Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS PENGARUH PERAN PENYULUH TERHADAP PERSEPSI

PETANI PADA PROGRAM PENDAMPINGAN KELOMPOK


DI GABUNGAN KELOMPOK TANI “NGALAB BERKAH”
DESA JEPANGREJO KECAMATAN BLORA

SEMINAR PROPOSAL

Oleh :

ACHMAD FAHRUL WAHYUDI

NIM : 23020319130044

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Judul Seminar : ANALISIS PENGARUH PERAN
PENYULUH TERHADAP PERSEPSI
PETANI PADA PROGRAM
PENDAMPINGAN KELOMPOK DI
GABUNGAN KELOMPOK TANI “NGALAB
BERKAH” DESA JEPANGREJO
KECAMATAN BLORA
Nama mahasiswa : ACHMAD FAHRUL WAHYUDI

Nomor Induk Mahasiswa : 23020319130044

Program Studi : S1 AGRIBISNIS

Tanggal Seminar :

Disetujui oleh :

Panitia Seminar Pembimbing Seminar

Prof. Dr. Ir. Siswanto Imam Santoso, M.P. Dr. Ir. Wulan Sumekar, M.S.
NIP. 195511071983031001 NIP. 19570119183122001

ii
ABSTRAK

Kelompok tani merupakan pranata sosial yang memfasilitasi interaksi


petani dalam suatu komunitas guna memenuhi kebutuhan masyarakat, yang
berkaitan erat dengan kehidupan petani dalam proses penyampaian informasi
terkait inovasi kepada petani. Saat ini pendampingan kelompok dari penyuluh
pertanian terus dilaksanakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar kelompok tani
berdasarkan kemampuannya masih berada pada kelas pemula. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis peran penyuluh pada program
pendampingan kelompok, menganalisis persepsi petani pada program
pendampingan kelompok dan menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap
persepsi petani pada program pendampingan kelompok. Metode yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh anggota kelompok tani pada Gapoktan Ngalab Berkah, yang
memiliki jumlah anggota kelompok tani terbanyak di Kecamatan Blora. Sampel
yang diambil sebanyak 10% dari populasi yang berjumlah 1.151 petani dari 11
kelompok, yaitu sebanyak 115 petani dengan menggunakan proportional random
sampling. Data yang akan dianalisis adalah data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer menggunakan metode wawancara disertai kuesioner
dan observasi lapang, sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan mencatat
data dari instansi terkait. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan analisis Regresi Linear Berganda dengan aplikasi SPSS.

Kata kunci: kelompok, pendampingan, peran penyuluh, persepsi, petani

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pertanian tidak bisa terlepas dari kegiatan penyuluhan. Penyuluhan

sebagai suatu kegiatan yang melibatkan seseorang untuk menginformasikan

segala bentuk informasi dengan tujuan membantu sasaran dalam memberikan

pendapat sehingga mampu mengambil keputusan secara tepat. Kegiatan

penyuluhan dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian. Penyuluh

pertanian menjadi agen perubahan dalam perubahan perilaku petani, yang

mendorong petani untuk mengubah perilakunya menjadi petani dengan

kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga

mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Timbulus et al., 2016). Penyuluh

pertanian memiliki peranan penting dalam upaya mendorong perubahan perilaku

petani agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Penyuluh menjadi perantara

yang dapat menafsirkan pengetahuan kepada para petani. Penyuluh sebagai orang

yang dianggap lebih berpendidikan harus mampu menjadi edukator, fasilitator,

mediator, komunikator dan motivator serta evaluator bagi para petani (Talibo et

al., 2016).

Penyuluhan biasanya dilakukan secara berkelompok dalam suatu kelompok

tani. Penyuluhan dengan metode kelompok dapat menimbulkan interaksi antara

petani dan penyuluh yang lebih intensif. Penyuluhan dengan metode kelompok

juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, baik efisiensi waktu maupun


2

efisiensi usaha. Mayoritas masyarakat di Indonesia berprofesi sebagai petani yang

tergabung ke dalam kelompok tani atas dasar kesamaan wilayah. Bergabungnya

petani ke dalam kelompok tani ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi usaha, karena semakin besar skala usaha yang dijalankan, maka semakin

efektif dan efisien juga usaha tersebut (Krisna dan Harry, 2014). Kelompok-

kelompok tani yang ada di Indonesia saat ini telah mencapai angka 646.040

kelompok tani, 64.323 Gabungan kelompok tani dan 11.883 Kelompok Ekonomi

Petani (BPS, 2020)

Penyuluhan dengan metode kelompok mengajak dan membimbing petani

secara berkelompok untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif atas dasar

kerjasama antar anggota. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 82 Tahun

2013 menyebutkan bahwa terdapat tiga arah pengembangan kelompok tani, yaitu

(1) penguatan kelompok tani menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri;

(2) peningkatan kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (3)

peningkatan kemampuan kelompok tani dalam menjalankan fungsinya.

Keberhasilan petani dalam upaya mengembangkan kelompok taninya

ditentukan oleh kinerja penyuluh (Sasmi dan Susanto, 2018). Kinerja penyuluh

berkaitan tentang kemampuan penyuluh dalam memainkan perannya agar proses

pembinaan dan pendampingan kelompok tani dapat sesuai dengan arah

pengembangan kelompok tani. Selain itu, terdapat beberapa faktor sosial yang

dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dari kelompok tani, seperti motivasi,

pembinaan dan norma dalam kelompok (Machmudah et al., 2019). Dengan kata

lain, tingkat perkembangan kelompok tani sangat dipengaruhi oleh peran


3

penyuluh dalam mendampingi kelompok tani guna mengendalikan faktor-faktor

sosial.

Permasalahan yang muncul dalam upaya pengembangan kelompok tani

adalah terbatasnya jumlah penyuluh pertanian yang ada. Tercatat di Indonesia

hanya tersedia 73.713 tenaga penyuluh pertanian dari 82.719 desa yang berpotensi

di bidang pertanian (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian,

2020). Seorang penyuluh rata-rata harus menangani petani sedikitnya dua desa,

yang mana setiap desa terdiri dari beberapa kelompok tani. Kondisi seperti ini

dapat dikatakan kurang efektif. Berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 2013

tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, dijelaskan bahwa penyuluh di

Indonesia harus memiliki rasio 1:1, yang artinya setiap satu penyuluh

mendampingi satu desa yang terdiri dari 8 – 16 kelompok tani.

Jumlah penyuluh yang tidak sesuai tersebut berdampak terhadap peran

penyuluh pertanian pada program pendampingan kelompok sebagai upaya

pengembangan kelompok tani, yang mana berdampak juga pada persepsi dari

petani sebagai masyarakat sasarannya. Persepsi petani pada program

pendampingan kelompok dapat dilihat dari upaya penyuluh dalam mendampingi

kelompoknya itu sendiri. Persepsi petani tersebut dapat menjadi faktor yang

menghambat dan mendorong keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan

(Krisnawati et al., 2013). Persepsi yang baik dapat meningkatkan motivasi petani

untuk terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan

kelompok sebagai upaya pengembangan kelompok dalam mencapai pembangunan

pertanian (Aprilia et al., 2020).


4

Berdasarkan pada studi literatur yang telah dilakukan, belum ada penelitian

terdahulu yang membahas terkait permasalahan ini, sehingga penelitian terkait

analisis pengaruh peran penyuluh pada program pendampingan kelompok

terhadap persepsi petani sangat menarik dan penting untuk dilakukan.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran penyuluh pada

program pendampingan kelompok, menganalisis persepsi petani pada program

pendampingan kelompok dan menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap

persepsi petani pada program pendampingan kelompok.

Manfaat dari setelah dilakukannya penelitian ini adalah sebagai sumber

informasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya, sebagai sumber informasi

bagi penyuluh untuk mengevaluasi pelaksanaan progam pendampingan kelompok

dan sebagai sumber informasi bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

petani melalui pengembangan kelompok tani.


BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

Kelompok Tani

Pada lingkup pertanian terdapat berbagai kelembagaan yang menunjang

kegiatannya. Salah satu kelembagaan yang ada dalam pertanian adalah kelompok

tani. Kelompok tani biasanya dibentuk dan dijalankan oleh para petani. Kelompok

tani merupakan kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan

dan kesamaan kondisi lingkungan baik sosial, ekonomi, dan sumber daya (Intani,

2013). Kelompok tani terdiri dari beberapa anggota yang memiliki kesamaan,

seperti kesamaan latar belakang, kesamaan kebutuhan dan tujuan, serta kesamaan

wilayah tempat tinggal (Normansyah et al., 2014). Kelompok tani mengatur

tentang upaya pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan pencapaian tujuan

bersama. Kelompok tani dapat menjadi tempat untuk memperkuat kerjasama antar

petani, antar kelompok tani dan dengan pihak lain (Maulana, 2019). Dengan

adanya kelembagaan kelompok tani ini, setiap kegiatan pertanian mulai dari hulu

hingga hilir diharapkan dapat berjalan lebih baik.

Pembentukan kelompok tani merupakan proses perwujudan pertanian yang

terkonsolidasi, sehingga dapat melakukan produksi secara optimal dan efisien

(Nuryanti dan Swastika 2011). Dengan adanya pertanian terkonsolidasi dalam

kelompok tani, pengadaan sarana produksi dan penjualan hasil dapat dilakukan

secara bersama. Hal ini berdampak pada volume sarana produksi dan volume hasil

menjadi lebih besar, sehingga biaya pangadaan per-satuannya menjadi lebih


6

rendah. Jumlah minimal anggota dari kelompok tani sendiri adalah 20 sampai 25

petani, atau disesuaikan berdasarkan pada kondisi dari masyarakat dan

usahataninya. Dengan bergabung ke dalam kelompok, petani-petani tersebut akan

memiliki jaminan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang

tidak berkelompok. Hal ini dikarenakan kelompok tani menjadi salah satu upaya

pemberdayaan petani dalam meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan

kesejahteraan dari para petani (Darajat, 2011).

Kelompok tani berdasarkan kemampuannya dibagi menjadi 4 kelas, yaitu

kelompok kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya dan kelas utama. Penentuan

kelas-kelas pada kelompok tani diatur pada SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992

sebagai berikut: (1) kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan

produktivitas usahatani dengan menerapkan rekomendasi yang tepat dan

memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal, (2) kemampuan melaksanakan

dan menaati perjanjian dengan pihak lain, (3) kemampuan memupuk modal dan

memanfaatkannya secara rasional, (4) kemampuan meningkatkan hubungan yang

melembaga antara kelompok dengan KUD dan juga (5) kemampuan menerapkan

teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerjasama kelompok yang

dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok.

Kemampuan dari kelompok tani perlu terus diperbaiki agar kelas kelompok tani

dapat meningkat (Margolang, 2018).

Data terbaru dari jumlah kelompok tani yang ada di Indonesia adalah

sebanyak 646.040 kelompok tani, yang mana sebesar 55,64% adalah kelompok

tani pemula, 23,59% kelompok lanjut, 4,17% kelompok madya, 0,43% kelompok
7

utama dan lain-lain sebesar 16,17% (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian, 2020). Masih sedikitnya kelompok tani yang berada di kelas utama dan

masih banyak yang berada di kelas pemula dan lanjut menunjukkan bahwa

kelompok tani di Indonesia belum memiliki kemandirian dalam menjalankan

usahataninya. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pembangunan pertanian.

Pembangunan pertanian dapat dikatakan tercapai apabila petani di Indonesia

mampu meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatannya,

sehingga memiliki kesejahteraan hidup yang lebih baik (Asnawati et al., 2021).

Pencapaian pertumbuhan peningkatan ketersediaan pangan strategis dalam negeri

tahun 2020 sebesar 2,65% masih jauh dari target akhir jangka menengah yang

sebesar 7,11%, (Kementerian Pertanian, 2020). Hal ini berarti bahwa

pertumbuhan ketersediaan pangan strategis dalam negeri tahun 2020 baru tercapai

sebesar 37,27% dari target akhir jangka menengah.

Penyuluhan pertanian

Penyuluhan merupakan pendidikan non formal yang dilakukan oleh

penyuluh kepada petani sebagai upaya untuk mengubah perilaku (pengetahuan,

sikap dan keterampilan) guna meningkatkan kesejahteraan bagi petani dan

keluarganya. Penyuluhan berkewajiban untuk membantu anggota dalam proses

alih teknologi dan inovasi melalui metode dan teknik tertentu hingga mampu

mengadopsi inovasi secara mandiri (Nindiaziza, 2015). Penyuluhan pertanian

sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
8

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya.

Penyuluhan ini bertujuan untuk mengarahkan perubahan ke arah perubahan yang

lebih baik dan terencana (Narso et al., 2012).

Salah satu langkah efektif yang dapat dilakukan dalam rangka mempercepat

proses perubahan petani adalah dengan melakukan pengembangan kelompok tani.

Kelompok tani sangat penting dalam proses penyampaian informasi terkait

inovasi dan teknologi baru kepada petani. Metode penyuluhan melalui kelompok

dirasa paling tepat untuk dilakukan kepada petani, karena bentuknya yang lebih

bersifat diskusi, sehingga lebih mudah mendapatkan umpan balik secara langsung

dari kelompok, yang dapat mengurangi kesalahpahaman antara penyuluh dengan

petani dalam penyampaian informasi (Wati, 2021). Penyuluhan dalam melakukan

kegiatannya selalu memberikan dukungan-dukungan kepada petani. Dukungan

penyuluhan tersebut direpresantisikan ke dalam ketepatan metode penyuluhan,

kesesuaian materi penyuluhan, kompetensi penyuluh, dan intensitas penyuluhan

(Gunawan et al., 2019). Dukungan penyuluhan ini memiliki pengaruh positif

terhadap tingkat adopsi inovasi dalam pertanian. Hal ini berarti bahwa semakin

tinggi dukungan penyuluhan maka semakin tinggi pula tingkat adopsi inovasi

dalam pertanian.

Meskipun perannya sangat penting dalam pertanian, jumlah tenaga

penyuluh pertanian di Indonesia dapat dikatakan belum ideal dan belum sesuai.

Tercatat dari 82.719 desa yang berpotensi di bidang pertanian, hanya tersedia

73.713 tenaga penyuluh pertanian, dengan penyuluh yang berstatus pegawai

negeri sipil mencapai 26.319 orang, Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh
9

Pertanian (THL-TBPP) 17.873 orang, penyuluh swadaya sebanyak 29.363 orang

dan sisanya adalah penyuluh swasta (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian, 2020). Berdasarkan hal tersebut, seorang penyuluh rata-rata harus

menangani petani sedikitnya dua desa. Hal inilah yang menyebabkan

pendampingan yang dilakukan tidak dapat berjalan dengan efektif dan optimal.

Perlu adanya pengadaan tenaga penyuluh pertanian agar dapat melakukan

penyuluhan kepada kelompok tani dengan optimal, karena secara tidak langsung

keberadaan penyuluh dalam kelompok dapat mengubah perilaku petani untuk

mencapai swasembada pangan di Indonesia (Buntuang dan Adda, 2018).

Penyuluh pertanian merupakan ujung tombak dari pembangunan pertanian

yang berperan penting dalam membantu perkembangan pertanian (Eksanika dan

Riyanto, 2017). Penyuluh berhadapan secara langsung dengan masyarakat untuk

menyampaikan informasi dan edukasi kepada petani. Untuk mencapai

keberhasilan pertanian dibutuhkan tenaga penyuluh yang berkompeten dan

berkualitas (Vintarno et al., 2019). Penyuluh yang berkompeten dan berkualitas

dapat membimbing serta mengarahkan petani dengan baik dan cekatan dalam

menjalankan usahanya.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, dirumuskan tujuh dimensi

kompetensi penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani, yaitu (1)

kompetensi pemahaman potensi wilayah, (2) kompetensi komunikasi inovasi, (3)

kompetensi pengelolaan pembelajaran, (4) kompetensi pengelolaan pembaharuan,

(5) kompetensi pengelolaan pelatihan, (6) kompetensi pengembangan


10

kewirausahaan dan (7) kompetensi pemandu sistem jaringan. Penyuluh pertanian

di Indonesia sendiri belum banyak yang mampu berimprovisasi dan berinovasi

sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, yang menandakan bahwa

kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh masih tergolong rendah (Anwas, 2013).

Kompetensi penyuluh pertanian dipengaruhi oleh faktor intensitas pemanfaatan

media sosial dan dukungan dari lembaga, yang mana semakin positif dukungan

faktor-faktor yang berpengaruh akan menyebabkan semakin tingginya kompetensi

penyuluh pertanian dalam berkomunikasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif

(Humaidi et al., 2020).

Peran Penyuluh

Sebelum melakukan kegiatan pendampingan, penyuluh harus terlebih

dahulu mengetahui dan memahami peranan-peranannya. Peran penyuluh kepada

petani adalah sebagai edukator, fasilitator, mediator, komunikator, motivator dan

evaluator bagi para petani (Talibo et al., 2017). Dengan memahami peranannya

tersebut, penyuluh dapat memposisikan diri terhadap petani sebagaimana

mestinya. Peranan penyuluh tidak hanya menyampaikan informasi kepada petani,

tetapi juga harus mampu menambah, mengubah, dan membangun aspek-aspek

pengetahuan, sikap dan keterampilan dari petani agar mampu melakukan

usahatani yang lebih baik dan menguntungkan (Lamarang et al., (2017).

Peran penyuluh sebagai edukator bertujuan untuk memberikan pendidikan

dalam membantu petani menambah pengetahuan-pengetahuan yang tidak

didapatkan sebelumnya. Penyuluh sebagai edukator harus mampu meningkatkan

keterampilan petani terhadap inovasi-inovasi terbaru (Zulhak et al., 2020). Peran


11

penyuluh dalam melakukan kegiatannya diharapkan mampu mengedukasi,

mendidik, dan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para petani.

Maka dari itu penyuluh pertanian harus mempunyai wawasan yang luas dan

berkompeten (Makmur et al., 2019). Mendidik dalam hal ini bukan berarti

menggurui, melainkan saling belajar bersama. Penyuluh mungkin memiliki ilmu

lebih tinggi, tetapi petani memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan

dengan penyuluh.

Penyuluh sebagai fasilitator berperan dalam membantu petani untuk

mendapatkan kemudahan atau memberikan sumber-sumber kemudahan terkait

keperluan yang dibutuhkan oleh petani. Peran sebagai fasilitator yaitu peran

penyuluh dalam memfasilitasi petani dengan pihak-pihak yang mendukung

perbaikan dan kemajuan untuk usahatani (Haryanto et al., 2018). Peran fasilitator

ini membantu sekelompok orang untuk memahami, menyampaikan dan

menghubungkan sebuah informasi. Penyuluh berperan sebagai penghubung antara

masyarakat dengan pemerintah, mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan

kegiatan program, menampung aspirasi dari masyarakat, dan menumbuh

kembangkan partisipasi (Sulaeman et al., 2015). Kegiatan penyuluhan ini

memiliki keterkaitan yang erat terhadap fasilitasi seluruh kegiatan pertanian.

Dalam kegiatannya sebagai fasilitator, penyuluh juga bertindak sebagai

mediator. Peran penyuluh sebagai mediator menjadi peran yang sangat sentral dan

sangat dominan. Hal ini dikarenakan peran utama dalam penyuluhan adalah

sebagai perantara atau mediator terkait informasi baik untuk petani maupun dari

petani (Tahoni et al., 2020). Peranan penyuluh sebagai mediator merupakan


12

kemampuan penyuluh dalam menghubungkan petani dengan sumber informasi

guna memecahkan masalah yang dihadapi dalam program yang dijalankan

penyuluh (Padmaswari et al., 2018). Penyuluh berusaha untuk menjadi mediator

terkait hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usahatani, seperti bantuan subsidi,

adopsi inovasi dan aspirasi dari petani.

Peran penyuluh sebagai komunikator membantu petani dalam pengambilan

keputusan, menyelesaikan masalah, membantu percepatan arus informasi, dan

membantu petani dalam meningkatkan kemampuan bertani (Marbun et al., 2019).

Peran komunikator ini sama halnya dengan peran mediator, yaitu sebagai

penghubung. Seperti yang kita tahu bahwa antara pemerintah dengan petani

memiliki “bahasa” yang berbeda. Penyuluh harus memiliki kemampuan

komunikasi yang baik, sehingga dapat menjadi penerjemah antara keduanya,

sehingga informasi yang diterima sesuai dengan yang apa yang dimaksud. Selain

itu, hubungan antara penyuluh dengan petani harus tetap terjaga. Hubungan yang

baik antara penyuluh pertanian dengan petani harus bisa terjalin, sehingga

penyuluh dapat memaksimalkan upaya peningkatan kemampuan petani dalam

mengembangkan pertanian (Saputri et al., 2016)

Penyuluh pertanian juga memiliki peran sebagai motivator. Penyuluh dapat

memberikan dorongan dan suntikan semangat kepada petani agar memiliki

pemikiran yang maju dalam bidang pertanian. Penyuluh pertanian memiliki

peranan dalam membangkitkan semangat petani dan mempengaruhi petani agar

tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani (Faqih, 2014). Pada era

dengan perkembangan yang sangat pesat ini, pertanian tidak hanya dilihat dari sisi
13

produksi saja, melainkan dilihat dari sisi ekonominya. Hal inilah yang

mengharuskan petani untuk berkembang menjalankan sistem pertanian yang baru.

Peranan penyuluh sebagai motivator yaitu penyuluh harus bisa membina dan

meningkatkan petani untuk memprakarsai pengenalan isu-isu yang berkembang

sehingga petani dapat mengubah pola berpikir dan pola kerja baru yang lebih

berdaya guna dan berhasil guna (Fajar et al., 2020).

Penyuluh juga berperan sebagai evaluator. Peran penyuluh pertanian sebagai

evaluator tidak kalah penting dengan peranan lainnya, karena penyuluh dapat

mengetahui perkembangan dari kelompok tani dan kendalanya dalam

menjalankan usahataninya (Setyasih et al., 2020). Evaluasi berfungsi sebagai

laporan dari kegiatan yang terlaksana dan sebagai saran untuk memperbaiki

kegiatan selanjutnya. Kegiatan pengukuran dan penilaian ini dapat dilakukan pada

sebelum, selama, dan setelah kegiatan selesai dilakukan (Suwarningmas, 2017).

Peran penyuluh sangat penting dalam mengubah perilaku petani menuju

pertanian yang berwawasan agribisnis. Penyuluh memiliki peran yang besar

dalam melakukan pendampingan petani serta memiliki hubungan yang kuat antara

peran penyuluh dengan pengembangan kelompok tani (Mulyani dan Elviana,

2017). Sesuai dengan tugas pokok penyuluh, bahwa penyuluh harus mampu

berperan dalam mengubah perilaku baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan

petani menjadi lebih baik lagi (Sundari, 2015).

Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek yang penting bagi psikologis manusia

dalam merespon berbagai kejadian yang ada di sekitarnya. Persepsi dapat


14

diartikan sebagai proses pemberian makna dari individu terhadap lingkungannya

melalui penafsiran dan pengelolaan indera mereka (Hamidah, 2014). Persepsi

muncul dari adanya sebuah respon terhadap stimulus. Persepsi dimulai dari

penggunaan panca indera dalam menerima stimulus, yang selanjutnya

diorganisasikan dan diinterpretasikan dalam bentuk pemahaman tentang apa yang

diterima (Nugroho, 2012).

Persepsi membentuk bagaimana seseorang untuk memahami orang lain dan

objek yang dilihatnya, yang kemudian memotivasi seseorang untuk melakukan

pengambilan keputusan (Khairani, 2013). Persepsi ini dengan sendirinya

memotivasi seseorang untuk bersikap dan bertindak dalam melakukan sesuatu.

Persepsi dan motivasi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena

keduanya saling mempengaruhi satu sama lain baik secara langsung maupun tidak

langsung (Rahayu dan Suhardaliyah, 2021). Persepsi membentuk pandangan

seseorang terhadap orang lain, dunia dan segala isinya.

Persepsi terdiri dari tiga proses yang saling berkaitan, yakni seleksi,

organisasi dan interpretasi. Proses persepsi ini tergantung pada tujuan,

pengalaman dan pendidikan dari masing-masing individu (Akbar, 2015). Maka

dari itu, petani tidak dapat dengan mudah menerima adopsi inovasi yang ada.

Inovasi baru membutuhkan suatu proses persepsi agar dapat diadopsi oleh para

petani (Aditiyawati, et al., 2014). Setiap petani mempunyai kecenderungan dalam

mempersepsikan benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini

disebabkan karena setiap individu memiliki perasaan, kemampuan berfikir, dan

pengalaman-pengalaman yang tidak sama (Jayanti dan Arista, 2018). Persepi


15

petani pada program pendampingan kelompok dapat dilihat berdasarkan

pengetahuan, sikap dan keaktifan dari penyuluh (Kholil dan Hendra, 2019).

Adakalanya, persepsi tidak datang dari diri seseorang melainkan datang dari

orang lain. Petani mempersepsikan segala sesuatu berdasarkan pengalaman, entah

dari pengalaman pribadi maupun pengalaman dari petani lain. Intensitas interaksi

antar petani dapat menjadi karakteristik utama yang mendorong persepsi petani

terhadap sesuatu (Hendrawati et al., 2014). Maka dari itu, kelompok tani memiliki

peran penting dalam proses adopsi inovasi dari petani. Namun, tidak semua petani

yang tergabung dalam kelompok berpartisipasi secara aktif. Persepsi petani

terhadap kelompok tani menjadi penyebab proses pengambilan keputusan oleh

petani untuk terlibat dalam kegiatan kelompok tani (Ngadha et al., 2019).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Terbentuknya lembaga petani berupa Gabungan Kelompok Tani

(GAPOKTAN) di Desa Jepangrejo menjadi salah satu langkah pengembangan

dalam sektor pertanian. Gapoktan merupakan kelembagaan petani yang terdiri

dari beberapa kelompok tani dengan tujuan untuk menyatukan petani dan

mengatasi permasalahan terkait pertanian di Desa Jepangrejo. Gapoktan menjadi

wahana belajar bagi para petani di wilayah tersebut melalui pelatihan-pelatihan

terkait pertanian, penyedia sarana produksi dan membantu pemasaran hasil

produksi usahatani.

Dalam menjalankan kegiatannnya, baik gapoktan maupun poktan masih

membutuhkan pendampingan dari penyuluh pertanian. Pendampingan tersebut

bertujuan untuk membimbing dan mengarahkan petani dalam menjalankan

kelompoknya, sehingga tercipta kelompok tani yang kuat dan mandiri, mampu

dalam melakukan pengembangan agribisnis, dan mampu menjalankan fungsinya

dengan baik. Adanya pendampingan dari penyuluh kepada kelompok tersebut,

akan menimbulkan persepsi petani pada program pendampingan tersebut.

Penelitian ini akan menganalisis bagaimana peran penyuluh pada program

pendampingan kelompok, bagaimana persepsi petani pada program

pendampingan kelompok dan bagaimana pengaruh peran penyuluh (peran

edukator, fasilitator, mediator, komunikator, motivator dan evaluator) terhadap


17

persepsi petani pada program pendampingan kelompok. Persepsi petani ini

mencerminkan bagaimana pandangan dan penilaian petani terhadap program

pendampingan kelompok yang telah dilakukan oleh penyuluh. Keberhasilan

program pendampingan kelompok tentu dapat meningkatkan kualitas kelompok

tani sehingga memiliki kemandirian dalam berbagai hal, sehingga dapat

menciptakan kesejahteraan anggotanya, dalam hal ini adalah petani. Kerangka

pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat dalam ilustrasi 1 berikut.

Programa Penyuluhan

Program Pendampingan
Analisis Deskriptif
Kelompok

Peran Penyuluh Pertanian (X)

X1 = Peran edukator Persepsi Petani


X2 = Peran fasilitator (Y)
X3 = Peran mediator Berdasarkan aspek
pengetahuan, sikap dan
X4 = Peran komunikator
keaktifan dari penyuluh
X5 = Peran motivator
X6 = Peran evaluator

Regresi Linear Berganda Rekomendasi

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran


18

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, diduga peran penyuluh

berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi petani pada program

pendampingan kelompok di Gabungan Kelompok Tani “Ngalab Berkah” Desa

Jepangrejo Kecamatan Blora.

Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Jepangrojo Kecamatan Blora,

Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini diambil karena Desa

Jepangrejo merupakan desa dengan jumlah petani terbanyak di Kecamatan Blora

dengan komoditas yang seragam yaitu padi dan jagung. Persebaran data jumlah

kelompok tani berdasarkan desa di Kecamatan Blora dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Persebaran jumlah kelompok tani berdasarkan desa di Kecamatan Blora

No. Nama Desa/Kelurahan Jumlah Kelompok Jumlah Petani


1. Jepangrejo 11 1.151
2. Kamolan 6 759
3. Pelem 3 395
4. Purworejo 10 840
5. Andongrejo 4 388
6. Beran 2 70
7. Jejeruk 2 60
8. Bangkle 2 28
9. Kedungjenar 3 132
10. Mlangsen 3 226
11. Jetis 3 203
12. Tambahrejo 3 123
13. Kauman 2 69
14. Sonorejo 7 489
15. Kunden 3 255
19

16. Tempelan 1 50
17. Tegalgunung 3 166
18. Karangjati 6 352
19. Temurejo 8 737
20. Tempurejo 6 340
21. Patalan 5 474
22. Tambaksari 9 681
23. Purwosari 7 675
24. Ngadirejo 2 35
25. Sendangharjo 6 641
26. Tempuran 4 289
27. Plantungan 4 291
28. Ngampel 6 531
(BPP Kecamatan Blora, 2021)

Petani-petani yang ada di Desa Jepangrejo tergabung dalam berbagai

kelompok tani, dan dari kelompok-kelompok tani tersebut kemudian dibentuk

gabungan kelompok tani yang bernama Gapoktan Ngalab Berkah. Gapoktan ini

memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, dilihat berdasarkan kemampuannya

dalam melakukan kegiatan pembangunan agribisnis pedesaan. Total kelompok

tani yang tergabung ke dalam Gapoktan Ngalab Berkah adalah 11 kelompok,

dengan jumlah anggota sebanyak 1.151 petani (BPP Kecamatan Blora, 2021).

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2022.

Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.

Metode survey merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran atau informasi dari sampel yang mewakili suatu daerah

populasi dengan benar. Keberhasilan dari metode survey ini tergantung pada

pengambilan sampel dan daftar pertanyaan yang ditanyakan kepada sampel.


20

Metode Pengambilan Sampel

Teknik pegambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan metode proportional random sampling. Proportional random sampling

merupakan teknik pengambilan secara acak dengan jumlah yang proporsional

untuk setiap sub populasi sesuai dengan ukuran populasinya (Novita et al., 2016).

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan pendapat dari Arikunto

dalam Imron (2020) bahwa apabila jumlah populasi ≥ 100 orang, maka sampel

dapat diambil 10-15% atau 20-25 % dari total populasi agar hasilnya lebih baik

dan akurat. Maka, diambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang berjumlah

1.151 petani dari 11 kelompok tani, yaitu 115 petani. Pembagian jumlah sampel

dapat dilihat pada diagram 1.

Diagram 1. Jumlah sampel berdasarkan anggota kelompok

180
160 15
14
140 13
13
120 12
11
100
9 9
80 154 7
144 6 134
60 127 117 6
107
40 76 86 86
63 57
20
0
Rukun Rukun Rukun Rukun Siti Sido Tani Tani Sumber Siti Suka
Tani 1 Tani 2 Tani 3 Tani 4 Jenar Utomo Makmur Makmur Rejeki Jenar Tani
1 1 2 2

Jumlah Anggota Kelompok Jumlah Sampel

(BPP Kecamatan Blora, 2021).


Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
21

Sumber data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dengan melakukan observasi dan wawancara menggunakan kuesioner kepada

responden sebagai obyek penelitian. Data sekunder merupakan data yang

diperoleh secara tidak langsung, baik berupa keterangan maupun literatur yang

berkaitan dengan penelitian yang digunakan sebagai data pendukung dan

pelengkap dari data primer yang telah diambil.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah menggunakan analisis deskriptif dan

analisis regresi. Program pendampingan kelompok dianalisis secara deskriptif,

yaitu menggambarkan terkait kegiatan apa yang dilakukan dalam pendampingan

kelompok, fungsi dan tujuannya serta hasil pencapaiannya. Untuk data pengaruh

peran penyuluh terhadap persepsi petani pada program pendampingan kelompok

dianalisis menggunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan bantuan

aplikasi SPSS.

1) Uji Instrumen Penelitian

a) Uji Validitas

Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen

pengukur (kuesioner) yang digunakan valid dalam mengukur apa yang

akan diukur (Janna dan Herianto, 2021). Terdapat 3 tipe uji validitas, yaitu

validitas konstruksi, validitas isi dan validitas prediktif. Apabila semua

variabel (butir pertanyaan) berkorelasi signifikan dengan konsep, maka


22

instrumen dinyatakan VALID. Apabila r hitung dengan nilai signifikansi

lebih kecil dari alpha, maka dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk

pengujian selanjutnya. Sebaliknya apabila r hitung dengan nilai

signifikansi lebih besar dari alpha, maka dinyatakan tidak valid dan tidak

dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya (Yusup, 2018).

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat ukur kuesioner sebagai indikator atas

variabel yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur

gejala yang sama di lain kesempatan (Dewi dan Budiarta, 2015). Uji

reliabilitas ini menunjukkan adanya kestabilan dalam mengukur. Uji ini

dapat dilakukan apabila instrumen pengukuran telah dinyatakan valid.

Koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:

- 0.80 – 1,00 = reliabilitas sangat tinggi

- 0,60 – 0,80 = reliabilitas tinggi

- 0,40 – 0,60 = reliabilitas sedang

- 0,20 – 040 = reliabilitas rendah

2) Analisis Regresi Linear Berganda


Regresi linear berganda adalah model regresi yang menjelaskan

hubungan antara variabel terikat (peubah respon) dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel bebas) (Triyanto et

al., 2019). Regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh

peran penyuluh (peran edukator, fasilitator, mediator, komunikator,

motivator dan evaluator) terhadap persepi petani pada program


23

pendampingan kelompok. Persamaan regresi linear berganda secara

sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Y = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + α5X5 + α6X6 + e

Keterangan:
Y = Persepsi Petani (Skor)
α0 = Konstanta
α1- α6 = Koefisien Regresi
X1 = Peran Edukator (Skor)
X2 = Peran Fasilitator (Skor)
X3 = Peran Mediator (Skor)
X4 = Peran Komunikator (Skor)
X5 = Peran Motivator (Skor)
X6 = Peran Evaluator (Skor)
e = Standar Error
a) Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Hakim dan

Saragih, 2019). Dasar pengambilan keputusannya dapat dilihat

berdasarkan nilai signifikasi dan t tabel. Apabila nilai signifikansi lebih

kecil dari level of error dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka

H1 diterima dan H0 ditolak, begitu juga sebaliknya

b) Uji F

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel


24

dependen (Hakim dan Saragih, 2019). Dasar pengambilan

keputusannya dapat dilihat berdasarkan nilai signifikasi dari nilai

output Anova dan F tabel. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari

level of error dan nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka H1

diterima dan H0 ditolak, begitu juga sebaliknya.

c) Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa

besar variabel independen memberikan kontribusi terhadap variabel

dependen (Hakim dan Saragih, 2019). Uji ini digunakan untuk melihat

seberapa besar variabel-variabel bebas secara bersama mampu

memberikan penjelasan mengenai variabel terikat dimana nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 – 1. Koefisien determinasi

bernilai nol berarti tidak terdapat hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat, sedangkan koefisien determinasi bernilai 1

berarti terdapat hubungan sempurna antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

3) Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data merupakan uji yang bertujuan untuk

mengetahui apakah nilai residu atau perbedaan dari data yang ada

memiliki distribusi normal atau tidak normal (Hakim dan Saragih,

2019). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada aplikasi SPSS. Kaidah dari


25

uji Kormogolov Smirnov adalah apabila nilai signifikansi lebih besar

dari nilai alpha, maka data tersebut berdistribusi normal, dan juga

sebaliknya.

b) Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi hubungan linear

yang sempurna atau mendekati antar variabel independen dalam model

regresi (Mardiatmoko, 2020). Hal ini dikarenakan dalam persamaan

regresi tidak boleh ada hubungan antar variabel bebasnya. Kaidah

pengujiannnya adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor

(VIF) dan Tolerance yang ada pada aplikasi SPSS. Apabila nilai VIF

kurang dari 10 nilai Tolerance lebih dari 0,1 maka tidak ada gejala

multikolinearitas.

c) Uji Heteroskedastisitas
Merupakan uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi terjadinya

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi (Mardiatmoko, 2020). Model regresi yang baik yaitu

tidak adanya heteroskesdastisitas (perbedaan yang tinggi antar

residual). Kaidah dari pengujian ini yaitu hasil plot (titik-titik) yang

muncul masih berada dalam jarak yang dekat, atau dapat

diinterpretasikan melalui nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai

alpha, yang berarti tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

Konsep dan Pengukuran Variabel


26

1) Persepsi, yaitu proses pemberian makna dari petani pada program

pendampingan kelompok melalui penafsiran dan pengelolaan indera

mereka (Hamidah, 2014). Persepi petani pada program pendampingan

kelompok dapat dilihat berdasarkan pengetahuan, sikap dan keaktifan

dari penyuluh (Kholil dan Hendra, 2019). Data diukur dengan

menggunakan skala likert untuk menyatakan setuju dan tidak setujunya

seseorang terhadap subjek atau objek tertentu (Pranatawijaya et al.,

2019). Skala likert yang dipilih menggunakan lima penilaian bobot

skor, yaitu sangat setuju (SS) = 5, setuju (S) = 4, kurang setuju (KS) =

3, tidak setuju (TS) = 2, dan sangat tidak setuju (STS) = 1.

2) Peran Penyuluh, merupakan proses dinamis seorang penyuluh dalam

menambah, mengubah, dan membangun aspek-aspek pengetahuan,

sikap dan keterampilan dari petani (Lamarang et al., 2017). Peran

penyuluh kepada petani antara lain peran edukator, fasilitator,

mediator, komunikator, motivator dan evaluator. Apabila setiap poin

dari masing-masing aspek dijawab dengan benar maka akan

mendapatkan skor 1.

3) Peran Edukator, yaitu peran penyuluh dalam mengedukasi, mendidik,

dan meningkatkan keterampilan petani (Zulhak et al., 2020). Peran

edukator berkaitan dengan peran penyuluh dalam menyusun materi

terkait program pendampingan, melatih petani dalam keterampilan

teknis, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam

mengidentifikasi masalah, membekali kelompok agar terjadi


27

perubahan perilaku anggota kelompok, serta cara penyuluh dalam

memberikan masukkan terkait teknologi. Apabila semua poin dijawab

benar maka akan mendapatkan skor 6.

4) Peran fasilitator, yaitu peran penyuluh dalam memberikan kemudahan

terkait keperluan yang dibutuhkan kelompok tani dan anggotanya

(Haryanto et al., 2018). Peran fasilitator berkaitan dengan peran

penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran, pengadaan forum

diskusi, pengadaan alat dan mesin yang digunakan, pelaksanaan

demonstrasi, serta proses diskusi pada pertemuan kelompok. Apabila

semua poin dijawab benar maka akan mendatkan skor 5.

5) Peran mediator, yaitu peran penyuluh dalam menjembatani antara

lembaga pemerintahan dengan petani (Tahoni et al., 2020). Peran

penyuluh sebagai mediator yang diukur dalam penelitian ini adalah

peran penyuluh dalam menjembatani bimbingan teknis dengan

pemerintah, kemampuan penyuluh dalam menyampaikan informasi

dan aspirasi, pelayanan penyuluh dalam membantu mengumpulkan

serta menyelesaikan berbagai masalah dalam kelompok. Apabila

semua poin dijawab benar maka akan mendapatkan skor 5.

6) Peran komunikator, yaitu peran penyuluh dalam menyampaikan

informasi (Marbun et al., 2019). Peran komunikator dinilai

berdasarkan cara penyuluh dalam memberikan informasi, kemudahan

petani untuk mendapat dan memahami informasi, serta kualitas


28

informasi yang diberikan kepada petani. Apabila semua poin dijawab

benar maka akan mendapatkan skor 4.

7) Peran motivator, yaitu peran penyuluh dalam memotivasi kelompok

tani dan anggotanya untuk terus berkembang (Faqih, 2014). Peran

motivator dinilai berdasarkan kemampuan penyuluh dalam

memberikan semangat dan kepercayaan diri anggota kelompok,

memotivasi anggota kelompok untuk meningkatkan kemampuannya

dan mengajak untuk melakukan adopsi inovasi, serta keterlibatan

penyuluh dalam memberikan solusi pengembangan usaha. Apabila

semua poin dijawab benar maka akan mendapatkan skor 5.

8) Peran evaluator, yaitu peran penyuluh dalam mengevaluasi kegiatan

dan memberi masukkan serta saran (Setyasih et al., 2020). Peran

evaluator berkaitan dengan peran penyuluh dalam menyusun rencana

kegiatan evaluasi, kemampuan penyuluh dalam menilai kinerjanya

sendiri, kemampuan penyuluh dalam menilai keadaan kelompok dan

kekritisan penyuluh untuk memberikan saran dan masukkan. Apabila

semua poin dijawab benar maka akan mendapatkan skor 4.

9) Pendampingan kelompok, yaitu program kegiatan dari penyuluh untuk

meningkatkan pembangunan pertanian (Maulana, 2019). Penilaian

keberhasilan dari program pendampingan kelompok adalah terciptanya

kelompok tani yang mandiri, dilihat berdasarkan kelas kemampuan

kelompok tani.
29

10) Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang dibentuk atas dasar

kesamaan latar belakang, kesamaan kebutuhan dan tujuan, serta

kesamaan wilayah tempat tinggal (Normansyah et al., 2014).

Kelompok tani di Desa Jepangrejo berada di wilayah yang sama dan

memiliki komoditas yang sama, berupa padi-jagung.


30

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. F. 2015. Analisis persepsi pelajar tingkat menengah pada Sekolah


Tinggi Agama Islam Negeri Kudus. J. Penelitian Pendidikan Islam. 10 (1):
189 – 210.
Aditiawati, P., M. Rosmiati dan D. Sumardi. 2014. Persepsi petani terhadap
inovasi teknologi pestisida nabati limbah tembakau (Suatu kasus pada petani
tembakau di Kabupaten Sumedang). J. Sosiohumaniora. 16 (2): 184 – 192.
Animar. 2013. Persepsi Petani Padi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Skripsi. Universitas
Teuku Umar. Meulaboh, Aceh Barat.
Anwas, O. M. 2012. Pengaruh pendidikan formal, pelatihan, dan intensitas
pertemuan terhadap kompetensi penyuluh pertanian. J. Penyuluhan. 8 (2):
50 – 62.
Aprilia, K., D. Kusnadi dan Harniati. 2020. Persepsi petani padi terhadap sistem
tanam jajar legowo di Desa Sukaharja Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor. J. Inovasi Penelitian. 1 (3): 435 – 444.
Asnawati, I., U. Husnah dan E. Afrianto. 2021. Peranan kelompok tani dalam
usahatani padi sawah di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Tebo Ulu
Kabupaten Tebo. J. Tabaro. 5 (1): 524 – 535.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, 2020. Kementrian
Pertanian.
BPS, 2020. Statistik Pertanian
BPP Kecamatan Blora, 2021. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Blora.
Buntuang, P. C. D. dan H. W. Adda. 2018. Potensi pengembangan sumber daya
manusia penyuluh pertanian di Kabupaten Sigi. J. Ilmu-ilmu Pertanian. 25
Dewi, D. A. C. dan I K. Budiartha. 2015. Pengaruh kompetensi dan independensi
auditor pada kualitas audit dimoderasi oleh tekanan klien. J. Akuntansi. 3
(2): 197 – 210.
Eksanika, P. dan S. Riyanto. 2017. Pemanfaatan internet oleh penyuluh pertanian.
J. Sains dan Pengembangan Masyarakat. 1 (1): 65 – 80.
Fajar, T. A., M. S. Wangi dan Siswanta. 2020. Peran penyuluh pertanian dalam
komunikasi kelompok pada kelompok tani Esti Martani di Desa Slogohimo
Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. J. Solidaritas. 4 (2): 1 – 9.
31

Faqih, A. 2014. Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam kegiatan


pemberdayaan kelompok tani terhadap kinerja kelompok tani. J. Agrijati. 26
(1): 41 – 60.
Gunawan, A. V. S. Hubels, A. Fatchiya dan D. Susanto. 2019. Dukungan
penyuluhan dan lingkungan eksternal terhadap adopsi inovasi dan
keberlanjutan usaha pertanian padi organik. J. Agrekonomika. 8 (1): 70 –
80.
Hakim, L. dan R. Saragih. 2019. Pengaruh citra merk, persepsi harga dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian konsumen NPK Mutiara di UD.
Barelang Tani Jaya Batam. J. Ecobisma. 6 (2): 37 – 53.
Haryanto, Y., Sumardjo dan S. Amanah. 2018. Efektivitas peran penyuluh
swadaya dalam pemberdayaan petani di Provinsi Jawa Barat. J. Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 4 (3): 141 – 154.
Hamidah, A., E. N. Sari dan R. S. Budianingsih. 2014. Persepsi siswa tentang
kegiatan praktikum biologi di laboratorium SMA Negeri se-kota Jambi. J.
Sainmatika. 8 (1): 49 – 59.
Hendrawati, E., E. Yurisnthae dan Radian. 2014. Analisis persepsi petani dalam
penggunaan benih padi unggul di Kecamatan Muara Pawan Kabupaten
Ketapang. J. Agrijati. 3 (1): 53 – 57.
Humaidi, L., A. V. S. Hubeis, H. Puspitawati dan M. Anwas. 2020. Pengaruh
dukungan lembaga dan pemanfaatan media sosial terhadap kompetensi
penyuluh pertanian di Provinsi Kepulauan Riau. J. Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 23 (1): 1 – 25.
Imron, M. A. 2020. Analisis Persepsi Petani Terhadap Kinerja Gapoktan Pada
Makmur di Kampung Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung
Tengah. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Peranian.
Intani, A. C. 2013. Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di
Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
Skripsi. Universitas Jember. Jember
Janna, N. M. dan H. Herianto. 2021. Konsep uji validitas dan reliabilitas dengan
menggunakan SPSS. J. Edukasi. 3 (2): 267 – 278.
Jayanti, F. dan N. T. Arista. 2018. Persepsi mahasiswa terhadap pelayanan
perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. J. Studi Manajemen. 12 (2):
56 – 67.
Khairani, M. 2013. Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
32

Kholil, A. Y. dan Hendra. 2019. Persepsi petani kentang dalam pemberdayaan


kelompok tani Gemah Ripah II Desa Ngantru. J. Ilmiah Agribisnis,
Ekonomi dan Sosial. 3 (1): 41 – 47.
Krisna, R. dan Harry. 2014. Hubungan tingkat kepemillikan dan biaya usaha
dengan pendapatan peternak sapi potong di Kabupaten Sukabumi Provinsi
Jawa Barat (Studi Korelasi). J. Aplikasi Manajemen. 12 (2): 295 – 305.
Krisnawati, N. Purnaningsih dan P. Asngari. 2013. Persepsi petani terhadap
peranan penyuluh pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari, Distrik
Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan. J. Penyuluhan. 3 (1): 303 – 314.
Lamarang, Z., B. F. J. Sondakh, A. K. Rintjap dan A. A. Sajow. 2017. Peranan
penyuluh terhadap pengambilan keputusan peternak dalam adopsi inovasi
teknologi peternakan di Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. J. Zootek. 37 (2): 496 – 507.
Makmur, M., H. Syam dan Lahming. 2019. Peran Penyuluh Pertanian terhadap
Peningkatan Kompetensi Petani dalam Aktivitas Kelompok Tani di Desa
Rea Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. S1 thesis,
Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Marbun, V. D., S. Satmoko dan S. Gayatri. 2019. Peran penyuluh pertanian dalam
pengembangan kelompok tani tanaman hortikultura di Kecamatan
Siborongborong, Kabupaten Tapanuli. J. Ekonomi Pertanian dan Agribisnis.
3 (3): 537 – 546.
Mardiatmoko, G. 2020. Pentingnya uji asumsi klasik pada analisis regresi linier
berganda (studi kasus penyusunan persamaan allometrik kenari muda
(Canarium indicum L.). J. Ilmu Matematika dan Terapan. 14 (3): 333 – 342.
Margolang, N dan Widyaiswara. 2018. Strategi peningkatan kelas kemampuan
kelompok tani. J. Agro Riau. 5 (3): 1 – 18.
Maulana, K. 2019. Peran Kelompok Tani Terhadap Kondisi Perekonomian Petani.
J. Pendidikan Teknologi Pertanian. 5 (2): 67 – 71.
Mulyani, S. I. dan D. Elviana. 2017. Peranan penyuluh pertanian dalam
mendukung ketahanan pangan melalui ppengembangan kelompok tani di
Kecamatan Tanjungpalas Tengah Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara.
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian. 484 – 489.
Narso, A. Saleh, P. S. Asngari dan P. Muljono. 2012. Persepsi penyuluh pertanian
lapang tentang perannya dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi
Banten. J. Penyuluhan. 8 (1): 92 – 102.
Ngadha, K., S. Nikolaus dan F. Klau. 2019. Persepsi petani terhadap peranan
kelompok tani FA MASA dalam usahatani kopi di Desa Beiwali Kecamatan
Bajawa Kabupaten Ngada. J. Excellentia. 8 (2): 175 – 185.
33

Nindiaziza, A (2015) Hubungan Antara Peran Penyuluh Pertanian Lapangan


(PPL) dengan Partisipasi Wanita pada Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani Mawar, Desa
Banjararum, Kecamatan Sin). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Malang.
Normansyah, D., S. Rochaeni dan A. D. Humaerah. 2014. Analisis pendapatan
usahatani sayuran di Kelompok Tani Jaya Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. J. Agribisnis. 8 (1): 29 – 44.
Novita, B. S. Sunuharjo dan I. Ruhana. 2016. Pengaruh kepuasan kerja dan
komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan (Studi pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Witel Jatim Selatan, Malang). J.
Administrasi Bisnis. 34 (1): 38 – 46.
Nugroho, S. 2012. Profesionalisme guru SD Negeri Se-Kecamatan Warungasem
Kabupaten Batang. J. Varidika. 24 (2): 135 – 146.
Nuryanti, S. dan K. S. Swastika. 2011. Peran kelompok tani dalam penerapan
teknologi pertanian. J. Penelitian. 29 (2): 115 – 128.
Padmaswari, N. P. I., N. Sutjipta dan I. G. S. A. Putra. 2018. Peranan penyuluh
pertanian lapangan (PPL) sebagai fasilitator usahatani petani di sabak empas
buahan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan. J. Agribisnis dan
Agrowisata. 7 (2): 277 – 285.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian
Penyuluh Pertanian Teladan. Menteri Pertanian Indonesia
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Menteri Pertanian
Indonesia
Pranatawijaya, V. H., Widiatry, R. Priskila dan P. B. A. A. Putra. 2019.
Pengembangan aplikasi kuesioner survey berbasis web menggunakan skala
likert dan guttman. J. Sains dan Informatika. 5 (2): 128 – 137.
Rahayu, N. G. A. M. S. dan Suhadarliyah. 2021. Pengaruh motivasi konsumen,
persepsi konsumen dan sikap konsumen reehadap keputusan pembelian. J.
Manajemen dan Akuntansi. 8 (1): 56 – 64.
Saputri, R. D., A. Sapja, dan W. Arip. 2016. Peran penyuluh pertanian lapangan
dengan tingkat perkembangan kelompok tani di Kabupaten Sukoharjo. J.
Agrista. 4 (3): 34 – 352.
Sasmi, M. dan H. Susanto. 2018. Hubungan kinerja penyuluh pertanian dengan
keberhasilan kelompok pemasaran bersama bahan olahan karet rakyat
(Bokar) di Kabupaten Kuantan Singingi. Seminar Nasional. 1 (3): 127 –
133.
34

Setyasih, E. P., Watemin dan P. Utami. 2020. Peran penyuluh pertanian terhadap
kinerja kelompok tani di Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
Prosiding Semnas Pertanian. 283-288.
Sulaeman, E. S., B. Murti dan Waryana. 2015. Peran kepemimpinan, media sosial,
akses informasi serta petugas dan fasilitator kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan. J. Pemberdayaan. 9 (4): 353 – 361.
Sundari, T. 2015. Analisis biaya dan pendapatan usaha tani wortel di Kabupaten
Karanganyar. J. SEPA. 7 (2): 119 – 126.
Suwarningmas, N. P. W., I. D. P. O. Suardi dan I. G. S. A. Putra. 2017. Peran
penyuluh pertanian dalam pembinaan kelompok wanita tani (KWT). J.
Agribisnis dan Agrowisata. 6 (3): 433 – 440.
Tahoni, T. T. dan Y. P. V. Mambur. 2020. Peran penyuluh pertanian dalam
peningkatan produktivitas kelompok tani di Desa Oesoko Kecamatan Insana
Utara. J. Agrimor. 5 (4): 72 – 74.
Talibo, R., B. F. J. Sondakh, A. A. Sajow dan J. Lainawa. 2017. Analisis persepsi
petani peternak sapi potong terhadap peran penyuluh di Kecamatan Sangkub
Kabupaten Bolaan Mongondow Utara. J. Zootek. 37 (2): 513 – 525.
Timbulus, M. V. G., M. L. Sondakh dan G. A. J. Rumagit. 2016. Persepsi petani
terhadap peran penyuluh pertanian di Desa Rasi Kecamatan Ratahan
Kabupaten Minahasa Tenggara. J. Agri-Sosioekonomi. 12 (2): 19 – 40.
Triyanto, E., H. Sismoro dan A. D. Laksito. 2019. Implementasi algoritma regresi
linear berganda untuk memprediksi produksi padi di Kabupaten Bantul. J.
Teknologi dan Sistem Informasi Univrab. 4 (2): 73 – 86.
Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan. Presiden Republik Indonesia
Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani. Presiden Republik Indonesia
Vintarno, J., Y. S. Sugandi dan J. Adiwisastra. 2019. Perkembangan penyuluhan
pertanian dalam mendukunng pertumbuhan pertanian di Indonesia. J.
Pemikiran dan Penelitian. 1 (3): 90 – 96.
Yusup, F. 2018. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif. J.
Ilmiah Kependidikan. 7 (1): 17 – 23.
Zulfikar, S. Amanah dan P. S. Asngari. 2018. Persepsi petani terhadap kompetensi
penyuluh pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Utara. J.
Penyuluhan. 14 (1): 159 – 174.
35

Zulhak, M. T. F., I. A. Nur dan W. Febriyono. 2020 Fungsi penyuluh pertanian


dalam pengembangan pertanian di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.
J. Ilmiah Media Agrosains. 6 (2): 83 – 93.

Anda mungkin juga menyukai