Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini diakui sangat cepat. Hal tersebut

memberikan dampak cukup banyak bagi masyarakat selaku pengguna teknologi baik

dampai positif maupun dampak negatif. Zamroni (2009) mengatakan bahwa setiap

kemajuan teknologi akan membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Dampak positif

dari perkembangan teknologi adalah masyarakat akan lebih mudah dan cepat

mendapatkan informasi terbaru dalam berbagai bidang. Sedangkan dampak negatifnya

adalah informasi yang tersaji tidak semuanya sesuai dengan nilai-nilai dan norma budaya

kita. Sejalan dengan pendapat Zamroni, perkembangan teknologi mempermudah kita

untuk mengakses informasi apapun dan di bidang apapun. Salah satunya dalam bidang

pertanian.

Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan menyebarkan atau

menyampaikan informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha

pertanian. Oleh karena itu informasi teknologi pertanian berperan penting dalam proses

pembangunan pertanian (Suryantini, 2004)

Informasi penelitian dibutuhkan oleh penyuluh dalam melakukan kegiatannya

karena peran yang harus dijalankan oleh penyuluh salah satunya adalah penyebaran

informasi teknologi kepada petani. Informasi yang disebarkan kepada petani biasanya

berupa teknologi pertanian sehingga hasil penelitian merupakan sumber utama materi

penyuluhan (Suryantini, 2004).


2

Sejalan dengan pendapat Suryantini, Kementerian Pertanian menetapkan

Peraturan Menteri Pertanian No. 16 Tahun 2013 yang mengatur tentang penerapan sistem

informasi penyuluhan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) berbasis internet

yang disebut dengan Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian yang terdiri atas

Website Cyber Extension, Program Sistem Informasi Ketenagaan Penyuluhan Pertanian

(Simluh) dan Program Sistem Informasi Petani dan Kelompok Tani (Simpoktan) dengan

tujuan untuk menyediakan materi/informasi pertanian, data penyuluh pertanian dan data

kelembagaan petani dan usaha tani yang dibutuhkan penyuluh, pelaku utama, pelaku

usaha dan masyarakat pertanian sesuai kebutuhan dan spesifik lokalita; mempercepat arus

informasi pertanian dari pusat sampai ke petani; dan membangun integritas materi

penyuluhan pertanian, data ketenagaan penyuluh pertanian dan data kelembagaan petani

dan usaha tani yang mutakhir melalui website Kementerian Pertanian.

Cyber Extension adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media

internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi

penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan

pelaku usaha (Peraturan Menteri Pertanian No. 16 Tahun 2013). Cyber extension

bermanfaat untuk menempatkan pertanian berbasis organisasi penelitian dan

pengembangan dan penyebar inovasi (yaitu pengawas), pelatih, petani, dan pemangku

kepentingan semuanya di satu tempat di mana setiap pihak yang terlibat mewujudkannya

kebutuhan khusus dari berbagai bentuk informasi dengan harapan bahwa mereka dapat

bekerja secara sinergis satu sama lain. Lebih jauh lagi, ekstensi cyber berfungsi sebagai

sistem yang mendorong mekanisme mengelola, menyebarluaskan, mendokumentasikan,


3

meneliti, dan mensinergikan inovasi pertanian pengembang pertanian mana yang perlu

membangun pembangunan berkelanjutan.

Salah satu contoh dampak positif penggunaan cyber extension di Indonesia adalah

di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Amin (2013) mengemukakan bahwa

penggunaan cyber extension terbukti efektif dalam mendukung kegiatan pertanian, hal

tersebut tercermin dari kinerja penyuluh dalam menanggapi kebutuhan petani serta

kinerja petani dalam membangun pertanian mereka. Selain itu, cyber extension juga

memberikan kemudahan kepada petani untuk memperoleh informasi terkait teknologi

yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif singkat.

Kota Samarinda merupakan Ibukota provinsi Kalimantan Timur yang terkenal

sebagai salah satu pusat industri di Kalimantan Timur. Meskipun demikian, data BPS

tahun 2017 menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Kota Samarinda seluas 2.201 Ha,

tegal/kebun seluas 5.610 Ha, dan lahan perkebunan seluas 2.821 Ha. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi pertanian di Kota Samarinda terbilang cukup

baik, hal tersebut sesuai dengan data jumlah petani yakni sejumlah 9.861 jiwa. Namun

jumlah penyuluh yang ada di Kota Samarinda hanya 56 jiwa sehingga masih belum

mampu menangani petani yang cukup banyak tersebut sehingga berdampak pada tingkat

motivasi dan kinerja penyuluh. Untuk itu dengan adanya cyber extension diharapkan

dapat meningkatkan motivasi dan kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya

sehingga proses penyebaran informasi kepada petani dan sebaliknya menjadi lebih efektif

dan efisien. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Efektifitas Kegiatan Penyuluhan Berbasis Teknologi Informasi Cyber

Extension Terhadap Motivasi dan Kinerja Penyuluh di Kota Samarinda.


4

B. Rumusan Masalah

1. Apakah teknologi informasi berbasis cyber extension mempengaruhi motivasi

penyuluh di Kota Samarinda?

2. Apakah teknologi informasi berbasis cyber extension mempengaruhi kinerja

penyuluh di Kota Samarinda?

3. Apakah teknologi informasi berbasis cyber extension mempengaruhi efektifitas

kegiatan penyuluhan di Kota Samarinda?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah teknologi informasi berbasis cyber extension

mempengaruhi motivasi penyuluh di Kota Samarinda.

2. Untuk mengetahui apakah teknologi informasi berbasis cyber extension

mempengaruhi kinerja penyuluh di Kota Samarinda.

3. Untuk mengetahui apakah teknologi informasi berbasis cyber extension

mempengaruhi efektifitas kegiatan penyuluhan di Kota Samarinda.

D. Manfaat

1. Menjadi bahan informasi bagi pembaca atau peneliti terkait efektifitas kegiatan

penyuluhan berbasis teknologi informasi cyber extension terhadap motivasi dan

kinerja penyuluh di Kota Samarinda.

2. Sebagai bahan pertimbangan atau efaluasi bagi instansi-instansi terkait dalam

membuat kebijakan pembangunan pertanian.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut pada

bidang yang sama


5

4. Sebagai bahan evaluasi bagi penyuluh guna perbaikan motivasi dan kinerja penyuluh

serta kegiatan penyuluhan.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas

Menurut Slamet (2003), program penyuluhan pembangunan yang efektif dan

efisien dapat dikembangkan oleh tenagatenaga profesional di bidang penyuluhan

pembangunan Hal ini hanya memungkinkan apabila program penyuluhan diwadahi oleh

sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan pelaksanaanya didukung oleh

tenagatenaga yang kompeten di bidang penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh

dalam pembangunan pertanian, bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti: (1)

meningkatkan efektivitas pelatihan bagi penyuluh, (2) meningkatkan pengembangan diri

penyuluh melalui peningkatan kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh,

(3) meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan

kebijakan pemerintah daerah terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran

kelembagaan, dukungan teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang

berpihak petani dan (4) memotivas pribadi penyuluh untuik selalu meningkatkan prestasi

kerja (kinerja penyuluh) dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada.

Efektivitas komunikasi penyuluhan diukur melalui lima tanda efektivitas

komunikasi Tubbs dan Moss yaitu pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap,

hubungan sosial yang baik dan tindakan, berdasarkan indikator tersebut dapat

disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi antara penyuluh dengan petani di Kecamatan

Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tergolong cukup efektif, dimana nilai ratarata

perolehan data efektivitas komunikasi sebesar 3,20 terletak pada skala penilaian antara

2,51 – 3,25 dengan kategori cukup efektif (Sri Narti, 2015).


7

B. Motivasi

Selain faktor kompetensi, faktor motivasi kerja mempunyai peranan yang penting

dalam hal menumbuhkan gairah dan semangat untuk bekerja secara optimal. PKB

(Penyuluhan Keluarga Berencana) yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan

mempunyai banyak energi untuk melaksanakan pekerjaannya. Setiap peningkatan

motivasi kerja akan memberikan peningkatan yang sangat berarti bagi peningkatan

kinerja PKB (Penyuluhan Keluarga Berencana) dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh

karena itu, motivasi kerja merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan PKB

(Penyuluhan Keluarga Berencana) dalam melaksanakan tugas yang dibebankan

organisasi kepadanya. Atas dasar itu, motivasi kerja juga diduga mempengaruhi kinerja

PKB (Penyuluhan Keluarga Berencana) di Kabupaten Pemalang. (Pujiyanto. Pengaruh

kompetensi, motivasi, lingkungan kerja dan persepsi gaya kepemimpinan terhadap

kinerja penyuluh keluarga berencana).

Motivasi menyebabkan tinggi rendahnya peningkatan pengetahuan petani, selain

itu motivasi juga berakibat yang sama terhadap peningkatan keterampilan petani. Hal

tersebut dibuktian dengan penelitian Hanafiah (2013) yang menyebutkan bahwa dengan

intensitas pelatihan rendah, kompetensi yang sedang atau kurang kompeten dan tingkat

motivasi yang relatif cukup atau biasa saja serta proses penyuluhan yang dilakukan

seadanya tanpa dukungan sarana dan prasarana yang memadai maka sudah dipastikan

peningkatan pengetahuan petani di Kota Bengkulu yang dicapai rendah.

Aspek-aspek motivasi yaitu pengakuan/penghargaan dan gaji/imbalan berkorelasi

nyata dengan produktivitas kerja penyuluh pertanian. Hal tersebut buktikan dengan nilai

koefisien korelasi yang ditunjukkan masing-masing faktor adalah


8

pengakuan/penghargaan (Hanafiah 2013). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian

Wicaksono (2016) yang menyebutkan bahwa hasil Koefisien direct effect penelitian

menunjukkan hasil bahwa motivasi terhadap kinerja sebesar 0,024 menyatakan bahwa

motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja (Faktor-Faktor yang

Berkontribusi Terhadap Kinerja dan Kompetensi Penyuluh Pertanian Pada Jenjang

Jabatan Penyuluh Pertanian Ahli (Kasus di Malang, Jawa Timur)).

C. Kinerja

Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

penyuluh. Kinerja penyuluh dipersepsikan oleh tingkat kepuasan petani yang menerima

jasa penyuluhan pertanian. Faktor internal yang diduga berpengaruh terhadap kinerja

penyuluh adalah kompetensi penyuluh pertanian. Faktor eksternal yang diduga

berpengaruh terhadap kinerja penyuluh adalah karakteristik sistem sosial (yaitu aspek-

aspek yang mendukungan/menghambat perubahan dalam sistem sosial sebagai akibat

proses intervensi pembangunan pertanian) (Marliati, 2008).

Menurut Bestina (2005) untuk mengoptimalkan kinerja penyuluh pertanian dalam

kasus pengembangan agribisnis nenas, diperlukan langkah-langkah operasional yang

dipandang relevan dalam pembinaan penyuluh antara lain: (a) Memberikan kesempatan

kepada penyuluh untuk meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan nonformal

(magang, workshop, seminar, studi banding, pelatihan). Hal ini dibutuhkan sebagai upaya

untuk mengembangkan fungsi penyuluhan pada masa yang akan datang sebagai

konsultan sekaligus mitrakerja oleh dinas/instansi yang terkait dalam penyusunan

program, sehingga penyuluh merasa tertuntut menjadi seorang spesialis yang mampu

menganalisis kebutuhan petani yang sesungguhnya dan memberikan layanan yang


9

memuaskan kepada si pengguna, dan (b) Memotivasi penyuluh dengan cara

menumbuhkan kebanggaan terhadap pribadinya dan lembaga penyuluhan, bahwa tugas

yang diembannya sangat penting dan dibutuhkan petani, serta memberikan manfaat bagi

orang lain.

Sedangkan menurut Indraningsih (2010) Kinerja penyuluh pertanian di kabupaten

Cianjur dan Garut belum menunjukkan manfaat yang signifikan dalam peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan petani. Kinerja penyuluh pertanian dapat optimal bila

memperhatikan beberapa aspek, yakni kelembagaan penyuluhan, kompetensi penyuluh

dan peran penyuluh. Pemerintah pusat perlu mencanangkan kebijakan agar kelembagaan

penyuluhan mempunyai posisi yang mapan, dengan membangun struktur organisasi yang

tidak berubah-ubah, layak sebagai lembaga layanan inovasi dan informasi, sehingga

tenaga fungsional penyuluh dapat bekerja dengan baik, mampu menjangkau dan

memfasilitasi semua khalayak sasaran (termasuk petani di lahan marjinal).

D. Cyber Extension

Kementerian Pertanian membuat Peraturan Menteri Pertanian No. 16 Tahun 2013

yang mengatur tentang penerapan sistem informasi penyuluhan dengan memanfaatkan

Teknologi Informasi (TI) berbasis internet yang disebut dengan Sistem Manajemen

Informasi Penyuluhan Pertanian yang terdiri atas Website Cyber Extension, Program

Sistem Informasi Ketenagaan Penyuluhan Pertanian (Simluh) dan Program Sistem

Informasi Petani dan Kelompok Tani (Simpoktan) dengan tujuan untuk menyediakan

materi/informasi pertanian, data penyuluh pertanian dan data kelembagaan petani dan

usaha tani yang dibutuhkan penyuluh, pelaku utama, pelaku usaha dan masyarakat

pertanian sesuai kebutuhan dan spesifik lokalita; mempercepat arus informasi pertanian
10

dari puast sampau ke petani; dan membangun integritas materi penyuluhan pertanian,

data ketenagaan penyuluh pertanian dan data kelembagaan petani dan usaha tani yang

mutakhir melalui website Kementerian Pertanian.

Cyber Extension adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media

internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi

penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan

pelaku usaha (Peraturan Menteri Pertanian No. 16 Tahun 2013).

Teknologi informasi berbasis cyber extension sebagai media informasi dan

komunikasi cukup efektif dalam menyediakan informasi teknologi yang dapat diakses

secara cepat oleh petani maupun stakeholder lainnya untuk mendukung usaha pertanian

yang berkelanjutan, sebagaimana terlihat dari hubungan yang positif antara karakterstik

petani, interaksi petani dan persepsi petani terhadap efektivitas cyber extension maupun

perilaku petani dalam memanfaatkan teknologi informasi (Amin 2014).


11

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran

Perkembangan teknologi yang kian pesat memberikan dampak cukup banyak bagi

masyarakat selaku pengguna teknologi baik dampai positif maupun dampak negatif.

Salah satu dampaknya adalah masyarakat akan lebih mudah dan cepat mengakses

informasi apapun dan di bidang apapun. Salah satunya dalam bidang pertanian. Dengan

tersedianya berbagai sumber informasi yang akan menyebarkan atau menyampaikan

informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian. Oleh karena

itu informasi teknologi pertanian berperan penting dalam proses pembangunan pertanian.

Menyadari hal tersebut Kementerian Pertanian menetapkan Peraturan Menteri Pertanian

No. 16 Tahun 2013 yang mengatur tentang penerapan sistem informasi penyuluhan

dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) berbasis internet yang disebut dengan

Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian, salah satunyaialah Website Cyber

Extension.

Cyber Extension adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet,

untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh

dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

Salah satu contoh dampak positif penggunaan cyber extension di Indonesia adalah di

Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. yakni penggunaan cyber extension terbukti

efektif dalam mendukung kegiatan pertanian, hal tersebut tercermin dari kinerja penyuluh

dalam menanggapi kebutuhan petani serta kinerja petani dalam membangun pertanian

mereka. Selain itu, cyber extension juga memberikan kemudahan kepada petani untuk
12

memperoleh informasi terkait teknologi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif

singkat. Potensi pertanian di Kota Samarinda terbilang cukup baik, hal tersebut sesuai

dengan data jumlah petani yakni sejumlah 9.861 jiwa. Namun jumlah penyuluh yang ada

di Kota Samarinda hanya 56 jiwa sehingga masih belum mampu menangani petani yang

cukup banyak tersebut sehingga berdampak pada tingkat motivasi dan kinerja penyuluh.

Untuk itu dengan adanya cyber extension diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan

kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya sehingga proses penyebaran informasi

kepada petani dan sebaliknya menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan penjelasan

diatas dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut.

CYBER EXTENSION

PENYULUH

MOTIVASI KINERJA

EFEKTIFITAS
KEGIATAN
PENYULUHAN

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Efektifitas Kegiatan Penyuluhan Berbasis Teknologi Informasi


Cyber Extension Terhadap Motivasi Dan Kinerja Penyuluh di Kota Samarinda
13

B. Hipotesis

Ho : Terdapat pengaruh nyata antara teknologi informasi berbasis cyber extension

terhadap motivasi penyuluh di Kota Samarinda.

Hi : Tidak terdapat pengaruh nyata antara teknologi informasi berbasis cyber extension

terhadap kinerja penyuluh di Kota Samarinda.

Ho : Terdapat pengaruh nyata antara teknologi informasi berbasis cyber extension

terhadap efektifitas kegiatan penyuluhan di Kota Samarinda.


14

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan September hingga November

di Kota Samarinda Kalimantan Timur.

B. Metode dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan berasal dari data primer yakni data hasil wawancara

dengan menggunakan alat bantu instrument berupa kuesioner yang dibuat

sesuai dengan tujuan penelitian dan dilakukan kepada penyuluh dan petani di

Kota Samarinda. Data lain yang digunakan adalah data sekunder yakni berupa

data pendukung penelitian baik itu dari literature penunjang penelitian

maupun instansi terkait penelitian

C. Metode Pengambilan Sampel

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penyuluh pertanian di Kota

Samarinda populasinya adalah kurang dari 100, maka dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus sehingga semua penyuluh pertanian di Kota

Samarinda mendapat kesempatan yang sama untuk diteliti atau menjadi

responden. Sedangkan untuk responden berupa petani menggunakan metode

pengambilan sampel secara Proportionate Stratified Random Sampling

dikarenakan jumlah petani di kota samarinda cukup banyak dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan pengambilan sampel keseluruhan serta


15

beragamnya kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani seperti usahatani

hortikultura, tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternak, dan lain

sebagainya. Penentuan sampel secara Proportionate Stratified Random

Sampling menggunakan nilai presisi sebesar 15%. Perhitungan jumlah sampel

ditentukan dengan rumus Yamane (Silalahi, 2015) yaitu :

𝑁
𝑛=
𝑁 (d)2 + 1

9.861
=
9.861 (15%)2 + 1

= 44,24

= 45 sampel

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

d2= Nilai Presisi 15%

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diperoleh sampel sasaran di Kota

Samarinda di wilayah binaan kerja tiap BPP yang ada di Kota Samarinda yaitu

BPP Suluh Manuntung, BPP Suluh Sejahtera, dan BPP Mitra Tani.
16

Tabel 1. Jumlah Sampel Populasi Petani di Kota Samarinda


No. BPP Sampel (n)
1 BPP Suluh Sejahtera 15
2 BPP Suluh Manuntung 15
3 BPP Mitra Abadi 15
Jumlah 45
Sumber : Data Sekunder (diolah) 2018

D. Definisi Variabel dan Pengukuran

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya

2. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai

oleh seorang pegawai, dalam hal ini penyuluh dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

3. Motivasi adalah suatu dorongan atau alasan yang menjadi dasar semangat

seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dan mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber

daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi

usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran

dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup


17

5. Penyuluh pertanian adalah orang yang memiliki peran, tugas, atau profesi

yang memberikan pendidikan, bimbingan, dan penerangan kepada

masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah dalam melakukan usahatani

atau masalah yang terkait dengan bidang pertanian.

6. Materi Penyuluhan adalah kumpulan informasi penyuluhan di dalam

website Cyber Extension, yang digunakan sebagai salah satu sumber

dalam melakukan penyuluhan di lapangan.

7. Cyber extension adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui

media internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan

informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses

pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

8. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, dalam hal ini

melakukan pengelolaan tanaman dengan tujuan memperoleh hasil dari

budidaya tanaman tersebut.

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik

wawancara. Untuk mengukur efektifitas kegiatan penyuluhan serta tingkat

motivasi dan kinerja penyuluh digunakan skala likert. Skala likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai


18

variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan (Sugiono, 2015). Setiap pertanyaan diberi skor

sesuai dengan pilihan responden. Metode menggunakan skoring, maksudnya

setiap jawaban yang tersedia diberikan skor yang berbeda. Pilihan A diberikan

skor 3 sedangkan B dan C diberikan skor 2 dan 1.

Tingkat efektifitas kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3 kelas yaitu efektif,

cukup efektif, dan tidak efektif. Adapun untuk mengetahui interval kelas

menurut Suparman (1995) ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

𝑋𝑛 − 𝑋𝑖
𝐶=
𝑘

Keterangan :

C : Interval kelas

Xn : Skor Maksimum

Xi : Skor Minimum

K : Jumlah Kelas

Sedangkan untuk mengukur hubungan efektifitas kegiatan penyuluhan

berbasis teknologi informasi cyber extension terhadap motivasi dan kinerja

penyuluh menggunakan alat uji statistik berupa analisis regresi ganda.


19

Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud

merapalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependen

(kriterium), bila dua atau lebih variable indeenden sebagai faktor predictor

dimanipulasi (dinaik turunkan nilainnya) (Sugiono, 2015). Rumus analisis

regresi ganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1+b1X2+ ….. + bnXn

Keterangan :

Y = subyek dalam variable dependen yang diprediksikan

a = konstanta

b = koefisien regresi (nilai peningkatan maupun penurunan)

X = variabel independen.
20

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai