Sumber Belajar : Modul Penyuluh Kehutanan Pusdiklat Bogor 2018 dan Modul
Penyuluh Diklat PKB PPPPTK Pertanian
A. Kompetensi
C. Uraian Materi
KEHUTANAN I 214
pertama kali memberikan ceramah kepada perkumpulan wanita dan perkumpulan
pekerja pria di Inggris Utara. Stuart kemudian dianggap sebagai bapak penyuluhan.
215 I KEHUTANAN
g) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan kehutanan yang maju dan
modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata potensi adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.
Kawasan memiliki arti daerah tertentu yang mempunyai sosial khas atau fungsi
tertentu. Sosial masyarakat memiliki makna segala sesuatu yang berhubungan
dengan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa potensi kawasan dan sosial
masyarakat adalah segala sumber daya (alam, sumberdaya buatan, manusia dan
agroklimat) yang dapat dikembangkan pada suatu daerah.
Data potensi kawasan dan social masyarakat perlu diketahui karena merupakan
bahan baku dalam penyusunan rencana penyuluhan serta merupakan salah satu
social keberhasilan pengusahaan komoditas kehutanan pada wilayah tersebut. Data
potensi kawasan dan sosial masyarakat dapat diperoleh dari data sekunder maupun
data primer.
KEHUTANAN I 216
Data potensi kawasan dan sosial masyarakat yang dapat diperoleh dari data sekunder
(monografi/profil desa/kecamatan) adalah :
k. Tingkat pendidikan
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk menggali dan mengidentifikasi data dan
informasi mengenai potensi kawasan dan sosial masyarakat pada wilayah kerja
penyuluh kehutanan. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
dapat berupa :
217 I KEHUTANAN
2) Teknik PRA (Participatory Rural Appraisal)
3) Alat Identifikasi lainnya
Dalam modul ini, instrumen yang akan dibahas adalah teknik PRA (Participatory Rural
Appraisal). PRA (Participatory Rural Appraisal) adalah sekumpulan pendekatan dan
metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka
dapat membuat rencana dan tindakan (Robert Chambers dalam Modul Perencanaan
Penyuluhan Kehutanan).
Dalam pelaksanaan PRA, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah :
KEHUTANAN I 218
Prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus
dibiarkan tidak berubah, sehingga harus dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan
masyarakat serta pengetahuan dari luar saling melengkapi dan sama bernilainya.
Proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar
melahirkan sesuatu yang lebih baik.
6) Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data atau
informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat dan benar, dapat menggunakan triangulasi yang merupakan
bentuk pemeriksaan ulang (check and recheck) data dan informasi yang diperoleh.
Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman
disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman
latar belakang golongan masyarakat, tempat, jenis kelamin dll) dan keragaman teknik.
a) Lebih baik kita “tidak tahu apa yang tidak perlu diketahui” (ketahui
secukupnya saja).
b) Lebih baik kita “tidak tahu apakah suatu informasi bisa benar seratus
persen, tetap diperkirakan bahwa informasi tersebut cenderung mendekati
kebenaran” (daripada tidak tahu sama sekali).
8) Prinsip orientasi praktis
219 I KEHUTANAN
Prinsip ini dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat.
PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para
pelaksana lapangan, agar problem yang harus diselesaikan dan program yang
dikembangkan bisa dilakukan secara terus-menerus berlandaskan pada prinsip dasar
PRA yang menggerakkan potensi masyarakat.
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah hal yang wajar, yang terpenting
penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan. Belajar dari kekurangan
atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan berikutnya bisa lebih baik.
Maksud dari prinsip ini adalah menganggap PRA sebagai metode yang belum selesai,
sempurna dan pasti benar. PRA ini bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat.
KEHUTANAN I 220
Untuk melaksanakan PRA ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Alat bantu
tersebut dapat berupa gambar atau diagram yang dibuat oleh masyarakat
berdasarkan hasil pengamatan langsung, data sekunder dan wawancara semi
struktural. Alat bantu PRA (Darmawati, 2005) dapat berupa :
1) Sketsa Desa
2) Sketsa Usaha Tani
3) Kalender musim
4) Jadwal kegiatan rutin harian
5) Transek
6) Penelusuran alur sejarah desa
7) Bagan kecenderungan dan perubahan
8) Diagram hubungan kelembagaan/diagram venn
9) Peta mobilitas
10) Diagram alir
11) Matriks ranking
12) Data sekunder desa
Ada beberapa hal yang harus dipahami sebelum menyusun/menentukan alat bantu
PRA yang akan digunakan, yaitu :
221 I KEHUTANAN
e. Analisis Data Potensi Kawasan dan Sosial Masyarakat
Menganalisis berarti “mengurai”, dengan melakukan analisis dapat diketahui lebih
lengkap mengenai suatu data atau informasi. PRA merupakan pembelajaran bersama
masyarakat tani, maka dianjurkan agar analisis dilakukan dengan metode sederhana.
Metode yang dapat dilakukan juga oleh petani, yaitu analisis deskriptif dengan
pendekatan gawat, mendesak dan penyebaran (GMP) skala Likert. Analisis terkait
masalah yang dihadapi oelh petani, dapat dilakukan dengan “analisis sebab akibat”
atau “analisis pohon masalah”.
Analisis berguna untuk mengetahui lebih rinci tentang potensi, masalah dan
pemecahan masalah yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi tersebut.
Dalam kaitannya dengan penyuluhan, masalah dikhususkan kepada masalah yang
pemecahannya memerlukan kegiatan penyuluhan.
Hasil yang diperoleh dengan alat PRA “ Sketsa Desa” menyatakan bahwa di desa
terdapat lahan tidur. Informasi tentang lahan tidur perlu dianalisis seperti : luas, letak,
penyebab, pemilik, apakah perlu dimanfaatkan dan sebagainya. Tujuan akhir
daripada analisis tersebut adalah ditemukannya potensi, masalah dan pemecahan
masalah sebagai bahan untuk membuat rencana penyuluhan.
KEHUTANAN I 222
Data dan informasi yang diperoleh di wilayah suatu desa, atau beberapa desa, atau
kecamatan kemudian di susun dalam bentuk monografi wilayah penyuluh. Monografi
harus dipunyai oleh seorang penyuluh Kehutanan. Monografi disusun dalam bentuk
buku, di dalamnya perlu dilampiri dengan peta wilayah kerja penyuluh dan peta
lainnya yang perlu. Penyusunan monografi dilakukan tiap tahun dan perlu
diperbaharui jika ada perubahan di lapangan.
223 I KEHUTANAN
a) Kelembagaan penunjang ( koperasi, kios saprodi, bank, pasar, dan lain-
lain).
b) Prospek pasar,
c) Rantai pemasaran,
KEHUTANAN I 224
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil PRA bersama masyarakat serta
monografi wilayah kerja penyuluhan akan menjadi bahan penyusunan
programa penyuluhan. Programa penyuluhan inilah nantinya yang menjadi
acuan bagi penyuluh dalam menyusun rencana kerja penyuluhan.
Pesan yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran ( para Petani),
menyangkut ilmu dan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat sasaran untuk
melaksanakan suatu kegiatan tertentu dikemas dalam bentuk materi penyuluhan.
Dengan kata lain, yang dimaksud dengan materi penyuluhan adalah segala sesuatu
atau pesan yang ingin dikomunikasikan oleh penyuluh kepada masyarakat
sasarannya dalam suatu kegiatan penyuluhan.
• To secure understanding
• To establish acceptance
• To motive action
To secure understanding, memastikan bahwa masyarakat mengerti materi yang
diterimanya. Andaikan sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu
harus dibina ( to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan ( to
motivate action).
Materi yang disampaikan dalam proses penyuluhan harus bersifat inovatif yang
mampu mengubah atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan kearah
pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat sasaran, demi selalu
225 I KEHUTANAN
terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat
sasaran yang bersangkutan.
Beragamnya media memiliki karakteristik yang berbeda pula. Karena itu untuk setiap
tujuan yang berbeda diperlukan media yang berbeda pula. Dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan penyuluhan ataupun pelajaran, media sangat penting sebagai
saluran, penyampaian pesan.
Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produksi kehutanan tidak dapat ditawar lagi.
Teknologi dan informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut perlu disalurkan
dengan cepat dari sumber pesan kepada sasaran, yakni petani dan keluarganya serta
masyarakat kehutanan lainnya. Oleh karena itu peranan media penyuluhan
kehutanan semakin penting.
KEHUTANAN I 226
Peranan media penyuluhan kehutanan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari
proses komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi.
227 I KEHUTANAN
c) Memungkinkan proses belajar secara mandiri.
Tersedianya berbagai macam media penyuluhan seperti: brosur, kaset
rekaman, folder, leaflet, dan lain-lain, memungkinkan untuk terjadinya proses
belajar secara mandiri.
3) Peranan Media Penyuluhan Kehutanan Sebagai Peragaan
Peragaan merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan
kegiatan penyuluhan kehutanan. Media penyuluhan yang bersifat verbalistis akan
kurang berhasil. Peragaan berkaitan erat dengan penginderaan, peranan
penginderaan sangat penting dalam proses belajar termasuk dalam kegiatan
penyuluhan kehutanan. Media harus berperan sebagai peragaan agar petani belajar
lebih efektif bila ia belajar dengan melihat, mendengar dan sekaligus mengerjakannya
(learning by doing). Sejalan dengan pandangan di atas, maka peranan media
penyuluhan sebagai peragaan dalam kegiatan penyuluhan kehutanan sebagai
berikut:
KEHUTANAN I 228
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dan
sumber belajar.
4) Memungkinkan petani belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
229 I KEHUTANAN
b) Bisa melihat respon sasaran secara langsung
c) Pada media radio atau televisi, bisa menjangkau sasaran penyuluhan lebih
banyak
Kelemahan media verbal adalah:
a) Perlu penyesuaian waktu antara penyuluh dan dengan sasaran penyuluh
b) Perlu biaya dan teknologi yang cukup tinggi (radio, televisi, telepon)
c) Membutuhkan waktu yang cukup lama dan sumberdaya manusia yang cukup
besar untuk menjangkau sasaran yang luas jika menggunakan media telepon
atau tatap muka perorangan.
2) Media cetak
Media cetak disampaikan dalam bentuk gambar dan atau tulisan tercetak, seperti:
gambar, foto, selebaran, poster, leaflet, booklet, folder, baleho, koran, tabloid dan
atau majalah.
Media cetak memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Dapat dibuat secara cepat
b) Pesan relatif cepat sampai ke sasaran
c) Ukuran relatif kecil, sehingga isinya harus relevan dengan tujuan penyusunan
media cetak
d) Repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau
menglipingnya
e) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih
spesifik tentang isi tulisan.
Media cetak memiliki kelemahan sebagai berikut:
a) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa
gambar/ tulisan yang mewakili keseluruhan isi berita
b) Biayanya cukup mahal
3) Media terproyeksi
Media terproyeksi dapat disampaikan dalam bentuk: film, slide, cyber-net,
multimedia message service (MMS) dan running text.
KEHUTANAN I 230
Media terproyeksi memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Dapat menjangkau banyak kelompok
b) Tempo dan penyajian dapat disesuaikan
c) Penyajian masih bisa bertatap muka
d) Dapat digunakan berulang-ulang
Media terproyeksi memiliki kelemahan sebagai berikut:
a) Tergantung arus listrik
b) Media pendukungnya relatif mahal (komputer, LCD)
c) Penggunaan media ini sangat tergantung pada penyaji materi
Beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan media penyuluhan adalah tujuan
kegiatan penyuluhan yang ingin dicapai, tahap adopsi inovasi sasaran, jangkauan
media, karakteristik media, dana yang tersedia dan penggunaan media secara
terpadu. Penjelasan dari kriteria pemilihan media penyuluhan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Tujuan kegiatan penyuluhan yang ingin dicapai.
Tujuan kegiatan penyuluhan kehutanan adalah perubahan perilaku kehutanan
sesuai dengan perkembangan teknologi kehutanan. Aspek perilaku adalah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
2) Tahap adopsi sasaran
Pemilihan media disesuaikan dengan tahap adopsi pekerja kehutanan. Tahap
kesadaran, minat penilaian, mencoba dan menerapkan, masing-masing
memerlukan media yang efektif misalnya untuk tahap adopsi penilaian dan
mencoba, dipilih sesungguhnya melalui metode demostrasi.
3) Jangkauan media penyuluhan kehutanan
231 I KEHUTANAN
Pemilihan disesuaikan dengan jangkauan media, untuk pendekatan perorangan
dan kelompok dipilih sesungguhnya melalui metode demostrasi cara, kunjungan
usaha kehutanan, sedangkan untuk pendekatan missal dipilih media
sesungguhnya melalui metode pameran, media terekam melalui siaran radio dan
terproyeksi melalui siaran televisi.
4) Karateristik
Karateristik media berkaitan dengan rangsangan terhadap indera sasaran.
Penggolongan media menurut kelompok audio-visual misalnya adalah untuk
memudahkan memilih tingkat pendidikan formal kehutanan yang sangat bervariasi.
5) Pertimbangan media yang tersedia
Sedapat mungkin dipilih media yang biayanya tidak mahal tapi efektivitasnya tinggi.
Pemilihan media sesungguhnya yang dapat dibuat sendiri dengan harga relative
murah merupakan alternative yang perlu di tempuh apabila dana yang tersedia
terbatas. Sering terlupakan bahwa benda sesungguhnya di lingkungan kehutanan
dapat dimanfaatkan sebagai media asalkan persyaratan terpenuhi.
6) Pemilihan beberapa media penyuluhan untuk digunakan secara terpadu
Berbeda alternative dapat dipilih antara beberapa kelompok media: misalnya
media tercetak dikombinasikan dengan media terekam dan media terproyeksi.
Pemilihan kombinasi media tersebut tetap mengacu pada penggunaan yang efektif
dan efesien.
KEHUTANAN I 232
6) Lakukan evaluasi pemilihan dan penggunaan metode
Evaluasi penting dilakukan untuk mengukur sejauh mana media penyuluhan
kehutanan yang telah dipilih dan digunakan. Dirasakan manfaatnya terhadap
pemilihan bahan perbaikan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan media penyuluhan kehutanan pada periode berikutnya secara
berkesinambungan.
Media tidak dapat dipilih dan digunakan asal saja, tetapi harus dipilih dengan saksama
dan digunakan dengan benar. Tidak ada suatu mediapun yang dapat dipakai untuk
mencapai semua tujuan, sehingga tidak mungkin semua diperlakukan dengan media
yanga sama. Dalam penyelenggaraan penyuluhan, pemilihan jenis media yang
digunakan perlu dipertimbangkan pada kebersamaan antara metode belajar
mengajar, tujuan dan situasi pelatihan. Berikut ini gambaran penggunaan media
penyuluhan yang sesuai unutk berbagai kelompok sasaran dapat dilihat pada tabel 7.
Sasaran
No Jenis Media
Massal Kelompok Individu
1 Poster √ ─ ─
2 Film layar lebar √ √ ─
3 Film video ─ √ √
4 Folder/leaflet ─ √ √
5 Brosur,komik ─ √ ─
6 Peta singkap/Flipchart ─ √ ─
7 Katu Kilat/Flaschard ─ √ ─
8 Papan Flanel ─ √ ─
9 Siaran Pedesaan(TV,Radio) √ ─ ─
10 Kaset Rekaman, CD, VCD, DVD ─ √ √
11 Slide ─ √
12 Photo ─ √ √
13 Transparansi/Presentasi ─ √ ─
14 Model ─ √ ─
15 Papan Tulis ─ √ ─
16 Telephone ─ √ √
233 I KEHUTANAN
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain :
a. Kesesuaian dengan tujuan yang diinginkan
b. Jumlah sasaran
c. Karakteristik sasaran dan wilayahnya
d. Strategi komunikasi
e. Materi penyuluhan / isi pesan
f. Biaya
Dari sekian banyak media dalam penggunaannya tidak ada satupun yang terbaik,
karena setiap jenis media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang
terbaik adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis media, sehingga kelebihan
yang satu dapat menutupi kelemahan yang lainnya.
Tidak semua media penyuluhan kehutanan dapat dibuat sendiri oleh penyuluh, namun
pembuatan media penyuluhan kehutanan yang sederhana dan praktis untuk
digunakan adalah perlu. Untuk itu penyuluh kehutanan harus kreatif, mempunyai
kemampuan dan keterampilan untuk membuat media penyuluhan kehutanan yang
sederhana dan praktis tersebut.
Berikut ini beberapa petunjuk umum dalam persiapan pembuatan media penyuluhan
kehutanan, yaitu :
1) Memenuhi persyaratan media antara lain :
a) Adanya pesan yang jelas
b) Menarik perhatian
c) Mudah dimengerti
d) Mendorong sasaran untuk menerapkannya.
2) Keterampilan merancang antara lain : membuat gambar, skets, grafik, bagan dan
sebagainya.
3) Keterampilan menata gambar dengan memperhatikan :
a) Kesederhanaan
KEHUTANAN I 234
b) Menampilkan gambar dan tulisan yang penting saja
c) Keseimbangan gambar dan kata-kata
d) Keserasian/harmonis
e) Menonjolkan pusat perhatian
f) Irama atau gerak yang serasi
4) Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan, antara lain :
a) Alat gambar
b) Alat pembuat huruf, alat dan bahan khusus menurut jenis media yang akan
dibuat
c) Komputer dan perangkatnya
Dalam modul penyuluhan kehutanan kali ini, hanya membahas pembuatan media
penyuluhan dengan media cetak dalam bentuk poster dan media terproyeksi dalam
bentuk presentasi.
1. Membuat media penyuluhan kehutanan dalam bentuk poster
Poster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, saran,
ide, rekomendasi, ajakan, himbauan, peringatan, sehingga dapat merangsang
keinginan yang melihatnya untuk melakukan/melaksanakan isi pesan dalam poster
tersebut.
235 I KEHUTANAN
a) Berupa gambaran/ilustrasi disertai kata-kata yang mempunyai daya visual dan
dapat menarik perhatian
b) Adanya pesan yang akan disampaikan bagi yang melihatnya
c) Merangsang orang yang melihat untuk melaksanakan maksud isi poster
d) Dapat dibaca dalam waktu singkat (kurang lebih 7 detik)
e) Mempunyai ukuran tertentu (A4, Folio, A3, B4, A1, A0)
2) Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan poster :
a) Untuk siapa poster tersebut dibuat atau ditujukan (usia, jenis kelamin, profesi
dan segmentasi target)
b) Ukuran poster harus disesuaikan dengan area dan ruangan yang akan
dipasang
c) Kualitas bahan disesuaikan dengan tempat pemasangan terkait kekuatan
bahan terhadap cuaca dan keamanan.
d) Lama pemasangan disesuaikan dengan kebutuhan
e) Dipasang pada posisi strategis (mudah dilihat, dilalui banyak orang dsb.)
3) Syarat-syarat pembuatan poster :
a) Ilustrasi jangan terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dimengerti
b) Teks yang dicantumkan singkat, jelas dan bermakna
c) Adanya kesinambungan dan keseimbangan antara gambar/ilustrasi dan teks
d) Dapat dibaca dalam waktu yang singkat
e) Warna gambar/ilustrasi dan kata-kata kontras dengan warna latar
f) Adanya titik pusat perhatian
4) Cara pembuatan poster :
a) Menentukan ide/konsep/gagasan
b) Merencanakan gambar/ilustrasi dengan sktesa kasar
c) Membuat dalam bentuk digital (menggunakan komputer/laptop) atau manual
dengan memperhatikan kesesuaian elemen design (warna, bentuk huruf, jarak,
ukuran dan lainnya)
d) Membuat dalam skala kecil terlebih dahulu dan terbatas untuk dikoreksi
(proofing)
e) Membuat dalam bentuk sesungguhnya
KEHUTANAN I 236
f) Memperbanyak sesuai kebutuhan
5) Anatomi design poster terdiri dari :
a) Judul
b) Sub Judul
c) Tulisan
d) Ilustrasi/gambar
237 I KEHUTANAN
b. Jenis dan Bentuk Metode Penyuluhan Kehutanan
KEHUTANAN I 238
informasi, pentas budaya, untuk menggali masalah- masalah
penyuluhan dan merumuskan tindak lanjut pemecahannya;
(7) Lomba, suatu kegiatan dengan aturan serta waktu yang di tentukan
untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar pelaku utama
untuk mencapai prestasi yag diinginkan secara maksimal;
(8) Lokakarya, suatu acara dimana beberapa orang berkumpul untuk
memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya;
(9) Pemberian penghargaan, diberikan kepada pelaku utama terbaik
1(satu) s/d 3 (tiga) untuk setiap kategori dan harapan.
b) Untuk mengembangkan kepemimpinan pelaku utama dan pelaku usaha
kehutanan, malalui:
(1) Rembug tingkat desa, pertemuan lengkap seluruh anggota pengurus
organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat desa untuk
mendiskusikan dan mencari kesepakatan dalam pelaksanaan
program dan rencana kerja serta pemecahan masalah yang dihadapi
untuk kemudian dilaksanakan oleh mereka sendiri beserta
kelompoknya;
(2) Rembug tingkat kabupaten/ kota, pertemuan lengkap seluruh anggota
pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat
kabupaten/ kota, untuk mendiskusikan dan mencari kesepakatan
dalam pelaksanaan program dan rencana kerja , menilai/
mengevaluasi pelaksanaan program dan rencana kerja periode yang
lalu, serta menyusun kepengurusan tingkat kabupaten/ kota;
(3) Rembug tingkat provinsi, pertemuan lengkap seluruh anggota
pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat provinsi,
untuk mendiskusikan dan mencari kesepakatan dalam palaksanaan
program dan rencana kerja, menilai/ mengevaluasi pelaksanaan
program dan rencana kerja periode yang lalu, dan menyusun
kepengurusan tingkat provinsi serta membahas masalah umum
pembagunan kehutanan tingkat provinsi;
239 I KEHUTANAN
(4) Rembug tingkat nasional, pertemuan konsultasi secara berkala dan
berkesinambungan yang melibatkan seluruh anggota pengurus
organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat provinsi dengan
pejabat pemerintahan kehutanan dalam pelaksanaan program dan
rencana kerja, menilai/ mengevaluasi pelaksanaan program dan
rencana kerja periode yang lalu, menyusun kepengurusan tingkat
nasional serta membahas masalah umum pembangunan kehutanan
tingkat nasional.
c) Untuk mengembangkan dan menguatkan kelembagaan/ manajemen
kelompok serta modal sosial, meliputi:
(1) Sarasehan, forum konsultasi antara pelaku utama dan/ atau pelaku
usaha dengan pihak pemerntah secara periodik dan
berkesinambungan untuk musyawarah dan mufakat dalam
pengembangan usaha pelaku utama dan pelaksanaan program
pembangunan kehutanan;
(2) Diskusi / dialog , tukar pikiran antara peserta diskusi untuk
memperoleh pengertian yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
Berikut contoh dokumentasi diskusi dalam penyuluhan ke masyarakat
(gambar 97)
KEHUTANAN I 240
(3) Seminar, merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu
masalah di bawah pimpinan sidang. Pertemuan dalam seminar
biasanya menampilkan suatu atau beberapa pembicaraan dengan
makalah atau kertas kerja masing-masing. Seminar biasannya
diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah;
(4) Workshop / lokakarya, suatu acara dimana beberapa orang
berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari
solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil;
(5) Pelatihan, suatu proses dimana orang-orang mencapai kemapuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
d) Untuk mengembangkan kemampuan teknis dan aneka usaha kehutanan,
meliputi:
(1) Kunjungan rumah/ tempat usaha,kunjungan terencana oleh penyuluh
ke rumah atau tempat usaha pelaku utama dan pelaku usaha;
(2) Ceramah, media penyampaian informasi secara lisan kepada pelaku
utama, pelaku usaha dan/ atau tokoh masyarakat dalam suatu
pertemuan.
(3) Pelatihan, suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi;
(4) Studi banding, suatu kajian ilmiah dengan mencari imbangan dari
kasus yang sama atau serupa di tempat lain;
(5) Widyawisata, perjalanan keluar dalam rangka kunjungan studi
(biasannya berombongan) dan dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan;
(6) Demonstrasi, peragaan suatu teknologi ( bahan, alat atau cara) dan/
atau hasil penerepannya secara nyata dilakukan oleh pemandu
kepada pelaku utama dan pelaku usaha;
(7) Magang, proses belajar mengajar antar pelaku utama dengan bekerja
di tempat usaha kehutanan pelaku utama yang berhasil;
(8) Sekolah lapang, sekolah yang di selenggarakan di luar ruangan
dengan dipandu pengajar/ pemandu.
241 I KEHUTANAN
e) Menyebarkan informasi, melalui:
(1) Kampanye, suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok
yang dilakukan secara terlembanga dan bertujuan untuk menciptakan
suatu efek atau dampak tertentu;
(2) Pameran, usaha untuk memperlihatkan atau mempertunjukkan
model, contoh, barang, grafik, gambar, poster, benda hidup dan
sebagainya secara sistematik pada suatu tempat tertentu;
(3) Dialog interaktif, karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan,
antar dua tokoh atau lebih dan bersifat saling melakukan interaksi;
(4) Siaran radio/ televisi, penyiaran acara melalui radio atau televise;
(5) Cybernet, cyber extension, penyiaran dan/atau interaksi melalui
internet;
(6) Pemutaran film atau video, penyuluhan dengan mengunakan alat film
/video yang bersifat visual dan massal serta menggambarkan suatu
kegiatan;
(7) Penyebaran brosur/ folder/ leaflet dan majalah, merupakan
penyebaran menggunakan brosur, folder, leaflet dan majalah yang
dibagikan kepada masyarakat pada saat tertentu. Berikut contoh
leaflet penyuluhan kehutanan tentang kebun bibit rakyat.
(8) Pemasangan poster/ spanduk, merupakan penyebaran
menggunakan gambardan sedikit kata-kata yang dicetak dan
ditempelkan ditempat-pempat yang sering dilalui orang atau
sering digunakan sebagai tempat
(9) Pemasangan poster/ spanduk, merupakan penyebaran
menggunakan gambardan sedikit kata-kata yang dicetak dan
ditempelkan ditempat-pempat yang sering dilalui orang atau
sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul diluar suatu
ruangan. Berikut contoh poster penyuluhan mengenai gerakan
cegah kebakaran hutan, cegah illegal logging dan penanaman
pohon (Gambar 96.)
KEHUTANAN I 242
Gambar 95. Poster penyuluhan mengenai gerakan penanaman pohon, cegah
kebakaran hutan dan illegal logging
Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014
(10) Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan jumlah sasaran, adalah sebagai
berikut:
(a) Perorangan, seperti :
• Kunjungan rumah/ lokasi usaha;
• Surat menyurat;
• Hubungan telepon.
(b) Kelompok, seperti:
• Diskusi;
• Karyawisata;
• Kursus tani;
• Pertemuan kelompok.
(c) Misal, Seperti:
• Sosialisasi ;
• Kampanye;
• Pemasangan poster/ spanduk;
• Siaran radio;
• Siaran televisi;
• Temu karya.
(11) Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan teknik komunikasi adalah sebagai
berikut:
243 I KEHUTANAN
(a) Komunikasi langsung yaitu metode penyuluhan yang dilakukan melalui
percakapan tatap muka atau melalui media tertentu yang memungkinkan
penyuluhan dan/ atau berkomunikasi secara langsung untuk memperoleh
respon dari sasarannya dalam waktu yang related singkat, seperti :
• Telepon;
• Diskusi;
• Dialog.
Berikut contoh kegiatan diskusi dalam penyuluhan kehutanan (Gambar
97.)
Gambar 96. Diskusi dalam kegiatan forum komunikasi dan koordinasi penyuluhan kehutanan
swadaya masyarakat.
Sumber : Paket Modul Penyuluh Kehutanan 2014
KEHUTANAN I 244
Secara umum jenis dan bentuk metode penyuluhan yang banyak di gunakan
adalah berdasarkan jumlah sasarannya. Metode ini di sebut pula pendekatan
penyuluhan. Dalam metode penyuluhan sering di gunakan beberapa teknik
penyuluhan. Teknik penyuluhan sebenarnya berkait erat dengan metode
penyuluhan.
245 I KEHUTANAN
b) Agar kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan untuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan
keluargannya.
Metode penyuluhan yang akan dipilih harus memperhatikan hal-hal berikut:
a) Karakteristik Sasaran
Dalam memilih metode penyuluhan langkah pertama harus dilihat adalah
sasaran. Menyuluh adalah mendidik yang dilakukan memalui kegiatan
mengajar bagi petani bagi anggota keluarganya. Karakterisk sasaran yang
perlu di pertimbangkan dalam memilih metode penyuluhan adalah:
• Tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
• Keadaan sosial dan budaya.
b) Karakteristik Keadaan Wilayah.
Penyuluhan adalah system pendidikan luar sekolah yang kebanyakan atau
sebagian besar dilakukan dilapangan. Oleh sebab itu karakteristik
keadaan wilayah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyuluhan
melalui penerapan metode penyuluhan.
Karakteristik wilayah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan musim;
kondisi lapangan (topografi, jarak, potensi, aksesibilitasi dan lain-lain);
demografi; jenis usaha yang dikembangkan.
c) Materi Penyuluhan
Sifat khusus yang harus diperhatikan dalam pemberian materi penyuluhan:
1) Tingkat kesukaran
2) Tingkat keuntungan relative yang dihasilkan
3) Tingkat kerumitan
4) Tingkat kepraktisan
5) Tingkat kesederhanaan
6) Tngkat kecocokan dengan inovasi terdahulu.
d) Kebijaksanan Pemerintah
Penyuluhan adalah bentuk pendidikan masyarakat desa yang sebagian
besar adalah petani, secara umum untuk meningkat kualitas sumber daya
manusia sebagai pelaku pembangunan kehutanan. Kegiatan penyuluhan
KEHUTANAN I 246
harus sejalan dengan kebijakan pemerintah, baik pemerintah pusat,
maupun pemerintah daerah.
247 I KEHUTANAN
petani, kesesuaian sasaran, tepat waktu bagi sasaran, mudah diterima
dan dimengerti.
1) Temu Teknis
a) Pengertian
Temu teknis adalah metode penyuluhan kehutanan berupa kegiatan
pertanian berkala antara penyuluh kehutanan dengan penyuluh
kehutanan atau antara penyuluh kehutanan, peneliti, aparat pengaturan
dan pelayanan untuk meningkatkan pelayanan kepada petani/
masyarakat sasaran dalam mengembangkan usahanya
(Kepmenhut272/Kpts-II/2003)
b) Tujuan temi teknis adalah untuk meningkatkan kompetensi para
penyuluh kehutanan dalam pelayanan kepada pelaku utama dan/ atau
pelaku usaha.
c) Pelaksanaan:
(1) Pra pertemuan
- Penumbuhan Pemrakarsa Temu Teknis
- Penentuan pokok bahasan yang tepat
- Penyiapan data dan informasi
- Bimbingan peran serta petani
- Bimbingan teknis penyampaian pesan
- Penataan ruangan dan rambu-rambu.
(2) Saat pertemuan
• Pendayagunaan moderator semaksimal mungkin
• Teknik penyampaian pesan
KEHUTANAN I 248
• Penyusunan rumusan kesepakatan
(3) Pasca pertemuan
• Monitoring pelaksanaan kesepakatan
• Membantu pemecahan msalah yang timbul
• Evalusi terhadap tindak lanjut kesepakatan.
2) Temu Wicara
a) Pengertian
Temu wicara adalah pertemuan antara petani dengan pemerintah untuk
bertukar informasi mengenai kebijaka pemerinta dalam pembangunan
kehutanan serta aspirasi petani.
b) Tujuan metode Temu Wicara untuk:
1) Meningkatkan partisipasi petani dalam pembangunan kehutanan,
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
3) Saling mengenal dan tukar informasi.
c) Pelaksanaan
(1) Pra pertemuan
• Menumbuhkan pemrakarsa temu karya
• Memotivasi petani yang berprestasi untuk menjadi pembicara
• Membimbing petani calon penulis/ pembicara
• Memupuk kerjasama antara pemrakarsa dengan penyelenggara
• Pembagian tugas secara cermat
(2) Saat Pertemuan
• Pimpinan sidang harus berperan secara optimal dalam
pengaturan waktu
• Pendayagunaan teknik penyampaian secara baik
• Mendayagunakan dialog
• Pembagian makalah
(3) Pasca Pertemuan
• Bimbingan penerapan teknologi hasil temu karya.
249 I KEHUTANAN
d) Manfaat:
Dapat menumbuhkan komunikasi tatap muka dan saluran umpan balik
antara penentu kebijaksanaan pembangunan dengan sasaran
penyuluhan.
3) Demonstrasi
a) Pengertian dan Tujuan
Demonstrasi merupakan suatu penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan secara langsung dan nyata tentang “cara” dan atau
“hasil” penerapan teknologi yang telah terbukti menguntungkan bagi
petani/ masyarakat.
Dalam praktek penyuluhan, metode demonstrasi ini terbagi dua yaitu
demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara merupakan
metode penyuluhan kehutanan berupa kegiatan untuk memperhatikan
secara nyata tentang hasil penerapan teknologi kehutanan yang telah
terbukti menguntungkan bagi masyarakat sasaran, sedangkan
demonstrasi hasil merupakan kegiatan untuk memperlihatkan secara
nyata tentang tentang hasil penerapan teknologi lainnya yang sedah
spesifik lokasi, dapat berupa demplot, dem farm maupun dem area.
b) Tujuan demonstrasi
1) Memberikan contoh penerapan teknologi baru
2) Menyakinkan petani tentang cara yang lebih baik dan
menguntungkan
3) Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara nyata.
KEHUTANAN I 250
sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan. Hal ini
diperlukan karena dilandasi oleh beberapa hal sebagai berikut:
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai membangun jejaring kerja, antara lain:
251 I KEHUTANAN
1) Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Salah satu tujuan membangun jejaring
kerja dan kemitraan adalah membangun kesadaran masyarakat pelaku utama
dan pelaku usaha terhadap penyuluhan kehutanan dalam pembangunan
kehutanan.
2) Peningkatan Mutu dan Kompetensi. Dinamika perkembangan kemajuan
masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha sangat cepat. Untuk itu penyuluh
kehutanan dituntut untuk terus melakukan inovasi teknologi baru, meningkatkan
mutu pelayanan dan relevansi program-program kehutanan.
3) Mensinergikan Program. Terdapat berbagai program dari berbagai pihak yang
sebetulnya bisa disinergikan dengan program kerja penyuluh kehutanan dengan
syarat bila terbangun komunikasi dua arah (komunikasi dialogis) yang baik antara
satu pihak dengan pihak yang lain.
KEHUTANAN I 252
dan meyakinkan bahwa ide dan informasi pembangunan kehutanan yang akan
dimitrakan sejalan dengan pikiran dan kehendak mitra.
1) Kesamaan Visi-Misi
Jejaring kerja hendaknya dibangun atas dasar kesamaam visi dan misi, serta
tujuan organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemitraan tersebut. Penyuluh kehutanan dengan kelompok wanatani atau
lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama.
2) Kepercayaan (trust)
Adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Kepercayaan adalah
modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis dan mutualis. Untuk
dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi oleh itikad
(niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
3) Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun
jejaring kerja. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan
ataupun merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu
keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling
memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus saling merasa
diuntungkan dengan adanya jalinan kemitraan.
4) Efisiensi dan Efektifitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil, justru sebaliknya
malah dapat meningkatkan kualitas proses dan poduk yang dicapai.
5) Komunikasi Dialogis
253 I KEHUTANAN
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling
menghargai satu sama lainnya. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam
membangun kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak
yang satu terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak
hubungan yang sudah dibangun.
6) Komitmen yang Kuat
Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu
sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.
a. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi merupakan sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan suatu kegiatan
atau program. Dalam hal ini, evaluasi penyuluhan kehutanan, berguna untuk
memperbaiki atau menyempurnakan program atau kegiatan penyuluhan kehutanan
sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi penyuluhan juga dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan
kegiatan/ program penyuluhan dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi penyuluhan kehutanan memiliki beberapa tujuan, ditinjau dari tiga aspek,
yaitu 1) tujuan kegiatan, 2) tujuan manajerial dan 3) tujuan program. Tujuan evaluasi
penyuluhan berdasarkan tiga aspek ini, disajikan sebagai berikut:
1) Tujuan kegiatan
a) Untuk mengetahui ketercapaian sasaran/ tujuan program/ kegiatan.
b) Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat
intervensi program/ kegiatan penyuluhan.
c) Untuk mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan
program.
d) Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program
KEHUTANAN I 254
2) Tujuan manajerial
a) Untuk memberikan data/ informasi sebagai dasar pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
b) Untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
c) Untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/ stake
holder.
d) Untuk menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih
baik.
3) Tujuan program
a) Untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan permasalahan di
masyarakat
b) Untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan struktur dan program
dari lembaga-lembaga terkait perubahan kebutuhan, aspirasi dan harapan
dari masyarakat.
(a) Untuk menentukan tingkat perubahan perilaku kelompok sasaran yang disuluh
setelah penyuluhan dilaksanakan;
(b) Untuk memperbaiki program, sarana, prosedur, pengorganisasian masyarakat
dan pelaksanaan penyuluhan dan penyempurnaan kebijakan penyuluhan.
255 I KEHUTANAN
2) Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang
dicapai
Indikator-indikator yang ditetapkan meliputi:
a) Indikator perubahan kognitif
(1) penguasaan pengetahuan (knowledge)
(2) Penguasaan pengertian (comprehension)
(3) Kemampuan menerapkan (application)
(4) Kemampuan analisis (analisis)
(5) Kemampuan sintesis (synthesis)
b) Indikator perubahan kemampuan afektif
(1) Menyadari atau mau memilih
(2) Tanggap atau mau
(3) Yakin atau mau mengikuti
(4) Menghayati atau selalu menerapkan
c) Indikator perubahan psikomotor
(1) Kecepatan (6) Ketelitian
(2) Kekuatan (7) Kerapihan
(3) Ketahanan (8) Keseimbangan
(4) Kecermatan (9) Keharmonisan
(5) Ketepatan
KEHUTANAN I 256
Kurang: waktu 7 menit/ lubang tanam, pupuk 25 atau 15 gram/ lubang tanam
d) Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data:
- pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
- pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah
- rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan praktek
- skala sikap
- skala minat
4) Membuat alat pengukur/ instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat
ukur, yang meliputi:
a) Kesahihan (validity)
Sahih, bila alat ukur yangdigunakan sesuai dengan obyek yang hendak
diukur, misalnya alat ukur perubahan perilaku, sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Alat ukur harus sahih untuk mengukur subjek yang mengalami
penyuluhan.
b) Keterandalan (reliability)
Kemampuan alat ukur, dapat digunakan orang lain dan memperoleh hasil
yang sama dalam situasi dan kondisi apapun.
c) Obyektivitas
Alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas, hanya memiliki satu interpretasi untuk
menganalisis.
d) Praktis (practicability)
Mudah digunakan efektif untuk bahan pengukuran dan bersifat efektif
untukmenganalisis.
e) Sederhana (simple)
Tidak terlalu rumit/ kompleks sehingga mudah dimengerti.
c. Pelaporan Penyuluhan
Pada prinsipnya, penulisan laporan evaluasi tidak berbeda dengan penulisan laporan
penelitian pada umumnya, baik dalam sistimatika maupun pokok-pokok isi laporan
yang disampaikan. Hanya bahasa serta tata tulis yang digunakan lebih populer dan
mudah dipahami karena para pembaca laporan evaluasi lebih bervariasi dalam hal
257 I KEHUTANAN
tingkat pendidikan dan pengalaman. Format atau sistematika laporan evaluasi
penyuluhan dalam prakteknya dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan lembaga atau
disesuaikan dengan maksud atau tujuan dari evaluasi itu sendiri. Tetapi, secara umum
format laporan penyuluhan dapat dipaparkan sebagai berikut:
KEHUTANAN I 258
D. Latihan Soal/Kasus
D. Rangkuman
259 I KEHUTANAN
3) Kalender musim
4) Jadwal kegiatan rutin harian
5) Transek
6) Penelusuran alur sejarah desa
7) Bagan kecenderungan dan perubahan
8) Diagram hubungan kelembagaan/diagram venn
9) Peta mobilitas
10) Diagram alir
11) Matriks ranking
KEHUTANAN I 260
e) Materi penyuluhan / isi pesan
f) Biaya
261 I KEHUTANAN
digalang dengan maksud untuk memfasilitasi atau membuka akses masyarakat
kepada sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan.
d. Tujuan membangun jejaring kerja :
• Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
• Peningkatan Mutu dan Kompetensi
• Mensinergikan Program
e. Persyaratan pihak-pihak yang terlibat dalam jejaring kerja adalah sebagai berikut:
1) Ada dua pihak atau lebih organisasi;
2) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi;
3) Ada kesepahaman atau kesepakatan;
4) Saling percaya dan membutuhkan;
5) Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
f. Prinsip-prinsip membangun jejaring kerja :
1) Kesamaan Visi-Misi
2) Kepercayaan (trust)
3) Saling menguntungkan
4) Efisiensi dan efektivitas
5) Komunikasi dialogis
6) Komitmen yang kuat
g. Strategi membangun jejaring kerja merupakan upaya untuk mengantisipasi agar
jejaring kerja tersebut tidak menemui kebuntuan atau kegagalan karena hal-hal
yang tidak prinsip atau kesalah-pahaman bisa terjadi
h. Langkah-langkah membangun jejaring kerja :
1) Identifikasi dan pemetaan objek jejaring kerja
2) Menggali dan mengumpulkan informasi
3) Menganalisis informasi
4) Penjajakan kerjasama
5) Penyusunan rencana kerja
6) Membuat kesepakatan
7) Penandatanganan akad kerjasama
8) Pelaksanaan kegiatan
KEHUTANAN I 262
9) Monitoring dan evaluasi
10) Perbaikan
11) Perencanaan selanjutnya
263 I KEHUTANAN