Anda di halaman 1dari 11

Peran Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Fungsi Dan Wewenang Di

Bidang Pendidikan

Arda Pradana, Ike Nurjanah, Sri Maulani, Teddy Ilham Fadillah


Fakultas Hukum Universitas Kuningan, Indonesia
Email: 20211420078@uniku.ac.id

ABSTRAK
Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak tahun 2001 membawa perubahan besar dalam
pengelolaan pendidikan. Itulah sebabnya pembiayaan pendidikan menjadi komponen terpenting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Di era otonomi daerah, urusan pen didik an dari tingkat TK
hingga SMA menjadi tanggung jawab daerah dan masa depan pendidikan sangat tergantung pada
kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola sektor pendidikan. Namun sayangnya
pelaksanaan otonomi pendidikan yang di lakukan oleh pemerintah daerah belum berjalan
sepenuh nya karena keterbatasan anggaran, setidaknya ada enam faktor yang mempengaruhinya.
Pada tulisan ini penulis akan menawarkan berbagai alternatif solusi yang dapat dilakukan baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengatasi masalah tersebut. Pelaksaan
fungsi pemerintahan daerah dalam bidang penyelenggaraan berikut esensi kewenangan yang di
miliki masing masing daerah, dapat dikaji dengan mengungkapkan dan menjelaskan
impelemntasi kewenganan yang dimiliki masing masing daerah bedasarkan Undang Undang NO.
23 tahun 2014 mengugkap dan menjelaskan partisipasi masyarakat dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan pendekatan
sosial hukum.

Kata kunci : Pemerintahan Daerah, Pendidikan

ABSTRACT
Regional autonomy implemented since 2001 brought major changes in the management of
education. That is the reason education financing is the most important component in the
delivery of education. In the era of regional autonomy, education affairs from kindergarten to
senior high school were the responsibility of the regions and the future of education was highly
dependent on the ability of local governments to manage the education sector. But unfortunately
the implementation of educational autonomy carried out by the local government has not been
fully complied with due to budget constraints, at least there are six factors that influence it. In
this paper the author will offer various alternative solutions that can be done by both the central
government and local governments to overcome this problem. The implementation of regional
government functions in the field of administration as well as the essence of the authority
possessed by each region, can be reviewed by disclosing and explaining the implementation of
the authority possessed by each region based on Law NO. 23 of 2014 reveals and explains
community participation in supporting education. This research is a legal research with a social
legal approach.
Keywords: Regional Government, Education
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 22 tahun 1999 mengatur tentang pemberian kewenangan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam wujud otonomi daerah1. Pada pasal 11 UU no. 22
tahun 1999 mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan yaitu pekerjaan umum,
kesehatan, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,
pertambangan, koperasi, tenaga kerja serta pendidikan dan kebudayaan. Peningkatan mutu
pendidikan selama ini belum sesuai dengan harapan karena disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah strategi pembangunan pendidikan yang lebih bersifat “ input oriented” dan
bersifat “macro oriented” yang cenderung diatur oleh birokrasi ditingkat pusat Institusi
pendidikan masih mengandalkan pola manajemen lama yang dianggap kurang efektif dan efisien
sehingga hasilnya kurang maksimal, seharusnya dikembangkan pola manajemen pada kepuasan
pelanggan, artinya bahwa mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui penerapan manajemen
mutu atau total quality management. 2Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di setiap daerah
melalui otonomi pendidikan dengan pendekatan yang jelas, terarah, serta berhasil guna, maka
diperlukan penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam otonomi pendidikan.

Pada dasarnya otonomi juga berarti mampu untuk menentukan sendiri keinginan dan
kebutuhannya sendiri yang dipandang sesuai dengan keberadaannya selaku insan atau instansi
yang bebas mengatur dirinya sendiri. Pengertian otonomi bersifat multidimensional, artinya
otonomi berlaku dalam berbagai aspek kebutuhan dan sektor kehidupan antara lain : kebutuhan
individu atau berkeluarga dalam menentukan lokasi tempat kediaman, menentukan jenis
makanan, mencari dan menentukan jodoh, menentukan bentuk dan lokasi rumah tinggal,
melakukan perjalanan dari satu tempat ketempat lain dan yang lebih penting lagi otonomi dalam
menentukan bentuk jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian yang dimaksud dengan
otonomi pendidikan adalah bagaimana setiap daerah dapat mengelolah pendidikan sesuai
keinginan dan kemampuannya. Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif
dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan instrinsik
dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan
yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Sedangkan berdasarkan kriteria ekstrinsik,

1
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia UU No. 22 Thn 1999
2
Aziz, Amrullah. "Peningkatan mutu pendidikan." Jurnal Studi Islam 10.2 (2015): 1-13.
pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti
deksriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil tes prestasi belajar.
Dengan demikian, mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan
secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada
peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
pembelajaran tertentu. Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah pertama,
kesiapan dan motivasi siswa. Kedua, kemampuan guru profesional dan kerjasama dalam
organisasi sekolah. Ketiga, kurikulum meliputi relevansi isi dan operasional proses
pembelajarannya. Keempat, sarana dan prasarana meliputi kecukupan dan keefektifan dalam
mendukung proses pembelajaran. Kelima, partisipasi masyarakat (orang tua, pengguna lulusan
dan perguruan tinggi) dalam pengembangan programprogram pendidikan sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan yaitu pertama, perbaikan secara terus-menerus (continuous


improvement). Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola senantiasa melakukan
berbagai perbaikan dan peningkatan secara terusmenerus untuk menjamin semua komponen
penyelenggara pendidikan telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Konsep ini
senantiasa memperbaharui proses pendidikan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan pelanggan.
Jika tuntutan dan kebutuhan pelanggan berubah, maka pihak pengelola institusi pendidikan
dengan sendirinya akan merubah mutu, serta selalu memperbaharui komponen produksi atau
komponen-komponen yang ada dalam institusi pendidikan. Kedua, menentukan standar mutu
(quality assurance). Paham ini digunakan untuk menetapkan standar-standar mutu dari semua
komponen yang bekerja dalam proses produksi atau transformasi lulusan institusi pendidikan.
Standar mutu pendidikan misalnya dapat berupa pemilikan atau akuisisi kemampuan dasar pada
masing-masing bidang pembelajaran, dan sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh.

Selain itu, pihak manajemen juga harus menentukan standar mutu materi kurikulum dan
standar evaluasi yang akan dijadikan sebagai alat untuk mencapai standar kemampuan dasar.
Standar mutu proses pembelajaran harus pula ditetapkan, dalam arti bahwa pihak manajemen
perlu menetapkan standar mutu proses pembelajaran yang diharapkan dapat berdaya guna untuk
mengoptimalkan proses produksi dan untuk melahirkan produk yang sesuai, yaitu yang
menguasai standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar kemampuan dasar. Pembelajaran
yang dimaksud sekurangkurangnya memenuhi karakteristik; menggunakan pendekatan
pembelajaran pelajar aktif (student active learning), pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
pembelajaran konstruktif, dan pembelajaran tuntas (master learning). Ketiga, perubahan kultur
(change of culture). Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu
dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Jika manajemen ini
ditetapkan di institusi pendidikan, maka pihak pimpinan harus berusaha membangun kesadaran
para anggotanya, mulai dari pemimpin, staf, guru, siswa, dan berbagai unsur terkait, seperti
pemimpin yayasan, orang tua, dan para pengguna lulusan pendidikan akan pentingnya
mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran, baik mutu hasil maupun proses
pembelajaran. Keempat, perubahan organisasi (upsidedown organization). Jika visi dan misi,
serta tujuan organisasi sudah berubah atau mengalami perkembangan, maka sangat
dimungkinkan terjadinya perubahan organisasi. Perubahan organisasi ini bukan berarti
perubahan wadah organisasi, melainkan sistem atau struktur organisasi yang melambangkan
hubungan-hubungan kerja struktur organisasi dan pengawasan dalam organisasi. Perubahan ini
menyangkut perubahan kewenangan, tugas-tugas dan tanggung jawab.

Misalnya, dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, struktur organisasi dapat berubah
terbalik dibandingkan struktur konvensional. Jika dalam struktur konvensional berturut-turut dari
atas ke bawah; senior manager, middle manager, teacher dan support staff; sedangkan struktur
yang baru, berupa struktur organisasi layanan dari atas kebawah berturut-turut; learner, team,
teacher and support, staff, dan leader.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang
akan di kaji ini dapat di rumuskan sebagai berikut: apa saja kewenangan pemerintah daerah
dalam mengelola pendidikan di daerahnya? Serta apa dampak dari pelaksanaan kewenangan
pemerintah daerah dalam pendidikan terhadap kualitas pendidikan di daerah tersebut?

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, penelitian hukum
normative adalah penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data
sekunder. Dalam penelitian hukum yang normative biasanya hanya dipergunakan sumber-sumber
data sekunder saja, yaitu buku-buku, buku-buku harian, peraturan perundang-undangan,
keputusan-keputusan pengadilan, teori-teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka.

PEMBAHASAN DAN HASIL


Pemberian otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab dilaksanakan dengan
berdasarkan prinsip prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, berkeadilan, dan
memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah, dengan titik sentral otonomi pada tingkat
yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota. Otonomi daerah PGRI, harus
memilih kualitas keberdayaan, kemandirian, kreatifitas, dan wawasan yang unggul dalam
mewujudkan kinerjanya. Dalam hal ini harus melibatkan pada sumber daya manusianya untuk
mengembangkan sumber dayanya, melalui program program kerja yang diarahkan pada visi, dan
misi PGRI, serta dengan amanat anggotanya.
Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan
provinsi sebagai daerah otonom, pada kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan disebutkan
bahwa kewenangan pemerintah meliputi: Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar,
serta pengaturan kurikulum nasional data penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman
pelaksanannya, penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan persyaratan perolehan dan
penggunaan gelar akademik, serta penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
Kebijakan publik bidang pendidikan dapat diartikan sebagai keputusan yang diambil
bersama antara pemerintah dan aktor diluar pemerintah, dan mempertimbangkan faktor faktor
yang mempengaruhinya untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan pada bidang pendidikan
bagi seluruh warga masyarakat.3
Dengan demikian pengaturan yang membahas mengenai tentang pelaksanaan kegiatan
pendidikan yang akan dilaksanakan di suatu daerah harus memandang banyak sisi hal baik atau
buruknya pelakasaan kegiatan tersebut di suatu daerah. Pemerintah maupun aktor diluar
pemerintah harus memperhatikan hal tersebut.
Perubahan pengelolaan SMA/SMK dari kota atau kabupaten kepada provinsi ini berdasarkan
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Dalam bab 4 pasal 9 ayat 1 UU Nomor

3
H.M Hasbullah. “Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan di
Indonesia”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015. Hal 59.
23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa: “Urusan pemerintah terdiri dari urusan pemerintah absolut,
urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.4
Dalam urusan pemerintahan daerah bidang pendidikan termasuk dalam urusan pemerintah
konkuren yaitu urusan yang dipegang oleh pemerintah daerah.
Macam macam kebijakan dapat ditinjau dari pembuatnya yakni pusat dan daerah seperti:
Kebijakan pusat yakni dibuat oleh pemerintah atau lembaga negara dipusat untuk mengatur
seluruh warga negara dan seluruh warga Indonesia dan Kebijakan daerah yakni dibuat oleh
pemerintah atau lembaga daerah untuk mengatur daerah masing masing.5
Pemerintah daerah merupakan lembaga negara yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan
program pendidikan di daerahnya masing-masing. Setiap lembaga memiliki Kewenangan dan
kebijakan dalam mengatur kegiatan pelaksanaan pendidikan di daerahnya.
Sistem pendidikan yang baik tentu akan berpengaruh lebih bagi peningkatan sumber daya
manusia di wilayahnya, apabila pelaksaaan baik dari tahap dasar hingga ke jenjang mahasiswa,
tentu peningkatan SDM yang ada di wilayah tersebut bisa berpengaruh baik bagi pelaksanaan
kegiatan pendidikan. Permasalahan yang biasa muncul di suatu wilayah disebabkan karena
adanya penyalahgunaan anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan pendidikan. Tentu hal ini
harus bisa diselesaikan agar pemerataaan pendidikan bisa terlaksana. Dalam Pasal 31 ayat 4
UUD 1945 menyebutkan “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya
20% dari APBN.” Peringkat SDM Indonesia berada jauh di bawah beberapa negara ASEAN
yaitu hanya 102.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bangsa ini untuk meningkatkan mutu SDM nya
masih sangat jauh panggang dari api. Perlu diminta komitmen yang tinggi dari berbagai pihak
yang terkait dengan bidang tersebut. 6
Terkait perihal pemerataan, Indonesia masih sangat kurang dalam penertibannya, sehingga
para pakar pendidik hanya terdapat di kota kota besar, dan tidak ditempatkan di daerah. Karena
satu dan lain hal, akhirnya pemerataan pendidikan tidak berjalan dengan baik.
Pengaruh pendapatan pendidik yang masih dinilai terlalu rendah juga merupakan aspek
faktor rendahnya tingkat keinginan orang Indonesia untuk mengajar dengan baik, berbeda

4
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
5
Jihan, Soraya, Nurmayani dan Eka Deviana. 2014. Jurnal Ilmiah Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unila.
1(3):6. “Kebijakan Pemerintah Kota Metro Dalam Program Pemberian Subsidi Biaya Pendidikan”.Pendidikan
6
Chan, Sam M dan Tuti T.Sam. 2011. “Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah”. Jakarta. PT. Grafindo Persada.
dengan negara maju yang sangat menjunjung tinggi profesi pakar pendidik baik guru, dosen, dll.
Hal itu dapat diatasi apabila pemerintah tidak menyalahgunakan pemakaian anggaran yang
khusus di bidang pendidikan untuk kepentingan pribadi. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintahan Pusat Provinsi dan Kabupaten/Kota akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
organisasi Pemerintah Daerah Indonesia terkait adanya pelimpahan kewenangan dari Pemerintah
Kabuaten/Kota ke Pemerintah Provinsi.7
Pembagian kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah berguna untuk
memudahkan penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Dengan adanya pembagian tersebut tentu
tujuan dari pendidikan itu sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan SDM di seluruh wilayah
bisa tercapai dengan lebih mudah. Akan lebih sulit apabila hal tersebut dilakukan oleh
pemerintah pusat saja.
Bila dicermati peningkatan mutu pendidikan nasional sesungguhnya dilakukan oleh
perbaikan 3 isu utama, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan
efektifitas metode pembelajaran. Rasyid berpendapat bahwa fungsi pemerintah menjadi 4 bagian,
yaitu : Pelayanan ( Public service), Pembangunan (Development), Pemberdayaan (Empowering),
Pengaturan (Regulation)8

Pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam pendidikan memiliki dampak yang


signifikan terhadap kualitas pendidikan di daerah tersebut.

Beberapa dampaknya antara lain: Peningkatan Kualitas Pendidikan: Dengan memiliki


kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan pendidikan di daerah, pemerintah daerah dapat
memfokuskan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan
meningkatkan anggaran, infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, dan lain-lain, Program
Pendidikan yang Lebih Sesuai dengan Kondisi Lokal: Pemerintah daerah dapat merancang
program pendidikan yang lebih sesuai dengan kondisi lokal, budaya, dan kebutuhan masyarakat
setempat. Hal ini akan meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan

7
Kahfi,Syuratul. 2016. Jurnal Fiat Justisia. “Peralihan Pengelolaan Barang Milik Daerah Berupa Tanah Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan SMA/SMK di Provinsi Lampung”. 10(4) : 664.
8
Misya,Viqy Saputra. 2017. Jurnal JOM Fisip.4(1):5. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Pendidikan di
Komunitas Adat Terpencil Desa Sesat Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011-2014.
akan lebih mudah diterima dan diimplementasikan. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan: Pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam pendidikan juga dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan
melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait pendidikan
di daerah. Mendorong Inovasi dan Kreativitas: Dengan memiliki kewenangan yang lebih besar,
pemerintah daerah dapat mendorong inovasi dan kreativitas dalam pengembangan pendidikan di
daerah. Hal ini akan memperkaya ragam program pendidikan yang ditawarkan dan
memungkinkan masyarakat untuk memiliki akses pada pendidikan yang lebih bervariasi dan
inovatif.
Dengan demikian, pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam pendidikan memiliki
dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan di daerah tersebut. Oleh karena itu, peran
pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas pendidikan sangatlah penting.

Analisis Alur Pendidikan Penduduk Usia 21-24 Tahun 2022


Walaupun pemerintah sudah melaksanakan berbagai macam upaya dengan memberikan
kesempatan serta menjamin kelangsungan pendidikan misalnya melalui pemberian bantuan
minimal siswa, namun kenyataannya anak angka putus sekolah tetap tinggi dan mencemaskan.
Berdasarkan data pokok pendidikan tahun 2022 saja, menurut Data Statistik Pendidikan, bahwa
untuk alur pendidikan penduduk usia 21-24 Tahun dari jenjang SD. Terdapat sekitar 99,00 %
penduduk usia 21-24 Tahun pernah berada pada jenjang pendidikan SD. Dari besaran tersebut
97,30 % diantaranya Tamat SD dan hanya 91,03 % yang mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang SMP.
Kemudian dari 91,03 % siswa yang melanjutkan ke SMP terdapat 89,02 % siswa berhasil
menamatkan jenjang pendidikan tersebut. Namun dari 89,02 % itu hanya 70,78 % yang
melanjutkan ke jenjang SMA, 0,84 % masih sekolah dan 2,49 % putus sekolah saat menempuh
jenjang SMA.
Hal yang perlu jadi perhatian disini adalah besarnya persentase penduduk yang tamat SMP
namun tidak melanjutkan ke SMA (18,24 %). Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, rendahnya
kemampuan akademik, serta faktor lainnya. 9

9
Sumber: BPS Susenas Maret 2022.hal 159
KESIMPULAN
Setelah memaparkan penjelasan mengenai permasalahan diatas, kami akan menuliskan
beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan-pembahasan yang telah dipaparkan
dalam halaman-halaman sebelumnya.
Dalam kesimpulannya, kemampuan bangsa ini untuk meningkatkan mutu SDM nya masih
sangat jauh panggang dari api karena permasalahan yang biasa muncul di suatu wilayah
disebabkan karena adanya penyalahgunaan anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan
pendidikan. Tentu hal ini harus bisa diselesaikan agar pemerataaan pendidikan bisa terlaksana.
Dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 menyebutkan “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang kurangnya 20% dari APBN.” Peringkat SDM Indonesia berada jauh di bawah beberapa
negara ASEAN yaitu hanya 102.
Perlu diminta komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yang terkait dengan bidang
tersebut, kewenangan daerah di bidang pendidikan dapat bervariasi tergantung pada negara dan
sistem pemerintahan yang berlaku, namun secara umum kewenangan ini dapat mencakup seperti
penetapan kebijakan pendidikan di daerahnya, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur
pendidikan, penyediaan, pengawasan dll. Akan tetapi hal tersebut dapat terbatas oleh kebijakan
nasional atau undang-undang yang berlaku.

SARAN
Karena itu, kami berharap agar pembuatan artikel selanjutnya mengkaji tentang membangun
kesadaran bahwa pentingnya kejujuran sehingga tidak ada lagi dampak negatif dari kewenangan
daerah dalam bidang pendidikan yang disalahgunakan di negara Indonesia. Sehingga diharapkan
tulisan ini dapat berkontribusi terhadap permasalahan kerugian lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Amrullah. "Peningkatan mutu pendidikan." Jurnal Studi Islam 10.2 (2015): 1-13.


http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/view/2688
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38685/uu-no-23-tahun-2014
Badan Pusat Statistik Nasional, Tahun 2022
Chan, Sam M dan Tuti T.Sam. 2011. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta. PT.
Grafindo Persada.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia UU Nomor 22 Tahun 1999
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1999_22.pdf
Ernadi,Dedy,Yuswanto,Eka Deviani. 2017. Jurnal ilmiah Hukum Administrasi Negara Fakultas
Hukum Unila.4(2):6. Pengembalian Kewenangan Pengelolaan Jenjang Pendidikan
SMA/SMK Sederajat Dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Kepada Dinas Pendidikan
Dan Kebudayaan Provinsi
H.M Hasbullah. Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif
Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015. Hal 59
Jihan, Soraya, Nurmayani dan Eka Deviana. 2014. Jurnal Ilmiah Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Unila. 1(3):6. Kebijakan Pemerintah Kota Metro Dalam Program
Pemberian Subsidi Biaya Pendidikan.
Kahfi,Syuratul. 2016. Jurnal Fiat Justisia. Peralihan Pengelolaan Barang Milik Daerah Berupa
Tanah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA/SMK di Provinsi Lampung. 10(4) : 664.
Misya,Viqy Saputra. 2017. Jurnal JOM Fisip.4(1):5. Upaya Pemerintah Daerah Dalam
Meningkatkan Pendidikan di Komunitas Adat Terpencil Desa Sesat Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011-2014.

Anda mungkin juga menyukai