Anda di halaman 1dari 15

Resume buku “ Manajemen Mutu Pendidikan”

Judul Buku : Manajemen Mutu Pendidikan


ISBN : 978-602-422-064-8

Penulis : Arbangi, Dakir, Umiarso


Penerbit : PRENADAMEDIA GRUP (divisi kencana)
JI. Kebayunan No.1
Tapos-Cimanggis, Depok16457
Telp: (021) 290 63243
Fask: (021) 475 4134
Tahun Terbit : 2023
Tebal Halaman : 312

Latar belakang atau pemahaman konteks:

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MBS) merupakan substitusi baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah.
Nah dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan terdapat permasalahan
yang dihadapi seperti : pertama, sikapa mental para pengelola pendidikan, baik yang
memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin bergerak karena perintah atasan, bukan
karena rasa tanggung jawab. Yang memimpin sebaliknya, tidak memberi kepercayaan, tidak
memberi kebebasan berinisiatif dan mengandalkan wewenang. Kedua, tidak adanya tindak
lanjutan dari evaluasi program. Hampir semua program di evaluasi dengan baik, namun tidak
selanjutnya tidak dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pendidikan selanjutyan tidak di tandai
oleh peningkatan mutu. Ketiga gaya kepemimpinan yang tidak mendukung. Dan pada
umumnya, pimpinan tidak menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan
kerja stafnya. Hal ini menyebabkan staf bekerja tanpa motivasi. Keempat, kurangya rasa
memiliki pada para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka.

Permasalahan-permasalahan tersebut akan menjadi permasalahan yang dapat memotivasi


kepala sekolah untuk terus mengembangkan pola manajemen mutu pendidikan sesuai dengan
idealitas organisasi sekolah. Hal inilah yang menjadi titik awal dari manajemen sekolah untuk
membenah diri sesuai dengan tuntutan zaman yang terus bergulir.
Tujuan penulis dalam menulis buku ini :

Berdasarkan hubungan atau konsep tersebut, maka buku ini hadir sebagai acuan dasar dalam
memunculkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan needs market of education atau yang
bisa disebut sebagai masyarakat pengguna output pendidikan. Artinya buku ini merupakan
referensi yang didalamnya banyak mengungkapkan tentang konsep dasar dari alur
desentralisasi pendidikan, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Total Quality Management
(TQM), sekolah yang berkualitas dan kompetensi guru, supervisi pendidikan, membangun
manajemen sekolah efektifan unggulan dan yang terakhir adalah upaya memutuskan
manajemen sekolah menuju pendidikan yang berkualitas. Dan dimana alur atau tujuan konsep
dalam buku ini akan sangat berarti dalam memberikan tawaran-tawaran gagasan dalam
melakukan skema pemaparan secara detail dalam perbabnya.

Bab 1 PENDAHUAN

Pada masa reformasi saat ini atau bahkan setelah reformasi terjadi perubahan di segala bidang
kehidupan, politik, mata uang, pertahanan, keamanan dan kebijakan dasar lainnya.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) suatu model implementasi kebijakan desentralisasi
pendidikan yang memungkinkan sekolah untuk semakin mendekati konsep scholl based
manajemenmanajemen, artinya berbagai keputusan menyangkut kehidupan sekolah
khususnya proses belajar mengajar akan diputuskan oleh sekolah sendirisendiri ( Zamroni).

Penerapan manajemen sekolah di Indonesia tidak hanya sekedar alternatif solusi, namun juga
merupakan kritik yang membangun terhadap penyelenggaraan pendidikan yang selama ini
bersifat sentralistik, yang menimbulkan banyak konsekuensi, salah satunya adalah pendidikan
terpusat tidak memberikan pelayanan yang utuh. pendidikan dalam pengelolaan lembaga
pendidikan belajar mandiri, dan dalam kaitannya dengan pembiayaan dan pelaksanaan atau
pengelolaan dan pengembangan lembaga, pengembangan kurikulum, penyediaan alat bantu
pengajaran, distribusi sumber daya dan, yang paling penting, keterlibatan masyarakat. untuk
beraksi milik sekolah. Padahal, peningkatan pengaruh dan kualitas lembaga pendidikan
memerlukan dukungan kelompok kepentingan, antara lain pemerintah kota, dewan sekolah,
orang tua, pemerhati pendidikan, dan juga siswa.

Dengan demikian, sekolah secara mandiri namun tetap dalam kerangka acuan kebijakan
nasional dan didukung oleh pemberian masukan yang memadai, mempunyai tanggung jawab
untuk mengembangkan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa
dan masyarakat. Dengan demikian, MBS yang akan dikembangkan merupakan salah satu
alternatif bentuk sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan yang ditandai
dengan otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi namun tetap
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.

Bab 2 DESENTRALISASI PENDIDIKAN

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terpadu dengan proses
peningkatan mutu sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan sebagian besar diarahkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan
Nasional khususnya dengan mengembangkan dan menyempurnakan kurikulum dan sistem
penilaian, memperbaiki infrastruktur, mengembangkan dan menyediakan materi pelatihan
pendidikan bagi guru dan lain-lain, dalam pendidikan serta manajemen sekolah.

Berbagai fenomena politik baru bermunculan sebagai implikasi logis dari iklim politik yang
semakin terbuka. Kondisi tersebut terlihat dari beberapa hal, misalnya jumlah pemilih yang
meningkat, peningkatan jumlah partai politik peserta pemilu, semakin beragamnya bentuk
partisipasi politik masyarakat, dan dinamika konflik politik yang muncul di masyarakat.
Tingkat regional. Sederhananya, desentralisasi di Indonesia yang dituangkan dalam kebijakan
otonomi daerah telah melahirkan nuansa baru dalam dinamika demokrasi prosedural yang
dijalankan di Indonesia.

Desentralisasi kekuasaan dari aparatur negara tingkat atas ke tingkat yang lebih rendah, untuk
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi kerja pemerintah. Pasca hierarki disebut juga
logeman sebagai dokumen desentralisasi konstitusional atau biasa disebut desentralisasi
politik. Dalam konsep ini terdapat desentralisasi kekuasaan legislatif dan pemerintahan
kepada daerah. Secara otonom di lingkungannya, desentralisasi jenis ini terbagi menjadi dua,
yaitu sentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional. Desentralisasi teritorial, khususnya
pengalihan kekuasaan untuk menjalankan dan mengurus rumah tangga, desentralisasi
fungsional, khususnya desentralisasi hak untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi
tertentu.

Dalam buku ini, penulis hanya akan menggunakan sedikit pandangan dari para akademisi
yang pernah mengkaji permasalahan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pembahasan permasalahan yang disampaikan. Dalam menjelaskan kedua konsep di atas,
Harun Nurcholis mengutip JHA Logemann yang memasukkan istilah dekonsentrasi ke dalam
istilah desentralisasi. Desentralisasi jabatan, yaitu pendelegasian kekuasaan dari aparatur
negara yang lebih tinggi kepada bawahannya untuk memperlancar kerja pemerintahan.
Misalnya pelimpahan menteri ke gubernur, dari gubernur ke bupati/walikota. Desentralisasi
jabatan ini disebut juga oleh Logemann sebagai dekonsentrasi. Dalam konsep ini terdapat
pendelegasian kekuasaan legislatif dan pemerintahan kepada daerah otonom di
lingkungannya. Desentralisasi jenis ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu desentralisasi teritorial
dan desentralisasi fungsional. Desentralisasi teritorial, yaitu penyerahan kekuasaan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Dalam dekonsentrasi tidak ada pendelegasian
wewenang yang nyata, struktur di tingkat bawah hanya menjalankan wewenang atas nama
atasannya dan bertanggung jawab kepada atasannya. Dengan kata lain, dalam UU Otonomi
Daerah, dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. “Dalam UU Otonomi Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.”.

Lembaga legislatif merupakan lembaga yang membuat undang-undang. Secara umum


kehadiran lembaga legislatif sebagai lembaga perwakilan politik mempunyai dua fungsi
penting, yaitu pertama, menentukan kebijakan dan membuat undang-undang. Untuk
mendukung fungsi tersebut, lembaga perwakilan dilengkapi dengan hak inisiatif, hak
amandemen, dan hak anggaran. Fungsi kedua, yaitu fungsi menjalankan kendali terhadap
eksekutif. Menjaga tindakan eksekutif sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Untuk
mengoptimalkan fungsi tersebut, lembaga legislatif diberikan hak kontrol khusus seperti hak
interpelasi dan angket, hak pertanyaan atau mosi parlemen. Interpelasi adalah hak untuk
meminta informasi kepada eksekutif mengenai suatu kebijakan. Terkait hak tersebut, badan
eksekutif harus bisa memberikan penjelasan kepada badan legislatif. Menurut Schudson,
gejala komunikasi politik dapat dilihat dari dua arah. Pertama, bagaimana lembaga formal
negara atau suprastruktur politik menyampaikan pesan politik kepada masyarakat. Kedua,
bagaimana infrastruktur politik merespons dan mengartikulasikan pesan-pesan politik kepada
suprastruktur. Saat ini sedang terjadi perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan.

Proses desentralisasi di bidang pendidikan antara lain memberikan kewenangan yang lebih
besar kepada pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran dan merencanakan
pendidikan di daerah, serta memberikan kewenangan yang lebih besar kepada sekolah untuk
mengelola dana guru, memilih kepala sekolah, dan mengelola proses belajar mengajar.
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Misi desentralisasi pendidikan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan, meningkatkan pemanfaatan potensi daerah, menciptakan
lembaga pelatih yang suportif, menyelenggarakan sistem pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman, termasuk menganut konsep globalisasi dan demokrasi. . Demokrasi
diwujudkan dengan melibatkan pemerintah daerah, masyarakat dan aktor orang tua dalam
hubungan kolaboratif dan mendorong dukungan aktif terhadap pendidikan.

Fenomena desentralisasi yang terjadi saat ini di Negara Kesatuan Republik Indonesia sejalan
dengan apa yang terjadi di Kanada. Desentralisasi yang diberikan kepada sekolah adalah
alokasi sumber daya untuk staf pengajar dan administrasi, peralatan dan layanan. Setiap tahun
survei opini dilakukan oleh siswa, guru, kepala sekolah, staf kantor distrik dan orang tua yang
memungkinkan mereka menentukan peringkat tingkat kepuasan mereka terhadap pengelolaan
dan hasil pendidikan. Juga hampir sama dengan yang terjadi di Amerika Serikat.

Secara konseptual, ada dua jenis desentralisasi pendidikan, yang pertama adalah
desentralisasi kewenangan di bidang pendidikan pada aspek kebijakan dan pendanaan
pendidikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan yang kedua adalah desentralisasi
pendidikan dengan penekanan pada kekuasaan yang lebih besar. Untuk pemerintah daerah.
Tingkat sekolah. Konsep desentralisasi pendidikan terutama berkaitan dengan otonomi
daerah dan desentralisasi penyelenggaraan negara dari pusat ke daerah, sedangkan konsep
desentralisasi pendidikan menitikberatkan pada pemberian kekuasaan yang lebih besar pada
tingkat sekolah, dilaksanakan dengan motif peningkatan mutu pendidikan. Pengajaran.
Pendidikan. Kualitas pendidikan. Jika tujuannya adalah untuk memberikan kekuasaan yang
lebih besar di bidang pendidikan kepada pemerintah daerah, maka desentralisasi pendidikan
bertujuan untuk memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah daerah atau
sekolah.

BAB 3 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

Pemberian otonomi pendidikan yang luas kepada lembaga pendidikan di Indonesia


merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap gejala yang terjadi di masyarakat. Hal ini
juga merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum dan juga dapat
dilihat sebagai sarana untuk meningkatkan efektivitas pemerataan pendidikan, partisipasi
masyarakat dan akuntabilitas.
Manajemen Berbasis Sekolah adalah pemberian otonomi dengan memberikan wewenang dan
kekuasaan kepada partisipasi sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolahnya dengan
melibatkan semua warga sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki
karakteristik antara lain: 1) kekuasaan dan tanggungjawab untuk pengambilan keputusan
berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan yang di desentralisasikan kepada
stakeholder sekolah, 2) Domain manajemen peningkatan mutu mencakup keseluruhan aspek
seperti kurikulum, kepegawaian, keuangan, dan lain-lain. 3) Diperlukannya regulasi yang
mengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan dan
tanggungjawab pemerintah.
Adapun tujuan Manajemen Berbasis Sekolah dalam buku ini dari beberapa pendapat ahli
yang antara lain: 1) Untuk mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, dan
stakeholder lainnya dalam meningkatkan kualitas sekolah. 2) Untuk meningkatkan peran,
kepedulian warga masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. 3) Peningkatan efesiensi
diperoleh melalui keleluasan mengelola sumber daya. Manajemen Berbasis Sekolah sangat
bermanfaat karena dengan adanya keleluasan dalam mengelola sumber daya dan adanya
partisipasi masyarakat memicu keprofesionalismen pemimpin sekolah atau kepala sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan lancar, rapi dan teratur serta
mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, bidang manajemen
kemahasiswaan setidaknya mempunyai tiga tugas pokok yang perlu mendapat perhatian,
yaitu penerimaan mahasiswa baru, kegiatan pengembangan akademik, serta orientasi dan
pengembangan kedisiplinan.
Mengelola proses pembelajaran juga melibatkan pemberdayaan siswa, yang dicapai melalui
interaksi antara perilaku guru dan perilaku siswa, baik di dalam ruangan maupun di dalam
kelas, karena pada dasarnya mengajar adalah menolong atau berusaha menolong seseorang.
Mempelajari sesuatu dan apa yang diperlukan untuk itu. Meraih. Belajar tidak memberikan
kontribusi apapun terhadap pendidikan manusia. Dengan landasan tersebut maka fokusnya
tidak hanya pada penguasaan ilmu yang diajarkan agar terpadu, berfungsi sebagai muatan
kesadaran dan kehidupan serta diamalkan oleh peserta didik.
Dalam pengimplementasian MBS di sekolah, sekolah memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan, pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dengan tujuan meningkatkan mutu
hasil penyelenggaraan pendidikan. Komponen yang di desentralisasikan yaitu kurikulum,
manajemen tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen
pendanaan/keuangan, dan manajemen humas.

BAB 4 MUTU PENDIDIKAN


Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan dinamisme masyarakat itu sendiri.
Kenyataannya sektor pendidikan masih tertinggal dalam banyak bidang pembangunan
lainnya, yang berarti bahwa sektor pendidikan merupakan sektor marginal dibandingkan
dengan sektor pembangunan lainnya, padahal sektor pendidikan merupakan sektor yang
mendesak untuk mempercepat pembangunan negara.

Manajemen peningkatan mutu terpadu adalah konsep manajemen sekolah sebagai suatu
inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan keinginan untuk membawa
perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan, kebutuhan dan motivasi
masyarakat dengan menyelesaikan permasalahan manajemen pendidikan di tingkat sekolah. .
Karena meningkatkan kualitas adalah kualitas. Sekolah, guru, siswa, dukungan program
sekolah, pendanaan dan prasarana serta peran orang tua.

Proses pendidikan yang berkualitas mencakup berbagai masukan seperti bahan ajar kognitif
atau psikomotorik yang efektif, metode, variabel tergantung pada kemampuan guru, kualitas
fasilitas sekolah, dukungan administrasi, infrastruktur dan sumber daya lainnya serta
menciptakan suasana yang mendukung.

Total Quality Management (TQM) sangat populer di lingkungan organisasi, khususnya di


lingkungan berbagai badan usaha/perusahaan dan industri. Manajemen Mutu Terpadu adalah
manajemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus di fokuskan pada
peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang
dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum. Jika di dalam sekolah TQM dipahami
sebagai layanan unit jasa, yakni pelayanan pembelajaran. Dalam pengimplementasiannya
lembaga pendidikan harus harus menempatkan peserta didik sebagai “klien” atau
stakeholders” dimana suara siswa disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis
organisasi sekolah. Manajemen Mutu Terpadu disebut juga pengelolaan Mutu Total (PMT)
merupakan suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu. Dalam
meningkatkan mutu pendidikan ada delapan prinsip yang harus di terjemahan kan dalam
tataran praksis manajerial sekolah yakni: 1) Fokus pada pelanggan, 2) Kepemimpinan, 3)
Perlibatan anggota, 4) Pendekatan proses, 5) pendekatan sistem manajemen, 6) Perbaikan
berkesinambungan, 7) Pendekatan fakta pada pengambilan keputusan, 8) Hubungan yang
saling menguntungkan dengan pemasok.

BAB 5 MENGELOLA SEKOLAH BERKUALITAS DAN KOMPETENSI GURU

Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan yang menjadi salah
satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia (SDM). Melalui fasilitas ini, siswa dilatih
baik mental maupun intelektualnya untuk mencapai kualitas sesuai tujuan yang telah
ditetapkan sekolah.

Sekolah yang unggul itu biasanya dibangun oleh seluruh warga sekolah, dimana keunggulan
sekolah itu terletak pada bagaimana cara sekolah merancang sekolah itu sebagai organisasi.
Dalam pengembangan sekolah yang unggul ada empat strategi dasar kebijakan pendidikan
nasional sebagaimana yang diamanatkan GBHN 1933 yaitu pemerataan kesempatan,
relevansi, kualitas dan efektivitas. Jadi dalam penyelenggaraan sekolah yang unggul harus
segera di restrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat
untuk negara ini. Dalam merestrukturisasi sekolah yang unggul ada beberapa yang perhatikan
yakni: program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat
keunggulan dan yang tidak memiliki bakat keunggulan. Selanjutnya, dalam pemilihan
keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan intelegensi, selanjutnya sekolah yang
unggul tidak hanya menjaring anak orang kaya tetapi semua anak yang memiliki keunggulan
tanpa melihat latar belakang. Selanjutnya harus memiliki model manajemen yang melibatkan
seluruh stakeholders berpartisipasi dan kepemimpinan yang kuat, mengutamakan pelayanan
pada siswa dan menghargai prestasi siswa. Dalam mewujudkan itu semua harus sekolah
tersebut berdiri diatas pundak sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi.

Peran guru sebagai fasilitator berimplikasi pada perubahan model hubungan antara siswa dan
guru, yang pada awalnya bersifat hubungan top-down yang berorientasi pada kemitraan,
namun justru bersifat top-down. Dalam hubungan yang buruk, guru seringkali dipandang
sebagai atasan yang cenderung bersifat otoriter dengan nilai memerintah dalam gaya
mengajar yang birokratis.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 39 ayat 1
di jelaskan bahwa: pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran menilai hasil pembelajaran melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Hasil belajar siswa merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, guru dan sekolah,
sehingga penentuan hasil belajar siswa dapat dipertimbangkan berdasarkan pentingnya setiap
faktor yang ada di sekolah. Bagi siswa, prestasi akademik dapat menjadi tolak ukur
kemampuan dan prestasinya. Menyerap semuanya. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh selama proses pengajaran merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
akademik. Hal ini merupakan indikator pengajaran yang patut dilaksanakan dan dapat
dijadikan acuan untuk mengetahui apa saja pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan
dan upaya apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar faktor intern ( dalam diri siswa) dan faktor ekstern (luar diri
siswa). Proses pembelajaran yang sudah dilakukan perlu di evaluasi. Evaluasi adalah proses
pengumpulan informasi mengukur sejauh mana pengajaran yang sudah terlaksana. Setelah di
ukur baru disimpulkan yang di sebut penilaian.

Gagne dan Brigg menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses. Reigeluth mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Jadi
Gagne dan Briggs mengemukakan adanya 5 kemampuan yang dapat diperoleh seseorang
sebagai hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap.

Implikasi dari kompetensi guru terhadap prestasi belajar, seorang guru harus dapat menguasai
dan mengelola kelas agar guru tidak hanya bertugas mengajar saja tanpa memperhatikan
proses siswa dalam belajar. Guru sangat berpengaruh dalam mencapai prestasi belajar.
Strategi pembelajaran merupakan suplemen penting karena strategi pembelajaran mampu
menjembatani antara guru sebagai fasilitator dan peserta didik sebagai subjek dalam
pembelajaran. Ada beberapa strategi pembelajaran yang bisa digunakan yakni strategi
pembelajaran quantum learning and teaching, strategi pembelajaran kooperatif ( cooperative
learning). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dengan
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota akan bekerjasama dan saling membantu
dalam memahami materi pembelajaran.

BAB 6 SUPERVISI AKADEMIK DALAM MEMBANGUN MUTU PENDIDIKAN

Teknik supervisi pendidikan antara lain: perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan
pribadi, intervisitation, menyelesaikan sumber materi untuk mengajar, menilai diri sendiri.
Pendekatan supervisi pendidikan dalam pendekatan perilaku yakni pendekatan langsung
(direktif), pendekatan tidak langsung (non direktif), pendekatan kolaboratif ( kombinasi dari
langsung dan tidak langsung). kegiatan pembelajaran di sekolah dan lembaga pendidikan
dilaksanakan menurut sistem dan mekanisme yang baku yang disebut supervisi akademik,
artinya supervisi pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kaidah ilmiah untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Pendidikan. Tergantung pada tingkat perkembangan kebutuhan pengguna.

Untuk membangun pendidikan berkualitas yang sesuai dengan pendidikan pengguna,


pengawasan pendidikan harus dilakukan dengan sangat efektif oleh direktur sekolah.
Pengawasan ini dilaksanakan dengan tujuan semata-mata untuk memberikan dukungan di
bidang pelatihan agar proses belajar mengajar berjalan lancar. Namun kehadiran kegiatan
penunjang pendidikan di sekolah tidak bersifat sementara atau sesuai dengan tingkat
kebutuhan mata pelajaran pendidikan, melainkan bersifat berkesinambungan, menyeluruh
dan menyeluruh atas dasar dukungan terhadap guru sebagai pelopor pendidikan.

Adapun komponen supervisi pendidikan menurut Suharsimi Arikunto yakni: komponen


siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan (manajemen), dan lingkungan/situasi
umum. Prinsip supervisi yakni demokratis, ilmiah, kerjasama, konstruktif, terpusat pada guru,
didasarkan atas kebutuhan guru, sebagai umpan balik, profesional.

Tujuan supervisi pendidikan adalah mengembangkan situasi belajar mengajar, melalui


pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, dan sasaran supervisi pendidikan yaitu
mengembangkan kurikulum, meningkatkan proses belajar mengajar, dan mengembangkan
seluruh staf sekolah. Dalam melaksanakan kegiatan supervisi pendidikan adalah dalam
rangka membantu meningkatkan situasi belajar pada umumnya dan membantu guru pada
khususnya agar menjadi lebih baik.

Teknik supervisi pendidikan antara lain: perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan
pribadi, intervisitation, menyelesaikan sumber materi untuk mengajar, menilai diri sendiri.
Pendekatan supervisi pendidikan dalam pendekatan perilaku yakni pendekatan langsung
(direktif), pendekatan tidak langsung (non direktif), pendekatan kolaboratif ( kombinasi dari
langsung dan tidak langsung).

BAB 7 MEMBANGUN MANAJEMEN SEKOLAH EFEKTIF NAN UNGGULAN

Ditinjau dari fungsi proses pendidikan di sekolah terdapat dua dimensi yaitu dimensi
konsumsi pendidikan dan dimensi investasi pendidikan. Dimensi konsumsi pendidikan
mengacu pada peran sekolah dalam pengembangan pribadi dan aspek pembelajaran
humanistik. Aspek investasi mengacu pada harapan sekolah melalui mengedepankan
pembelajaran menjadi warga negara, bekerja dengan baik, menjadi yang terbaik dan mampu
memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat dan negara.

Di sekolah yang efektif, peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
unggul, baik potensi intelektual maupun bakat khusus berupa keterampilan, dapat dibina dan
dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, upaya penciptaan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat untuk mendukung
pencapaian pembangunan nasional.

Penerapan manajemen yang efektif dalam suatu organisasi sekolah sangat penting untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Karena untuk mencapai tujuan organisasi
sekolah yang efektif dalam hal ini lembaga pendidikan memerlukan proses yang unik dan
dinamis. Proses yang khusus dan dinamis inilah yang disebut Sartowo sebagai manajemen
untuk menjamin efektivitas upaya manusia.

Pada dasarnya tugas guru adalah mendidik dalam arti mengajar untuk memberikan
pengetahuan dan peningkatan kecerdasan melatih dalam arti membekali keterampilan, dan
mendidik dalam arti memasyaratkan sikap takwa tehadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memepertebal kebangsaan dan cinta Tanah Air. Oleh sebab itu untuk
menghasilkan sebuah pembelajaran guru memiliki peran yang sangat urgen, sebab guru
merupakan pengelola proses pembelajaran.

Pada sekolah unggul, secara khusus peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
unggul, baik dalam hal prestasi, baik dalam hal potensi intelektual maupun bakat khusus yang
bersifat keterampilan akan dapat dipupuk dan dikembangkan secara optimal. Sehingga upaya
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai dalam waktu yang relatif
lebih cepat guna mencapai pembangunan nasional upaya tersebut, untuk mencapai
keberhasilannya perlu penerapan manajemen sekolah dengan baik titik Dalam hal ini perlu
diingat, betapa hebatnya manajemen sekolah dan dana yang berlimpah tanpa pengelolaan
pendidikan yang disiplin, jujur dan berkompetensi, tentu akan tentu tidak akan mencapai
kesuksesan.

BAB 8 BUDAYA SEKOLAH DAN SEKOLAH EFEKTIF: KONSTRUKSI LEMBAGA


PENDIDIKAN ISLAM EFEKTIF DAN EFISIEN

Budaya secara umum merupakan program mental kolektif dalam suatu komunitas yang
mengembangkan nilai kepercayaan dan pilihan perilaku di mana ia menjadi suatu perangkat
pemahaman penting yang sama serta dianut oleh para anggota masyarakat yang terdiri dari
cara pola berpikir, merasa dan menanggapi sesuatu di dalam maupun di luar komunikasinya.
Adapun secara Akademi stik diformulasikan sebagai keseluruhan pengertian yang meliputi
pengetahuan pengetahuan, keyakinan-keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia melalui
proses belajar sebagai anggota suatu masyarakat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh John P. Kotter disimpulkan bahwa organisasi yang
menekankan budaya mampu meningkatkan pendapatannya sebesar 682℅, sedangkan
organisasi yang tidak menekankan budaya hanya mampu meningkatkan pendapatannya
sebesar 682℅. Hasilnya hanya sebesar 166℅. ℅ dalam jangka waktu 11 tahun.

Budaya organisasi yang dianut segenap sumber daya manusia mampu untuk mempengaruhi
organisasi dalam melakukan aktivitas kerja secara makro termasuk juga dalam lingkup
sekolah. Budaya organisasi baca budaya organisasi bisa untuk membantu menjaga stabilitas
organisasi sebagai suatu sistem sosial atau mempromosikan stabilitas sistem sosial pada
organisasi sekolah dengan budaya ini pula organisasi pendidikan bisa untuk menentukan
polarisasi kinerja yang mengantarkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang diamankan
undang-undang dan institusi.

Budaya organisasi sekolah yang merupakan perangkat sistem nilai-nilai keyakinan-keyakinan


asumsi-asumsi, atau norma-norma yang telah lama berlaku disepakati dan diikuti oleh para
anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku yang pemecahan masalah-masalah
organisasinya. Demikian dengan nilai keyakinan dan norma yang bersifat abstrak seperti
etika yang diwujudkan dalam bentuk budaya bersikap dan berhormat menghormati yang
dilakukan oleh peserta didik terhadap guru, teman-temannya, dan juga pada lingkungan
sekolahnya perlu dilestarikan menjadi kebiasaan, biasanya juga bentuk nilai kejujuran
ataupun kedisiplinan.

BAB 9 MERETAS MANAJEMEN SEKOLAH MENUJU PENDIDIKAN


BERKUALITAS

Menurut Purkey dan Smith, indikator yang menggambarkan ciri sekolah yang efektif adalah
manajemen berbasis sekolah dan pengambilan keputusan secara demokratis, kepemimpinan
instruksional, waktu belajar maksimal, perencanaan kolaboratif dan adanya pola hubungan
kolegal di antara para guru.

Dengan TQM yang merupakan suatu metode dalam membangun sekolah dengan penjamin
mutu sekolah sekolah akan mempunyai kredibilitas yang tinggi. TQM adalah pendekatan
praktis dan strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada
kebutuhan pelanggan dan kliennya. Karena kebutuhan dan kepuasan pelanggan selalu
berubah dan berkembang maka manajemen dan pelayanan sekolah terhadap pelanggan juga
harus terus Diperbaiki dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat sekitar
sekolah maka, mutu merupakan kebutuhan stakeholder pada saat ini titik waktu ini dan
tempat ini, sehingga mutu bersifat relatif dan akan terus berubah seiring dengan berubahnya
Era.

Dengan demikian, manajemen sekolah angka terus mencari bentuk yang sesuai dengan
keinginan dari stakeholders. Begitu pula dalam bentuk pola serta Dasar yang sesuai dengan
perkembangan lingkungan sekolah. Pada hal, Luthans menyatakan bahwa organisasi akan
berusaha untuk menciptakan suatu struktur agar dapat mengkoordinasi aktivitas dan
mengontrol tindakan-tindakan anggota organisasi tersebut. Artinya adalah gesekan dalam
manajemen sekolah akan terus berjalan dengan adanya faktor eksternal yang menuntut untuk
sesuai dengan perkembangan eksternal yaitu mutu yang sesuai dengan selera hasrat dan
keinginan dalam mengemukakan sekolah yang efektif.

Tema Utama (Untuk fiksi dan non fiksi) :

Adapun pesan yang disampaikan oleh para penulis yaitu dengan menghadirkan buku ini yaitu
untuk mencapai acuan atau tujuan dalam upaya mengkonstruksikan pendidikan yang
berkualitas, sesuai dengan kebutuhan pasar yang disebut sebagai masyarakat yang menjadi
output dalam pendidikan. Hadirnya buku ini sebagai referensi tentang konsep dasar dari alur
desentralisasi pendidikan. Dan kemudian penulis juga menyampaikan bahawa penulis
mengajak praktisi pendidikan, pengambilan kebijakan dan stakeholder untuk melihat tata
kelola lembaga pendidikan yang mandiri untuk tetap meningkatkan mutu
pendidikanpendidikan naaional dan juga mengelola komunitas pendidikan.

Ide-ide utamautama :

Konsep dasar manajemen mutu pendidikan, Perkembangan kompetensi guru manajemen


mutu pendidikan, Perencanaan mutu pendidikan, Implementasi Manajemen mutu pendidikan,
Evaluasi pendidikan, Standar mutu pendidikan, Sistem penjaminan mutu dalam pendidikan,
Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan, Prinsip-prinsip perumusan dan tata
langkah penerapan pendidikan berbasis mutu pendidikan

Analisis dan Evaluasi:Analisis dan Evaluasi:

Saya menyukai buku ini karena buku “Manajemen Mutu Pendidikan” ini bagus untuk di
pelajari mahasiswa/i karena dapat menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana
meningkatkan mutu pendidikan, menyelesaikan permasalahan pendidikan dan mengelola
lembaga pendidikan.

Menurut pendapat saya kelebihan buku ini dimana semua materi dan teori yang dituangkan
dalam buku ini sangat rinci dan detail untuk semua pelajar yang menggunakan buku ini.

Kelemahan dalam buku ini kata-kata yang digunakan oleh penulis susah untuk dimengerti
dan dipahami karena menggunakan bahasa-bahasa asing.

Gaya penulisan buku ini baik dan narasi dalam buku ini juga susah untuk dipahami
dikarenakan teori-teori yang digunakan dan pemilihan kata dalam buku ini baik banyak
bahasa asing/ Inggris yang dipakai oleh penulis.

Pesan penting dan pelajaran (Untuk non fiksi) : Adapun pesan pelajaran yang di petik dari
buku ini adalah buku ini dapat mempengaruhi pemikiran atau pandangan pembaca dengan
cara penulisan dan materi yang dituangkan dalam buku.

Rekomendasi (Opsional) :Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca dan dipelajari
untuk menambah wawasan. Buku ini sangat direkomendasikan kepada mahasiswa program
studi Sarjana S-1, S-2, maupun S-3 yang konsen dengan permasalahan manajemen
pendidikan.

Kesimpulan

Pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang ideal masyarakat yang
mengerti hak dan kewajiban serta berperan aktif dalam proses pembangunan titik esensi
tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial,
ekonomi dan politik yang lebih baik. Dalam perspektif tertentu harus mengacu pada masa
depan yang jelas, yang pada akhirnya terbentuk watak peradaban suatu bangsa yang beradab
dan bermartabat.

Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan yang


menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan keputusan dan sebagai salah satu upaya
memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber daya manusia. Konsep otonomi pendidikan
mengandung pengertian yang sangat luas yakni mencakup filosofi, tujuan, format, dan isi
pendidikan serta manajemen pendidikan itu sendiri.
Dalam hal ini bahwa sekolah harus menjadi bagian utama dalam proses pengambilan
keputusan peningkatan mutu pendidikan, sementara masyarakat dituntut untuk lebih
berpartisipasi dalam memahami pendidikan, dan pemerintah pusat berperan pendukung
dalam menentukan kerangka dasar peningkatan mutu pendidikan. Kebijakan pendidikan
dalam menjalankan kerjasama antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah berdasarkan
tanggung jawab bersama.

Anda mungkin juga menyukai