PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa pemerintahan Orde Baru, penyuluh lapang mempunyai
prestasi yang cukup gemilang. Kunjungan untuk latihan dan suvervisi
(Lakususi) yang menerapkan beberapa komponen teknologi. Walaupun
masih penuh dengan kekurangan, sistem ini sempat mengantarkan
Indonesia sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada pangan.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, perhatian kepada penyuluh dan
kegiatan penyuluhan semakin menurun, puncaknya adalah pada era
otonomi ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas yang pasti.
Pada era otonomi, kondisi pertanian tidak lebih baik, begitu juga
dengan perkembangan penyuluh. Berbagai kebijakan dan beragamnya
aturan yang disebabkan oleh otonomi menyebabkan kegiatan penyuluhan
semakin lemah dan sulit diharapkan mampu mengangkat pertumbuhan
sektor pertanian apalagi perkembangan perekonomian masyarakat. suatu
saat Negara kita akan mengalami masa stagnansi yang sangat lama,
sementara persaingan yang sejalan dengan era globalisasi semakin
tajam.
Sehingga
sistem
perencanaan
yang
paling
tepat
untuk
dan
inspirasi
masyarakat
sesuai
kondisi,
potensi
dan
lingkungannya.
Di
masa
menghadapi
mendatang,
kegiatan
penyuluhan
pertanian
akan
diakibatkan
oleh
memerlukan
keterlibatan
masyarakat,
pembangunan
juga
membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi
pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan
ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan
dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara
optimal dan sinergis.
Ada berbagai macam metode yang digunakan dalam proses
perencanaan pembangunan kaitannya dengan partisipasi masyarakat
yaitu Participatory Rural Appraisal (PRA), Participatory Research and
Development (PRD), Metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Metode PPKP
(Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan), Metode Participatory Action
Research (PAR),
Metode
Participatory
Learning
Methods
(PLM),
tindak
lanjut
pemecahan
masalahnya.
Kaji
Tindak
mengidentifikasi
masalah,
menyusun
kegiatan
dan
pada
proses
belajar
bersama
masyarakat
untuk
posisi yang setara fungsional, dan menghindar dari adanya pihak yang
memiliki posisi istimewa dalam menggali dan merumuskan proses dan
hasil kajian. Adapun tahapan-tahapan dalam kaji tindak partisipatif, yaitu :
1. Metode Praktik Lapangan
a Tempat dan waktu pelaksanaan
b Spesifikasi kasus
c Pemilihan responden
d Metodologi dan rancangan kegiatan
2. Deskripsi Agroekosistem
a Biografi responden dan usahanya
1 Identitas responden
2 Mulai berusaha
3 Susunan anggota keluarga
4 Pendidikan
5 Lokasi usaha
b Sumber agrosistem
1 Sumber daya lahan dan bangunan
2 Sumber daya manusia
3 Sumber daya alat dan mesin
4 Sumber daya finansial
c Kinerja Agrosistem
1 Pemilihan bibit
2 Pakan
3 Pemeliharaan
4 Pencegahan dan pengendalian penyakit
5 Pemasaran
3. Problematisasi
a Menetapkan posisi penilai
b Inventarisasi masalah
c Menemukan masalah
d Strukturisasi masalah
Pada dasarnya, tujuan utama kaji tindak partisipasi yaitu suatu
metode yang dapat mengembangkan kapasitas inovasi para penyuluh
agar secara bersama-sama menelaah dan memodifikasi inovasi teknologi
pengembangan agribisnis berbasis komoditi unggulan sesuai dengan
kebutuhan petani. Adapun tujuan secara rinci yakni sebagai berikut.
1) Meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian sebagai fasilitator
otonomi
daerah
dan
desentralisasi.
Dalam
upaya
Pengembangan
memberikan
proses
belajar
metodologi
bagi
yang
petani
bersifat
untuk
partisipatif
meningkatkan
keterbukaan
memberikan
landasan
bahwa
dalam
desentralisasi
memberikan
landasan
bahwa
dalam
g. Keswadayaan
Prinsip
keswadayaan
memberikan
landasan
bahwa
dalam
akuntabilitas
memberikan
landasan
bahwa
dalam
petani
sibuk
dengan
kegiatan
10
tercipta
suatu
keterbukaan
mengemukakan
masalah
dan
11
kebanggaan
pada
petani
maju
untuk
bersedia
12
D. Metode Praktik
Metode
yang
menggunakan
digunakan
metode
dalam
pengamatan
praktik
langsung
13
ini
adalah
dengan
dilapangan,
diskusii
14
15
b. Sumberdaya Agrosistem
1. Sumberdaya Lahan dan bangunan
Sumberdaya lahan dan bangunan merupakan sumberdaya yang
penting dalam suatu usaha peternakan mengingat lahan dan bangunan
merupakan tempat dilakukannya kegiatan usaha peternakan Selain itu,
sumberdaya lahan dan bangunan juga merupakan harta tetap yang
sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
Usaha peternakan sapi yang dikelola oleh responden memiliki
sumber daya berupa lahan (kandang) yang berada disamping rumahnya
seluas 30m2. Mitra belajar juga memiliki sawah yang terletak di kelurahan
Mawang seluas 3 ha.
2. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang
merupakan salah satu faktor produksi utama dan selalu ada dalam suatu
16
usaha peternakan yang berskala besar. Tenaga kerja tersebut, baik terlibat
langsung maupun tidak langsung merupakan suatu kesatuan komoditas
yang saling membutuhkan dalam segala aktivitas kegiatan agrosistem
suatu usaha.
Sikap karyawan atau tenaga kerja sangat terkait dengan tata nilaii
yang ada didalam masyarakat. Faktor pendidikan, jenis kelamin, umur,
keahlian dan latar belakang karyawan suatu perusahaan perlu dipahami
dalam pembagian kerja. Prinsipnya dalam manajemen produksi kaitannya
dengan
pekerja
seyogyanya
mampu
menimbulkan
motivasi
dan
17
19
jenis
persoalan
yang
dihadapi
serta
memudahkan
20
miliknya sendiri
2) Fungsi kelompok tani tidak berjalan sesuai yang diharapkan
3) Bantuan dari pemerintah tidak tersalurkan ke pelaku utama
4) Peternak memiliki pengalam beternak yang lama tetapi
pengetahuan dan keterampilan kurang
5) Ternak terserang penyakit cacing
6) Presentase pertambahan bobot badan ternak
7) Pemberian pakan tidak sesuai dengan kebutuhan sapi (gizi)
8) Hijauan segar sulit didapatkan
9) Penanganan ternak sakit belum optimal
10)Tingkat pendidikan formal rendah
11) Peralatan terbatas
12)Jam kerja kurang
13)Tenaga kerja kurang terampil
14)Bangunan kandang kurang memadai
Adapun adapun hasil idnetifikasi dari fakta, masalalah dan sasaran
dari usaha budidaya sapi potong disajikan pada berikut ini.
Tabel 1.
Romanglompoa,
Kecamatan
Bontomarannu,
Fakta
Masalah
21
Sasaran
1.
Bahan
pengetahuan/
penyuluhan
ternak
kepada peternak
sendiri
2.
Memberikan
perkawinan yang
tentang
manfaat
dilakukan bukanlah
dan
IB melainkan hanya
Inseminasi
perkawinan alam
dalam 1 kandang
mereka
sehingga sangat
mengikuti
mungkin terjadi
program IB
Ternak terserang
perkawinan sedarah
Kualitas daging
Mengendalikan
penyakit cacing
penyakit cacing
dengan maksimal
kelebihan
mau
dan penyakit
cacingan pada
ternak tidak boleh
3.
Peternak memiliki
Pertambahan berat
dianggap sepele.
Memberikan
pengalam beternak
penyuluhan
berfluktuatif
tentang cara
pengetahuan dan
budidaya sapi
keterampilan kurang
yang benar
22
sehingga dapat
meningkatkan BB
4.
Bantuan dari
Tidak adanya
sapi
Memperbaiki
pemerintah tidak
bantuan yang
serta mengawasi
tersalurkan ke pelaku
sistem
utama
penyaluran
bantuan agar
5.
Jarangnya diadakan
sampai ke petani
Mengggerakkan
pertemuan antar
dan menjalankan
yang diharapkan
anggota kelompok
kelompok tani
tani
sesuai fungsinya
sub
sistem
yang
dilakukan
oleh
pembelajar.
Identifikasi
23
Romanglompoa,
Kecamatan
Bontomarannu,
N
O
1
2
3
Sumber Identifikasi
Pembelajar
Mitra Belajar
Permasalahan
Tingkat pendapatan rendah
Rendahnya angka kelahiran
Rendahnya persentase
x
x
x
-
ternak
Pemberian pakan tidak sesuai
5
6
x
x
optimal
Bangunan kandang kurang
memadai
Lahan (untuk kandang & hijauan)
9
10
11
terbatas
Jam kerja kurang
Tenaga kerja kurang terampil
Tingkat pendidikan formal
x
x
x
12
13
14
rendah
Motivasi kerja kurang
Ternak terserang penyakit cacing
Bantuan dari pemerintah tidak
x
-
15
16
tidak dilakukan IB
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
Keterangan x = Ya
- = Tidak
Data diatas menunjukkan bahwa terdapat 16 butir jumlah
permasalahan. Di antara permasalahan tersebut terdapat 11 masalah
yang diidentifikasi bersama antara pembelajar dengan mitrabelajar,dan
ada 5 masalah yang diidentifikasi oleh pembelajar sebelumnya tidak
dikenal dalam medium belajar.
d. Strukturisasi Masalah
Strukturisasi masalah ini pada dasarnya bertujuan untuk lebih
memudahkan tindakan perbaikan yang akan di lakukan untuk mengatasi
masalah itu. Strukturiasi masalah merupakan suatu teknik untuk
mengidentifikasi semua masalah dalam suatu situasi tertentu, disusun dan
dilukiskan sebagai satu rangkaian sebab-akibat, berbentuk spesifik,
sebagai hasil situasi pada agrosistem, dianalisis penyebab masalah
tersebut dalam forum curah pendapat.
Masalah utama yang muncul dari hasil analisis masalah pada
usaha budidaya sapi potong adalah jumlah angka kelahiran rendah, ada
3 penyebab langsung dari masalah tersebut yakni; a) tenaga kerja kurang
terampil, b) Tidak memperoleh bakalan yang unggul, dan c) rendahnya
persentase pertambahan bobot badan sapi. Adapun strukturisasi masalah
pada usaha budidaya sapi potong di Kelurahan Romanglompoa disajikan
seperti pada gambar berikut.
25
RP
ne
an
nd
a
ap
ga
at
ka
an
r
e
n
d
a
h
d
h
k
l
26
dengan
tersedianya lahan yang luas yang cukup untuk memelihara hijauan segar
sehingga dapat pula diikuti dengan peningkatan kualitas pakan yang
diberikan kepada ternak sehingga kebutuhan pakan per ekor sapi dapat
terpenuhi.
2 Inseminator tersedia
Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu diiaktifkannya kembali
kelompok tani melalui pertemuan-pertemuan seperti sekolah lapang. Juga
perlu adanya bantuan dari pemerintah untuk mengadakan pelatihanpelatihan inseminator kepada masyarakat sehingga bantuan tersebut
yang bukan hanya berupa materi tapi juga dalam bentuk ilmu (Pelatihan)
dapat tersalur dan dimanfaatkan dengan baik oleh peternak sebagai
inseminator.
3 Tenaga kerja terampil
Untuk mewujudkan hal tersebut, diharapkan agar fungsi dari
kelompok tani dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya
sehingga sasaran utama dapat menjadikan kelompok tani sebagai wadah
27
merupakan
diagram
pohon
yang
28
pPktTiah
drmatpysnk
yhpdbkPmgast
sdtfankhmp
mtdfprnah
pdaBrtm
atne
rmki
epg
ia
n a ie eai nei n
ai e a kiead a
e e argpirae
o e e st aie
u eoj nie a
e ia B
e nti
nsa
dik
a t
Kecamatan
Bontomarannu,
Kabupaten
Gowa, 2016
Apabila kedua sasaran antara tersebut tercapai dengan melakukan
tindakan-tindakan tersebut, maka diharapkan sasaran utama yakni
tercapainya peningkatan angka kelahiran yang tinggi maka akan
mewujudkan peningkatan pendapatan. Adapun alternatif tindakan yang
akan dilaksanakan pada usaha budidaya sapi potong, disajikan pada
gambar berikut.
29
TPMa
taepg
pnlta
/daik
pakl
npuh
ak
at
ng
mi
e
n
n
g
k
a
e n e r ljn a i kdn a ig n s k y a a a n t k a n k e
e nek r an h n gi a n ye d g a t a k a p a h t u p a a e n n c p e e g
e e n nmt at g a b n e n i nt g m a da h c a e ua nl n i ra a g a n n e 2 nd p m a e
n p e s r t o e e s m r e a i s m n ta p a s i o il a r b n u a t a
a e nt a y n u i l u h a
ir
tn
in
g
p e d u lia n p e t a n i
t aa hn ai n d a n
i n e n n y ja a k d i t i
n
Kecamatan
Bontomarannu,
Kabupaten
Gowa, 2016
Pertanian
yang
dalam
30
melaksanakan
tugasnya
selalu
31
meningkatkan
produksi/
32
rendah,
Rendahnya
angka
kelahiran,
Rendahnya
ingin
yaitu
Tercapainya
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. 2007. Aneka Metode Partisipasi Untuk Pembangunan Desa.
Blogspot http://iagusta.blogspot.com/. Sosiolog Pedesaan Institut
Pertanian Bogor.
33
Balla,Tandi,2001,
Proses
Produksi
Dan
Pemasaran
Benih
Padi;
R.
Christine
van
Wijk,
and
Nilanjana
Mukherjee.
2000.
27
Desember
PemerintahanAbdiNegara.
34
2006.
Sekolah
Tinggi