Anda di halaman 1dari 23

ISU-ISU KONTEMPORER KEBIJAKAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN DI INDONESIA

CHAPTER 7

ISU KONTEMPORER KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA


TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

OLEH:

SUSANDA FEBRIANI (10223013)


FATMA SARI (10223017)
IHSAN KHAIRAN (10223001)
IQBAL ANAS (10223008)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SJECH M. DJAMIL JAMBEK
2023 M / 1444 H
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

ISU KONTEMPORER KEBIJAKAN PEMERINTAH


TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS
MADRASAH PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

T ulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan pemerintah tentang


penerapan manajemen berbasis madrasah pada lembaga pendidikan Islam
di Indonesia. Secara rinci tulisan ini mengungkap beberapa hal yaitu: 1)
Kebijakan Pemerintah tentang perencanaan manajemen berbasis madrasah di
lembaga pendidikan Islam; 2) Kebijakan tentang pelaksanaan manajemen berbasis
madrasah di lembaga pendidikan Islam; 3) Kebijakan pemerintah tentang evaluasi
manajemen berbasis sekolah di lembaga pendidikan Islam. Metode penulisan ini
menggunakan metode studi literatur. Secara keseluruhan, hasil studi literatur
tentang MBS menyoroti potensinya untuk meningkatkan efektivitas dan relevansi
pendidikan, tetapi juga menekankan pentingnya manajemen yang bijaksana,
partisipasi aktif semua pemangku kepentingan, dan perencanaan yang cermat
untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul selama implementasi.

A. Pendahuluan
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini
adalah rendahnya mutu di berbagai lembaga pendidikan khususnya lembaga
pendidikan Islam. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut meniscayakan adanya
berbagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan oleh semua pihak. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti pengembangan
kurikulum, peningkatan kompetensi tenaga pendidik, peningkatan manajemen
pendidikan, dan pengadaan serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.
Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran bahwa betapa pentingnya peranan
pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan watak
bangsa (Mulyasa, 2005)

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 1
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

Menurut Aziz (2015) beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu
pendidikan Islam adalah pertama, adanya penyelenggaraan pendidikan pendidikan
yang kurang memperhatikan pada tahap proses. Padahal proses sangat menentukan
kualitas lulusan yang ada.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan Islam dilakukan secara birokratik-
sentralistik sehingga penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi yang ada. Madrasah lebih merupakan subordinasi birokrasi di
atasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas,
inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan
mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional
Ketiga adanya hubungan yang kurang harmonis antara lembaga pendidikan
Islam khususnya madrasah dengan masyarakat. Selama ini peran serta warga
sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa
dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim. Partisipasi guru dalam
pengambilan keputusan sering diabaikan, partisipasi masyarakat pada umumnya
sebatas pada dukungan dana. Sehingga seolah tidak lagi ada hubungan timbal balik
antara lembaga pendidikan dengan masyarakat.
Permasalahan di atas semestinya dapat teratasi seiring dengan lahirnya
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-
undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Undang-
undang tersebut membawa konsekuensi terhadap bidang-bidang kewenangan
daerah sehingga lebih otonom, termasuk bidang pendidikan (Mulyasa, 2014)
Undang-undang tersebut memang memberikan langkah solusi dengan
berbagai persoalan yang ada di madrasah. Keambiguan posisi madrasah sebagai
lembaga pendidikan menjadikan madrasah tetap di bawah kementrian agama
dengan sistem sentralisasi yang seolah-olah menafikan undang-undang otonomi
daerah.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 2
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

Era otonomi dengan asas desentralisasi ini menuntut partisipasi dan


pemberdayaan seluruh komponen pendidikan dan penerapan konsep pendidikan
sebagai suatu sistem. Peningkatan mutu pendidikan dalam kerangka otonomi
daerah mengubah arah dan paradigma penyelenggaraan yang dulunya dengan pola
sentralisasi ke arah pendidikan desentralisasi. Adalapun model penyelenggaraan
pendidikan untuk mencapai mutu pendidikan yang sesuai dengan paradigma
desentralisasi dewasa ini adalah dengan konsep Manajemen berbasis Sekolah
(MBS). Manajemen berbasis sekolah sebagai reorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Otonomi daerah di Indonesia dlandaskan pada kebijakan public tentang
oronomi daerah yaitu Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
yang menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Secara umum desentralisasi dapat dipahami sebagai pendelegasian sejumlah
wewenang kepada otoritas yang lebih rendah. Tujuannya adalah agar
penyelenggara otonomi daerah dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
rakyat daerah.
Pemberlakuan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah
mengisyaratkan mengenai kemungkinan –kemungkinan pengembangan suatu
wilayah dalam suasana lebih kondusif dan wawasan yang lebih demokratis.
Termasuk berbagai kemungkinan pengelolaan dan pengembanagn dalam bidang
pendidikan. Pemberlakuan undang-undang tersebut menuntut adanya perubahan
pengelolaan dari yang bersifat sentralistik kepada yang bersifat desentralistik.
Desentralisasi dalam pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan khususnya dari segi manajemen dan pengelolaan.
Yang dimaksud desentralisasi manajemen pendidikan adalah pelimpahan
kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah untuk membuat keputusan
manajemen dan menyusun perencanaan sendiri dalam mengatasi masalah

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 3
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

pendidikan dengan mengacu pada sistem pendidikan nasional. Desentralisasi


pendidikan dapat diterapkan dalam beberapa tingkat dan struktur organisasi
penyelenggaraan pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat satuan
pendidikan. Sedangkan tujuan dari desentralisasi manajemen pendidikan adalah
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen dan kepuasan kerja
pegawai melalui pemecahan masalah yang berhubungan langsung dengan daerah
lokal. Desentralisasi manajemen pendidikan berusaha mengurangi campur tangan
atau intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan pendidikan yang
sepatutnya dapat diputuskan dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah,
pemerintah daerah dan masyarakat.
Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan dalam era otonomi daerah
maka beberapa hal yang perlu direkonstruksi dalam pendidikan nasional adalah
pertama, upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan
tujuan dan standar kompetensi pendidikan yaitu melalui konsensus nasional antara
pemerintah dengan masyarakat. Kedua, peningkatan efisiensi pengelolaan
pendidikan mengarah pada pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dengan
memberi kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk mengoptimalkan
sumber daya yang tersedia bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Ketiga,
peningkatan relevansi pendidikan mengarah pada pengelolaan pendidikan berbasis
masyarakat. Peningkatan peran serta orang tua dan masyarakat pada level kebijakan
(pengambilan keputusan) dan level operasional melalui komite sekolah. Peran
komite meliputi perencanaan, implementasi, monitoring serta evaluasi program
kerja sekolah. Keempat, pemerataan layanan pendidikan mengarah pada
pendidikan yang berkeadilan.

B. Pembahasan
1. Hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan gagasan yang
kehadirannya dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 4
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

pendidikan pada level operasional atas keterbatasan wewenang yang mereka


miliki untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Ada pandangan
bahwa para kepala sekolah merasa tidak berdaya karena terperangkap oleh
berbagai aturan dan ketergantungan yang berlebihan terhadap birokrasi
pendidikan. Kondisi tersebut mengakibatkan peran utama kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan
administrasi dan birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi. Para
kepala sekolah sama sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk
mengoperasikan sekolahnya secara mandiri. Semua kebijakan tentang
penyelenggaraan pendidikan di sekolah diputuskan oleh pemerintah pusat
dan sekolah hanya menerima apa adanya.
Manajemen berbasis sekolah bermakna desentralisasi yang
sistematis pada otoritas dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat
keputusan atas masalah signifikan terkait penyelenggaraan sekolah dalam
kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait tujuan, kebijakan,
kurikulum, standard an akuntabilitas. Pentingnya MBS terutama untuk
melihat adanya transformasi sekolah. Transformasi diperoleh ketika
perubahan yang signifikan, sistematik dan berlanjut terjadi, mengakibatkan
hasil belajar peserta didik yang meningkat di segala keadaan (setting),
sehingga memberikan kontribusi pada kesejahteraan ekonomi dan sosial
suatu negara.
Semenjak disahkannya Undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah membawa konsekuensi
logis terhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom,
termasuk pendidikan. Kewenangan diberikan kepada daerah kabupaten dan
kota berdasarkan asas desentralisasi dalam wujud otonomi luas, nyata dan
bertanggung jawab.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 5
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

Kewenangan daerah kabupaten dan kota sebagaimana dirumuskan


dalam pasal 11, mencakup semua bidang pemerintahan yakni, pekerjaan
umum, kesehatan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan,
koperasi serta tenaga kerja. Dalam bidang pendidikan, pada saat ini
kebijakan kebijakan pendidikan dasar berada di bawah kewenangan daerah
kabupaten dan kota, sedangkan pendidikan menengah dan sekolah luar biasa
berada di bawah kewenangan pemerintah provinsi.
Pendidikan yang selama ini dikelola secara terpusat (sentralisasi)
harus diubah sejalan dengan irama yang sedang berkembang, yakni
desentralisasi dalam bentuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Hal ini
penting, terutama dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan
sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian
integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya.
Pada intinya MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi
pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang
dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa
keuntungan berikut:
a. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung
kepada peserta didik, orang tua dan guru
b. Bertujuan untuk bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru,
dan iklim sekolah
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah dan
perubahan perencanaan.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 6
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

2. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah


Terdapat empat prinsip manajemen berbasis sekolah sebagai bentuk
implementasi otonomi daerah bidang pendidikan yang menjadi landasan
dalam menerjemahkan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah sesuai dengan tujuannya, yaitu otonomi, fleksibilitas, partisipasi dan
inisiatif.
a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi diartikan sebagai prinsip kemandirian, yaitu
kemandirian dalam mengatur dan mengurus diri sendiri. Kemandirian
dalam program dan pendanaan merupakan tolak ukur utama
kemandirian sekolah
b. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas dapat diartikan keluwesan yang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan
sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu
sekolah.
c. Prinsip Partisipasi
Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan lingkungan
yang terbuka dan demokratik. Warga sekolah didorong untuk terlibat
langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pelaksanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pendidikan,
d. Prinsip Inisiasi
Prinsip inisiatif didasari atas konsepsi bahwa manusia bukanlah
sumber daya yang statis melainkan dinamis. Oleh karena itu potensi
sumber daya manusia harus digali ditemukan dan dikembangkanuntuk
menjadi sumber daya yang inisiatif dalam pengelolaan pendidikan.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 7
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

3. Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah


Penerapan pengelolaan pendidikan dengan model MBS bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi terutama diperoleh dari keleluasaan yang diberikan
untuk mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi. peningkatan mutu dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah. Peningkatan pemerataan dapat
diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
untuk pemerintah untuk lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal
ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa
kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
Penerapan manajemen berbasis sekolah banyak memberikan
manfaat. Hal ini dikarenakan MBS memberikan kebebasan dan keleluasaan
yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan
adanya otonomi yang memberikan keleluasaan tersebut maka sekolah dapat
lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi
pada tugas. Selain itu penerapan MBS juga dapat mendorong profesionalitas
guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, hal ini dikarenakan
konsep MBS menghendaki kebebasan kepada guru dan kepala sekolah
dalam menyusun kurikulum dan program sekolah.

4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah


Karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah secara
inklusif memuat elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi
input, proses dan output. Karakteristik ini menerapkan pada keseluruhan
aspek pendidikan melalui pendekatan sistem. Menurut Mulyasa (2014)
karakteristik MBS sebagai berikut:

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 8
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

a. Pemberian otonomi luas kepada kepala sekolah


MBS memberikan otonomi yang luas kepada sekolah disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dan
pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat. Melalui
otonomi yang luas kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan
yang diambil.
b. Tingginya partisipasi masyarakat dan orang tua
Dalam MBS pelaksanaan program sekolah didukung oleh
tingginya partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik. Orang tua
peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui
bantuan keuangan tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan.
c. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
Dalam MBS pelaksanaan program-program sekolah didukung
oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional.
Kepala sekolah merupakan manajer pendidikan profesional yang akan
mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan.
d. Tim kerja yang kompak dan transparan
Dalam MBS, keberhasilan program-program sekolah didukung
oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang
terlibat dalam pendidikan di sekolah.

Empat faktor penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi


Manajemen Berbasis sekolah, yaitu:
a. Kekuasaan yang dimiliki sekolah
Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk
mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan dibandingkan

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 9
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

dengans istem manajemn pendidikan yang dikontrol oleh pusat.


Berbagai masalah dapat dikelola oleh sekolah dengan menerapkan
MBS yang memberikan kewenangan kepada sekolah dalam mengelola
kurikulum, pembelajaran, pendanaan dan pengembanagan sumber daya
sekolah.
b. Pengetahuan dan Keterampilan
Kepala sekolah serta seluruh warga sekolah harus menjadi
learning person yang senantiasa belajar untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus.
c. Sistem Informasi yang Jelas.
Sekolah yang melaksanakan MBS harus memiliki informasi yang
jelas program yang netral dan transparan, karena dari informasi tersebut
orang akan mengetahui kondisi sekolah.
d. Sistem penghargaan
Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun strategi sistem
penghargaan bagi warganya yang berprestasi, untuk mendorong
karirnya. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan
produktivitas kerja dari kalangan warga sekolah.

5. Kebijakan Tentang Perencanaan Manajemen Berbasis Sekolah di


Lembaga Pendidikan Islam
Kebijakan perencanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat
diterapkan dalam lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren,
atau sekolah Islam. Manajemen Berbasis Sekolah adalah pendekatan yang
memberikan otonomi kepada sekolah atau lembaga pendidikan untuk
mengambil keputusan terkait perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program pendidikan. Berikut adalah beberapa prinsip dan langkah-langkah
dalam merancang kebijakan MBS di lembaga pendidikan Islam:

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 10
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

a. Partisipasi Stakeholder:
Melibatkan semua pihak terkait, termasuk guru, orang tua, siswa,
komite sekolah, dan masyarakat setempat dalam proses perencanaan.
Mereka dapat memberikan masukan dan perspektif yang berharga.
b. Penentuan Visi dan Misi:
MBS dimulai dengan menetapkan visi dan misi sekolah. Visi dan
misi ini harus mencerminkan nilai-nilai Islam dan tujuan pendidikan
Islam yang diemban oleh lembaga.
c. Perencanaan Strategis:
Merancang rencana strategis yang mencakup tujuan jangka
pendek dan jangka panjang, serta langkah-langkah konkret untuk
mencapainya. Pastikan rencana ini selaras dengan visi dan misi Islam
sekolah.
d. Pengelolaan Sumber Daya:
Mengelola sumber daya manusia, finansial, dan fisik secara
efisien. Ini mencakup alokasi dana untuk kegiatan pendidikan,
pengembangan staf, dan perawatan fasilitas.
e. Penilaian Kinerja:
Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap kinerja lembaga
pendidikan. Ini dapat melibatkan pengumpulan data, analisis hasil
belajar siswa, dan pemantauan terhadap pencapaian tujuan.
f. Perbaikan Berkelanjutan:
Mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan
mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Ini mencakup pembelajaran dari pengalaman dan mengadaptasi
rencana strategis sesuai kebutuhan.
g. Pelibatan Komunitas:
Melibatkan komunitas setempat dalam mendukung dan
memantau perkembangan lembaga pendidikan. Dukungan komunitas

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 11
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

dapat berupa bantuan moral, finansial, atau dukungan dalam hal


infrastruktur.
h. Keselarasan dengan Prinsip-Prinsip Islam:
Pastikan bahwa seluruh kebijakan dan praktik yang dijalankan di
lembaga pendidikan Islam selaras dengan prinsip-prinsip Islam, seperti
etika, moralitas, dan nilai-nilai keagamaan.
Penting untuk menyesuaikan kebijakan MBS dengan konteks dan
karakteristik khusus lembaga pendidikan Islam yang bersangkutan. Selain
itu, kebijakan tersebut juga harus mempertimbangkan regulasi pemerintah
terkait pendidikan agar tetap sesuai dengan hukum yang berlaku di negara
Anda.
Analis SWOT Tentang Perencanaan Manajemen Berbasis Sekolah di
Lembaga Pendidikan Islam :
a. Kekuatan (Strengths):
1) Komitmen terhadap pendidikan Islam: Lembaga pendidikan Islam
memiliki kekuatan dalam fokusnya pada nilai-nilai agama dan
etika Islam, yang dapat memberikan dasar moral yang kuat bagi
pendidikan.
2) Keterlibatan komunitas: Lembaga ini mungkin memiliki koneksi
erat dengan komunitas setempat dan dukungan dari orang tua,
alumni, dan donatur yang dapat mendukung pelaksanaan
kebijakan.
3) Tenaga pengajar yang berkualitas: Lembaga pendidikan Islam
mungkin memiliki staf pengajar yang berkualitas dan
berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang baik.
b. Kelemahan (Weaknesses):
1) Keterbatasan sumber daya: Lembaga pendidikan Islam mungkin
memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya finansial, fasilitas,
dan teknologi, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 12
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

2) Ketidakselarasan antara program pendidikan dan tuntutan pasar:


Lembaga ini mungkin kesulitan menyesuaikan program
pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah.
3) Kurangnya tenaga administrasi yang berpengalaman: Pengelolaan
administratif lembaga pendidikan Islam dapat menjadi kelemahan
jika tidak ada staf yang memiliki pengalaman manajemen yang
cukup.
c. Peluang (Opportunities):
1) Dukungan dari pemerintah: Pemerintah mungkin memberikan
dukungan dan insentif bagi lembaga pendidikan Islam untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan berinovasi dalam
manajemen berbasis sekolah.
2) Peningkatan kebutuhan akan pendidikan agama: Dengan
meningkatnya kesadaran agama, terdapat peluang untuk
menawarkan program pendidikan agama yang lebih beragam dan
relevan.
3) Pengembangan kemitraan: Lembaga ini dapat menjalin kemitraan
dengan organisasi-organisasi terkait untuk mendukung
perencanaan manajemen berbasis sekolah.
d. Ancaman (Threats):
1) Persaingan dengan lembaga pendidikan lainnya: Lembaga
pendidikan Islam mungkin menghadapi persaingan dengan
lembaga pendidikan lain yang menawarkan program serupa.
2) Regulasi yang ketat: Perubahan regulasi pemerintah atau
kebijakan pendidikan dapat menjadi ancaman jika lembaga ini
tidak dapat mematuhi peraturan yang ada.
3) Perubahan demografi: Perubahan dalam demografi penduduk
dapat mempengaruhi jumlah siswa dan permintaan pendidikan,
yang dapat menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 13
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

4) Teknologi dan globalisasi: Teknologi dan globalisasi dapat


membuat lembaga pendidikan Islam harus beradaptasi dengan
perkembangan baru dalam pendidikan.

6. Kebijakan tentang Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Lembaga


Pendidikan Islam
Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di lembaga
pendidikan Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam dan tujuan pendidikan Islam. Berikut adalah beberapa
kebijakan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan MBS di lembaga
pendidikan Islam:
a. Otonomi Sekolah:
Memberikan otonomi kepada lembaga pendidikan Islam untuk
mengambil keputusan terkait perencanaan, kurikulum, pengelolaan
sumber daya, dan penilaian. Keputusan tersebut harus selaras dengan
prinsip-prinsip Islam dan visi serta misi sekolah.
b. Partisipasi Stakeholder:
Mendorong partisipasi aktif semua pihak yang terlibat, termasuk
guru, orang tua, siswa, komite sekolah, dan masyarakat setempat, dalam
pengambilan keputusan pendidikan.
c. Visi dan Misi Berbasis Islam:
Memastikan visi dan misi sekolah mencerminkan nilai-nilai Islam,
tujuan pendidikan Islam, dan peran lembaga dalam mempromosikan
nilai-nilai Islam dalam pendidikan.
d. Perencanaan dan Rencana Strategis:
Mengembangkan rencana strategis yang mencakup tujuan jangka
pendek dan jangka panjang, serta langkah-langkah konkret untuk
mencapainya. Rencana ini harus mempertimbangkan aspek-aspek

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 14
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

seperti pembinaan akhlak, pengembangan keilmuan, dan pendekatan


pembelajaran yang sesuai dengan Islam.
e. Pengelolaan Sumber Daya:
Mengelola sumber daya manusia, finansial, dan fisik dengan
transparansi dan efisiensi. Pemanfaatan dana harus dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam dan kebutuhan lembaga.
f. Kurikulum Islam:
Mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan ajaran Islam
dalam seluruh mata pelajaran. Kurikulum ini harus mencakup studi
agama, etika, moralitas, serta pembelajaran bahasa Arab dan kajian
Islam lainnya.
g. Penilaian Berbasis Islam:
Mengembangkan sistem penilaian yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam, yang mencakup aspek etika, moralitas, dan spiritualitas.
Penilaian harus sejalan dengan tujuan pendidikan Islam.
h. Pelatihan dan Pengembangan Guru:
Memberikan pelatihan dan pengembangan berkelanjutan bagi guru
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pendidikan Islam dan
cara mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran.
i. Keterlibatan Komunitas:
Melibatkan komunitas setempat dalam mendukung lembaga
pendidikan Islam, baik secara moril maupun finansial. Komunitas dapat
berperan dalam memperkuat visi dan misi sekolah.
j. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:
Melakukan evaluasi rutin terhadap kinerja lembaga pendidikan
Islam dan melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan temuan
evaluasi tersebut.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 15
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

k. Keselarasan dengan Prinsip-Prinsip Islam:


Memastikan bahwa seluruh kebijakan dan praktik yang dijalankan
di lembaga pendidikan Islam selaras dengan prinsip-prinsip Islam,
seperti etika, moralitas, dan nilai-nilai keagamaan.
Penting untuk melibatkan para pemangku kepentingan dan ahli
pendidikan Islam dalam pengembangan dan implementasi kebijakan MBS
di lembaga pendidikan Islam untuk memastikan bahwa pendekatan tersebut
sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam serta tujuan pendidikan
Islam yang diemban oleh lembaga tersebut.
Analis SWOT Tentang Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di
Lembaga Pendidikan Islam :
a. Kekuatan (Strengths):
1) Keterlibatan komunitas Islam: Lembaga pendidikan Islam sering
memiliki dukungan kuat dari komunitas Islam, yang dapat
memotivasi dan mendukung pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah.
2) Nilai-nilai agama: Kebijakan ini dapat didasarkan pada nilai-nilai
agama Islam yang kuat, memberikan kerangka kerja etika dan moral
yang kuat dalam pengelolaan pendidikan.
3) Staf yang terdidik: Lembaga pendidikan Islam mungkin memiliki
staf yang terdidik dan berkomitmen untuk mencapai tujuan
pendidikan yang relevan dengan keyakinan agama.
b. Kelemahan (Weaknesses):
1) Keterbatasan sumber daya: Lembaga pendidikan Islam mungkin
menghadapi keterbatasan sumber daya finansial, teknologi, dan
fasilitas, yang dapat menghambat pelaksanaan kebijakan.
2) Kurangnya pengalaman dalam manajemen berbasis sekolah:
Lembaga ini mungkin belum memiliki pengalaman yang cukup

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 16
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah, yang memerlukan


perubahan budaya dan praktik.
3) Isolasi dari perkembangan global: Isolasi dari perkembangan
pendidikan global dan teknologi dapat menjadi kelemahan jika
tidak diatasi dengan baik.
c. Peluang (Opportunities):
1) Dukungan pemerintah: Pemerintah dapat memberikan insentif atau
dukungan keuangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
lembaga pendidikan Islam.
2) Kemitraan dengan organisasi terkait: Lembaga ini dapat menjalin
kemitraan dengan organisasi-organisasi terkait untuk meningkatkan
sumber daya dan pengetahuan dalam menerapkan manajemen
berbasis sekolah.
3) Peningkatan minat dalam pendidikan agama: Dengan
meningkatnya minat dalam pendidikan agama, terdapat peluang
untuk menawarkan program pendidikan agama yang lebih beragam
dan relevan.
d. Ancaman (Threats):
1) Persaingan dengan lembaga pendidikan lainnya: Persaingan dengan
lembaga pendidikan lain yang menawarkan program serupa dapat
menjadi ancaman.
2) Perubahan regulasi: Perubahan regulasi pemerintah atau kebijakan
pendidikan dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan
manajemen berbasis sekolah.
3) Teknologi dan globalisasi: Teknologi dan globalisasi dapat
mengubah cara pendidikan dijalankan, dan lembaga pendidikan
Islam perlu mengikuti perkembangan ini.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 17
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

7. Kebijakan Tentang Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di Lembaga


Pendidikan Islam
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di lembaga pendidikan
Islam adalah langkah penting dalam memastikan efektivitas dan keselarasan
program pendidikan dengan tujuan dan nilai-nilai Islam. Berikut adalah
beberapa kebijakan yang dapat diterapkan dalam evaluasi MBS di lembaga
pendidikan Islam:
a. Evaluasi Tujuan dan Kinerja:
Melakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan dan kinerja
lembaga pendidikan Islam secara berkala. Hal ini mencakup menilai
sejauh mana visi dan misi Islam sekolah telah tercapai.
b. Evaluasi Kurikulum:
Melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang diterapkan di
lembaga pendidikan Islam, memastikan bahwa kurikulum tersebut
mengintegrasikan ajaran Islam dan nilai-nilai agama dalam seluruh
mata pelajaran.
c. Penilaian Terhadap Aspek Moral dan Etika:
Mengevaluasi perkembangan siswa dalam aspek moral dan etika
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Ini dapat mencakup penilaian
terhadap perilaku, integritas, dan akhlak siswa.
d. Penilaian Terhadap Pendidikan Agama:
Melakukan evaluasi terhadap program pendidikan agama, seperti
kajian Al-Quran, hadis, sejarah Islam, dan etika Islam, serta
memastikan pemahaman siswa tentang ajaran Islam.
e. Penilaian Terhadap Pelibatan Komunitas:
Mengukur tingkat dukungan dan partisipasi komunitas setempat
dalam mendukung lembaga pendidikan Islam dan memastikan
keterlibatan mereka dalam pengembangan sekolah.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 18
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

f. Evaluasi Sumber Daya:


Mengevaluasi pengelolaan sumber daya manusia, finansial, dan
fisik lembaga pendidikan Islam, serta memastikan bahwa penggunaan
sumber daya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan efisiensi.
g. Evaluasi Guru:
Melakukan evaluasi kinerja guru dan staf, dan memberikan umpan
balik yang konstruktif. Hal ini dapat mencakup penilaian terhadap
kemampuan mereka dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam
pengajaran.
h. Penilaian Terhadap Pelibatan Orang Tua:
Mengevaluasi sejauh mana orang tua dan wali murid terlibat dalam
mendukung pendidikan anak-anak mereka dan dalam kehidupan
sekolah.
i. Penggunaan Data dan Informasi:
Mengumpulkan data dan informasi berkaitan dengan evaluasi dan
menggunakan data ini untuk perbaikan berkelanjutan dalam MBS.
j. Keselarasan dengan Prinsip-Prinsip Islam:
Memastikan bahwa seluruh proses evaluasi, temuan, dan tindakan
perbaikan yang diambil selaras dengan prinsip-prinsip Islam, etika, dan
nilai-nilai agama.
k. Melibatkan Dewan Pembina atau Pengawas Agama:
Jika lembaga pendidikan Islam memiliki Dewan Pembina atau
pengawas agama, mereka dapat menjadi bagian dari proses evaluasi dan
membantu memastikan keselarasan dengan nilai-nilai Islam.
Evaluasi MBS harus dilakukan secara berkala, transparan, dan
mendalam. Hasil evaluasi harus digunakan sebagai dasar untuk mengambil
tindakan perbaikan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Islam lembaga
pendidikan.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 19
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

Analis SWOT Tentang Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di


Lembaga Pendidikan Islam :
a. Kekuatan (Strengths):
1) Komitmen terhadap nilai-nilai agama: Lembaga pendidikan Islam
sering memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai agama,
yang dapat memberikan dasar etika dan moral yang kuat dalam
proses evaluasi.
2) Dukungan dari komunitas: Komunitas Islam mungkin
memberikan dukungan kuat terhadap proses evaluasi manajemen
berbasis sekolah, yang dapat memotivasi dan mendukung
pelaksanaan kebijakan.
3) Tenaga pengajar yang berkualitas: Lembaga ini mungkin
memiliki staf pengajar yang berkualitas dan berkomitmen untuk
memberikan pendidikan yang baik.
b. Kelemahan (Weaknesses):
1) Keterbatasan sumber daya: Lembaga pendidikan Islam mungkin
menghadapi keterbatasan dalam hal sumber daya finansial,
teknologi, dan infrastruktur, yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan kebijakan evaluasi.
2) Kurangnya pengalaman dalam evaluasi berbasis sekolah:
Lembaga ini mungkin belum memiliki pengalaman yang cukup
dalam menerapkan evaluasi manajemen berbasis sekolah, yang
memerlukan perubahan budaya dan praktik.
3) Ketidakselarasan antara program pendidikan dan tuntutan pasar:
Lembaga ini mungkin kesulitan menyesuaikan program
pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah.

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 20
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

c. Peluang (Opportunities):
1) Dukungan pemerintah: Pemerintah dapat memberikan insentif
atau dukungan keuangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
di lembaga pendidikan Islam melalui evaluasi berbasis sekolah.
2) Peningkatan minat dalam pendidikan agama: Dengan
meningkatnya minat dalam pendidikan agama, terdapat peluang
untuk mengembangkan evaluasi yang lebih relevan terhadap
tujuan agama.
3) Pengembangan kemitraan: Lembaga ini dapat menjalin kemitraan
dengan organisasi-organisasi terkait untuk mendukung
pelaksanaan kebijakan evaluasi.
d. Ancaman (Threats):
1) Persaingan dengan lembaga pendidikan lainnya: Persaingan
dengan lembaga pendidikan lain yang menawarkan program
serupa dapat menjadi ancaman.
2) Perubahan regulasi: Perubahan regulasi pemerintah atau
kebijakan pendidikan dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan
evaluasi manajemen berbasis sekolah.
3) Teknologi dan globalisasi: Teknologi dan globalisasi dapat
membuat lembaga pendidikan Islam harus beradaptasi dengan
perkembangan baru dalam evaluasi pendidikan.

C. Kesimpulan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pendekatan manajemen dalam
dunia pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola
sumber daya, proses pembelajaran, dan pengambilan keputusan secara mandiri.
Penerapan MBS menawarkan sejumlah kelebihan, seperti peningkatan partisipasi
stakeholder, peningkatan akuntabilitas, peningkatan kualitas pembelajaran,

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 21
Isu-isu Kontemporer Kebijakan Manajemen Pendidikan Islam

penggunaan data, pengembangan guru, keterlibatan orang tua dan komunitas,


pengurangan birokrasi, dan peningkatan inovasi dalam pendidikan.
Namun, penerapan MBS juga memiliki beberapa ancaman dan tantangan,
seperti ketidaksetaraan antar sekolah, ketidaksetujuan stakeholder, resistensi
perubahan, kurangnya sumber daya, kompleksitas administrasi, kurangnya
keterampilan manajemen, kurangnya pembinaan dan dukungan, ketidakpastian
anggaran, tantangan keterlibatan orang tua dan komunitas, serta perubahan yang
lambat.
Kesimpulannya, MBS dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan
efektivitas dan kualitas pendidikan, tetapi keberhasilannya sangat tergantung pada
komitmen, partisipasi semua pemangku kepentingan, manajemen yang efisien, dan
kemampuan mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam proses
implementasi. Dengan pendekatan yang cermat dan dukungan yang tepat, MBS
memiliki potensi untuk mengubah pendidikan menjadi lebih baik dan lebih relevan
bagi semua siswa.

D. Daftar Pustaka
Adriani, A., Jamaluddin, E., Rida, N. S., & Pramadana, A. Y. (2020). Analisis
Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Jurnal Mappesona, 3(2).
Aziz, A. Z. (2015). Manajemen berbasis sekolah: alternatif peningkatan mutu
pendidikan madrasah. El-Tarbawi, 8(1), 69-92.

Mulyasa, E. (2004). Manajemen berbasis sekolah: konsep, strategi dan


implementasi.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi kepala sekolah profesional dalam menyukseskan


MBS dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, H. E. (2022). Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Bumi


Aksara.

Tabrani, Z. A. (2013). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan


Pendidikan Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah). Serambi Tarbawi, 1(2).

Chapter 7: Isu Kontemporer Kebijakan Pemerintah Tentang Penerapan Manajemen


Berbasis Madrasah Pada Lembaga Pendidikan Islam 22

Anda mungkin juga menyukai