Anda di halaman 1dari 50

PEMBELAJARAN 7.

PENYULUHAN KEHUTANAN DAN METODE


PENYULUHAN KEHUTANAN

Sumber Belajar : Modul Penyuluh Kehutanan Pusdiklat Bogor 2018 dan Modul
Penyuluh Diklat PKB PPPPTK Pertanian

A. Kompetensi

Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda


diharapkan dapat melakukan penyuluhan kehutanan dan metode penyuluhan
kehutanan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mampu menyajikan data potensi kawasan dan sosial masyarakat


2. Mampu menyusun media penyuluhan kehutanan
3. Mampu mendemonstrasikan metode penyuluhan kehutanan
4. Mampu membangun jejaring kerja
5. Mampu menyusun teknik-teknik mekanisme pelaporan penyuluhan.

C. Uraian Materi

1. Menyajikan data potensi kawasan dan sosial masyarakat

a. Pengertian dan fungsi penyuluhan


Istilah “penyuluhan” dikenal dengan baik oleh mereka yang bekerja di dalam
organisasi penyuluhan, tetapi tidak halnya dengan masyarakat luas. Istilah “university
extension” atau “extension of the university” digunakan di Inggris pada tahun 1840-
an. Sekitar tahun 1867-68, James Stuart dari Trinity College (Cambridge) untuk

KEHUTANAN I 214
pertama kali memberikan ceramah kepada perkumpulan wanita dan perkumpulan
pekerja pria di Inggris Utara. Stuart kemudian dianggap sebagai bapak penyuluhan.

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan


Kehutanan, Perikanan dan Kehutanan disebutkan bahwa sistem penyuluhan
kehutanan merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan kehutanan) dan pelaku usaha
melalui penyuluhan. Penyuluhan kehutanan adalah suatu proses pembelajaran bagi
pelaku utama (pelaku kegiatan kehutanan) serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan


Kehutanan, Perikanan dan Kehutanan pada Bab II mengenai Asas, Tujuan dan
Fungsi disebutkan bahwa fungsi sistem penyuluhan meliputi :

a) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha


b) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber
informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat
mengembangkan usahanya
c) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan
pelaku utama dan pelaku usaha
d) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan
organisasinya menjadi organisasi
e) Ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha
yang baik, dan berkelanjutan; membantu menganalisis dan memecahkan
masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama
dan pelaku usaha dalam mengelola usaha
f) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian
fungsi lingkungan

215 I KEHUTANAN
g) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan kehutanan yang maju dan
modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

b. Data potensi Kawasan dan Sosial Masyarakat


Proses untuk menyusun rencana penyuluhan yang benar dan akurat memerlukan
waktu, karena perlu didahului oleh pengumpulan data dan informasi serta
menganalisisnya sebagai dasar pelaksanaan penyuluhan. Data dan informasi yang
dikumpulkan adalah tentang potensi kawasan dan sosial masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata potensi adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.
Kawasan memiliki arti daerah tertentu yang mempunyai sosial khas atau fungsi
tertentu. Sosial masyarakat memiliki makna segala sesuatu yang berhubungan
dengan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa potensi kawasan dan sosial
masyarakat adalah segala sumber daya (alam, sumberdaya buatan, manusia dan
agroklimat) yang dapat dikembangkan pada suatu daerah.

Data potensi kawasan dan social masyarakat perlu diketahui karena merupakan
bahan baku dalam penyusunan rencana penyuluhan serta merupakan salah satu
social keberhasilan pengusahaan komoditas kehutanan pada wilayah tersebut. Data
potensi kawasan dan sosial masyarakat dapat diperoleh dari data sekunder maupun
data primer.

Gambar 91. Ilustrasi data


Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014

KEHUTANAN I 216
Data potensi kawasan dan sosial masyarakat yang dapat diperoleh dari data sekunder
(monografi/profil desa/kecamatan) adalah :

a. Penggunaan lahan, antara lain ; pekarangan, areal persawahan, tegalan/lahan


kosong, lahan perkebunan dan lahan hutan.
b. Sungai, danau dan mata air.
c. Topografi dan jenis tanah
d. Iklim dan curah hujan
e. Ketinggian dari permukaan laut
f. Komoditas yang diusahakan
g. Sarana perhubungan dan komunikasi
h. Lembaga-lembaga yang ada, antara lain :
• Lembaga keuangan dan koperasi
• Lembaga sosial ( sekolah, pengajian dll) dan lembaga adat.
• Lembaga pemasaran hasil pertanian/kehutanan
i. Kelompok tani
j. Kependudukan, antara lain :
• Jumlah laki-laki dan perempuan
• Jumlah pendudukan usia produktif
• Jumlah keluarga yang miskin
• Jumlah orang yang menganggur
• Mata pencaharian penduduk

k. Tingkat pendidikan

c. Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Prinsip PRA

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk menggali dan mengidentifikasi data dan
informasi mengenai potensi kawasan dan sosial masyarakat pada wilayah kerja
penyuluh kehutanan. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
dapat berupa :

1) Daftar pertanyaan / daftar isian

217 I KEHUTANAN
2) Teknik PRA (Participatory Rural Appraisal)
3) Alat Identifikasi lainnya

Dalam modul ini, instrumen yang akan dibahas adalah teknik PRA (Participatory Rural
Appraisal). PRA (Participatory Rural Appraisal) adalah sekumpulan pendekatan dan
metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka
dapat membuat rencana dan tindakan (Robert Chambers dalam Modul Perencanaan
Penyuluhan Kehutanan).

Dalam pelaksanaan PRA, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah :

1) Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)


Keberpihakan ini merupakan upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan
terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan
masyarakat miskin agar kehidupannya meningkat. Prinsip ini juga bertujuan agar
seluruh komponen masyarakat memperoleh kesempatan yang sama untuk
berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.

2) Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

Kemampuan masyarakat ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan,


pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan sampai pada pemberian
penilaian dan koreksi pada kegiatan berlangsung.

3) Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator

PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan.


Orang luar sebagai fasilitator harus memiliki sikap rendah hati serta kesediaannya
belajar dari masyarakat dan menempatkan masyarakat tersebut sebagai
narasumber utama.

4) Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

KEHUTANAN I 218
Prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus
dibiarkan tidak berubah, sehingga harus dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan
masyarakat serta pengetahuan dari luar saling melengkapi dan sama bernilainya.
Proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar
melahirkan sesuatu yang lebih baik.

5) Prinsip santai dan informal


PRA dilaksanakan dalam kondisi yang bersifat fleksibel, terbuka, tidak memaksa dan
informal. Situasi ini diharapkan akan menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar
akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang
disambut secara resmi.

6) Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data atau
informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat dan benar, dapat menggunakan triangulasi yang merupakan
bentuk pemeriksaan ulang (check and recheck) data dan informasi yang diperoleh.
Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman
disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman
latar belakang golongan masyarakat, tempat, jenis kelamin dll) dan keragaman teknik.

7) Prinsip mengoptimalkan hasil

Prinsip mengoptimalkan hasil informasi menurut metode PRA adalah :

a) Lebih baik kita “tidak tahu apa yang tidak perlu diketahui” (ketahui
secukupnya saja).
b) Lebih baik kita “tidak tahu apakah suatu informasi bisa benar seratus
persen, tetap diperkirakan bahwa informasi tersebut cenderung mendekati
kebenaran” (daripada tidak tahu sama sekali).
8) Prinsip orientasi praktis

219 I KEHUTANAN
Prinsip ini dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat.

9) Prinsip keberlanjutan dan selang waktu

PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para
pelaksana lapangan, agar problem yang harus diselesaikan dan program yang
dikembangkan bisa dilakukan secara terus-menerus berlandaskan pada prinsip dasar
PRA yang menggerakkan potensi masyarakat.

10) Prinsip belajar dari kesalahan

Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah hal yang wajar, yang terpenting
penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan. Belajar dari kekurangan
atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan berikutnya bisa lebih baik.

11) Prinsip terbuka

Maksud dari prinsip ini adalah menganggap PRA sebagai metode yang belum selesai,
sempurna dan pasti benar. PRA ini bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat.

Gambar 92. Ilustrasi salah satu kegiatan PRA


Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014

d. Identifikasi Data Potensi Kawasan dan Sosial Masyarakat dengan Alat


Bantu Participatory Rural Appraisal (PRA)

KEHUTANAN I 220
Untuk melaksanakan PRA ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Alat bantu
tersebut dapat berupa gambar atau diagram yang dibuat oleh masyarakat
berdasarkan hasil pengamatan langsung, data sekunder dan wawancara semi
struktural. Alat bantu PRA (Darmawati, 2005) dapat berupa :

1) Sketsa Desa
2) Sketsa Usaha Tani
3) Kalender musim
4) Jadwal kegiatan rutin harian
5) Transek
6) Penelusuran alur sejarah desa
7) Bagan kecenderungan dan perubahan
8) Diagram hubungan kelembagaan/diagram venn
9) Peta mobilitas
10) Diagram alir
11) Matriks ranking
12) Data sekunder desa

Ada beberapa hal yang harus dipahami sebelum menyusun/menentukan alat bantu
PRA yang akan digunakan, yaitu :

a) Data/potensi apa yang ingin diketahui ?


b) Tiap komponen data tersebut, tentukan alat bantu mana yang akan digunakan.
Persiapkan penggunaan alat bantu PRA tersebut dimana meliputi rencana tertulis
mengenai :
1) Teknik PRA yang akan digunakan untuk mengidentifikasi potensi
2) Personil yang melaksanakan PRA
3) Lokasi dan waktu pelaksanaan PRA
4) Masyarakat yang akan diikutsertakan
5) Perlengkapan yang harus ada, termasuk pertanyaan untuk wawancara semi
terstruktur.

221 I KEHUTANAN
e. Analisis Data Potensi Kawasan dan Sosial Masyarakat
Menganalisis berarti “mengurai”, dengan melakukan analisis dapat diketahui lebih
lengkap mengenai suatu data atau informasi. PRA merupakan pembelajaran bersama
masyarakat tani, maka dianjurkan agar analisis dilakukan dengan metode sederhana.
Metode yang dapat dilakukan juga oleh petani, yaitu analisis deskriptif dengan
pendekatan gawat, mendesak dan penyebaran (GMP) skala Likert. Analisis terkait
masalah yang dihadapi oelh petani, dapat dilakukan dengan “analisis sebab akibat”
atau “analisis pohon masalah”.

Analisis berguna untuk mengetahui lebih rinci tentang potensi, masalah dan
pemecahan masalah yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi tersebut.
Dalam kaitannya dengan penyuluhan, masalah dikhususkan kepada masalah yang
pemecahannya memerlukan kegiatan penyuluhan.

Hasil yang diperoleh dengan alat PRA “ Sketsa Desa” menyatakan bahwa di desa
terdapat lahan tidur. Informasi tentang lahan tidur perlu dianalisis seperti : luas, letak,
penyebab, pemilik, apakah perlu dimanfaatkan dan sebagainya. Tujuan akhir
daripada analisis tersebut adalah ditemukannya potensi, masalah dan pemecahan
masalah sebagai bahan untuk membuat rencana penyuluhan.

Pertanyaan untuk menganalisis, diantaranya :

1) Berapa luas lahan tidur tersebut ? siapa pemiliknya ? dimana lokasinya ?


2) Mengapa bisa ada lahan tidur ?
3) Bagaimana pendapat bapak/ibu, apakah lahan tersebut perlu dimanfaatkan ?
4) Apa keuntungan dan kerugian jika lahan tersebut dimanfaatkan ?
5) Apa jenis tanahnya ? berapa ketinggian dari permukaan laut ?
6) Apabila lahan dapat dimanfaatkan, akan ditanami tanaman kehutanan jenis
apa sehingga bermanfaat ?
7) Apakah iklim, jenis tanah dan hal lainnya memungkinkan untuk ditanami jenis
tanaman tersebut ?
8) Apakah terdapat masalah nantinya jika masyarakat menanam jenis tersebut ?
9) Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang masih mungkin dikembangkan.

KEHUTANAN I 222
Data dan informasi yang diperoleh di wilayah suatu desa, atau beberapa desa, atau
kecamatan kemudian di susun dalam bentuk monografi wilayah penyuluh. Monografi
harus dipunyai oleh seorang penyuluh Kehutanan. Monografi disusun dalam bentuk
buku, di dalamnya perlu dilampiri dengan peta wilayah kerja penyuluh dan peta
lainnya yang perlu. Penyusunan monografi dilakukan tiap tahun dan perlu
diperbaharui jika ada perubahan di lapangan.

Monografi wilayah kerja penyuluhan antara lain:


1) Keadaan agroekosistem wilayah, meliput :
a) Deskripsi umum
• Luas wilayah kerja,
• Batas-batas wilayah kerja.
b) Karakteristik lahan dan iklim
c) Data curah hujan
d) Luas lahan menurut ekosistem
• Sawah (irigasi, tadah hujan)
• Lahan darat (pekarangan, tegalan, ladang, padang rumput, hutan,
perkebunan, kolam, lain-lain) .
e) Luas lahan darat berdasarkan kondisi fisik (kritis, agak kritis, potensial
kritis).
f) Komoditas usaha pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan,
perikanan.
g) Pola usaha tani.
2) Sumber daya manusia
a) Penduduk (jumlah total, jumlah berdasarkan umur, berdasarkan
pendidikan, mata pencaharian, berdasarkan jenis kelamin)
b) Kelembagaan tani.
• Kelas kelompok berdasarkan komoditas yang diusahakan.
• Jumlah anggota kelompok.tingkat penerapan teknologi.
3) Penunjang

223 I KEHUTANAN
a) Kelembagaan penunjang ( koperasi, kios saprodi, bank, pasar, dan lain-
lain).
b) Prospek pasar,
c) Rantai pemasaran,

Monografi wilayah kerja penyuluhan harus melampirkan kelengkapan-kelengkapan


sebagai berikut :
1) Peta Tematik adalah peta yang menggambarkan tema disuatu tempat seperti:
a) Peta wilayah kerja penyuluhan kehutanan
b) Peta sebaran lahan kritis (tema: lahan kritis)
c) Peta topografi wilayah (tema: topografik)
d) Peta sebaran hutan rakyat (tema: hutan rakyat )
2) Rumusan teknologi kehutanan
Manfaat teknologi kehutanan adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan
usaha tani, meningkatkan nilai tambah hasil usaha tani maupun mencegah erosi,
longsor, dan mempertahankan kesuburan tanah. Kebutuhan teknologi kehutanan
sangat erat kaitannya dengan potensi wilayah dan agroekosistemnya serta hasil
pengumpulan data dan informasi dari PRA.
Teknologi kehutanan mencangkup :
a) Budidaya pohon yang meliputi :
b) Budidaya komoditas lainnya atau budidaya komoditas hasil hutan bukan kayu
c) Pengolahan hasil hutan : kayu dan non kayu.
d) Teknologi konservasi tanah dan air.
Teknologi kehutanan yang perlu diterapkan harus dipertimbangkan :
a) Tingkat kerawanan bahaya (untuk teknik konservasi tanah dan air).
b) Prioritaskan jenis tanaman yang akan diusahakan oleh petani.
c) Agroekosistem.
d) Kemauan petani untuk meningkatkan nilai tambah produksi usaha
wanataninya.
e) Kemampuan petani untuk menerapkan teknologi tersebut.

KEHUTANAN I 224
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil PRA bersama masyarakat serta
monografi wilayah kerja penyuluhan akan menjadi bahan penyusunan
programa penyuluhan. Programa penyuluhan inilah nantinya yang menjadi
acuan bagi penyuluh dalam menyusun rencana kerja penyuluhan.

f. Pengertian dan Fungsi Materi Penyuluhan Kehutanan

Pesan yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran ( para Petani),
menyangkut ilmu dan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat sasaran untuk
melaksanakan suatu kegiatan tertentu dikemas dalam bentuk materi penyuluhan.
Dengan kata lain, yang dimaksud dengan materi penyuluhan adalah segala sesuatu
atau pesan yang ingin dikomunikasikan oleh penyuluh kepada masyarakat
sasarannya dalam suatu kegiatan penyuluhan.

Materi penyuluhan kehutanan adalah bahan penyuluhan di bidang kehutanan yang


akan disampaikan oleh para penyuluh kehutanan kepada pelaku utama dan usaha
dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial,
manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh kehutanan dapat bersifat Informatif,


persuasive, entertainment, yang pada dasarnya mempunyai fungsi utama, Yaitu:

• To secure understanding
• To establish acceptance
• To motive action
To secure understanding, memastikan bahwa masyarakat mengerti materi yang
diterimanya. Andaikan sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu
harus dibina ( to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan ( to
motivate action).

Materi yang disampaikan dalam proses penyuluhan harus bersifat inovatif yang
mampu mengubah atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan kearah
pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat sasaran, demi selalu

225 I KEHUTANAN
terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat
sasaran yang bersangkutan.

Fungsi materi penyuluhan kehutanan adalah untuk memudahkan penyuluh dalam


melaksanakan penyuluhan dan memberikan kemudahan bagi pelaku utama serta
pelaku usaha untuk menerima informasi, teknologi, rekayasa sosial, ekonomi, hukum
dan kelestarian lingkungan dari penyuluhan kehutanan.

2. Menyusun media penyuluhan kehutanan

a. Pengertian dan Peran Media Penyuluhan Kehutanan


Kata media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti “tengah”, Kata media
berasal dari bahasa latin medius “pe antara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau
pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. The Association for
Educational Communications Technology (AECT), menyebutkan media sebagai
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan sasaran yang dapat merangsang untuk belajar. Jadi media penyuluhan
adalah sesuatu yang dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian
materi kepada sasaran, agar sasaran dapat menyerap pesan dengan mudah dan
jelas.

Beragamnya media memiliki karakteristik yang berbeda pula. Karena itu untuk setiap
tujuan yang berbeda diperlukan media yang berbeda pula. Dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan penyuluhan ataupun pelajaran, media sangat penting sebagai
saluran, penyampaian pesan.

Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produksi kehutanan tidak dapat ditawar lagi.
Teknologi dan informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut perlu disalurkan
dengan cepat dari sumber pesan kepada sasaran, yakni petani dan keluarganya serta
masyarakat kehutanan lainnya. Oleh karena itu peranan media penyuluhan
kehutanan semakin penting.

KEHUTANAN I 226
Peranan media penyuluhan kehutanan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari
proses komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi.

1) Peranan Media Penyuluhan Kehutanan Sebagai Saluran Komunikasi


(Channel) :
a) Menyalurkan pesan/informasi dari sumber/komunikator kepada sasaran yakni
petani dan keluarganya sehingga sasaran dapat menerapkan pesan dengan
kebutuhannya.
b) Menyalurkan “feed back”/ umpan balik dari sasaran/ komunikan kepada sumber/
komunikator sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan/ pengembangan dalam
penerapan tehnologi selanjutnya.
c) Menyebarluaskan pesan informasi ke masyarakat dalam jangkauan yang luas,
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
d) Memungkinkan pelaksanaan penyuluhan kehutanan secara teratur dan
sistimatik
2) Peranan Media Penyuluhan Kehutanan Sebagai Media Belajar
Pada tahap awal peranan penyuluh kehutanan sangat dominan dalam kegiatan
belajar petani, lama kelamaan berubah petani menjadi lebih dinamis mulai banyak
belajar, melalui pengalaman. Sekarang penyuluh kehutanan berperan sebagai mitra
kerja petani, mendampingi dan membantu petani dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dilapangan bersama dengan petani lainnya melalui kegiatan kelompok tani.
Peranan media penyuluhan kehutanan sebagai media belajar sebagai berikut :

a) Memberi pengalaman belajar yang integral dari kongkrit ke abstrak.


Petani belajar dimulai dari situasi nyata di lapangan melalui pengalaman
langsung. Petani secara berkelompok belajar mengamati hama/penyakit
tanaman langsung di lokasi tanaman atau kebun. Hasil pengamatan dicatat oleh
petani, kemudian didiskusikan bersama secara priodik.
b) Memungkinkan proses belajar dapat berlangsung secara terus menerus dan
berkelanjutan.
Teknologi selalu berubah dan berkembang karena itu media penyuluhan
kehutanan harus selalu menyalurkan pesan/ informasi yang mutakhir.

227 I KEHUTANAN
c) Memungkinkan proses belajar secara mandiri.
Tersedianya berbagai macam media penyuluhan seperti: brosur, kaset
rekaman, folder, leaflet, dan lain-lain, memungkinkan untuk terjadinya proses
belajar secara mandiri.
3) Peranan Media Penyuluhan Kehutanan Sebagai Peragaan
Peragaan merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan
kegiatan penyuluhan kehutanan. Media penyuluhan yang bersifat verbalistis akan
kurang berhasil. Peragaan berkaitan erat dengan penginderaan, peranan
penginderaan sangat penting dalam proses belajar termasuk dalam kegiatan
penyuluhan kehutanan. Media harus berperan sebagai peragaan agar petani belajar
lebih efektif bila ia belajar dengan melihat, mendengar dan sekaligus mengerjakannya
(learning by doing). Sejalan dengan pandangan di atas, maka peranan media
penyuluhan sebagai peragaan dalam kegiatan penyuluhan kehutanan sebagai
berikut:

a) Media Penyuluhan Pertanian Mempertinggi Efektivitas belajar.


Media yang bermuatan peragaan dapat menarik perhatian, memusatkan
perhatian dan memberi kejelasan terhadap pesan yang disampaikan ,
mempermudah untuk dimengerti dan kesannya bertahan lama dalam ingatan.
b) Meningkatkan Interaksi Petani dengan Lingkungannya
Misalnya melalui media demonstrasi di lapangan petani belajar langsung dari
lingkungannnya dan hasilnya akan meyakinkan petani terhadap pesan yang
didemonstrasikan.
c) Memungkinkan Untuk Meningkatkan Keterampilan
Keterampilan hanya dapat dicapai melalui peragaan langsung tentang langkah-
langkah kerja yang harus dilakukan. Petani harus melakukannya sendiri sesuai
dengan lembaran petunuk kerja melalui media penyuluhan kehutanan.
Petani harus memiliki pengalaman yang konkrit, sehingga pesan yang ingin
disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan. Secara umum media
mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

KEHUTANAN I 228
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dan
sumber belajar.
4) Memungkinkan petani belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.

b. Jenis Media Penyuluhan Kehutanan


Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penyuluhan, banyak media yang bisa
digunakan. Pertanyaan yang muncul, bukan pada banyak tidaknya media penyuluhan
yang tersedia, tetapi bagaimana merencanakan dan membuat media dalam kegiatan
penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya.
Jenis media penyuluhan berdasarkan contoh dapat di lihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Jenis media penyuluhan berdasarkan contoh

No. Jenis Media Contoh Media


1. Media Tercetak Gambar, Skets, Foto, Poster, Leaflet, Folder, Peta
Singkap, Kartu Kilat, Diagram, Grafik, Bagan, Peta,
Brosur, Majalah dan Buku
2. Media Audio Kaset, CD, DVD, MP3, MP4 Audio
3. Media Audio Visual atau Slide Film, Movie Film, Film Strip, Video Film,
Terproyeksi Televisi, Komputer (Interaktif presentasi)
4. Media berupa objek fisik Benda sesungguhnya, sample/monster, spesimen,
atau benda nyata model, maket, simulasi

Media penyuluhan kehutanan yang digunakan, digolongkan menjadi tiga (Permenhut


No. 46/ Menhut-II/ 2012):
1) Media verbal/ lisan
Media verbal/ lisan dapat disampaikan dengan cara: tatap muka, lewat telepon,
radio, televisi.
Media verbal memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Ada interaksi antara penyuluh dengan sasaran

229 I KEHUTANAN
b) Bisa melihat respon sasaran secara langsung
c) Pada media radio atau televisi, bisa menjangkau sasaran penyuluhan lebih
banyak
Kelemahan media verbal adalah:
a) Perlu penyesuaian waktu antara penyuluh dan dengan sasaran penyuluh
b) Perlu biaya dan teknologi yang cukup tinggi (radio, televisi, telepon)
c) Membutuhkan waktu yang cukup lama dan sumberdaya manusia yang cukup
besar untuk menjangkau sasaran yang luas jika menggunakan media telepon
atau tatap muka perorangan.
2) Media cetak
Media cetak disampaikan dalam bentuk gambar dan atau tulisan tercetak, seperti:
gambar, foto, selebaran, poster, leaflet, booklet, folder, baleho, koran, tabloid dan
atau majalah.
Media cetak memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Dapat dibuat secara cepat
b) Pesan relatif cepat sampai ke sasaran
c) Ukuran relatif kecil, sehingga isinya harus relevan dengan tujuan penyusunan
media cetak
d) Repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau
menglipingnya
e) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih
spesifik tentang isi tulisan.
Media cetak memiliki kelemahan sebagai berikut:
a) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa
gambar/ tulisan yang mewakili keseluruhan isi berita
b) Biayanya cukup mahal

3) Media terproyeksi
Media terproyeksi dapat disampaikan dalam bentuk: film, slide, cyber-net,
multimedia message service (MMS) dan running text.

KEHUTANAN I 230
Media terproyeksi memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Dapat menjangkau banyak kelompok
b) Tempo dan penyajian dapat disesuaikan
c) Penyajian masih bisa bertatap muka
d) Dapat digunakan berulang-ulang
Media terproyeksi memiliki kelemahan sebagai berikut:
a) Tergantung arus listrik
b) Media pendukungnya relatif mahal (komputer, LCD)
c) Penggunaan media ini sangat tergantung pada penyaji materi

c. Pemilihan Media Penyuluhan Kehutanan

Sebelum menggunakan atau membuat media penyuluhan kehutanan, maka terlebih


dahulu dilakukan pemilihan media. Tujuan pemilihan media adalah agar media
penyuluhan yang dipakai efektif dan efisien dalam mencapai tujuan penyuluhan
kehutanan.

Beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan media penyuluhan adalah tujuan
kegiatan penyuluhan yang ingin dicapai, tahap adopsi inovasi sasaran, jangkauan
media, karakteristik media, dana yang tersedia dan penggunaan media secara
terpadu. Penjelasan dari kriteria pemilihan media penyuluhan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Tujuan kegiatan penyuluhan yang ingin dicapai.
Tujuan kegiatan penyuluhan kehutanan adalah perubahan perilaku kehutanan
sesuai dengan perkembangan teknologi kehutanan. Aspek perilaku adalah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
2) Tahap adopsi sasaran
Pemilihan media disesuaikan dengan tahap adopsi pekerja kehutanan. Tahap
kesadaran, minat penilaian, mencoba dan menerapkan, masing-masing
memerlukan media yang efektif misalnya untuk tahap adopsi penilaian dan
mencoba, dipilih sesungguhnya melalui metode demostrasi.
3) Jangkauan media penyuluhan kehutanan

231 I KEHUTANAN
Pemilihan disesuaikan dengan jangkauan media, untuk pendekatan perorangan
dan kelompok dipilih sesungguhnya melalui metode demostrasi cara, kunjungan
usaha kehutanan, sedangkan untuk pendekatan missal dipilih media
sesungguhnya melalui metode pameran, media terekam melalui siaran radio dan
terproyeksi melalui siaran televisi.
4) Karateristik
Karateristik media berkaitan dengan rangsangan terhadap indera sasaran.
Penggolongan media menurut kelompok audio-visual misalnya adalah untuk
memudahkan memilih tingkat pendidikan formal kehutanan yang sangat bervariasi.
5) Pertimbangan media yang tersedia
Sedapat mungkin dipilih media yang biayanya tidak mahal tapi efektivitasnya tinggi.
Pemilihan media sesungguhnya yang dapat dibuat sendiri dengan harga relative
murah merupakan alternative yang perlu di tempuh apabila dana yang tersedia
terbatas. Sering terlupakan bahwa benda sesungguhnya di lingkungan kehutanan
dapat dimanfaatkan sebagai media asalkan persyaratan terpenuhi.
6) Pemilihan beberapa media penyuluhan untuk digunakan secara terpadu
Berbeda alternative dapat dipilih antara beberapa kelompok media: misalnya
media tercetak dikombinasikan dengan media terekam dan media terproyeksi.
Pemilihan kombinasi media tersebut tetap mengacu pada penggunaan yang efektif
dan efesien.

Prosedur pemilihan media kehutanan perlu mendapat perhatian sebagai berikut:


1) Tetapkan pesan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.
2) Rumuskan tujuan yang hendak dicapai yakni perubahan perilaku.
3) Lakukan pemilihan terhadap media penyuluhan yang tersedia, potensi lingkungan
kehutanan yang dapat dimanfaatkan sebagai media penyuluhan dan penilaian
terhadap tahap adopsi sasaran.
4) Perhitungan biaya yang diperlukan untuk persiapan pembuatan atau pengadaan
media penyuluhan.
5) Tetapkan media penyuluhan sesuai dengan metode penyuluhan yang telah
ditetapkan.

KEHUTANAN I 232
6) Lakukan evaluasi pemilihan dan penggunaan metode
Evaluasi penting dilakukan untuk mengukur sejauh mana media penyuluhan
kehutanan yang telah dipilih dan digunakan. Dirasakan manfaatnya terhadap
pemilihan bahan perbaikan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan media penyuluhan kehutanan pada periode berikutnya secara
berkesinambungan.

Media tidak dapat dipilih dan digunakan asal saja, tetapi harus dipilih dengan saksama
dan digunakan dengan benar. Tidak ada suatu mediapun yang dapat dipakai untuk
mencapai semua tujuan, sehingga tidak mungkin semua diperlakukan dengan media
yanga sama. Dalam penyelenggaraan penyuluhan, pemilihan jenis media yang
digunakan perlu dipertimbangkan pada kebersamaan antara metode belajar
mengajar, tujuan dan situasi pelatihan. Berikut ini gambaran penggunaan media
penyuluhan yang sesuai unutk berbagai kelompok sasaran dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Penggunaan Jenis Media Berdasarkan Kelompok Sasaran

Sasaran
No Jenis Media
Massal Kelompok Individu
1 Poster √ ─ ─
2 Film layar lebar √ √ ─
3 Film video ─ √ √
4 Folder/leaflet ─ √ √
5 Brosur,komik ─ √ ─
6 Peta singkap/Flipchart ─ √ ─
7 Katu Kilat/Flaschard ─ √ ─
8 Papan Flanel ─ √ ─
9 Siaran Pedesaan(TV,Radio) √ ─ ─
10 Kaset Rekaman, CD, VCD, DVD ─ √ √
11 Slide ─ √
12 Photo ─ √ √
13 Transparansi/Presentasi ─ √ ─
14 Model ─ √ ─
15 Papan Tulis ─ √ ─
16 Telephone ─ √ √

233 I KEHUTANAN
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain :
a. Kesesuaian dengan tujuan yang diinginkan
b. Jumlah sasaran
c. Karakteristik sasaran dan wilayahnya
d. Strategi komunikasi
e. Materi penyuluhan / isi pesan
f. Biaya
Dari sekian banyak media dalam penggunaannya tidak ada satupun yang terbaik,
karena setiap jenis media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang
terbaik adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis media, sehingga kelebihan
yang satu dapat menutupi kelemahan yang lainnya.

d. Pembuatan Media Penyuluhan Kehutanan

Tidak semua media penyuluhan kehutanan dapat dibuat sendiri oleh penyuluh, namun
pembuatan media penyuluhan kehutanan yang sederhana dan praktis untuk
digunakan adalah perlu. Untuk itu penyuluh kehutanan harus kreatif, mempunyai
kemampuan dan keterampilan untuk membuat media penyuluhan kehutanan yang
sederhana dan praktis tersebut.
Berikut ini beberapa petunjuk umum dalam persiapan pembuatan media penyuluhan
kehutanan, yaitu :
1) Memenuhi persyaratan media antara lain :
a) Adanya pesan yang jelas
b) Menarik perhatian
c) Mudah dimengerti
d) Mendorong sasaran untuk menerapkannya.
2) Keterampilan merancang antara lain : membuat gambar, skets, grafik, bagan dan
sebagainya.
3) Keterampilan menata gambar dengan memperhatikan :
a) Kesederhanaan

KEHUTANAN I 234
b) Menampilkan gambar dan tulisan yang penting saja
c) Keseimbangan gambar dan kata-kata
d) Keserasian/harmonis
e) Menonjolkan pusat perhatian
f) Irama atau gerak yang serasi
4) Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan, antara lain :
a) Alat gambar
b) Alat pembuat huruf, alat dan bahan khusus menurut jenis media yang akan
dibuat
c) Komputer dan perangkatnya

Gambar 93. Contoh alat dan bahan dalam pembuatan media


Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014

Dalam modul penyuluhan kehutanan kali ini, hanya membahas pembuatan media
penyuluhan dengan media cetak dalam bentuk poster dan media terproyeksi dalam
bentuk presentasi.
1. Membuat media penyuluhan kehutanan dalam bentuk poster
Poster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, saran,
ide, rekomendasi, ajakan, himbauan, peringatan, sehingga dapat merangsang
keinginan yang melihatnya untuk melakukan/melaksanakan isi pesan dalam poster
tersebut.

Berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan poster :


1) Ciri-ciri Poster :

235 I KEHUTANAN
a) Berupa gambaran/ilustrasi disertai kata-kata yang mempunyai daya visual dan
dapat menarik perhatian
b) Adanya pesan yang akan disampaikan bagi yang melihatnya
c) Merangsang orang yang melihat untuk melaksanakan maksud isi poster
d) Dapat dibaca dalam waktu singkat (kurang lebih 7 detik)
e) Mempunyai ukuran tertentu (A4, Folio, A3, B4, A1, A0)
2) Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan poster :
a) Untuk siapa poster tersebut dibuat atau ditujukan (usia, jenis kelamin, profesi
dan segmentasi target)
b) Ukuran poster harus disesuaikan dengan area dan ruangan yang akan
dipasang
c) Kualitas bahan disesuaikan dengan tempat pemasangan terkait kekuatan
bahan terhadap cuaca dan keamanan.
d) Lama pemasangan disesuaikan dengan kebutuhan
e) Dipasang pada posisi strategis (mudah dilihat, dilalui banyak orang dsb.)
3) Syarat-syarat pembuatan poster :
a) Ilustrasi jangan terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dimengerti
b) Teks yang dicantumkan singkat, jelas dan bermakna
c) Adanya kesinambungan dan keseimbangan antara gambar/ilustrasi dan teks
d) Dapat dibaca dalam waktu yang singkat
e) Warna gambar/ilustrasi dan kata-kata kontras dengan warna latar
f) Adanya titik pusat perhatian
4) Cara pembuatan poster :
a) Menentukan ide/konsep/gagasan
b) Merencanakan gambar/ilustrasi dengan sktesa kasar
c) Membuat dalam bentuk digital (menggunakan komputer/laptop) atau manual
dengan memperhatikan kesesuaian elemen design (warna, bentuk huruf, jarak,
ukuran dan lainnya)
d) Membuat dalam skala kecil terlebih dahulu dan terbatas untuk dikoreksi
(proofing)
e) Membuat dalam bentuk sesungguhnya

KEHUTANAN I 236
f) Memperbanyak sesuai kebutuhan
5) Anatomi design poster terdiri dari :
a) Judul
b) Sub Judul
c) Tulisan
d) Ilustrasi/gambar

3. Mendemonstrasikan metode penyuluhan kehutanan

a. Pengertian dan Fungsi Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan dapat didefenisikan secara beragam. Dalam Keputusan Menteri


Kehutanan Nomor: 272/kpts-II/2003), metode penyuluhan diartikan sebagai cara
penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh kepada petani baik secara langsung
maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi
atau teknologi baru. Pada umumnya secara sederhana, pengertian metode
penyuluhan adalah upaya mempertemukan masyarakat sasaran penyuluhan dengan
meteri penyuluhan.

Tujuan metode penyuluhan kehutanan adalah agar penyuluh kehutanan dapat


menyampaikan materi penyuluhan secara professional, sehingga mudah diterima
oleh sasaran penyuluhan kehutanan.

Metode penyuluhan kehutanan merupakan perangkat kegiatan penyuluhan dengan


fungsi sebagai berikut:

1) Meningkatkan efektifitas kegiatan penyuluhan kehutanan dengan


pemilihan metode yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
sasarannya.
2) Agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode, materi dan
alat bantu penyuluhan atau kombinasi yang tepat dan berhasil berguna.
3) Agar kegiatan penyuluhan kehutanan yang dilaksanakan dapat
menimbulkan perubahan yang dikehendaki.

237 I KEHUTANAN
b. Jenis dan Bentuk Metode Penyuluhan Kehutanan

Secara umum jenis dan bentuk metode penyuluhan dapat dikelompokkan ke


dalam empat kategori, yaitu berdasarkan tujuan; jumlah sasaran; media yang
digunakan dan teknik komunikasi.

1) Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan tujuan, adalah sebagai berikut:


a) Untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi baik penyuluh
kehutanan maupun sasaran- sasaran penyuluhan, meliputi:
(1) Temu wicara, dialog antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan
pejabat pemerintah membicarakan perkembangan dan pemecahan
masalah pembangunan kehutanan;
(2) Temu lapang, pertemuan antara pelaku utama dan pelaku usaha
penyuluh kehutanan dan/ atau peneliti/ ahli kehutanan di lapangan
untuk mendiskusikan keberhasilan kegiatan kehutanan dan/ atau
teknologi yang sudah diterapkan;
(3) Temu karya, pertemuan sesama pelaku utama dan pelaku usaha
untuk tukar menukar informasi, pengalaman dan gagasan dalam
kegiatan pembangunan kehutanan;
(4) Temu usaha, pertemuan antar pelaku utama dengan pelaku usaha di
bidang industri kehutanan agar terjadi tukar menukar informasi berupa
peluang usaha, permodalan, teknlogi usaha, paska panen,
pengolahan hasil, serta pemasaran hasil, dengan harapan akan
terjadi kontrak kerja sama informasi, pengalaman dan gagsan dalam
kegiatan pembangunan kehutanan untuk mendatang;
(5) Temu teknologi, pertemuan antar pelaku utama dan pelaku usaha
dengan ahli teknologi untuk mendiskusikan dan menerapkannya pada
kegiatan pembangunan kehutanan;
(6) Jambore penyuluh kehutanan, pertemuan para penyuluh yang
dilakukan pada suatu tempat terbuka untuk melakukan dialog,

KEHUTANAN I 238
informasi, pentas budaya, untuk menggali masalah- masalah
penyuluhan dan merumuskan tindak lanjut pemecahannya;
(7) Lomba, suatu kegiatan dengan aturan serta waktu yang di tentukan
untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar pelaku utama
untuk mencapai prestasi yag diinginkan secara maksimal;
(8) Lokakarya, suatu acara dimana beberapa orang berkumpul untuk
memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya;
(9) Pemberian penghargaan, diberikan kepada pelaku utama terbaik
1(satu) s/d 3 (tiga) untuk setiap kategori dan harapan.
b) Untuk mengembangkan kepemimpinan pelaku utama dan pelaku usaha
kehutanan, malalui:
(1) Rembug tingkat desa, pertemuan lengkap seluruh anggota pengurus
organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat desa untuk
mendiskusikan dan mencari kesepakatan dalam pelaksanaan
program dan rencana kerja serta pemecahan masalah yang dihadapi
untuk kemudian dilaksanakan oleh mereka sendiri beserta
kelompoknya;
(2) Rembug tingkat kabupaten/ kota, pertemuan lengkap seluruh anggota
pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat
kabupaten/ kota, untuk mendiskusikan dan mencari kesepakatan
dalam pelaksanaan program dan rencana kerja , menilai/
mengevaluasi pelaksanaan program dan rencana kerja periode yang
lalu, serta menyusun kepengurusan tingkat kabupaten/ kota;
(3) Rembug tingkat provinsi, pertemuan lengkap seluruh anggota
pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat provinsi,
untuk mendiskusikan dan mencari kesepakatan dalam palaksanaan
program dan rencana kerja, menilai/ mengevaluasi pelaksanaan
program dan rencana kerja periode yang lalu, dan menyusun
kepengurusan tingkat provinsi serta membahas masalah umum
pembagunan kehutanan tingkat provinsi;

239 I KEHUTANAN
(4) Rembug tingkat nasional, pertemuan konsultasi secara berkala dan
berkesinambungan yang melibatkan seluruh anggota pengurus
organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat provinsi dengan
pejabat pemerintahan kehutanan dalam pelaksanaan program dan
rencana kerja, menilai/ mengevaluasi pelaksanaan program dan
rencana kerja periode yang lalu, menyusun kepengurusan tingkat
nasional serta membahas masalah umum pembangunan kehutanan
tingkat nasional.
c) Untuk mengembangkan dan menguatkan kelembagaan/ manajemen
kelompok serta modal sosial, meliputi:
(1) Sarasehan, forum konsultasi antara pelaku utama dan/ atau pelaku
usaha dengan pihak pemerntah secara periodik dan
berkesinambungan untuk musyawarah dan mufakat dalam
pengembangan usaha pelaku utama dan pelaksanaan program
pembangunan kehutanan;
(2) Diskusi / dialog , tukar pikiran antara peserta diskusi untuk
memperoleh pengertian yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
Berikut contoh dokumentasi diskusi dalam penyuluhan ke masyarakat
(gambar 97)

Gambar 94. Diskusi penyuluh dengan masyarakat sekitar hutan


Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014

KEHUTANAN I 240
(3) Seminar, merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu
masalah di bawah pimpinan sidang. Pertemuan dalam seminar
biasanya menampilkan suatu atau beberapa pembicaraan dengan
makalah atau kertas kerja masing-masing. Seminar biasannya
diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah;
(4) Workshop / lokakarya, suatu acara dimana beberapa orang
berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari
solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil;
(5) Pelatihan, suatu proses dimana orang-orang mencapai kemapuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
d) Untuk mengembangkan kemampuan teknis dan aneka usaha kehutanan,
meliputi:
(1) Kunjungan rumah/ tempat usaha,kunjungan terencana oleh penyuluh
ke rumah atau tempat usaha pelaku utama dan pelaku usaha;
(2) Ceramah, media penyampaian informasi secara lisan kepada pelaku
utama, pelaku usaha dan/ atau tokoh masyarakat dalam suatu
pertemuan.
(3) Pelatihan, suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi;
(4) Studi banding, suatu kajian ilmiah dengan mencari imbangan dari
kasus yang sama atau serupa di tempat lain;
(5) Widyawisata, perjalanan keluar dalam rangka kunjungan studi
(biasannya berombongan) dan dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan;
(6) Demonstrasi, peragaan suatu teknologi ( bahan, alat atau cara) dan/
atau hasil penerepannya secara nyata dilakukan oleh pemandu
kepada pelaku utama dan pelaku usaha;
(7) Magang, proses belajar mengajar antar pelaku utama dengan bekerja
di tempat usaha kehutanan pelaku utama yang berhasil;
(8) Sekolah lapang, sekolah yang di selenggarakan di luar ruangan
dengan dipandu pengajar/ pemandu.

241 I KEHUTANAN
e) Menyebarkan informasi, melalui:
(1) Kampanye, suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok
yang dilakukan secara terlembanga dan bertujuan untuk menciptakan
suatu efek atau dampak tertentu;
(2) Pameran, usaha untuk memperlihatkan atau mempertunjukkan
model, contoh, barang, grafik, gambar, poster, benda hidup dan
sebagainya secara sistematik pada suatu tempat tertentu;
(3) Dialog interaktif, karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan,
antar dua tokoh atau lebih dan bersifat saling melakukan interaksi;
(4) Siaran radio/ televisi, penyiaran acara melalui radio atau televise;
(5) Cybernet, cyber extension, penyiaran dan/atau interaksi melalui
internet;
(6) Pemutaran film atau video, penyuluhan dengan mengunakan alat film
/video yang bersifat visual dan massal serta menggambarkan suatu
kegiatan;
(7) Penyebaran brosur/ folder/ leaflet dan majalah, merupakan
penyebaran menggunakan brosur, folder, leaflet dan majalah yang
dibagikan kepada masyarakat pada saat tertentu. Berikut contoh
leaflet penyuluhan kehutanan tentang kebun bibit rakyat.
(8) Pemasangan poster/ spanduk, merupakan penyebaran
menggunakan gambardan sedikit kata-kata yang dicetak dan
ditempelkan ditempat-pempat yang sering dilalui orang atau
sering digunakan sebagai tempat
(9) Pemasangan poster/ spanduk, merupakan penyebaran
menggunakan gambardan sedikit kata-kata yang dicetak dan
ditempelkan ditempat-pempat yang sering dilalui orang atau
sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul diluar suatu
ruangan. Berikut contoh poster penyuluhan mengenai gerakan
cegah kebakaran hutan, cegah illegal logging dan penanaman
pohon (Gambar 96.)

KEHUTANAN I 242
Gambar 95. Poster penyuluhan mengenai gerakan penanaman pohon, cegah
kebakaran hutan dan illegal logging
Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014
(10) Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan jumlah sasaran, adalah sebagai
berikut:
(a) Perorangan, seperti :
• Kunjungan rumah/ lokasi usaha;
• Surat menyurat;
• Hubungan telepon.
(b) Kelompok, seperti:
• Diskusi;
• Karyawisata;
• Kursus tani;
• Pertemuan kelompok.
(c) Misal, Seperti:
• Sosialisasi ;
• Kampanye;
• Pemasangan poster/ spanduk;
• Siaran radio;
• Siaran televisi;
• Temu karya.
(11) Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan teknik komunikasi adalah sebagai
berikut:

243 I KEHUTANAN
(a) Komunikasi langsung yaitu metode penyuluhan yang dilakukan melalui
percakapan tatap muka atau melalui media tertentu yang memungkinkan
penyuluhan dan/ atau berkomunikasi secara langsung untuk memperoleh
respon dari sasarannya dalam waktu yang related singkat, seperti :
• Telepon;
• Diskusi;
• Dialog.
Berikut contoh kegiatan diskusi dalam penyuluhan kehutanan (Gambar
97.)

Gambar 96. Diskusi dalam kegiatan forum komunikasi dan koordinasi penyuluhan kehutanan
swadaya masyarakat.
Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014

(b) Komunikasi tidak langsung yaitu metode penyuluhan yang dilakukan


melakui perantara orang lain melaui surat atau media lain yang tidak
memungkinkan penyuluh untuk dapat menerima respon dari sasaran
dalam waktu yang relatif singkat, seperti:
• Pemasangan poster;
• Penyebaran brosur/ leaflet/booklet/folder/majalah;
• Siaran radio;
• Tayang televisi;
• Pemutaran slide;
• Pemutaran film;
• Pertunjukan seni budaya masyarakat.

KEHUTANAN I 244
Secara umum jenis dan bentuk metode penyuluhan yang banyak di gunakan
adalah berdasarkan jumlah sasarannya. Metode ini di sebut pula pendekatan
penyuluhan. Dalam metode penyuluhan sering di gunakan beberapa teknik
penyuluhan. Teknik penyuluhan sebenarnya berkait erat dengan metode
penyuluhan.

c. Teknik Memilih Metode Penyuluhan


1) Prinsp-Prinsip Pemilihan Metode Penyuluhan.

Sebelum menerapkan kegiatan penyuluhan kehutanan, prisip prinsip yang dapat


dijadikan landasan bagi penyuluh dalam pemilihan metode penyuluhan yang
tepat, adalah sebagai berikut :
a. Mampu memdorong tumbuhnya swakarsa, swadaya, dan kemandirian
pelaku utama dan pelaku usaha;
b. Sesuai dengan kondisi sasaran penyuluh;
c. Efesien dan efektif dalam penggunaan biaya waktu dan tenaga;
d. Menjamin keberlanjutan kegiatan dan usaha;
e. Mendorong partisifasi aktif sasaran penyuluhan.
Dalam pelaksanaannya metode penyuluhan agar dibuat menarik, mengikut sertakan
pelaku utama pelaku usah dan sasaran antara.
2) Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan
Pemilihan metode penyuluhan sangat penting dalam kegiatan penyuluhan karena
akan sangat mempengaruhi keberhasila penyuluhan. Meteri penyuhan yang baik tidak
akan dapat diterima oleh sasaran penyuluhan bila tidak menggunakan metode yang
baik dan tepat. Demikian juga metode dan materi yang baik belum tentu efektif bila
tidak menggunakan alat bantu yang tepat.
Pemilihan metode penyuluhan mempunyai tujuan yaitu:
a) Agar penyuluh dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yang tepat dan berhasil guna.

245 I KEHUTANAN
b) Agar kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan untuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan
keluargannya.
Metode penyuluhan yang akan dipilih harus memperhatikan hal-hal berikut:
a) Karakteristik Sasaran
Dalam memilih metode penyuluhan langkah pertama harus dilihat adalah
sasaran. Menyuluh adalah mendidik yang dilakukan memalui kegiatan
mengajar bagi petani bagi anggota keluarganya. Karakterisk sasaran yang
perlu di pertimbangkan dalam memilih metode penyuluhan adalah:
• Tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
• Keadaan sosial dan budaya.
b) Karakteristik Keadaan Wilayah.
Penyuluhan adalah system pendidikan luar sekolah yang kebanyakan atau
sebagian besar dilakukan dilapangan. Oleh sebab itu karakteristik
keadaan wilayah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyuluhan
melalui penerapan metode penyuluhan.
Karakteristik wilayah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan musim;
kondisi lapangan (topografi, jarak, potensi, aksesibilitasi dan lain-lain);
demografi; jenis usaha yang dikembangkan.
c) Materi Penyuluhan
Sifat khusus yang harus diperhatikan dalam pemberian materi penyuluhan:
1) Tingkat kesukaran
2) Tingkat keuntungan relative yang dihasilkan
3) Tingkat kerumitan
4) Tingkat kepraktisan
5) Tingkat kesederhanaan
6) Tngkat kecocokan dengan inovasi terdahulu.
d) Kebijaksanan Pemerintah
Penyuluhan adalah bentuk pendidikan masyarakat desa yang sebagian
besar adalah petani, secara umum untuk meningkat kualitas sumber daya
manusia sebagai pelaku pembangunan kehutanan. Kegiatan penyuluhan

KEHUTANAN I 246
harus sejalan dengan kebijakan pemerintah, baik pemerintah pusat,
maupun pemerintah daerah.

3) Langkah-Langkah Pemilihan Metode Penyuluhan

Seorang penyuluh yang professional dalam memilih metode peyuluhan yang


akan digunakan tidak cukup mengandalkan terhadap pengalamannya yang
telah mengenal daerah kerjanya, petani sasaran, dan masalah yang dihadapi,
tetapi perlu menghadapi langkah-langkah yang sistematis dalam memilih
metode penyuluhan diantaranya:
1) Menghimpun Data
Data yang perlu dihimpun dalam pemilihan metode penyuhan mencakup
data dasar tentang sasaran, penyuluh dan kelengkapannya, keadaan
wilayah, materi penyuluhan, biaya, dan kebijakan pemerintah.
2) Penetapan Pada Tahap Adopsi
Penetapan adopsi sasaran dilakukan dengan cara menganalisa data
dasar tingkat pendidikan, pengalaman dan tingkat penerapan teknologi.
3) Penetapan Alternative Metode Penyuluhan.
Penetapan alaternatif metode penyuluhan dilakukan dengan melihat
diagram hubungan antara tahap adopsi sasaran, pendekatan penyuluhan
dan metode penyuluhan yang sesuai dengan pendekatan yang
digunakan.
4) Penetapan Metode Penyuluhan.
Penetapan metode penyuluhan didasarkan pada alternative metode dan
ditetapkan metode atau kombinasi metode yang berdayaguna dan
berhasilguna sesuai dengan karakteristik sasaran, kemampuan penyuluh,
keadaan daerah, sifat materi penyuluh, tersedianya sasaran dan biaya,
dan kebijakan pemerintah.
5) Memantapkan Keputusan
Pemantapan keputusan dilakukuan dengan evaluasi diri yang mencakup
kemampuan metode untuk mengemabangkan swakarsa dan swadaya

247 I KEHUTANAN
petani, kesesuaian sasaran, tepat waktu bagi sasaran, mudah diterima
dan dimengerti.

d. Cara Merancang dan Melaksanakan Metode Penyuluhan Kehutanan


Salah satu tugas penyuluh kehutanan ahli berkaitan dengan metode penyuluhan
adalah merancang dan melaksanakan metode penyuluhan kehutanan dalam
bentuk Temu Teknis/ Temu Wicara/ Temu Karya, Karya Wisata, Pameran dan
Demplot.

1) Temu Teknis
a) Pengertian
Temu teknis adalah metode penyuluhan kehutanan berupa kegiatan
pertanian berkala antara penyuluh kehutanan dengan penyuluh
kehutanan atau antara penyuluh kehutanan, peneliti, aparat pengaturan
dan pelayanan untuk meningkatkan pelayanan kepada petani/
masyarakat sasaran dalam mengembangkan usahanya
(Kepmenhut272/Kpts-II/2003)
b) Tujuan temi teknis adalah untuk meningkatkan kompetensi para
penyuluh kehutanan dalam pelayanan kepada pelaku utama dan/ atau
pelaku usaha.
c) Pelaksanaan:
(1) Pra pertemuan
- Penumbuhan Pemrakarsa Temu Teknis
- Penentuan pokok bahasan yang tepat
- Penyiapan data dan informasi
- Bimbingan peran serta petani
- Bimbingan teknis penyampaian pesan
- Penataan ruangan dan rambu-rambu.
(2) Saat pertemuan
• Pendayagunaan moderator semaksimal mungkin
• Teknik penyampaian pesan

KEHUTANAN I 248
• Penyusunan rumusan kesepakatan
(3) Pasca pertemuan
• Monitoring pelaksanaan kesepakatan
• Membantu pemecahan msalah yang timbul
• Evalusi terhadap tindak lanjut kesepakatan.

2) Temu Wicara
a) Pengertian
Temu wicara adalah pertemuan antara petani dengan pemerintah untuk
bertukar informasi mengenai kebijaka pemerinta dalam pembangunan
kehutanan serta aspirasi petani.
b) Tujuan metode Temu Wicara untuk:
1) Meningkatkan partisipasi petani dalam pembangunan kehutanan,
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
3) Saling mengenal dan tukar informasi.
c) Pelaksanaan
(1) Pra pertemuan
• Menumbuhkan pemrakarsa temu karya
• Memotivasi petani yang berprestasi untuk menjadi pembicara
• Membimbing petani calon penulis/ pembicara
• Memupuk kerjasama antara pemrakarsa dengan penyelenggara
• Pembagian tugas secara cermat
(2) Saat Pertemuan
• Pimpinan sidang harus berperan secara optimal dalam
pengaturan waktu
• Pendayagunaan teknik penyampaian secara baik
• Mendayagunakan dialog
• Pembagian makalah
(3) Pasca Pertemuan
• Bimbingan penerapan teknologi hasil temu karya.

249 I KEHUTANAN
d) Manfaat:
Dapat menumbuhkan komunikasi tatap muka dan saluran umpan balik
antara penentu kebijaksanaan pembangunan dengan sasaran
penyuluhan.
3) Demonstrasi
a) Pengertian dan Tujuan
Demonstrasi merupakan suatu penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan secara langsung dan nyata tentang “cara” dan atau
“hasil” penerapan teknologi yang telah terbukti menguntungkan bagi
petani/ masyarakat.
Dalam praktek penyuluhan, metode demonstrasi ini terbagi dua yaitu
demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara merupakan
metode penyuluhan kehutanan berupa kegiatan untuk memperhatikan
secara nyata tentang hasil penerapan teknologi kehutanan yang telah
terbukti menguntungkan bagi masyarakat sasaran, sedangkan
demonstrasi hasil merupakan kegiatan untuk memperlihatkan secara
nyata tentang tentang hasil penerapan teknologi lainnya yang sedah
spesifik lokasi, dapat berupa demplot, dem farm maupun dem area.
b) Tujuan demonstrasi
1) Memberikan contoh penerapan teknologi baru
2) Menyakinkan petani tentang cara yang lebih baik dan
menguntungkan
3) Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara nyata.

4. Membangun jejaring kerja

a. Alasan Membangun Jejaring Kerja

Membangun jejaring kerja dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan menjadi


sangat penting baik secara individu atau organisasi. Kemitraan tersebut digalang
dengan maksud untuk memfasilitasi atau membuka akses masyarakat kepada

KEHUTANAN I 250
sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan. Hal ini
diperlukan karena dilandasi oleh beberapa hal sebagai berikut:

1) Sumber daya manusia penyuluh kehutanan masih kurang memadai baik


dari sisi kuantitas maupun kualitasnya, misalnya dalam hal jumlah,
kualifikasi, kompetensi, fasilitas, sarana dan prasarana serta permodalan.
2) Potensi sumber daya yang tersedia di masyarakat belum disinergikan
dengan program penyuluhan kehutanan. Di masyarakat tersedia berbagai
sumber daya yang cukup potensial tetapi belum diberdayakan secara
optimal oleh penyuluh kehutanan.
3) Penyelenggaraan penyuluhan kehutanan bisa memiliki tingkat
kemandirian (independency) yang tinggi apabila mampu memberdayakan
segenap sumber daya di masyarakat melalui pola kemitraan. Penyuluhan
kehutanan ke depan diarahkan untuk menjadi sebuah lembaga dengan
tingkat kemandirian yang tinggi dan dikelola secara profesional dan
berorientasi pada keswadayaan.
4) Kebutuhan pasar kerja menuntut SDM penyuluh kehutanan yang
profesional dan kompeten di bidangnya.
5) Adanya kecenderungan kebutuhan masyarakat dalam pembangunan
aneka usaha kehutanan seperti: HTI (Hutan Tanaman Industri), HTR
(Hutan Tanaman Rakyat), HR (Hutan Rakyat), HKm (Hutan
Kemasyarakatan), dan Agroforestry yang membutuhkan tenaga
pendampingan dari penyuluh kehutanan.
6) Rekruitmen tenaga penyuluh kehutanan tidak seimbang dengan
kebutuhannya karena sangat sedikit formasinya.
7) Masih terbatasnya lembaga pendidikan penyuluhan kehutanan yang
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh kehutanan
dan masyarakat guna meningkatkan ilmu dan pengetahuannya.

b. Tujuan Membangun Jejaring Kerja

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai membangun jejaring kerja, antara lain:

251 I KEHUTANAN
1) Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Salah satu tujuan membangun jejaring
kerja dan kemitraan adalah membangun kesadaran masyarakat pelaku utama
dan pelaku usaha terhadap penyuluhan kehutanan dalam pembangunan
kehutanan.
2) Peningkatan Mutu dan Kompetensi. Dinamika perkembangan kemajuan
masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha sangat cepat. Untuk itu penyuluh
kehutanan dituntut untuk terus melakukan inovasi teknologi baru, meningkatkan
mutu pelayanan dan relevansi program-program kehutanan.
3) Mensinergikan Program. Terdapat berbagai program dari berbagai pihak yang
sebetulnya bisa disinergikan dengan program kerja penyuluh kehutanan dengan
syarat bila terbangun komunikasi dua arah (komunikasi dialogis) yang baik antara
satu pihak dengan pihak yang lain.

c. Persyaratan Pihak-Pihak dalam Jejaring Kerja

Membangun jejaring kerja pada hakikatnya adalah sebuah proses membangun


komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling
percaya (trust) dan saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang bermitra, yang
dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau nota kesepakatan (MoU) guna
mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Dari definisi tersebut dapat
dijelaskan bahwa membangun jejaring kerja pada dasarnya dapat dilakukan jika
pihak-pihak yang bermitra. Persyaratan pihak-pihak yang terlibat dalam jejaring kerja
adalah sebagai berikut:

1) Ada dua pihak atau lebih organisasi;


2) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi;
3) Ada kesepahaman atau kesepakatan;
4) Saling percaya dan membutuhkan;
5) Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Penyuluh Kehutanan harus mampu membangun pendekatan dengan para calon
mitra dengan melakukan komunikasi dialogis secara intensif, mampu menawarkan

KEHUTANAN I 252
dan meyakinkan bahwa ide dan informasi pembangunan kehutanan yang akan
dimitrakan sejalan dengan pikiran dan kehendak mitra.

d. Prinsip-Prinsip Membangun Jejaring Kerja

Dalam membangun jejaring kerja diperlukan adanya prinsip-prinsip yang harus


disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di
antaranya adalah:

1) Kesamaan Visi-Misi
Jejaring kerja hendaknya dibangun atas dasar kesamaam visi dan misi, serta
tujuan organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemitraan tersebut. Penyuluh kehutanan dengan kelompok wanatani atau
lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama.
2) Kepercayaan (trust)
Adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Kepercayaan adalah
modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis dan mutualis. Untuk
dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi oleh itikad
(niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
3) Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun
jejaring kerja. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan
ataupun merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu
keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling
memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus saling merasa
diuntungkan dengan adanya jalinan kemitraan.
4) Efisiensi dan Efektifitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil, justru sebaliknya
malah dapat meningkatkan kualitas proses dan poduk yang dicapai.
5) Komunikasi Dialogis

253 I KEHUTANAN
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling
menghargai satu sama lainnya. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam
membangun kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak
yang satu terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak
hubungan yang sudah dibangun.
6) Komitmen yang Kuat
Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu
sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

5. Menyusun teknik-teknik mekanisme pelaporan penyuluhan.

a. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi merupakan sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan suatu kegiatan
atau program. Dalam hal ini, evaluasi penyuluhan kehutanan, berguna untuk
memperbaiki atau menyempurnakan program atau kegiatan penyuluhan kehutanan
sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi penyuluhan juga dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan
kegiatan/ program penyuluhan dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

Evaluasi penyuluhan kehutanan memiliki beberapa tujuan, ditinjau dari tiga aspek,
yaitu 1) tujuan kegiatan, 2) tujuan manajerial dan 3) tujuan program. Tujuan evaluasi
penyuluhan berdasarkan tiga aspek ini, disajikan sebagai berikut:

1) Tujuan kegiatan
a) Untuk mengetahui ketercapaian sasaran/ tujuan program/ kegiatan.
b) Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat
intervensi program/ kegiatan penyuluhan.
c) Untuk mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan
program.
d) Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program

KEHUTANAN I 254
2) Tujuan manajerial
a) Untuk memberikan data/ informasi sebagai dasar pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
b) Untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
c) Untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/ stake
holder.
d) Untuk menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih
baik.
3) Tujuan program
a) Untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan permasalahan di
masyarakat
b) Untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan struktur dan program
dari lembaga-lembaga terkait perubahan kebutuhan, aspirasi dan harapan
dari masyarakat.

Evaluasi penyuluhan kehutanan memiliki beberapa manfaat, yaitu:

(a) Untuk menentukan tingkat perubahan perilaku kelompok sasaran yang disuluh
setelah penyuluhan dilaksanakan;
(b) Untuk memperbaiki program, sarana, prosedur, pengorganisasian masyarakat
dan pelaksanaan penyuluhan dan penyempurnaan kebijakan penyuluhan.

b. Langkah-langkah Evaluasi Penyuluhan


Agar hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan, maka evaluasi harus dilakukan
sesuai kaidah yang benar. Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi adalah
sebagai berikut:
1) Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi.
Unsur-unsur dalam tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi meliputi: sasaran (S),
perubahan perilaku yang dikehendaki (P), materi (M) dan kondisi atau situasi (K).
Contoh: masyarakat sekitar hutan (S) dapat menerapkan (P) sistem agroforestry
(M) sesuai dengan ketentuan Kementerian Kehutanan (K).

255 I KEHUTANAN
2) Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang
dicapai
Indikator-indikator yang ditetapkan meliputi:
a) Indikator perubahan kognitif
(1) penguasaan pengetahuan (knowledge)
(2) Penguasaan pengertian (comprehension)
(3) Kemampuan menerapkan (application)
(4) Kemampuan analisis (analisis)
(5) Kemampuan sintesis (synthesis)
b) Indikator perubahan kemampuan afektif
(1) Menyadari atau mau memilih
(2) Tanggap atau mau
(3) Yakin atau mau mengikuti
(4) Menghayati atau selalu menerapkan
c) Indikator perubahan psikomotor
(1) Kecepatan (6) Ketelitian
(2) Kekuatan (7) Kerapihan
(3) Ketahanan (8) Keseimbangan
(4) Kecermatan (9) Keharmonisan
(5) Ketepatan

3) Membuat alat pengukur untuk mengumpulkan data


Contoh: masyarakat dapat membuat lubang tanam dan memberi pupuk sebanyak
20 gram tiap lubang tanam dengan waktu 5 menit per lubang tanam.
a) Indikator: kecepatan dan ketepatan
b) Standar: waktu membuat lubang tanam 5 menit per lubang dan takaran pupuk
20 gram/ lubang tanam.
c) Kriteria:
Terampil: waktu 5 menit/ lubang tanam, pupuk 20 gram/ lubang tanam
Sedang: waktu 6 menit/ lubang tanam, pupuk 23 atau 17 gram/ lubang tanam

KEHUTANAN I 256
Kurang: waktu 7 menit/ lubang tanam, pupuk 25 atau 15 gram/ lubang tanam
d) Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data:
- pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
- pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah
- rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan praktek
- skala sikap
- skala minat
4) Membuat alat pengukur/ instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat
ukur, yang meliputi:
a) Kesahihan (validity)
Sahih, bila alat ukur yangdigunakan sesuai dengan obyek yang hendak
diukur, misalnya alat ukur perubahan perilaku, sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Alat ukur harus sahih untuk mengukur subjek yang mengalami
penyuluhan.
b) Keterandalan (reliability)
Kemampuan alat ukur, dapat digunakan orang lain dan memperoleh hasil
yang sama dalam situasi dan kondisi apapun.
c) Obyektivitas
Alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas, hanya memiliki satu interpretasi untuk
menganalisis.
d) Praktis (practicability)
Mudah digunakan efektif untuk bahan pengukuran dan bersifat efektif
untukmenganalisis.
e) Sederhana (simple)
Tidak terlalu rumit/ kompleks sehingga mudah dimengerti.

c. Pelaporan Penyuluhan

Pada prinsipnya, penulisan laporan evaluasi tidak berbeda dengan penulisan laporan
penelitian pada umumnya, baik dalam sistimatika maupun pokok-pokok isi laporan
yang disampaikan. Hanya bahasa serta tata tulis yang digunakan lebih populer dan
mudah dipahami karena para pembaca laporan evaluasi lebih bervariasi dalam hal

257 I KEHUTANAN
tingkat pendidikan dan pengalaman. Format atau sistematika laporan evaluasi
penyuluhan dalam prakteknya dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan lembaga atau
disesuaikan dengan maksud atau tujuan dari evaluasi itu sendiri. Tetapi, secara umum
format laporan penyuluhan dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Kata pengantar, daftar isi, pengesahan laporan


2) Pendahuluan, yang memuat uraian yang singkat dan cukup jelas mengenai:
a) Latar belakang atau alasan dilakukannya penyuluhan beserta evaluasi,
sasaran/ obyek evaluasi
b) Masalah dan tujuan penyuluhan serta evaluasi penyuluhan
c) Manfaat penyuluhan dan hasil evaluasi
3) Landasan-landasan teori dan konsep-konsep yang digunakan dalam
pelaksanaan penyuluhan dan evaluasi penyuluhan.
4) Indikator dan parameter, serta pengukurannya
5) Rancangan evaluasi yang mencakup:
a) Populasi dan sample, berikut penjelasan tenik penarikan sample
b) Rincian data yang dikumpulkan
c) Tenik pengumpulan data
d) Instrumen evaluasi (biasa disampaikan dalam bentuk lampiran)
e) Uji ketepatan dan ketelitian instrumen evaluasi
f) Analisis data
6) Gambaran umum tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dievaluasi
7) Hasil penyuluhan kehutanan, yang berisi mengenai pembahasan mengenai
pelaksanaan dan hasil evaluasi penyuluhan. Hasil penyuluhan bisa ditampilkan
dalam bentuk grafik, gambar, tabel dan lain sebagainya. Bagian ini merupakan
pemaparan dari hasil temuan-temuan atau fakta atau data, dan diberi penjelasan
serta pembahasan secukupnya.
8) Kesimpulan dan saran-saran/ rekomendasi
9) Daftar pustaka
10) Lampiran

KEHUTANAN I 258
D. Latihan Soal/Kasus

D. Rangkuman

1. Menyajikan Data Potensi Kawasan dan Sosial Masyarakat


a. Potensi kawasan dan sosial masyarakat adalah segala sumber daya (alam,
sumberdaya buatan, manusia dan agroklimat) yang dapat dikembangkan pada
suatu daerah.
b. PRA (Participatory Rural Appraisal) adalah sekumpulan pendekatan dan metode
yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar
mereka dapat membuat rencana dan tindakan.
c. Dalam pelaksanaan PRA, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan,
diantaranya :
1) Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
2) Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
3) Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
4) Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
5) Prinsip santai dan informal
6) Prinsip Triangulasi
7) Prinsip mengoptimalkan hasil
8) Prinsip orientasi praktis
9) Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
10) Prinsip belajar dari kesalahan
11) Prinsip terbuka
d. Alat bantu PRA dapat berupa gambar atau diagram yang dibuat oleh masyarakat
berdasarkan hasil pengamatan langsung, data sekunder dan wawancara semi
struktural. Alat bantu PRA (Darmawati, 2005) dapat berupa :
1) Sketsa Desa
2) Sketsa Usaha Tani

259 I KEHUTANAN
3) Kalender musim
4) Jadwal kegiatan rutin harian
5) Transek
6) Penelusuran alur sejarah desa
7) Bagan kecenderungan dan perubahan
8) Diagram hubungan kelembagaan/diagram venn
9) Peta mobilitas
10) Diagram alir
11) Matriks ranking

2. Menyusun Media Penyuluhan Kehutanan


a. Media penyuluhan adalah sesuatu yang dikemas sedemikian rupa untuk
memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran dapat
menyerap pesan dengan mudah dan jelas.
b. Peranan media penyuluhan kehutanan adalah sebagai saluran komunikasi
(channel), sebagai media belajar dan sebagai peragaan.
c. Jenis media penyuluhan kehutanan adalah :
• Media verbal atau lisan
• Media cetak
• Media terproyeksi.
d. Tujuan pemilihan media adalah agar media penyuluhan yang dipakai efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan penyuluhan kehutanan.
e. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan media penyuluhan adalah tujuan
kegiatan penyuluhan yang ingin dicapai, tahap adopsi inovasi sasaran,
jangkauan media, karakteristik media, dana yang tersedia dan penggunaan
media secara terpadu.
f. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain :
a) Kesesuaian dengan tujuan yang diinginkan
b) Jumlah sasaran
c) Karakteristik sasaran dan wilayahnya
d) Strategi komunikasi

KEHUTANAN I 260
e) Materi penyuluhan / isi pesan
f) Biaya

3. Mendemontrasikan metode penyuluh kehutanan


b. Metode penyuluhan diartikan sebagai cara penyampaian materi penyuluhan oleh
penyuluh kepada petani baik secara langsung maupun tidak langsung, agar
mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi atau teknologi baru.
c. Tujuan metode penyuluhan kehutanan adalah agar penyuluh kehutanan dapat
menyampaikan materi penyuluhan secara professional, sehingga mudah diterima
oleh sasaran penyuluhan kehutanan.
d. Secara umum jenis dan bentuk metode penyuluhan dapat dikelompokkan ke
dalam empat kategori, yaitu berdasarkan tujuan; jumlah sasaran; media yang
digunakan dan teknik komunikasi.
e. Teknik memilih metode penyuluhan kehutanan :
a. Prinsp- prinsip Pemilihan Metode Penyuluhan
b. Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan
f. Pemilihan metode penyuluhan mempunyai tujuan yaitu:
1) Agar penyuluh dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yang tepat dan berhasil guna.
2) Agar kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan
yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan keluargannya.
4. Membangun Jejaring Kerja
a. Jejaring kerja adalah seni berkomunikasi antar orang yang satu dengan yang lain,
berbagi ide, informasi dan sumber daya untuk meraih kesuksesan individu atau
kelompok.
b. Kemitraan merupakan kerjasama terpadu antara dua belah pihak atau lebih yang
serasi, sinergi, sistematis, terpadu dan memiliki tujuan untuk menyatukan potensi
bisnis dalam menghasilkan keuntungan yang optimal.
c. Membangun jejaring kerja dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan
menjadi sangat penting baik secara individu atau organisasi. Kemitraan tersebut

261 I KEHUTANAN
digalang dengan maksud untuk memfasilitasi atau membuka akses masyarakat
kepada sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan.
d. Tujuan membangun jejaring kerja :
• Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
• Peningkatan Mutu dan Kompetensi
• Mensinergikan Program
e. Persyaratan pihak-pihak yang terlibat dalam jejaring kerja adalah sebagai berikut:
1) Ada dua pihak atau lebih organisasi;
2) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi;
3) Ada kesepahaman atau kesepakatan;
4) Saling percaya dan membutuhkan;
5) Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
f. Prinsip-prinsip membangun jejaring kerja :
1) Kesamaan Visi-Misi
2) Kepercayaan (trust)
3) Saling menguntungkan
4) Efisiensi dan efektivitas
5) Komunikasi dialogis
6) Komitmen yang kuat
g. Strategi membangun jejaring kerja merupakan upaya untuk mengantisipasi agar
jejaring kerja tersebut tidak menemui kebuntuan atau kegagalan karena hal-hal
yang tidak prinsip atau kesalah-pahaman bisa terjadi
h. Langkah-langkah membangun jejaring kerja :
1) Identifikasi dan pemetaan objek jejaring kerja
2) Menggali dan mengumpulkan informasi
3) Menganalisis informasi
4) Penjajakan kerjasama
5) Penyusunan rencana kerja
6) Membuat kesepakatan
7) Penandatanganan akad kerjasama
8) Pelaksanaan kegiatan

KEHUTANAN I 262
9) Monitoring dan evaluasi
10) Perbaikan
11) Perencanaan selanjutnya

5. Menyusun Teknik-teknik Pelaporan Penyuluh kehutanan


a. Evaluasi penyuluhan kehutanan memiliki beberapa tujuan, yaitu : 1) tujuan
kegiatan, 2) tujuan manajerial dan 3) tujuan program.
b. Evaluasi penyuluhan kehutanan memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1) Untuk menentukan tingkat perubahan perilaku kelompok sasaran yang disuluh
setelah penyuluhan dilaksanakan;
2) Untuk memperbaiki program, sarana, prosedur, pengorganisasian masyarakat
dan pelaksanaan penyuluhan dan penyempurnaan kebijakan penyuluhan.
c. Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi adalah sebagai berikut:
1) Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi
2) Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang
dicapai
3) Membuat alat pengukur untuk mengumpulkan data
4) Membuat alat pengukur/ instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat
ukur
5) Menarik sample (sampling) dan melakukan pengumpulan data
6) Melakukan analisis dan interpretasi data
d. Bahasa serta tata tulis yang digunakan dalam laporan penyuluhan lebih populer
dan mudah dipahami karena para pembaca laporan bervariasi dalam hal tingkat
pendidikan dan pengalaman

263 I KEHUTANAN

Anda mungkin juga menyukai