Anda di halaman 1dari 44

MEDIA PEMBELAJARAN

CORONG PERKALIAN
UNTUK KELAS II SEKOLAH DASAR

Oleh;
KELOMPOK 7

KARISMA APRILYANI P. (A1I118075)


LISA ALBERTINA (A1I119005)
MONICA APRILIANTI (A1I119043)
MUHAMMAD FITRAH RAMADHAN (A1I119047)
WIEKA AULIA RAHMADANI (A1I119065)
YUNASTASYA YUNITA (A1I119015)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..


Bismillahirrahmanirrahim..
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan pembuatan Media Pembelajaran Corong
Perkalian.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Utamanya ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada bapak
dosen kami tercinta, yang telah dengan sabar memberikan bimbingan serta
motivasi dalam proses rancangan hingga pembuatan Media Pembelajaran
Corong Perkalian.
Kami mengharapkan semoga media ini dapat membantu para pendidik
serta memajukan kualitas pendidikan.
Akhir kata kami mengucapkan banyak permohonan maaf apabila
terdapat kesalahan serta kekurangan baik dalam penyusunan laporan maupun
pembuatan Media Pembelajaran Corong Perkalian.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Pinrang, Juli 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar .................................................. 7
2.2 Operasi Perkalian ..........................................................................................10
2.3 Media Pembelajaran .....................................................................................10
2.4 Pentingnya Media Pembelajaran dalam Pelajaran Matematika ....................13
(Perkalian untuk Anak Sekolah Dasar)

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................18
3.2 Cara Pembuatan Media .................................................................................22
3.3 Cara Penggunaan Media ...............................................................................26
3.4 Saran & Masukan Dosen terkait media yang dibuat .....................................28

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................31
4.2 Saran .............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33


LAMPIRAN ..........................................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi atau Kurikulum 2004
menyatakan bahwa Matematika merupakan suatu bahan kajian yang
memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam
matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Ilmu Matematika memiliki peranan penting bagi kemajuan peradaban
manusia. Selain itu dengan mempelajari Matematika seseorang terbiasa
berfikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis serta dapat
meningkatkan daya kreativitasnya. “Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan,
aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk mengusai dan
menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini.” (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau
Kurikulum 2006).
Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut baik yang
menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor), maupun menyangkut nilai sikap (afektif). Dalam proses
belajar-mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, lingkungan,
metode/teknik serta media pembelajaran, pada kenyataannya apa yang
terjadi dalam pembelajaran seringkali terjadi proses pengajaran berjalan

1
dan berlangsung tidak efektif menyebabkan banyak waktu, tenaga dan biaya
yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan
tidak terjadi proses dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal
tersebut masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini.
Berbicara mengenai kesulitan belajar (Mulyati, 2010) menyatakan
bahwa gejala kesulitan belajar mempunyai pengaruh yang langsung maupun
tidak langsung terhadap proses pendidikan secara keseluruhan, adanya
kesulitan belajar secara tidak langsung merupakan kesulitan dalam proses
pendidikan. Kesulitan belajar sebagai masalah adalah terletak dalam hal
“hambatan” ini, yaitu akibat – akibat yang mungkin timbul baik terhadap
dirinya maupun lingkungan, jika hambatan-hambatan ini tidak diatasi
(Azhari, 2014).
Oleh karena itu, adanya kesulitan belajar memerlukan usaha-usaha
untuk memecahkannya. Siswa yang mengalami kegagalan belajar
mengalami rasa rendah diri dalam perkembangan di sekolah maupun di
masyarakat. Apabila hal tersebut telah terjadi, ia akan menghadapi bahaya
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kegagalan hidup.
Ketika membicarakan mengenai kesulitan belajar di sekolah. Mata
pelajaran yang dipelajari pada siswa tingkat SD salah satunya yaitu
matematika. Banyak yang beranggapan bahwa hal yang menjadi kesulitan
belajar terbesar siswa adalah pembelajaran Matematika. Mereka sudah
memiliki skema dalam pikiran bawah sadar bahwa matematika itu susah.
sehingga membunuh minat siswa dalam mempelajari matematika.
Penguasaan matematika harus dimulai sejak dini, karena pendidikan
dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2003). Dalam pembelajaran matematika, jika anak mengalami
kesulitan belajar dianggap sebagai sebuah hal yang biasa dan sudah realita
umumnya seperti itu. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan
pelajaran yang menjadi momok menakutkan bagi anak-anak. Matematika
dipandang sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami karena abstrak, tidak saja

2
oleh siswa tingkat sekolah dasar bahkan hingga mahasiswa di perguruan
tinggi. Namun, jika diteliti lebih dalam lagi, kesulitan belajar anak
merupakan masalah yang serius dan harus ditanggulangi sejak dini karena
akan mempengaruhi maasa depan anak dalam karir akademik selanjutnya.

Bagi siswa tingkat SD perhitungan yang dirasa mulai sulit salah


satunya oprasi hitung perkalian. Menurut (Soesilowati, 2011:35) perkalian
sendiri merupakan proses aritmatika dasar dimana suatu bilangan dilipat
gandakan disesuaikan dengan bilangan pengalinya. Materi perkalian yang
terdapat pertama di kelas 2 SD merupakan lanjutan dari materi
penjumlahan. Perkalian sendiri merupakan bentuk dari penjumlahan yang
berulang. Menguasai perkalian bagi setiap peserta didik dapat memiliki
manfaat yang dapat digunkan dalam kehidupan sehari-hari hal ini tentunya
harus dipahami oleh pendidik dan orang tua. Namuan masih banyak siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjalak matematika mulai dari oprasi
hitung perkalian dan penyelesaian hasil akhir. Materi perkalian merupakan
konsep paling dasar dalam ilmu pendidikan, jika siswa tidak mengetahui
konsep perkalian, kelak tidak akan mudah dalam mempelajari materi pada
jenjang selanjutnya.
Proses berhitung pada bilangan bulat dilandasi oleh 4 operasi dasar,
yaitu penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian (:).
Di setiap materi matematika sering dijumpai gabungan keempat operasi
dasar itu dalam pembelajaran. Olehnya itu, siswa sebaiknya menguasai
operasi dasar berhitung tersebut, akan sangat fatal jika seorang siswa tidak
menguasai materi tersebut.
Kesulitan belajar perkalian dan pembagian yang mengatakan bahwa
saat ini masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran
perkalian (Rosyadi, 2016). Karakteristik siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lain.
Akibatnya, upaya penanganan siswa yang berkesulitan belajar matematika
yang berkesulitan belajar matematika yang diberikan oleh guru berbeda
antara masing-masing siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan
belajar siswa matematika yang dialami siswa harus segera ditangani dengan
tepat, agar siswa dapat belajar matematika dengan baik. Hal ini karena

3
matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk
dipelajari.

Menurut penelitian Indah, Saputro, & Sundari dalam Jurnal Pendidikan


Sekolah Dasar, berdasarkan wawancara terhadap guru kelas III, didapatkan
informasi bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit, terutama
tentang perkalian dan pembagian. Kesulitan yang dialami siswa yang
ditemui peneliti ada 3 aspek yaitu pemahaman konsep, keterampilan,
pemecahan masalah diantaranya; siswa kurang memahami konsep dari
pembelajaran matematika dikarenakan siswa tidak paham dengan materi
yang dijelaskan, siswa kurang dalam keterampilan berhitung dalam
pembelajaran matematika, siswa kurang dalam pemecahan masalah terhadap
materi yang disampaikan oleh guru.
Sebagaimana diketahui, proses pembelajaran sangat berperan dalam
hasil kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran. Tugas guru adalah
membuat pembelajaran menjadi bermakna dan meminat daya tarik siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang akan membuat siswa berminat yaitu
dengan menghadirkan media pembelajaran yang menarik.
Media pembelajaran merupakan inovasi untuk guru pendidik dalam
memperkaya tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran. Guru
pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas dan menentukan metode
pengajaran yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan
iklim yang emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan alat /media
pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu, guru membawa dunia luar ke
dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (metode) sifatnya
menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila alat/media
pembelajaran dapat difungsikan secara tepat dan professional, maka proses
pembelajaran akan berjalan efektif.
Corong perkalian merupakan salah satu media pembelajaran yang
menarik sebab menggunakan alat yang biasa dijumpai oleh siswa dan
dipercaya mampu menarik minat siswa dalam mempelajari materi Perkalian.
Kelerang yang digunakan akan membuat pembelajaran menjadi seru dan
tidak menegangkan. Dengan adanya media pembelajaran ini, diharapkan
siswa akan dengan mudah memahami konsep perkalian serta meningkatkan

4
keterampilan siswa dalam berhitung. Apabila kedua permasalahan ini telah
diselesaikan, maka siswa akan dengan mudah untuk memecahkan masalah
terkait materi perkalian dan pastinya akan memudahkan siswa pada jenjang
selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah tersebut, kami merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa sajakah alat dan bahan yang digunakan dalam membuat Media
Pembelajaran Corong Perkalian?
2. Bagaimana proses pembuatan Media Pembelajaran Corong Perkalian?
3. Bagaimana cara penggunaan Media Pembelajaran Corong Perkalian?
4. Solusi dan saran apa saja yang diberikan oleh Dosen Pembimbing
dalam proses pembuatan Media Pembelajaran Corong Perkalian?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alat dan bahan apa yang digunakan dalam
membuat Media Pembelajaran Corong Perkalian.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan Media Pembelajaran Corong
Perkalian.
3. Untuk mengetahui cara penggunaan Media Pembelajaran Corong
Perkalian.
4. Untuk Mengetahui solusi dan saran apa saja yang diberikan oleh
Dosen Pembimbing dalam proses pembuatan Media Pembelajaran
Corong Perkalian.

1.4 Manfaat
1. Bagi Siswa, media ini dibuat agar membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan dalam materi perkalian.
2. Bagi Guru, memudahkan guru dalam melakukan proses belajar
mengajar utamanya pada materi perkalian sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
3. Bagi Mahasiswa, membantu dalam mengembangkan kreativitas

5
mahasiswa mengenai cara pembuatan media pembelajaran.
4. Bagi Pendidikan, memberikan support atau semangat dalam kegiatan
Teknologi Pendidikan.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Isma Nastiti Maharani (2017, hlm 2) dalam Jurnal “Model
Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Sekolah Dasar” mengatakan
bahwa “... sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang
erfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dna
keterampilan dasar, yang dewasa ini perlu diperhatikan keberadaannya
untuk menentukan keberhasilan pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan
berikutnya.”
Sofie, dkk (2020, hlm 210) dalam Jurnal “Pengaruh Pendekatan
Matemtika Realistik terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II Pada Perkalian
Bilangan Cacah di Sekolah Dasar” mengatakan bahwa “...Matematika
merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang
pendidikan karena dipandang memiliki peranan penting dalam kualitas
pendidikan. Matematika sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh
siswa guna memahami berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.”
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (dalam
Idris dan Silahi, 2016, hlm. 73) bahwa “Matematika mendasari
perkembangan kemajuan teknologi, matematika punya peran penting dalam
berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia”.
“Matematika adalah disiplin ilmu yang penting karena tidak terlepas
dari kehidupan sehari-hari.” (Susanto, 2013, hlm 189).
Oleh karena itu, pembelajaran Matematika pada jenjang SD sangat
berpengaruh dalam hasil pendidikan di jenjang selanjutnya.
Melalui pembelajaran Matematika diharapkan dapat menumbuhkan
kemampuan untuk mengembangkan keterampilan dan aplikasinya,
memanipulasi secara akurat dan efesien termasuk keterampilan melihat
kegunaan serta peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

7
Mufida (2010, hlmn 1) menuliskan artikel online berjudul “Tujuan
Pembelajaran Matematika SD” yang menyatakan bahwa “... di dalam
GBPP matematika SD, tujuan yang hendak dicapai dari pembelajraan
Matematika sekolah adalah; (a) menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari, (b) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialihgunakan, melalui kegiatan matematika, (c) mengembangkan
pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP, dan (d) membentuk sikap logis kritis, cermat,
kreatif, dan disiplin.
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar umumnya seperti biasa,
banyak yang tidak menyukai matematika. Banyak anak yang beranggapan
bahwa Matematika menakutkan. Anggapan inilah yang menjadi salah satu
penyebab terjadinya kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Pendapat keduanya tentu saja berlaku untuk anak Sekolah Dasar yang
sedang belajar Matematika. Olehnya, seorang pendidik harus
mengupayakan agar siswa dapat memahmi dengan baik materi yang sedang
dipelajari dengan mengingat bahwa usia mereka adalah usia dimana anak
sedang aktif-aktifnya bermain.
Berikut Kompetensi dan Kompetensi Keterampilan Kelas 2 SD/MI
dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI


(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan 4. Menyajikan pengetahuan


faktual dengan cara faktual dalam bahasa yang
mengamati (mendengar, jelas dan logis, dalam karya
melihat, membaca) dan yang estetis, dalam gerakan
menanya berdasarkan rasa yang mencerminkan anak
ingin tahu tentang dirinya, sehat, dan dalam tindakan
makhluk ciptaan Tuhan dan yang mencerminkan perilaku

8
kegiatannya, dan benda-benda anak beriman dan berakhlak
yang dijumpainya di rumah mulia
dan di sekolah

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Menjelaskan makna bilangan 4.1 Menyajikan bilangan cacah


cacah sampai dengan 100 dan sampai dengan 100 dan
menentukan lambangnya lambangnya berdasarkan nilai
berdasarkan nilai tempat tempat menggunakan model
dengan menggunakan model konkret.
konkret serta membacanya.
3.2 Membandingkan dua bilangan 4.2 Mengurutkan bilangan-
cacah sampai dengan 100 bilangan cacah sampai dengan
100 dari bilangan terkecil ke
bilangan terbesar atau
sebaliknya.
3.3 Menjelaskan dan melakukan 4.3 Menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan penjumlahan dan pengurangan
bilangan yang melibatkan bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan bilangan cacah sampai dengan
100 dalam kehidupan sehari- 100 dalam kehidupan
hari dengan mengelompokkan seharihari serta mengaitkan
menurut nilai tempat serta penjumlahan dan
mengaitkan penjumlahan dan pengurangan.
pengurangan.
3.4 Menjelaskan perkalian dan 4.4 Menyelesaikan masalah
pembagian yang melibatkan perkalian dan pembagian yang
bilangan cacah dengan hasil melibatkan bilangan cacah
kali sampai dengan 100 dalam dengan hasil kali sampai
kehidupan sehari-hari serta dengan 100 dalam kehidupan
mengaitkan perkalian dan sehari-hari serta mengaitkan
pembagian. perkalian dan pembagian.
3.5 Menjelaskan nilai dan 4.5 Mengurutkan nilai mata uang
kesetaraan pecahan mata uang. serta mendemonstrasikan
berbagai kesetaraan pecahan
mata uang
3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Melakukan pengukuran
panjang (termasuk jarak), panjang (termasuk jarak),
berat, dan waktu dalam satuan berat, dan waktu dalam satuan
baku yang berkaitan dengan baku yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-hari.
3.7 Menjelaskan pecahan 1/2, 1/3 4.7 Menyajikan pecahan 1/2, 1/3 ,
, dan 1/4 menggunakan benda- dan 1/4 yang bersesuaian
benda konkret dalam dengan bagian dari
kehidupan sehari- hari. keseluruhan suatu benda
konkret dalam kehidupan
sehari-hari.
3.8 Menjelaskan bangun datar dan 4.8 Mengklasifikasi bangun datar

9
bangun ruang berdasarkan dan bangun ruang berdasarkan
ciri-cirinya. ciri-cirinya.
Sumber; https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/kompetensi-
inti-kompetensi-dasar-pada-kurikulum-2013-pada-paud-dikdas-dan-dikmen-
berbentuk-sekolah-menengah-atas-untuk-kondisi-khusus/

2.2 Operasi Perkalian


Dalam operasi hitung bilangan kita mengenal operasi perkalian.
Banyak para ahli yang menjelaskan konsep perkalian, diantaranya pendapat
Sutawidjaja yang menjelaskan bahwa perkalian adalah penjumlahan
berganda dengan suku-suku yang sama.
Perkalian dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk
melipatgandakan sebuah angka dengan angka yang lain. Tentunya untuk
mendapatkan angka yang lebih besar.
Jika bilangan-bilangannya “a” dan”b”, maka a x b adalah penjumlahan
berulang yang mempunyai “a” suku, dan tiap-tiap suku sama dengan “b”,
dengan rumus a x b = b+b+b+b+b (a suku). Jika a x b dinamakan “c”, maka
terdapat a x b = c, yang dibaca “a kali b sama dengan c”, a dinamakan
pengali, b dinamakan bilangan yang dikalikan, atau untuk singkatnya
terkalikan, a x b dan c dimanakan hasil kali.
Pada operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif
dan asosiatif, yaitu bilangan yang saling ditukar tempatnya, hasilnya tetap
sama.

2.3 Media Pembelajaran


Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dari sistem
pengajaran yang menjadi faktor dominan untuk menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar. Media pembelajaran digunakan untuk
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa
lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain itu, media pembelajaran
juga membantu agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung antara
guru dan siswa lebih variatif sehingga menimbulkan minat siswa serta
memberi rangsangan untuk belajar.
10
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
(Arif S. Sadiman, dkk).
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran
kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru
berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat
bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media


pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk membangun
komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan proses belajar mengajar.
Sedangkan klasifikasi media pembelajaran menurut Ibrahim yang
dikutip oleh Daryanto (2011) media dikelompokkan berdasarkan ukuran dan
kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu
media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi,
audio, proyeksi, televisi, video, dan komputer.
Kemp & Dayton yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:37)
mengelompokkan media kedalam delapan jenis, yaitu : media cetakan,
media pajang, overhead transparancies, rekapan audiotape, seri slide dan
film strips, penyajian multi-image, rekaman video dan film hidup,
komputer.

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk membantu


meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Kriteria pemilihan media
harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat
khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Dalam hubungan ini Dick
dan Carey (Arif S. Sadiman, dkk) menyebutkan bahwa di samping
kesesuaian dengan tujuan perilaku dipertimbangkan dalam pemilihan media,
yaitu:
a. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan

11
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau
dibuat sendiri.
b. Ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya.
c. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media
yang bersangkutan untuk waktu yang lama.
d. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Adapun menurut Azhar Arsyad kriteria pemilihan media adalah:


a. Sesuai dengan tujuan yang dicapai media dipilih berdasarkan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan dan secara umum mengacu kepada
salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
b. Tempat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip atau generalisasi.
c. Praktis, luwes, dan bertahan lama
d. Guru terampil menggunakannya.
e. Pengelompokan sasaran, kesesuaian dengan sarana belajar yaitu
karakteristik atau kondisi anak dan tujuan pembelajaran.
f. Mutu teknis yaitu kesesuaian antara situasi dan kondisi anak.

Manfaat media adalah sebagai alat bantu mengajar yang ditata oleh
guru dan dapat mempengaruhi untuk kemudahan anak dalam menerima
pelajaran. Dengan demikian media adalah suatu alat untuk memudahkan
anak dalam mengikuti pelajaran supaya lebih jelas dan memahami apa yang
dipelajari, lebih-lebih penulis menggunakan media kartu lambang bilangan,
maka dengan kartu lambang bilangan anak dapat lebih mudah untuk
mengenal konsep bilangan, membedakan kartu lambang bilangan dan
mengenal bilangan.
Menurut Azhar Arsyad (2011:15) fungsi utama media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,
dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan
menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

12
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.
Menurut Arif S. Sadiman, dkk (2011) menyebutkan bahwa kegunaan-
kegunaan media pembelajaran yaitu:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik.
d. Memberikan perangsang belajar yang sama.
e. Menyamakan pengalaman.
f. Menimbulkan persepsi yang sama.

2.4 Pentingnya Media Pembelajaran dalam Pelajaran Matematika


(Perkalian) untuk Anak Sekolah Dasar
Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan
dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini
diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat
dibutuhkan orang dalam menyesaikan berbagai masalah. Pembelajaran
matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung
dua jenis kegiatan yaitu kegiatan belajar dan mengajar dalam proses
pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi
pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.
Belajar matematika merupakan proses membangun atau
mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tidak sekedar belajar
yang terkesan pasif dan statis, namun belajar matematika itu harus aktif dan
dinamis. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivitis yaitu suatu
pandangan dalam mengajar belajar dimana siswa membangun sendiri arti
dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan guru
berperan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Menurut
Piaget anak usia 4 sampai 7 tahun masih berpikir konkrit praoperasional
yang berarti untuk memahami suatu konsep siswa masih harus diberikan
13
kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang
bisa diterima akal.
Matematika salah satu mata pelajaran yang telah diperkenalkan
kepada siswa sejak TK sampai jenjang yang lebih tinggi (perguruantinggi).
Pada kenyataannya pembelajaran matematika di sekolah merupakan salah
satu mata pelajaran yang tidak di senangi oleh siswa serta membuat siswa
mengeluh merasa sulit mengerjakan soal-soal, padahal matematika adalah
pelajaran yang keterkaitannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar
siswa sebelumnya dengan konsep yang akan di ajarkan. Siswa harus dapat
menghubungkan apa yang telah di miliki dalam struktur berfikirnya yang
berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang ia hadapi.
Proses pembelajaran matematika di sekolah dasar, media sebagai
suatu alat atau sejenisnya yang dapat di pergunakan sebagai pembawa pesan
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang di maksud adalah materi
pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat
lebih mudah di pahami dan di mengerti oleh siswa. Media pendidikan atau
media pembelajaran tumbuh atau berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi pembelajaran.
Pemilihan media pendidikan dalam pembelajaran matematika
sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Harus lebih menambah kegiatan belajar siswa.
b. Harus menyebabkan hasil belajar yang lebih permanen.
c. Lebih memberi pengalaman terhadap siswa yang belum mengalami.
d. Lebih menghemat waktu.
e. Dapat membangkitkan motivasi dan aktivitas siswa.
f. Hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
g. Ekonomis dan tahan lama sehingga mudah digunakan.
h. Sesuai kemampuan berpikir dan kemampuan lain siswa.
i. Lebih unggul jika dibandingkan dengan media lain.

Pentingnya media pembelajaran dalam proses belajar mengajar


menurut Sudjana dan Rivai adalah sebagai berikut: sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. Media pengajaran

14
merupakan bagian yang integral dan keseluruhan situasi belajar. Ini
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh seorang guru.
Dalam pemakaian media pengajaran harus melihat tujuan dan bahan
pelajaran. Media pengajaran bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini
dijadikan untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik
perhatian peserta didik. Diutamakan untuk mempercepat proses belajar
mengajar serta dapat membantu siswa dalam menangkap pengertian yang
disampaikan oleh guru. Penggunaan alat-alat ini diutamakan untuk
meningkatkan mutu belajar mengajar.
Media adalah alat peraga yang sangat mendukung pada saat
pembelajaran matematika berlangsung jika tidak menggunakan media yang
menarik membuat siswa mengantuk dan bosan. Pada hakikatnya guru
banyak mengeluh bahwa penggunaan media dalam pembelajaran sangat
merepotkan, sehingga sebagian guru lebih baik menggunakan buku paket
atau LKS sebagai bahan pembelajaran. Siswa sekolah dasar umurnya
bekisar 7 tahun sampai 12 tahun. Kemampuan yang tampak pada fase ini
adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-
kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret
yang dapat di tangkap oleh panca indra.
Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat
bantu berupa media, yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh
guru sehingga lebih cepat dimengerti oleh siswa. Media yang digunakan
harus menarik perhatian siswa sehingga bisa membuat siswa semangat
untuk belajar.
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genitik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap ini bersifat hirarkhis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu: tahap sensorimotor (umur
0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional
konkret (umur 7-12 tahun), tahap operasional formal (umur12-18 tahun).
Siswa kelas 2 SD berada pada tahap operasional konkret umur 8-9 tahun
15
anak telah memiliki kecakapan befikir logis, akan tetapi hanya dengan
benda-benda yang bersifat konkret.
Sehingga kegiatan yang sedang dilakukan oleh para siswa pada saat
proses pembelajaran berlansung bervariasi dan bermanfaat untuk
dikemudian hari bagi perkembangan pengetahuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Untuk memicu perkembangan kognitif anak peneliti menggunakan
media “Corong Perkalian” sebagai sarana mempermudah pembelajaran
matematika sehingga menghemat waktu menjelaskan kepada siswa yang
cenderung aktif. Sehingga hasil belajar matematika siswa meningkat di atas
KKM 65. Tidak hanya guru dikelas yang menjadi faktor penentu hasil
belajar siswa melainkan sekolah juga merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan hasil belajar siswa.
Media corong berhitung adalah media yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar dikelas, terutama pada pelajaran
matematika tentang perkalian. Media corong berhitung digunakan untuk
mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan menggunakan
corong dan kelereng. Jadi, dapat dijelaskan bahwa tujuan corong berhitung
disini mampu membuat perkalian sesederhana mungkin, sehingga siswa bisa
fokus.
Bahwasanya perkalian yang sebelumnya harus dibuat dalam bentuk
tabel dari masing-masing perkalian misalnya table yang harus di buat
perkalian 1 sampai dengan 10. Akan membuat siswa mengulang-ngulang
tulisan misalnya angka 1 sampai 10 dan membuat tanda x yang banyak
sehingga membuat siswa kesulitan dalam menulis atau mencacat. Sementara
materi yang disampaikan oleh guru terkadang sedikit membosankan
sehingga siswa mengantuk, siswa hanya mengingat dan menerka-nerka
karena penyampaian materi semata namun tidak bersifat permanen atau
tetap, hanya melihat gambar yang tidak bervariasi yang siswa lihat hanya
angka dan tanda perkalian dan tidak bermain sambil belajar yang masih
diinginkan oleh siswa.
Dengan menggunakan media corong berhitung ini yang lebih
sederhana dalam proses belajar-mengajar akan lebih menarik dan mudah
dipahami serta konsep dari perkalian menjadi lebih terfokus.
16
Contoh: dalam perkalian 2 x 5. Dengan cara memasukkan kelereng ke
dalam corong dan anak akan bisa belajar dan bermain dengan suasana yang
menyenangkan.

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Alat dan Bahan


➢ Alat
1. Gunting
Gunting digunakan untuk memotong kertas karton dan botol bekas.

2. Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong papan.

3. Amplas
Amplas digunakan untuk memperhalus bagian papan.

4. Kuas cat
Kuas cat digunakan untuk mengaplikasikan cat pada papan.

18
5. Pulpen
Pulpen digunakan untuk menulis nomor pada kertas karton.

➢ Bahan
1. Papan
Papan sebagai bahan utama media pembelajaran.

2. Cat kayu
Cat kayu sebagai pewarna media.

19
3. Kelereng
Kelereng digunakan pada saat pengaplikasian media.

4. Gagang laci
Gagang laci digunakan untuk mempermudah saat membuka laci.

5. Lem
Lem digunakan untuk merekatkan botol dengan kayu.

20
6. Botol bekas
Botol bekas sebagai corong tempat masuknya kelereng.

7. Kertas karton
Kertas karton sebagai tempat ditulisnya nomor masing-masing
corong.

8. Palu dan paku


Palu dan paku digunakan untuk merekatkan masing-masing papan.

21
3.2 Cara Pembuatan Media
Berikut tahapan-tahapan dalam membuat Media Pembelajaran Corong
Berhitung;
1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Membuat konsep media tersebut. Mulai dari desain, ukuran, dan
finishing nantinya.

3) Adapun setelah mendesain, disepakati media berbentuk balok yang


menyerupai bentuk laci. Dengan ukuran yang telah dipertimbangkan
yaitu, panjang = 70 cm, lebar = 10 cm, dan tinggi = 20 cm.
4) Potong kayu sesuai dengan ukuran-ukuran dan desain yang telah
disepakati sebelumnya.

22
5) Rangkai potongan kayu tersebut menjadi bentuk laci (desain awal)
media Corong Perkalian.

6) Untuk proses rangkaian, perlu diperhatikan bagian yang saling


terhubung, pastikan semua bagian menempel dengan sempurna, agar
kelak dapat berfungsi dengan baik.
7) Untuk menempelkan bagian tersebut kami menggunakan paku.
8) Pada bagian atas dari laci/balok yang telah jadi, buat 10 lubang
dengan ukuran yaitu, diameter = 5 cm dan jarak antara lubang = 2 cm.

9) Lakukan pengamplasan agar bagian permukaan laci menjadi halus dan


memudahkan dalam proses pemplituran.
10) Pasangkan gagang laci agar memudahkan dalam membuka dan
menutup laci ketika media digunakan.
11) Untuk memperindah tampilan media, aplikasikan cat dengan dua
warna. Dalam hal ini, kami gunakan warna biru dan kuning dengan
harapan dapat menarik perhatian siswa ketika digunakan di dalam
kelas.

23
12) Media kemudian dijemur untuk kepentingan pengecatan.
13) Untuk bagian corong, gunakan botol aqua bekas yang telah di potong
1/3bagian.

14) Rekatkan antara mulut botol dengan lubang yang telah dibuat tadi.
Dalam hal ini, gunakan lem dalam merekatkan.

15) Untuk bagian penomoran corong, gunakan tutup botol yang telah
diperindah dengan lapisan kertas berwarna.

24
16) Tutup botol yang telah terbungkus dengan cantik, diberikan
angka/nomor sebagai nomor corong. Tulisan harus jelas dan rapih.

17) Tutup botol di tempelkan di dinding corong berhitung tepat diatas


masing-masing corong. Dalam hal ini, kami gunakan lem untuk
merekatkan.

25
18) Tahap finishing, pemeriksaan terhadap media dilakukan untuk
memastikan bahwa semua proses telahselesai.
19) Media telah selesai dan siap digunakan.

3.3 Cara Penggunaan Media


Adapun cara menggunakan media Corong Berhitung adalah sebagai
berikut;
1) Sediakan kelereng untuk dimasukkan ke dalam corong.

2) Misal diberikan soal 1 x 6.


3) Langkah selanjutnya adalah masukkan kelereng kedalam corong
pertama hingga corong ke-enam, masing-masing 1 butir kelereng.

26
4) Untuk mengetahui hasilnya, buka laci untuk menghitung seluruh
kelereng di dalamnya.

5) Diperoleh jumlah kelereng di dalamnya sebanyak 6 butir. Sehingga


hasil dari 1 x 6 adalah 6.

27
3.4 Saran dan Masukan Dosen Pembimbing
➢ 17 Maret 2021, pengarahan oleh dosen untuk membentuk kelompok
dan merancang sebuah media pembelajaran matematika.
➢ 7 April 2021, Kelompok 7 mengajukan sebuah rancangan berbentuk
papan berpaku untuk menjelaskan konsep Hubungan Dua sudut.
Dalam hal ini, kami diminta untuk menampilkan gambar yang lebih
jelas (3D) agar konsep yang kami buat lebih mudah dipahami oleh
bapak dosen.
➢ 14 April 2021, Kami menampilkan gambar papan berpaku versi 3
dimensi, dalam hal ini dosen memberikan masukan bahwa media
kami tidak dapat digunakan dalam menjelaskan konsep Hubungan
Dua Sudut. Alasannya, ketika sudut dibentuk dengan karet diatas
papan berpaku, maka sudut yang terbentuk tidak memiliki ukuran
yang jelas. Hal tersebut tidak mendukung dalam mengetahui
hubungan antara dua sudut. Sehingga, bapak dosen menyarankan agar
kelompok kami mengganti media, sebab media yang kami rancang
tidak dapat digunakan dalam pembelajaran.
➢ 21 April 2021, Setiap kelompok membuat video usulan media yang
akan dikirim kepada bapak dosen untuk nantinya akan diberi
masukan.
➢ 22 April 2021, Kami mengirimkan video prenstasi usulan media yang
kami sepakati yakni media pembelajaran Corong berhitung.
➢ 25 April 2021, kami mendapatkan balasan dari video yang telah
dikirim. Bapak dosen memberikan pertanyaan mengenai apakah media
pembelajaran yang kami usulkan efesien untuk perkalian dengan bilangan
dengan tanda negatif (misalkan -1 dst). Kemudian bagian penentuan hasil,
bapak dosen memberi masukan agar diperbaiki untuk hasil pada perkalian
dan pembagian, harus memiliki pembeda penyebutan pada kedua operasi.
➢ 28 April 2021, kami memaparkan rancangan media pembelajaran
yang telah kami revisi mengingat masukan dari bapak dosen
sebelumnya. Kami memaparkan bahwa media kami ditujukan untuk
siswa kelas II Sekolah Dasar, dimana lingkup materinya ialah
perkalian bilangan cacah. Kemudian, kami memutuskan untuk fokus
ke satu operasi saja yaitu operasi perkalian. Media pembelajaran
28
tersebut kami namakan “Corong Perkalian”. Dan akhirnya, rancangan
media pembelajaran kami diterima, untuk selanjutnya akan dibahas
mengenai alat dan bahan, ukuran dan desain.
➢ 5 Mei 2021, proses perkuliahan dihentikan karena jaringan.
➢ 12 Mei 2021, Libur Hari Raya Idul Fitri
➢ 19 Mei 2021, kami menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan
dalam pembuatan media pembelajaran. Kemudian kami memaparkan
ukuran (panjang, lebar, dan tinggi) dari media pembelajaran yang
akan dibuat. Kemudian, bapak dosen memberi masukan agar
mengganti tripleks dengan papan kayu yang bersifat ringan.
Kemudian, untuk ukuran yang kami sepakati bersama (panjang = 70
cm, lebar = 20 cm, dan tinggi = 40 cm) bapak dosen memberikan
masukan agar ukuran tesebut dikurangi agar memudahkan guru dalam
menggunakan media pembelajaran didalam kelas, kami diminta untuk
menyesuaikan ukuran media pembelajaran dengan meja guru dan
posisi guru.
➢ 26 Mei 2021, proses perkuliahan ditunda.
➢ 2 Juni 2021, kami memaparkan kembali revisi ukuran untuk
pembuatan media pembelajaran Corong Perkalian yang akan kami
buat. Dengan memikirkan segala aspek, kami menyepakati ukurannya
yaitu; panjang = 70 cm, lebar = 10 cm, dan tinggi = 20 cm. Kemudian, kami
diminta untuk membuat replika (berbahan kardus) untuk memastikan ukuran
tersebut bisa digunakan membuat media pembelajaran.
➢ 9 Mei 2021, kami memaparkan replika dengan ukuran yang telah
disetujui. Namun, replika yang kami buat kurang rapi. Sehingga,
bapak dosen meminta agar membuat replika yang lebih rapi dan
lengkap.
➢ 16 Juni 2021, kami kembali memaparkan replika yang sebelumnya
kurang lengkap. Kemudian, replika tersebut mendapat respon yang
baik, sehingga kami sudah dibolehkan untuk membuat media
pembelajaran yang sesungguhnya.
➢ 23 Juni 2021, kami memperlihatkan media pembelajaran Corong
perkalian yang sementara dalam proses pembuatan (70%). Kemudian,
bapak dosen memberikan masukan agar botol yang digunakan sebagai
29
corong sebaiknya tidak terlalu tinggi agar tidak menghalangi nomor
corong tersebut.
➢ 30 Juni 2021, perkuliahan ditunda.
➢ 7 Juli 2021, kami memperlihatkan media pembelajaran Corong
Perkalian yang telah jadi sempurna. Kami diminta membawa media
tersebut dibawa ke kampus untuk memastikan berat tidaknya media
yang kami buat. Kemudian, video dan laporan sementara kami buat.

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran
kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru
berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat
bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap ini bersifat hirarkhis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu: tahap sensorimotor (umur
0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional
konkret (umur 7-12 tahun), tahap operasional formal (umur12-18 tahun).
Siswa kelas 2 SD berada pada tahap operasional konkret umur 8-9 tahun
anak telah memiliki kecakapan befikir logis, akan tetapi hanya dengan
benda-benda yang bersifat konkret.
Media corong berhitung adalah media yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar dikelas, terutama pada pelajaran
matematika tentang perkalian. Media corong berhitung digunakan untuk
mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan menggunakan
corong dan kelereng.
Dengan menggunakan media corong berhitung ini yang lebih
sederhana dalam proses belajar-mengajar akan lebih menarik dan mudah
dipahami serta konsep dari perkalian menjadi lebih terfokus.

31
4.2 Saran
➢ Sebagai civitas academika khususnya yang ingin mengabdikan diri
menjadi seorang pendidik, kita sebaiknya lebih memperhatikan masalah
dan kesulitan yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran dan
segera mencari solusinya.
➢ Sebagai mahasiswa pendidikan, kita sebaiknya lebih melatih diri dalam
membuat inovasi-inovasi pembuatan media pembelajaran yang berguna
untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.
➢ Sebagai calon pendidik, kita sebaiknya lebih membiasakan diri untuk
menggunakan berbagai cara yang menarik dan efektif (tidak hanya
terpaku pada buku dan papan tulis) dalam melakukan proses belajar
mengajar, khususnya mata pelajaran Matematika.

32
DAFTAR PUSTAKA

Claudia Sofie, dkk. 2020. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II Pada Perkalian Bilangan Cacah di Sekolah Dasar. 7(2),
210-221.
Azhari, B. (2014). Identifikasi Gangguan Belajar Dyscalculia Pada Siswa
Madrasah Ibtidaiyah. Alkhawarzmi: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika, 1(1), 56.
https://doi.org/10.22373/jppm.v1i1.1732.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003).
Mulyati. (2010). Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang. IKIP Semarang Press.
Rosyadi, W. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Operasi Hitung Pembagian Pada Siswa
Kelas IV SDN di Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Universitas Negeri
Semarang.
Indah, Putri Juliana, Bagus Ardi Saputro, dan Riris Setyo Sundari. 2020. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar. Analisis Kesulitan Belajar Operasi Hitung
Perkalian dan Pembagian Pada Masa Pandemi (Covid-19) di Sekolah
Dasar. 3 (2), 129-138.
Idris, I. & Silalahi, D. K. (2016). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian
Soal Cerita pada Kelas VIII A SMP UTY. Jurnal EduMatSains: 1 (1), hlm. 73-
82.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mufida, Mila. (2010). Tujuan Pembelajaran Matematika SD (online),
https://www.scribd.com/doc/44882666/Tujuan-Pembelajaran-Matematika-Sd.
Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung : CV. Yrama Widia.
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. (2020). Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum Darurat (dalam Kondisi

33
Khusus) untuk PAUD, Dikdas, dan Dismen Bebrntuk SMA.
Diakses pada 30 Juni 2021, dari
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/kompetensi-inti-
kompetensi-dasar-pada-kurikulum-2013-pada-paud-dikdas-dan-dikmen-
berbentuk-sekolah-menengah-atas-untuk-kondisi-khusus/

Maharani, Isma Nastiti. 2017. VOX EDUKASI. Model Pengembangan Bahan


Ajar Matematika Untuk Sekolah Dasar. 8(1), 1-10.
Sadiman, Arif S., dkk. 2012. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

34
LAMPIRAN
(RINCIAN BIAYA)

1) Upah Tukang Rp. 150.000,00


2) Lem fox Rp. 20.000,00
3) Kertas Karton (3 buah) Rp. 15.000,00
4) Lakban Rp. 15.000,00
5) Kelereng Rp. 14.000,00
+
Rp. 214.000,00,-

35
LAMPIRAN
(DOKUMENTASI)

(Rancangan Media Pembelajaran Corong Perkalian)

(Masukan dari bapak dosen setelah menonton video usulan Media


Pembelajaran Kelompok 7)

36
(Rancangan Media Pembelajaran diterima)

(Proses membuat Replika Media Pembelajaran Corong Perkalian)

37
( Proses membuat Replika Media Pembelajaran Corong Perkalian)

(Kerangka Replika Media Pembelajaran Corong Perkalian yang telah jadi)

38
(Kerangka Media Pembelajaran Corong Perkalian)

(Alat dan Bahan)

39
(Proses menempelkan corong pada kerangka media)

(Media telah dipasangkan corong)

(Proses pembuatan papan angka untuk corong)

40
(Proses pembuatan papan angka untuk corong)

(Media Pembelajaran Corong Perkalian telah selesai dibuat)

41

Anda mungkin juga menyukai