PENDAHULUAN
Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana
pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan
mutu yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
1
pendidikan, terutama yang berkenaan dengan struktur kelembagaan pendidikan,
mekanisme pengambilan keputusan dan manajemen pendidikan di pusat dan
daerah.
Tujuan di buatnya laporan observasi ini adalah sebagai suatu bahan pelaporan atas
observasi yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melaporkan hasil
observasi yang telah kami lakukan di SDN 29 Kota Selatan. Dimana hasil
observasi yang berkaitan dengan segala hal mengenai landasan konsep dasar MBS
dan mengetahui MBS sebagai pusat pemberdayaan.
2
1. Menyediakan menejmen organisasi kepemimpinan dalam tujuan sekolah
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.1. Definisi
Istilah manajemen bebasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-
based management”. Manajemen Bebasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma
baru pendidikan yang memberikan otonomi luas kapada tingkat satuan pendidikan
(pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
diberikan agar sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola dan mangatur
sumberdaya dan mengalokasikan dana sesuai dengan perioritas kebutuhan.
Manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata yaitu: Manajemen, Berbasis,
dan Sekolah. Manajemen adalah pengkordinasian, dan penyesuaian sumber daya
melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk alternatif
pengelolaan sekolah dalam rangka desentaralisasi pendidikan, yang di tandai
adanya kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas di tingkat sekolah,
partispasi masyarakat yang relatif tinggi, dalam kerangka kebijakan pendidikan
Nasional. (Slameto,2002:2)
4
sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara sekolah yang satu dengan
yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa dan situasi komunitasnya,
sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di seluruh kota,
provinsi, apalagi negara. Sekolah harus mampu memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang paling tepat dan sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Walaupun sekolah yang berbeda memiliki masalah yang
sama, cara penanganannya akan berlainan antara sekolah yang satu dengan yang
lain.
b) Prinsip Desentralisasi (Principal of Decentralization)
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen
sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas.
Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan
aktifitas pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan.
Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan
desentralisasi dalam pelaksanaannya.
Oleh karena itu, sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk
memecahkan masalahnya secara efektif dan secepat mungkin ketika masalah itu
muncul. Dengan kata lain, tujuan prinsip desentralisasi adalah efisiensi dalam
pemecahan masalah, bukan menghindari masalah. Oleh karena itu MBS harus
mampu menemukan masalah, memecahkannya tepat waktu dan memberi
sumbangan yang lebih besar terhadap efektivitas aktivitas pengajaran dan
pembelajaran. Tanpa adanya desentralisasi kewenangan kepada sekolah itu sendiri
maka sekolah tidak dapat memecahkan masalahnya secara cepat, tepat, dan
efisiensi.
c) Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principal of Self Managing System)
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas
dan prinsip desentralisasi. Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka harus
diselesaikan dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya
bila telah terjadi pelimpahan wewenang dari birokrasi diatasnya ke tingkat
sekolah. Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat
melakukan sistem pengelolaan mandiri.
5
d) Prinsip Inisiatif Manusia (Principal of Human Initiative)
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis,
melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu
digali, ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Sekolah dan lembaga pendidikan
yang lebih luas tidak dapat lagi menggunakan istilah staffing yang konotasinya
hanya mengelola manusia sebagai barang yang statis. Lembaga pendidikan harus
menggunakan pendekatan human recources development yang memiliki konotasi
dinamis dan menganggap serta memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset
yang amat penting dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan.
(Nurkolis,2003: 52.)
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu
sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu
yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh
pemerintah pusat. Sementara dalam sistem desentralisasi, wewenang pengaturan
tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Kedua sistem tersebut dalam
prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi dalam bentuk kontinum; dengan
pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(lokal). Hal ini juga berlaku dalam manajemen pendidikan Indonesia,
sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan uuspn 1989 bahwa pendidikan nasional
diatur secara pusat (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan
pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi). Hal tersebut cukup
beralasan karena masing-masing menpunyai kelebihan dan kekurangan sehingga
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan mengurangi segi-segi
negatif, penegelolaan pendidikan tersebut mamadukan sisten sentralisasi dan
desentralisasi.
Sistem pengaturan yang sentralistik ditunjukan untuk manajemen yang
integritas, kesatuan dan persatuan bangsa. (Tilaar,1991:22) mengemukakan bahwa
pendekatan sentralistik mempunyai posisi yang sangat strategis dalam
mengembangkan kehidupan dan kohesinasional karena peserta didiknya adalah
kelompok umur yang secara pedagogik sangat peka terhadap pembentukan
kepribadian. Dalam jenjang inilah dapat diletakan dasar-dasar yang kokoh bagi
6
ketahanan nasional, apresiasi kebudayaan nasional dan daerah, serta nilai-nilai
petriotisme dan cinta tanah air sebagai negara kesatuan. Dalam pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah, pendekatan sentralistik masih diperlukan terutama
untuk menentukan kurikulum pendidikan nasional dan menetapkan anggaran agar
dapat dicapai kesamaan dan pemerataan standar pendidikan di seluruh tanah air.
Dalam bidang pendidikan, desentralisasi mengandung arti sebagai
pelimpahan kekuasaan oleh pusat kepada aparat pengelola pendidikan yang ada di
daerah baik tingkat provinsi maupun lokal, sebagai perpanjangan aparat pusat
untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam pengelolaan pendidikan di daerah.
Dalam manajemen pendidikan dasar, desentralisasi memang dapat melemahkan
tumbuhnya perasaan nasional yang sehat, dapat menimbulkan rasa kedaerahan
yang berlebihan, serta akan menjurus pada isolasi dan pertentangan. Namun,
dengan pengakuan dan kesepakatan untuk menjadikan pancasila sebagai satu-
satunya asas bangsa dan negara, kecenderungan separatisme dapat dikurangi dan
ditekan seminimal mungkin.
Implikasi desentralisasi manajemen pendidikan adalah kewenangan yang
lebih besar diberikan kepada kabupaten dan kota untuk mengelola pendidikan
sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerahnya; perubahan kelembagaan untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan efisiensi serta efektifitas dalam
pelaksanaan dan perencanaan pada unit-unit kerja di daerah; kepegawaian yang
menyangkut perubahan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang
menekankan pada profesionalisme; serta perubahan-perubahan
anggaranpembangunan pendidikan (DIP) yang dikelola langsung dari BKPN
(Bappenas) ke kabupaten dalam bentuk blok ground sehingga menghilangkan
ketakutan dan pengotaan dalanm penanganan anggaran (BPPN dan Bank Dunia,
1999).
Pelaksanaan desentralisasi dalam pengelolaan sekolah memerlukan
kesiapan berbagai perangkat pendukung di daerah. Sedikitnya ada empat hal yang
harus dipersiapkan agar pelaksanaan desentralisasi berhasil, yaitu (1) peraturan
perundang-undangan yang mengatur desentralisasi pendidikan dari tingkat daerah,
provinsi sampai tingkat kelembagaan; (2)pembinaan kemampuan daerah,
7
(3)pembentukan perencanaan unit yang bertanggung jawab untuk menyusun
perencanaan pendidikan, dan (4) perangkat sosial, berupa kesiapan masyarakat
setempat untukmenerima dan membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi
pelaksanaan desentralisasi tersebut.
MBS memerlukan upaya-upaya penyatupaduan atau penyelarasan
sehingga pelaksanaan pengaturan berbagai kompenen sekolah tidak tumpang
tindih, berbenturan, saling lempar tugas dan tanggung jawab. Dengan demikian
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
8
2.2.2. Manfaat MBS
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah,
disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS
sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan
guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Dengan diberikannya
kesempatan pada sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk
berinovasi, dengan melakukan eksperimentasi-eksperimentasi di lingkungan
sekolahnya. Dengan demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.melalui penyusunan kurikulum
efektif, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan
menjalin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat
sekolah. MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada
sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta
didik, dan masyarakat yang lebih luar dalam perumusan-perumusan keputusan
tentang pendidikan. kesempatan partisipasi tersebut dapat meningkatkan
komitmen mereka pada sekolah. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya
dapat mendukung efektifitas dalam pencapaian tujuan sekolah. Adanya kontrol
dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah, pengelolaan sekolah akan lebih
akuntabel, transparan, egaliter, dan demokratis, serta menghapuskan monopoli
dalam pengelolaan pendidikan. untuk kepentingan tersebut diperlukan kesiapan
pengelola pada berbagai level untk melakukan kewenangan dan tanggung jawab.
9
Organisasi Proses Belajar Sumber Daya Sumber Daya
Sekolah Mengajar Manusia Admistrasi
10
Menjamin akan Progam Kesejahteraan Memelihara
terpeliharanya pengembangan staf dan siswa gedung dan
sekolah yang yang diperlukan sarana lainnya
bertanggung siswa
jawab
(akuntabel
terhadap
masyarakat dan
pemerintah)
1. Akses, memiliki peluang yang cukup besar untuk mendapatkan sumber sumber
daya dan sumber dana;
11
4. Status, meningkatkan citra diri, kepuasan diri, dan memiliki perasaan yang
positif atas identitas budayanya;
12
kelompok peserta didik di sekolah; (3) memilih dan melatih guru dan tokoh
masyarakat yang terlibat secara langsung dalam implementasi manajemen
berbasis sekolah;
4. Pendidikan untuk keadilan, dari konsepsi itu, beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan adalah; (a) mengembangkan kesadaran kritis, (b)
menggunakan metode diskusi dalam kelompok kecil, (c) manggunakan stimulus
berupa masalah-masalah, (d) menggunakan sarana seperti permainan sebagai alat
untuk membantu masyarakat melihat kembali dan membuat refleksi
tentangrealitas yang dihadapi, (f) mengutamakan menyelesaikan konflik secara
13
menang-mengangan (win-win sollution) ,(g) menjalin hubungan antara manusia
yang bersifat non-hierarkis, termasuk melalui dialog dan pembagian
kepemimpinan, dan, (h)menggunakan fasilitator yang komit terhadap pembebasan
14
5. Proses bersifat demokratis dan hubungan kerja yang luwes; segala sesuatu
dalam manajemen berbasis sekolah dirundingkan bersama dalam kedudukan yang
sederajat dan diputuskan melalui pemungutan suara atau musyawarah
(konsensus). Peranan dan tanggung jawab dibagi merata. Dalam beberapa kasus,
partisipan tidak tahu bagaimana bertingkah laku secara kooperatif dan demokratis.
Namun hal itu akan diperolehnya melalui belajar.
15
BAB III
METODE
16
BAB IV
RUMUSAN HASIL
Daerah : Perkotaan
Status Sekolah : Negeri Swasta
Kelompok Sekolah : Inti Model Filial Terbuka
Akreditasi :A
Surat Keputusan : Nomor : - Tgl : -
Penerbit ditandatangani oleh :-
Tahun Berdiri :
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi Siang Pagi & Siang
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri
Lokasi Sekolah : Pusat Kota
Luas Bangunan :-
17
Luas Tanah : 1,785 m2
Jarak ke Pusat Kecamatan : 2 km
Jarak ke Pusat OTODA :-
Terletak pada lintasan : Prop Kec. Kab. Desa
Jumlah keanggotaan Rayon : …Sekolah
Organisasi Penyelenggara : Pemerintah Yayasan Org.
B. Misi
1. Reformal birokrasi untuk untuk mewujudkanaparatur pemerintahan kota
gorontalo yang disiplin, professional, kreatif, inofativ, serta berorientasi
kepada layanan masyarakat.
2. Nebingkatkan ketersediaan infrastruktur yang mendukung sector pendidikan,
kesehatan, penataan kawasan pemukiman penduduk, pasar tradisional,
fasilitas olahraga dan perkembangan parawisata kota gorontlo
3. Meningkatakan fungsi dan peranan UMKM sebagai pelaku ekonomi yang
manidiri, maju, berkontribusi aktif bagi pertumbuhan ekonomi kota gorontalo
4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat kota gorontalo untuk
memperoleh akses layanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau dan
bermutu
5. Melestarikan nilai-nilai relegius dan cultural masyarakat gorontalo yang
terkandung filosofi adat dan sara bersendi Al-Quraan
6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat kota gorontalo melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
18
4.3 Rumusan hasil wawancara
1) Apakah sekolah ini menyediakan menejmen organisasi kepemimpinan
tranformasional dalam tujuan sekolah, menejmen kepemimpinan ada disetiap
sekolah karena seperti yang kita ketahui guru-guru dalam satu sekolah ini
tadinya tidak mempunyai hubungan apa-apa ketika di satukan disekolah ini
hanya lewat SK otomatis dengan dengan adanya menejmen kepemimpinan
bagaimana kepala sekolah bisa menyatukan guru-guru dalam bentuk
organisasi ini
2) Apakah sekolah menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk
sekolah sendiri, ya kepala sekolah dan guru-guru mengadakan rapat untuk
merumuskan tujuan kebijakan sekolah sendiri, contohnya seperti kehadiran
siswa, guru membuat peraturan siswa itu kalau sudah 3x terlambat guru
memberikan sangsi kepada siswa dan memeberikan suarat peringatan kepada
orang tua
3) Bagaimana kepala sekolah menegolah kegiatan sekolah, kepala sekolah akn
melibatkan semua guru-guru dan juga orang tua siswa, kemudian sekolah
juga akan membentuk panitia kegiatan, jadi ketika ada kegiatan ada panitia
inti yang langsung bertugas melakukan kegiatan tersebut
4) Bagaimana komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyrakat,
komunikasi antara guru dan orang tua Alhamdulillah baik, karena ketika
orang tua anaknya bermasaalah mereka tidak menyelesaikan secara senidiri
mereka datang sekolah dan berkomunikasi baik dengan guru
5) Bagaimana cara guru meningkatkan kualitas belajar siswa, untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa yaitu berbagai macam cara mereka
menggunakan cara pendekatan kepada siswa, menggunakan metode-metode,
kemudian ketika mengajar guru menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan memberikan motivasi kepada siswa.
6) Apakah sekolah ini Menyediakan program pengembangan yang di perlukan
siswa, menggunakan LCD, disekolah tersebut tersedia 2 LCD
7) Apakah pihak sekolah ini melakukan pembangunan sendiri, tidak melakukan
pembangunan sendiri karena Memang betul sekolah tersebut ada dana bos
19
tapi dalam juknis itu tidak bisa membangun baru, kecuali kalau adanya
perawatan dan pemeliharaan bisa di gunakan dan tersebut
8) Apakah sekolah ini menggunakan diskusi kecil dalam memecahkan masalah,
yah jelas menggunakan kelompok kecil dalam memecahkan masalah,
misalnya guru yang mempunyai masalah dengan siswa dan biasanya ada
anak-anak sekarang sudah tidak bisa di ambil dengan keras, kemudian
mungkin ada orang tua yang komplein, otomatis guru dan orang tua duduk
bersama dalam memecahkan masalah tersebut, kebersamaan di SDN 29 kota
selatan memang kuat sekali, apalagi dengan orang tua siswa
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
22
DAFTAR PUSTAKA
23