Anda di halaman 1dari 6

2.1.

3 Persepsi Pasar
2.1.3.1 Pengertian Persepsi Secara Umum
Menurut Wood (2013), persepsi memiliki definisi secara umum sebagai sebuah tindakan
aktif yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami secara mendalam mengenai diri sendiri,
lingkungan dan fenomena yang terjadi. Persepsi juga dapat dikatakan sebagai sebuah proses
yang aktif yang melibatkan beberapa proses seperti penyeleksian, pengaturan dan penafsiran
sebuah subjek, objek, peristiwa, situasi dan aktivitas yang terjadi. Selain itu, berdasarkan
Rudoloph F Verderber dalam Suranto (2010) mengatakan bahwa persepsi disebut sebagai sebuah
proses internal yang dihadapi oleh individu dalam menyeleksi dan mengatur stimulus yang
datang dari luar, yang mana stimulus tersebut akan secara langsung dimaknai oleh pikiran dan
perasaan sebagai salah satu bentuk proses pemahaman terhadap fenomena dan peristiwa serta
hubungan yang terjadi di masyarakat.
2.1.3.1.1 Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi dapat terbentuk dalam sebuah proses yang jelas. Berdasarkan Nisa
(2019), proses terbentuknya sebuah persepsi diawali dengan adanya sensasi yang
dirasakan oleh setiap individu, yang mana sensasi ini akan membentuk sebuah kesadaran
terhadap sesuatu hal yang dirasakan oleh seseorang. Setelah itu, kesadaran yang dimiliki
akan mengantarkan individu tersebut untuk memahami sebuah objek. Proses pemahaman
objek ini dimulai dari penerimaan rangsangan oleh panca indera, diteruskan oleh saraf
sensorik dan diterima oleh otak. Sehingga, pada akhirnya individu menyadari apa yang
dilihat, dirasakan, didengar, diraba dan diterima oleh individu tersebut.
2.1.3.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dapat terbentuk dikarenakan oleh beberapa faktor pembentuknya.
Berdasarkan Pjeter, dkk (2011), terdapat 4 faktor yang mempengaruhi persepsi itu
terbentuk; (1) Persepsi dapat terbentuk bergantung terhadap minat seseorang dalam
melihat atau memandang sebuah objek/peristiwa yang terjadi, yang mana semakin tinggi
minat yang dimiliki, semakin tinggi juga persepsi akan dibentuk oleh individu tersebut,
(2) Persepsi dapat dibentuk bila individu merasakan bahwa objek yang diamati memiliki
kepentingan tersendiri terhadap dirinya sendiri. Individu itu akan menghasilkan sebuah
persepsi terhadap sebuah peristiwa yang penting dan mempengaruhi dirinya, (3) Persepsi
dapat terbentuk bila sebuah objek dan peristiwa sering terjadi atau dialami oleh individu.
Hal yang sering terjadi tersebut akan membentuk sebuah kebiasaan dan membuat para
individu akan terbiasa untuk membuat sebuah persepsi akan objek dan peristiwa yang
diamati, dan (4) Persepsi akan terbentuk bila objek dan peristiwa yang ditemui cenderung
selalu dilihat oleh seseorang individu. Walaupun objek tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, namun akibat dari kecenderungan individu melihat hal tersebut
secara konstan, menyebabkan individu akan mulai membuat sebuah persepsi terhadap
objek yang selalu diamati.
2.1.3.2 Pengertian Pasar
Berdasarkan Ikhwan Abidin Asri dalam Sholihah (2016), pasar memiliki sebuah makna
yang berarti sebuah media yang dapat mempertemukan antara penjual dan pembeli untuk
melakukan sebuah proses transaksi barang dan jasa serta adanya proses negosiasi penentuan
harga. Walaupun tempatnya atau medianya berbeda, ketika penjual dan pembeli dipertemukan,
hal tersebut tetap disebut sebagai pasar. Dalam penelitian ini, penjual dapat diartikan sebagai
petani dan konsumen tetaplah konsumen. Hal ini menandakan bahwa persepsi pasar berarti
pembentukan persepsi dari kedua belah pihak yang membentuk pasar itu sendiri.
2.1.3.2.1 Persepsi Petani
Petani adalah salah satu pelaku usaha yang bergerak di dalam industri agribisnis.
Menurut Hendrawati, dkk (2014), petani merupakan pelaku utama di dalam industri
pertanian, yang mana petani memiliki sikap, pengetahuan, perilaku serta keterampilan
yang harus ditingkatkan untuk mengembangkan usahanya dengan memiliki orientasi
terhadap bisnis atau yang sering disebut sebagai Agribisnis. Adanya sikap, pengetahuan,
perilaku serta keterampilan inilah yang akan membentuk persepsi petani terhadap segala
peristiwa dan objek yang diamati oleh petani. Berdasarkan sumber yang sama, persepsi
petani kerap sekali muncul akibat adanya pengenalan terhadap inovasi baru yang
dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh petani, kebijakan pemerintah, kegiatan
penyuluhan dan karakteristik petani itu sendiri.
Berdasarkan Diarsi Eka Yani dalam Pakraini (2019), faktor pembentuk persepsi
pada petani dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
terdiri dari umur, pendidikan, luas lahan, dan lamanya bertani. Lalu, faktor eksternal
terdiri dari akses terhadap informasi, keterlibatan anggota dalam kelompok, manfaat yang
diperoleh dalam kelompok. Berikut penjelasan secara mendalam mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi petani:
1. Faktor Internal
a. Umur
Menurut Soekartawi dalam Pakraini (2019), mayoritas petani di
Indonesia memiliki umur yang tergolong tua. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap cara berpikir petani terhadap adanya perkembangan teknologi,
yang mana petani yang memiliki umur lebih tua menganggap
perkembangan teknologi tersebut adalah sebuah perubahan yang dapat
mengembangkan usaha tani atau dapat disebut petani yang berumur tua
cenderung lebih konservatif. Berdasarkan Totok Mardikanto dalam
Pakraini (2019), hal ini menandakan bahwa umur dapat mempengaruhi
minat seseorang dalam belajar dan mempengaruhi bagaimana individu itu
berpikir. Sehingga, umur menjadi salah satu faktor penentu bagaimana
persepsi dapat dibuat.
b. Pendidikan
Selain umur, pendidikan adalah salah satu faktor pembentuk
persepsi para petani. Hal ini diperjelas oleh Soekartawi dalam Pakraini
(2019), pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana petani itu berpikir,
yang mana dengan pendidikan sebagai media sarana belajar dapat
menanamkan pengertian serta sikap yang dapat diambil demi kemajuan
pertanian. Sehingga, dengan pendidikan, petani akan lebih mudah
memahami sebuah peristiwa yang berkaitan dengan dunia pertanian.
Ketika petani mengerti sebuah hal, itulah cikal bakal persepsi akan
terbentuk.
c. Luas lahan kepemilikan
Menurut Soekartawi dalam Pakraini (2019), lahan sawah adalah
salah satu sumber daya terpenting yang dimiliki oleh seorang petani,
khususnya dalam proses produksi. Tingkat luasnya lahan mempengaruhi
tingkat efisiensi dan kualitas dari hasil produksi pertanian. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa luas lahan sangat mempengaruhi pendapatan, taraf hidup
dan kesejahteraan para petani.
d. Lamanya bertani
Selain luas lahan, lamanya bertani juga dapat mempengaruhi
pembentukan persepsi petani. Berdasarkan Soekartawi dalam Pakraini
(2019), pengalaman dalam bertani akan mempengaruhi seseorang dalam
memahami dan menerima inovasi baru. Hal ini terlihat dari para petani
lama akan cenderung lebih mudah menerapkan inovasi dan perubahan
baru dengan mengaplikasikan anjuran penyuluhan untuk petani. Sehingga,
dapat dikatakan bahwa petani lama akan lebih mudah untuk membentuk
sebuah persepsi atau pemikiran yang baru terhadap sebuah peristiwa.
2. Faktor Eksternal
a. Akses terhadap informasi
Pembentukan persepsi juga bergantung pada faktor eksternal salah
satunya adalah kemudahan untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan
Pakraini (2019), kemudahan mengakses sebuah informasi mempengaruhi
para petani dalam membuat sebuah persepsi, yang mana informasi yang
didapatkan akan diterima oleh indera dan menghasilkan sebuah
pemahaman terhadap sebuah peristiwa. Petani akan menginterpretasikan
makna informasi sesuai dengan apa yang diterima oleh petani. Sehingga,
semakin mudah mengakses informasi mengakibatkan petani mendapatkan
banyak informasi baru dan membentuk persepsi yang baru dan lengkap.
Informasi dapat didapatkan melalui berita di TV, radio, internet,
pedagang, tengkulak, penyuluh dan kelompok tani.
b. Keterlibatan anggota dalam kegiatan
Berdasarkan Sugiharto (2013), keterlibatan petani dalam sebuah
organisasi atau kegiatan dapat mempengaruhi minat dan motivasi terhadap
sebuah objek atau peristiwa, yang mana semakin meningkatnya minat
petani terhadap sebuah peristiwa mengakibatkan semakin mudahnya
petani dalam membuat sebuah persepsi terhadap sebuah peristiwa.
2.1.3.2.2 Persepsi Konsumen
Menurut Mia Lestari Sholihat dalam Dewi (2018), persepsi konsumen adalah
sebuah proses yang berpengaruh terhadap tindakan individu atau konsumen dalam
memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan sebuah stimulus yang diterima
menjadi suatu gambar yang lengkap.
Persepsi konsumen dapat terbentuk dikarenakan oleh beberapa faktor
pembentuknya. Berdasarkan Pjeter, dkk (2011), terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
persepsi konsumen adalah persepsi dapat muncul ketika konsumen memiliki minat untuk
membeli sebuah produk, konsumen memiliki kepentingan terhadap sebuah produk,
konsumen memiliki kebiasaan terhadap sebuah produk tertentu, dan konsumen
mengkonsumsi sebuah produk secara berulang.
Selain itu, menurut Stephen Robbins dalam Subakti, dkk (2018), persepsi
konsumen dapat terbentuk akibat 3 hal, yaitu pelaku persepsi itu sendiri yang mana
karakteristik pribadi dari pelaku individu, target atau produk yang dipersepsikan dan
situasi yang terjadi.

Daftar Pustaka
Dewi, Yoana Amelia. (2018). Analisa Persepsi Konsumen dan Brand Awareness terhadap
Peningkatan Penjualan Online Al Zena Scarf Bandung. Jurnal Administrasi Bisnis
Politeknik LP3I Bandung.
Hendrawati, Elly, dkk. (2014). Analisis Persepsi Petani dalam Penggunaan Benih Padi Unggul di
Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang. Jurnal Social Economic of Agriculture,
Volume 3, Nomor 1
Nisa, Lu’Lu’ Un. (2019). Analisis Persepsi Pedagang dan Kebijakan Pemerintah Terhadap
Relokasi Pasar Songgolangit Kabupaten Ponorogo. Skripsi Ekonomi Syariah Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo.
Pakraini, Aina Zahna. (2019). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Petani
tentang Peranan Kelompok Tani Padi Sawah. Skripsi Agribisnis. Universitas Sumatera
Utara Medan.
Pjeter, Heri Zan, dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Sholihah, Ummu. (2016). Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Dalam Meningkatkan
Kepuasan Pedagang (Studi Kasus di Pasar Kliwon Karanglewas, Banyumas, Jawa
Tengah). Skripsi Ekonomi Syariah. FEBIAIN Purwokerto.
Subakti, Gita, dkk. (2018). Analisis Persepsi Konsumen (Studi Kasus Molecular Mixology di
Loewy, Jakarta). Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. 8, No. 1
Sugiharto. 2013. Psikologi Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta.
Suranto. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 197
Wood, Julia T., (2013). Komunikasi: Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan kita).
Jakarta: Salemba Humanika, 27

Anda mungkin juga menyukai