Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 1

MODEL PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP


RESPON ADOPSI PETANI DI KABUPATEN SINJAI

Ahfandi Ahmad
Dosen Agroteknologi
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muhammadiyah Sinjai
(email: ahfandi_ahmad@gmail.com)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berbagai model pendekatan penyuluhan di


Kecamatan Sinjai Selatan. Mengkaji efektifitas model pendekatan penyuluhan partisipatif
dalam proses identifikasi potensi dan masalah, merencanakan, merumuskan tujuan,
melaksanakan monitoring dan evaluasi di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Jenis
dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari petani responden melalui wawancara dengan menggunakan
kuisioner dan interview serta data sekunder, yaitu data yang diperoleh dinas atau instansi
terkait.Hasil penelitian menunjukkan bahwa model penyuluhan partisipatif mampu
membangun dan mengembangkan kemandirian petani dalam pengelolaan usaha tani. Sistem
Top down yang selama ini dilakukan. Pergeseran paradigma penyuluhan ke sistem Bottom
up membimbing petani untuk merancang jenis usaha yang menguntungkan.

Kata Kunci : Model Penyuluhan, Partisipatif, Adopsi Petani.

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas,
profesionalitas, dan produktifitas tenaga kerja pertanian, disertai dengan penataan dan
pengembangan kelembagaan pedesaan. Dengan usaha tersebut, maka pendapatan,
partisipasi aktif, kesejahtraan petani dalam masyarakat pedesaan dapat di tingkatkan,
melalui peningkatan produksi komoditas pertanian secara ifisien dan dinamis, yaitu diikuti
pembagian surplus ekonomi antar berbagai pelaku ekonomi secara adil.
Pembangunan pertanian harus berbasis pada inovasi dan sumber daya manusia yang
kompeten. Hal tersebut tentunya akan banyak melibatkan kegiatan penyuluhan sebagai
suatu system yang mempunyai peranan strategis dalam pengembangan pengetahuan atau
perilaku para petani. Pengetahuan disini termasuk karakter, prefesionalisme, etos kerja ,
disiplin, dan kewirausahaan disamping penataan kembali penyuluhan pertanian sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dengan adanya perubahan-perubahan dilapangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penyuluhan pertanian seyogyanya menjadi
kebutuhan bagi daerah otonom, sebagai suatu pemberdayaan masyarakat tani, agar mampu
dan mau merubah dirinya menjadi manusia yang lebih berkualitas, berkarakter, profesional
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 2

dan berjiwa wirausaha.Sebagai suatu kebutuhan daerah otonom, maka pemerintah daerah
diharapkan memberikan perhatian dan komitmen yang kuat, guna mewujudkan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang efektif dan efisien serta produktif.
Penyuluhan pertanian harus mampu memberdayakan masyarakat pedesaan yang
dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern agar semakin maju,efisien
dan tangguh, melalui strategi, kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
pertanian secara terpadu. Dengan demikian, penyuluhan pertanian dapat mempercepat
terjalinnya keterkaitan dari keseluruhan mata rantai kegiatan usaha pertanian, sejak tahap
pengelolaan produksi,budidaya, pasca panen, sampai dukungan kegiatan lain. Pada
akhirnya penyuluhan pertanian dapat meningkatkan daya saing, pendapatan masyarakat,
sehingga mewujudkan gerakan masyarakat di daerah, dan kesejahteraan masyarakat, yang
pada giliranya dapat memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah.
Salahsatu metode pengembangan kapasitas pelaku utama dilakukan melalui
pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu sendiri .Metoda ini
menitikberatkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan
kewirausahaan pelaku utama dalam pengelolaan kegiatan penyuluhan pertanian.Dengan
metoda ini pelaku utama dan pelaku usaha mengidentifikasi permasalahan dan potensi
yang ada pada diri, usaha dan wilayahnya, merencanakan kegiatan belajarnya sesuai
dengan kebutuhan mereka secara partisipatif dalam rangka meningkatkan produktivitas
usahanya guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
Paradigma baru penyuluhan dari pendekatan top down dengan posisi petani
sebagai objek menjadi buttom up (partisipatif) atau petani sebagai subjek tidak lagi
menekankan kepada orientasi peningkatan produksi melainkan orientasi bisnis dan
pendapatan. Penyuluhan partisipatif adalah salah satu model pendekatan yang melibatkan
petani atau unsur masyarakat dalam pengambilan keputusan. Penyuluhan partisipatif
dimulai dari proses identifikasi permasalahan dan potensi, merencanakan, merumuskan
tujuan, melaksanakan sampai kepada monitoring dan evaluasi. Tingkat adopsi petani
sangat dipengaruhi dari pada pendekatanmodel penyuluhan yang sesuai terhadap
kemampuan mengakses inovasi teknologi, informasi pasar, permodalan.Berkaitan dengan
fenomena diatas penelitian ini akan mengkaji berbagai model penyuluhan terhadap tingkat
adopsi petani.
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 3

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilaksanakan di KecamatanSinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni
suatu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan proses dan interprestasi makna dan
mengarah pada pengungkapan keadaaan atau perilaku individu yang terobservasi secara
holistik. Untuk itu penekanan diberikan pada sifat konstruksi sosial dari realitas dan
mencari jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan diberi makna. Prosedur
penelitian kualitatif meliputi pengembangan asumsi, mengidentifikasi tema pendekatan,
adanya peran serta peneliti, mereduksi data terkumpul, mengembangkan data yang
diperoleh dilapangan, analisis data, memverifikasi data yang telah dianalisis, membuat
satuan informasi untuk pengambilan kesimpulan penelitian.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan
menggunakan pedoman wawancara atau daftar pertanyaan, disamping itu dilakukan juga
pengamatan langsung kegiatan penyuluhan pertanian . Sedang data sekunder yang menjadi
penunjang dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kajian pustaka, laporan-laporan yang
ada pada berbagai instansi seperti BPS, BPP, Kantor Bupati, Kantor Kecamatan dan Kantor
Desa atau instansi lain yang relevan dengan penelitian.
Pengamatan dilakukan terhadap obyek yang diteliti menggunakan metode
pengamatan berperan serta (partisipant-observation) dilakukan kegiatan yang dipilih
secara sengaja. Mengacu pada klasifikasi peran serta, Jenis peran serta peneliti adalah
peran serta moderat (moderate partisipation) yaitu peran serta yang memelihara
kesinambungan posisi sebagai orang luar dan orang dalam, dan sebagai pengamat sekaligus
partisipan”. Pendekatan dilakukan pada para informan kunci dan petani sebelum dilakukan
pengamatan berperan untuk menciptakan situasi saling percaya dan menganggap peneliti
sebagai bagian dari mereka.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, data hasil
wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan guna dianalisis secara
kuantitatif.
Tahap pertama adalah penyajian data, yaitu penyusunan kumpulan informasi
menjadi pernyataan yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Data yang ada pada
mulanya terpencar dan terpisah pada berbagai informasi, kemudian diklasifikasi menurut
tema dan kebutuhan analisis dan disajikan dalam bentuk kesatuan tema. Seperti keadaan
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 4

umum wilayah penelitian, pola/.bentuk penyuluhan, aktivitas penyuluhan, kebutuhan


informasi penyuluhan pertanian.
Tahap kedua adalah penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan penyajian data.
Penarikan kesimpulan berlangsung bertahap dari kesimpulan umum pada tahap reduksi
data, pada tahap penyajian data dan pada tahap penarikan kesimpulan yang sebenarnya.
Proses itu menunjukkan bahwa analisis data kualitatif dalam penilaian ini bersifat
menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan secara
berulang dan bersiklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Penyuluhan Pertanian

Peran penyuluh dalam bentuk intensitas frekuensi kehadiran adalah sebagai


fasilitator. Penyuluh tidak lagi mentransfer teknologi dengan cara mengajar petani tetapi
lebih pada proses pembelajaran dan pemberdayaan. Penyuluhan dilakukan dengan
melibatkan petani, pengusaha dan pedagang pertanian untuk melakukan discovery
learningmelalui uji coba lapangan dan SL agar didapatkan ilmu dan teknologi sesuai
kebutuhan petani, sehingga mereka mampu memecahkan masalahnya secara mandiri dan
tidak tergantung pada fihak lain.Penyuluh bersama-sama petani, masyarakat tani
melakukan PRA sehingga petani mengetahui potret dirinya (profil keluarga), setelah itu
petani akan mampu menyusun Rencana Usaha Keluarga (RUK) dan Rencana Kegiatan
Kelompok (RKK). Kegiatan ini dikelola oleh Gapoktan yang selanjutnya dibuat Rencana
Kegiatan Desa (RKD) sebagai bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian
(Musrembangtan) untuk menetapkan Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD)
Pertanian yang ditetapkan antara Kelompok Tani, Penyuluh dan Kepala Desa.
Di Tingkat Kecamatan kegiatan penyuluhan dikoordinir oleh Tim Penyuluhan
Pertanian (Farmer Extension Team/ FET) dan di tingkat kabupaten dikoordinir oleh Tim
PenyuluhanTingkat Kabupaten / District Extension Team (DET).Metode penyuluhan yang
diterapkan adalah metode partisipatif, dimana penyuluh bertindak sebagai pencerahan
terhadap proses keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara
sadar untuk membantu sesamanya dan memberikan pendapat sebagai bekal pengambilan
keputusan yang tepat.
Untuk pelaksanaan studi petani disusun proposal sesuai kebutuhannya yang
difasilitasi oleh penyuluh dan didampingi oleh petani pemandu. Metodenya bisa berupa
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 5

percobaan sederhana,demonstrasi cara, Sekolah Lapang, magang, studi banding dan farm
field day.Perubahan model penyuluhan dari sistem kerja LAKU dan Sekolah Lapang
kearah pembelajaran melalui unit pelaksana kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh petani
atauFMA, berdampak pada kemandirian merekadalam memilah masalah usahatani yang
bisa dipecahkan sendiri dan masalah yang pemecahannya perlu bantuan penyuluh.
Berdasarkan masalah yang perlu dipecahkan dengan bantuan penyuluh pertanian,
maka disusun Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD), sehingga waktu pertemuan
penyuluh, petani, kelompok tani dan kelompok usaha tidak ditentukan per minggu atau 2
mingguan, tetapi sesuai komitmen antara kelompok tani dan penyuluh yang dikenal dengan
istilah kontrak belajar.Data tentang aktifitas penyuluh dilokasi penelitian ditanggapi
berbeda-beda oleh responden. Ada petani menilai aktifitas penyuluh dengan frekuensi
kunjungannya, sedangkan petani yang aktif menilai aktifitas penyuluh berdasarkan
peranannya sebagai fasilitator.

Tabel 1.Tingkat keaktifan penyuluh di Kecamatan Sinjai Selatan, 2014

Tingkat keaktifan
Jumlah Responden (orang) Persentase
Penyuluh
Tidak Aktif 12 12,00

Cukup aktif 75 75,00


Aktif 13 13,00
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Berdasarkan data pada tabel 1, nampak bahwa aktifitas penyuluh tidak terbatas pada
kehadirannya untuk memfasilitasi kegiatan di kelompok tani, tetapi juga dalam
membangun jaringan kemitraan dengan lembaga penelitian, lembaga pendidikan, instansi
dan dinas lingkup pertanian, pengusaha saprodi dan lembaga pemasaran hasil produksi
pertanian serta fihak-fihak lain yang berhubungan dengan kepentingan petani bersama-
sama dengan petani pemandu.
Untuk menjalankan perannya sebagai fasilitator, penyuluh telah menerapkan kontrak
belajar dengan petani dan kelompoknya, sehingga materi penyuluhan dan kehadiran
penyuluh dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh petani diatur sesuai
kesepakatan bersama.Aktifitas penyuluhan melibatkan berbagai fihak antara lain
Perguruan Tinggi, Dinas Pertanian/ Instansi terkait, Pengusaha saprodi, dan lembaga
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 6

penyuluhan pertanian. Materi penyuluhandisesuaikan dengan kebutuhan petani mulai dari


teknik budidaya, teknologi pengolahan hasil untuk komoditas tanaman pangan, peternakan
dan perkebunan kakao serta lada. Aktifitas penyuluhan di lokasi penelitian disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Aktifitas penyuluhan di Kecamatan Sinjai Selatan, 2014

Aktifitas Penyuluhan Pihak Mitra


Teknologi pengolahan hasil dan teknik UNHAS, STPP, BBPP, Ketahanan
budidaya, sosial ekonomi, pengendalian Pangan, BPTP, BPTPH, Balai
hama, penyakit, pembuatan pupuk & pestisida Besar Veteriner, KIPPK, Dinas
nabati, pembuatan mesin tetas, meramu pakan Peternakan, Formulator, Dinas
ternak Perindustrian
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Partisipasi Petani dalam Adopsi Inovasi

Keberhasilan penyuluhan ditentukan oleh partisipasi dan interaksi antar petani dan
keluarganya, penyuluh, petani pemandu, peneliti dan pengusaha. penyuluhan dikatakan
berhasil jika keluarga tani dan kelompok tani lebih berdaya mengelola agribisnis yang
menguntungkan, lebih kuat jaringan antar mereka dan mampu memanfaatkan informasi,
menguasai pasar, memiliki akses ke sumber dana dan sarana yang tersedia untuk
meningkatkan produktivitas usahataninya.
Petani, penyuluh dan petani pemandu merupakan unsur-unsur yang terkait satu
dengan yang lain. Didukung oleh materi-materi penyuluhan yang berasal dari peneliti,
pengusaha pertanian, dinas lingkup pertanian dan lembaga pendidikan, menjadikan
penyuluhan berjalan lancar. Terlebih apabila materi yang disampaikan sesuai dengan
kebutuhan petani.
Data tentang partisipasi petani dan penyuluh dalam penyuluhannampak padaTabel
3.
Tabel 3.Partisipasi rata-rata Petani, Penyuluh dan Petani Pemandudalam Penyuluhan di
Kecamatan Sinjai Selatan, 2014

Tingkat keaktifan
Frekuensi Partisipasi Persentase
Penyuluh dalam Penyuluhan
Tidak partisipatif 12 12,00
Cukup partisipatif 59 59,00
Partisipatif 38 38,00
Jumlah 100 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 7

Data pada Tabel 3. menunjukkan bahwa partisipasi rata-rata petani dalam


penyuluhan dengan kategori cukup partisipatif. Data tersebut menunjukan, bahwa jumlah
petani yang partisipatif terdiri atas 38 orang (38,00%) dalam penyuluhan disebabkan karena
mereka terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan, sedangkan petani yang tidak
partisipatif terdapat 12 orang (12,00%) dan 59 orang yang cukup partisipatif, sedangkan
petani yang sangat rendah partisipasinya adalah petani yang tidak terlibat dalam
penyuluhan.

Penyelenggaraan Penyuluhan

Pelaksanaan Penyuluhan di lokasi penelitian dapat dirangkum dari beberapa sudut


pengamatan antara lain :
a. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tidak hanya terbatas pada penyampaian inovasi teknis budidaya
(transfer of technology) kepada petani. Penyuluh memulai kiprahnya dengan mengajak
partisipasi petani dan keluarganya mengenal profil keluarganya, menyusun rencana
agribisnis keluarga dan kelompok, pembagian peran pria dan wanita serta menganalisa
kelayakan usaha dan memilih usaha yang menguntungkan dan
berkelanjutan.Berdasarkan UU RI No. 16 Tahun 2006, Bab I Pasal 1 ayat 22, bahwa
materi penyuluhan yang disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan
pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa
sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. Ini berarti materi
penyuluhan sudah sesuai tetapi sasarannya belum sampai pada pelaku usaha. Petani
yang terlibat dalam penyuluhandiharapkan memiliki keeratan hubungan kerjasama
yang lebih erat dan terbuka satu dengan lainnya. Mereka sepakat memanfaatkan setiap
kesempatan pertemuan kegiatan di lingkungannya sebagai sarana tukar menukar
informasi.
b. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Peningkatan Modal Sosial
Pada kegiatan penyuluhan, upaya penumbuhan motivasi dan pengembangan potensi
dilakukan dengan cara memberikan peluang kepada petani baik laki-laki maupun
perempuan untuk melakukan uji coba lapangan, dan pendampingan serta fasilitasi
secara partisipatif antara penyuluh, petani, petani pemandu dan tokoh
masyarakat.Hasilnya setiap peserta yang terlibat dalam penyuluhan di Desa
Bungaejaya, Kalabirang, Padangguni dan Watabenua mengungkapkan merasa
memiliki keberanian mengemukakan pendapatnya di antara peserta yang lain.Beberapa
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 8

petani yang tadinya merasa kurang percaya diri dan sulit berbicara di depan umum
menjadi berani dan merasa sebagai bagian dari anggota kelompok yang
diperhitungkan. Ini sesuai dengan tujuan penyuluhanan fungsi system penyuluhan
sebagaimana tercantum dalam Bab II, Pasal 3 ayat a dan b, serta Pasal 4 ayat a,b,c dan
d, UU RI No.16/2006.
c. Sasaran Utama Penyuluhan
Jika merujuk pada UU RI No.16/2006, sasaran utama penyuluhan adalah pelaku utama
dan pelaku usaha.Penyuluh telah melaksanakan penyuluhan terhadap pelaku utama
yaitu petani yang melakukan kegiatan on farm dan pelaku usaha yaitusemua komponen
masyarakat yang bergerak di bidang usaha pertanian termasuk petani yang melakukan
kegiatan off farm dan non farm.Salah satunya adalah melibatkan formulator pupuk
organikdan Dinas Perindustrian.
d. Kebijakan dan Strategi Penyuluhan
Pelaksanaan Penyuluhan di lokasi penelitian terbukti mendukung kebijakan
pemerintah daerah setempat, karena peran gender dalam masyarakat mulai
diperhitungkan. Secara aktif perempuan juga terlibat dalam penyusunan rencana
kegiatan penyuluhan desa yang selanjutnya menjadi bahan musrembang di tingkat
kecamatan. Hal ini merupakan bentuk implementasi UU RI No.16/2006, Bab VII, Pasal
6 dan 7.
e. Kelembagaan Penyuluhan
Kelembagaan penyuluhan dalam penyuluhan telah dibangun mulai dari tingkat
kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa.Selain itu juga dibentuk komisi penyuluhan
kecamatan, kabupaten dan provinsi. Kelembagaan penyuluhan pertanian di lokasi
penelitian. Sedangkan kelembagaan penyuluhan di tingkat provinsi, pada saat
dilakukan penelitian belum terbentuk dan sementara dalam perumusan
pembentukannya sesuai dengan Bab V, Pasal 8 ayat 2 dan 5 UU RI No.16/2006 yaitu
pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan.

Faktor Penghambat dan Pendorong Penyuluhan

Faktor penghambat utama dalam penyuluhan adalah rendahnya tingkat pendidikan


petani di lokasi penelitian, sehingga proses pembelajaran dalam masyarakat berjalan
lambat. Diperlukan beberapa kali fasilitasi untuk menyamakan persepsi terhadap satu
materi penyuluhan atau membuat perencanaan usahatani.Pada implementasi penyuluhan,
posisi petani bukan sebagai objek yang harus mengikuti kemauan penyuluh, tetapi lebih
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 9

ditekankan pada proses pembelajaran yang mengarah pada keinginan petani. Penyuluh
yang tidak memahami tentang materi penyuluhan yang dibutuhkan petani akan berusaha
menghubungkan petani dengan nara sumber dari institusi atau lembaga lain yang dianggap
lebih kapabel. Hubungan antara penyuluh, petani dan stakeholders lain adalah
pengembangan jaringan petani dalam mengembangkan kreatifitas inovasi dan mengakses
peluang layanan dan pemanfaatan potensi yang tersedia serta informasi sesuai kebutuhan.
Selain itu pada pelaksanaan penyuluhan, petani yang hadir dan terlibat dalam
kegiatan belajar mendapatkan insentif pengganti transportasi dan uang makan, sehingga
petani yang meninggalkan pekerjaan utamanya tidak dirugikan dari segi
finansial.Lemahnya kelembagaan kelompok tani juga merupakan salah satu faktor
penghambat dalam efektifitas adopsi inovasi di tingkat petani. Lemahnya
pengorganisasian anggota petani dan rendahnya akses informasi menyebabkan transfer
informasi berjalan lambat.
Banyaknya program pemerintah yang berorientasi pada pemberdayaan petani
membuka peluang untuk berinteraksi yang lebih banyak antara petugas dengan staheholder
lainnya bersama dengan petani, hal ini justru akan mempercepat akses informasi serta
proses pembelajaran akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petani.
Penyuluhan Partisipatif
Berdasarkan hasil analisis terhadap pelaksanaan Penyuluhan menunjukkan bahwa
metode penyuluhan ini merupakan obat bagi petani untuk menyembuhkan
ketergantungannya pada bantuan permodalan usahatani dari pemerintah melalui kegiatan
penyuluhan. Penyuluhan telah berperan dalam pembelajaran sosial dan membangun
kapasitas petani dan penyuluh. Melalui aktifitas yang dibangun secara partisipatif, petani
menjadi percaya diri, mampu berbicara mengungkapkan ide dan pendapatnya dalam forum,
bisa melihat kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya serta memiliki posisi tawar karena
telah terbiasa melakukan kesepakatan dengan penyuluh (kontrak belajar), dengan pedagang
dan pemberi pinjaman sarana produksi. Penyuluh dapat berperan sebagai sumber informasi
sekaligus sebagai saluran komunikasi untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan
inovasi teknologi yang dibutuhkan petani. Selain itu Penyuluhan ikut memberikan
kontribusi dalam peningkatan produksi dan pendapatan petani padi.
Kunci keberhasilan penyuluhan pertanian adalah terbangunnya jaringan
komunikasi secara luas antara petani, penyuluh, peneliti, akademisi, LSM, dinas lingkup
pertanian, dan fihak swasta. Untuk menghubungkan jaringan tersebut diperlukan
kelembagaan penyuluhan yang menangani hal tersebut. Untuk mengimplementasikan UU
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 10

Nomor 16 Tahun 2006, salah satu pasalnya adalah tentang kelembagaan penyuluhan. Jika
Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi sudah dibentuk sebagai simpul penghubung
kemitraan yang menghimpun berbagai sumber informasi dan memproduksinya menjadi
materi penyuluhan dalam bentuk media digital yang mudah diakses oleh siapa saja yang
memerlukan, maka kecepatan arus komunikasi informasi dari berbagai sumber akan lebih
cepat sampai ke petani. Sebagai simpul jaringan kemitraan, maka Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian Provinsi harus mampu mengembangkan jaringan koneksitas dan
koordidasi secara aktif dan on line dengan lembaga perguruan tinggi sebagai sumber ilmu
pengetahuan, dengan balai pelatihan sebagai lembaga penyelenggara in service training,
dengan Balai Pangkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai lembaga diseminasi hasil
penelitian, dengan dinas dan instansi terkait sebagai lembaga teknis, dengan Sekolah
Tinggi Penyuluhan Perrtanian (STPP) sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal
bagi penyuluh, dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan pengusaha bidang pertanian
sebagai lembaga indipenden dan dengan ketua gabungan kelompok tani.
Selain itu untuk mengembalikan citra penyuluh yang mulai memudar karena
kinerjanya dianggap sangat menurun oleh masyarakat terutama petani, maka diperlukan
pelatihan teknologi informatika, agar penyuluh mampu mengakses informasi yang up to
date melalui internet, serta mampu mengoperasikan media elektronik untuk keperluan
penyuluhan sehingga penyuluh meningkatkan rasa percaya dirinya.
Jika setiap BPP diberikan inventaris berupa seperangkat komputer dengan koneksi
internet dan seperangkat laptop dan LCD serta beragam piringan (compact disk) yang
berisi materi penyuluhan, maka fungsi BPP sebagai pusat kegiatan penyuluhan tingkat
kecamatan akan lebih produktif. Begitupun jika setiap penyuluh mampu mengoperasikan
perangkat komputerisasi untuk kegiatan penyuluhan, maka kegiatan penyuluhan akan lebih
efektif. Penyuluh juga memiliki kesempatan untuk bertukar informasi dan pengalaman
dengan penyuluh lain di wilayah kerja lainnya melalui e-mail, bahkan dengan penyuluh di
luar negeri sekalipun.
Jika konsep tersebut dapat direalisasikan oleh Badan Koordinasi Penyuluhan
Pertanian Provinsi, maka diperlukan Peraturan Pemerintah dan PERDA yang memayungi
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, sehingga aktifitas perencanaan, pelaksanaan,
monitoring evaluasi dan tindak lanjut program dapat berjalan secara kontinyu dan
berkelanjutan.Penyuluhan dengan pendekatan partisipatif dianggap penting dalam upaya
menciptakan kondisi agar petani mau dan mampu menemukan pemecahan atas
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 11

permasalahannya sendiri. Dalam hal ini diskusi dilakukan dengan harmonis untuk mencari
ide atau gagasan tentang hal-hal yang akan dilaksanakan berdasarkan potensi yang ada.
Orientasi pasar merupakan salah satu alasan partisipasi petani cukup tinggi
merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi program penyuluhan.Pendekatan
penyuluhan partisipatif tidak Cuma mengharmonisasi hubungan penyuluh dengan petani
tetapi juga mampu mengubah kebudayaan tau tatanan masyarakat yang dianggap tidak
kontributif lagi.
Sinergitas Model Penyuluhan
Kondisi penyelenggaraan penyuluhan di tingkat petani sekarang ini masih
membutuhkan keterpaduan model pendekatan top down dengan buttom up. Konsep
partisipatif dengan sistem buttom up dalam rangka memberdayakan petani belum berjalan
secara efektif di tingkat petani.Lemahnya sumber daya yang dimiliki oleh petani serta
lemahnya kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir para anggotanya menjadi
penghambat dalam bemberdayakan petani dengan pendekatann sistem buttom up.
Peran penyuluh sebagai fasilitator, mutivator serta inovator bagi petani dituntut
juga harus berperan ganda sebagai guru atau pemandu. Kebutuhan petani mengenai
teknologi, pemasaran, pengolahan hasil dan lain-lainnya masih harus bergantung terhadap
peran penyuluh.Proses identifikasi potensi, masalah dan peluang usahatani serta proses
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sebagaimana konsep yang tertuang
dalam sistem buttom up belum sepenuhnya mampu dilaksanakan oleh petani.

KESIMPULAN DAN SARAN


Model pendekatan penyuluhan yang diadopsi dan mampu memandirikan petani
adalah pendekatan partisipatif. Adopsi teknologi tidak lagi bergantung dari informasi
penyuluh melainkan dari kemampuannya sendiri dalam mengakses informasi. Selain itu,
membagun kesadaran dan kemandirian petani untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi berdasarkan potensi yang dimilikinya.Model Penyuluhan partisipatif belum
berjalan secara efektif.
Pemberdayaan petani dan kelembagaannya masih sangat perlu ditingkatkan dalam
proses penyusunan perencanaan kegiatan, mengakses informasi teknologi, pemasarana dan
permodalan. Sistem pembangunan pertanian dengan penyuluhan secara partisipatif harus
tetap didorong eksistensinya dengan meningkatkan kepekaan dan kepedulian dari
pemangku kebijakan untuk memfasilitasi, mediasi kepentingan para petani. Proses
penyuluhan di tingkat petani masih diperlukan keterpaduan model pendekatan top down
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 12

dan buttom up, oleh karena itu sistem penyelenggaraan penyuluhan harus di sesuaikan
berdasarkan kondisi di tingkat petani.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas,S. 2005. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia


Jakarta:Departemen Pertanian.
Abdullah Hanafi, 2007, Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya:Penerbit Usaha
Nasional.
Achmad, A.S. 2000. Manusia dan Informasi. Ujung Pandang:Hasanuddin University Press.
Anonimus. 2001. Proses Penyuluhan Kemitraan (PROSPEK), Panduan Pembelajaran
Untuk Petani Pemandu dan Keluarga Tani. Departemen Pertanian, Jakarta:Pusat
Pengembangan Penyuluhan Pertanian.
Akhmadi, Nuning, 2004, PelaksanaanOtonomi Daerah, SMERU Newsletter,
Desember2004, www.smeru.or.id/newslet/2004/ed12/ 2004/200412spotlight.
html).
Cangara, H. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:PT.Raja Grafindo.
Cernea,M.M; J.K. Coulter; J.F.A. Russel, 2000.Research, Extension, Farmer.A Two-Way
Continuum for Agricultural Development.Washington DC 20433. USA.A World
Bank and UNDP Symposium.
Creswell JW 2004. Research Desaign : Qualitative and Quantitative Approaches
California : Sage Publication Inc.
Effendy, 1999. Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.
Ensminger, D. 2002. Need for Extension Training in Kammath.Extension Educational in
Community Development.
Lionberg, H.F and P.H. Gwin, 2001.Technology Transfers.Published by University of
Missouri University Extension.
Lionberg,H.F and P.H. Gwin, 2003. Communication Strategies.Illinois The Interstate
Orienters and Publishers. Inc.
Littlejohn, S.W. 2006. Theories of Human Communication.California:Fifth Edition
Wadsworks Publishing Company.
Hovland, C.I., I.L. Janis, and H.H. Kelly, 1999.Communication and Persuasion.New
Heaven Communication.Yale University Press.
Jamal, E,. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Upaya Perbaikan Penguasaan Lahan di
Tingkat Petani. Tantangan Masa Depan Pertanian Indonesia. Jurnal Analisis
Sosial Vol. 11 No. 1 April 2006.
Mardikanto, T. dan Sri Sutarni.2001. Petunjuk Penyuluhan Pertanian.Surabaya: Usaha
Nasional.
Mawardi, Sulton, 2004, PersoalanPenyuluhan di Era Otonomi Daerah, SMERU
Newsletter, Desember 2004, www.smeru.or.id/newslet/2004/ed12/200412
field3.html
McQuail,D. 1998. Teori Komunikasi Massa. Jakarta:Edisi ke 3,Erlangga.
Musa, S,. 1999. Mencari Kembali Swasembada Yang Hilang dalam Refleksi Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Nasution.Z, 2009.Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Padmowihardjo, S,1999. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta:Uiversitas Terbuka.
Rakhmad, J. 2001. Psikologi Komunikasi.Bandung:CV. Remaja Karya.
Jurnal Agrominansia, 2 (1) Juni 2017 ISSN 2527 - 4538 13

Rogers, E. M and D. L. Kincand, 2001.Communication Networks Toward a New Paradigm


for Reseach.New York:The FreesPrees.
Rogers, E. M. 2003. Diffusion of Innovation. New York:Third Edition. A Division of
McMillan Publishing co Inc.
Rola, A.C and S.B Jamias, 2002.Journal of International Agricultural and Extension
Education Vol.9 No.1.Los Banos:University of The Philippines.
Saragih, Bungaran, 2005, Agricultural Development Aims to Beat Poverty, Jakarta
Post.Com. (www.thejakartapost.com/agrib21_1.asp).
Sands, DM.,D. Kaimowitz, K. Sayce and S. Chater.1999.The Technology Triangle.
Lingking Farmers, Technology Transfer Agents and Agricultural.International
Service for National Agricultural Research (ISNAR).
Sendjadja, S.D, 1999. PengantarKomunikasi. Jakarta:Universitas Terbuka.
Soedijanto, 2004.MenataKembaliPenyuluhanPertanian Di Era Pembangunan
Agribisnis.Jakarta:DepartemenPertanian.
Soekartawi, 2005.PrinsipdasarKomunikasiPertanian.Jakarta : UI Press.
Syafruddin, 2001.Pengaruh Media CetakBrosurdalam Proses
AdopsidanDifusiBeternakAyam Broiler di Kota Kendari.Tesistidakdipublikasikan,
Program PascaSarjana UGM Yogyakarta.
Syawal, M,. 2001. Hakekat Model Interaksional Dalam Penyuluhan Pertanian.
Makassar:Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian No. 8. Fakultas Pertanian dan
Kehutanan - Universitas Hasanuddin.
Syawal, M,. 2007. Peranan Penyuluhan Terhadap Peningkatan Kegiatan Dinamika
Kelompok Tani Di Sulawesi Selatan, Indonesia. Majalah Ilmiah Flora dan Fauna.
Fakultas Pertanian dan Kehutanan - Universitas Hasanuddin.
TotokMardikanto, 2001, Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Jakarta:SebelasMaret
University Press.
Uphoff. N. 2005. Institutionalizing User Participation in System of Linkage Among
Research, Extension and Farmers. Jakarta: Proseding Lokakarya Dinamika dan
Perspektif PP pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Badan Litbang
Pertanian.
Van den Ban, A.W and H.S. Hawkins, 2001. Agricultural Extension, Second Ed. Blackwell
Science, Osney Mead, Oxford OX2 OEL.(DiterjemahkanolehAgnes
DwinaHerdiastiTahun 2006).

Anda mungkin juga menyukai