Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa pemerintahan Orde Baru, penyuluh lapang mempunyai
prestasi yang cukup gemilang. Kunjungan untuk latihan dan suvervisi
(Lakususi) yang menerapkan beberapa komponen teknologi. Walaupun
masih penuh dengan kekurangan, sistem ini sempat mengantarkan
Indonesia sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada pangan.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, perhatian kepada penyuluh dan
kegiatan penyuluhan semakin menurun, puncaknya adalah pada era
otonomi ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas yang pasti.
Pada era otonomi, kondisi pertanian tidak lebih baik, begitu juga
dengan perkembangan penyuluh. Berbagai kebijakan dan beragamnya
aturan yang disebabkan oleh otonomi menyebabkan kegiatan penyuluhan
semakin lemah dan sulit diharapkan mampu mengangkat pertumbuhan
sektor pertanian apalagi perkembangan perekonomian masyarakat. suatu
saat Negara kita akan mengalami masa stagnansi yang sangat lama,
sementara persaingan yang sejalan dengan era globalisasi semakin
tajam.

Sehingga

sistem

perencanaan

yang

paling

tepat

untuk

pembangunan pertanian adalah perencanaan yang dimulai dari bawah


(botton up planning). Metode ini dapat menampung semua masalah,
aspirasi,

dan

inspirasi

masyarakat

sesuai

kondisi,

potensi

dan

lingkungannya.
Di

masa

menghadapi

mendatang,

kegiatan

penyuluhan

tantangan-tantangan, terutama yang

pertanian

akan

diakibatkan

oleh

pertumbuhan populasi penduduk di tengah-tengah semakin sempitnya


lahan pertanian, sehingga usahatani harus semakin mengkhususkan diri

serta meningkatkan efisiensinya. Dalam perspektif pemerintah, apapun


prioritas yang akan ditempuh, kegiatan penyuluhan pertanian akan tetap
menjadi kebijakan kunci untuk mempromosikan kegiatan Pertanian secara
umum, baik itu peternakan maupun hortikultura, baik dalam kontek ekologi
maupun sosial-ekonomi ditengah-tengah sistem pemerintahan yang
birokratis dan semakin terbatas kemampuannya untuk membiayai
kegiatan-kegiatan publik. Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan
dalam hal ini adalah sebuah pembanguna agar terulang kembali masa
kejayaan penyuluh pertanian seperti pada masa pemerintahan orde baru.
Pembangunan tanpa melibatkan masyarakat sebagai subjek utama
yakni masyarakat (petani/peternak) hanya akan melahirkan produk-produk
baru yang kurang berarti bagi masyarakat dan tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang
optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur
dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.
Selain

memerlukan

keterlibatan

masyarakat,

pembangunan

juga

membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi
pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan
ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan
dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara
optimal dan sinergis.
Ada berbagai macam metode yang digunakan dalam proses
perencanaan pembangunan kaitannya dengan partisipasi masyarakat
yaitu Participatory Rural Appraisal (PRA), Participatory Research and
Development (PRD), Metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Metode PPKP
(Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan), Metode Participatory Action
Research (PAR),

Metode

Participatory

Learning

Methods

(PLM),

Metodologi Participatory Assessment (MPA) dan Metode Kaji Tindak


Partisipatif (KTP). Namun, dalam laporan kali ini hanya akan membahas
secara menyeluruh tentang Metode Kaji-Tindak Partisipaitif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil evaluasi dilapangan maka rumusan masalah
yang terkait, yaitu:
1. Bagaimana perbedaan kaji tindak partisipasi dengan MP3 ?
2. Bagaimana permasalahan yang dialami oleh responden ?
3. Bagaimana bentuk sasaran yang diperlukan oleh responden ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui perbedaan kaji tindak partisipasi dengan MP3
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh responden
3. Untuk mengetahui bentuk sasaran yang diperlukan responden

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJI TINDAK PERTISIPATIF


Kaji tindak partisipasi berasal dari kata kaji dan tindak. Kaji
berasal dari kata Pengkajian yang berarti menelaah atau mempelajari

secara mendalam. Tindak berasal dari kata tindakan yang artinya


tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. Jadi , Kaji Tindak
adalah pengkajian masalah penyuluhan pertanian dengan melakukan
kegiatan identifikasi masalah, penyusunan rencana kegiatan, serta
melaksanakan

tindak

lanjut

pemecahan

masalahnya.

Kaji

Tindak

partsipasi adalah bentuk penyuluhan partisipatif artinya melibatkan peran


aktif petani dalam proses kegiatan penyuluhan, bersama dengan penyuluh
pertanian

mengidentifikasi

masalah,

menyusun

kegiatan

dan

melaksanakan tindak lanjut dari permasalahan tersebut.


Agusta (2005) menyatakan bahwa kaji tindak partisipatif adalah
istilah program sedangkan esensinya menunjuk pada metodologi
Participatory Learning and Action (PLA) atau belajar dari bertindak secara
partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi-refleksi partisipatif.
Penggunaan istilah PLA dimaksudkan untuk menekankan pengertian
partisipatif

pada

proses

belajar

bersama

masyarakat

untuk

pengembangan. Kaji tindak partisipatif dan nama kegiatan mencerminkan


suatu dialektika yang dinamis antara kajian dan tindakan secara tak
terpisahkan. Kajian partisipatif menjadi dasar bagi tindakan partisipatif.
Jika dari suatu tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan masalah,
maka kajian partisipatif diulang kembali untuk menemukan jalan keluar,
demikian seterusnya. Sebuah kajian partisipatif dalam masyarakat
meletakkan semua pihak yang berpartisipasi apakah sebagai petani,
nelayan, pedagang, aparat desa, atau petugas pelayan masyarakat dalam

posisi yang setara fungsional, dan menghindar dari adanya pihak yang
memiliki posisi istimewa dalam menggali dan merumuskan proses dan
hasil kajian. Adapun tahapan-tahapan dalam kaji tindak partisipatif, yaitu :
1. Metode Praktik Lapangan
a Tempat dan waktu pelaksanaan
b Spesifikasi kasus
c Pemilihan responden
d Metodologi dan rancangan kegiatan
2. Deskripsi Agroekosistem
a Biografi responden dan usahanya
1 Identitas responden
2 Mulai berusaha
3 Susunan anggota keluarga
4 Pendidikan
5 Lokasi usaha
b Sumber agrosistem
1 Sumber daya lahan dan bangunan
2 Sumber daya manusia
3 Sumber daya alat dan mesin
4 Sumber daya finansial
c Kinerja Agrosistem
1 Pemilihan bibit
2 Pakan
3 Pemeliharaan
4 Pencegahan dan pengendalian penyakit
5 Pemasaran
3. Problematisasi
a Menetapkan posisi penilai
b Inventarisasi masalah
c Menemukan masalah
d Strukturisasi masalah
Pada dasarnya, tujuan utama kaji tindak partisipasi yaitu suatu
metode yang dapat mengembangkan kapasitas inovasi para penyuluh
agar secara bersama-sama menelaah dan memodifikasi inovasi teknologi
pengembangan agribisnis berbasis komoditi unggulan sesuai dengan
kebutuhan petani. Adapun tujuan secara rinci yakni sebagai berikut.
1) Meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian sebagai fasilitator

2) pengembangan agribisnis yang berbasis teknologi spesifik lokalita


terutama untuk menggerakan, membimbing dalam pelaksanaan
agribisnisyang mampu membangun jaringan antar pelaku agribisnis
pada satuanwilayah desa dan kecamatan;
3) Mengembangkan jaringan agribisnis berbasis inovasi teknologi
spesifiklokalita antara Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan(BP3K) dikecamatan dengan petani maupun pelaku usaha
lainnya;
4) Meningkatkan peran dan kegiatan Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (BP3K) sebagai kelembagaan penyuluhan
yangmengembangkan berbagai metode penyuluhan partisipatif;
5) Meningkatkan peran Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan
danKehutanan (BP3K) sebagai sentra pelayanan teknologi dan
informasi agribisnis (klinik agribisnis) bagi petani dan pelaku usaha.
B. Metodologi Penyuluhan Pertanian Partisipatif (MP3)
Kebijakan umum pembangunan pertanian dewasa ini mengacu
pada pendekatan dari bawah (buttom-up approach). Pendekatan ini harus
dilakukan oleh petani langsung meninjau kebutuhan, permasalahan para
petani di lapangan dan bagaimana penyuluh dapat memenuhi kebutuhan
petani di lapangan. Hal ini ditujukan dalam rangka mendukung realisasi
dan memberikan arah pembangunan yang sejalan dengan rencana
pelaksanaan

otonomi

daerah

dan

desentralisasi.

Dalam

upaya

pengembangan sumberdaya manusia pertanian, peranan penyuluhan


pertanian dan pelatihan sangat penting dan strategis.

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan berbagai metode


penyuluhan pertanian ditujukan untuk memberdayakan petani dan
kelompok tani agar mampu memecahkan sendiri masalah usahatani yang
dihadapinya.

Pengembangan

memberikan

proses

belajar

metodologi
bagi

yang

petani

bersifat

untuk

partisipatif

meningkatkan

kemampuannya dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta


peluang yang mereka miliki sendiri. Dengan demikian akan lebih
merespon kebutuhan dan aspirasi petani maupun para penyuluh pertanian
di tingkat lapangan. Salah satu metode yang dikembangkan adalah
Metodologi Penyuluhan Pertanian Partisipatif (MP3).
MP3 yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisisanalisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu
rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran
yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin,
dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal
Adapun prinsip-prinsip metode penyuluhan pertanian partisipatif yaitu:
a. Menolong diri sendiri
Prinsip menolong diri sendiri memberikan landasan bahwa
penyuluhan partisipatif membangun kapasitas dan kemampuan petani
beserta keluarganya dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang
mereka miliki untuk menolong diri sendiri tanpa harus menunggu bantuan
orang lain atau tergantung kepada pihak luar.
b. Partisipasi

Prinsip partisipasi memberikan bahwa penyuluhan partisipatif


melibatkan petani beserta keluarganya mulai dari identifikasi kebutuhan,
perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi.
c. Kemitrasejajaran
Prinsip kemitrasejajaran memberikan landasan bahwa penyuluhan
partisipatif diselenggarakan berdasarkan atas kesamaan kedudukan
antara penyuluh dengan petani dan keluarganya.
d. Demokrasi
Prinsip demokrasi memberikan landasan bahwa dalam penyuluhan
pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan,
perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi diselenggarakan dari petani
oleh petani dan untuk petani.
e. Keterbukaan
Prinsip

keterbukaan

memberikan

landasan

bahwa

dalam

penyuluhan pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi


kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi diselenggarakan
secara terbuka.
f. Desentralisasi
Prinsip

desentralisasi

memberikan

landasan

bahwa

dalam

penyuluhan pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi


kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi dititikberatkan
pada daerah kabupaten/ kota dengan melaksanakan otonomi yang luas,
nyata dan bertanggungjawab.

g. Keswadayaan
Prinsip

keswadayaan

memberikan

landasan

bahwa

dalam

penyuluhan pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi


kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi diselenggarakan
atas dasar swadaya petani dengan keluarganya yang diwujudkan dengan
cara menyumbangkan tenaga, dana, material yang mereka miliki untuk
melaksanakan semua kegiatan.
h. Akuntabilitas
Prinsip

akuntabilitas

memberikan

landasan

bahwa

dalam

penyuluhan pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi


kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi diawasi oleh
petani beserta keluarganya serta masyarakat tani lainnya.
i. Menemukan sendiri
Prinsip menemukan sendiri memberi landasan bahwa penyuluhan
partisipatif bukan hanya sekedar transfer paket teknologi untuk diadopsi
oleh petani beserta keluarganya. Sebaliknya penyuluhan partisipatif
ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat tani setempat dalam
proses penciptaan dan pengembangan inovasi melalui kegiatan studi/
kajian yang dilakukan oleh mereka sendiri.
j. Membangun pengetahuan
Dengan prinsip ini petani beserta keluarganya didorong untuk
menjadi manusia pembelajar, baik secara perorangan maupun dalam
kelompok organisasi dan masyarakat

k. Kerjasama dan Koordinasi


Prinsip kerjasama dan koordinasi memberi landasan bahwa
penyuluhan partisipatif diselenggarakan atas dasar kerjasama dan
koordinasi yang intensif baik diantara peneliti. Penyuluh dan petani
beserta keluarganya serta masyarakat tani lainnya, maupun dengan
pihak-pihak yang terkait. Kerjasama dan koordinasi ini dilakukan
perorangan maupun melalui kelembagaan, baik perusahaan swasta, LSM.
Perguruan tinggi, Lembaga-lembaga penelitian, dinas-dinas lingkup dan
luar sektor pertanian lainnya
Metode penyuluhan pertanian partisipatif untuk seorang penyuluh
pertanian perlu memahami prinsip-prinsip metode penyuluhan pertanian
yang dijadikan landasan memilih metode yang tepat bahwa ada 5 prinsip
metode penyuluhan pertanian yaitu :
1) Pengembangan untuk berfikir kreatif
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seorang penyuluh pertanian
harus mampu memilih metode yang tepat yang dapat mengembangkan
daya nalar dan kreativitas petani dan keluarganya. Dengan metode tepat
diharapkan bisa dihasilkan petani yang mampu dengan upaya sendiri
mengatasi masalahnya yang dihadapi dan mampu mengembangkan
kreativitas untuk memanfaatkan setiap peluang dan potensi yang ada
untuk memperbaiki mutu hidup
2) Lokasi kegiatan petani
Dalam kegiatan rutinitasnya,

petani

sibuk

dengan

kegiatan

usahataninya sehingga kadang kala mereka tidak suka diganggu. Untuk


itu kegiatan penyuluh pertanian sebaiknya menerapkan metode-metode

10

yang dapat dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal petani bekerja.


Beberapa keuntungan dari penerapan metode di lingkungan petani
bekerja antara lain ; a) tidak mengganggu kegiatan rutinitas petani, b)
dapat ditunjukkan contoh-contoh nyata masalah lingkungan kerja petani
dan, c) penyuluh pertanian dapat memahammi betul keadaan sasaran
yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu hidupnya
3) Keterikatan dengan lingkungan sosial
Setiap petani akan berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan
sosialnya dimana mereka tinggal. Kegiatan penyuluh pertanian akan lebih
efisien jika dilaksanakan hanya kepada masyarakat petani terutama yang
diakui lingkungan sebagai panutan yang baik
4) Keakraban hubungan dengan petani
Keakrabanan hubungan antara penyuluh pertanian dengan petani
beserta keluarganya merupakan satu hal yang sangat penting dalam
kelancaran penyelengaraan penyuluhan pertanian. Dengan keakraban
akan

tercipta

suatu

keterbukaan

mengemukakan

masalah

dan

mengemukan pendapat serta saran-saran yang disampaikan. Penyuluh


pertanian dapat diterima dengan senang hati tanpa ada prasangka dan
merasa dipaksa
5) Terciptanya perubah
Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku petani dan
keluarganya baik pengetahuan sikap maupun ketrampilan. Dalam kaitan
ini metode penyuluhan pertanian diterapkan harus mampu merangsang
petani untuk selalu siap dan senang hati atas kesadaran atau
pertimbangan nalarnya sendiri mau melakukan perubahan demi perbaikan

11

hidupnya. Adapun tujuan metodologi penyuluhan pertanian partisipatif,


yaitu :
a. Identifikasi konteks permasalahan yang berkembang di masyarakat
petani
b. Menemukan teknologi tepat guna dari petani maju dan poktan
unggulan di wilayahnya
c. Penyebaran informasi/ teknologi dengan gaya bahasa/pola pikir petani
sendiri
d. Memberikan

kebanggaan

pada

petani

maju

untuk

bersedia

memberikan teknologi/kelebihan yg menjadikannya sukses kepada


petani lain
e. MP3 lebih menjamin kesesuaian RKPP dengan kebutuhan sasaran,
baik pada tahap penyusunan maupun pada tahap pelaksanaan
f. Melalui MP3 dapat memilih dan menerapkan metode penyuluhan
yang tepat sesuai kebutuhan sasaran
g. Tersedianyan informasi teknologi spesifik lokalita yang dapat diakses
oleh Penyuluh dan Petani

III. METODE PELAKSANAAN


A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat kegiatan kunjungan ke kandang
peternak (observasi) untuk mengenal serta mengetahui kondisi dan

12

permasalahan yang dialami responden dalam usaha peternakannya yakni


dimulai pada 06 Januari 2015 20 Januari 2015 bertempat di Kelurahan
Bontomanai, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan.
B. Penentuan Responden
Penentuan responden didasarkan pada hasil rembuk bersama
teman sekelompok yang dipilih berdasarkan penilaian-penilaian tertentu,
selain karena lokasi kandang responden yang dekat dengan kampus
STPP Gowa, tapi juga karena ada hal-hal menarik dari usaha
peternakannya sehingga menurut kami perlu untuk diketahui bersama.
Adapun nama responden (mitra belajar) kami yaitu Bapak H. Mille yang
sudah bergelut dalam dunia peternakan selama hampir 30 tahun.
C. Alat
Suatu alat/media sangatlah mendukung dalam kegiatan observasi
ini. Oleh karena itu, alat yang kami gunakan dalam kegiatan observasi ini
alat/media dokumentasi (camera), perekam dan alat tulis-menulis.

D. Metode Praktik
Metode

yang

menggunakan

digunakan

metode

dalam

pengamatan

praktik
langsung

bersama petani/peternak, dan dokumentasi.

13

ini

adalah

dengan

dilapangan,

diskusii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. KAJI TINDAK PARTISIPATIF
I. Deskripsi Agrosistem
a. Biografi Responden & Usahanya
Responden sebagimitra kerja penulis atas nama H. Mile dengan
usia 65 tahun yang hanya memiliki pendidikan formal hingga SD namun

14

telah mempunyai pengalaman beternak selama 36 tahun dimulai dari


tahun 1980, bertempat tinggal di Kelurahan Romanglompoa Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.
H.Mile atau akrabnya disapa Dg. Mile oleh masyarakat Kelurahan
Romanglompoa. Beliau adalah responden yang kami pilih dalam
wawancara praktik tugas mata kuliah yang merupakan anggota Kelompok
Tani Borong. Bapak H. Mile mempunyai 1 orang istri dan 2 orang anak.
Anak pertama adalah seorang wiraswasta dan anak kedua adalah
seorang URT yang juga membantu usaha peternakan responden.
Meskipun dengan usia sudah terbilang tua, ia masih tetap
semangat bergelut dalam dunia peternakan terkhusus untuk bagian
agribisnis. Ia telah berhasil merubah perekonomian keluarganya sejak
berpuluh-puluh tahun yang lalu. Orangnya sangat aktif, energik, ramah
dan peduli dengan kondisi masyarakat disekitarnya. Terbukti dari hasil
wawancara, beliau mengatakan bahwa beliau mempunyai beberapa 15
orang tenaga kerja yang sedang memlihara ternak Bapak H.Mile dengan
sistem bagi hasil. Selain bergelut dalam dunia agribisnis peternakan sapi
bali, beliau juga bergelut dalam dunia pertanian dengan luas sawah yang
dimiliki seluas 3 ha. Namun karena sifat kepeduliannya yang tinggi, sawah
milik beliau diberikan tanggungjawab kepada 5 orang tenaga kerja yang
juga adalah petani dari Kelurahan Romanglompoa.

15

Awalnya peternakan Pak H. Mile hanya mempunyai 2 ekor kerbau


namun lama kelamaan diganti dengan ternak sapi Bali berjumlah 10 ekor
dan terus dikembangkan hingga saat ini mencapai 70 ekor sapi, 50 ekor
dipelihara oranglain dan 20 ekor dipelihara sendiri dengan jumlah jantan 6
jantan dan 14 betina. Karena peternakan Pak H. Mile bergerak didunia
usaha peternakan dalam hal ini adalah penjualan sapi untuk masyarakat
yang membutuhkan terutama pada saat acara pernikahan dan acaraacara lainnya sehingga peternakan sapi Pak H. Mile terus dicari
masyarakat baik dari Gowa hingga ke Takalar, Jeneponto bahkan ke
selayar.

b. Sumberdaya Agrosistem
1. Sumberdaya Lahan dan bangunan
Sumberdaya lahan dan bangunan merupakan sumberdaya yang
penting dalam suatu usaha peternakan mengingat lahan dan bangunan
merupakan tempat dilakukannya kegiatan usaha peternakan Selain itu,
sumberdaya lahan dan bangunan juga merupakan harta tetap yang
sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
Usaha peternakan sapi yang dikelola oleh responden memiliki
sumber daya berupa lahan (kandang) yang berada disamping rumahnya
seluas 30m2. Mitra belajar juga memiliki sawah yang terletak di kelurahan
Mawang seluas 3 ha.
2. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang
merupakan salah satu faktor produksi utama dan selalu ada dalam suatu

16

usaha peternakan yang berskala besar. Tenaga kerja tersebut, baik terlibat
langsung maupun tidak langsung merupakan suatu kesatuan komoditas
yang saling membutuhkan dalam segala aktivitas kegiatan agrosistem
suatu usaha.
Sikap karyawan atau tenaga kerja sangat terkait dengan tata nilaii
yang ada didalam masyarakat. Faktor pendidikan, jenis kelamin, umur,
keahlian dan latar belakang karyawan suatu perusahaan perlu dipahami
dalam pembagian kerja. Prinsipnya dalam manajemen produksi kaitannya
dengan

pekerja

seyogyanya

mampu

menimbulkan

motivasi

dan

mendorong perkembangan para pekerja untuk lebih maju.


Dalam menjalankan usaha peternakannya, ia dibantu oleh 15 orang
tenaga kerja dan ada pula yang diternakkan sendiri oleh responden
dibantu oleh anaknya dimana ternaknya berjumlah 20 ekor ternak sapi.
3. Sumberdaya Peralatan
Sumberdaya peralatan merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan oleh suatu usaha peternakan untuk memperlancar kegiatan
dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Faktor yang berkaitan
langsung dengan keberhasilan usaha peternakan adalah tenaga kerja,
sarana dan peralatan serta faktor manajemen yang dapat mendorong
terciptanya produktivitas usaha.
Sumberdaya peralatan yang dimilki oleh peternakan sapi potong
pada proses produksi yaitu :
o Kandang berfungsi tempat beristirahat/berteduh ternak sapi
o Lampu berfungsi sebagai penerangan
o Bak air berfungsi sebagai tempat menyimpan air
o Selang berfungsi untuk memandikan ternak sapi
o Ember berfungsi sebagai tempat air minum ternak sapi
4. Sumberdaya Finansial

17

Sumberdaya finansial merupakan salah satu sumberdaya yang


penting sebagai modal kerja yang akan digunakan untuk mendanai usaha.
Dengan kata lain, sumberdaya finansial adalah segala sesuatu yang
dimiliki oleh sebuah usaha yang berupa uang tunai maupun dengan
barang-barang bernilai dan dapat diuangkan untuk kebutuhan usah
sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar. Sumberdaya ini dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin melalui perencanaan dan pengelolaan
yang tepat, sehingga setiap pengalokasian dana yang digunakan dapat
memberikan hasil yang maksimal.
Sumber daya finansial ini pada dasarnya diperlukan untuk
menanggulangi keadaan apabila tiba-tiba terjadi perubahan yang tidak
diingankan pada saat proses pembelian ternak dan pemeliharaan ternak
yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha.
c. Kinerja Agrosistem
Analisis kinerja agrosistem dalam usaha budidaya Sapi Bali dimulai
dari pengadaan bahan baku berupa bibit sapi, pemeliharaan, pencegahan
dan penanggulangan penyakit serta pemasaran.
1. Pengadaan bahan baku
Hal utama yang perlu diperhatikan alam usaha budidaya sapi Bali
adalah ketersediaan bahan baku. Responden memperoleh bakalan sapi
dari induk sapinya sendiri hasil dari program inseminasi buatan (IB).
Namun, untuk pemasaran sapi (agribisnis) ia memperoleh sapi dari Gowa,
Takalar, Jeneponto

bahkan sampai ke Takalar. Dari pembelian sapi

tersebut, jika ada yang konsumen membutuhkan daging sapi ia jual


namun jika tidak, maka ia akan memelihara ternak tersebut hingga ada
konsumen yang ingin membelinya.
18

2. Proses produksi (Pemeliharaan)


Adapun jenis pemeliharaan yang dilaksanakan oleh responden
adalah pemeliharaan secara semi intensif. Maksudnya kegiatan ternak
pada pagi hari digembalakan namun pada sore hari kegiatan ternak
berada dalam kandang lagi, seperti makan dan minum. Setiap hari,
responden akan membawa ternaknya ke lapangan untuk digembalakan
dan pada sore harinya ternak tersebut dibawa kembali ke kandang untuk
beristirahat/berteduh.
3. Pencegahan dan pengendalian penyakit
Menurut responden, selama beternak ia belum pernah menemui
penyakit yang sangat membahayakan ternaknya selain penyakit cacing.
Namun pernah sekali pada tahun 2012, 20 ekor sapinya yang sebelumnya
masih dalam keadaan sehat tiba-tiba mati secara berangsur-angsur dalam
waktu seminggu tanpa diketahui apa penyebabnya. Hingga respondenpun
mengasumsikan bahwa 20 ekor ternaknya mati secara mendadak karena
faktor alam semata. Karna dokter hewanpun tak memberi kejelasan pasti
penyebab dari kematian mendadak.
4. Pemasaran
Karena responden adalah seorang pedagang sapi yang telah
dikenal banyak orang bukan hanya didaerah Gowa saja, maka pemasaran
hasil budidaya sapi balinya sangat mudah karena konsumen sendiri yang
akan menghubungi atau mencari pak H. Mile jika membutuhkan daging
sapi.
5. Pengendalian Lingkungan
Responden memiliki kandang yang dekat dengan permukiman,
tentu bertolak belakang dengan teori yang dipelajari mahasiswa bahwa

19

kandang harus didirikan jauh dari permukiman warga. Untuk itu,


responden menanggulanginya dengan pengolahan kotoran ternak menjadi
kompos sehingga tak lagi menimbulkan bau tak sedap bahkan dapat
menambah pemasukan.
II. PROBLEMATISASI
Problematisasi merupakan upaya untuk mencari dan menemukan
berbagai persoalan yang menghambat kegiatan usaha yang dijalani
selama ini. Problematisasi ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah
yang terjadi dalam usaha peternakan responden yang bertujuan untuk
mengenal masalah itu yang dapat ditemukan melalui pengumpulan data,
kemudian masalah itu dibuat dalam struktur untuk mencari hubungan
sebab akibat antara masalah yang satu dengan masalah yang lain.
a. Penetapan Posisi Penilaian
Suatu tindakan mempersoalkan situasi yang kurang atau tidak
mendukung kelancaran suatu usahanya bertujuan untuk memudahkan
menemukan

jenis

persoalan

yang

dihadapi

serta

memudahkan

menemukan alternatif pemecahanya. Penetapan posisi penilaian analisis


ini sagat penting artinya mengingat yang didekati dan diinterprestasi pada
sudut pandang yang berbeda, degan degan kata lain posisi penilaian
memberikan kejelasan dari mana sisi mana persoalan akan di selesaikan.
Pada posisi penulisan dalam menetapkan penilaian adalah sebagai
maneger dari usaha tersebut dimana penetapan posisi ini didasarkan
pada berbagai permasalahan terutama mengenai proses pemeliharaan
guna meningkatkan produksi usaha peternakan sapi. Pada situasi seperti
ini penulis berusaha menghimpun seluruh aspirasi yang ada kemudian

20

disingkronkan terhadap situasi agrosistem yang bersangkutan kemudian


penulis berupaya untuk menemukan beberapa alternatif penyelesaian.
b. Inventarisasii Masalah
Masalah timbul ketika harapan berbanding terbalik dengan
kenyataan. Dimana maslah adalah situasi yang mengharuskan kita untuk
bertindak secepatnya menanggulangi masalah tersebut. Dalam usaha
peternakan sapi yang dilaksanakan oleh responden, masalah-masalah
yang dapat di inventarisir dari situasi agrosistem beliau adalah sebagai
berikut:
1) Bahan baku diperoleh dari

hasil produksi induk betina ternak

miliknya sendiri
2) Fungsi kelompok tani tidak berjalan sesuai yang diharapkan
3) Bantuan dari pemerintah tidak tersalurkan ke pelaku utama
4) Peternak memiliki pengalam beternak yang lama tetapi
pengetahuan dan keterampilan kurang
5) Ternak terserang penyakit cacing
6) Presentase pertambahan bobot badan ternak
7) Pemberian pakan tidak sesuai dengan kebutuhan sapi (gizi)
8) Hijauan segar sulit didapatkan
9) Penanganan ternak sakit belum optimal
10)Tingkat pendidikan formal rendah
11) Peralatan terbatas
12)Jam kerja kurang
13)Tenaga kerja kurang terampil
14)Bangunan kandang kurang memadai
Adapun adapun hasil idnetifikasi dari fakta, masalalah dan sasaran
dari usaha budidaya sapi potong disajikan pada berikut ini.
Tabel 1.

Fakta, Masalah serta Sasaran usaha budidaya sapi potong di


Kelurahan

Romanglompoa,

Kecamatan

Bontomarannu,

Kabupaten Gowa, 2016


No

Fakta

Masalah

21

Sasaran

1.

Bahan

baku Tidak akan dapat

diperoleh dari hasil memperoleh calon

pengetahuan/

produksi induk betina bakalan yang unggul

penyuluhan

ternak

kepada peternak

miliknya karena jenis

sendiri

2.

Memberikan

perkawinan yang

tentang

manfaat

dilakukan bukanlah

dan

IB melainkan hanya

Inseminasi

perkawinan alam

Buatan (IB) agar

dalam 1 kandang

mereka

sehingga sangat

mengikuti

mungkin terjadi

program IB

Ternak terserang

perkawinan sedarah
Kualitas daging

Mengendalikan

penyakit cacing

rendah dan tidak ada

penyakit cacing

lagi dokter hewan

dengan maksimal

kelebihan

mau

dan penyakit
cacingan pada
ternak tidak boleh
3.

Peternak memiliki

Pertambahan berat

dianggap sepele.
Memberikan

pengalam beternak

badan sapi masih

penyuluhan

yang lama tetapi

berfluktuatif

tentang cara

pengetahuan dan

budidaya sapi

keterampilan kurang

yang benar

22

sehingga dapat
meningkatkan BB
4.

Bantuan dari

Tidak adanya

sapi
Memperbaiki

pemerintah tidak

bantuan yang

serta mengawasi

tersalurkan ke pelaku

diterima oleh petani

sistem

utama

penyaluran
bantuan agar

5.

Fungsi kelompok tani

Jarangnya diadakan

sampai ke petani
Mengggerakkan

tidak berjalan sesuai

pertemuan antar

dan menjalankan

yang diharapkan

anggota kelompok

kelompok tani

tani

sesuai fungsinya

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016


Permasalahan yang muncul dalam usaha peternakan sapi potong
yang diidentifikasi tidak semuanya merupakan bagian yang diungkapkan
oleh mitra belajar. Munculnya masalah tersebut sebagai hasil analisis
yang menggunakan hubungan sebab akibat dan observasi langsung pada
setiap

sub

sistem

yang

dilakukan

oleh

pembelajar.

Identifikasi

permasalahan yang diinventalisir oleh pembelajar dengan mitra belejar.


c. Menemukan Masalah
Adapun yang menemukan masalah adalah antarapembelajar dan
mitra belajar diuraikan dengan jelas pada tabel berikut.

23

Tabel 2. Identifikasi permasalahan dalam perusahaan (medium belajar) di


Kelurahan

Romanglompoa,

Kecamatan

Bontomarannu,

Kabupaten Gowa 2016

N
O
1
2
3

Sumber Identifikasi
Pembelajar
Mitra Belajar

Permasalahan
Tingkat pendapatan rendah
Rendahnya angka kelahiran
Rendahnya persentase

x
x

x
-

ternak
Pemberian pakan tidak sesuai

5
6

dengan kebutuhan sapi (nutrisi)


Hijauan segar sulit didapatkan
Penanganan ternak sakit belum

x
x

optimal
Bangunan kandang kurang

memadai
Lahan (untuk kandang & hijauan)

9
10
11

terbatas
Jam kerja kurang
Tenaga kerja kurang terampil
Tingkat pendidikan formal

x
x
x

12
13
14

rendah
Motivasi kerja kurang
Ternak terserang penyakit cacing
Bantuan dari pemerintah tidak

x
-

15

tersalurkan ke pelaku utama


Fungsi kelompok tani tidak
-

pertambahan bobot badan

16

berjalan sesuai yang diharapkan


Tidak ada inseminator sehingga
24

tidak dilakukan IB
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
Keterangan x = Ya
- = Tidak
Data diatas menunjukkan bahwa terdapat 16 butir jumlah
permasalahan. Di antara permasalahan tersebut terdapat 11 masalah
yang diidentifikasi bersama antara pembelajar dengan mitrabelajar,dan
ada 5 masalah yang diidentifikasi oleh pembelajar sebelumnya tidak
dikenal dalam medium belajar.
d. Strukturisasi Masalah
Strukturisasi masalah ini pada dasarnya bertujuan untuk lebih
memudahkan tindakan perbaikan yang akan di lakukan untuk mengatasi
masalah itu. Strukturiasi masalah merupakan suatu teknik untuk
mengidentifikasi semua masalah dalam suatu situasi tertentu, disusun dan
dilukiskan sebagai satu rangkaian sebab-akibat, berbentuk spesifik,
sebagai hasil situasi pada agrosistem, dianalisis penyebab masalah
tersebut dalam forum curah pendapat.
Masalah utama yang muncul dari hasil analisis masalah pada
usaha budidaya sapi potong adalah jumlah angka kelahiran rendah, ada
3 penyebab langsung dari masalah tersebut yakni; a) tenaga kerja kurang
terampil, b) Tidak memperoleh bakalan yang unggul, dan c) rendahnya
persentase pertambahan bobot badan sapi. Adapun strukturisasi masalah
pada usaha budidaya sapi potong di Kelurahan Romanglompoa disajikan
seperti pada gambar berikut.

25

RP
ne
an
nd
a
ap
ga
at
ka
an
r
e
n
d
a
h

d
h

k
l

Gambar 1. Struktur Masalah Budidaya Sapi Potong di Kelurahan


Romanglompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten
Gowa, 2016

26

B. DESAIN TINDAKAN TRANSFORMASI


A. Menetapkan Sasaran
Sasaran adalah ukuran yang jelas mengenai tujuan yang ingin
dicapai sebab dengan hanya ukuran yang jelas mengenai tujuan yang igin
dicapai, kita dapat mengambil pilihan yang beralasan.
Sasaran utama yang dicapai pada dasarnya adalah mengatasi dan
memecahkan masalah utama. Untuk mecapai sasaran utama, maka
diperlukan tindakan yang akan dilaksanakan dengan tujuan tercapainya
kenaikan produksi dalam hal ini yaitu tingginya angka kelahiran. Adapun
sasaran yang akan di capai yaitu sebagai berikut:
1 Tercapainya peningkatan persentase bobot badan sapi
Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu diikuti

dengan

tersedianya lahan yang luas yang cukup untuk memelihara hijauan segar
sehingga dapat pula diikuti dengan peningkatan kualitas pakan yang
diberikan kepada ternak sehingga kebutuhan pakan per ekor sapi dapat
terpenuhi.
2 Inseminator tersedia
Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu diiaktifkannya kembali
kelompok tani melalui pertemuan-pertemuan seperti sekolah lapang. Juga
perlu adanya bantuan dari pemerintah untuk mengadakan pelatihanpelatihan inseminator kepada masyarakat sehingga bantuan tersebut
yang bukan hanya berupa materi tapi juga dalam bentuk ilmu (Pelatihan)
dapat tersalur dan dimanfaatkan dengan baik oleh peternak sebagai
inseminator.
3 Tenaga kerja terampil
Untuk mewujudkan hal tersebut, diharapkan agar fungsi dari
kelompok tani dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya
sehingga sasaran utama dapat menjadikan kelompok tani sebagai wadah

27

untuk belajar, peternak yang sebelumnya tidak mengetahui manfaat dari


inseminasi buatan (IB) dapat mengetahui hasil yang akan ditimbulkan jika
ternaknya di inseminasi buatan (IB).
Dengan tercapainya sasaran-sasaran tersebut, sebagai akibat yang
akan ditimbulkan adalah Terwujudnya peningkatan pendapatan seperti
yang diharapkan.
B. Strukturisasi Sasaran
Strukturisasi
sasaran

merupakan

diagram

pohon

yang

menggambarkan sasaran yang ingin dicapai sesuai tindakan-tindakan


sasaran sebagai akibat adanya tindakan perbaikan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa diagram pohon sasaran adalah teknik untuk
mengidentifikasi sasaran yang ingin diwujudkan.
Adapun diagram pohon sasaran pada usaha budidaya sapi potong
dapat dilihat pada gambar berikut.

28

pPktTiah
drmatpysnk
yhpdbkPmgast
sdtfankhmp
mtdfprnah
pdaBrtm
atne
rmki
epg
ia

n a ie eai nei n
ai e a kiead a
e e argpirae
o e e st aie
u eoj nie a
e ia B
e nti
nsa
dik
a t

n jd lna gmt g o g a a duy k m g n b n a a i y e i pn t a rm o g i a k b a n a u n t u a n


b e n i nrk n t a l i a 2d g p n k i ud e s t in m a e p n r e d n a r ak i t n ak4 t n a h
j ei ro gslna pr sa s gju a u a a e r a r a l a n au i n m t nr d e k I en B g p a a n d a
r ru ebs pt a m n d au a . a a an a g s t k i la a n p i y m i a a n a
k enr r c e sm g t u .n t s i bk in n u y y a a
kd er l i a s k p a p i
n k ga n
t
l

Gambar 2. Struktur Sasaran Usaha Budidaya Sapi Potong di Kelurahan


Romanglompoa,

Kecamatan

Bontomarannu,

Kabupaten

Gowa, 2016
Apabila kedua sasaran antara tersebut tercapai dengan melakukan
tindakan-tindakan tersebut, maka diharapkan sasaran utama yakni
tercapainya peningkatan angka kelahiran yang tinggi maka akan
mewujudkan peningkatan pendapatan. Adapun alternatif tindakan yang
akan dilaksanakan pada usaha budidaya sapi potong, disajikan pada
gambar berikut.

29

TPMa
taepg
pnlta
/daik
pakl
npuh
ak
at
ng
mi
e
n
n
g
k
a

e n e r ljn a i kdn a ig n s k y a a a n t k a n k e
e nek r an h n gi a n ye d g a t a k a p a h t u p a a e n n c p e e g
e e n nmt at g a b n e n i nt g m a da h c a e ua nl n i ra a g a n n e 2 nd p m a e
n p e s r t o e e s m r e a i s m n ta p a s i o il a r b n u a t a
a e nt a y n u i l u h a
ir
tn
in
g

p e d u lia n p e t a n i
t aa hn ai n d a n
i n e n n y ja a k d i t i
n

Gambar 3. Struktur Tindakan Alternatif Budidaya Sapi potong, Kelurahan


Romanglompoa,

Kecamatan

Bontomarannu,

Kabupaten

Gowa, 2016

C. METODOLOGI PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF(MP3)


Metodologi penyuluhan pertanian partisipatif (MP3) merupakan upaya
pengembangan penyelenggaraan yang ingin menghasilkan seorang
Penyuluh

Pertanian

yang

dalam

30

melaksanakan

tugasnya

selalu

memanfaatkan teknologi yang akrab dengan petani dan lingkungannya.


Format MP3 dapat dilihat pada lampiran 1.
1. Aspek khas teknologi : Pengolahan amoniasi jerami menjadi pakan
alternatif pada ternak sapi
Keuntungan/manfaat:

a. Sederhana & mudah dilakukan


b. Tidak membutuhkan biaya yang besar
c. Tidak mencemari lingkungan
d. Sebagai pakan alternatif dimusim kemarau
e. Memanfaatkan limbah pertanian

2. Rincian penerapan teknologi


a. Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukan
lembar pertama ke dalam lembar kedua, agar lebih kuat dan
menghindarkan bocor.
b. Seluruh jerami dimasukkan ke dalam plastik agak dipadatkan
dengan cara menekan/ mendorong jerami jangan diinjak dapat
menyebabkan plastik sobek.
c. Larutkan 870 gram urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air
dengan cara diaduk sampai benar-benar larut hingga tidak ada lagi
butir-butir urea yang terliha
d. Larutan urea tersebut disiram ke dalam kantong plastik yang berisi
jerami dengan gembor agar lebih mudah dan dapat merata, sampai
seluruh larutan tersebut habis.
e. kantong plastik ditutup rapat dengan berlapis-lapis didalam dengan
cara mengikat bagian atasnya, kemudian baru kantong plastik
bagian luarnya. Kantong plastik ini dapat disimpan di tempat yang

31

telah disediakan dan cukup aman. 3 minggu kemudia jerami hasil


amoniasi kemudian diambil lalu diangin-anginkan selama dua hari
sebelum diberikan kepada ternak.
3. Alasan penerapan teknologi: dapat

meningkatkan

produksi/

peningkatan angka kelahiran ternak karena pada musim kemarau


nutrisi/gizi yang dibutuhkan ternak masih tercukupi.
4. Masalah yang terjadi dan upaya pemecahannya
Masalah

: a. Serangan penyakit cacing


b. Kandang berada dekat dengan permukiman
warga hingga menimbulkan bau tak sedap
c. Kebutuhan pakan belum tercukupi per ekornya

Upaya pemecahan : a. Pengendalian penyakit cacing


b. kandang harus dibersihkan setiap hari dan
kotorannya diubah menjadi pupuk.
c. Penerapan inovasi teknologi berbagai
pengolahan pakan

32

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1) Kaji Tindak adalah pengkajian masalah penyuluhan pertanian dengan
melakukan kegiatan identifikasi masalah, penyusunan rencana
kegiatan, serta melaksanakan tindak lanjut pemecahan masalahnya.
Sedangkan MP3 yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif.
2) Adapun jenis permasalahan yang dialami responden yaitu Tingkat
pendapatan

rendah,

Rendahnya

angka

kelahiran,

Rendahnya

persentase pertambahan bobot badan ternak, Pemberian pakan tidak


sesuai dengan kebutuhan sapi (nutrisi), Penanganan ternak sakit
belum optimal, Tenaga kerja kurang terampil, motivasi kerja kurang,
Ternak terserang penyakit cacing,
sehingga tidak dilakukan IB.
3) Bentuk-bentuk sasaran yang

ingin

dan Tidak ada inseminator


dicapai

yaitu

Tercapainya

peningkatan persentase bobot badan sapi, Inseminator tersedia dan


Tenaga kerja terampil.
B. Kesimpulan
Diharapkan dengan adanya praktik tentang kaji tindak partisipatif dan
metodologi penyuluhan pertanian partisipatif, mahasiswa dapat
menerapkan juga nanti dilapangan sebagai sarana peningkatan
kualitas penyuluh.

DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. 2007. Aneka Metode Partisipasi Untuk Pembangunan Desa.
Blogspot http://iagusta.blogspot.com/. Sosiolog Pedesaan Institut
Pertanian Bogor.

33

Balla,Tandi,2001,

Proses

Produksi

Dan

Pemasaran

Benih

Padi;

Universitas Hasanuddin Makassar,Makassar


Cahyono. B.Y. 2006. Metode Pendekatan Sosial Dalam Pembangunan
Partisipatif.
Dayal.

R.

Christine

van

Wijk,

and

Nilanjana

Mukherjee.

2000.

Methodology for Participatory Assessments with Communities,


Institutions and Policy Makers.
Marjuki, 2013. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea
Amoniasi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Thoyib, M. 2007. Model pembelajaran partisipatif. Website. Departemen
Sosial RI.
Solihin, D. 2006. Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Aparatur Pemerintahan Daerah.
Jakarta,

27

Desember

PemerintahanAbdiNegara.

34

2006.

Sekolah

Tinggi

Anda mungkin juga menyukai