Anda di halaman 1dari 7

Journal of Nonformal Education and Community Empowerment

Volume 3 (2): 88-94, Desember 2019


Available at http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc
p-ISSN 2549-1539
e-ISSN 2579-4256

Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada


Program Pelatihan
Ihwan Ridwan  1, Asdar Dollo2, A. Andriyani3
1,2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Parepare
3
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Parepare

DOI: 10.15294/pls.v3i2.34913

Info Artikel Abstrak


Penelitian ini bertujuan mengetahui implementasi pendekatan
Sejarah Artikel: partisipatory rural appresial pada program pelatihan pengolahan hasil
Diterima September 2019 pertanian dan model pemberdayaan. Penelitian ini menggunakan
Disetujui November 2019 pendekatan kualitatif dengan desain penelitian PRA, lokasi penelitian di
Dipublikasikan Desember 2019 Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi Subjek penelitian
Keywords: adalah pengelola PKBM, tokoh masyarakat, mitra dan peserta
participatory rural appraisal; pelatihan. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, analisis
training; agricultural product data yang digunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
processing menunjukkan bahwa pendekatan PRA efektif dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat dengan memanfaatkan rumah produksi berbasis
teknologi informasi. Model PRA yang diformulasikan dengan pengelola
PKBM menemukan bahwa pada tahap refleksi perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi pada tahap perencanaan dan tindakan agar
dapat diketahui output dan outcome dari kegiatan pelatihan.
Abstract
This study aims to determine the implementation of the rural appresial
participatory approach in the women's empowerment program at PKBM Rezky
Amaliyah and the empowerment model. This study uses a qualitative approach
to PRA research design, research locations in the Masalle District, Enrekang
Regency. data collection techniques using questionnaires, interviews and
documentation. Research subjects are managers of PKBM, community leaders,
partners and training participants. The technique used is purposive sampling,
analysis the data used is quantitative descriptive analysis. The results showed that
the PRA approach was effective in improving the standard of living of the
community by utilizing information technology-based production houses. The
PRA model formulated with PKBM managers found that at the reflection stage
it was necessary to monitor and evaluate at the planning and action stages so that
the outputs and outcomes of the activities could be known training.


Alamat korespondensi:
E-mail: ihwanridwan891.ir@gmail.com
Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan

PENDAHULUAN untuk memproses pembangunan sampai pada


Pembangunan masyarakat tidak akan tingkat komunitas dan mengelola atau
pernah berhenti dilakukan, dinamika perubahan mengembangkan kearifan lokal secara mandiri
terus menuntut agar kemampuan masyarakat dan partisipatif (Soetomo, 2011). Selain itu,
selalu berkembang dan mampu berjalan secara rinci proses pemberdayaan masyarakat
beriringan dengan perubahan zaman. yang efektif dan efesien dapat dilihat dari
Pembangunan masyarakat dilakukan sebagai beberapa aspek yaitu masukan yang meliputi
upaya pemerintah untuk memfasilitasi (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana,
masyarakat dalam merencanakan, memutuskan dan teknologi); proses meliputi (pelaksanaan,
dan mengelola sumber daya yang dimiliki (Noor. monitoring, dan pengawasan); dan keluaran
2011). Agar masyarakat bisa mengikuti gerak meliputi (pencapaian sasaran, efektivitas dan
perubahan zaman, berbagai program pemerintah efesiensi) (Raharjo, 2006).
maupun non pemerintah dilaksanakan, salah Pendekatan pemberdayaan perempuan
satunya menggunakan pendekatan dapat dilakukan karena memiliki modal keuletan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan dan keluwesan dapat menciptakan pasar
masyarakat merupakan usaha yang dilakukan informal yang mengandung local content (Aida,
untuk meningkatkan taraf hidup dan lebih 2010). Pilihan pendekatan akan menjadi faktor
mandiri dengan ikut andil dalam merumuskan keberhasilan sebuah program dan sebisa
program yang akan dijalankan (Zuliyah, 2018). mungkin setelah mengikuti proses pendidikan,
Program pemberdayaan masyarakat masyarakat harus menjadi mandiri (Sihombing,
banyak digalakkan di setiap daerah, konsep dan 2000). Berbagai macam pendekatan
impelementasinya menyesuaikan kebutuhan pemberdayaan yang digunakan agar tujuan
masyarakat, hal ini merupakan perwujudan program dapat tercapai, salah satunya adalah
kebijakan desentralisasi. Peningkatan taraf pendekatan partisipatory rural appresial (PRA)
ekonomi menjadi salah satu indikator dalam yang merupakan pendekatan mengedepankan
pemberdayaan perempuan, pembangunan hasil perumusan secara bersama sesuai
ekonomi baik mikro maupun makro sangat kebutuhan dalam menyelenggarakan program
penting dalam proses pembangunan dan pemberdayaan perempuan (Lestari & Sururi,
kesejahteraan masyarakat (Sjafrizal, 2016). 2016). Program pemberdayaan perempuan yang
Pembangunan masyarakat menggunakan salah satunya ada di Pusat Kegiatan Belajar
pendekatan pemberdayaan tidak boleh lepas dari Masyarakat (PKBM) Rezky Amaliyah bertujuan
3 (tiga) unsur penting dan saling melengkapi satu meningkatkan taraf hidup perempuan yang
sama lain yakni proses perubahan, pemanfaatan berprofesi sebagai petani, petani yang tidak
sumber daya, dan pengembangan kapasitas terorganisir akan kesulitan ketika harga pertanian
(Soetomo, 2010). turun karena tidak ada wadah untuk mengolah
Ketiga unsur pendekatan pemberdayaan di menjadi produk siap saji.
atas tidak boleh hilang. Beberapa kejadian umum PKBM Rezky Amaliyah yang terletak di
pada program-program pemberdayaan Kabupaten Enrekang Kecamatan Masalle
masyarakat yang seringkali terjadi adalah “asal mendesain PKBM yang terintegritas dengan
terlaksana”. Fenomena tersebut tentu merugikan pemberdayaan petani sebab pada tahun 2017
dan menghambat proses perubahan yang jumlah penduduknya mencapai 2,854 (BPS,
diharapkan. Oleh karena itu, pemberdayaan yang 2017) dengan mayoritas penduduk berprofesi
baik adalah memberikan kewenangan partisipatif sebagai petani. Jarak PKBM Rezky Amaliyah
kepada masyarakat untuk memutuskan, dari Kota Enrekang sekitar 40 km namun akses
melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri internet cukup baik sebab pembangunan
program yang telah dilakukan. Secara teoritik infrastruktur terus berjalan dari anggaran belanja
pemberdayaan masyarakat dapat diartikan desa (dana desa). Oleh sebab itu, dalam
sebagai pemberian kewenangan pada masyarakat menjalankan program pemberdayaan perempuan

89
Ihwan Ridwan, Asdar Dollo, A. Andriyani | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (2), Desember 2019

berbasis teknologi informasi dan dilihat dari memanfaatkan PKBM sebagai tempat belajar
aspek lingkungan sangat bernilai positif dengan bersama dengan berpartisipasi dalam
memanfaatkan pupuk organik (Rusiyah, pembangunan pedesaan dengan menggunaan
Widiatmoko & Yunianto, 2016). Pemanfaatan pendekatan PRA (Ridwan, 2017).
sumber lahan hasil panen sudah jadi sangat baik Pemberdayaan perempuan dengan
untuk dikonsumsi maupun diolah sangat tepat menggunakan pendekatan PRA menjadi
dilakukan agar segmen pasar lebih luas,. untuk tantangan bagi PKBM. Sebab jika menggunakan
menjalankan program pemberdayaan perempuan pendekatan PRA maka keputusan berada pada
yakni program hasil olahan bawang merah, kayu peserta pelatihan, namun dalam pelaksanaan
manis, boncabe, dan saos dibutuhkan strategi program pemberdayaan akan lebih dirasakan
pendekatan yang tepat agar partisipasi manfaatnya karena tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengikuti program masyarakat akan meningkat. Pendekatan PRA
pemberdayaan perempuan berjalan secara digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan
berkelanjutan. masyarakat dan menjadi tujuan dalam perubahan
Pendekatan PRA tepat digunakan untuk sosial, ekonomi, dan kesejahteraan (Ali & Sri,
melihat kebutuhan dasar petani yang mengalami 2017). PRA secara umum menggunakan 4 siklus:
kendala dalam hal pemasaran. Strategi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
pemasaran yang digunakan masih sangat refleksi. Selain itu, partisipasi masyarakat dengan
konvensional sehingga yang terjadi lambatnya tujuan mengembangkan potensi lokal maka akan
perputaran perekonomian. PKBM Rezky berdampak pada pembangunan pedesaan.
Amaliyah berupaya untuk terus menumbuhkan Pembangunan pedesaan sebaiknya didukung
jiwa wirausaha mandiri bagi petani melalui dengan pembangunan infrasturktur dengan
pendekatan pembelajaran pendidikan nonformal pelibatan masyarakat (Trisnawati, Wahyono &
(Mulyono, 2015). Dengan adanya kepedualian Wardoyo, 2018). Baik dari sektor ekonomi
lembaga nonformal dalam peningkatan minat maupun sektor Pendidikan, partisipasi
berwirausaha bagi masyarakat, maka proses masyarakat harus dilakukan agar masyarakat
kesejahteraan akan tercipta sebab kesejahteraan merasakan dampak dari keterlibatannya dalam
petani dapat berhasil jika didukung dengan membangun pedesaan (Aziz, 2007).
pelibatan lembaga nonformal dan pemerintah Pemanfaatan teknologi informasi perlu adanya
yang dapat meningkatkan usaha petani. percepatan pembangunan baik fisik maupun
Sumberdaya yang memadai dipengaruhi pembangunan cyber tujuannya agar masyarakat
pula dengan kelembagaan yang berfungsi sebagai memiliki wawasan yang luas, mudah dalam
wadah dalam merumuskan kebutuhan dan mempromosikan produk pertanian maupun
pengembangan program pemberdayaan produk hasil olahan pertanian.
perempuan (Syahyuti, 2007). Pengembangan Peningkatan keterampilan, pengetahuan
program pemberdayaan perempuan dilakukan dan sikap menurut Krikpatrick & Krikpatrick
dengan sentuhan teknologi, sebab majunya (2008) tercipta dengan adanya sentuhan
sebuah daerah dilihat dari daya konsumsi pendidikan nonformal melalui kegiatan pelatihan
teknologi (Purwaningsih, 2008) tingginya literasi (Putri, Fatchiya & Amanah, 2016). Tujuannya
digital (teknologi) sebuah daerah atau desa maka agar masyarakat lebih produktif dan berdaya dari
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan segi ekonomi dengan konsep continuing education
kualitas SDM, sebaliknya masyarakat pedesaan dan lifelong education (Machmudah, 2013).
yang masih ketinggalan dengan perkembangan Program pelatihan hasil pengolahan pertanian
teknologi perlu diberikan pemahaman tentang merupakan bagian dari konsep pendidikan
pemanfaatan teknologi informasi sebagai media nonformal dan social entrepreneurship yang
untuk menghubungkan setiap manusia. Pedesaan dikembangkan dalam bentuk teknologi informasi
yang memiliki akses internet sangat mudah untuk untuk memudahkan pembelajaran dengan
untuk mengembangkan potensi lokal, dengan memanfaatkan media aplikasi Youtube dan

90
Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan

sejenisnya dan pada aspek pemasaran peserta (Prayoga, 2017) seperti facebook, instagram, dan
pelatihan menggunakan sosial media sebagai youtube. Berdasarkan hasil analisis
media promosi seperti Facebook dan Instagram. permasalahan di Desa Buntu Sarong ditemukan
satu formulasi dalam meningkatkan taraf hidup
METODE perempuan yaitu dengan mengimplementasikan
Pendekatan penelitian yang digunakan pendekatan partisipatory rural appresial dalam
adalah kualitatif dengan desain penelitian pelatihan pengolahan hasil pertanian.
partisipatory rural appresial (PAR). Subjek pada Perempuan memiliki kelebihan atau
penelitian ini adalah pengelola PKBM, mitra insting memasak, sehingga dalam mengolah hasil
rumah produksi, tokoh masyarakat dan peserta pertanian menjadi produk siap saji merupakan
pelatihan. Tempat penelitian di Pusat Kegiatan hal yang tepat untuk memberdayakan
Belajar Masyarakat (PKBM) Rezky Amaliyah perempuan. Pemberdayaan perempuan memiliki
Desa Buntu Sarong Kecamatan Masaller kapasitas yang memadai untuk mengembangkan
Kabupaten Enrekang. Fokus penelitian adalah pedesaan khususnya pedesaan yang memiliki
mengetahui impelementasi pendekatan hasil pertanian, pengembangkan potensi
partisipatory rural appresial dan mengetahui model pedesaan tepat dilakukan sebab perempuan
pemberdayaannya. Teknik pengumpulan data memiliki kompetensi dalam mengolah hasil
menggunakan wawancara bertujuan untuk pertanian (Alizar & Syah, 2004). Partisipasi
memperoleh data utama dari subjek penelitian masyarakat cukup tinggi, strategi partisipasi
untuk menjawab fokus penelitian dan PKBM mengedepankan partisipasi masyarakat
dokumentasi sebagai pendukung data utama dalam pembangunan (Sigalingging & Warjio,
seperti dokumen kegiatan pemberdayaan bagi 2014) termasuk dalam pembagunan sektor
petani. Teknik analisis data yang digunakan pertanian namun bukan berarti pengelola PKBM
adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis mengabaikan partisipasi laki-laki, sebab dalam
deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat pembangunan pedesaan yang perlu diperhatikan
tahapan perencanaan dan tindakan pada adalah melibatkan semua unsur masyarakat.
program pemberdayaan perempuan, akan tetapi Kesadaran semua elemen masyarakat dalam
untuk memperkuat data kualitatif maka mengembangkan potensi pedesaan perlu
dibutuhkan analisis kuantitatif untuk melihat diperhatikan sebab masyarakat tidak lagi menjadi
tahapan refleksi dengan aspek evaluasi sebelum objek kajian dan objek pemberdayaan tetapi
dan setelah program pelatihan pengolahan hasil masyarakat harus menjadi pelaku
pertanian. pemberdayaan, baik memberdayakan diri sendiri
maupun memberdayakan lingkungan sekitar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Strategi Pengembangan Pedesaan
Pendekatan partisipatory rural appresial Pelatihan pengolahan hasil pertanian
yang digunakan dalam program pelatihan dilakukan karena sering terjadi penurunan harga
pengolahan hasil olahan pertanian menemukan sehingga petani dirugikan. Kerugian petani
berbagai masalah yang dihadapi oleh warga mencapai puluhan juta rupiah sebab jika harga
belajar, diantaranya hasil panen yang memiliki pertanian turun maka stok pertanian melimpah,
harga fluktuatif sehingga seringkali mengalami hal ini yang mendorong PKBM Rezky Amaliyah
kerugian, kurangnya pengetahuan perempuan untuk mengorganisir perempuan yang berprofesi
dalam memproduksi hasil pertanian sebagai petani dan ibu rumah tangga agar
menggunakan teknologi mesin, perempuan mengolah hasil pertanian yang melimpah
dianggap lebih layak bekerja di dapur dibanding menjadi produk yang siap saji. Minat perempuan
bekerja sebagai buruh tani, dan kurangnya untuk mengolah hasil pertanian cukup tinggi
pengetahuan peserta pelatihan dalam serta perempuan memiliki ketertarikan dalam hal
memasarkan hasil olahan pertanian masak-memasak sehingga dapat menopang
menggunakan media teknologi informasi perekonomian keluarga (Aida, 2010).

91
Ihwan Ridwan, Asdar Dollo, A. Andriyani | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (2), Desember 2019

Petani yang diajak bermitra tidak akan masyarakat untuk menjual hasil pertanian ketika
mengalami kerugian jika harga pertanian turun, harga turun. Ancaman (T) yang dihadapai yaitu
begitupun dengan kelompok wanita tani yang akses internet yang sangat sulit berakibat pada
mengolah hasil pertanian tidak akan mengalami jumlah penjualan, akses jalan yang cukup jauh
perubahan harga sebab harga yang ditentukan dari perkotaan berakibat pada tingginya biaya,
sudah sesuai standar yang telah disepakati. faktor alam yang berakibat pada hasil pertanian
Dengan adanya pola saling membutuhkan maka sehingga bahan baku tidak tersedia.
tercipta pula interaksi sosial di tengah masyarakat Setelah menemukan akar masalah dari
(Mujiyadi, 2012). Pengembangan usaha hasil analisis SWOT, maka yang harus dilakukan
petani/agrobisnis diarahkan pada oleh PKBM Rezky Amaliyah adalah menjalin
pengembangan hasil pertanian yang melibatkan kerjasama dengan petani, swasta dan
para investor atau melibatkan pemangku pemerintah. Peluang kerjasama dapat dilakukan
kepentingan untuk ikut terlibat dalam jika tercipta pemikiran kreatif dari penyelenggara
pemberdayaan petani (Ali & Sri, 2017). Saugi & program (Sholikhan & Churiyah, 2015). Bentuk
Sumarno (2015) mengungkapkan siklus strategi kerjasama dengan pihak petani agar suplay bahan
pemecahan masalah yang telah diformulasikan baku selalu tersedia meskipun harga tidak stabil
dengan hasil diskusi dengan pengelola PKBM dan kerjasama kepada swasta agar produk dari
kemudian diinterpretasikan dengan hasil olahan dapat dipasarkan di retail dan
menggunakan analisis SWOT gambar 1 berikut. penyediaan akses internet dari Telkom Kota
Parepare. Kerjasama yang dibangun dengan
Telkom Parepare karena melihat keseriusan
Perencanaan
pemerintah Kota Parepare dalam
mengembangan UMKM sehingga meski bantuan
Refleksi Tindakan dengan model lintas Kabupaten tetap
diakomodir. Bentuk kerjasama dengan
pemerintah hanya memfasilitasi dalam
Pengamatan perizinan, sedangkan dalam pengembangan
usaha pemerintah tidak terlibat sedikitpun.
Tindakan
Gambar 1. Siklus Strategi Pemecahan Masalah Tahap tindakan merupakan inti dari siklus
PRA, Indikator ini berkaitan dengan tahap
Perencanaan perencanaan. PKBM Rezky Amaliyah
Program pemberdayaan perempuan melaksanakan program pelatihan pengolahan
membutuhkan perencanaan yang matang agar hasil pertanian, yaitu olahan bawang merah
tujuan pemberdayaan tercapai. Sebelum menjadi bawang goring, kayu manis diolah
diadakan pelatihan dilakukan identifikasi menjadi kayu manis bubuk, cabe diolah menjadi
kebutuhan dengan menggunakan analisis cabe bubuk dan saos cabe. Semua komponen
SWOT. Program pelatihan hasil olahan pelatihan ini mengacu pada kebutuhan para
pertanian dilaksanakan karena melihat kekuatan petani, pelatihan dilaksanakan setiap bulan atau
(S) yang dimiliki yaitu produktifitas PKBM setiap panen. Pelatihan olahan pertanian
Rezky Amaliyah dan partisipasi masyarakat yang memberikan banyak kontribusi pada
tinggi. Kelemahan (W) yang dimiliki yaitu perekonomian ibu rumahtangga yang bekerja
kekuatan produksi yang tidak cukup banyak, juga sebagai petani. Sebab hasil pertanian yang
tidak mampu memenuhi secara total permintaan diolah di rumah produksi Ebro dipasarkan di
pasar dan kurangnya jaringan internet sehingga swalayan. Strategi pemasaran bukan hanya di
untuk memasarkan dengan media sosial cukup drop ke swalayan, tapi dipasarkan melalui media
sulit. Peluang (O) yang dimiliki yaitu banyaknya social. Admin yang bertugas untuk memasarkan
permintaan dari masyarakat, potensi pertanian produk telah dilatih secara professional,
yang sangat banyak dan tingginya kepercayaan
92
Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan

dilibatkan dalam seminar-seminar entreprenuer Keuntungan yang variatif dipengaruhi


berbasis sosial media. dari, jumlah pasokan bahan baku yang belum
Diversifikasi produk memberikan dampak bisa diolah secara keseluruhan, harga pertanian
positif bagi pengembangan usaha, namun yang yang menurun, dan kemampuan produksi.
menjadi kendala adalah perizinan yang harus Bahan baku yang dipasok ke rumah produksi
dikerjakan sangat banyak. Satu produk bisa tidak tentu, sebab petani belum bergantung
mengeluarkan biaya prizinan sekitar Rp. dengan rumah produksi, selain itu PKBM belum
7.000.000 (tujuh juta rupiah). Oleh sebab itu, bisa menerima hasil pertanian dari petani dengan
untuk meminimalisir biaya perizinan maka jumlah yang banyak sebab kemampuan produksi
dilakukan secara bertahap, tahap pertama izin P- dan izin produksi yang masih pada tahap P-IRT.
IRT (Pangan Produksi Rumah Tangg), tahap
kedua izin HaKI, dan tahap ketiga LP-POM Tabel 2. Jumlah Produksi Olahan Pertanian
(Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Tiga Tahun Terakhir
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia).
Pendampingan perizinan bukan hanya 350 320
menunjukkan jalur perizinan yang ditempuh,
300
melainkan mendampingi mulai dari tahap uji 250
250
produk pangan dari balai lab hingga tahap uji
200 176 Bawang Merah
lapangan dari dinas terkait. 150 Boncabe
Pengamatan 150 110
100 Saos
Pelatihan olahan pertanian menjadi solusi 100 70 65 70 Kayu Manis
30 4530
bagi petani di Desa Buntu Sarong sebab dapat 50
menutupi kerugian yang disebabkan nilai harga 0
pertanian anjlok. Pada tahap pengamatan, 2016 2017 2018
peneliti hanya melihat kemajuan program Sumber: PKBM Rezky Amaliyah
pelatihan yang berdampak pada perekonomian,
nilai jual pertanian, dan sarana belajar petani di Pendampingan perizinan selalu dilakukan,
PKBM Rezky Amaliyah. memberikan penyuluhan kepada pengelola
Refleksi rumah produksi terkait prosedur perizinan yang
Daya serap petani dalam mengikuti melibatkan instansi terkait. Pada tahap izin LP-
pelatihan berbeda-beda, namun dalam POM peneliti tidak terlibat secara langsung sebab
peningkatan pendapatan akan berdampak secara LP-POM menginginkan survey lokasi rumah
menyeluruh sebab rumah produksi yang produksi disterilkan dari pihak luar.
digunakan adalah PKBM. Berikut gambaran
keuntungan dari hasil olahan pertanian setelah SIMPULAN
mengikuti pelatihan Implementasi model pendekatan
partisipatory rural appresial (PRA) yang diterapkan
Tabel 1. Pendapatan dan Pengeluaran Olahan PKBM melalui rumah produksi berbasis
Pertanian teknologi dapat meningkatkan perekonomian
perempuan yang berprofesi sebagai petani,
20000000 menekan kerugian hasil panen, dan membuka
lapangan pekerjaan. Model ini diformulasikan
Omset
10000000 dengan pengelola PKBM menemukan satu
Pengeluaran
Laba
indikator tambahan yaitu mengevaluasi aspek
0 yang digunakan dari pendekatan PRA,
2016 2017 2018 perencanaan dan tindakan yang dimuat dalam
indikator refleksi. Model pendekatan ini tepat
Sumber: PKBM Rezky Amaliyah digunakan dalam memberdayakan masyarakat

93
Ihwan Ridwan, Asdar Dollo, A. Andriyani | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (2), Desember 2019

yang berprofesi sebagai petani, namun untuk kinerja penyuluh pertanian BP4K di
lebih meningkatkan minat masyarakat dalam Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Jurnal
pertanian dibutuhkan partisipasi aktif pemerintah Penyuluhan, 12(1), 43-50.
Raharjo, A. (2006). Pembangunan Pedesaan dan
agar konsep trias politika yaitu kolaborasi
Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
masyarakat, swasta, dan pemerintah berjalan Ridwan, I. (2017). Eksistensi Pusat Kegiatan
sesuai koridor masing-masing. Belajar Masyarakat Berbasis Sumber Daya
Lokal Dalam Pembangunan Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP
Aida, V. S. H. (2010). Pemberdayaan perempuan (Vol. 1, No. 2).
dari masa ke masa. Bogor: IPB Press. Rusiyah, R., Widiatmoko, D. S., & Yunianto, T.
Ali, K. M., & Sri, I. T. (2017). Perencanaan (2016). Studi Pengembangan Pertanian Padi
pembangunan daerah, teori dan aplikasi. Sawah Organik Berdasarkan Kesesuaian
Depok: Kencana. Lahan dan Potensi Pupuk Organik dari
BPS. (2017). Penduduk Kabupaten Enrekang. Limbah Pertanian di Kecamatan Temon
Katalog BPS. Kabupaten Kulon Progo. Majalah Geografi
Churiyah, M. (2015). Pemberdayaan Kelompok Indonesia, 26(2), 190-203.
Petani Ikan Tawar. JPBM (Jurnal Pendidikan Saugi, W., & Sumarno, S. (2015). Pemberdayaan
Bisnis dan Manajemen), 1(3). perempuan melalui pelatihan pengolahan
Krikpatrick, D. L., & Krikpatrick, J. D. (2008). bahan pangan lokal. JPPM (Jurnal
Evaluating training programs: fourlevels Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat),
programs (4rd ed). San Francisco: California 2(2), 226-238.
Montgomery Stereet. Sigalingging, A. H., & Warjio, W. (2014).
Lestari, D., & Sururi, S. (2016). Analisis Program Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Diklat Participatory Rural Appraisal Pembangunan (Studi Kasus pada
(Perencanaan Partisipatif). Jurnal Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi).
Jurnal Administrasi Publik: Public
Administrasi Pendidikan, 23(1), 98-106.
Administration Journal, 4(2), 116-145.
Machmudah, R.A. (2013). Pengaruh Intensitas
Kesetaraan dalam Program Pendidikan Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah
Nonformal terhadap Prestasi Belajar Siswa (manajemen strategi). Jakarta: PD Mahkota.
SMA di Kota Malang. Jurnal Pendidikan Sjafrizal, S. (2016). Perencana pembangunan daerah
Humaniora, 1(2). dalam era otonomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujiyadi, B. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Soetomo, S. (2010). Strategi Pembangunan
Miskin Pinggiran Kota: Studi Pekerjaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sosial tentang Petani Penggarap di Lahan Soetomo, S. (2011). Pemberdayaan Mayarakat
Sementara. Sosio Konsepsia, 17(2), 192-204. (mungkinkah ada antitesisnya?). Yogyakarta:
Mulyono, S. E. (2015). Model Pemberdayaan Pustaka Pelajar.
Masyarakat untuk Peningkatan Literasi Syahyuti, S. (2007). Penerapan Pendekatan
Berbasis Kewirausahaan Usaha Mandiri Pemberdayaan Dalam Kegiatan
Melalui PKBM di Kota Semarang. Journal of Pembangunan Pertanian: Perbandingan
Nonformal Education, 1(1). Kegiatan P4K, PIDRA, P4MI, Dan
Noor, M. (2011). Pemberdayaan masyarakat. Primatani. Indonesian Center for Agricultural
CIVIS, 1(2), 2087-8748. Socioeconomic and Policy Studies, 25(2), 104-
Prayoga, K. (2017). Pemanfaatan Sosial Media 116.
dalam Penyuluhan Pertanian dan Perikanan Trisnawati, A. E., Wahyono, H., & Wardoyo, C.
di Indonesia. Agriekonomika, 6(1), 32-43. (2018). Pengembangan Desa Wisata dan
Purwaningsih, Y. (2008). Ketahanan pangan: Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi
situasi, permasalahan, kebijakan, dan Lokal. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
pemberdayaan masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Pengembangan, 3(1), 29-33.
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Zuliyah, S. (2018). Strategi pemberdayaan
Pembangunan, 9(1), 1-27. masyarakat desa dalam menunjang
Putri, I. W., Fatchiya, A., & Amanah, S. (2016). pembangunan daerah. Journal of Rural and
Pengaruh pelatihan non teknis terhadap Development, 1(2). 151-160.

94

Anda mungkin juga menyukai