketahui beberapa poin sebagai sim-
pun memudahkan warga dalam berinteraksi pulan. Pertama ialah semua program pem-
dan beraktivitas. bangunan infrastruktur yang telah dilakukan
Salah satu fungsi adanya program pem- sudah sesuai dengan kebutuhan warga
bangunan infrastruktur ialah untuk memu- masyarakat. Hal tersebut karena ide program
dahkan mobilisasi warga masyarakat berasal dari usulan dan fakta dilapangan. Baik
Soekiman, Pribadi, Soemardi, & usulan yang diperoleh dari pertemuan dalam
Wirahadikusumah (2011). Soekiman, et.al., ruang lingkup RT maupun RW.
(2011) mengatakan untuk pembangunan Kedua, adanya program pembangunan
dalam ruang lingkup infrastruktur, dilakukan infrastruktur baik yang bersifat individual
guna mendukung mobilisasi warga masyara- maupun umum diharapkan dapat memberi
kat untuk memeroleh informasi dan ber- dampak yang positif. Dalam konteks ini
interaksi dengan masyarakat luar (Wunas & diharapkan adanya perubahan pola hidup
Natalia, 2015, p. 170). warga miskin menjadi lebih sehat. Selain itu
Sebagai masyarakat perkotaan yang juga dengan adanya program pembangunan
sekarang hidup di era moderinisasi, perlu infrastruktur yang bersifat umum, diharap-
kiranya pertukaran informasi dari pihak luar. kan dapat meningkatkan interaksi serta
Salah satu poin penunjang terjadinya tukar bertukar informasi dengan daerah lain.
informasi ialah dengan perbaikan akses me- Ketiga, secara umum produk program
nuju dan keluar daerah. Melalui pembangun- pembangunan infrastruktur di Kelurahan
an infrastruktur, diharapkan terjadi proses Procot yang dilakukan oleh BKM Pangudi
pembangunan dari sektor lainya. Dalam Mulya terbagi menjadi dua macam. Pertama,
konteks ini ialah pembangunan kualitas indi- ialah program yang bersifat individual
vidu maupun masyarakat. Dengan demikian seperti: pemasangan jamban, instalasi listrik
pembangunan infrastruktur bersifat dan renovasi rumah. Kedua ialah program
resiprokal terhadap sektor lainnya. yang bersifat umum seperti: pavingisasi dan
Pertukaran informasi tidak harus ber- perbaikan saluran air.
ada pada pasar seperti yang disampaikan oleh
SIMPULAN
Sunyoto Usman. Menurutnya pertukaran
informasi diperoleh pada interaksi masyara- Dalam merencanakan suatu program
kat yang berada pada pusat keramaian seperti anggota BKM Pangudi Mulya selalu melibat-
pasar. Konsep ini disebut “Strategi Pusat kan partisipasi warga masyarakat non-
Pertumbuhan. Menurut hemat saya, pertu- anggota. Dengan demikian program yang
karan informasi tidak melulu harus terjadi di diusung berdasarkan pada kebutuhan dan
pusat keramaian seperti pasar. Proses kepentingan warga masyarakat, terutama
pertukaran informasi juga dapat diperoleh warga miskin. Partisipasi warga bisa ber-
dengan aktivitas mengamati antar warga bentuk gagasan maupun kebersediaannya
masyarakat dengan daerah lain (Sutiyono, menjadi panitia program/KSM.
2012, p. 23). Pelibatan warga masyarakat non-
Frase “pertukaran informasi” disini anggota ke dalam program juga berdasarkan
tidak harus adanya kontak langsung antara kriteria tertentu. Secara umum warga yang
dua pihak. Menurut saya adanya informasi ingin terlibat harus memiliki jiwa sosial,
yang dapat diambil dari daerah lain dan sukarela dan memiliki kompetensi yang
adanya informasi yang dapat diambil oleh cukup. Bentuk partisipasi masyarakat berupa

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 120
Fatwa Widodo

ide/gagasan program, konsumsi pada saat Weiss, D. J., Brennan, K., Thomas, R., Kirlik,
pelaksanaan, tenaga baik secara sukarela A., & Miller, S. M. (2009). Criteria for
maupun berperan sebagai tukang sukarela. performance evaluation. Judgment and
Selain itu BKM Pangudi Mulya juga Decision Making, 4(2), 164.
telah memanfaatkan dana yang telah Andriany, D. (2015, October). Pengembangan
dikucurkan oleh pemerintah baik pusat model pendekatan partisipatif dalam
maupun daerah secara efektif dan efisien. memberdayakan masyarakat miskin
Meskipun demikian, BKM Pangudi Mulya Kota Medan untuk memperbaiki taraf
belum mampu memanfaatkan sumber dana hidup. In Seminar Nasional Ekonomi
lain seperti dana CSR dari perusahaan Manajemen dan Akuntansi (SNEMA)
setempat maupun warga kelas menengah. (pp. 30-39).
Sisi lain, dana merupakan unsur penting Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Teori
dalam konteks program pembangungan sosiologi modern. Jakarta: Prenada
infrastruktur. Media
Pada saat pelaksanaan sebagian besar Suminar, H. A., Hanim, A., & Wahyu, F.
masyarakat bersedia berkontribusi dan ber- (2016). Pengaruh pembangunan
partisipasi aktif tanpa adanya paksaan adari infrastruktur terhadap pendapatan
anggota BKM. Terkait dengan permasalahan regional Kabupaten Jembe. Artikel
yang muncul dilapangan maka anggota BKM Ilmiah Mahasiswa.
Pangudi Mulya dapat mengatasinya dengan Pengesti, I. N. (2012). Implementasi program
baik melalui metode rapat kordinasi antar nasional pemberdayaan masyarakat
anggota dan pendekatan persuasive saat mandiri perdesaan (PNPM-MP) di Desa
berhadapan dengan masyarakat dilapangan. Sonowangi Kecamatan Ampelgading
Selain itu juga dengan melibatkan tokoh Kabupaten Malang. Thesis. Universitas
masyarakat setempat. Negeri Malang: Malang.
Secara umum program yang telah di- Razali, I. (2004). Strategi pemberdayaan
susun dapat dilaksanakan secara tepat waktu masyarakat pesisir dan laut. Jurnal
karena adanya partisipasi dari masyarakat Pemberdayaan Komunitas, 3 (2), 61-68.
non-anggota. Dikarenakan semua program Ife, J., & Tesoriero, F. (2008). Community
berasal dari aspirasi dan usulan warga masya- development: Alternatif pengembangan
rakat maka, program-program yang telah masyarakat di era globalisasi.
disusun sudah sesuai dengan kebutuhan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
warga masyarakat. Owolabi-Merus, O. (2015). Infrastructure
DAFTAR PUSTAKA development and economic growth
nexus in Nigeria. International Journal of
Asnuddin, A. (2012). Pembangunan Academic Research in Business and
infrastruktur perdesaan dengan Social Sciences, 5(1), 376.
pelibatan masyarakat setempat. Sutiyono, S. (2012). Pemberdayaan
Smartek, 7(4), 292-300. masyarakat desa dalam pelaksanaan
Stufflebeam, D. L. (1994). Empowerment program desa wisata di Daerah Istimewa
evaluation, objectivist evaluation, and Yogyakarta. Jurnal Kepatihan
evaluation standards: Where the future Wunas, S., & Natalia, V. V. (2015).
of evaluation should not go and where it Pembangunan Infrastruktur
needs to go. Evaluation Practice, 15(3), Transportasi di Kota Makassar. Jurnal
321-338. https://doi.org/10.1016/0886- Transportasi, 15(3), 169-178
1633(94)90027-2 Suharto, E. (2005). Analisis kebijakan publik:
Stufflebeam, D. L., & Shinkfield, A. J. (2012). panduan praktis mengkaji masalah dan
Systematic evaluation: A self- kebijakan sosial. Bandung: Alfabeta.
instructional guide to theory and practice Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan
(Vol. 8). Springer Science & Business masyarakat dan jaring pengaman sosial.
Media. Gramedia Pustaka Utama.

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 5 (2), 2018 - 121
Fatwa Widodo

Soekiman, A., Pribadi, K. S., Soemardi, B. W., pusat kegiatan belajar masyarakat Ngudi
& Wirahadikusumah, R. D. (2011). Kapinteran. JPPM (Jurnal Pendidikan dan
Factors relating to labor productivity Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 97-108.
affecting the project schedule doi:https://doi.org/10.21831/jppm.v3i1.811
performance in Indonesia. Procedia 1
Engineering, 14, 865-873. Suryono, Y., & Tohani, E. (2016). Inovasi
Hermawan, Y., & Suryono, Y. (2016). pendidikan nonformal. Yogyakarta:
Partisipasi masyarakat dalam Graha Cendekia.
penyelenggaraan program-program

Copyright © 2018, JPPM, ISSN 2355-1615 (print), ISSN 2477-2992 (online)


PENDEKATAN PARTISIPATIF
DALAM PEMBERDAYAAN MASY ARARAT
Aziz Muslim

Abstrak

Model pembangunan yang berpusat pada manusia (people


centered) menekankan bahwa pembangunan bukan sekedar
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional
(GNP) serta terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, tetapi
yang lebih penting lagi adalah pada upaya meningkatkan
kualitas manusia agar dapat meningkatkan partisipasi secara
nyata dalam berbagai aktifitas kehidupan untuk mendorong
terciptanya kegiatan produktif yang bernilai tinggi. Model
pembangunan ini mencoba mengembangkan rasa keefektifan
politis yang akan mengubah penerima pasif dan reaktif menjadi
peserta aktif yang memberikan kontribusinya dalam proses
pembangunan, masyarakat yang aktif dan berkembang yang
dapat turut serta dalam memilih isu kemasyarakatan.

I. Pendahuluan
Ada tiga model pembangunan yang pernah dilewati oleh bangsa kita
ini dalam usahanya untuk mensejahterakan rakyat 1 . Pertama, Model
pembangunan nasional yang berorientasi pada pertumbuhan. Model ini
memandang tujuan pembangunan nasional sebagai pertumbuhan ekonomi
dalam arti sempit, yaitu menyangkut kapasitas ekonomi nasional yang
semula dalam jangka waktu panjang dan lama berada dalam kondisi statis,

1
Lihat Moeljarto, Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, P. 32. Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan, Yogyakarta: Gava Media, 2004, P. 43. Aziz Muslim, Konsep Dasar dan Pendekatan
Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta: jurnal PMI. Vol. I No. I, 2003, P. 36. Totok Daryanto,
Menuju Pembangunan Yang Berpusat PadaManusia, Pengantar Buku Pengembangan Masyarakat:
Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan, him. XXV. Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan
Masyarakat, Bandung: Humaniora utama, 2004, P. 89.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Aziz Muslim)


kemudian bangkit untuk menghasilkan peningkatan GNP pertahun pada
angka 5 sampai 7 persen atau kalau mungkin bisa lebih.
Untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti itu,
maka pemilihan struktur produksi jasa dan manufaktur, serta mengurangi
porsi sektor pertanian secara seimbang, barangkali tidak dapat dihindari.
Karena itu, proses pembangunan terpusat pada produksi, sementara peng-
hapusan kemiskinan, pengangguran dan ketidakadilan menduduki urutan
penanganan kedua, lebih-lebih penghapusan ketiga masalah penting ini
hanya dicapai dengan "trickle-down effect".
Model pembangunan ini benar-benar mengesampingkan unsur
masyarakat. Masyarakat hanya dipandang sebagai obyek dari pem-
bangunan bukan dipandang sebagai subyek dari pembangunan, partisipasi
masyarakat dalam pembangunan pada model pembangunan yang
berorientasi pada pertumbuhan ini tidak diperlukan. Oleh karena itu data
empirik menunjukkan bahwa model pembangunan ini gagal untuk
mengangkat derajat kehidupan kaum miskin dan bahkan ketimpangan-
ketimpangan makin menajam.
Kedua, Model pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan dasar.
Setelah gagal mengangkat harkat dan martabat kehidupan ekonomi
masyarakat dengan model pertumbuhan, maka pemerintah berusaha
mengembangkan model lain yaitu model pemenuhan kebutuhan dasar atau
kesejahteraan.
Model ini memfokuskan diri pada bagian penduduk yang miskin dan
menandaskan bahwa masalah kemiskinan yang ada sekarang ini
merupakan akibat dari marginalisasi masyarakat dari proses pembangunan.
Oleh karena itu, model pembangunan ini mencoba memecahkan masalah
kemiskinan secara langsung dengan hdak melalui mekanisme "trickk-donm
effect".
Pada dasarnya model ini merupakan suatu program bantuan untuk
mencapai kesejahteraan bagi orang yang sangat miskin melalui pemenuhan
kebutuhan dasar mereka, yang mencakup kesempatan memperoleh
penghasilan dan akses terhadap pelayanan publik seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, transportasi, penerangan dan Iain-lain.
Alasan utama yang mendasari model pembangunan yang berpusat
pada pemenuhan kebutuhan dasar ini menurut Moeljarto ada tiga, yaitu
1). Banyak dari masyarakat miskin yang tidak memiliki asset-aset produktif
selain kekuatan fisik, keinginan kerja dan inteligensi dasar mereka.
Pemeliharaan asset tersebut tergantung pada peningkatan akses terhadap
pelayanan public seperti pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyediaan

90 Aplikasia.JumalAplikasillmu-ilmuAgama, Vol. VIII, No. 2Desember2007:89-103


air bersih dsb. 2). Peningkatan pendapatan masyarakat miskin boleh jadi
tidak meningkatkan standar hidup mereka kalau barang-barang dan jasa
yang cocok dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan mereka tidak
tersedia. 3). Peningkatan standar hidup golongan termiskin dari yang miskin
melalui peningkatan produktifitas mereka memerlukan wakru yang sangat
lama, dan dalam kondisi dan situasi tertentu mereka kerapkali tidak dapat
bekerja. Oleh karena itu program subsidi jangka pendek dan mungkin
program subsidi permanen diperlukan agar masyarakat mendapat bagian
dari hasil-hasil pembangunan2.
Model ini tentu saja merupakan suaru langkah maju dalam memberikan
pertimbangan pada aspek pembangunan manusia dibandingkan dengan
model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan. Akan tetapi,
model ini memiliki paling tidak dua kelemahan yaitu 1). Masyarakat miskin
selalu menanti bantuan yang diberikan oleh pemerintah sehingga muncul
ketergantungan dan ketidakmandirian. 2). Beban anggaran pemerintah
akan semakin besar seiring dengan bertambahnya masyarakat yang miskin
misalnya karena bencana alam seseorang menjadi miskin dan pemerintah
harus menanggung.
Disamping itu, banyak kalangan yang mengkritik pembanguan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar ini dengan alasan bahwa
sebaik apapun kesejahteraan yang akan dicapai oleh warga masyarakat,
jika masyarakat miskin menerima secara pasif pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah berdasarkan kearifan yang waktu dan tempatnya
ditentukan oleh pemerintah adalah tidak dapat diterima atau tidak dapat
dibenarkan. Mereka menghendaki kebijakan-kebijakan pemerintah itu
dibuat bersama-sama dengan masyarakat. Karena itu mereka menawarkan
model pembangunan yang lain yaitu model people centered.3
Ketiga, Model pembangunan yang berpusat pada manusia (people
centered). Model ini menekankan bahwa pembangunan bukan sekedar
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional (GNP)
serta terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, tetapi yang lebih penting
lagi adalah pada upaya meningkatkan kualitas manusia agar dapat
meningkatkan partisipasi secara nyata dalam berbagai aktifitas kehidupan
untuk mendorong terciptanya kegiatan produktif yang bernilai tinggi.

2
Moeljarto, Politik Pembangunan P. 33.
* Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat: Dari Pembangunan Sampai
Pemberdaymn, Yogyakarta: Aditya Media, 2003, P. 20.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Aziz Muslim)


Model pembangunan ini mencoba mengembangkan rasa keefektifan
politis yang akan mengubah penerima pasif dan reaktif menjadi peserta
aktif yang memberikan kontribusinya dalam proses pembangunan,
masyarakat yang aktif dan berkembang yang dapat turut serta dalam
memilih isu kemasyarakatan.
Argumentasi pembenaran model pembangunan yang terpusat pada
manusia adalah : 1). Masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir
pembangunan, karena itu partisipasi merupakan akibat logis dari dalil
tersebut. 2). Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan
pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut
masyarakat. 3). Partisipasi menciptakan lingkungan umpan balik arus
informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa
keberadaannya akan tidak terungkap. 4). Partisipasi menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi aktualisasi potensi dan pertumbuhan
masyarakat. 5). Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak
demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.
Fakta dari 16 negara Asia, seperti analisis yang dilakukan oleh
universitas Cornell menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara
keberhasilan pembangunan pertanian dan pembangunan sosial dengan
sistem partisipasi organisasi lokal yang efektif yang menghubungkan
masyarakat desa dengan pusat-pusat pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya4.
Dari ketiga model pembangunan tersebut di atas tampaknya peranan
masyarakat dalam berpartisipasi pada pembangunan sangat menentukan
keberhasilan dari pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, kami ingin mencoba memahami kembali makna partisipasi
dalam pemberdayaan masyarakat, pentingnya partisipasi dan bagaimana
mewujudkan masyarakat yang partisipatif.

II. Memahami Makna Fartisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat


Dari uraian tiga model pembangunan di atas, nampaknya model yang
ketiga yaitu model pembangunan yang berorientasi pada manusia dirasa
tepat oleh banyak kalangan karena meletakkan masyarakat sebagai subyek
dalam pembangunan dengan menekankan partisipasinya pada segala
aspek. Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan memang mutlak
diperlukan dan hampir tidak ada yang menyangkal terhadap pentingnya

4
Moeljarto, Politik Pembangunan P. 49.

92 Aplikasia.JumalAplikasillmu-ilmuAgama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103


partisipasi masyarakat dalam pembangunan karena pada akhirnya
masyarakatlah yang akan menikmati hasil pembangunan tersebut. Namun
dalam perjalanannya, partisipasi yang dipandang mutlak harus ada dalam
pembangunan dipahami secara berbeda-beda, bahkan ada yang meng-
artikan partisipasi secara salah kaprah.
Mikkelsen 5 membuat daftar atau klasifikasi dari para praktisi
pembangunan mengenai arti dari partisipasi. Pertama, Partisipasi diartikan
sebagai pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan
kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek
pembangunan. Pemaknaan seperti ini agaknya kurang tepat karena
memaknai partisipasi hanya sekedar meminta dukungan masyarakat
terhadap semua program yang telah disiapkan. Pertemuan (rapat) dengan
dalih partisipasi (minta masukan dari warga masyarakat) yang
dilaksanakan tidak lebih sebagai ajang formalitas untuk menjalankan
sebuah kebijakan yang telah dibuat. Hal demikian akan memunculkan
partisipasi yang semu karena masyarakat tidak diberi hak untuk merancang
program kecuali hanya sekedar diajak, dibujuk, diperintah dan bahkan
dipisahkan oleh kelembagaan tertentu untuk ikut serta dalam suatu
program yang telah dirancang sebelumnya.
Kedua, Partisipasi diartikan sebagai kontribusi sukarela dari masyarakat
kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. Pemaknaan
ini hampir sama dengan pemaknaan yang pertama, yang membedakan
adalah kontribusi sukarela masyarakat kepada proyek. Karena itu akhir
capaian dari partisipasi jenis ini adalah penghematan biaya. Masyarakat
harus mendukung atau ikut program-program pemerintah secara gratis
dengan alasan program-program tersebut pada akhirnya digunakan untuk
kepentingan masyarakat. Proyek-proyek pembangunan yang memiliki
anggaran tertentu harus dapat diselesaikan melalui penghematan-peng-
hematan. Makin banyak penghematan atau makin murah biaya suatu
proyek, maka dapat diartikan makin besar pula partisipasi masyarakat. Di
sini partsipasi diartikan sebagai besarnya dana yang dapat dihemat atau
dana yang dapat disediakan sebagai sumbangan atau kontribusi masyarakat
kepada proyek-proyek pemerintah.
Ketiga, Partisipasi adalah suatu proses keterlibatan secara aktif dalam
pengambilan kepurusan bersama dengan pemerintah. Pemaknaan seperti

5
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: Sebuah
Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan, Terjemahan Matheos Nalle, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003, P. 64.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Aziz Muslim) 93


ini memberikan keterlibatan yang luas dalam tiap proses pembangunan
yaitu mulai dari: 1). Keterlibatan pada identifikasi masalah, dimana
masyarakat bersama-sama dengan para perencana atau pemegang otoritas
kebijakan mengidentif ikasi persoalan, mengidentifikasi peluang, potensi dan
hambatan. 2). Proses perencanaan, dimana masyarakat dilibatkan secara
aktif dalam penyusunan rencana dan strategi berdasar pada hasil
identifikasi sebelumnya. 3). Pelaksanaan proyek pembangunan. 4). Evaluasi,
yaitu masyarakat dilibatkan untuk menilai hasil pembangunan yang telah
dilakukan, apakah pembangunan memberikan manfaat bagi masyarakat
atau justru sebaliknya masyarakat dirugikan dengan proses yang telah
dilakukan. 5). Monitoring dan 6). Mitigasi, yaitu terlibat dalam mengukur
dan mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh proyek yang sedang
dilaksanakan.
Keempat, Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan sukarela oleh
masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. Inti dari
partisipasi ini adalah sikap sukarela masyarakat untuk membantu
keberhasilan program pembangunan yang telah ditentukan sendiri.
Keterlibatan sukarela itu bisa berupa terlibat dalam proses penentuan arah,
strategi dan kebijakan pembangunan, terlibat dalam memikul beban dan
tanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan dan terlibat dalam
memilih hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan.
Kelima, Partsipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangun-
an diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Partisipasi dalam pengertian
ini sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat, dimana dalam
pemberdayaan masyarakat, masyarakat secara bersama-sama meng-
identifikasi kebutuhan dan masalahnya, bersama-sama mengupayakan
jalan keluarnya dengan jalan memobilisasikan segala sumber daya yang
diperlukan serta secara bersama-sama merencanakan dan melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sementara itu Erickson6 memahami partisipasi dari dua sisi yaitu sisi
internal dan sisi eksternal. Partisipasi secara internal berarti adanya rasa
memiliki terhadap komunitas. Sedangkan partisipasi dalam arti eksternal
terkait dengan bagaimana individu melibatkan diri dengan komunitas luar.
Dari pemahaman tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi

6
Eugen C. Erickson, Consequences Left Leadership and Participation dalam Whiting R.
Larry {ed), Communitis Left Behind, Alternative for Development North Central Regional
Center Rural Development, The Lowa State University Press, 1974, P. 77.

94 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
merupakan manifestasi tanggungjawab sosial dari individu terhadap
komunitasnya sendiri maupun dengan komunitas luar.
Selain itu, satu hal yang juga penting dalam konsep partisipasi menurut
Suparjan7 adalah bahwa partisipasi tidak hanya sekedar dipandang dari
sisi fisikal semata. Selama ini menurutnya ada kesan bahwa seseorang
dikatakan sudah berpartisipasi apabila dia sudah terlibat secara fisik seperti
ikut kerjabakti, ikut membantu material, ikut menghadiri pengajian. Padahal
esensi yang terkandung dalam partisipasi sebenarnya tidak sesempit itu.
Pemikiran atau sumbang saran dari masyarakat sebenarnya dapat
dikatakan sebagai wujud dari partisipasi.

III. Pentingnya Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat


Partisipasi dan pemberdayaan merupakan hal yang menjadi pusat
perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai Negara.
Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan masyarakat
akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi
menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi
sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Partisipasi dan
pemberdayaan merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada
akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada
rakyat (people centered).
Salah satu agen pembangunan internasional, Bank Dunia misalnya,
percaya bahwa partisipasi masyarakat di dunia ketiga seperti Indonesia
merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui
upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri.
Dalam hal ini cara terbaik untuk mengatasi masalah pembangunan adalah
membiarkan semangat wiraswasta tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat, masyarakat berani mengambil resiko, berani
bersaing, tumbuh semangat untuk bersaing dan menemukan hal-hal baru
melalui partisipasinya. Pada konteks inilah, maka pendekatan partisipasi
dengan melibatkan masyarakat menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Menurut Moeljarto8 ada beberapa alasan utama mengapa partisipasi
masyarakat mempunyai sifat penting. Pertama, masyarakat adalah focus
utama dan tujuan akhir dari pembangunan, karena itu partisipasi

7
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat P. 59.
s
Moeljarto, Polilik Pembangunan P. 48.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Aziz Muslim) 95


merupakan akibat logis dari dalil tersebut. Memandang masyarakat sebagai
subyek dalam pembangunan menjadi sangat penting dalam rangka
memanusiakan masyarakat. Proses humanisasi ini pada gilirannya mampu
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pem-
bangunan. Pembangunan yang fokus dan sumber utamanya masyarakat
akan dapat mengubah peranan masyarakat tersebut sebagai penerima pasif
menjadi anggota masyarakat yang mampu berperan aktif dalam pem-
bangunan.
Kedua, Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan meningkatkan
harkat dan martabat. Pembangunan pada dasarnya adalah pembangunan
manusia. Memang dalam pembangunan dibutuhkan produksi barang-
barang yang menjadi kebutuhan hidup manusia, manusia membutuhkan
makanan yang cukup untuk mengembangkan dirinya, membutuhkan
perumahan dan pakaian yang bersih untuk menjaga kesehatannya, dan
juga membutuhkan penerangan, transportasi dan alat komunikasi yang
cukup agar dapat memudahkan hidup mereka. Pembangunan mesti harus
meningkatkan produksi barang-barang yang menjadi kebutuhan hidup
manusia, tetapi pemenuhan barang-barang yang menjadi kebutuhan
tersebut tetap bermuara pada pembangunan manusianya yaitu untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu pem-
bangunan yang melupakan aspek manusianya (partisipasi) jelas tidak
menguntungkan. Hal ini karena akan menumbuhkan sikap pasif dari
masyarakat baik dalam proses, pelaksanaan maupun penerimaan hasil
pembangunan. Sikap merasa tidak memiliki membuat mereka acuh tak acuh
dan enggan terhadap hasil-hasil pembangunan yang pada gilirannya dapat
menurunkan harkat dan martabat manusia.
Ketiga, Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus
informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa
keberadaannya akan tidak terungkap. Hal ini, misalnya dapat dilihat dari
kegagalan program KB yang tidak memperhitungkan sikap masyarakat
terhadap penggunaan alat-alat kontrasepsi ataupun program perkebunan
tembakau di Zambia yang direncanakan tanpa dasar pengetahuan mengenai
keadaan politik dan sosial masyarakat.
Keempat, Partisipasi memperluas zona (kawasan) penerimaan proyek
pembangunan. Masyarakat akan lebih mempercayai program-program
pembangunan jika mereka merasa dilibatkan dalam semua kegiatan baik
proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan menikmati hasilnya,
karena mereka akan lebih puas mengetahui seluk beluk program/proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program/proyek

96 Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
tersebut. Berbagai usaha untuk mencapai proyek-proyek swadaya me-
nunjukkan bahwa bantuan masyarakat setempat sangat sulit diharapkan
jika mereka tidak dilibatkan.
Kelima, Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia. Pembangunan
yang memperluas keterlibatan masyarakat menyadari tentang betapa
pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal yang ditempuh melalui kesanggupan melakukan control
internal atas sumber daya materi dan non materi yang penting melalui
redisrribusi modal atau kepemilikan.
Keenam, Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak
demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.
Dalam konteks ini, masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.
Hal ini selaras dengan konsep people centered development yaitu jenis
pembangunan yang lebih diarahkan pada perbaikan nasib manusia dan
tidak sebagai alat pembangunan iru sendiri.
Ketujuh, Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun
kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna
memenuhi khas daerah. Sistem sosial budaya yang beraneka ragam harus
dipahami dan disadari sebagai sumber daya atau modal sosial yang telah
tersedia di masyarakat, walaupun di beberapa daerah sistem sosial budaya
tersebut telah mengalami pergeseran dan mulai memudar, namun jika hal
ini dimobilisasi kembali dengan cara-cara yang tepat dan sesuai dengan
karateristik sosial budaya setempat, secara bertahap akan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pembangunan nasional. Oleh karena iru
partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan
persoalan sosial budaya yang menjadi ciri khas setiap daerah ini.
Sejalan dengan pendapat Moeljarto di atas, Conyers9 menyebut tiga
alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting. Pertama,
Partisipasi merupakan alat untuk memperoleh informasi mengenai situasi
dan kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
keterlibatannya program atau proyek pembangunan akan gagal. Kedua,
Masyarakat akan mempercayai program atau proyek pembangunan jika
mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka mengetahui seluk beluk proyek tersebut. Ketiga, Partsipasi

9
Diana Conyers, Percnainaan Sosial di Dunia Ketiga, Yogyakarta: UGM Press, 1994, P. 154.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Aziz Muslim) 97


merupakan hak demokrasi masyarakat jika mereka dilibatkan dalam
pembangunan.
Suparjan10 menyebut alasan pentingnya parhsipasi masyarakat dalam
pembangunan sebagai berikut: Pertama, Adanya keterlibatan masyarakat
memungkinkan mereka memiliki rasa tanggung jawab dan handarbeni (sense
of belonging) terhadap keberlanjutan program pembangunan. Kedua,
Dengan parrisipasi masyarakat dapat meningkatkan posisi tawar menawar
harga sehingga daya tawarnya menjadi seimbang dengan pemerintah dan
pihak pemilik modal. Ketiga, Dengan partisipasi masyarakat mampu
mengontrol kebijakan yang diambil oleh pemerintah, sehingga terjadi sinergi
antara sumber daya local, kekuatan poltik pemerintah dan sumber daya
modal dari investor luar.
Mengingat pentingnya partisipasi dalam pembangunan, maka menjadi
mutlak bahwa segala hal yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan
oleh pemerintah harus melibatkan masyarakat. Dalam proses pembangun-
an, masyarakat hendaknya tidak sekedar diposisikan sebagai obyek dari
pembangunan tetapi sebaliknya masyarakat hendaknya dijadikan subyek
dalam menentukan arah perkembangannya. Dengan demikian, apabila ada
warga masyarakat yang melakukan penolakan terhadap kebijakan
pemerintah dan penolakan itu dilakukan oleh mayoritas, maka pemerintah
tidak boleh memaksakan kehendaknya, yakni dengan tetap menjalankan
kebijakannya.
Sebelum mengakhiri pembicaraan ini perlu kiranya dibahas manajemen
partisipasi yang mampu menciptakan kondisi keberdayaan masyarakat
untuk membangun diri mereka sendiri. Manajemen itu menurut Korten
seperti dikutip oleh Moeljarto11 adalah sebagai berikut:
Pertama, Pembangunan itu dari dan oleh masyarakat. Manajemen ini
memandang pembangunan sebagai produk dari prakarsa dan kreativitas
masyarakat. Peranan pemerintah adalah menciptakan kondisi atau
lingkungan yang memungkinkan masyarakat memobilisasi sumber-sumber
yang ada di dalam masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalah-
an yang mereka hadapi, sesuai dengan prioritas yang mereka tentukan.
Kedua, Manajemen komunitas. Maksud manajemen komunitas disini
adalah manajemen sumber-sumber pembangunan yang berdasarkan atas
pengelolaan sumber daya lokal oleh satuan pengambil keputusan yang

10
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat P. 54.
11
Moeljarto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002,
P. 224.

98 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
menyangkut sistem alokasi sumber nasional. Satuan pengambil keputusan
dalam pengelolaan sumber daya lokal ini adalah sosok struktur yang
pluralistik yang mencakup individu, keluarga, birokrasi lokal, pengusaha
kecil setempat dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Kesemuanya
berpartisipasi di dalam memobilisasi sumber pembangunan lokal yang
manifestasinya dapat bervariasi.
Ketiga, Proses belajar sosial. Yang dimaksud proses belajar sosial adalah
proses interaksi sosial antara anggota-anggota masyarakat dengan lembaga-
lembaga yang ada yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
mereka melalui kegiatan-kegiatan pemecahan masalah yang sering dilaku-
kan melalui trial and error. Peningkatan kemampuan ini tidak diperoleh
melalui pendidikan formal, akan tetapi melalui partisipasi dan interaksi di
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan rencana.
Keempat, Manajemen strategi. Manajemen ini bertujuan untuk
mengembangkan organisasi yang mampu beradaptasi dengan lingkungan-
nya dan mampu menanggapi lingkungannya. Manajemen strategi ini tidak
bertujuan untuk menguasai dan memprogram perilaku manusia, akan tetapi
bertujuan untuk mengembangkan prakarsa kreatif mereka untuk dapat
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pendek kata, manajemen
strategi ini bertujuan untuk pemberdayaan anggota masyarakat dan
anggota organisasi agar mereka mampu mengaktualisasikan potensinya.

IV. Mewujudkan Masyarakat Partisipatif Dengan Metode Participatory


Rural Appraisal
Alasan ketidakmampuan masyarakat untuk ikut serta dalam proses
perencanaan suaru program pembangunan seringkali menjadi sarana
justifikasi bagi pembuat kebijakan untuk tidak mengikutsertakan masyarakat
dalam tahapan tersebut. Kondisi ini pada gilirannya akan membentuk
kriteria nilai tersendiri yang menjustifikasi mekanisme formulasi
implementasi ataupun evaluasi yang menjadi virus yang berbahaya bagi
proses demokratisasi dalam pembangunan. Hal ini akan mengakibatkan
masuknya unsur subyektifitas dari penguasa di dalam menentukan
formulasi suatu kebijakan.
Alasan lain yang juga sering ditemukan dalam implementasi
pendekatan partisipatif adalah kemungkinan munculnya konflik akibat dari
banyaknya perbedaan tuntutan dari warga masyarakat. Konflik bisa terjadi
antar sesama warga masyarakat dan juga bisa terjadi karena perbedaan
kepentingan daerah dengan kepentingan nasional. Konflik ini terjadi karena

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Aziz Muslim) 99


masyarakat di daerah umumnya hanya melihat persoalan-persoalan pada
lingkup daerahnya saja, sementara pemerintah pusat ditunjuk untuk
mengakomodasi berbagai tuntutan atau aspirasi dari tiap-tiap daerah.
Di sisi lain, implementasi pendekatan partisipatif juga sering terhambat
oleh faktor kapasitas organisasi. Keberhasilan setiap upaya untuk
meningkatkan mutu para pelaksana, mutu perencanaan desentralisasi serta
program pembangunan masyarakat yang efektif akan tergantung dari
sebuah struktur organisasi yang efektif. Pembentukan struktur semacam
itu membutuhkan waktu, biaya dan pengorganisasian yang cukup lama.
Dengan demikian, implementasi pendekatan partisipatif justru terkesan
menjadi sebuah persoalan yang kurang efisien baik dari sisi waktu, biaya
maupun tenaga.
Apapun alasan yang muncul yang membuat takut untuk meng-
implementasi pendekatan partisipatif adalah karena pemahaman yang salah
mengenai konsep partisipasi. Pemahaman yang benar mengenai konsep
partisipasi dari warga masyarakat maupun para birokrat pemerintah di
dalam melibatkan masyarakat pada akhirnya akan menjadi pintu masuk
dalam setiap proses pembangunan. Di dalam benak mereka, harus tertanam
bahwa partisipasi adalah kunci keberhasilan pembangunan. Jika selama
ini partisipasi masyarakat dalam pembangunan lebih banyak dikaitkan
dengan suatu kewajiban, maka sudah saatnya untuk menambahkan hak
pada peran. Menambah hak pada peran nampaknya sangat cocok kalau
menggunakan model participatory rural appraisal (PRA).
Pendekatan PRA menekankan bahwa masyarakat sasaran memiliki
kemampuan untuk melakukan kontrol bahkan mengubah program yang
telah dikeluarkan oleh para perencana pembangunan. Karena itu untuk
mengendalikan peran masyarakat dan perencana dalam melakukan proses
pembangunan, ada beberapa prinsip PRA yang menjadi dasar pijakan
untuk implementasinya. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Belajar secara langsung. Belajar dari masyarakat secara langsung untuk
mendapatkan pengetahuan fisik, teknis dan sosial secara lokal.
2. Belajar secara cepat dan progresif. Belajar secara cepat dan progresif
melalui eksplorasi yang terencana dan pemakaian metode yang
fleksibel.
3. Komunikasi rilek dan bersifat kekeluargaan. Menyeimbangkan bias,
rileks dan tidak tergesa-gesa, mendengarkan dan bukan menggurui,
tidak memaksakan dan mencari masyarakat yang lebih miskin,
kehadiran orang luar hendaknya masuk dalam proses diskusi sebagai

100 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
anggota. Oleh karena itu, komunikasi yang ada harus bersifat
kekeluargaan.
4. Optimalisasi pertukaran, mengaitkan biaya pemahaman dengan
informasi yang benar-benar bermanfaat dengan pertukaran antara
kuantitas, kegayutan, keakuran serta ketepatan waktu.
5. Membuat jaringan titik-titik pengukuran, dapat diartikan sebagai
penggunaan waktu kisaran yang terdiri dari metode, diskusi, jenis
informasi untuk pengecekan silang.
6. Mencari keanekaragaman, mencari hal yang berbeda-beda daripada
rata-rata. Dalam hal ini, metode triangulasi dipergunakan untuk mem-
peroleh informasi yang kedalamannya dapat diandalkan.
7. Pemberian fasilitas, artinya memberikan fasilitas penyelidikan, analisis,
penyajian dan pemahaman oleh masyarakat itu sendiri, sehingga
mereka dapat menyajikan dan memiliki hasilnya serta juga mem-
pelajarinya.
8. Kesadaran dan tanggung jawab diri yang kritis, fasilitator secara terus
menerus menguji tingkah laku mereka dan mencoba melakukannya
secara lebih baik. Kesalahan harus dipahami sebagai suatu kesempatan
untuk belajar melakukan yang lebih baik.
9. Saling berbagi informasi dan gagasan antar sesama masyarakat desa,
antar masyarakat desa dengan fasilitator, dan antar fasilitator yang
berbeda, serta saling berbagi wilayah kegiatan, pelatihan dan
pengalaman antar organisasi yang berbeda12.
Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan melalui metode
PRA, pada dasarnya harus dimulai dari bawah yaitu melalui forum-forum
warga baik yang berbasis pada komunitas atau kelembagaan seperti
kelompok pengajian, kelompok yasinan, kelompok tahlilan, kelompok
petani, kelompok arisan dan lain sebagainya maupun yang berbasis pada
administratif seperti forum dasa wisma, RT, RW, LKKMD, rembug desa dan
sebagainya. Mereka diajak untuk membicarakan berbagai persoalan yang
terkait dengan kehidupan kesehariannya. Institusi-institusi semacam itu,
sebenarnya dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran perilaku
demokrasi yang efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih mengefektifkan
fungsi forum-forum tersebut tidak sekedar sebagai sarana untuk melakukan
penyuluhan dan sosialisasi kebijakan pemerintah, tetapi harus dimanf aatkan

u
Robert Chambers, Participatory Rural Appraisal (Memahami Desa Secara Partisipatif),
Terjemahan Y. Sukoco, Yogyakarta: Kanisius, 1996, P.34.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (AzizMuslim) 101


untuk membicarakan berbagai isu yang terkait dengan kehidupan meraka.
Misalnya, mereka diajak membicarakan masalah kesehatan dan kebersihan
lingkungan. Warga masyarakat yang berkumpul melalui forum-forum itu
diminta pendapatnya mengenai persoalan tersebut dan solusi yang mereka
tawarkan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Mekanisme
seperti ini yang akan membuat masyarakat terbiasa untuk selalu mem-
bicarakan kepentingan bersama.
Forum-forum masyarakat ini yang seharusnya dijadikan sebagai
institusi-institusi pada level bawah dan harus ditempatkan sebagai basis
perencanaan pembangunan dari bawah. Melalui forum-forum ini, warga
masyarakat dapat merumuskan aspirasi pembangunan yang kemudian
dibawa ke institusi di tingkat desa (Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga
legislatif) kemudian ke tingkat kecamatan dan seterusnya. Setelah ditetap-
kan sebagai program pemerintah kemudian diturunkan lagi ke tingkat
bawah untuk dijalankan oleh masyarakat pembuat perencanaan tersebut.
Dengan demikian prinsip bottom up dapat berjalan dengan baik dan proses,
pelaksanaan serta hasil pembangunan dapat diru'kmati oleh masyarakat.

V. Kesimpulan
Proses pembangunan yang partisipatif mutlak memerlukan landasan
epistimologi dan kerangka teori yang memberikan pengakuan terhadap
kapabilitas kelompok lapis bawah sebagai aktor atau pelaku yang memiliki
kemampuan dan kemandirian. Sebuah kebijakan yang berbasis pada
masyarakat akan lebih memberikan jaminan dalam rangka mewujudkan
keadilan yang berkelanjutan. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah akan lebih sustainable dan tahan lama, karena memperoleh
dukungan dari semua elemen masyarakat. Dalam konteks ini, maka
kebijakan yang berbasis pada masyarakat akan menyebabkan masyarakat
memiliki rasa handarbeni (sense of belonging) terhadap keputusan-keputusan
yang telah dibuat. Dengan melibatkan masyarakat dalam keseluruhan
proses pengambilan kebijakan berarti ketrampilan analitis dan perencanaan
akan menjadi teralihkan kepada mereka.

Daftar Pustaka
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan,
Yogyakarta: Gava Media, 2004.
Aziz Muslim, Konsep Dasar dan Pendekatan Pengembangan Masyarakat,
Yogyakarta: Jurnal PMI. Vol. I No. I, 2003.

102 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan,
Terjemahan Matheos Nalle, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2003.
Diana Conyers, Perenamnan Sosial di Dunia Ketiga, Yogyakarta: UGM Press,
1994.
Eugen C. Erickson, Consequences Left Leadership and Participation dalam
Whiting R. Larry (ed), Corrimunitis Left Behind, Alternative for
Development North Central Regional Center Rural
Development, The Lowa State University Press, 1974.
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora
utama, 2004.
Moeljarto Tjokrowinoto, Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah
dan Strategi, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995.
Moeljarto Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Robert Chambers, Participatory Rural Appraisal ( Memahami Desa Secara
Partisipatifj, Terjemahan Y. Sukoco, Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat: Dari
Pembangunan Sampai Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media,
2003.

* Aziz Muslim, M.Pd. Dosen Jurusan PMl, Fakultas Dakwah L//N Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Penggiat Pemberdayaan Masyarakat melalui lembaga
Jurusan maupun LPM.

Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (AzizMuslim) 103


View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by Journal Universitas PGRI Semarang

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Oleh : Munawar Noor *

Abstrak

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep


pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat
untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang
bersifat people-centered, participatory, Dalam kerangka ini
upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat
dikaji dari 3 (tiga) aspek : Pertama, ENABLING yaitu
menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat
dapat berkembang. Kedua, EMPOWERING yaitu memperkuat
potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah
nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan
pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat semakin berdaya. Ketiga, PROTECTING yaitu
melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan
pada otonomi pengambilan keputusan dari kelompok
masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi,
langsung, demokratis dan pembelajaran social.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah
(grass root) yang dengan segala keterbatasannya belum
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan, sehingga pemberdayaan
masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga
pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan nilai-nilai buaya
modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung
jawab adalah bagian penting dalam upaya pemberdayaan.

Kata kunci : pemberdayaan

87
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Pendahuluan konsep pembangunan dengan model


pemberdayaan masyarakat tidak hanya
Pemberdayaan masyarakat semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
(community empowerment) sering kali (basic need) masyarakat tetapi lebih
sulit dibedakan dengan pembangunan sebagai upaya mencari alternative
masyarakat (community development) pertumbuhan ekonomi lokal.
karena mengacu pada pengertian yang
tumpang tindih dalam penggunaannya di Pemberdayaan masyarakat
masyarakat. Dalam kajian ini (empowerment) sebagai strategi
pemberdayaan masyarakat (community alternative dalam pembangunan telah
empowerment) dan pembangunan berkembang dalam berbagai literatur
masyarakat (community development) dan pemikiran walaupun dalam
dimaksudkan sebagai pemberdayaan kenyataannya belum secara maksimal
masyarakat yang sengaja dilakukan dalam implementasinya. Pembangunan
pemerintah untuk memfasilitasi dan pemberdayaan masyarakat
masyarakat lokal dalam merencanakan, merupakan hal banyak dibicarakan
memutuskan dan mengelola sumberdaya masyarakat karena terkait dengan
yang dimiliki sehingga pada akhirnya kemajuan dan perubahan bangsa ini
mereka memiliki kemampuan dan kedepan apalagi apabila dikaitkan
kemandirian secara ekonomi, ekologi dengan skill masyarakat yang masih
dan sosial secara berkelanjutan. Oleh kurang akan sangat menghambat
karena itu pemberdayaan masyarakat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
pada hakekatnya berkaitan erat dengan
Reformasi di bidang
sustainable development yang
penyelenggaraan pemerintahan yang
membutuhkan pra-syarat keberlanjutan
bergulir sejak tahun 1998 membawa
kemandirian masyarakat secara
dampak nyata dan luas perubahan dalam
ekonomi, ekologi dan sosial yang selalu
system pemerintahan dari kekuasaan
dinamis.
yang sangat sentralistis ( jaman Orde
Pemberdayaan masyarakat adalah Baru) ke dalam sistem otonomi dengan
konsep pembanguan ekonomi yang desentralisasinya. Undang-Undang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk Nomor 22 Tahun 1999 tentang
membangun paradigma baru dalam Pemerintahan Daerah yang kemudian
pembangunan yang bersifat people- berubah menjadi UU Nomor 32 Tahun
centered, participatory, empowerment 2004, sebagai pengganti UU Nomor
and sustainable (Chamber, 1995). Lebih 5/1974 adalah bukti perubahan dalam
jauh Chamber menjelaskan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di

88
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Indonesia. Perubahan pelaksanaan serta ketrampilan manajemen. Oleh


pemerintahan dengan Otonomi pada karena itu agar demokrasi ekonomi
Daerah Kabupaten/Kota telah dapat berjanan, maka aspirasi harus
melahirkan perubahan yang signifikan ditampung dan dirumuskan dengan jelas
terutama yang berhubungan dengan oleh birokrasi pemerintah dan tertuang
pelaku pembangunan, pengambilan dalam rumusan kebjakan public (public
keputusan dalam perencanaan policies) untuk mencapai tujuan yang
pembangunan, pelaksanaan dan dikehendaki masyarakat.
pengawasan pembangunan. Tetapi
dalam kenyataannya praktek Gerakan pembangunan yang
penyelenggaraan otonomi daerah masih dilakukan pemerintah secara essensial
banyak kendala antara lain kurang harus dibarengi dengan menggerakkan
kreativitas dan partisipasi masyarakat partisipasi masyarakat yang lebih besar
secrara kritis dan rasional, sehingga untuk kegiatan yang dilakukannya
perlu dicarikan jalan keluar secara sendiri. Dengan demikian menjadi tugas
sungguh-sungguh sesuai amanat yang sangat penting bagi menegemen
undang-undang Pemerintahan Daerah pembangunan untuk menggerakkan,
yang berlaku. membimbing, menciptakan iklim yang
mendukung kegiatan pembangunan
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan masyarakat. Upaya-
(empowerment) sebagai model upaya ini dilakukan melalui
pembangunan berakar kerakyatan adalah kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan
upaya untuk meningkatkan harkat dan pembangunan pemerintah yang
martabat sebagian masyarakat kita yang diarahkan untuk menunjang,
masih terperangkap pada kemiskinan merangsang dan membuka jalan bagi
dan keterbelakangan. Di tinjau dari kegiatan pembangunan masyarakat.
sudut pandang penyelenggaraan
Administrasi Negara, pemberdayaan
masyarakat tidak semata-mata sebuah
konsep ekonomi tetapi secara implicit Kebijakan Pemberdayaan
mengandung pengertian penegakan Masyarakat
demokrasi ekonomi (yaitu kegiatan
ekonomi berlangsung dari rakyat, oleh Konsep pembangunan yang selama
rakyat dan untuk rakyat). Dengan ini dijalankan pemerintah nampaknya
demkian konsep ekonomi yang belum mampu menjawab tuntutan
dimaksud menyangkut penguasaan masyarakat yang menyangkut keadilan,
teknologi, pemilikan modal, akses pasar pemerataan dan keberpihakan kepada

89
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

masyarakat, sehingga belum menumbuhkembangkan prakarsa


mengangkat sebagian penduduk yang dan kreatifitas serta meningkatkan
masih hidup dibawah garis kemiskinan. peran serta masyarakat”
Upaya pemerintah untuk meningkatkan 3. Mencermati kedua rumusan
keberpihakan pembangunan kepada Kebijakan Pemerintah diatas dapat
kepentingan masyarakat nampaknya disimpulkan bahwa “kebijakan
tidak akan lepas dari pemberdayaan pemberdayaan masyarakat
masyarakat (empowerment) sebagai merupakan bagian yang tidak
model pembangunan yang berdimensi terpisahkan dari kebijakan otonomi
rakyat. Berangkat dari kondisi itu daerah;
pemerintah telah mengeluarkan berbagai 4. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2000
kebijakan pemerintah : tentnag Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS) Tahun
1. Kebijakan Pemerintah tentang 2000-2004 dan Program
pemberdayaan masyarakat secara Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
tegas tertuang dalam GBHN Tahun dinyatakan bahwa tujuan
1999 dan UU Nomor 32 Tahun pemberdayaan masyarakat adalah
2004 tentang Pemerintahan Daerah. meningkatkan keberdayaan
Dalam GBHN tahun 1999, masyarakat melalui penguatan
khususnya didalam “Arah lembaga dan organisasi masyarakat
Kebijakan Pembangunan Daerah” setempat, penanggulangan
antara lain dinyatakan kemiskinan dan perlindungan social
“mengembangkan otonomi daerah masyarakat, peningkatan
secara luas, nyata dan bertanggung kswadayaan masyarakat luas guna
jawab dalam rangka pemberdayaan membantu masyarakat untuk
masyarakat, lembaga ekonomi, meningkatkan kehidupan ekonomi,
lembaga politik, lembaga hukum, social dan politik”
lembaga keagamaan, lembaga adat 5. Dalam rangka mengemban tugas
dan lembaga swadaya masyarakat dalam bidang pemberdayaan
serta seluruh potensi masyarakat masyarakat , Badan Pemberdayaan
dalam wadah NKRI” menetapkan visi, misi, kebijakan,
2. Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 strategi dan program pemberdayaan
tentang Pemerintahan Daerah, masyarakat sebagai berikut :
antara lain ditegaskan bahwa “ hal- a. Visi Pemberdayaan
hal yang mendasar dalam undang- Masyarakat adalah
undang ini adalah mendorong untuk meningkatkan kemandirian
memberdayakan masyarakat, masyarakat

90
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

b. Misi Pemberdayaan Masyarakat rangka mencapai kesejahteraan


adalah mengembangkan masyarakat.
kemampuan dan kemandirian dan
secara bertahap masyarakat Dari berbagai kajian
mempu membangun diri dan pembangunan ekonomi Indonesia yang
lingkungannya secara mandiri. dilakukan para ahli ternyata
Kemandirian dalam konsep pembangunan ekonomi Indonesia
pemberdayaan masyarakat yang banyak menimbulkan ketimpangan baik
dimaksud adalah tingkat ketimpangan sektoral, regional maupun
kemajuan yang harus dicapai antara perkotaan dan pedesaan. Berbagai
sehingga masyarakat dapat ketimpangan tersebut akibat paradigma
membangun dan memelihara pembangunan ekonomi yang dilakukan
kelangsungan hidupnya pemerintah lebih berpihak pada
berdasarkan kekuatannya kelompok kecil masyarakat di perkotaan
sendiri secara berkelanjutan , dan mengabaikan kelompok besar
artinya untuk membangun bangsa masyarakat yang berada di pedesaan.
yang mandiri dibutukan Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
perekonomian yang mapan. pembangunan yang mensejahterakan
seluruh masyarakat tidaka ada pilihan
lain kecuali mengubah paradigm
pembangunan ekonomi Indonesia yang
Pembangunan dan
mengarah pada keseimbangan antara
Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan dan pemerataan dengan
Pembangunan ekonomi suatu melibatkan kelompok marginal dan
Negara niscaya terjadi apabila tidak kelompok miskin yang berada di
didukung pertumbuhan ekonomi, tetapi pedesaan sebagai subyek pembangunan.
pertumbuhssn ekonomi tidak menjadi Orientasi pembangunan lebih pada
satu-satunya ukuran keberhasilan pemberdayaan pedesaan sebagai pusat-
pembangunan ekonomi. Pembangunan pusat pertumbuan ekonomi yang
ekonomi pada dasarnya adalah sekaligus akan menekan arus urbanisasi.
merupakan usaha untuk meningkatkan Orientasi pembangunan pada
dan mempertahankan kenaikan PDB upaya mencapai kualitas hidup dan
(produk domestic bruto) per kapita kesejahteraan rakyat sebagai metode,
membandingkannya dengan harus didukung oleh pengorganisasian
pertumbuhan penduduk melalui dan parstisipasi masyarakat selaku
perbaikan struktur ekonomi dalam subyek pembangunan. Teori

91
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

pembangunan yang dipakai sebagai Kenyataan itulah kemudian


pijakan dalam evaluasi kinerja terjadi pegeseran dari strategi
pembangunan meliputi 3 (tiga) pertumbuhan ekonomi menjadi strategi
kelompok teori pembangunan yang pertumbuhan dan pemerataan
dipandang penting (Agus Suryono, pembangunan yang sekaligus mejadi ide
2001) yaitu : 1). Kelompok teori dasar lahirnya pemikiran paradigma
modernisasi, 2). Kelompok teori baru yaitu paradigma kesejahteraan
ketergantungan (dependency theory) dan (welfare paradigm). Orientasi
3). Kelompok teori pembangunan yang paradigma ini adalah mewujudkan
lain (another development). Tetapi peningkatan kesejahteraan rakyat dan
dalam perkembanganya terjadi keadilan sosial dalam waktu secepat
pergeseran pola atau model peradigma mungkin. Oleh karena itu pada dasa
pembangunan yang sangat domonan di warsa kedua (1971-1980) pelaksanaan
bangsa-bangsa dunia mulai dari pembangunan dengan strategi
Paradigma pertumbuhan (Growth pertumbuhan ekonomi bergeser
Paradigm), Paradigma kesejahteraan orientasinya pada pertumbuhan dan
(Welfare Paradigm), Paradigma pemerataan pembangunan (growth and
Pembangunan Manusia (People equity of strategy development) menuju
Centered Development Paradigm). industrialisasi dengan strategi
pertumbuhan ekonomi sebesar 6% per
Penerapan paradigm tahun dengan tujuan pemerataan
pertumbuhan berorientasi pada pembangunan di bidang pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini kesehatan, keadilan, pendidikan,
PBB mencanangkan dasa warsa kewirausahaan, keamanan,
pembangunan pertama (1960-1970) kesejahteraan sosial dan penyelamatan
dengan strategi pertumbuhan ekonomi di lingkungan. Tetapi yang terjadi di
Negara-negara berkembang sebesar 5% negara-negara berkembang adalah
per tahun. Tetapi pada dasa warsa ini ketidakmampuan negara berkembang
yang terjadi adalah diabaikannya pada ketergantungan pada negara-negara
distribusi pendapatan nasional dan maju yang ditandai dengan
masalah yang timbul di Negara-negara ketergantungan investasi, bantuan dan
berkembang pada dasa warsa ini adalah pinjaman luar negeri. Implementasi
pengangguran, kemiskinan, kesenjangan paradigma kesejahteraan ini cenderung
pembagian pendapatan (kue bersifat sentralistik (top-down) sehinga
pembanguan), urbanisasi dan kerusakan melahirkan ketergantungan hubungan
lingkungan. rakyat dengan proyek-proyek
pembangunan yang dilakukan

92
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

pemerintah (birokrasi pemerintah), Pada dasa warsa ini pusat


akibat lebih jauh membahayakan perhatian proses pembangunan
keberlanjutan pembangunan itu sendiri, berkaiatan dengan masalah
karena pembangunan sesuai dengan kependudukan yang rata-rata di Negara
sifatnya yang sentralistik tidak mampu berkembang meningkat pesat,
menumbuhkan pemberdayaan urbanisasi, kemiskinan, kebodohan,
(disempowering) rakyat agar rakyat partisipasi masyarakat, organisasi sosial
mampu menjadi subyek dalam politik, kerusakan lingkungan dan
pembangunan. masyarakat pedesaan. Tetapi pada dasa
warsa ini masih timbul masalah baru
Namun tidak dapat dipungkiri yaitu pelaksanaan pembangunan tidak
bahwa pembangunan dengan orientasi berdimensi pada pembangunan manusia,
pada pertumbuhan ekonomi menjadikan sehingga akan berpengaruh pada
paradigm pertumbuhan menjadi semakin masalah ketidak adilan,
dominan di Negara-negara berkembang. keberlangsungan hidup dan ketidak
Tetapi keberhasilan yang dicapai terpaduan pembangunan.
Negara-negara berkembang dalam
pertumbuan ekonominya menimbulkan Belajar dari pengalaman dasa
berbagai resiko negatif (Tjokrowinoto, warsa ketiga pada awal tahun 1980-an di
1999) mengungkapkan bahwa Negara-negara berkembang pelaksanaan
paradigma pertumbuhan cenderung konsep pembangunan yang
menimbulkan efek negatif tertentu yang berkelanjutan (sustainable development)
selanjutnya akan menurunkan derajat dibarengi dengan pendekatan
keberlanjutan pembangunan . Dari pembangunan manusia (human
kondisi tersebut lahir gagasan baru development) yang diandai dengan
dalam strategi pembangunan untuk pelaksanaan pembangunan yang
menjamin keberlanjutan pembangunan orientasinya pada pelayanan social
yaitu sustainable development. Strategi melalui pemenuhan kebutuhan pokok
ini lahir belajar dari pengalaman (basic needs) berupa pelayanan social di
pelaksanaan pembangunan pada dasa sector kesehatan, perbaikan gizi,
warsa ketiga dengan munculnya konsep pendidikan dan pendapatan serta
tata ekonomi dunia baru sabagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
perbaikan social ekonomi Negara- Disamping itu pelaksanaan
negara berkembang dengan strategi pembangunan juga diarahkan untu
pertumbuhan ekonomi 7% pertahun. mewujudkan keadilan, pemerataan dan
peningkatan budaya, kedamaian serta
pembangunan yang berpusat pada

93
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

manusia (people centered development) pembangunan yang bersifat people


dengan orientasi pada pemberbayaan centered participatory, empowering and
masyarakat (public empowerment) agar sustainable (Chambers, 1995). Konsep
dapat menjadi aktor pembangunan yang empowering ini lebih luas yang
dapat menumbuhkan partisipasi dikembangkan sebagai alternatif
masyarakat dalam pembangunan. konsep-konsep pembangunan yang telah
ada. Konsep ini mencoba melepaskan
Fokus perhatian dari people diri dari perangkap “zero-sum game dan
centered development adalah human trade off”dengan titik tolak pandangan
growth, well-being, equity dan bahwa dengan pemerataan tercipta
sustainable. Dominasi pemikiran dalam landasan yang lebih luas untuk
paradigma ini balanced human ecology, menjamin pertumbuhan yang
sumber pembangunannya adalah berklenajutan. Hasil kajian berbagai
informasi dan prakarsa yang kreatif proyek yang dilakukan International
dengan tujuan utama aktualisasi optimal Fund for Agriculture Development
potensi manusia (Korten, 1984). (IPAD) menunjukkan bahwa dukungan
Perhatian utama dalam paradigm dari produksi yang dihasilkan
pembangunan manusia (people centered masyarakat lapisan bawah memberikan
development) adalah pelayanan sosial sumbangan pada pertumbuhan yang
(social service), pembelajaran sosial lebih besar dibandingkan dengan
(social learning), pemberdayaan investasi yang sama pada sektor-sektor
(empowerment), kemampuan (capacity) yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan
dan kelembagaan (institusional itu dihasilkan bukan hanya dengan
building). beaya yang lebih kecil tetapi juga
dengan devisa yang kecil (Brown,
1995), artinya sangat besar pengaruhnya
bagi Negara-negara berkembang yang
Memadukan Pertumbuhan dan mengalami kelangkaan devisa dan
Pemerataan Melalui lemah dalam posisi neraca
Pemberdayaan Masyarakat pembayarannya.
(Empowerment) Dalam kerangka ini upaya untuk
Empowerment (pemberdayaan memberdayakan masyarakat
masyarakat) adalah konsep (empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga)
pembangunan ekonomi yang aspek :
merangkum nilai-nilai sosial dan
mencerminkan paradigma baru dalam

94
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Pertama, ENABLING yaitu menciptakan semua tidak selalu menyentuh


suasana yang memungkinkan potensi kepentingan lapisan masyarakat seperti
masyarakat dapat berkembang. ini.
Asumsinya adalah pemahaman bahwa Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi
setiap orang, setiap masyarakat dan membela kepentingan masyarakat
mempunyai potensi yang dapat lemah. Untuk meningkatkan partisipasi
dikembangkan artinya tidak ada orang masyarakat dalam proses pengambilan
atau masyarakat tanpa daya. keputusan yang menyangkut diri dan
Pemberdayaan adalah upaya untuk masyarakatnya merupakan unsur
membanguna daya dengan mendorong, penting, sehingga pemberdayaan
memotivasi dan membangkitkan masyarakat sangat erat hubungannya
kesadaran akan potensi yang dimiliki dengan pementapan, pembudayaan dan
masyarakat serta upaya untuk pengalaman demokrasi (Friedmann,
mengembangkannya. 1994).
Pendekatan pemberdayaan pada
Kedua, EMPOWERING yaitu intinya memberikan tekanan pada
memperkuat potensi yang dimiliki otonomi pengambilan keputusan dari
masyarakat melalui langkah-langkah kelompok masyarakat yang
nyata yang menyangkut penyediaan berlandaskan pada sumberdaya pribadi,
berbagai input dan pembukaan dalam langsung, demokratis dan pembelajaran
berbagai peluang yang akan membuat social.
masyarakat semakin berdaya. Dalam hal ini Friedmann
Upaya yang paling pokok dalam menegaskan bahwa pemberdayaan
empowerment ini adalah meningkatkan masyarakat tidak hanya sebatas bidang
taraf pendidikan dan derajat kesehatan ekonomi saja tetapi juga secara politis,
serta akses ke dalam sumber-sumber sehingga pada akhirnya masyarakat akan
kemajuan ekonomi (modal, teknologi, memiliki posisi tawar (bargaining
informasi, lapangan keja, pasar) position) baik secara nasional maupun
termasuk pembangunan sarana dan internasional. Sebagai titik fokusnya
prasarana dasar seperti (irigasi, jalan, adalah aspek lokalitas, karena civil
listrik, sekolah, layanan kesehatan) yang society akan merasa lebih siap
dapat dijangkau lapisan masyarakat diberdayakan lewat isu-isu lokal.
paling bawah yang keberdayannya
sangat kurang.
Oleh karena itu diperlukan
program khusus, karena program-
program umum yang berlaku untuk

95
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Pendekatan Metodologi dan pembangunan hendaknya pendekatan


mekanisme Pemberdayaan yang dipakai adalah :
Masyarakat ( Empowering) Pertama, targeted artinya upayanya
harus terarah kepada yang memerlukan
1. Pendekatan Pemberdayaan dengan program yang dirancang untuk
Masyarakat mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya.
Strategi pembangunan yang
bertumpu pada pemberdayaan Kedua, mengikutsertakan bahkan
masyarakat dipahami sebagai proses dilaksanakan oleh masyarakat yang
transformasi dalam hubungan sosial, menjadi sasaran. Tujuannya adalah
ekonomi, budaya dan politik supaya bantuan efektif karena sesuai
masyarakat, sehingga perubahan kebutuhan mereka yang sekaligus
struktural yang terjadi diharapkan meningkatkan keberdayaan
merupakan proses yang berlangsung (empowering) masyarakat dengan
secara alami. Teori-teori ekonomi makro pengalaman dalam merancang,
memerlukan intervensi yang tepat melaksanakan, mengelola dan
sehingga kebijaksanaan pada tingkat mempertangung jawabkan upaya
makro mendukung upaya menutup peningkatan diri dan ekonominya.
kesenjangan melalui kegiatan-kegiatan
Ketiga, menggunakan pendekatan
yang bersifat mikro yang langsung
kelompok, karena secara individual
ditujukan kepada masyarakat lapisan
masyarakat miskin sulit memecahkan
bawah, sehingga pemberdyaan
masalahnya sendiri. Disamping itu
masyarakat (empowering) sebagai
kemitraan usaha antar kelompok dengan
model pembangunan dapat menjadi
kelompok yang lebih baik saling
jembatan bagi konsep-konsep
menguntungkan dan memajukan
pembangunan makro dan mikro.
kelompok.
Pendekatan utama dari konsep
Selanjutnya untuk kepentingan
pemeberdayaan adalah “masyarakat
analisis pemberdayaan masyarakat
tidak dijadikan obyek dari proyek
(empowering) harus dilakukan baik
pembangunan tetapi merupakan subyek
dengan pendekatan Komprehensif
dari pembangunannya sendiri”.
Rasional maupun Inkremental.
Berdasarkan pada konsep pemberdayaan
masyarakat sebagai model

96
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

2. Metodologi Evaluatif Dalam masyarakat, dilakukan berulang-ulang


Pemberdayaan Masyarakat ( dan cepat, menggunakan metode, cara
Empowering) dan pemilihan teknik tertentu untuk
meningkatkan pemahaman terhadap
kondisi masyarakat. Metode tersebut
Pemahaman tentang masalah dipusatkan pada pemahaman tingkat
pemberdayaan masyarakat memerlukan komunitas lokal yang digabungkan
sikap subyektif yang bertolak dari sikap dengan pengetahuan ilmiah. 3 (tiga)
dasar bahwa setiap penelitian tentang konsep dasar metode RRA adalah a).
masalah sosial selalu dilakukan untuk perspektif system, b). triangulasi dari
memperbaiki situasi sosial yang ada pengumpulan data, c). pengumpulan
bukan hanya sekedar menggambarkan data dan analisis secara berulang-ulang
dan menerangkan kenyataan yang ada (iterative).
(Buchori, 1993). Dalam kerangka ini
menjadi kewajiban moral peneliti untuk Kedua, Metode Participatory Rural
memahami aspirasi masyarakat yang Appraisal (PRA), konsepsi dasarnya
diteliti, mendampingi secara mental dan adalah keterlibatan masyarakat dalam
intelektual masyarakat yang diteliti keseluruhan kegiatan dengan
dalam usaha untuk mendapatkan memberikan tekanan pada partisipasi
perbaikan sesuai harapan mereka. dengan prinsip : belajar dari masyarakat,
Dengan demikian masalah penelitian orang luar sebagai fasilitator dan
tidak dapat dipisahkan dengan masalah masyarakat sebagai pelaku, saling
evaluasi. Keputusan untuk untuk belajar dan saling berbagi pengalaman,
meneliti masyarakat dengan tujuan keterlibatan semua kelompok
menghasilkan perbaikan bagimasyarakat masyarakat, bebas dan informal,
itu sendiri melalui pemebrdayaan menghargai perbedaan dan triangulasi.
masyarakat merupakan hasil evaluasi. Metode PRA dibangun berdasarkan a).
kemampuan masyarakat setempat, b).
Dikenal ada 2 (dua) metode penggunaan teknik-teknik fasilitatif dan
penelitian evaluative yang bersifat partisipatoris, c). pemberdayaan
bottom-up yaitu : Pertama, Metode masyarakat setempat dalam prosesnya.
Rapid Rural Apprasial (RRA),
digunakan untuk mengumpulakn
informasi secara akurat dalam waktu Mekanisme Pemberdayaan
yang terbatas. Metode RRA pada Masyarakat
dasarnya merupakan proses belajar Pemberdayaan Masyarakat
intensif untuk memahami kondisi harus melibatkan berbagai potensi yang

97
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

ada dalam masyarakat, beberapa elemen Penutup


yang terkait, misalnya :
Pertama, Peranan Pemerintah dalam Dalam pemberdayaan masyarakat
artian birokrasi pemerintah harus dapat (empowerment) sebagai model
menyesuaikan dengan misi ini, mampu pembangunan yang berbasis rakyat,
membangun partisipasi, membuka menggerakan partisipasi masyarakat
dialog dengan masyarakat, menciptakan bukan hanya essensial untuk mendukung
instrument peraturan dan pengaturan kegiatan pembangunan yang digerakkan
mekanisme pasar yang memihak pemerintah, tetapi juga agar masyarakat
golongan masyarakat bawah. berperan lebih besar dalam kegiatan
yang dilaukannya sendiri. Dengan
Kedua, organisasi-organisasi demikian menjadi tugas penting
kemasyarakatan diluar lingkunan managemen pembangunan untuk
masyarakat, Lembaga Swadaya membimbing, mengarahkan dan
Masyarakat, organisasi kemasyarakatan menciptakan iklim yang mendukung
nasional maupun local, kegiatan pembangunan yang dilakuan
oleh masyarakat. Memberdayakan
Ketiga, lembaga masyarakat yang
masyarakat adalah upaya untuk
tumbuh dari dan didalam masyarakat itu
meningkatkan harkat dan martabat
sendiri (local community organization)
lapisan masyarakat bawah (grass root)
seperti BPD, PKK, Karang Taruna dan
yang dengan segala keterbatasannya
sebagainya,
belum mampu melepaskan diri dari
Keempat, koperasi sebagai wadah perangkap kemiskinan, kebodohan dan
ekonomi rakyat yang merupakan keterbelakangan, sehingga
organisasi sosial berwatak ekonomi dan pemberdayaan masyarakat tidak hanya
merupakan bangun usaha yang sesuai penguatan individu tetapi juga pranata-
untuk demokrasi ekonomi Indonesia, pranata sosial yang ada. Menanamkan
Kelima, Pendamping dierlukan karena nilai-nilai buaya modern seperti kerja
masyarakat miskin biasanya mempuyai keras, hemat, keterbukaan, tanggung
keterbatasan dalam pengembangan diri jawab adalah bagian penting dalam
dan kelompoknya, Keenam, upaya pemberdayaan. Tiga upaya pokok
pemeberdayaan harus tercermin dalam dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :
proses perencanaan pembangunan 1) menciptakan suasana yang
nasional sebagai proses bottom-up. memungkinkan potensi mayarakat
Ketujuh, keterlibatan masyarakat yang berkembang (enabling), 2). Memperkuat
lebih mampu khususnya dunia usaha potensi yang dimiliki masyarakat
dan swasta. (empowering) dan 3) melindungi dan

98
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

membela kepentingan masyarakat Suharto, Edy, Membangun Masyarakat


bawah (protecting) nampaknya menjadi Memberdayakan Rakyat,
3 (tiga) pilar utama pemberdayaan Aditama, 2010
masyarakat (empowerment) sebagai
model pembangunan yang berbasis Uffort van Ph Quarles, Krisis
rakyat. Tersembunyi Dalam
Pembangunan (Birokrasi Dalam
Pembangunan), Gramedia, 1988

DAFTAR PUSTAKA

Bryant Coralie, White G Louise, *) Munawar Noor, Dosen FISIP


Menegemen Pembangunan UNTAG Semarang , saat ini
untuk Negara-negara tengah menempuh studi Doktoral
Berkembang, LP3ES, 1987 Administrasi Publik di UNDIP
Semarang
Grindle S Merille, Politics And Policy
Implementation In The Third
World, Princeton New Jersey,
1980

Kian Wie, Thee, Pembangunan


Ekonomi dan Pemeratan,
LP3ES, 1983

Korten.D.C & Sjahrir, Pembangunan


Berdimensi Kerakyatan,
Yayasan Obor Indonesia, 1988

Pressman L. Jeffre, Implementation, The


Oakland Project, 1984

Ripley B Randal, Bureaucracy and


Policy Implementation, The
Dorsey Press,1982

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya


Pemecahannya, Pustaka Pelajar,
2010

99
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

MEMAHAMI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


MELALUI PEMANFAATAN MEDIA

Andi Haris
Dosen pada Jurusan Sosiologi Universitas Hasanuddin Makassar
aharis@yahoo.com

ABSTRAK
Tulisan ini merupakan hasil penelitian pustaka yang di kombinasikan dengan pengamatan
dilapangan yang mengkaji tentang proses kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana di
ketahui jika pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu issu sentral yang ramai di wacanakan
dari berbagai kalangan yang tentu saja tujuan utamanya untuk pembangunan masyarakat. Pasalnya,
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ini maka kelompok yang menjadi sasaran penerima
manfaat dapat di tingkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya dengan cara memberi mereka
penyuluhan, pelatihan dan bentuk kegiatan lainnya yang semuanya itu di maksudkan untuk
melepaskan mereka dari ketidakberdayaan, keterasingan dan keterbelakangan. Selain itu, lewat
kegiatan pemberdayaan masyarakat maka para klien di harapkan bisa bekerja secara mandiri agar
supaya kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi.
Kata kunci: Pemberdayaan, Keterbelakangan, Inovasi.

ABSTRACT
This article was based on library research that combined with field observation that analysed
about the process of social empowerment. As we know that social empowerment is the central
issue which discussed by many people because the main goal of this topic is to achieve the
target of community development. How ever, through social empowerment so that we can
increase the welfare of the client by giving guidance and other activities and then they can
be released from power lessness, social isolation and under development. Be saides that
after participating in the social empowerment so the clients can work by themselves and
thus they will fullfill their basic needs .
Key Words : Basic Needs, Underdevelopment, Innovation

A. Pendahuluan Walaupun ada sebagian orang bersikap


pesimis jika upaya untuk mencapai tujuan
Ketika berlangsung KTT (Konfrensi pembangunan millenium akan terealisasi pada
Tingkat Tinggi) MDGs (Millenium Development 2015 mendatang namun ini bukan berarti hal
Goals) PBB (perserikatan bangsa-bangsa) dibulan tersebut bisa mereduksi komitmen deklarasi
September tahun 2000 yang dihadiri sebanyak 189 MDGs yang kala itu ditanda tangani oleh lebih
Negara dengan diwakili oleh kepala Negara dan dari seratus Negara.Buktinya, kita sebut saja
kepala Pemerintahan yang kemudian sepakat misalnya usaha untuk mengurangi jumlah
melahirkan deklarasi MDGs (Tujuan penduduk miskin melalui kegiatan pemberdayaan
pembangunan Millenium) dengan tujuan masyarakat masih saja terus digalakkan baik itu
utamanya untuk mengatasi berbagai persoalan dari kalangan lembaga pemerintah maupun yang
yang dihadapi oleh semua negara seperti dilakukan para aktivis Lembaga Swadaya
menanggulangi masalah kemiskinan dan Masyarakat. Apalagi, dengan semakin
kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk beragamnya muncul masalah sosial sehingga hal
semua, mendorong terciptanya kesetaraan gender ini mendorong semua pihak untuk terus
dan pemberdayaan perempuan,menurunkan bekerjasama dalam memerangi segala bentuk
tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan keterbelakangan, isolasi sosial dan ketertinggalan.
ibu, memerangi penyakit HIV/AIS,malaria serta Bukan Cuma itu, lewat kegiatan pemberdayaan
penyakit menular lainnya, memastikan masyarakat akan dapat ditingkatkan keterampilan,
keberlanjutan lingkungan hidup serta membangun keahlian dan pengetahuan para klien sehingga hal
kemitraan global untuk pembangunan. ini sangat membantu mereka untuk memenuhi

50
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

kebutuhan primernya dengan cara bekerja secara mereka yang berada di lapisan sosial bawah dapat
mandiri dan tanpa harus selalu menggantungkan diberdayakan segala potensi dan kemampuan yang
harapan hidupnya dari bantuan orang lain. mereka miliki agar supaya nantinya mereka
mampu memenuhi berbagai kebutuhannya.
Memang benar kalau proses kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini menghadapi C. Pengertian
tantangan yang cukup berat terutama yang
bersentuhan dengan masalah dana yang di Masalah pemberdayaan masyarakat
perlukan serta tenaga fasilitator yang profesional merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu
di bidangnya. Dalam hal ini, kaum penyuluh yang dilakukan dalam upaya untuk memberdayakan
dinilai tepat dan mampu memainkan perannya teruatama pada kelompok yang dinilai lemah dan
dalam memberikan serta menyampaikan gagasan, rentang terhadap kemiskinan sehingga mereka
konsep dan unsur inovasi lainnya pada klien tentu memiliki kemampuan dan kekuatan serta dapat
tidak hanya sebatas pada kemampuannya dalam melepaskan diri mereka dari berbagai
membina kerja sama yang baik dengan kelompok keterpurukan, ketertinggalan dan keter-belakangan
penerima manfaat tetapi juga mereka ini dan dengan demikian keinginan mereka untuk
sebaiknya bisa membaca situasi dan kondisi sosial menjadi suatu kelompok yang maju, mandiri dan
ekonomi yang mencakup nilai budaya klien. Ini terpenuhi segala kebutuhannya bisa tercapai.
penting, mengingat dalam berbagai kasus yang Hanya saja istilah pemberdayaan ini seringkali
terjadi di sejumlah tempat menunjukkan bahwa tumpang tindih dengan istilah pembangunan
rupanya salah satu faktor penyebab kegagalan meski keduanya sesungguhnya memiliki kaitan
tenaga fasilitator dalam proses difusi inovasi.Pada erat satu sama lain namun bagaimana pun juga
kelompok penerima manfaat adalah bersumber konsep pemberdayaan boleh dikata merupakan
dari ketidakmampuan mereka untuk mengelola terjemahan dari kata “Empowerment” sedangkan
sedemikian rupa nilai budaya lokal yang pada kata pembangunan merupakan istilah yang
akhirnya berdampak pada munculnya reaksi diterjemahkan dari kata “Development”.
penolakan kelompok sasaran kegiatan
pemberdayaan. Meskipun begitu kedua konsep diatas tidak
perlu dipertentangkan satu sama lain sebab kedua
B. Pemanfaatan Media Sebagai Sumber konsep ini senantiasa di- orientasikan pada suatu
Informasi kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
perubahan ke arah yang lebih baik dalam semua
Seiring dengan perkembangan ilmu bidang kehidupan masyarakat Rappaport (1984)
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi misalnya mengartikan pemberdayaan sebagai
komunikasi informasi yang mana hal ini suatu proses yang mana individu, organisasi dan
berdampak pada semakin mudahnya manusia masyarakat mampu memenuhi kebutuhan
mendapatkan berbagai sumber informasi yang hidupnya. Sementara itu Osmani (2000)
berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, mendefenisikan pemberdayaan sebagai suatu
budaya dan hukum termasuk di dalamnya semua kondisi dimana orang yang tidak berdaya
informasi yang berkaitan tentang pendekatan menciptakan suatu situasi sedemikian rupa
pemberdayaan masyarakat .Adapun sumber sehingga mereka mampu menyampaikan
informasi yang bisa dimanfaatkan untuk keinginannya dan sekaligus mereka merasa
mendapatkan data yang terkait dengan pendekatan dilibatkan di dalam kegiatan yang berkaitan
pemberdayaan masyarakat ini yaitu dapat dengan pemerintahan.Adapun menurut World
diperoleh melalui media cetak baik itu dalam bank (2001) lebih mengartikan kegiatan
bentuk buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar pemberdayaan sebagai usaha untuk memberi
maupun dokumen yang ditulis dalam arsip penting kesempatan serta kemampuan pada kelompok
yang membahas tentang pendekatan masyarakat yang dalam hal ini keluarga miskin
pemberdayaan masyarakat. Maupun melalui untuk mampu dan berani bersuara dalam
media elektronik terutama internet yang mana menyampaikan gagasan dan pendapat mereka
melalui pemanfaatan media tersebut akan serta memiliki keberanian untuk memilih suatu
diperoleh beragam informasi yang membahas baik itu dalam bentuk metode,produk,tindakan
tentang arti, prinsip dan pendekatan maupun konsep yang dipandang terbaik tidak
pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar hanya pada keluarga dan pribadinya tapi juga bagi
kelompok tertentu masyarakat khususnya bagi masyarakatnya.

51
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

Akan tetapi terlepas dari semua itu tujuan berbelit-belit, menguras banyak dana, pelayanan
suatu pemberdayaan masyarakat pada dasarnya; publik yang tidak profesional tapi juga kerap kali
birokrasi yang sepatutnya memainkan peran
1. Dimaksudkan agar supaya individu, utamanya sebagai organisasi pelayanan publik
kelompok dan masyarakat memiliki justru malah hanya lebih mengutamakan pada
kekuasaan atas kehidupannya pelayanan kepentingan keompok tertentu
khususnya bagi mereka yang memiliki kekuasaan
2. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam masyarakat.
diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia sehingga mereka mampu Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika
keluar dari perangkap kemiskinan,ketidak upaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
berdayaan dan segala bentuk keter- pemberdayaan ini secara optimal pastilah
belakangan. Dengan demikian kelompok memerlukan proses yang cukup lama selain harus
yang tidak berdaya ini bisa mandiri dan tidak didukung pula oleh sejumlah faktor lain yang
senantiasa tergantung pada individu serat didalamnya mencakup dana yang cukup, tenaga
kelompok lain dalam memenuhi kebutuhan fasilitator / pendamping / agen pembaharu yang
dasarnya. profesional dan terampil dalam bidangnya,
motivasi yang kuat dari kalangan kelompok yang
3. Melalui kegiatan pada masyarakat dapat tidak berdaya, adanya kerja sama yang sinergis,
diciptakan suatu perubahan kearah yang lebih solid dan baik diantara semua elemen masyarakat
baik dalam semua aspek kehidupan terutama yang memberi kontribusi bagi lancarnya
masyarakat sehingga dapat ditingkatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat serta
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. ditunjang pula oleh sarana yang memadai dalam
4. Guna mencapai tujuan kegiatan mendukung semua aktivitas yang dilakukan dalam
pemberdayaan masyarakat maka ada proses pemberdayaan masyarakat.
beberapa hal yang harus dilakukan Disamping itu, patut pula dipahami kalau
diantaranya perlunya ditumbuhkan etos kerja kegiatan pemberdayaan masyarakat ini juga
yang kuat, bersikap hemat, efisien, efektif, memiliki keterkaitan erat dengan masalah
akuntabel serta mengapresiasi prinsip pembangunan masyarakat (Community
keterbukaan. Pasalnya, perilaku dan budaya evelopment). Bahkan sering-kali kedua istilah ini
seperti ini memiliki peran yang sangat digunakan secara tumpang tindih antara satu
penting yang dapat mendorong serta dengan yang lain apabila seseorang berbicara
mempercepat proses perubahan dalam tentang pembangunan masyarakat. Walaupun
masyarakat sehingga terbangun suatu demikian ada pendapat seperti yang dikemukakan
komunitas yang kuat,maju dan mandiri dalam oleh Giarci (2001) yang menganggap kalau
pencapaian tujuan pembangunan masyarakat. pembangunan masyarakat dipandangnya sebagai
Sekalipun demikian, upaya untuk mencapai sesuatu yang memiliki pusat perhatian pada upaya
sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat ini untuk membantu masyarakat di berbagai lapisan
rupanya tidaklah semudah sebagaimana yang agar supaya mereka dapat tumbuh dan
diperkirakan oleh kebanyakan orang berkembang dengan memanfaatkan segala sarana
buktinya,fakta dilapangan menunjukkan apabila dan fasilitas yang ada baik itu dalam bertindak,
ternyata muncul pula berbagai bentuk hambatan merencanakan, mengelolah serta mengembangkan
yang dampaknya berakibat pada lambatnya lingkungan fisiknya sehingga kesejahteraan
pencapaian sasaran kegiatan pemberdayaan sosialnya dapat tercapai.Oleh sebab itu, dapat
masyarakat. Kita sebut saja umpamanya maraknya dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat hanya
kasus kejahatan tindak pidana korupsi terhadap dapat dilakukan kalau didukung oleh sumber daya
anggaran yang telah disediakan sedemikian rupa manusia yang cakap, terampil, inovatif, kreatif
untuk kegaiatan pemberdayaan masyarakat.Belum memiliki etos kerja yang tinggi, bersikap terbuka
lagi munculnya ketidak-setaraan serta perlakuan terhadap perubahan dan pembaharuan serta
yang terkesan diskriminatif diantara semua mandiri dalam merespon setiap masalah yang ada
komponen masyarakat, sulitnya memperoleh rasa yang mana perilaku seperti ini sangat mendorong
keadilan terutama bagi orang pingiran, kinerja terjadinya perubahan masyarakat kearah yang
birokrasi yang tidak hanya dinilai tidak efektif, lebih maju, berkembang dan modern. Apalagi
dalam proses pembangunan masyarakat amat

52
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

diperlukan adanya partisipasi aktif dan kerja sama 4 Minat dan kebutuhan. Dalam hal ini
yang baik diantara seluruh elemen masyarakat pemberdayaan masyarakat harus lah di
sehingga keinginan untuk mewujudkan suatu dasarkan pada sesuatu yang memang menjadi
masyarakat yang sejahtera dalam semua aspek prioritas utama dan terkait dengan minat dan
kehidupan manusia dapat terealisasi. kebutuhan masyarakat sehingga hasil yang di
peroleh lebih efisien dan efektif.
D. Prinsip Pemberdayaan
5. Kelompok masyarakat bawah. Untuk lebih
Salah satu aspek yang penting di bahas mengoptimalkan pelaksanaan program yang
dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu di buat sebelumnya maka sasaran kegiatan
masalah prinsip pemberdayaan yang terkait pemberdayaan masyarakat sebaiknya lebih
dengan persoalan kebijakan yang dapat di diarahkan pada mereka yang termasuk dalam
gunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kategori orang pinggiran dalam arti berada
pemberdayaan secara utuh, komprehensif dan pada tingkat akar rumput masyarakat.
menyeluruh sehingga sasaran yang ingin di capai
terutama dalam memberdayakan kelompok yang 6. Keragaman budaya. Kegiatan pember-
di nilai sangat rentan terhadap masalah dayaan masyarakat seyogyanya di sesuaikan
kemiskinan dapat terealisasi. Apalagi, dalam dengan keragaman budaya lokal yang ada
menghadapi tantangan yang semakin kompleks dengan alasan apabila kegiatan itu di lakukan
serta beragam bentuknya maka pemilihan dengan menggunakan prinsip pada
kebijakan yang di anggap tepat, efektif dan akan keseragaman budaya makan di khawatirkan
menghasilkan sesuatu yang optimal dapat hal ini akan menimbulkan berbagai persoalan
terwujud. Menurut Dahana dan Bhatnagar (1980) dan hambatan di lapangan.
bahwa ada beberapa prinsip yanng perlu di
perhatikan dalam proses pemberdayaan di 7. Terarah dan spesialis. Untuk konteks ni
antaranya : tenaga fasilitator/ penyuluh/agen pembaharu
yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan
1. Kerja sama dan partisipasi . Dalam hal ini masyarakat harus terdiri orang yang memiliki
kegiatan pemberdayaan hanya dapat berhasil keahlian serta keterampilan dalam hal
di laksanakan apabila terdapat kerja sama tertentu terutama pada kegiatan yang
yang sifatnya solid diantara berbagai elemen membutuhkan tenaga spesialis untuk kegiatan
masyarakat untuk ikut berpatisipasi secara yang merupakan bagian dari agenda
aktif dalam merealisasikan program yang pemberdayaan masyarakat.
sudah di rancang sebelumnya
8. Belajar sambil bekerja. Maksudnya kegiatan
2. Menggunakan metode yang tepat. pemberdayaan masyarakat tidak sekedar
Maksudnya metode yang di gunakan tidak dilakukan dalam bentuk menyampaikan
sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi sosial konsep dan gagasan yang bersifat teoritis
ekonomi masyarakat yang menjadi kelompok akan tetapi yang jauh lebih penting yaitu
sasaran kegiatan pemberdayaan sehingga mengikutsertakan secara aktif kelompok
metode tersebut tidak hanya bersifat efisien sasaran untuk mencoba melakukan kegiatan
dan efektif tetapi juga dapat berdaya guna sendiri sesuai dengan apa yang diarahkan
serta berhasil guna oleh tenaga fasilitator sehingga dengan
demikian masyarakat dapat bekerja sambil
3. Demokratis. Maksudnya dalam melaksa- belajar menggunakan konsep yang mereka
nakan kegiatan pemberdayaan maka peroleh dari para penyuluh.
sebaiknya proses yang berlangsung
hendaknya bersifat demokratis dalam arti 9. Perubahan budaya. Dalam hal ini kegiatan
memberi kesempatan secara longgar dan pemberdayaan masyarakat haruslah di
leluasa pada masyarakat untuk memilih lakukan sesuai dengan nilai budaya lokal
metode mana yang sepantasnya di gunakan kelompok sasaran. Dengan demikian dapat di
termasuk dalamnya proses pengambilan hindari timbulnya kejutan budaya di kalangan
keputusan yang di buat masyarakat sendiri. kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
dan oleh sebab itu para penyuluh sangat di
tuntut untuk bertindak secara hati-hati dan

53
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

harus mengetahui terlebih dahulu dengan Keenam, jaringan-jaringan sosial informal


baik nilai budaya kelompok masyarakat yang merupakan sumber dukungan yang penting bagi
menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan. penurunan ketegangan dan meningkatkan
kompetensi serta kemampuan mengendalikan
10. Kepemimpinan. Maksudnya kegiatan seseorang
pemberdayaan dilakukan tidak boleh hanya
menguntungkan pada suatu pihak saja Ketujuh, masyarakat harus berpartisipasi dalam
misalnya di kalangan mereka yang pemberdayaan mereka sendiri : tujuan, cara dan
melakukan penyuluhan. Tapi, justru yang hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.
diinginkan yaitu hendaknya kegiatan
pemberdayaan ini dapa di manfaatkan tokoh Kedelapan, tingkat kesadaran merupakan kunci
masyarakat yang ada dan di harapkan dapat dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat
membantu kelancaran kegiatan memobilisasi tindakan bagi perubahan.
pemberdayaan.
Kesembilan, pemberdayaan melibatkan akses
11. Segenap keluarga. Maksudnya kegiatan terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk
pemberdayaan masyarakat yang di lakukan di menggunakan sumber-sumber tersebut secara
kalangan tenaga penyuluh sebaiknya efektif.
memperlakukan keluarga sebagai suatu
bagian sistem sosial dengan cara Kesepuluh, proses pmberdayaan bersifat dinamis,
mengaktifkan peran anggota keluara untuk sinergis, berubah terus, evolutif; permasalahan
saling bekerja satu sama lain agar supaya selalu memiliki beragam solusi.
harapan untuk mencapai sasaran kegiatan Dan akhirnya kesebelas, pember-dayaan
pemberdayaan dapat terealisasi. dicapai melalui struktur-struktur personal dan
Sementara itu menurut pendapat beberapa pembangunan ekonomi secara paralel.
pakar lain yang kemudian di rumuskan oleh E. Tujuan
Suharto (2005) menjelaskan bahwa beberapa
prinsip yang perlu di perhatikan dalam proses Sebagai suatu proses sosial yang bergerak
pemberdayaan masyarakat jika dilihat dari secara dinamis dengan melibatkan partisipasi aktif
perspektif pekerjaan sosial diantaranya: serta kerja sama yang baik antara tenaga
fasilitator, pemerintah dan kelompok yang
Pertama, pemberdayaan adalah proses menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan maka
kolaboratif. Karena pekerja sosial dan masyarakat dapat di jelaskan apabila pada dasarnya tujuan
harus bekerjasama sebagai partner. proses pemberdayaan itu untuk menciptakan
Kedua, proses pemberdayaan menempatkan perubahan kehidupan sosial ekonomi di kalangan
masyarakat sebagai aktor atau subjek yang kelompok lapisan bawah masyarakat agar supaya
kompoten dan mampu menjangkau sumber- mereka memiliki kekuatan dan kemampuan untuk
sumber dan kesempatan- kesempatan. dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan kata lain kegiatan
Ketiga, masyarakat harus di melihat diri mereka pemberdayaan masyarakat ini dilakukan secara
sendiri sebagai agen penting yang dapat terencana, terprogram dan berkelanjutan dengan
mempengaruhi perubahan tujuan untuk :

Keempat, kompetensi diperoleh atau di pertajam 1. Memperkenalkan berbagai konsep dan unsur
melalui pengalaman hidup, khususnya inovasi yang lain baik itu berupa gagasan,
pengalaman yang memberikan perasaan mampu perilaku maupun dalam bentuk hasil karya
pada masyarakat manusia yang sifatnya baru pada kelompok
sasaran kegiatan.
Kelima, solusi-solusi yang berasal dari situasi
khusus, harus beragam dan menghargai 2. Memberikan keterampilan dan membantu
keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan
berada pada situasi masalah tersebut. secara mandiri yang disesuaikan dengan
kondisi sosial ekonomi mereka

54
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

3. Meningkatkan tingkat pendidikan dan dalam betuk kelompok dan tidak di lakukan secara
pemahaman masyarakat terhadap suatu individual. Pertimbangannya lewat pendekatan
informasi yang mana di harapkan dengan kelompok maka kegiatan yang di laksanakan
semakin membaiknya pemahaman kelompok dapat berlangsung lebih efisien, efektif serta
sasaran terhadap inovasi tersebut akan memberi hasil yang optimal di bandingkan dengan
berdampak pada munculnya sikap serta kegiatan yang di lakukan secara perorangan.
perilaku mereka untuk bisa bekerja lebih Apalagi, tujuan utama kegiatan ini jelas lebih di
kreatif dan inovatif. orientasikan pada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan dan bukan hanya sebatas pada satu
4. Kalau pun sekiranya ada bantuan dalam rumah tangga. Ketiga, melibatkan masyarakat
bentuk modal untuk berusaha maka semua itu secara aktif terutama kelompok yang menjadi
di maksudkan untuk lebih mendorong sasaran kegiatan pemberdayaan. Ini sangat penting
kreativitas kelompok sasaran agar mereka mengingat partisipasi aktif masyarakat akan
bisa bekerja mandiri dan tidak senantiasa memberikan manfaat secara langsung selain
mengharapkan bantuan orang lain mereka dapat bekerja sambil belajar untuk
mempraktekkan berbagai konsep dan program
5. Karena proses pemberdayaan masyarakat ini yang di sampaikan oleh para fasiitator. Keempat,
pada prinsipnya untuk membangun motivasi sasarannya harus jelas dan terarah. Artinya semua
dengan memanfaatkan semua potensi yang di agenda kegiatan yang tawarkan pada kelompok
miliki oleh masyrakat maka mau tak mau sasaran memiliki tujuan yang jelas termasuk di
kegiatan yang di lakukan senantiasa dalamnya manfaat yang dapat di peroleh dari
mendapat bimbingan serta pengawasan dari kegiatan itu khususnya yang bersentuhan langsung
tenaga fasilitator agar supaya apa yang dengan masalah pemenuhan kebutuhan manusia.
menjadi sasaran utama kegiatan tersebut Kelima, kegiatan pemberdayaan masyarakat harus
dapat tercapai memiliki dana yang cukup. Sebagaimana di
F. Pendekatan ketahui bahwa program yang dirancang
sedemikian rupa dan sebaik apapun bentuknya
Salah satu faktor yang dapat mendukung tentu terasa sulit untuk di implementasikan apabila
tercapainya sasaran kegiatan pemberdayaan tanpa di dukung oleh dana yang memadai. Di
masyarakat sangat di pengaruhi oleh jenis samping itu, masalah pengadaan infratruktur
pendekatan yang di gunakan dalam melakukan termasuk alat peraga yang di perlukan bukan serta
kegiatan tersebut. Dalam hal ini pendekatan yang melibatkan sejumlah tenaga professional hanya
di maksud terkait dengan cara yang di gunakan dapat di lakukan jika di tunjang oleh sektor
agar supaya masyarakat yang menjadi kelompok finansial yang cukup. Keenam, masalah faktor
sasaran kegiatan pemberdayaan bersikap terbuka budaya yang dimiliki kelompok sasaran harus
dalam menerima berbagai bentuk unsur inovasi pula mendapat perhatian yang serius. Masalahnya,
yang semuanya itu di maksudkan agar supaya jika kita belajar dari berbagai pengalaman
mereka dapat melepaskan diri dari berbagai aneka sebelumnya menujukkan bahwa munculnya
rupa keterbelakangan, isolasi sosial , keterpurukan penolakan dari masyarakat setempat ternyata di
serta ketertinggalan dalam berbagai sektor sebabkan karena adanya sikap tradisi dan
masyarakat. Oleh sebab itu untuk memilih kepercayaan yang begitu kuat yang di miliki
pendekatan yang di nilai cocok dengan kondisi masyarakat dan dianggap tidak sesuai dengan
sosial ekonomi dan budaya kelompok sasaran unsur inovasi yang di perkenalkan kepada mereka.
maka pada dasarnya ada beberapa hal yang perlu Akibatnya upaya yang di lakukan oleh tenaga
di perhatikan diantaranya : pertama kegiatan itu fasilitator dalam menciptakan perubahan sikap dan
harus sifatnya terencana. Maksudnya program perilaku masyarakat tidak memberikan hasil yang
yang di buat sebaiknya memiliki rentan waktu maksimal. Dan akhirnya, pendekatan yang di
tertentu dengan melibatkan berbagai elemen gunakan sebaiknya bersifat persuasif dan tidak
masyarakat seperti lembaga pemerintah, aktivis kohersif dengan demikian, kelompok sasaran akan
LSM, tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh menerima program yang di tawarkan pada mereka
generasi muda dan kelompok masyarakat yang secara sukarela tanpa merasa adanya tekanan dari
lain yang di nilai akan memberi kontribusi yang pihak luar sehingga proses kegiatan pemberdayaan
besar bagi kegiatan pemberdayaan tersebut. masyarakat dapat berlangsung dalam suasana yang
Kedua, pendekatan yang di gunakan sebaiknya

55
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

koperatif, komformis, lancar , bersinergi dan Disamping sejumlah pendekatan yang biasa
terkendali. digunakan dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat sebagaimana disebutkan diatas maka
Sementara itu dalam kaitannya dengan rupanya ada pula beberapa jenis pendekatan yang
pekerja sosial maka setidaknya ada 3 jenis dapat digunakan dalam kegiatan pemberdayaan
pendekatan yang bisa digunakan untuk membantu masyarakat.kita sebut saja misalnya model
bagi tenaga penyuluh,fasilitator, agen pembaharu pendekatan yang digunakan Elliot (1996) yang
dan aktifis LSM serta lembaga pemerintah dalam menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis pendekatan
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat yaitu:
diantaranya:
4.Pendekatan Kesejahteraan.
1. Pendekatan Mikro
Dengan menggunakan pendekatan
Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan ini,fokus utamanya lebih dipusatkan pada kegiatan
dilakukan pada kelompok sasaran sifatnya pemberian bantuan kepada masyarakat termasuk
individual misalnya dalam bentuk didalamnya bagi mereka yang menghadapi
konseling,bimbingan serta pengendalian stres musibah seperti bencana alam apakah itu berupa
yang mana tujuannya tentu saja dimaksudkan banjir,letusan gunung berapi,kekeringan yang
untuk melatih serta memberi bimbingan bagi para berkepanjangan atau dalam bentuk bencana alam
kelompok sasaran (penerima manfaat) untuk yang lain.
melaksanakan kegiatannya sehari-hari.Dengan
kata lain model pendekatan ini biasa juga disebut 5.Pendekatan Pembangunan.
dengan pendekatan yang berpusat pada tugas.
Adapun kegiatan pemberdayaan
2. Pendekatan Mezzo masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan
model pendekatan ini yang mana lebih difokuskan
Tidak seperti halnya dengan pendekatan pada upaya untuk meningkatkan
mikro yang mana pemberdayaan dilakukan secara kemandirian,keswadayaan serta kemampuan
individual maka justru dalam pendekatan ini masyarakat.
pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
penerima manfaat.Dalam hal ini,tujuan kegiatan 6.Pendekatan Pemberdayaan
pemberdayaan dilakukkan terhadap sekelompok
klien dengan harapan pemanfaatan kelompok Dalam hal ini perlu di lakukan berbagai
dapat difungsikan sebagai bentuk kegiatan pelatihan di kalangan kelompok
media,pendidikan,pelatihan dan interfensi sasaran (klien) agar mereka bisa melepaskan diri
sehingga diharapkan dapat meningkatkan dari kemiskinan, keterpurukan serta ketinggalan
pengetahuan keterampilan,kesadaran, membentuk sehingga mereka dapat membentuk suatu
sikap serta meningkatkan kemampuan kelompok kelompok yang maju dan mandiri serta bebas dari
sasaran (penerima manfaat ) dalam mengatasi aneka ragam ketidakberdayaan.
berbagai pesoalan yang mereka hadapi.
Sedangkan menurut Axinn (1988) Yang
3. Pendekatan Makro menyebutkan bahwa untuk memahami lebih rinci
pendekatan yang di gunakan dalam proses
Untuk tipe pendekatan ini biasa juga disebut pemberdayaan masyarakat maka paling tidak jenis
sebagai strategi sistem besar dengan alasan pendekatan yang di pakai dapat di kategorikan ke
penerima manfaat (klien) diarahkan pada suatu dalam kedalam beberapa tipe misalnya : Pertama,
lingkungan yang lebih luas.Selain itu ada beberapa pendekatan komunitas. Kedua, pendekatan umum.
jenis strategi yang bisa dikategorikan dalam Ketiga, pendekatan proyek. Keempat, pendekatan
pendekatan makro diantaranya perencanaan sosial kerjasama. Kelima, pendekatan partisipatif.
,aksi sosial, kampanye, perumusan kebijakan, Keednam, pendekatan pelatihan dan kunjungan.
lobbying serta manajemen konflik.Disamping itu Ketujuh, pendekatan lembaga pendidikan. Dan
pendekatan ini juga melihat para penerima kedelapan, pendekatan pembangunan sistem usaha
manfaat (kelompok sasaran) sebagai kelompok tani. Oleh sebab itu mengingat begitu
yang memiliki kemampuan dalam memahami baik kompleksnya jenis pendekatan yang dapat di
itu situasi mereka sendiri maupun cara memilih manfaatkan dalam berbagai bentuk kegiatan
strategi yang dinilai tepat untuk mengatasinya. pemberdayaan masyarakat sehingga tidak

56
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

mengherankan jika Mardikanto (2012) 11. Kegiatan fasilitator sangat berpengaruh


mengemukakan bahwa terdapat sejumlah prinsip dalam menumbuhkan serta mendorong
pemberdayaan yang dapat digunakan sebagai partisipasi masyarakat yang mana hal ini ikut
kerangka acuan diantaranya : pula mempengaruhi dalam kegiatan proses
belajar dan penerimaan inovasi.
1. Keberhasilan pemberdayaan sangat
tergantung pada kejelasan tujuan yang di 12. Adanya pemahaman yang begitu baik
tetapkan sebelumnya. diantara mereka yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan
2. Masalah efektivitas pemberdayaan masyarakat akan sangat pula mempengaruhi
kedisiplinan, keseriusan serta sikap keberhasilan kegiatan pemberdayaan.
professional dikalangan para fasilitator
13. Adanya keselarasan antara jumlah biaya
3. Adanya kemauan dan partisipasi untuk ikut yang di keluarkan dalam kegiatan
terlibat dalam konteks pengabdian pemberdayaan dengan manfaat yang dapat di
pemberdayaan tergantung pada sejauh mana peroleh dari kegiatan itu akan semakin besar
masyarakat di beri kesempatan dalam proses apabila senantiasa di perhitungkan berbagai
perumusan tujuan program dan pemilihan faktor yang ikut mempengaruhinya dari
mereka yang terlibat di lapangan waktu ke waktu pada setiap tempat kegiatan
berlangsung.
4. Adanya pemanfaatan kombinasi antara
pengetahuan dan informasi baik itu dari 14. Masalah kontinuitas ( keberlangsungan)
dalam maupun di luar masyarakat dinilai kegiatan dapat dijaga dan di pelihara dengan
dapat meningkatkan efektivitas baik jika manfaat yang di peroleh jauh lebih
pemberdayaan besar ketimbang biaya yang harus di
keluarkan
5. Perlunya lebih di pertimbangkan masalah
faktor budaya masyarakat dengan harapan hal 15. Masalah keluwesan dan kepekaan terhadap
ini bisa mengefektifkan kegiatan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta
pemberdayaan terbatasnya tujuan yang ingin di capai pada
peningkatan produksi yang mana semua ini
6. Kalau sistem administrasi pemerintahan sangat berpengaruh bagi efektifnya kegiatan
bersifat desentralisasi maka tentu hal ini pemberdayaan masyarakat.
dapat berpengaruh pada lebih meningkatnya
partisipasi masyarakat Masalah pemilihan pendekatan yang dinilai
tepat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan
7. Untuk lebih mengefektifkan klien (penerima masyarakat boleh dikata merupakan salah satu hal
manfaat) dengan para fasilitator maka perlu yang harus mendapat perhatian yang serius
lebih di perhatikan pengunaan pendekatan mengingat apabila mereka yang ikut terlibat dalam
gender dalam kegiatan pemberdayaan kegiatan pemberdayaan ini memanfaatkan
8. Kelihatannya pemberdayaan akan lebih pendekatan yang tidak tepat,keliru dan tidak
efektif jika berlangsung dalam masyarakat sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang lebih tertutup dalam arti sering terjadi penerima manfaat (klien) maka tidak hanya
kontak serta komunikasi antara para menimbulkan kerugian materi,menyita waktu tapi
fasilitator dengan para penerima manfaat juga kegiatan tersebut tidak memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan
9. Untuk lebih mengefektifkan kegiatan sebelumnya.Apalagi,kelompok yang menjadi
pemberdayaan tentu harus pula di topang sasaran kegiatan pemberdayaan memiliki latar
oleh suatu kepemimpinan yang efektif belakang sosial ekonomi dan budaya berbeda satu
sama lain sehingga tentu saja model pendekatan
10. Kegiatan pemberdayaan juga akan lebih yang digunakan haruslah disesuaikan dengan
efektif apabila terjadi komunikasi yang kemampuan,persepsi,perilaku dan budaya
berlangsung secara timbal balik antara masyarakat setempat.Oleh sebab itu,wajar jika
peneliti, penjual produk, penyedia input serta sebelum melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat. termasuk didalamnya merancang agenda program

57
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

kegiatan yang ingin diperkenalkan pada klien yang dimiliki masyarakat dan kemudian
maka tentu sebaiknya dilakukan studi penjajakan secara persuasif mengatasi segala
lebih dahulu untuk mempelajari situasi dan keterbatasan yang dimiliki individu tersebut
kondisi sosial,ekonomi serta budaya masyarakat lalu melepaskan mereka dari perangkap
setempat. keterpurukan, kemiskinan dan keter-
belakangan.
Tak hanya itu,pendekatan yang digunakan
juga hendaknya mampu membangkitkan semangat 5. Penggunaan pendekatan pemberdayaan
dan motivasi dikalangan para penerima manfaat masyarakat harus pula dilakukan secara
sehingga unsur inovasi dan beragam bentuk cermat,terukur,teliti,bertahap,berkelanjutan
bantuan lainnya dapat dikelola secara optimal serta tepat sasaran sehingga semua elemen
dengan harapan akan terjadi suatu perubahan yang yang menjadi kelompok penerima manfaat
berkesinambungan kearah yang lebih baik yang dapat diberdayakan dengan utuh dan tanpa
mencakup semua aspek kehidupan merasa ada yang diperlakukan diskriminatif
manusia.Memang benar dan kita harus mengakui dari mereka yang memberi kontribusi bagi
apabila pendekatan yang digunakan sepatutnya keberhasilan kegiatan tersebut.
memiliki cakupan yang lebih luas dengan
memperhitungkan berbagai sudut pandang 6. Agar supaya pendekatan ini dapat
masyarakat sehingga dengan demikian tantangan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat
yang sedemikian rumit dan berat apapun bisa yang mandiri maka tentu prinsip seperti
diatasi yang didalamnya mencakup perlunya transparansi,akuntanbilitas, responsif dan
diantisipasi kemungkinan munculnya sikap kesetaraan merupakan bagian yang tidak
penolakan dari masyarakat.Oleh sebab itu dengan terpisahkan dari proses kegiatan
bertitik tolak dari sejumlah pendekatan pemberdayaan masyarakat.
pemberdayaan masyarakat yang ada dan dengan
tetap mempertimbangkan beberapa hal yang Selanjutnya dalam kaitannya dengan
harus diperhatikan sebelum digunakan suatu kelompok sasaran yang diposisikan sebagai klien
pendekatan maka dapat ditarik suatu kesimpulan maka untuk membedakan antara kelompok ini
bahwa suatu pendekatan pemberdayaan dengan warga masyarakat lainnya paling tidak ada
masyarakat yang dinilai baik dan cocok untuk beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya
diterapkan apabila telah memenuhi sejumlah karakteristik sosial,ekonomi, dan perilaku
persyaratan diantaranya: individu. Dalam hal ini, pada dasarnya mereka
yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan
1. Mudah dipahami dan dimengerti masyarakat terdiri dari keluarga yang berada pada
dikalangan kelompok penerima manfaat lapisan sosial bawah misalnya saja kaum orang
pinggiran atau keluarga miskin yang mana pada
2. Pendekatan itu dinilai lebih efisien dan efektif umumnya mereka dianggap sulit untuk memenuhi
dalam arti memiliki model yang sederhana kebutuhan dasarnya yang didalamnya mencakup
namun bisa memberi manfaat yang maksimal sandang, pangan, dan perumahan yang layak.
bagi klien Itulah sebabnya melalui kegiatan pemberdayaan
tersebut mereka di harapkan dapat di tingkatkan
3. Melibatkan fasilitator yang memiliki keahlian taraf hidup serta kesejahterannya lewat
serta keterampilan dibidangnya sehingga peningkatan tingkat pendidikan dan keterampilan
mereka mampu bekerja secara profesional yang mana semua ini di pandang penting sebagai
modal sosial guna dapat bekerja dengan mandiri
4. Sekalipun pendekatan tersebut menciptakan sehingga keinginannya untuk memenuhi berbagai
perubahan bagi masyarakat tapi bukan berarti kebutuhan hidupnya dapat terealisasi. Meskipun
menghilangkan sama sekali nilai budaya masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan
lokal yang selama ini menjadi faktor perekat sejumlah pakar ilmu sosial tentang konsep
solidaritas sosial diantara sesama warga kelompok sasaran dan penerima manfaat yang
masyarakat karena tidak semua indvidu yang dalam hal ini ada sebagian di antara mereka yang
menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan membedakan kedua istilah tersebut namun
memiliki kompotensi yang sama maka sebetulnya apabila di kaji lebih jauh mengenai
pendekatan yang digunakan haruslah bisa makna kedua konsep di atas yang mana pada
mengakomodasi berbagai bentuk kekurangan prinsipnya memiliki substansi yang sama. Oleh

58
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

karena itu, tujuan utama kita yaitu bukan untuk untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di
mempertentangkan kedua istilah di atas melainkan antara para penerima manfaat dapat tercapai.
yang justru perlu di pahami adalah konsep di atas Ketiga, para penyuluh juga selalu di tuntut agar
memiliki tujuan yang sama. mereka bisa membangun kerja sama yang baik
dengan kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
G. Peran Penyuluh yang di dalamnya meliputi pula perlunya
menggalang kekuatan yang kuat, akrab dan
Jika kita merujuk pada undang-undang No. harmonis dengan tokoh masyarakat yang di nilai
16 tahun 2006 yang menjelaskan tentang memiliki pengaruh yang besar dan dapat
penyuluh/ fasilitator atau menurut istilah Rogers membantu kaum penyuluh untuk menciptakan
yang di sebutnya sebagai Agen Pembaharu, maka perubahan ke arah yang lebih maju bagi
kategori penyuluh ini dapat di bagi kedalam tiga masyarakat. Keempat, para penyuluh harus bisa
tipe, yaitu : membangun motivasi dan semangat bekerja serta
1. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang terdiri berusaha di kalangan kelompok penerima
atas tenaga fasilitator dengan status sebagai manfaat.
pegawai negeri yang bekerja di lembaga Kelima, kaum penyuluh hendaknya memiliki
pemerintah dengan tugas memberikan sikap dan perilaku yang kooperatif serta
penyuluhan pada masyarakat dalam berbagai senantiasa mengedepankan pendekatan persuasive
bentuk kegiatan apabila mereka menghadapi tantangan, kritik dan
reaksi penolakan dari masyarakat. Dan akhirnya
2. Penyuluh yang bekerja pada lembaga swasta para penyuluh juga sebaiknya memiliki sikap yang
termasuk dari kalangan kaum aktivis lembaga pantang menyerah, mampu bekerja secara
swadaya masyarakat dengan tugas berkelanjutan dan tetap berusaha seoptimal
menyampaikan dan memberi penyuluhan mungkin untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
untuk kegiatan pembangunan pada kelompok etos kerja dan keinginan untik maju di kalangan
penerima manfaat kelompok penerima manfaat.

3. Penyuluh yang di tunjuk dan berasal dari Kemudian menurut Rogers dan
masyarakat sendiri dan mereka ini biasanya Shoemaker (1971) menyebutkan bahwa peranan
mereka ini tidak mendapat gaji dari yang perlu dilakukan oleh agen pembaharu dalam
masyarakat karena kegiatan yang di lakukan mempromosikan unsur inovasi kepada klien
para fasilitator dalam tipe kategori ini bekerja (Kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
secara sukarela bagi kepentingan masyarakat masyarakat) yaitu:
sebagai penerima manfaat.
1. Menumbuhkan kebutuhan untuk mengalami
Walaupun demikian, terlepas dari bagaimana perubahan.
bentuk dan tipe penyuluh yang muncul dan
bekerja dalam menyampaikan gagasan, konsep, Maksudnya seorang agen pembaharu
hasil karya manusia atau dalam bentuk yang lain hendaknya mampu berperan sebagai
dan di pandang baru bagi kelompok sasaran katalisator bagi kliennya.Untuk itu mereka
kegiatan sehingga para penerima manfaat ini akan sebaiknya bisa merumuskan suatu solusi yang
mengalami suatu perubahan status sosial ekonomi baru dalam mengatasi berbagai persoalan
kearah yang lebih baik yang jelas kaum penyuluh yang dihadapi klien dengan cara membangun
tentu pada umumnya harus memiliki sejumlah suatu keyakinan dalam diri klien agar supaya
prinsip diantaranya: para klien tersebut dapat memecahkan dan
Pertama, mereka sebaiknya tidak menciptakan menyelesaikan persoalan yang mereka
ketergantungan bagi kelompok penerima manfaat hadapi.Ini penting mengingat salah satu ciri
namun justru yang sebaliknya di harapkan adalah khas yang biasanya dimiliki kaum klien yakni
mereka mampu membangun serta mendorong rendahnya motivasi untuk berubah,sikap
terbentuknya kemandirian di kalangan kelompok pasrah terhadap keadaan yang ada serta tidak
sasaran kegiatan pember-dayan. Kedua, para adanya perencanaan yang baik yang mereka
penyuluh senantiasa di tuntut agar mereka supaya miliki
bekerja secara professional sehingga keinginan 2. Mampu mendiagnosis permasalahan yang
ada.

59
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

Artinya seorang agen pembaharu diharapkan dengan tujuan untuk membangkitkan minat
bisa membaca situasi termasuk masalah yang dan perhatian kelompok sasaran
dihadapi dan dialami kliennya dengan pemberdayaan dengan tetap mengutamakan
melihat persoalan itu dari perspektif prinsip yang beroientasi pada kebutuhan
klien.Karena itu ,untuk memahami situasi klien.
yang sifatnya problematis ini sudah pasti
menuntut adanya sikap empati yang tinggi 5. Mencapai hubungan maksimal.
dikalangan agen pembaharu/penyuluh. Artinya kaum agen pembaharu sebaiknya
berusaha untuk menjadikan kliennya nantinya
3. Menciptakan hubungan yang baik untuk berperan pula sebagai agen perubahan
perubahan. setidaknya untuk dirinya sendiri sehingga
Salah satu faktor yang bisa mendukung mereka mampu memilih unsur inovasi mana
suksesnya peran agen pembaharu dalam saja yang dinilai cocok bagi kebutuhannya.
melaksanakan tugasnya amat dipengaruhi Kalaupun sekiranya tujuan ini sudah tercapai
oleh terciptanya hubungan yang maka terbuka kemungkinan agen perubahan
akrab,harmonis dan kerjasama yang baik itu untuk sementara memutuskan
antara agen pembaharu dengan kliennya. hubungannya dengan kliennya dan mereka
Hanya saja, guna memelihara dan dapat berkomunikasi kembali apabila ada
melanggengkan hubungan baik ini sudah unsur inovasi lain yang ingin diperkenalkan
barang tentu didukung pada munculnya kesan pada klien.
yang baik dimata klien misalnya saja agen
pembaharu dinilai jujur,punya rasa empati Selain itu menurut pakar komunikasi
yang kuat serta dapat dipercaya. pembangunan ini bahwa keberhasilan para agen
pembaharu dalam proses difusi inovasi akan
4. Memiliki perencanaan untuk men-ciptakan dipengaruhi pula oleh beberapa faktor seperti:
perubahan. Pertama, gencarnya usaha promosi. Kedua, lebih
beroientasi pada kebutuhan klien (kelompok
Ini dimaksudkan agar seorang agen penerima manfaat). Ketiga,membangun kerjasama
pembaharu/pemilu mampu memainkan yang baik dengan para tokoh masyarakat dan
perannya secara optimal dan tidak hanya Keempat,terjaganya kredibilitas (sikap dapat
sebatas menumbuhkan minat serta perhatian dipercaya) para agen perubahan/penyuluh dimata
klien terhadap unsure inovasi yang klien.
diperkenalkan pada mereka tapi yang jauh
lebih penting dari itu adalah terjadinya Adapun menurut Havelock (1973) bahwa
perubahan terhadap perilaku klien setelah ada beberapa peranan yang harus di mainkan agen
mereka mengadopsi unsur inovasi. perubahan dalam proses difusi inovasi antara lain :
5. Senantiasa berusaha mencegah terjadinya 1. Berperan sebagai katalisator dalam rti mereka
kemacetan dan tetap menjaga keberlang- dapat memotivasi masyarakat untuk siap
sungan pembaharuan. bersedia melakukan perubahan
Dalam hal ini peran yang diharapkan dari
agen pembaharu dalam proses pemberdayaan 2. Membantu masyarakat dalam mencari solusi
masyarakat yaitu tetap memberi informasi untuk memecahkan persoalan yang ada
yang sifatnya mendukung kegiatan
pembaharuan dan perubahan bagi klien dan 3. Ikut membantu dalam proses difusi inovasi
dengan demikian mereka yang diposisikan dan juga memainkan peran dalam member
sebagai penerima manfaat ini selalu merasa petunjuk bagi masyarakat tentang bagaimana
aman dan tenang dalam mengadopsi unsur seharusnya mereka :
inovasi.
a. Mengetahui permasalah serta menentukan
4. Membangun motivasi para klien untuk tujuan
berubah.
Salah satu peran lain yang harus dilakukan b. Memahami dan mampu merumuskan suatu
para agen pembaharu/ penyuluh adalah kebutuhan
menggunakan strategi sedemikian rupa c. Memilih dan mengatasi masalah yang ada

60
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

d. Memperoleh berbagai sumber yang terkait


dengan proses kegiatan penyebaran inovasi [12] Havelock.1973. The Change Agent’s Guide to
Innovation in Education. N.J : Educational
e. Mampu membuat rencana pemecahan Technology Publications
masalah secara bertahap
[13] Hettne, Bjorn. 1985. Ironi Pem-bangunan Di
4. Menjadi mata rantai/penghubung dengan Negara Berkembang. Jakarta: Sinar Harapan.
berbagai sumber yang di perlukan untuk
mengatasi masalah yang ada. [14] H.W.Arndt. 1983. Pembangunan Dan
Pemerataan. Jakarta: LP3ES.

[15] I.L.Pasaribu 1982. Sosiologi Pembangunan.


DAFTAR PUSTAKA Bandung: Tarsito
[1] Adi, Isbandi Rukminto.2001. Pem-berdayaan, [16] Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat.
Pengembangan Mas-yarakat dan Intervens Yogyakarta: Liberty
Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. [17] Korten, David C.1984.Pembangunan yang
Memihak Rakyat. Jakarta: Yayasan studi
[2] Ala, Andre Bayo.1981. Kemiskinan dan pembangunan.
Strategi Memerang Kemiskinan. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.Alvin, Y. SO. 1994. Perubahan [18] Lane, Jan Erik.1994. Ekonomi Politik
Sosial dan Pembangunan. Jakarta:LP3ES. Komparatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[3] Anwas, M Oos.2013. Pemberdayaan [19] Learner, Daniel. 1983. Memudarnya
MasyarakatdiEra Global. Bandung: Penerbit Masyarakat Tradisional. Yogyakarta : Gadjah
Alfabeta Axinn.G.H.1988. Guide on Alternative Mada, University Press.
Extension Approaches. Romeo: FAO.
[20] Lewis P, John.1987. Mengkaji Ulang Strategi-
[4] Baldwin, E, Robert. 1981. Pem-bangunan dan Strategi Pembangunan.Jakarta: Universitas
Pertumbuhan Ekonomi Di Negara Berkembang. Indonesia Press.
Jakarta: Bina Aksara. Bhatnagar. 1990. Education and
Communication for Develop-ment.New Delhi : [21] Long, Norman. 1987. Sosiologi Pembangunan
Oxford & IBH Publishing CO. Pedesaan. Jakarta: PT.Gramedia.
[5] Budiman, Arif. 1995. Teori Pembangunan [22] Mardimin, Johannes. 1994. Jangan Tangisi
Dunia Ketiga. Jakarta: T.Gramedia. Bryant, Tradisi.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Coralie.1987. Manajemen Pembangunan
Negara Berkembang. Jakarta:LP3ES. [23] ------------.1996. Dimensi Kritis Proses
Pembangunan Di Indonesia Yogyakarta:
[6] Chambers,Robert.1987. Pembangunan Desa: Penerbit Kanisius.
Mulai Dari Belakang. Jakarta: LP3ES.
[24] Mardikanto, Totok.2012Pember-dayaan
[7] Clements P, Kevin. 1997. Teori Pembangunan. Masyarakat. Bandung: Penerbit Alfabeta
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[25] Moeljarto.1987. Politik Pembangunan.
[8] Combs H, Philip .1974. Attacking Rural Yogyakarta: Tiara Wacana
Poverty, How Non Formal Education Can Help.
Baltimore:The John Hopkins University Press. [26] Mountjoi B,Alan.1984.Dunia Ketiga dan
Tinjauan Permasalahannya. Jakarta:Bumi
[9] Elliot, J.A.1996.An Introduction to Sustainable Aksara.
Development: The Developing world.Routledge.
London and New York. [27] Nasution, Zulkarimein.1988.
Komunikasi - Pembangunan.Jakarta:
[10] Fakih, Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Rajawali Pers
Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:
Insist Press [28] Ndraha, Talizudulu. 1987.Pem-bangunan
Masyarakat Mempersiap-kan Masyarakat
[11] ----------. 2010. Masyarakat sipil untuk transfor- Tinggal Landas Jakarta:PT Bina Aksara
masi sosial.Yogyakarta:Insist Press

61
Andi Haris / JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), hal 50 - 62

[29] Osmani. 2000. Participatory Gover- [34] Sjafri Hubes, Aida Vitayala (Ed). 1992.
nance,People’s Empowerment and Poverty. PenyuluhanPembangunan
Washington: UNDP Indonesia:Menyosong Abad XX1 Jakarta: PT
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
[30] Rappaport.1984.Studies in Empoer-ment:
Introduction to he issue Prevention In Human [35] Sjahrir. 1986. Ekonomi Politik Kebutuhan
Issue, USA Pokok.Jakarta: LP3ES

[31] Rogers dan Shoemaker. 1971. Communication [36] Soetomo.2013. Pemberdayaan Masyarakat.
of Innovation.New York.The Free Press Yogyakarta:Pustaka Pelajar

[32] -------------.1985. Komunikasi dan Pembangu- [37] Suharto, Edi.2005.Membangun Masyarakat


nan. Jakarta: LP3ES Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT Refika
Aditama Tjokrowinoto
[33] Setiana, LuciSSSSSe.2005. Teknik Penyuluhan
dan Pemberdayaan Masyarakat Jakarta: Ghalia [38] Moeljarto.1996.Pembangunan, Dilema dan
Indonesia Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

62

Anda mungkin juga menyukai