BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Penelitian Terdahulu
rationale for strong government support of broad higher education access. Cedar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan analisis kasus untuk
kebijakan nasional pendidikan tinggi pada strategi investasi kapital untuk profit
perusahaan.
daerah di mana pemerintah nasional, negara bagian, dan lokal yang berdaulat
memiliki dampak yang mendalam pada akses warganya untuk pendidikan dan
pelatihan lanjutan. Dampak ini dapat lebih terlihat jelas dalam penyediaan
27
28
terkait akses level tinggi ke pendidikan tinggi. Hal ini harus dibuat mengingat
produktif akan berprestasi dan memperoleh gaji yang lebih tinggi. Perusahaan saat
ini bebas memilih lokasi berdasarkan karakteristik tenaga kerja yang ada
disekitarnya apakah akan mencari tenaga kerja murah, terlatih, produktif, ataupun
dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan pada jenjang sekolah
Hasil dari penelitian ini yaitu pertama, Provinsi Jambi belum memiliki
belum terencana dengan baik. Hal ini disebabkan oleh pembangunan database
peningkatan mutu dan pengalokasian dana untuk pencapaian sasaran yang sudah
Pendidikan dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Keenam,
kebijakan retorika dan realitas. Analisis kerangka termasuk: isu dalam retorika
kebijakan, isu proses implementasi dan isu dengan menguji realitas. Di bidang
kualitas jaminan, untuk beberapa nama hanya menjadi topik hangat perdebatan.
oleh sekolah, perguruan tinggi dan pihak otoritas dan menengahi masalah
tujuan mulia, inspeksi secara dekat, dinamika perubahan dan interaksi beberapa
aktor pada tingkatan berbeda dalam sistem juga berarti bahwa retorika masih
berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi
untuk memperoleh informasi dan data yang akurat terutama tentang implementasi
sistematik, agar sesuai dengan tiga pilar pembangunan pendidikan nasional, yakni:
(1) peningkatan dan penguatan akses pendidikan, (2) peningkatan relevansi dan
daya saing mutu pendidikan, dan (3) peningkatan tatakelola dan citra publik
Unauna, Tolitoli, Donggala, Buol dan Kota Palu. Metode pelaksanaan studi ini
dan wawancara.
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada umumnya sudah baik, dengan indeks
hakikat manusia atau filsafat manusia yang menganggap manusia sebagai mahluk
pribadi dan sosial sekaligus. Dengan demikian, perumusan visi dan misi
budaya dimana dia hidup. Oleh karena pendidikan merupakan suatu pengetahuan
praksis maka analisis kebijakan pendidikan merupakan salah satu input penting
praksis dimana visi dan misi pendidikan mengakomodasi esensi filsafat manusia,
esensi manusia berdasarkan filsafat manusia dan politik dalam konteks situasi
kebijakan publik.
adalah penjabaran dari visi dan misi dari pendidikan dalam masyarakat tertentu.
model dapat dihasilkan proses kebijakan yang layak. Ketiga, pendidikan milik
Selain itu, pendidikan sebagai barang publik hendaknya ditangani oleh pemerintah
komersialisasi dan hal ini akan merugikan kepentingan bangsa yang lebih luas
kepada filsafat moral maka kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik bukan
kebijakan pendidikan bagian dari kebijakan publik. Selain alasan filsafat moral
2010.
terletak pada corak strategi dalam solusi pemecahan yang terbaik, yang sampai
saat ini masih merupakan dilema. Begitu juga dengan masalah pendidikan di
Indonesia, pada satu sisi tuntutan pemerataan sesuai dengan pasal 31 UUD 1945
harus diwujudkan, dan pada sisi lain mutu pendidikan sebagai upaya dalam
yang haus seiring dengan laju pembangunan bangsa. Semua permasalahan dalam
akan mengarah pada satu bagian yang mendasar, yaitu penyediaan dana atau
cukup besar.
Hasil dari penelitian ini bahwa berdasarkan isu strategis, konsep dasar
dan kajian kritis analisis financial resources sebagai faktor penentu dalam
stakeholders merupakan tiga faktor yang sangat penting dan terkait langsung
dan prasarana pendidikan agar implementasinya lebih sempurna dan tepat sasaran.
Sun, Mianto, 2010. Education system reform in China after 1978: some
ketertutupan pada dunia luar. Orientasi politik yang digunakan adalah “pintu
perubahan politik dan ekonomi yang terjadi, komite pusat dari partai komunis
china mengadakan konferensi tentang pendidikan pada bulan mei tahun 1985,
sistem pendidikan yang dibuat oleh komite pusat partai komunis China setelah
Esensi utama dari reformasi pendidikan ini adalah untuk meningkatkan kualitas
sebenarnya sistem pendidikan telah didirikan sebelum tahun 1980, namun sistem
itu tidak cocok dengan keperluan pelatihan ratusan dari jutaan masyarakat terdidik
dan pekerja terdidik dan petani, kemudian ribuan tenaga ahli dan manajer dengan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada dua gaya pendidikan di China
pendidikan. Untuk model/gaya reformasi yang pertama ada dua macam reformasi.
kekuasaan dan tanggung jawab pada pemerintah daerah dan jika anda ingin
sangat signifikan dalam meningkatkan derajat dan kualitas sumber daya manusia.
melalui proses yang strategis berbasis pada potensi wilayah secara kooperatif,
dengan performa indikator pencapaian tujuan yang jelas, ketersediaan sarana dan
siapa pun yang menjadi pimpinan perencana di Bapeda, siapa pun yang menjadi
pimpinan di SKPD pengelola pendidikan, dan siapa pun yang menjadi pimpinan
Dewan Pendidikan, senantiasa mempunyai gerakan yang sama terhadap misi yang
tertuang dalam Master Plan Pendidikan. Dengan demikian, tidak ada lagi istilah
ganti pimpinan ganti kebijakan, atau sistem dan kebijakan sudah ditata dengan
tersebut. Oleh karena itu pula, diperlukan komitmen bersama antara pemerintah
dan kewenangannya.
Relevansi dan Mutu Lulusan SMK di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Timur,
SMK, pada dasarnya melibatkan tiga komponen penting yaitu pihak rnajelis
sekolah. Pihak dunia usaha industri (DUDI) yang akan memakai siswa dan pihak
mekanisme pendidikan sistem ganda (PSG), dalam hal ini praktik industri di dunia
usaha industri. Kurang tercapainya sasaran kebijakan kemitraan SMK yang terjadi
dengan rancangan implementasi yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
analisis yang mendalam mengenai proses implementasi tersebut rnuiai dari awal
terhadap sekolah, siswa (target group), dunia usaha industri, dan Pemerintah
partisipatif di dua SMK yakni SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Tarakan. Penulis
dengan cara ini. Jenis data ada bersifat primer (hasil wawancara) dan sekunder
dianalisis lewat analisis data situs tunggai menurut Miles dan Huberman (1984)
diiihat persiapan tersebut dari sisi konteks otonomi daerah di mana kewenangan
optimal.
program (implementer) SMK dan dunia usaha industri serta perumus program
program praktik industri yang dilakukan oleh SMK dan dunia usaha industri
meialui kerjasama praktik industri selama lima tahun terakhir tidak optimal.
yang hidup dalam satu lingkungan Internasional, memiliki lingkungan intern dan
tinggi Islam memandang dirinya sebagai sub sistem dalam satu sistem kenegaraan
lulusan, PTI telah meletakkan dasar perencanaan yang terumuskan melalui visi,
misi, orientasi, sasaran, tujuan dan strategi untuk menghasilkan lulusan "insan
kamil, memiliki integritas fikr, dzikr dan amal shaleh yang didukung dengan
43
manajamen internal dan ekstemal yang profesional dengan spirit Islam. Namun
secara substansi cukup baik, namun belum disertai dengan bobot SKS/MK yang
input (peserta didik) yang tidak selektif mengakibatkan kemampuan fikr, dzikr
dan amal shaleh-nya kurang baik, bahkan ada di antara mereka yang kurang
semester di tempuh dalam jangka waktu 5 bulan. Semester ganjil diawali pada
bulan September dan berakhir pada bulan Januari. Sedangkan semester genap
diawali bulan Maret dan berakhir pada bulan Juli. Di setiap hari ketika waktu
shalat tiba semua aktifitas kampus dihentikan agar sivitas melaksanakan shalat,
mengajar pada waktu shalat. Hal itu terjadi pula pada sebagian pimpinan dan
karyawan tanpa ada teguran walaupun itu hak pribadi. Selama ini dana
atau memberi surat edaran pada para dosen untuk menyatukan persepsi terhadap
berbagai tugas yang harus dilaksanakan dosen. Namun beberapa tugas dosen
secara optimal. Ada beberapa kelemahan sistem pembelajaran di PTI selama ini,
yaitu; interaksi pendidik dengan peserta didik masih monolog, pembelajaran baru
menyentuh aspek fikir (kognitif) peserta didik, cenderung sekuler, mata kuliah
44
belum diikuti secara kontinu dan optimal oleh sivitas yang ada. Pengembangan
potensi minat, bakat dan kegemaran peserta didik telah terfasilitasi dengan baik,
hanya di beberapa PTI masih terkendala oleh sumber biaya, sistem evaluasi hasil
belajar oleh pendidik terhadap peserta didik baru menyentuh aspek kognitif (fikr)
lulusan yang memiliki integritas fikir (kognitif), dzikir (afektif) dan amal sholeh
proses pembelajaran, namun karena unit tersebut baru terbentuk dan masih
kewenangan kepada daerah, yang semula menjadi urusan pemerintah pusat. Salah
perubahan berupa pembaruan sistem pendidikan yang sekian lama dikelola secara
pendidikan kita.
berjalan pada 1 Januari 2008. Kebijakan ini menelan dana 11,4 Miliar dari jumlah
APBD kabupaten dompu tahun 2008 sebesar Rp337 Miliar. Kebijakan Pendidikn
gratis ini berlaku untuk semua jenjang penidikan mulai dari tingkat SD, SLTP
hingga SLTA.
46
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
1 Fincher, Mark, Kualitatif Tujuan dari penelitian Perselisihan serius ada pada Membahas Penelitian
2007 ini adalah untuk dampak dari tindakan pemerintah peran Fincher, Mark
Governments as menyediakan analisis pada strategi perusahaan. ekonomi pemerintah lebih mengarah
human capital kasus untuk dukungan dunia menjadi lebih terintegrasi, dalam pada analisis
providers, A pemerintah terhadap berkurangnya kontrol pemerintah mengembangkan kebijakan
rationale for strong akses pendidikan tinggi atas ekonomi telah menyebabkan kan kebijakan terhadap akses
government ke arah lebih lanjut banyak pengamat percaya bahwa pendidikan pendidikan tinggi
support of broad yaitu daya saing perusahaan-perusahan tidak sebagai ke arah lebih
higher education Nasional dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan yang lanjut.
access. Cedar pemerintah. Salah satu daerah di sangat strategis. Sedangkan
Valley College, Le mana pemerintah nasional, negara penelitian
Tourneau bagian, dan lokal yang berdaulat dilakukan untuk
University, mempertahankan kendali akses ke menganalisis
Lancaster, Texas, pendidikan tinggi. Kebijakan kebijakan pada
USA pemerintah dapat memiliki dampak semua jenjang
yang mendalam pada akses dan tingkat
warganya untuk pendidikan lanjutan pendidikan.
dan pelatihan
2 Sutrisno dan Kualitatif Penelitian ini bertujuan Hasil dari penelitian ini yaitu Kedua penelitian Pada penelitian
Muhammad Rusdi. untuk mengidentifikasi pertama, Provinsi Jambi belum ini sama-sama Sutrisno dan
Analisis Kebijakan beberapa kebijakan memiliki perda yang tertuang secara melihat kebijakan Muhammad
Peningkatan Mutu strategis dan spesifik untuk mengayomi upaya- pemerintah Rusdi penelitian
Pendidikan Dasar implementatif yang upaya peningkatan mutu pendidikan. dalam bidang kebijkan
Dan Menengah Di telah dan sedang Kedua, pemerintah Provinsi Jambi pendidikan, difokuskan pada
Provinsi Jambi. dibuat oleh pemerintah masih terus berupaya untuk dapat khususnya penjaminan dan
Jurnal Pendidikan kota/kabupaten di meningkatkan anggaran pendidikan, pendidikan dasar peningkatan mutu
Inovatif 3 (1), provinsi Jambi yang sebagai wujud implementasi dan menengah. pendidikan pada
September 2007. difokuskan dalam amandemen UUD 1945. Ketiga, sekolah dasar
47
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
rangka penjaminan dan kebijakan pendidikan yang dan menengah.
peningkatan mutu dijalankan masih bersifat incidental Sedangkan
pendidikan pada sporadic dan belum terencana penelitian yang
jenjang sekolah dasar dengan baik. Keempat, koordinasi saya lakukan
dan menengah. antara BAPPEDA dengan diknas tidak hanya
sangat diperlukan dalam difokuskan pada
menetapkan sasaran peningkatan mutu pendidikan
mutu dan pengalokasian dana untuk melainkan semua
pencapaian sasaran yang sudah aspek yang
ditentukan. Kelima, kebijakan mendukung
peningkatan mutu pendidikan yang pendidikan dan
berkaitan dengan manajemen pada semua
sumber daya manusia pendidikan jenjang
perlu mendapatkan perhatian serius. pendidikan,
Keenam, peningkatan keterlibatan khususnya
masyarakat dalam membangun berkaitan dengan
mutu pendidikan perlu ditingkatkan pemerataan
dalam wadah komite sekolah dan pendidikan untuk
dewan pendidikan. Ketujuh, seluruh
memberdayakan pengawas sekolah masyarakat
sebagai agen pengontrol kualitas Kalimantan
(qualitycontrol). Kedelapan, satuan Tengah.
pendidikan perlu didorong untuk
memiliki income generating
activities. Kesembilan, kebijakan
yang transparan dan akuntabel perlu
diimplementasi secara luas.
3 Ng Pak Tee, 2008, Kualitatif Untuk membahas Meskipun kebijakan retorika selalu Membahas Penelitian Ng Pak
Education policy mengapa sering ada memiliki tujuan terpuji, dinamika bahwa kebijakan Tee membahas
rhetoric and reality perbedaan antara yang mendasari perubahan dan pemerintah tidak dan menganalisis
gap: a reflection, kebijakan retorika dan interaksi di antara pelbagai aktor hanya retorika, kebijakan
Policy and realitas. Secara pada tingkat yang berbeda dari janji politik, tetapi Retorika-Realita
48
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
Leadership khusus, penelitian sistem sering diartikan bahwa harus secara umum.
Academic Group, berusaha untuk retorika dapat dikompromikan dalam dilaksanakan Sedangkan
National Institute of mengeksplorasi kenyataan. Namun, dimungkinkan oleh stakeholder penelitan yang
Education, masalah dengan juga bahwa bahkan ketika saya lakukan
Nanyang retorika kebijakan, implementasi realitas mungkin tidak lebih
Technological pelaksanaan proses sesuai dengan kebijakan retorika, memfokuskan
University, dan lensa yang adaptasi dari kebijakan pada kebijakan di
Singapore. melaluinya dan realitas memungkinkan untuk lebih cocok bidang
dirasakan, dengan konteks lokal sementara pendidikan.
menjelaskan mengapa memungkinkan retorika kebijakan
masalah ini dapat untuk mempertahankan nilainya
membuka celah menggugah untuk keadaan ideal
retorika-Realita
kebijakan. Artikel ini
juga menunjukkan
kerangka sederhana
matriks menganalisis
perbedaan retorika-
Realita.
4 Asep Mahpudz, Kualitatif Studi ini bertujuan Hasil penelitian diperoleh informasi Keduanya Penelitian Asep
Amirudin Kade, untuk memperoleh bahwa kompetensi pendidik di membahas Mahpudz,
Haerudin dkk. informasi dan data wilayah Provinsi Sulawesi Tengah kebijakan Amirudin Kade,
Analisis Kebijakan yang akurat terutama pada umumnya sudah baik, dengan pendidikan, Haerudin dkk
Dan Kelayakan tentang implementasi indeks diatas 3 pada beberapa khususnya membahas
Mutu Tenaga arah kebijakan komponen aspek kompetensi. dalam tentang
Pendidik Dalam penyelenggaraan Namun demikian, terdapat beberapa meningkatkan implementasi
Rangka pendidikan dasar dan aspek yang masih membutuhkan kompetensi guru arah kebijkan
Meningkatkan kelayakan mutu tenaga penguatan dan dukungan dari untuk penyelenggaraan
Mutu pendidik pada pemangku kepentingan untuk meningkatkan pendidikan dasar
Penyelenggaraan penyelenggaraan senantiasa meningkatkan kualitas keluaran dan kelayakan
Pendidikan Dasar pendidikan dasar di kompetensi, terutama pada aspek- pendidikan. mutu tenaga
Di Provinsi Provinsi Sulawesi aspek tertentu. pendidik.
49
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
Sulawesi Tengah. Tengah. Sedangkan
Jurnal Media penelitian yang
Litbang Sulteng 2 saya lakukan
(2) : 75 – 85 , tidak hanya
Desember 2009. terbatas pada
mutu tenaga
pendidik tetapi
pada semua
aspek yang
terkait dalam
pendidikan dan
permasalahan
yang
melingkupinya
serta sesuai
dengan kebijakan
pemerintah yang
berlaku
5 Aminuddin Bakry. Kualitatif Tujuan penelitian ini Hasil dari penelitian ini adalah Sama-sama Penelitian
Kebijakan yaitu untuk mengetahui pertama, kebijakan pendidikan membahas Aminuddin Bakry
Pendidikan apakah kebijakan berkaitan dengan upaya kebijakan hanya untuk
Sebagai Kebijakan pendidikan merupakan pemberdayaan peserta didik. Kedua, pendidikan mengetahui
PublikJurnal salah satu kebijakan kebijakan pendidikan lahir dari ilmu sebagai bagian kebijakan
MEDTEK 2(1). publik. praksis pendidikan sehingga kebijakan public. pendidikan
April 2010 kebijakan pendidikan meliputi proses termasuh
analisis kebijakan, perumusan kebijakan publik
kebijakan, implementasi dan atau tidak.
evaluasi kebijakan. Ketiga, Sedangkan
pendidikan milik masyarakat (barang penelitian yang
publik) maka suara masyarakat saya lakukan
dalam berbagai tingkat perumusan, lebih
pelaksanaan dan evaluasi kebijakan memfokuskan
50
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
perlu di dengar dan di akomodasi. terhadap analisis
Keempat, merujuk kepada filsafat kebijakan
moral maka kebijakan pendidikan pendidikan yang
sebagai kebijakan publik bukan mempengaruhi
kebijakan pendidikan bagian dari pendidikan di
kebijakan publik. Kalimantan
Tengah.
6 Prasojo, Lantip Kualitatif Tujuan penelitian ini Hasil dari penelitian ini bahwa Kedua penelitian Penelitian
Diat. Financial yaitu untuk mengetahui berdasarkan isu strategis, konsep sama-sama Prasojo, Lantip
ResourcesSebagai apakah financial dasar dan kajian kritis analisis melihat Diat membahas
Faktor Penentu resources dapat financial resources sebagai faktor keberdaaan faktor penentu
Dalam menentukan penentu dalam implemantasi anggaran dalam khususnya dana
Implementasi keberhasilan kebijakan pendidikan diperoleh memberikan dalam
Kebijakan implemantasi kebijakan kenyataan sumber dana, SDM dan dukungan untuk implementasi
Pendidikan. Jurnal pendidikan. stakeholders merupakan tiga faktor keberhasilan kebijakan
Internasional: yang sangat penting dan terkait pelaksanaan pendidikan.
Manajemen langsung dalam implementasi kebijakan Sedangkan
Pendidikan 2010 kebijakan pendidikan. Selain pendidikan. penelitian yang
memperhatikan tiga faktor tersebut, saya lakukan
implementasi kebijakan pendidikan membahas
juga harus memperhatikan sarana semua faktor
dan prasarana pendidikan agar pendukung
implementasinya lebih sempurna pendidikan dan
dan tepat sasaran. kebijakan
pendidikan.
7 Sun, Mianto, 2010. Kualitatif Penelitian ini bertujuan Ada dua model sistem reformasi Kedua penelitian Pada penelitian
Education system untuk mengetahui pendidikan yaitu pertama adalah sama-sama Sun, Mianto topic
reform in China model/gaya sistem reformasi di sekolah untuk berbagai memperbincangk yang dibahas
after 1978: some pendidikan di China level, termasuk reformasi sistem an model lebih mengarah
practical setelah reformasi tahun pendidikan wajib di sekolah, dan kebijakan pada model/gaya
implications. 1978 reformasi sistem pendidikan pendidikan. sistem
Research Institute lanjutan. Reformasi kedua adalah pendidikan. Pada
51
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
of Educational reformasi sistem di sekolah dan penelitian ini
Economics and berbagai macam, termasuk menghasilkan
Administration. reformasi untuk pendampingan dan model alternative
Shengyang Normal teknik sistem pendidikan,dan untuk kebijakan
University, reformasi sistem pendidikan sekolah pendidikan.
Liaoning, China. swasta
8 Agus Irianto, 2009 Deskriptif Tujuan penelitian ini Hasil penelitian ini adalah :1) kedua penelitian Penelitian yang
Perencanaan Kualitatif ialah: (1) Deskripsi Pertama,substansi perencanaan sama-sama dilakukan Irianto
Pendidikan Tingkat terintegrasi tentang pendidikandi Kabupaten Bandung memperbincangk membahas
Kabupaten/Kota sistem perencanaan merujuk kebijakan pendidikan an masalah tentang evaluasi
(Studi Evaluatif jangka panjang sebagaimana telah dituangkan kebijakan sistem
Tentang Efektivitas pembangunan bidang dalam PP.No.38 tahun 2007. 2) pendidikan perencanaan
Sistem Pencanaan pendidikan di Sasaran dan ruang lingkup pembangunan di
Pendidikan kabupaten Bandung; pendidikan yang direncanakan tidak bidang
Menuju Tahun (2) Analisis efektivitas hanya terbatas pada satuan pendidikan.
2025 di Kabupaten proses perencanaan pendidikan yang menjadi Sedangkan
Bandung) jangka panjang kewenangan pemerintah kabupaten, penelitian ini
pembangunan bidang tetapi mencakup satuan-satuan membahas
pendidikan di pendidikan yang menjadi analisis
Kabupaten Bandung; kewenangan pemerintah provinsi pelaksanaan
(3) Analisis posisi dan Departemen Agama. 3, Pihak- kebijakan
proses perencanaan pihak yang dilibatkan dalam proses pendidikan.
jangka panjang perencanaan pembangunan
pembangunan bidang pendidikan, di samping pihak tenaga
pendidikan di perencana dari lingkungan
Kabupaten Bandung; Bapeda, juga melibatkan tenaga ahli
(4) Disain sistem perencana dari perguruan tinggi,
perencanaan dinas pendidikan dan dinas-dinas
pendidikan yang dapat terkait, DPRD, komunitas organisasi
dijadikan pedoman profesi
dalam pembangunan
pendidikan di tingkat
52
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
kabupaten/kota menuju
tahun 2025.
9 Muhammad Kualitatif Penelitian ini bertujuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedua penelitian Pada penelitian
Yunus, 2006. mendeskripsikan, persiapan implementasi kebijakan sama-sama Muhammad
Kebijakan menganalisis, dan tersebut telah berjalan sesuai membahas Yunus membahas
Kemitraan menginterpretasikan dengan mekanisme yang ditetapkan kebijakan pada kebijakan
Pendidikan hal-hal berikut: sebagaimana Kepmendikbud pendidikan kemitraan
Kejuruan Analisis 1) Persiapan No.323/1996 tentang pendidikan dimana peran stakeholder
lmplementasi implementasi kebijakan sistem ganda (PSG), namun jika pemerintah pendidikan
Kebijakan Praktik praktik industri. diiihat persiapan tersebut dari sisi daerah semakin kejuruan dalam
Industri dalam 2) Proses pelaksanaan konteks otonomi daerah di mana besar ketika implementasi
Rangka kebijakan praktik. kewenangan pengelolaan pelaksanaan kebijakan
Peningkatan 3) Berbagai faktor yang pendidikan menjadi kewenangan otonomi daerah pendidkan
Relevansi dan memengaruhi proses pemerintah daerah sejak dipraktekkan. kejuruan.
Mutu Lulusan SMK pelaksanaan kebijakan dilaksanakannya otonomi daerah Sedangkan
di Kota Tarakan praktik industry. pada tahun 2001-2005 belum penelitian ini
Provinsi 4) Dampak (outcome) berjalan secara optimal. membahas
Kalimantan Timur. tentang kebijakan
pendidikan
secara umum dan
menyeluruh,
termasuk
kerjasama antar
stakeholder
dalam
mensukseskan
pelaksanaan
kebijakan.
10 Maskuri, 2006. Kualitatif Mendeskripsikan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedua penelitian Pada penelitian
Implementasi menganalisis serta komponen pembelajaran terdiri dari sama-sama Maskuri
53
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
Kebijakan Sistem memberikan pendidik, peserta didik dan sumber membahas membahas
Pendidikan interpretasi terhadap belajar. Untuk mengembangkan kebijakan Implementasi
Nasional di komponen-komponen kualitas lulusan, PTI telah pendidikan, kebijakan Sistem
Pendidikan Tinggi yang ditetapkan meletakkan dasar perencanaan khususnya Pendidikan
Islam (Studi pemerintah dalam yang terumuskan melalui visi, misi, komponen Nasional pada
Multisitus Proses implementasi kebijakan orientasi, sasaran, tujuan dan pendukuing Pendidikan Tinggi
Pembelajaran UU No. 20 Tahun 2003 strategi untuk menghasilkan lulusan untuk Islam, khususnya
Berdasarakan UU tentang sistem "insan kamir, memiliki integritas fikir, keberhasilan kebijakan mikro,
No. 20 Tahun 2003 pendidikan nasional dzikir dan amal shaleh yang pendidikan. internal institusi
Tentang Sistem terkait proses didukung dengan manajamen pendidikan.
Pendidikan pembelajaran di PTI, internal dan ekstemal yang sedangkan pada
Nasional di sistem profesional dengan spirit Islam. penelitian ini
Universitas Islam implementasinya, membahas
Negeri Malang, keunikannya, faktor- tentang analisis
Universitas Islam faktor pendukung dan kebijakan
Malang dan penghambat serta pendidikan makro
Universitas model implementasi yakni kebijakan
Muhammadiyah kebijakan proses pemerinatah
Malang) pembelajaran untuk semua
jenjang
pendidikan,
khususnya
meningkatkan
kesempatan
berpendidikan
untuk warga
masyarakat.
12 Arifin La Ndolo, Kualititatif Tujuan dalam Hasil penelitian ini adalah: Kedua penelitian Pada penelitian
2010 Analisis penelitian ini adalah 1. Secara politis kebijakan menganalisis Arifin analisis
Kebijakan untuk menganalisis pendidikan gratis telah dikenal luas kebijakan kebijakan
Pendidikan Gratis tentang pelaksanaan oleh masyarakat dan merupakan pendidikan, pendidikan
54
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
di Kab Dompu kebijakan pendidikan kebijakan yang populis. khususnya difokuskan pada
gratis yang di lakukan 2. Kebijakan ini merupakan bentuk peranan anggran kebijakan
di Kabupaten Dompu. nyata dari realisasi desentralisasi dan dukungan pendidikan gratis.
pendidikan. stakakeholder Sedangkan
3. Kebijakan ini mendapat dukungan dalam penelitian ini
yang kuat dari berbagai pihak menyelenggarak membahas
(masyarakat,LSM, Parpol, dan para an pendidikan semua aspek
pemerhati pendidikan). untuk warga pendidikan dan
4. Dengan dikeluarkannya kebijakan masyarakat yang analisis kebijakan
tersebut, partisipasi masyarakat kurang mampu. pendidikan yang
(usia sekolah) semakin meningkat, berlaku.
sehingga dapat mengurangi angka
putus sekolah.
5. Kelemahan kebijakan pendidikan
gratis di Kabupaten Dompu yaitu:
a)SDM yang masih belum memadai.
Salah satu faktorkeberhasilan suatu
kebijakan selain di dukung oleh
dana yang cukup tetapi juga harus
ditopang oleh SDM yang handal.
b) Kurangnya sarana dan prasarana
pendukung.
c)Masih ada oknum-oknum yang
memanfaatkan kebijakan ini, shg
menimbulkan mentalitas dan budaya
korupsi.
d) Pemerintah kurang memberikan
ketegasan sehingga masih banyak
orang tua yang tidak menyekolahkan
anaknya, terutama di desa-desa
terpencil.
e) Belum meratanya saranan
55
TUJUAN
NO TOPIK METODE HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENELITIAN
prasarana seperti gedung sekolah
sehingga terjadi
kelebihan siswa. Bahkan siswa
harus sekolah di siang hari dimana
waktu ini
tidak mendukung proses belajar
siswa, siswa malas, asal masuk, dan
akhirnya
terpengaruh pada mutu pendidikan
di daerah.
Sumber : olahan penulis.
2. 2. Kebijakan Publik
2. 2. 1. Perspektif Kebijakan
dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah policy
masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. Anderson
macam, yaitu:
kebijakan dipandang sebagai suatu proses, maka pusat perhatian akan tertuju
56
57
hal ini, kajian para ahli ilmu politik lebih terfokus pada persoalan perumusan
berbagai kelompok ahli lain, misalnya ahli-ahli ilmu administrasi negara (Wahab,
Easton dalam Thoha, "Public Policy is the authoritative allocation of values for
the whole society but it turns out that only the government can authoritatively act
on the 'whole' society... " (Thoha, 1990). Dalam hal ini Easton menekankan pada
values ami practices" (Thoha, 1990) memperlihatkan wujud dari kebijakan berupa
suatu program yang dibuat untuk mencapai tujuan, nilai-nilai dan praktek-
publik sebagai kebijakan yang dibuat oleh badan-badan atau pejabat pemerintah
(Islamy, 1988).
citakan. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan
dan Keadilan) dan UUD 1945 (Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
58
adalah seluruh prasarana dan sarana untuk mencapai “tempat tujuan” tersebut.
masalah publik yang telah ada dan telah teridentifikasi, merumuskan solusi serta
identifikasi isu, banyak pilihan yang dapat diambil serta pemecahan masalah yang
pengawasan pelaksanaannya, dan melalui cara tertentu yang lebih efisien dan
efektif yang secara formal disahkan lewat peraturan perundangan. Seperti yang
bagaimana dan siapa yang menyusun suatu kebijakan publik serta basis informasi
apa yang dapat digunakan sehingga belum tergambarkan dengan jelas bagaimana
cakupan analisis penelitian yang ada sebelumnya, maka penelitian kali ini terlebih
ditekankan pada proses perubahan kebijakan yang terjadi dalam konteks dinamika
proses kebijakan yang melibatkan subsistem kebijakan (policy sub system) dengan
model ini, agar tidak merombak secara total karena banyaknya pihak yang terlibat
dan terkait dengan sumberdaya manusia. Penggunaan model ini tidak sama untuk
59
kebijakan lainnya yang bersifat fisik semata karena pada pembangunan fisik
adanya usulan-usulan tertentu (spesifik), baik yang dilontarkan oleh mereka yang
atas.
kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.
Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki
desentralistik atau yang lebih dikenal dengan otonomi pendidikan dan kebijakan
datang.
22 tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004, yaitu memutuskan suatu keputusan
dan atau kebijakan secara mandiri dimana kewenangan yang dulu berada di pusat
sekarang telah diserahkan kepada daerah dalam hal ini propinsi dan
potensi serta keanekaragaman daerah, dengan titik sentral otonomi pada tingkat
yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota. Hal yang esensial dari
otonomi daerah adalah semakin besarnya tanggung jawab daerah untuk mengurus
daerahnya, termasuk bidang pendidikan (Jalal dan Supriadi, 2001: xxxii). Dengan
otonomi daerah tentu saja hanya akan bermanfaat apabila diikuti dengan kapasitas
yang diarahkan untuk meningkatkan input dan proses pembelajaran. Upaya untuk
membuat kebijakan yang akurat dalam bidang pendidikan, salah satunya akan
yang valid tersebut para policy maker akan dapat merumuskan apa persoalan
pokok yang harus dipecahkan dari aspek input dan proses pembelajaran, sebagai
dapat diketahui dan dirumuskan dengan jelas selanjutnya para policy maker di
berikut:
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mark Olsen, John Codd dan Anne-
era globalisasi. Salah satu argumen utamanya adalah bahwa globalisasi membawa
didukung oleh pendidikan. Pendapat tersebut dikatakan lebih lanjut seperti berikut
ini;
pada masa Orde Baru upaya untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam
tahun yang dimulai sejak tahun 1994, dan belakangan ini Wajar Dikdas telah
utama dalam rangka meningkatkan kualitas SDM yang nantinya berimbas kepada
66
peningkatan kualitas pada sektor pendidikan menjadi trade mark mereka. Hal ini
terbukti dari setiap kampanye para calon pimpinan negara-negara tersebut yang
nota bene dianggap sudah maju, justru terus semakin maju pesat dalam berbagai
semacamnya.
bahwa melalui sektor inilah bangsa dan negara bisa berkembang, maju,
kompetitif, dan sejahtera. Selain itu, harkat dan derajat bangsanya akan terangkat
lainnya. Ini artinya bahwa negara-negara yang kurang respect dan perhatian
terhadap pendidikan tidak akan mampu bersaing, bahkan akan semakin tertinggal
tinggi ketergantungannya pada negara-negara lain dan secara politis akan menjadi
publik dan dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups). Sebagai suatu
sistem, maka dalam sistem kebijakan publik dikenal adanya unsur-unsur : Input,
Process, Output dan Impact. Kebijakan publik adalah merupakan produk (output)
dari suatu input, yang diproses secara politis. Adapun elemen-elemen (unsur-
kebijakan publik yaitu suatu keadaan yang melatar belakangi atau peristiwa
dan peluang, yang diharapkan segera diatasi melalui suatu kebijakan publik.
Masalah ini dapat juga timbul justru karena dikeluarkannya suatu kebijakan
Proses pembuatan kebijakan publik itu bersifat politis, di mana dalam proses
ada yang saling bertentangan. Dalam proses ini terlibat berbagai macam
kebijakan publik.
Tahap ini mulai dari perumusan masalah sampai dengan dipilihnya alternatif
seberapa jauh tujuan kebijakan itu tercapai. (Hogwood and Gunn, 1989).
2. 3. 1. 2. 4. Perumusan Kebijakan
Proses perumusan kebijakan adalah salah satu alat penting dalam tahapan
perumusan kebijakan. Selain itu, para ahli harus menguasai makna kebijakan dan
pemerintahan. Oleh karena itu, kemampuan dan pemahaman yang memadai dari
bagi terwujudnya kebijakan publik yang cepat, tepat, dan memadai. Kemampuan
pada setiap tingkatan sesuai dengan kewenangannya. Selain itu, menurut Gerston
dimensi yang terkait, sehingga pada akhirnya sebuah kebijakan publik dapat
masyarakat, maka para ahli juga menawarkan sejumlah teori yang dapat
digunakan dalam proses perumusan kebijakan serta kriteria yang dapat digunakan
kriteria tersebut dapat ditemukan dalam buku Anderson tahun 2006 yang berjudul
terdapat tiga teori utama yang dapat digunakan dalam proses pembuatan sebuah
kebijakan yaitu
dipertimbangkan dalam memilih kebijakan, yaitu: (1) nilai-nilai yang dianut baik
oleh organisasi, profesi, individu, kebijakan maupun ideologi; (2) afiliasi partai
politik; (3) kepentingan konstituen; (4) opini publik; (5) penghormatan terhadap
menjadi fokus pembahasan dari tulisan ini yaitu makna kebijakan dan perumusan
serta prosedur perumusan kebijakan. Menurut Jann dan Wegrich (2007), di dalam
sasaran, yaitu apa yang akan dicapai melalui kebijakan serta pertimbangan-
dalam prakteknya akan melibatkan berbagai aktor, baik yang berasal dari aktor
negara maupun aktor non-negara atau yang disebut sebagai pembuat kebijakan
legal untuk terlibat dalam perumusan kebijakan publik. Mereka terdiri atas
juga merupakan aktor yang memainkan peran besar dalam perumusan kebijakan
73
bisa mempengaruhi isi dan bentuk dari sebuah kebijakan public (Anderson, 2006).
Selain pembuat kebijakan resmi, terdapat pula peserta lain yang terlibat
situasi kebijakan, tetapi mereka tidak memiliki kewenangan legal untuk membuat
2006). Mereka juga dapat menawarkan proposal kebijakan yang telah mereka
siapkan.
penetapan agenda. Dalam tahapan ini yang lebih banyak diharapkan adalah kerja
perhatian publik (Sidney, 2007). Dalam sejumlah teks standar kebijakan, tahap
perumusan disebut sebagai sebuah fungsi ruang belakang. Detail dari kebijakan
biasanya dirumuskan oleh staff dari birokrasi pemerintah, komite legislatif, serta
74
komisi khusus. Proses perumusan ini biasanya dilakukan di ruang kerja dari para
kebijakan. Hal ini terkait dengan proses pemilihan alternatif kebijakan oleh
dapat dihasilkan dari pilihan alternatif utama tersebut. Proses ini biasanya akan
yaitu: apa rencana untuk menyelesaikan masalah? Apa yang menjadi tujuan dan
prioritas? Pilihan apa yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut? Apa saja
keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan? Eksternalitas apa, baik positif
melibatkan proses penyusunan draft peraturan untuk setiap alternatif yang isinya
kepada siapa atau kepada apa ketentuan tersebut akan berlaku dan memiliki
dampak, dan lain-lain. Pernyataan itu juga didukung oleh pernyataan Jann dan
Wegrich serta Anderson. Menurut Jann dan Wegrich (2007), di dalam tahap
Perumusan kebijakan dan juga adopsi kebijakan akan meliputi definisi sasaran,
tindakan yang terkait dan dapat diterima (biasa disebut dengan alternatif,
untuk membawa perubahan mendasar terhadap kebijakan yang ada saat ini.
pembuatan kebijakan.
Selain itu, akademis juga memiliki peran penting sebagai penasehat kebijakan
atau pemikir (think tanks). Pengetahun dari para penasehat ini seringkali
pendidikan yang hendak diwujudkan harus memiliki tujuan (goal) yang jelas
direncanakan (plans) atau harus ada proposal secara matang, yakni pengertian
yang spesifik dan oprasional untuk mencapai tujuan. Ketiga, harus ada (program),
yaitu upaya dan cara-cara dari yang berwenang untuk mencapai tujuan. Keempat
akibat-akibat dari program yang akan dijalankan baik yang diinginkan atau
disengaja maupun tidak disengaja, baik yang primer maupun sekunder (Rohman,
2009).
jenis pendekatan jenis ini para pengambil kebijakan akan lebih dahulu
Artinya suatu kebijakan baru dapat dirumuskan apabila ada tuntutan dari
power ini tidak melihat apakah ada permintaan dari masyarakat atau tidak,
pendidikan. Aspek penting yang dapat dipetik dari pendekatan jenis kedua
ini, bahwa secara umum lebih bersifat otoriter. Man-power approach kurang
2009).
kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang
prioritas utama dalam era globalisasi. Salah satu argument utamanya adalah
79
peneliti sebagai bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang
mendasarkan diri pada landasan pemikiran yang lebih ilmiah empirik. Kajian ini
menggunakan pola pendekatan yang beragam sesuai dengan faham teori yang
dianut oleh masing-masing penentu kebijakan. Dalam kajian ini, paling tidak ada
2. 2. 5 Kebijakan Deliberatif
penggalian masalah melalui dialog dan tukar pengalaman diantara para pihak dan
ide pemikiran demokrasi deliberatif tidak lepas dari cara berpikir komunitarian.
proses demokrasi deliberatif, maka menurut Carson & Karp (2005) haruslah
(2007) dan Fishkin (2009), akan dapat saling melengkapi dan menjadikan kriteria
b. Bersifat inklusif.
mendapatkan impak langsung dari proses politik dan khususnya, kebijakan publik,
salah satu aktor sajadan bukan satu-satunya aktor. Implementasi good governance
dalam kebijakan diberi nama deliberative policy analysis oleh Maarten Hajer dan
Forester (1993). yang menulis: The Argumentative Turn in Policy Analysis and
Planning. Konsep yang dikembangkan oleh Fischer dan Forester ini dikutip Hajer
teknokratis konvensional.
Forum sebagai sebuah forum stakeholders yang terdiri lebih dari selusin wakil
Jadi, proses analisis kebijakan publik tidak dilakukan oleh para teknokrat,
sebagai berikut:
prosesnya seringkali lebih panjang dan tidak langsung pada tujuan. Dalam hal ini,
tersebut (berdasarkan hasil pemetaan) dan bila dibutuhkan juga berperan sebagai
membutuhkan.
2. 2. 6. Implementasi Kebijakan
Kebanyakan dari kita sering kali beranggapan bahwa jika suatu ketika
tersebut.
88
89
berarti “to provide means for carrying out; to give practical effec to” (menyajikan
dari itu implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang
memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika
sebagaimana yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (Jones, 1991 : 7), dimana
implementasi diartikan sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di
kebijakan merupakan suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah.
Namun pelaksanaannya, menurut Jones, menuntut adanya syarat yang antara lain :
a) Adanya orang atau pelaksana, b) Uang dan c) kemampuan organisasi atau yang
harus dilakukan. Van Meter dan Horn (Horn, 1978 : 70) mendefinisikan
actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the
achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions”. Definisi
swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
usaha tersebut untuk mencapai perubahan, baik yang besar maupun yang kecil,
ataupun kelompok).
kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau
menimbulkan kepatuhan dari target group, namun lebih dari itu juga berlanjut
dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku
semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan
digunakan. Van Meter dan Horn dalam Samudra Wibowo, mengajukan model
process). Dalam model implementasi kebijakan ini terdapat enam variabel yang
membentuk hubungan antara kebijakan dengan pelaksanaan. Van Meter dan Van
dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan
untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model
Van Meter dan Van Horn kemudian berusaha untuk membuat tipologi
kebijakan menurut :
92
b. Melakukan pemantauan
c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan program.
diambil tindakan yang sesuai dengan segera. Jadi implementasi kebijakan akan
sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu
bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi juga memperhatikan berbagai
negara.
negara Dunia Ketiga justru merupakan batu sandungan terberat lagi serius bagi
kebijakan lainnya yang telah dilaksanakan ternyata hasilnya tidaklah seperti yang
semula di harapkan.
dari kelompok sasaran boleh jadi merupakan penyebab dari semua itu.
sebagai sebuah entitas yang tidak efektif, tidak efisien dan tidak berorientasi pada
perang melawan korupsi itu; namun, korupsi dalam bentuk lain masih saja tetap
permintaan tertentu (ingat misalnya istilah-istilah uang kopi, uang semir, uang
pelicin, uang administrasi, uang rokok, uang siluman) hingga pemberian hak-hak
korupsi tetap saja berlangsung di negara-negara Dunia Ketiga, paling tidak karena
demikian, dari sudut pandang ilmu administrasi publik, ada sejumlah ciri-ciri
umum yang melekat pada daur kebijakan publiknya yang pada hakekatnya
tersebut (Scott, 1969). Sebagai telah kita kemukakan pada uraian terdahulu,
umum dari kebijakan tersebut dapat saja dibelokkan. Mengingat bahwa dalam
rejim.
sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan.
dalam Abdul Wahab , ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi
kebijakan yaitu:
3. Kepatuhan, dan
97
Sementara itu menurut Ripley & Franklin ada dua hal yang menjadi
implementor patuh terhadap prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan.
implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil
25).
diatasi dan atau dimanfaatkan melalui tindakan kebijakan. Kiranya perlu dicatat
bahwa istilah yang digunakan adalah "issu", bukan "masalah", kebijakan karena
masalah atau tantangan tetapi juga untuk memanfaatkan kesempatan yang ada.
pertama analisis kebijakan tentu ialah merumuskan issu kebijakan yang menjadi
prioritas penanganan.
sudah jelas terlihat indikasinya saat ini (revealed current issue), tapi juga yang
masih bersifat laten (latent issues) baik yang sudah signikan pada saat ini (current
latent issue) maupun yang baru akan signifikan di masa depan (anticipated latent
issues).
perumusan issu kebijakan menurut Dunn (1999) dapat dibagi menjadi lima
kegiatan , yaitu :
langkah awal analisis, identifikasi issu adalah proses yang dilakukan untuk
klien atau kebutuhan akan kebijakan baru, munculnya masalah baru dan adanya
melalui:
3. Monitoring media-massa
4. Kajian khusus
100
yang perlu dan dapat diatasi dengan tindakan kebijakan. Penetapan prioritas dapat
didasarkan pada penilaian subyektif baik oleh klien, analis atau paduan keduanya.
obyektif dan logis. Salah satu teknik sederhana untuk menyeleksi alternatif issu
Kuadran II (Penting
Kuadran I (Penting
dan Tidak
dan Mendesak)
Mendesak)
perbankan pada tahun 1988 justru berakhir dengan kolapsnya perbankan di tahun
1988. Kita melihat kebijakan pemerintah di tahun 1999 untuk mengizinkan jajak
menciptakan konflik akut di antara sesama penduduk Timor maupun dengan para
veteran dan janda Operasi Seroja. Kita melihat kebijakan pemerintah di tahun
untuk menaikkan tarif tol di Jakarta pada tahun 2007 juga menghasilkan banyak
sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru
sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada. Analis kebijakan adalah profesi
Serikat bahkan ada istilah West Wing, sayap barat Gedung Putih yang biasanya
mereka sering diidentikkan dengan pakar sehingga sejak Presiden hingga Menteri,
yang diambil sebagai analis kebijakan adalah para professor dari perguruan tinggi,
102
riset kebijakan. Riset kebijakan, menuntut waktu yang lama dan kondisi-kondisi
yang nyaman. Karena itu, dapat disadari kenapa sebagian besar kebijakan di
Indonesia dibuat amat lama, dan ketika dibuat sudah tidak relevan lagi karena
optimal yang akan diterima oleh publik, dan bukan asal menguntungkan
pengambil kebijakan. Oleh karena itu, analis kebijakan perlu memiliki kecakapan-
1. Mampu cepat mengambil fokus pada kriteria keputusan yang paling sentral;
tepat dan menggunakan logika untuk mendesain metode jika metode yang
kualitatif)
10. Mampu menahan diri hanya untuk memberikan analisis kebijakan, bukan
keputusan;
11. Mampu tidak saja mengatakan ya atau tidak, pada usulan yang masuk,
namun juga mampu memberikan definisi dan analisis dari usulan tersebut;
12. Mampu menyadari bahwa tidak ada kebijakan yang sama sekali benar,
ia memberikan pijakan awal kenapa sebuah kebijakan harus dibuat. Dunn (1992)
bentuk kajian terapan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari isu-isu
social untuk dapat dikedepankan sebuah solusi yang lebih baik. Analisisi
biasanya bersifat politis. Namun demikian, bukan berarti analisis kebijakan tidak
analisis kebijakan yang lebih bersifat berkenaan dengan prosedur dan manfaat dari
kebijakan.
dibagi menjadi dua, yaitu analisis deskriptif, yakni yang hanya memberikan
kebijakan yang baik adalah analisis kebijakan yang bersifat preskriptif, karena
satu tipe informasi ke tipe informasi lainnya. Informasi dan prosedur bersifat
Seluruh proses diatur melalui perumusan masalah yang diletakkan pada pusat
KINERJA
KEBIJAKAN
Evaluasi Peramalan
Perumusan
Masalah
Perumusan
Masalah
Pemantauan Rekomendasi
AKSI
KEBIJAKAN
Proses analisis yang diilustrasikan dalam Gambar 2.4 dibuat untuk tujuan
logis dari proses analisis kebijakan; proses aktual mengerjakan analisis kebijakan
dapat sesuai atau tidak sesuai dengan rekonstruksi logis tersebut, yang merupakan
abstraksi dari banyak deskripsi konkrit tentang praktek yang dilakukan analis
yang muncul baik dari karakteristik individual para analis dan keadaan
prospektif paling baik dari deskripsi analisis kebijakan yang diberikan oleh Walter
Williams, mantan kepala Devisi Penelitian dan Perencanaan pada The Office of
analisis untuk kebijakan (diharapkan terjadi di masa mendatang). Analisis tipe ini
perubahan). Analisis kebijakan pada semua tahap siklus kebijakan mulai dari
perubahan kebijakan bergantung pada analisis politik yang sistematis dan terjadi
Kelompok ini sebagian besar terdiri dan para ilmuwan politik dan sosiologi,
kebijakan dan tidak melakukan usaha apa pun untuk membedakan "variabel-
tentang tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang spesifik dari
yang dapat dimanipulasi yang dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan
Kelompok ini sebagian besar juga terdiri dari para ilmuwan ilmu politik dan
informasi mengenai tujuan dan sasaran kebijakan yang spesifik dari para
khusus dari para pembuat kebijakan dan pelaku kebijakan lainnya yang
Kelompok analis yang ketiga ini mencakup ihnuwan politik dan sosiologi,
tetapi juga orang- orang yang datang dari bidang studi profesional
pekerjaan sosial (social work) dan administrasi publik dan bidang studi yang
pengujian teori-teori dasar. Lebih jauh, kelompok ini tidak hanya menaruh
identifikasi tujuan dan sasaran kebijakan dari para pembuat kebijakan dan
Sebagai contoh, para analis yang berorientasi pada aplikasi ini dapat
2003).
111
variabel-variabel yang paling relevan bagi pengujian teori-teori ilmiah umum juga
berhasil dan di bawah kondisi spesifik apa. Ada baiknya pembuat kebijakan tahu
pedesaan; tetapi akan lebih berguna lagi untuk tahu bahwa bentuk undang-undang
terhadap prioritas dan pemahaman intelektual, dan tidak begitu efektif dalam
juga menuntut para analis untuk secara terus menerus menghasilkan dan
menstransformasikan informasi setiap saat. Hal ini berarti bahwa analis dapat
bersifat terus menerus, berulang-ulang, tanpa ujung, paling tidak dalam prinsipnya
analisis dapat memulai penciptaan dan transformasi informasi pada setiap titik
dari lingkaran analisis, baik sebelum atau sesudah aksi. Selanjutnya, hubungan
antara dua "tahap" analisis kebijakan misalnya antara perumusan masalah dan
peramalan dapat dipandang sebagai "titik" dialektis, di mana tidak mungkin untuk
eksperimen kebijakan dan program menilai kinerja program dan kebijakan baru
dalam hal hasil nyatanya. Untuk menilai bentuk-bentuk baru dari aksi kebijakan di
bawah kondisi politik dan administrasi yang realistik, perlu sekali untuk
dan retrospektif, meskipun memulai dan mengakhiri analisis pada waktu yang
dimiliki oleh semua metodologi analisis prospektif dan retrospektif, tetapi tidak
pemantauan dan evaluasi kebijakan secara terus menerus sepanjang waktu. Tidak
lebih sedikit informasi. Analisis kebijakan prospektif cenderung lemah dalam hal
perubahan nilai tujuan dan sasaran yang terjadi setelah suatu kebijakan
besar terikat pada informasi yang pasif mengenai konsekuensi kebijakan setelah
teknik, sistem, riset operasi), dan yang menekankan pada analisis retrospektif
114
(seperti ilmu politik, sosiologi, dan hukum). Oleh karena itu, analisis yang
2. 4. 1. Deklarasi MDGs
oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada
dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir
tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan
Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala
115
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
(MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan
pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3, dan mengurangi hingga
separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
menengah pada tahun 2005, dan di semua tingkat pendidikan pada tahun
2015
dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan
Mengurangi dua pertiga dari anka tingkat kematian anak di bawah usia
lima tahun
o Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian
o Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu
jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.
Mencakup pemberian bebas tarif dan bebas kuota untuk ekspor mereka;
berkembang.
internasional.
negara-negara berkembang.
muda.
dan komunikasi.
dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah
regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia
120
berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas
mulai dari tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan
dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak, termasuk
di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling hutang
Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga
Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan
terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009)
hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs.
minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang
Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan
mencapai tujuan pencapaian MDG pada tahun 2015 serta beban pembayaran
utang diambil dari APBN pada tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg
MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu.
Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang.
semua. MDGs memang bukan merupakan isu yang baru, tetapi pencapaian target
Laporan "A Future Within Reach" maupun Laporan MDGs Asia-Pasifik tahun
122
MDGs sebagai program yang ambisius. Namun, MDGs sebenarnya bukan hal
didasarkan pada semangat pemenuhan hak dasar warga negara. Hal ini dapat
Development Index (HDI) yang terdiri dari tiga indikator, yaitu: pencapaian
negara.
Education for All (EFA) yang di Indonesia kemudian disebut sebagai Pendidikan
menjadi prioritas yang akan diwujudkan di dalam MDGs? Hal ini karena
kebutuhan paling asasi bagi semua orang karena masyarakat yang berpendidikan
disangkal lagi. Bagi sebagian besar orang miskin, pendidikan merupakan salah
satu alat mobilitas vertikal yang paling penting. Ketika modal yang lain tidak
mereka miliki, terutama modal berupa uang atau barang, hanya dengan modal
hubungan yang bersifat langsung, akan tetapi melalui proses panjang di mana
pendidikan yang baik akan memberi peluang pada anggota masyarakat untuk
tersebut dapat terjadi dapat dijelaskan dalam proses sebagai berikut: Kondisi
pendidikan dan kesehatan yang baik merupakan prasayat terbentuknya SDM yang
demikian, dapat pula digunakan sebagai instrumen yang paling efektif untuk
memotong matai rantai atau lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of
124
orang miskin tersebut. Rendahnya SDM orang miskin itu sendiri disebabkan
kemiskinan, pendidikan juga punya makna sangat penting bagi upaya untuk
persoalan kesetaraan gender, akan tetapi juga didasarkan pada realitas bahwa, jika
pendapatan yang lebih baik yang pada gilirannya dapat membebaskan diri dari
kondisi kehidupan kaum perempuan dalam banyak aspek atau dimensi kehidupan
mereka. Dengan pendidikan yang maju, maka kaum perempuan akan lebih
banyak terekspos dengan berbagai hal seperti kesehatan, hak-hak pribadi, hak
masyarakat pada berbagai aspek, sebab kaum perempuanlah yang selama ini
berikutnya. Pendapat senada juga didukung oleh Tatyana (2000: 35) yang
ekonomi yang tinggi maka diperlukan modal manusia yang berpendidikan tinggi
juga.
Pendidikan dasar bagi anak laki-laki dan perempuan adalah tujuan kedua
dari Millennium Development Goals (MDGs). Targetnya adalah pada tahun 2015,
seluruh anak baik laki-laki maupun perempuan di mana saja mereka berada harus
baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang untuk dapat mewujudkan
tujuan tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut tentu saja tidak hanya dibuat dan
diimplementasikan oleh pemerintah pusat saja, akan tetapi juga perlu dukungan
pelayanan pendidikan dasar (SD dan SLTP). Dengan demikian, upaya pemerintah
infrastruktur yang ada di daerah untuk dapat mewujudkan tujuan MDGs tersebut.
Terlebih lagi, koordinasi pembangunan yang tidak lagi bersifat sentralistik seperti
yang terjadi pada jaman Orde Baru dalam banyak hal telah menyebabkan
Jangka Menengah (RPJM) tidak selalu menjadi acuan pemerintah daerah di dalam
membuat dokumen yang sama, yaitu RPJP-D dan RPJM-D. Persoalan yang
daerah tidak selalu seiring dan sejalan dengan rencana pembangunan yang dibuat
mencapai MDGs bidang pendidikan dasar menjadi tidak akan mudah untuk
pemerintah daerah bahwa MDGs merupakan hal yang penting yang harus
127
diwujudkan dan diikuti dengan dukungan instrumen koordinasi yang baik saja
pemerintah. Sebagai wujud konkrit atas pentingnya pendidikan dasar, UUD 1945
pendidikan dasar. Hal ini tertuang secara jelas pada ayat 1 dan ayat 2, seperti
dibawah ini.
Pasal 31
31 ayat 4, yaitu anggaran pendidikan minimal harus 20% dari APBN dan APBD,
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
Pasal 17
pendidikan menengah
(2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Pasal 34
(1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib
belajar
(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP).
putus sekolah pada tingkat pendidikan dasar yaitu dengan Bantuan Operasional
diterbitkan. Program yang paling populer saat ini adalah Bantuan Operasional
Sekolah atau yang lebih dikenal dengan BOS. Tujuan pemerintah menciptakan
program BOS ini adalah agar semua anak terutama dari keluarga miskin dapat
Dana Bantuan Khusus Murid (BKM) bagi keluarga miskin. Untuk periode Juli–
Sekolah (BOS). Program BOS ini didasarkan pada jumlah siswa yang terdaftar
dalam satu sekolah. Sejak Juli 2005, pemerintah telah menyerahkan dana BOS ke
seluruh sekolah SD dan SMP, dan secara terbatas masih melanjutkan program
BKM. Mekanisme alokasi bantuan yang baru ini telah banyak mengubah
menunjukkan bahwa pemerintah pusat kini medanai bagian yang cukup besar
berada pada jenjang sekolah dasar dan 38 persen pada pendidikan sekolah
antara Juni–Desember 2005 dan selanjutnya Rp 11.12 triliun di tahun 2006, atau
siswa, untuk sekolah dasar menerima Rp 235.000 (sekitar AS$25) per siswa per
130
bank yang akan digunakan untuk menyimpan dana tersebut untuk mencegah
maka terdapat tiga indikator yang digunakan yaitu rasio anak yang mendapatkan
SMP), dan angka melek huruf masyarakat usia 15-24 tahun. Menurut laporan
capaian MDGs tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Bappenas sebenarnya Indonesia
masih belum mencapai target dan usaha masih harus terus dikerahkan oleh segala
dan angka melek huruf masyarakat usia 15-24 tahun adalah 98,78%. Angka-angka
dilihat dari targetnya yaitu 100% tapi tentunya semua harus terus berbenah.
Apakah Indonesia patut berpuas diri dengan angka anak yang mendapatkan
kualitas pendidikan itu sendiri? Bagaimana dengan sistem pendidikan selama ini,
Inisiatif tersebut didukung juga oleh regulasi yang sebelumnya telah ada yaitu
berbasis sekolah yang terintegrasi dan berfokus pada peningkatan mutu di bidang
(BOS) sehingga mencegah penggunaan dana untuk hal yang bersifat non-edukasi.
Satu hal lagi yang menjadikan program ini sebagai langkah kecil namun
Baru (PPDB).
yang adil dan sama rata pada calon peserta didik agar semua anak Indonesia dapat
bersekolah di sekolah yang menjadi tujuan mereka. Belajar bagi anak-anak bukan
lagi suatu kewajiban melainkan kebutuhan baginya. Suatu sekolah tentunya tidak
132
dapat menampung semua anak usia sekolah yang berada di lingkungannya oleh
karena itu pihak sekolah dalam hal ini dapat melakukan seleksi dengan
mengutamakan dua hal yaitu anak-anak yang berprestasi dan atau anak-anak yang
bagi sekolah dalam melakukan seleksi peserta didik baru yang akan diterima,
persyaratan, dan kriteria yang harus disiapkan oleh pendaftar. Proses seleksi
PPDB harus diikuti dan semua proses seleksi tersebut dapat dipantau secara real
merata kepada semua anak. Saat ini, Indonesia memiliki dua opsi layanan
Ambon dapat menjadi contoh dalam hal ini karena ternyata indikator
khusus. Angka melek huruf di Kota Ambon mengalami kenaikan pada tahun 2009
yaitu 99,35% menjadi 99,63% pada tahun 2010. Angka tersebut bahkan
melampaui rata-rata nasional yaitu sebesar 98,78%. Berbeda dengan angka melek
huruf, ternyata angka partisipasi sekolah di Kota Ambon menunjukkan tren yang
negatif yaitu 72,61% pada tahun 2010 padahal rata-rata nasional mencapai
133
95,55%. Setelah diteliti lebih lanjut, ditemui bahwa angka partisipasi sekolah di
(98,72%), SMP (94,95%), SMA (77,75%), dan Sarjana (45,30%) pada tahun 2010
(http://opengovindonesia.org).
Ditemukan pula dari BPS bahwa di Kalteng dan Kota Ambon angka
maka ada dua kemungkinan penyebabnya yaitu akses yang sulit ke jenjang
pendidikan lebih tinggi dan atau kondisi ekonomi masyarakat masih belum
pemerintah telah berupaya melalui pemberian dana BOS kepada tiap sekolah.
Dengan begitu, masih ada satu pekerjaan rumah yang dihadapi yaitu mengenai
membawa dampak positif bagi pihak sekolah terutama kepala sekolah. Selama ini
berat bagi kepala sekolah karena dia harus melayani puluhan bahkan ratusan
telepon dari orang tua murid yang ingin mendaftarkan diri ke sekolah unggulan.
Banyak cara ditempuh orang tua murid untuk memasukkan anaknya ke sekolah
Hal tersebut tentunya tidak dibenarkan karena merupakan salah satu bentuk
school, para kepala sekolah merasa bahwa batinnya lebih tenang karena tidak
harus berurusan dengan gratifikasi. Pelajaran yang dapat diambil dari sini bahwa
Contoh ini dibuktikan dengan sudah sirnanya pendapat masyarakat bahwa hanya
anak orang mampu yang dapat masuk ke sekolah favorit. Terjadi di Kota
dapat diterima di sekolah yang dulunya hanya dapat dipenuhi oleh siswa yang
memiliki kemampuan finansial lebih tinggi. Ada pula tukang parkir yang
Ambon dan sekarang adalah saat yang tepat bagi daerah lain di Indonesia untuk
pendidikan yang layak hingga jenjang tertinggi dan satu hal yang perlu diingat
pola pendekatan pluralis (model pendekatan yang tidak hanya mengacu pada satu
135
masyarakat politik yang terorganisir. Tuner & Hulme (1997) mengemukakan: The
public choice perspective has a kindship with the pluralist approach in its basic
(policy analysis). House & Shull (Iihat Perry, 1990), menjelaskan: Policy analysis
locations - most civil servants, from the lowest management level up, conduct
policy analyses from time to time. Austin dalam Tuner & Hulme (1997)
diperhatikan meliputi: (1) economic, (2) cultural, (3) demographic, (4) political
element. Elemen-elemen tersebut penting, oleh karena itu, perlu dianalisis derajat
banyak elemen, unsur, dan komponen yang terkait, sehingga diperlukan ketelitian
dan kesungguhan. Agar policy analysis berhasil baik, maka harus memperhatikan
karakteristik sebagaimana disarankan House & Shull dalam Perry (1990) sebagai
berikut: (1) Technical skills; (2) Multidiciplinarity; (3) Creativity; (4) Clarity; (5)
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; UU No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen; PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi; Permendiknas No.23 tahun
masyarakat yang kena sasaran atau mereka yang terkait, (Thoha, 2002); dan
Triangle), akan tetapi tanggung jawab tetap pada birokrasi. Islamy (2002) dengan
137
masyarakat yang terkena efek dari kebijakan, yang menurut Thoha, (2002);
Islamy (2001); Dunn, (2000) harus sesuai kebutuhan pasar, atau dalam konteks
Aspek ini penting untuk dikaji dan dicermati, sebab perumusan dan
elemen (two elements) yang tidak dapat dipisahkan, kecuali secara konseptual.
yang penting, bahkan mungkin sesuatu yang jauh lebih penting daripada
Dekrit Presiden) Dalam kaitan dengan maksud tersebut, Van Meter & Van Hom
Those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at the
between the setting of goal and actions geared to achieve them. Dengan demikian,
hubungan dan kerjasama antar agensi yang terkait menjadi prasyarat yang perlu
swasta, dunia usaha dan masyarakat sipil yang terinsitusi dalam kelembagaan
kerpentingan bersama-bangsa.
menganut ketat doktrin trias politica dari Montesque antar lain seperti sistem
administrasi negara Amerika Serikat. Pembagian fungsi ini sangatlah jelas dan
(Syafaruddin, 2008)
sebagai kegiatan proses politik, dalam batas-batas tertentu saling mengisi dan
139
melengkapi, satu dengan yang lain sehingga produk perumusan kebijakan negara
seperti Indonesia.
Publik, 2001). Dalam literatur asing disebut policy elites. Misalnya, hubungan dan
Dunn dalam Campo & Sundarman (2002). mengingatkan bahwa ada tiga
elemen dasar dalam sistem kebijakan yang saling pengaruh satu dengan yang lain
yakni: (1) Pelaku kebijakan, (2) Kebijakan publik, dan (3) Lingkungan kebijakan.
jawab lembaga eksekutif. Dalam kaitan ini, koordinasi antara agensi sebagal mitra
140
kerja diperlukan dari waktu kewaktu untuk menyatukan persepsi, konsepsi dan
maupun informal
yang dibuat oleh eksekutif maupun Kongres - Parlemen. Lain lagi di India, di sana
2002).
kebijakan publik tidak dapat dihindari oieh siapapun, dan organisasi manapun.
kebijakan publik dapat ditelusuri pada tiga domain (wilayah): (1) Pelaksanaannya
yang jelek (bad execution); (2) Kebijakan sendiri memang jelek (bad policy), dan
(Dunn, 2000), hasil penelitian atau survei atas berbagai kebutuhan yang
dengan teknologi modem tidak dapat menjamin akan mampu meneropong dan
memastikan apa yang akan terjadi di masa depan. Hal ini sangat penting
menyebut masa depan sebagai terra incognita, yaitu daerah yang tidak dikenal.
Robert Heilbroner dalam Tilaar (1997) mengatakan bahwa: masa depan atau esok
hanya dapat dibayangkan dan tidak dapat dipastikan dan diramalkan. Masa depan
hanya dapat dikontrol secara efektif melalui kekuatan-kekuatan nyata pada hal ini.
implementasinya, merupakan salah satu contoh kasus dari sekian banyak kasus
tingkat bawahnya secara berjenjang, dalam arti subtansi, proses dan konteks
dengan daerah Iainnya yang sederajat maupun dengan daerah provinsi. Secara
tujuan-tujuan pendidikan.
tertinggi, dan apabila sebagian besar otoritas didelegasikan pada tingkatan yang
rendah dalam organisasi, maka organisasi tersebut tergolong pada organisasi yang
tanggung jawab yang lebih besar kepada pimpinan di tiap level organisasi dalam
dan struktur organisasi penyelenggara mulai dari tingkat nasional sampai tingkat
145
satuan pendidikan.
pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat organisasi di tingkat
pusat kepada unit atau pejabat di bawahnya atau dari pemerintah pusat pada
pemerintah daerah atau dari pemerintah pada masyarakat. Salah satu wujud dari
persyaratan tentang guru atau pendidik di setiap jenjang pendidikan, dan kegiatan-
kegiatan strategis lainnya yang dipandang lebih efektif, efisien, dan tepat jika
tertentu, dilakukan oleh pemerintah pusat dan dapat pula diserahkan atau
dibentuk dan disusun daerah provinsi, kabupaten dan kota yang berwenang
146
setiap daerah, tipe dan kualitas kematangan SDM yang diperlukan oleh daerah
semua mengisyaratkan perlunya pemikiran dan kajian yang lebih matang dalam
strategis.
bererkembang, perencanaan yang terpusat bukan saja rumit dan sulit ntuk
dilaksanakan, melainkan juga sudah tidak sesuai dengan kebutuhan, baik untuk
dapat begitu saja direncanakan dari pusat. Pendayagunaan sumber daya alam dan
manusia yang berada di daerah hendaknya dilakukan dengan baik, dengan upaya
148
soal teknis dan administratif semata-mata melainkan juga soal politik, yaitu
daerah.
dan terpusatkan semacam itu ibarat sebuah kapal penumpang raksasa di zaman zet
supersonik dalam ukuran besar, tidak praktis, mahal, dan sangat sulit untuk
bergerak. Karenanya dalam birokrasi pada era sekarang ini dituntut untuk
sektor pemerintah.
mengembangkan organisasi karena organisasi dapat bergerak lebih luwes dan alur
adalah pola yang paling dianggap tepat dan relevan dengan tuntutan otonomi
tersebut.
Kebijakan yang berdimensi lokal adalah semua hal yang sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah. Kebijakan seperti ini sebaiknya rakyat
diidentikKan dengan penerapan ilmu perilaku dalam usaha jangka panjang untuk
campur tangan atau intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-
Sehingga diharapkan terjadi pemberdayaan peran unit di bawah atau peran rakyat
dan masyarakat daerah. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya otonomi dalam
sistem konstitusi.
masing tingkatan pemerintahan. Oleh karena itu, dapat ditafsirkan bahwa aspek-
daerah, sehingga keinginan, kebutuhan dan harapan semua pihak dapat terpenuhi.
masalah dan kendala perlu diatasi, termasuk kesiapan sumber pembiayaan, SDM,
lembaga satuan pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan yang selama ini kita
campur tangan atau intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-
Sehingga diharapkan terjadi pemberdayaan peran unit di bawah atau peran rakyat
dan masyarakat daerah. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya otonomi dalam
sistem konstitusi.
masing tingkatan pemerintahan. Oleh karena itu, dapat ditafsirkan bahwa aspek-
daerah, sehingga keinginan, kebutuhan dan harapan semua pihak dapat terpenuhi.
masalah dan kendala perlu diatasi, termasuk kesiapan sumber pembiayaan, SDM,
yang selama ini kita anut, yakni meliputi jenjang pendidikan dasar, pendidikan
yang relevan. Desentralisasi jenjang pendidikan bisa dipilih apakah semua jenjang
153
pendidikan bisa ditangani oleh pemerintah daerah, atau hanya terbatas jenjang
2. 7. 1 Sistem Sekolah
pendidikan nasional. Karena itu, keberadaan sekolah adalah sebagai lembaga yang
kepala sekolah. Selain itu, sekolah sebagai subsistem sosial berfungsi dalam
tujuan dan nilai dari masyarakat untuk menentukan tujuan sekolah, maupun
pembelajaran.
pelaksanaan tugas. Guru berinteraksi sesama guru dan murid dalam kegiatan
terjaminnya kelancaran tugas, kinerja tinggi, pelayanan siswa dan orang tua secara
guru-guru, karyawan, supervisor dan siswa. Ada pula unsur sarana dan prasarana,
kekuatan eksternal dari masyarakat untuk menentukan mutu lulusan dan layanan
sekolah.
adalah:
155
pendidikan secara formal. Sebagai suatu institusi sosial, sekolah (kelas, sekolah,
dalam satu organisasi cenderung mengambil bentuk dan satu pola atau struktur.
156
yang lain, orang tertentu berbicara lebih sering kepada yang lain dalam organisasi
dan yang lain. Demikian pula ada pengembangan cara berinteraksi, makan siang
bersama dalam kelompok tertentu, gosip tertentu dalam komunikasi dan lain-lain
faktor hubungan ini dan banyak lagi jenis hubungan dalam strukturorganisasi.
merupakan organisasi formal. Bentuk hubungan lain tidak resmi dan merupakan
organisasi informal.
(1) Teknologi; dalam hal ini teknologi dan suatu organisasi adalah proses.
prosesnya berjalan,
(2) Struktur; suatu struktur organisasi, bidang, peran, hierarlci dan kewenangan,
(4) Budaya; dalarn hal karakter atau budaya organisasi sekolah berisikan sistem
dengan perilaku yang lain dari berbagai individu dan kelompok yang
dengan tuntutan peranan barunya. Bila seseorang yang telah menjadi guru
kemudian menjadi kepala sekolah adalah tidak biasa bagi sikap individu untuk
atau seorang guru yang menjadi lawan bahkan mungkin menjadi lebih tinggi
otoriternya.
cenderung kurang kondusif bagi munculnya gagasan dan kebijakan baru sekolah
suatu struktur yang berbeda dengan struktur organisasi lainnya. Sebab struktur
sekolah pada saat ini dirancang sebelum era informasi dan otonomi daerah maka
sekolah. Saat ini diperlukan pengembangan program akademik berbasis anak dan
masyarakat.
158
kerja, ahli sistem, dukungan sistem kinerja elektronik, proses pelaksanaan kerja
secara sistemis dan waktu ke waktu. Salisbury (1996) menyatakan bahwa dalam
suatu organisasi sekolah yang berpusat kepada pelajar dan pembelajaran maka
pelajar menjadi aktor utama, dengan para guru memberikan bimbingan dan
bantuan kepada para pelajar untuk mengakses informasi dan materi pembelajaran
mereka dan tujuan sebagai bahan yang diputuskan oleh guru secara bersama
dengan para pelajar dan orang tua (namun biasanya, pendekatan ini hanya
hal yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran di atas adalah semua persoalan
untuk belajar, tutorial pribadi sendiri dan metode lainnya. Penerapan pembelajaran
Morphet, et. al (1982) sistem sekolah umum harus secara konstan berubah dalam
tugas, sasaran, dan tujuan jika ingin memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat.
159
Hal itu berkenaan dengan perubahan kurikulum, struktur organisasi, dan layanan
yang diberikan.
teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi pembelajaran begitu cepat, dewasa ini.
pembelajaran, pemenuhan informasi, dan metode pembelajaran. Hal itu saat ini
satu dengan lainnya, dengan guru dan tanpa ahli. Hal ini karena jaringan kerja
komputer dan sistem multimedia yang dapat digunakan secara dramatis untuk
2.7.2.1 Perencanaan
organisasi atau bahkan suatu negara, membuat rencana tapi kadang tidak
berhasil. Oleh karena itu, diharapkan semua anggota organisasi mengikut pada
rencana. Proses perencanaan dapat disebutkan sebagai suatu persiapan cerdas bagi
tindakan.
Perencanaan ini merupakan usaha untuk mengembangkan strategi yang akan ada,
antara lain membantu kepala dinas, kepala sekolah dan staf untuk mengubah
(Hargreavess, et. al, 1989, dalam Riddell dan Brown 1991: 59). Di sini dipahami
internal lainnya dalarn satu atau lebih sekolah. Tujuan akhirnya adalah mencapai
berikut:
kreatif atau fleksibilitas atau organisasi dan susunan manusia yang kaku.
pemimpin atau manajer dalam penataan organisasi tertentu. Ada beberapa alasan
tersebut.
bahwa administrator tidak menjadi terlalu terlibat dalam hal keputusan dan
manajer dalam memanfaatkan sumber daya personel dan materil organisasi untuk
bila didukung sumber daya dalam pelaksanaannya maka sasaran akan tercapai
maksimal satu lembar, rencana dan anggaran maksimal dua lembar, laporan
tentang evaluasi sederhana maksimal satu lembar, dan laporan tentang evaluasi
utama (Gamage dan Pang dalam Syafruddin, 2008). Perlu dijelaskan bahwa hanya
dan sasaran merupakan hal penting agar ada jaminan semua personel
dukungan birokrasi.
163
Hal itu karena balk perencanaan maupun pembuatan kebijakan pada esensinya
dengan kepuasan kerja para guru. Dapat disimpulkan bahwa kolaborasi para guru
164
sekolah yang disesuaikan dengan aturan pemerintah pusat dan daerah serta sesuai
konteks dan keperluan warga sekolah dan masyarakat lingkungannya. Karena itu,
sekolah unggul, atau sekolah efektif yang salah satu cirinya adalah
planning). Kerja sama dan penggabungan potensi para staf, guru, dan pihak terkait
jaringan kerja profesional untuk menghasilkan lulusan terbaik. Karena itu, dengan
lebih banyak institusi yang dilibatkan maka semakin cepat sinergi sekolah,
yang akan terkait dengan masa depan perusahaannya. Apakah yang dimaksud
hakikat pengambilan keputusan ialah proses memilih dua alternatif atau lebih.
tindakan yang akan dilakukan dalam keseharian. Pilihan tindakan tertentu baik
pegawai akan memutuskan, jam berapa harus bangun, lalu apakah pergi ke kantor
atau tidak, jam berapa ia berangkat, berangkat dengan kendaraan apa, dan banyak
prioritas-prioritas yang cocok. Putuskan apa yang akan kita lakukan baik sebagai
dipilih (bukan satu altenatif), ada ketetapan hati memilih satu pilihan, dan ada
Karena itu keputusan ada yang bersifat terstruktur dan ada yang tidak
jika situasi tertentu sering terjadi, memiliki prosedur rutin sehingga biasanya
167
tidak terstruktur. Tidak ada prosedur yang dibangun untuk menangani masalah,
karena tidak muncul secara jelas sehingga sangat rumit yang memerlukan
penanganan khusus.
manakala informasi, data, dan fakta tersedia secara lengkap untuk memecahkan
putusan yang diambil manakala data dan informasi tidak tersedia untuk
pengambilan keputusan.
(3) Sasaran sekolah atau bidang (yang diturunkan dari sasaran pada level lebih
tinggi),
(4) Apa yang diharapkan setiap individu untuk dicapai (everard, et al dalam
syafruddin, 2011).
melaksanakan keputusan.
keputusan efektif akan tercapai jika sepenuhnya keputusan itu dapat dilaksanakan.
Perhatian orang akan sepenuh hati ke dalam suatu keputusan jika mereka terlibat
secara langsung atau tidak langsung dalam membuat keputusan. Suatu cara yang
para guru dalam pemecahan masalah pada tahap penyusunan sasaran. Strategi
mereka. Kepala sekolah perlu melibatkan semua personel (guru, pegawai, dan
komite sekolah) dalam mengambil keputusan agar muncul rasa memiliki dan
2. 7. 3 Kebijakan Sekolah
Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin adalah bertanggung jawab dalam
pemerintah dalam bidang pendidikan. Dalam Beard dan Boyd dalam Syafruddin
pertumbuhan ekonomi.
sesuai tuntutan keperluan warga sekolah atau masyarakat luas. Ditegaskan oleh
Kebijakan sangat penting bagi kehidupan siswa dan para guru karena
efektivitas sekolah dan prestasi pelajar. Tidak terkecuali peran administrator dan
170
kebijakan.
kerja sama dan keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan
kewenangan yang soh dan dewan sekolah, pengawas, administrator sekolah atau
komite sekolah dan tanggung jawab bagi kontrak negosiasi. Biasanya kebijakan
dibuat oleh orang yang terpilih bertanggung jawab untuk membuat kebijakan
pendidikan, dewan sekolah dan unsur lain yang diberi kewenangan membuat
visi, membuat strategi maka perilaku yang muncul adalah meliputi; perilaku
reward dan hukuman, serta pembinaan iklim sekolah diperkirakan berkaitan erat
kerangka kerja bagi tindakan dalam hubungan dengan persoalan substantif. Garis
panduan ini mencakup dalam: istilah umum (general terms), tindakan yang akan
dan pola bagi pengambil tindakan. Dalam sekolah diperlukan garis panduan yang
Dalam konteks ini, kepala sekolah, staf, dan personel lainnya sebagai warga
sekolah dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan arah yang jelas. Dalam
menganalisis pembuatan kebijakan publik ada dua pendekatan yang berbeda, yaitu
memiliki rancangan kerangka kerja dengan latar belakang dan pelaksanaan prinsip
inkremental prosesnya melalui skala perubahan kecil untuk status quo. Kerangka
2. 8. Mutu Pendidikan
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa;
baik yang tangible maupun yang intangible (Wiyono, 2010). Dalam konteks
pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang
(proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas
maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam
lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang
mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu
(apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun).
Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa
hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ujian Nasional). Dapat
pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau
Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang
dsb.
Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian
hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target
yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input
dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai.
Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality
improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah
pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh
seperti NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi, terhadap seluruh hasil pendidikan
pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang
din dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan
174
tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran dari target
satu dengan lainnya dan ditambah dengan harapan orang tua/masyarakat akan
pendidikan yang bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh
memiliki kepedulian kepada pendidikan. Karena sekolah berada pada pada bagian
terdepan dari pada proses pendidikan, maka diskusi ini memberi konsekwensi
bahwa sekolah harus menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan
pendidikan.
selama ini kita kenal. Dalam sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi
kebijakan bersifat makro saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang bersifat mikro.
175
yang belum tentu seuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah, dan
harapan orang tua. Pengalaman menunjukkan bahwa sistem lama sering kali
perubahan cara berpikir dari yang bersifat rasional, normatif dan pendekatan
organisasi yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh birokrat
pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya pemikiran untuk beralih
dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang
Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara
lain sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (ii) sekolah
memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah memiliki
kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah
(kepada sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa untuk berprestasi, (v)
176
adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK,
(vi) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek
intensif dari orang tua murid /masyarakat. Pengembangan konsep manajemen ini
dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan
tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru dan tenaga/ staf
pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu
keuangan dan fungsi setiap personel sekolah di dalam kerangka arah dan
tua dan masyarakat, sekolah harus membuat keputusan, mengatur skala prioritas
disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru,
masyarakat sekolah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses
total yaitu; (i) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus-menerus
pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi
bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah harus menghasilkan siswa yang
sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih
efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi peningkatan
Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak berdiam diri sehingga tujuan
beberapa kota di Indonesia tetapi belum merata dan kurang memuaskan secara
nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa solusi yang selama ini dijalankan
1980-an proyek itu telah dilaksanakan pemerintah, menyusul pula proyek baru
Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek
Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM) (Wiyono, 2011). Dengan
telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai
mungkin manajemennya yang kurang tepat dan ada pula yang mengatakan bahwa
1945;
Nomor 4844);
dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,
Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
5105);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Nomor 5107);
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,
5157);
Kalimantan Tengah;
Tengah;
Dari uraian teori di atas maka dapat disusun model konseptual penelitian
Undang-Undang
Pendidikan
No 20/2003 tentang
Kebijakan
Empirical Problem
PendidikanKalteng
1. Kompetensi guru belum merata.
2. Kesejahteraan guru di daerah Perda no 20/2012 tentang
pedalaman dan perbatasan.
3. Siswa berprestasi yang tidak dapat
melanjutkan studi karena tidak ada Analisis Kebijakan
biaya
(William N. Dunn,
4. Kurangnya ketersediaan buku dan
2003)
penunjang pendidikan lainnya.
5. Keterbatasan akses pendidikan bagi Analisis kebijakan Restrospektif
daerah pedalaman, terpencil dan
perbatasan
1. Pemerataan pelayanan
pendidikan.
2. Kualitas dan kompetensi guru.
3. Pembiayaan pendidikan
Tujuan Pendidikan
“Kalteng Harati”
1. Percepatan mutu pendidikan.
2. Pemerataan pelayanan
pendidikan.
3. Meningkatkan daya saing
pendidikan, khususnya daerah
pedalaman/perbatasan
4. membentuk insan cerdas
paripurna.