Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGENAI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERENCANAAN PEDESAAN

Oleh:

NAMA: ARHAM

NIM: D0321318

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2023
Daftar Isi

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab. II Pembahasan

A. Pilihan Metode Menurut Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


B. Teknik Pemetaan Swadaya Dalam Pemberdayaan Masyarakat
C. Pemetaan Dan Kajian Masalah Sosial

Bab. III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran
Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat


kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembanguanan yang berlangsung secara
dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil
keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991;dan fatermant 1996). Pendapat lain
menyatakan bahwa Pemberdayan masyarakat adalah proses pemberian informasi secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat,agar
masyarakat tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowlage), dari tahu menjadi
mau ( aspek attitude), dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
praktice)( Natoatmodjo 2003).

Sasaran utama pemberdayaan adalah individu,keluarga serta kelompok masyarakat. Dalam


mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang
tersebut memahami bahwa sesuatu(misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi
masyarakatnya.sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu
merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima menerima informasi apapun lebih
lanjut. Manakalah ia telah menyadari masalah yang dihadapinya,maka kepadanya harus diberikan
informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan. (Depkese RI,2006).

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja pilihan metode menurut tahapan pemberdayaan masyarakat?


2. Bagaimana teknik penetapan swadaya dalam pemberdayaan masyarakat?
3. Apa saja metoda atau pendekatan yang di lakukan dalam pemetaan dan kajian masalah sosial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pilihan metode menurut tahapan pemberdayaan masyarakat


2. Untuk mengetahui teknik penetapan swadaya dalam pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui metoda atau pendekatan yang di lakukan dalam pemetaan dan kajian masalah
sosial
Bab II Pembahasan

A. Pilihan Metode Menurut Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat memiliki tahapan sebagai berikut :

1. Seleksi lokasi

Seleksi lokasi dilakukan untuk menentukan tempat atau wilayah pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat yang diinginkan. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh
lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya :

1. Kesediaan masyarakat menerima kegiatan non-fisik.


2. Tidak terlalu banyak kegiatan keproyekan lain
3. Adanya masyarakat yang terpinggirkan
4. Dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat
5. Lokasi terjangkau, sesuai kemampuan dan sarana.

Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat akan tercapai
serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin. Bisa saja suatu desa terlalu luas untuk menerapkan
Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh sehingga Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan
misalnya dalam salah satu dusun.

2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat

Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan
masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses
sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat di dalam program.

Tahapan dan metode dalam proses sosialisasi meliputi: Pertemuan formal dengan Aparat Desa
dan tokoh-tokoh masyarakat, Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal dengan masyarakat,
Pertemuan informal dengan masyarakat: kunjungan rumah, diskusi kelompok, berpartisipasi dalam
kegiatan masyarakat (sosial, agama, lapangan)

Hal – hal yang perlu disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan, manfaat, sasaran
Pemberdayaan Masyarakat, Prinsip-prinsip Pemberayaan Masyarakat (termasuk prinsip non-fisik),
Penjelasan kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda dan lain-lain), Umpan balik masyarakat
terhadap semua aspek di atas. Materi dan media yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi
diantaranya: Brosur, Film(video), Poster, Buku dll.

3. Proses pemberdayaan masyarakat

1) Kajian keadaan pedesaan partisipatif

Kajian keadaan pedesaan partisipatif dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya diri dalam
mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Selain itu
tahap ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan
masyarakat serta sumber daya alam dan sumber daya manusia. Gambaran ini akan memberikan dasar
untuk penyusunan rencana kegiatan pengembangan.

2) Pengembangan Kelompok

Pengembangan kelompok dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada masyarakat yang benar-benar
tertarik dan berminat untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam hal ini perlu diperhatikan keterlibatan
perempuan serta yang terabaikan lain. Kegiatan bersama ini dapat berbentuk suatu kelompok yang
lengkap dengan kepengurusan dan aturan. Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat dan bisa
terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif maupun sesudahnya. Berkaitan
dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk memandirikan masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidupnya, maka arah pendampingan kelompok adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar
mampu mengelola sendiri kegiatannya.

3) Penyusunan Rencana Dan Pelaksanaan Kegiatan

Penyusunan rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan anggotanya mampu


mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkrit dan realistis. Dasar penyusunan
adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah teridenitfikasi dalam Kajian Keadaan Pedesaan
Partisipatif dan tujuan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam penyusunan rencana dan
pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, bukan hanya pengurus, tetapi seluruh anggota
kelompok berperan serta.

4) Monitoring dan Evaluasi Partisipatif

Monitoring dan Evaluasi Partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi dilaksanakan secara
mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan Masyarakat berjalan dengan baik dan
tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam PM di mana
intinya adalah peran masyarakat sebagai pelaku utama. M&EP adalah suatu proses penilaian, pengkajian
dan pemantauan kegiatan PM, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat
disusun proses perbaikan kalau diperlukan.

4. Pemandirian Masyarakat

Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran terus-menerus bagi


masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya.
Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal proses sadar bahwa hal ini akan terjadi.

Metode Pemberdayaan Masyarakat

Metode pemberdayaan masyarakat di bagi dua yaitu meliputi Metode PRA (Participatory Rural
Appraisal), dan metode RRA (Rapid Rural Appraisal)

1. Metode PRA ( participatory rural appraisal).

PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan
dari,dengan dan oleh masyarakat desa. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok
metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, maningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan
bertindak (Chambers 1995).

Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang sesuai dengan
hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk mengembangkan
kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan
melalui kegiatan aksi. Dapat disebutkan bahwa PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang
mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka
mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan
(Chambers, 1995). Beberapa teknik penerapan PRA antara lain :

(a) Penelusuran Alur Sejarah,

(b) Penelusuran Kebutuhan Pembangunan,

(c) Analisa Mata Pencaharian,

(d) Penyusunan Rencana Kegiatan,

(e) Focus Group Discussion,

(f) Pemetaan, dll.

Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :

a. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat

Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA
dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan tradisional dan
kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari
metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.

b. Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal

Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang
mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan
masyarakatadalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki
akses dalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan,anak-anak, dll). Masyarakat
heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk
saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang terpenting adalah pengorganisasian
masalah dan penyusunan prioritas masalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai
pemiliknya.

c. Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku

Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku,
guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat dan
menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan
mendominasi kegiatan. Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya
dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.

d. Konsep triangulasi

Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep
triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck).
Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi
(latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.

a. Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa
diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang
diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan program.

b. Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan
informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan menggunakan teknik lain.

Struktur Program

Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat,
penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus
tersebut secara ringkas sebagai berikut:

1. Menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.

2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atasdasar


masalah dan potensi setempat.

3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna


membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug
masyarakat.

4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan


masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.

5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara


konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.

6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya


di tingkat yang lebih besar.

7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan


tingkat perkembangan masyarakat.

8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana


yang telah disusun.

9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan,
masalah yang telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
Keunggulan dan kelemahan dari metode PRA

a. Keunggulan PRA adalah sebagai berikut :

1. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.

2. Keikutsertaan masyarakat miskin.

3. Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan program lebih besar.

4. Melibatkan gender pada program.

5. Cocok diterapkan dimana saja.

b. Kelemahan PRA adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua fasilitator program memiliki kemampuan yang baik dalam


memfasilitasi masyarakat

2. Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan


musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum.

3. Sebagian fasilitator belum terampil dalam memfasilitasi pengolahan dan analisis


informasi.

2. Metode RRA (Rapid Rural Appraisal)

RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat, yang dalam
praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan
masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor”
tetapi RRA dinilai masih lebih baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.

Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang
terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak
program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di
daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima
oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan
secara matang, karena masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan
masalahnya.

Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi
perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim
kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik
yang khusus, untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja
tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan
pengetahuan ilmiah.

Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana
pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami
masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor
kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di
lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan. Metode RRA memiliki tiga
konsep dasar yaitu: perspektif sistem, triangulasi dari pengumpulan data, dan pengumpulan data dan
analisis secara berulang-ulang (literative). Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:

1. Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan


informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar jumah dan
ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.

2. Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang,


tanyakan kepada kelompok termiskin.

3. Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya dalam
beragam perspektif.

4. Belajar dari dan bersama masyarakat.

5. Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan yang
telah disiapkan.

Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:

1) Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara ringkas.

2) Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.

3) Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.

4) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.

5) Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.

6) Kecenderungan-kecenderungan.

7) Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.

8) Pembuatan laporan lapang secara cepat.

9) Keunggulan dan kelemahan metode RRA

a. Keunggulan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :

1. Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak biasa.

2. Dapat melayani policy makers yang ingin memutuskan suatu hal dengan segera dan mereka
memerlukan informasi terakhir sebelum keputusan tersebut diambil.

3. Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan.


4. Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa masalah atau isu baik dibidang penelitian
maupun perencanaan.

5. Dapat membantu dalam pemecahan cara penyebaran tekhnologi (terutama karena kendala sosial
dan ekonomi) dan bagaimana mengakomodasi keinginan masyarakat sebagai pengguna
tekhnologi.

6. Mampu memahami suatu permasalahan atau isu dengan perspektif lintas disiplin.

7. Data membantu dalam menginterprestasikan data kuantitatif yang telah dikumpulkan


sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan sulit dihubungkan satu dengan lainnya, dapat
dipecahkan dengan metode RRA.

b. Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :

1. Metode sampling diabaikan.

2. Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan secara cepat. Yang lebih menonjol adalah expert
judgement peneliti.

3. Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.

4. Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan data konkret, misalnya suatu tekhnologi telah
diadopsi masyarakat sebesar 70%, daripada informasi tentang adopsi tekhnologi meningkat.

B. Teknik Pemetaan Swadaya Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pemetaan swadaya adalah seluruh rangkaian kegiatan survei pengumpulan data potensi dan
persoalan social, ekonomi, dan lingkungan yang berbasis kawasan dan ruang wilayah kelurahan dan
kawasan prioritas pemukiman miskin, pemetaan swadaya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
peran pemerintah kabupaten/kota.

Melalui proses Pemetaan Swadaya hasil yang diharapkan adalah:

 Masyarakat memahami persoalan nyata mereka sendiri berdasarkan kepada fakta dan informasi
yang ada, sehingga yang mereka rumuskan bukan daftar keinginan seseorang akan tetapi daftar
kebutuhan yang bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka penanggulangan
kemiskinan.

 Masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki dapat menyadari persoalan kehidupan dan
lingkungan yang mereka hadapi, sehingga diharapkan terjadi pemahaman terhadap kondisi
warga di lingkungannya.

 Masyarakat menyadari potensi–potensi yang dimiliki oleh mereka, sehingga pemecahan


masalah tidak semata-mata didasarkan kepada kehendak dan bantuan ‘orang luar’ akan tetapi
lebih banyak mengutamakan kemampuan sumberdaya dan swadaya masyarakat.

Output yang dihasilkan dari pemetaan swadaya yaitu:


 Adanya daftar KK dan jiwa miskin, perempuan dan laki-laki, serta permasalahan yang khusus
dari masing–masing jiwa.

 Adanya data dan rumusan permasalahan warga miskin, perempuan dan laki-laki, menyangkut
permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang dihadapi berbagai kelompok, termasuk
kelompok perempuan.

 Adanya peta wilayah, peta sebaran warga miskin dan peta–peta topikal (kesehatan, pendidikan,
sarana–prasarana lingkungan, dan sebagainya sesuai kebutuhan).

 Teridentifikasinya lembaga –lembaga pengelola kegiatan di tingkat komunitas

 Adanya daftar potensi untuk pemecahan masalah–masalah sosial, ekonomi dan lingkungan
serta aspek gender yang ada di masing-masing masalah.

Teknik-teknik dalam pemetaan swadaya yaitu:

1. Teknik Pemetaan

Teknik yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah beserta
lingkungannya Peta tersebut bisa peta secara umum, atau peta – peta tematik seperti : peta
sumber daya alam, peta sebaran warga miskin, peta ibu hamil, dan sebagainya. Bisa dilakukan dengan
menggunakan material yang ada di sekitar warga misal bisa di atas tanah dengan
menggunakan ranting, batu kerikil dan lain – lain sebagai simbol atau bisa juga di atas kertas besar
dengan menggunakan alat – alat tulis

Sumber informasi adalah warga masyarakat secara umum, untuk peta – peta yang
topiknya khusus perlu sumber informasi tertentu yang dianggap mempunyai pengetahuan
tentang informasi yang bersangkutan. Berbagai jenis peta di kelurahan/desa yang telah ada dapat
dimanfaatkan sebagai data sekunder.

2. Teknik Bagan Arus Masukan dan Keluaran

Teknik untuk mengkaji sistem – sistem yang ada di masyarakat. Sistem tersebut
digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagian – bagian dalam sistem :

a. Masukan (input) adalah sumber daya yang membuat sistem berjalan dengan baik.
Sumber daya itu adalah tenaga kerja, waktu, uang (modal), peralatan, keterampilan dan
sebagainya.

b. Keluaran (output) adalah “manfaat” atau “hasil” yang diperoleh setelah proses
pengolahan sumberdaya – sumberdaya tersebut.

Bisa dipakai untuk mengkaji sistem pengelolaan perekonomian, sistem pengelolaan air
bersih, sistem pengelolaan sampah, dan sebagainya.

3. Teknik Kalender Musim


Teknik yang memfasilitasi pengkajian kegiatan – kegiatan dan keadaan – keadaan yang
terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat.
Keadaan dan kegiatan – kegiatan itu dituangkan ke dalam kalender kegiatan atau keadaan –
keadaan, biasanya dalam jarak waktu 1 tahun musim (12 bulan). Informasi yang bisa dikaji
misalnya : iklim, curah hujan, ketersediaan air, kondisi lingkungan pada musim tertentu, pola
tanam, hasil pertanian, pola pencaharian nelayan, wabah penyakit, banjir , kegiatan sosial
kemasyarakatan, adat, dan sebagainya.

4. Teknik Transek

Teknik penelusuran lokasi (transek) adalah teknik untuk melakukan pengamatan langsung
lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah mengikuti suatu
lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan
ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.

5. Teknik Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)

Merupakan teknik yang digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat
dengan lembaga – lembaga yang terdapat di lingkungannya. Hasil pengkajian dituangkan ke
dalam diagram venn (sejenis diagram lingkaran) yang akan menunjukkan besarnya manfaat,
pengaruh dan dekatnya hubungan suatu lembaga dengan masyarakat. Informasi yang dikaji
semua lembaga yang berhubungan dengan masyarakat sesuai dengan topik yang dikaji.

6. Tenik Kajian Mata Pencaharian

Teknik yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai berbagai aspek mata
pencaharian masyarakat. Jenis – jenis mata pencaharian beserta aspek – aspeknya, digambarkan di
dalam sebuah bagan. Informasi yang dikaji adalah mata pencaharian laki – laki maupun
perempuan dalam berbagai bidang.

7. Teknik Matriks Rangking

Teknik bagan peringkat (matriks rangking) adalah teknik untuk mengkaji sejumlah topik dengan
memberi nilai pada masing – masing aspek kajian, berdasarkan kepada sejumlah kriteria
perbandingan. Biasanya yang dibandingkan adalah topik – topik bahasan terpenting yang perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan kegiatan – kegiatan.

Jenis informasi kajian misalnya perangkingan tingkat kemiskinan, perangkingan jenis – jenis
penyakit yang paling banyak diderita, jenis penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian,
tingkat pendidikan masyarakat , pengurutan mata pencaharian utama, pilihan masalah – masalah
utama/prioritas yang perlu diatasi dan sebagainya. Informasi kuantitatif bisa ditampilkan dalam
diagram batang atau diagram kue.

8. Teknik Bagan Kecenderungan dan Perubahan

Teknik yang dapat menggambarkan perubahan – perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta
kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Dari beberapa perubahan hal – hal yang diamati,
yang dapat berarti berkurang, tetap atau bertambah, kita bisa memperoleh gambaran adanya
kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan. Jenis informasi yang dikaji
misalnya perubahan dan perkembangan jenis sumber daya, ketersediaan air, perkembangan tata
guna lahan, jumlah dan perkembangan penduduk, perkembangan pemukiman, perkembangan
kesehatan masyarakat, kondisi pendidikan masyarakat dan sebagainya.

9. Teknik Alur Sejarah

Teknik yang dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi
tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri. Peristiwa – peristiwa dalam sejarah tersebut
disusun secara berurutan menurut waktu kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari
peristiwa – peristiwa yang terjadi pada waktu selampau mungkin yang masih dapat diingat, sampai
dengan peristiwa – peristiwa saat ini.

Jenis informasi yang dikaji misalnya sejarah terbentuknya pemukiman, keberadaan


pengelolaan sumber daya alam, terjadinya wabah penyakit, perubahan nilai – nilai di
masyarakat, sejarah organisasi desa, topik – topik lainnya sesuai dengan kebutuhan.

10. Refeksi Kepemimpinan

Teknik yang digunakan untuk mengungkapkan pandangan, persepsi masyarakat terhadap


pemimpin yang diharapkan. Pandangan – pandangan tersebut bisa dirumuskan menjadi kriteria
pemimpin yang diharapkan

D. Pemetaan Dan Kajian Masalah Sosial

Pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran


masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai
masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut.
Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga
sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”.

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam


Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the
process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking
collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu
penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya
berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu
image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang
miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan
tingkatan pemusatannya.

Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik
dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi
pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan
membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan
McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah
pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:

1. Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan


faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau
praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam
menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa
yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan
berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.

2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan


suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini,
para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-
tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.

3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak


kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk.
Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-
perubahan tersebut.

1) Memahami Masyarakat dan Masalah Sosial

Pemetaan sosial memerlukan pemahaman mengenai kerangka konseptualisasi


masyarakat yang dapat membantu dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat antara
wilayah satu dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa masyarakat memiliki wilayah
(luas-sempit), komposisi etnik (heterogen-homogen)_dan status sosial-ekonomi (kaya-miskin
atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Dalam makalah ini, kerangka untuk
memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik Warren (1978), The Community in
America, yang dikembangkan kemudian oleh Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68-92).

2) Pendekatan Pemetaan Sosial

Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi
survey formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory
method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002). Dalam wacana penelitian sosial,
metode survey formal termasuk dalam pendekatan penelitian makro-kuantitatif, sedangkan
metode pemantauan cepat dan partisipatoris termasuk dalam penelitian mikro-kualitatif (Suharto,
1997).

a). Survey Formal

Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel
orang atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada
kelompok sasaran tertentu. Beberapa metode survey formal antara-lain:
a. Survey Rumah tangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini
sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards
Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data
mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran,
komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan,
kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya.

b. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire


atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti
perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap
pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini meupakan alat yang cepat dan effektif untuk
mengetahui rancangan kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang
setiap tahun, maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah
hasil awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.

c. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk
meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau
aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode yang sering disebut sebagai service delivery
survey ini mencakup penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima
pelayanan.

dalam memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan,


serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.

d. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian
difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini
kemudian dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah
geografis.

e. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial berdasarkan
laporan statistik yang sudah ada. Laporan statistik mengenai permasalahan sosial seperti
jumlah orang miskin, desa tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya
dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus.

b) Pemantauan Cepat (Rapid Appraisal Methods)

Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi
mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya
mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi.

Metode Pemantauan Cepat meliputi:

a. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian
pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi
karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan
di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
b. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan
8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latarbelakang. Perserta diskusi bisa
para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua
Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi
dan kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.

c. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara difasilitasi


oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam suatu
pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan
pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.

d. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau


pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat berupa
informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia,
kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.

e. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan


tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan responden
dapat menggunakan teknik acak (random sampling) ataupun sampel bertujuan
(purposive sampling). Wawancara dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas
seperti sekitar klinik, sekolah, balai desa.

c) Metode Partisipatoris

Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif
antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak dirancang secara baku,
melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang
berdasarkan proses tanya-jawab dengan responden.

Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup penting
diketahui:

a. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang terkenal
dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan
data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan
pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-
teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga
memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak
sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung,
Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

b. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu
program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di
lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang
terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan
kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.
c. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi
secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah
untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan
menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan
pembangunan.

d. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode ini
melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi,
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi.
Bab. III Penutup

A. Kesimpulan

Pilihan metode pemberdayaan masyarakat berdasarkan tahapan-tahapan


pemberdayaan masyarakat di bagi dua yaitu meliputi Metode PRA (Participatory Rural
Appraisal), dan metode RRA (Rapid Rural Appraisal).

Pemetaan swadaya adalah seluruh rangkaian kegiatan survei pengumpulan data potensi
dan persoalan social, ekonomi, dan lingkungan yang berbasis kawasan dan ruang wilayah
kelurahan dan kawasan prioritas pemukiman miskin, pemetaan swadaya dilakukan secara
partisipatif dengan melibatkan peran pemerintah kabupaten/kota. Dimana dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa teknik dalam pemetaan swadaya tersebut.

Metode dan teknik pemetaan sosial meliputi survey formal, pemantauan cepat
(rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory method). Dimana dalam setiap Teknik
itu di dalamnya terdapat beberapa metoda lagi untuk mengumpulkan dan mendapatkan informasi.

B. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian bahan
maupun dalam segi penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca agar karya tulis ini bisa menjadi berguna bagi pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai