DOI: 10.15294/pls.v3i2.34913
Alamat korespondensi:
E-mail: ihwanridwan891.ir@gmail.com
Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan
89
Ihwan Ridwan, Asdar Dollo, A. Andriyani | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (2), Desember 2019
berbasis teknologi informasi dan dilihat dari memanfaatkan PKBM sebagai tempat belajar
aspek lingkungan sangat bernilai positif dengan bersama dengan berpartisipasi dalam
memanfaatkan pupuk organik (Rusiyah, pembangunan pedesaan dengan menggunaan
Widiatmoko & Yunianto, 2016). Pemanfaatan pendekatan PRA (Ridwan, 2017).
sumber lahan hasil panen sudah jadi sangat baik Pemberdayaan perempuan dengan
untuk dikonsumsi maupun diolah sangat tepat menggunakan pendekatan PRA menjadi
dilakukan agar segmen pasar lebih luas,. untuk tantangan bagi PKBM. Sebab jika menggunakan
menjalankan program pemberdayaan perempuan pendekatan PRA maka keputusan berada pada
yakni program hasil olahan bawang merah, kayu peserta pelatihan, namun dalam pelaksanaan
manis, boncabe, dan saos dibutuhkan strategi program pemberdayaan akan lebih dirasakan
pendekatan yang tepat agar partisipasi manfaatnya karena tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengikuti program masyarakat akan meningkat. Pendekatan PRA
pemberdayaan perempuan berjalan secara digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan
berkelanjutan. masyarakat dan menjadi tujuan dalam perubahan
Pendekatan PRA tepat digunakan untuk sosial, ekonomi, dan kesejahteraan (Ali & Sri,
melihat kebutuhan dasar petani yang mengalami 2017). PRA secara umum menggunakan 4 siklus:
kendala dalam hal pemasaran. Strategi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
pemasaran yang digunakan masih sangat refleksi. Selain itu, partisipasi masyarakat dengan
konvensional sehingga yang terjadi lambatnya tujuan mengembangkan potensi lokal maka akan
perputaran perekonomian. PKBM Rezky berdampak pada pembangunan pedesaan.
Amaliyah berupaya untuk terus menumbuhkan Pembangunan pedesaan sebaiknya didukung
jiwa wirausaha mandiri bagi petani melalui dengan pembangunan infrasturktur dengan
pendekatan pembelajaran pendidikan nonformal pelibatan masyarakat (Trisnawati, Wahyono &
(Mulyono, 2015). Dengan adanya kepedualian Wardoyo, 2018). Baik dari sektor ekonomi
lembaga nonformal dalam peningkatan minat maupun sektor Pendidikan, partisipasi
berwirausaha bagi masyarakat, maka proses masyarakat harus dilakukan agar masyarakat
kesejahteraan akan tercipta sebab kesejahteraan merasakan dampak dari keterlibatannya dalam
petani dapat berhasil jika didukung dengan membangun pedesaan (Aziz, 2007).
pelibatan lembaga nonformal dan pemerintah Pemanfaatan teknologi informasi perlu adanya
yang dapat meningkatkan usaha petani. percepatan pembangunan baik fisik maupun
Sumberdaya yang memadai dipengaruhi pembangunan cyber tujuannya agar masyarakat
pula dengan kelembagaan yang berfungsi sebagai memiliki wawasan yang luas, mudah dalam
wadah dalam merumuskan kebutuhan dan mempromosikan produk pertanian maupun
pengembangan program pemberdayaan produk hasil olahan pertanian.
perempuan (Syahyuti, 2007). Pengembangan Peningkatan keterampilan, pengetahuan
program pemberdayaan perempuan dilakukan dan sikap menurut Krikpatrick & Krikpatrick
dengan sentuhan teknologi, sebab majunya (2008) tercipta dengan adanya sentuhan
sebuah daerah dilihat dari daya konsumsi pendidikan nonformal melalui kegiatan pelatihan
teknologi (Purwaningsih, 2008) tingginya literasi (Putri, Fatchiya & Amanah, 2016). Tujuannya
digital (teknologi) sebuah daerah atau desa maka agar masyarakat lebih produktif dan berdaya dari
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan segi ekonomi dengan konsep continuing education
kualitas SDM, sebaliknya masyarakat pedesaan dan lifelong education (Machmudah, 2013).
yang masih ketinggalan dengan perkembangan Program pelatihan hasil pengolahan pertanian
teknologi perlu diberikan pemahaman tentang merupakan bagian dari konsep pendidikan
pemanfaatan teknologi informasi sebagai media nonformal dan social entrepreneurship yang
untuk menghubungkan setiap manusia. Pedesaan dikembangkan dalam bentuk teknologi informasi
yang memiliki akses internet sangat mudah untuk untuk memudahkan pembelajaran dengan
untuk mengembangkan potensi lokal, dengan memanfaatkan media aplikasi Youtube dan
90
Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan
sejenisnya dan pada aspek pemasaran peserta (Prayoga, 2017) seperti facebook, instagram, dan
pelatihan menggunakan sosial media sebagai youtube. Berdasarkan hasil analisis
media promosi seperti Facebook dan Instagram. permasalahan di Desa Buntu Sarong ditemukan
satu formulasi dalam meningkatkan taraf hidup
METODE perempuan yaitu dengan mengimplementasikan
Pendekatan penelitian yang digunakan pendekatan partisipatory rural appresial dalam
adalah kualitatif dengan desain penelitian pelatihan pengolahan hasil pertanian.
partisipatory rural appresial (PAR). Subjek pada Perempuan memiliki kelebihan atau
penelitian ini adalah pengelola PKBM, mitra insting memasak, sehingga dalam mengolah hasil
rumah produksi, tokoh masyarakat dan peserta pertanian menjadi produk siap saji merupakan
pelatihan. Tempat penelitian di Pusat Kegiatan hal yang tepat untuk memberdayakan
Belajar Masyarakat (PKBM) Rezky Amaliyah perempuan. Pemberdayaan perempuan memiliki
Desa Buntu Sarong Kecamatan Masaller kapasitas yang memadai untuk mengembangkan
Kabupaten Enrekang. Fokus penelitian adalah pedesaan khususnya pedesaan yang memiliki
mengetahui impelementasi pendekatan hasil pertanian, pengembangkan potensi
partisipatory rural appresial dan mengetahui model pedesaan tepat dilakukan sebab perempuan
pemberdayaannya. Teknik pengumpulan data memiliki kompetensi dalam mengolah hasil
menggunakan wawancara bertujuan untuk pertanian (Alizar & Syah, 2004). Partisipasi
memperoleh data utama dari subjek penelitian masyarakat cukup tinggi, strategi partisipasi
untuk menjawab fokus penelitian dan PKBM mengedepankan partisipasi masyarakat
dokumentasi sebagai pendukung data utama dalam pembangunan (Sigalingging & Warjio,
seperti dokumen kegiatan pemberdayaan bagi 2014) termasuk dalam pembagunan sektor
petani. Teknik analisis data yang digunakan pertanian namun bukan berarti pengelola PKBM
adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis mengabaikan partisipasi laki-laki, sebab dalam
deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat pembangunan pedesaan yang perlu diperhatikan
tahapan perencanaan dan tindakan pada adalah melibatkan semua unsur masyarakat.
program pemberdayaan perempuan, akan tetapi Kesadaran semua elemen masyarakat dalam
untuk memperkuat data kualitatif maka mengembangkan potensi pedesaan perlu
dibutuhkan analisis kuantitatif untuk melihat diperhatikan sebab masyarakat tidak lagi menjadi
tahapan refleksi dengan aspek evaluasi sebelum objek kajian dan objek pemberdayaan tetapi
dan setelah program pelatihan pengolahan hasil masyarakat harus menjadi pelaku
pertanian. pemberdayaan, baik memberdayakan diri sendiri
maupun memberdayakan lingkungan sekitar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Strategi Pengembangan Pedesaan
Pendekatan partisipatory rural appresial Pelatihan pengolahan hasil pertanian
yang digunakan dalam program pelatihan dilakukan karena sering terjadi penurunan harga
pengolahan hasil olahan pertanian menemukan sehingga petani dirugikan. Kerugian petani
berbagai masalah yang dihadapi oleh warga mencapai puluhan juta rupiah sebab jika harga
belajar, diantaranya hasil panen yang memiliki pertanian turun maka stok pertanian melimpah,
harga fluktuatif sehingga seringkali mengalami hal ini yang mendorong PKBM Rezky Amaliyah
kerugian, kurangnya pengetahuan perempuan untuk mengorganisir perempuan yang berprofesi
dalam memproduksi hasil pertanian sebagai petani dan ibu rumah tangga agar
menggunakan teknologi mesin, perempuan mengolah hasil pertanian yang melimpah
dianggap lebih layak bekerja di dapur dibanding menjadi produk yang siap saji. Minat perempuan
bekerja sebagai buruh tani, dan kurangnya untuk mengolah hasil pertanian cukup tinggi
pengetahuan peserta pelatihan dalam serta perempuan memiliki ketertarikan dalam hal
memasarkan hasil olahan pertanian masak-memasak sehingga dapat menopang
menggunakan media teknologi informasi perekonomian keluarga (Aida, 2010).
91
Ihwan Ridwan, Asdar Dollo, A. Andriyani | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (2), Desember 2019
Petani yang diajak bermitra tidak akan masyarakat untuk menjual hasil pertanian ketika
mengalami kerugian jika harga pertanian turun, harga turun. Ancaman (T) yang dihadapai yaitu
begitupun dengan kelompok wanita tani yang akses internet yang sangat sulit berakibat pada
mengolah hasil pertanian tidak akan mengalami jumlah penjualan, akses jalan yang cukup jauh
perubahan harga sebab harga yang ditentukan dari perkotaan berakibat pada tingginya biaya,
sudah sesuai standar yang telah disepakati. faktor alam yang berakibat pada hasil pertanian
Dengan adanya pola saling membutuhkan maka sehingga bahan baku tidak tersedia.
tercipta pula interaksi sosial di tengah masyarakat Setelah menemukan akar masalah dari
(Mujiyadi, 2012). Pengembangan usaha hasil analisis SWOT, maka yang harus dilakukan
petani/agrobisnis diarahkan pada oleh PKBM Rezky Amaliyah adalah menjalin
pengembangan hasil pertanian yang melibatkan kerjasama dengan petani, swasta dan
para investor atau melibatkan pemangku pemerintah. Peluang kerjasama dapat dilakukan
kepentingan untuk ikut terlibat dalam jika tercipta pemikiran kreatif dari penyelenggara
pemberdayaan petani (Ali & Sri, 2017). Saugi & program (Sholikhan & Churiyah, 2015). Bentuk
Sumarno (2015) mengungkapkan siklus strategi kerjasama dengan pihak petani agar suplay bahan
pemecahan masalah yang telah diformulasikan baku selalu tersedia meskipun harga tidak stabil
dengan hasil diskusi dengan pengelola PKBM dan kerjasama kepada swasta agar produk dari
kemudian diinterpretasikan dengan hasil olahan dapat dipasarkan di retail dan
menggunakan analisis SWOT gambar 1 berikut. penyediaan akses internet dari Telkom Kota
Parepare. Kerjasama yang dibangun dengan
Telkom Parepare karena melihat keseriusan
Perencanaan
pemerintah Kota Parepare dalam
mengembangan UMKM sehingga meski bantuan
Refleksi Tindakan dengan model lintas Kabupaten tetap
diakomodir. Bentuk kerjasama dengan
pemerintah hanya memfasilitasi dalam
Pengamatan perizinan, sedangkan dalam pengembangan
usaha pemerintah tidak terlibat sedikitpun.
Tindakan
Gambar 1. Siklus Strategi Pemecahan Masalah Tahap tindakan merupakan inti dari siklus
PRA, Indikator ini berkaitan dengan tahap
Perencanaan perencanaan. PKBM Rezky Amaliyah
Program pemberdayaan perempuan melaksanakan program pelatihan pengolahan
membutuhkan perencanaan yang matang agar hasil pertanian, yaitu olahan bawang merah
tujuan pemberdayaan tercapai. Sebelum menjadi bawang goring, kayu manis diolah
diadakan pelatihan dilakukan identifikasi menjadi kayu manis bubuk, cabe diolah menjadi
kebutuhan dengan menggunakan analisis cabe bubuk dan saos cabe. Semua komponen
SWOT. Program pelatihan hasil olahan pelatihan ini mengacu pada kebutuhan para
pertanian dilaksanakan karena melihat kekuatan petani, pelatihan dilaksanakan setiap bulan atau
(S) yang dimiliki yaitu produktifitas PKBM setiap panen. Pelatihan olahan pertanian
Rezky Amaliyah dan partisipasi masyarakat yang memberikan banyak kontribusi pada
tinggi. Kelemahan (W) yang dimiliki yaitu perekonomian ibu rumahtangga yang bekerja
kekuatan produksi yang tidak cukup banyak, juga sebagai petani. Sebab hasil pertanian yang
tidak mampu memenuhi secara total permintaan diolah di rumah produksi Ebro dipasarkan di
pasar dan kurangnya jaringan internet sehingga swalayan. Strategi pemasaran bukan hanya di
untuk memasarkan dengan media sosial cukup drop ke swalayan, tapi dipasarkan melalui media
sulit. Peluang (O) yang dimiliki yaitu banyaknya social. Admin yang bertugas untuk memasarkan
permintaan dari masyarakat, potensi pertanian produk telah dilatih secara professional,
yang sangat banyak dan tingginya kepercayaan
92
Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan
93
Ihwan Ridwan, Asdar Dollo, A. Andriyani | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (2), Desember 2019
yang berprofesi sebagai petani, namun untuk kinerja penyuluh pertanian BP4K di
lebih meningkatkan minat masyarakat dalam Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Jurnal
pertanian dibutuhkan partisipasi aktif pemerintah Penyuluhan, 12(1), 43-50.
Raharjo, A. (2006). Pembangunan Pedesaan dan
agar konsep trias politika yaitu kolaborasi
Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
masyarakat, swasta, dan pemerintah berjalan Ridwan, I. (2017). Eksistensi Pusat Kegiatan
sesuai koridor masing-masing. Belajar Masyarakat Berbasis Sumber Daya
Lokal Dalam Pembangunan Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP
Aida, V. S. H. (2010). Pemberdayaan perempuan (Vol. 1, No. 2).
dari masa ke masa. Bogor: IPB Press. Rusiyah, R., Widiatmoko, D. S., & Yunianto, T.
Ali, K. M., & Sri, I. T. (2017). Perencanaan (2016). Studi Pengembangan Pertanian Padi
pembangunan daerah, teori dan aplikasi. Sawah Organik Berdasarkan Kesesuaian
Depok: Kencana. Lahan dan Potensi Pupuk Organik dari
BPS. (2017). Penduduk Kabupaten Enrekang. Limbah Pertanian di Kecamatan Temon
Katalog BPS. Kabupaten Kulon Progo. Majalah Geografi
Churiyah, M. (2015). Pemberdayaan Kelompok Indonesia, 26(2), 190-203.
Petani Ikan Tawar. JPBM (Jurnal Pendidikan Saugi, W., & Sumarno, S. (2015). Pemberdayaan
Bisnis dan Manajemen), 1(3). perempuan melalui pelatihan pengolahan
Krikpatrick, D. L., & Krikpatrick, J. D. (2008). bahan pangan lokal. JPPM (Jurnal
Evaluating training programs: fourlevels Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat),
programs (4rd ed). San Francisco: California 2(2), 226-238.
Montgomery Stereet. Sigalingging, A. H., & Warjio, W. (2014).
Lestari, D., & Sururi, S. (2016). Analisis Program Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Diklat Participatory Rural Appraisal Pembangunan (Studi Kasus pada
(Perencanaan Partisipatif). Jurnal Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi).
Jurnal Administrasi Publik: Public
Administrasi Pendidikan, 23(1), 98-106.
Administration Journal, 4(2), 116-145.
Machmudah, R.A. (2013). Pengaruh Intensitas
Kesetaraan dalam Program Pendidikan Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah
Nonformal terhadap Prestasi Belajar Siswa (manajemen strategi). Jakarta: PD Mahkota.
SMA di Kota Malang. Jurnal Pendidikan Sjafrizal, S. (2016). Perencana pembangunan daerah
Humaniora, 1(2). dalam era otonomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujiyadi, B. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Soetomo, S. (2010). Strategi Pembangunan
Miskin Pinggiran Kota: Studi Pekerjaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sosial tentang Petani Penggarap di Lahan Soetomo, S. (2011). Pemberdayaan Mayarakat
Sementara. Sosio Konsepsia, 17(2), 192-204. (mungkinkah ada antitesisnya?). Yogyakarta:
Mulyono, S. E. (2015). Model Pemberdayaan Pustaka Pelajar.
Masyarakat untuk Peningkatan Literasi Syahyuti, S. (2007). Penerapan Pendekatan
Berbasis Kewirausahaan Usaha Mandiri Pemberdayaan Dalam Kegiatan
Melalui PKBM di Kota Semarang. Journal of Pembangunan Pertanian: Perbandingan
Nonformal Education, 1(1). Kegiatan P4K, PIDRA, P4MI, Dan
Noor, M. (2011). Pemberdayaan masyarakat. Primatani. Indonesian Center for Agricultural
CIVIS, 1(2), 2087-8748. Socioeconomic and Policy Studies, 25(2), 104-
Prayoga, K. (2017). Pemanfaatan Sosial Media 116.
dalam Penyuluhan Pertanian dan Perikanan Trisnawati, A. E., Wahyono, H., & Wardoyo, C.
di Indonesia. Agriekonomika, 6(1), 32-43. (2018). Pengembangan Desa Wisata dan
Purwaningsih, Y. (2008). Ketahanan pangan: Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi
situasi, permasalahan, kebijakan, dan Lokal. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
pemberdayaan masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Pengembangan, 3(1), 29-33.
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Zuliyah, S. (2018). Strategi pemberdayaan
Pembangunan, 9(1), 1-27. masyarakat desa dalam menunjang
Putri, I. W., Fatchiya, A., & Amanah, S. (2016). pembangunan daerah. Journal of Rural and
Pengaruh pelatihan non teknis terhadap Development, 1(2). 151-160.
94