CORONG PERKALIAN
UNTUK KELAS II SEKOLAH DASAR
Oleh;
KELOMPOK 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 5
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................31
4.2 Saran .............................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan berlangsung tidak efektif menyebabkan banyak waktu, tenaga dan biaya
yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan
tidak terjadi proses dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal
tersebut masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini.
Berbicara mengenai kesulitan belajar (Mulyati, 2010) menyatakan
bahwa gejala kesulitan belajar mempunyai pengaruh yang langsung maupun
tidak langsung terhadap proses pendidikan secara keseluruhan, adanya
kesulitan belajar secara tidak langsung merupakan kesulitan dalam proses
pendidikan. Kesulitan belajar sebagai masalah adalah terletak dalam hal
“hambatan” ini, yaitu akibat – akibat yang mungkin timbul baik terhadap
dirinya maupun lingkungan, jika hambatan-hambatan ini tidak diatasi
(Azhari, 2014).
Oleh karena itu, adanya kesulitan belajar memerlukan usaha-usaha
untuk memecahkannya. Siswa yang mengalami kegagalan belajar
mengalami rasa rendah diri dalam perkembangan di sekolah maupun di
masyarakat. Apabila hal tersebut telah terjadi, ia akan menghadapi bahaya
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kegagalan hidup.
Ketika membicarakan mengenai kesulitan belajar di sekolah. Mata
pelajaran yang dipelajari pada siswa tingkat SD salah satunya yaitu
matematika. Banyak yang beranggapan bahwa hal yang menjadi kesulitan
belajar terbesar siswa adalah pembelajaran Matematika. Mereka sudah
memiliki skema dalam pikiran bawah sadar bahwa matematika itu susah.
sehingga membunuh minat siswa dalam mempelajari matematika.
Penguasaan matematika harus dimulai sejak dini, karena pendidikan
dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2003). Dalam pembelajaran matematika, jika anak mengalami
kesulitan belajar dianggap sebagai sebuah hal yang biasa dan sudah realita
umumnya seperti itu. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan
pelajaran yang menjadi momok menakutkan bagi anak-anak. Matematika
dipandang sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami karena abstrak, tidak saja
2
oleh siswa tingkat sekolah dasar bahkan hingga mahasiswa di perguruan
tinggi. Namun, jika diteliti lebih dalam lagi, kesulitan belajar anak
merupakan masalah yang serius dan harus ditanggulangi sejak dini karena
akan mempengaruhi maasa depan anak dalam karir akademik selanjutnya.
3
matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk
dipelajari.
4
keterampilan siswa dalam berhitung. Apabila kedua permasalahan ini telah
diselesaikan, maka siswa akan dengan mudah untuk memecahkan masalah
terkait materi perkalian dan pastinya akan memudahkan siswa pada jenjang
selanjutnya.
1.4 Manfaat
1. Bagi Siswa, media ini dibuat agar membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan dalam materi perkalian.
2. Bagi Guru, memudahkan guru dalam melakukan proses belajar
mengajar utamanya pada materi perkalian sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
3. Bagi Mahasiswa, membantu dalam mengembangkan kreativitas
5
mahasiswa mengenai cara pembuatan media pembelajaran.
4. Bagi Pendidikan, memberikan support atau semangat dalam kegiatan
Teknologi Pendidikan.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
7
Mufida (2010, hlmn 1) menuliskan artikel online berjudul “Tujuan
Pembelajaran Matematika SD” yang menyatakan bahwa “... di dalam
GBPP matematika SD, tujuan yang hendak dicapai dari pembelajraan
Matematika sekolah adalah; (a) menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari, (b) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialihgunakan, melalui kegiatan matematika, (c) mengembangkan
pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP, dan (d) membentuk sikap logis kritis, cermat,
kreatif, dan disiplin.
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar umumnya seperti biasa,
banyak yang tidak menyukai matematika. Banyak anak yang beranggapan
bahwa Matematika menakutkan. Anggapan inilah yang menjadi salah satu
penyebab terjadinya kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Pendapat keduanya tentu saja berlaku untuk anak Sekolah Dasar yang
sedang belajar Matematika. Olehnya, seorang pendidik harus
mengupayakan agar siswa dapat memahmi dengan baik materi yang sedang
dipelajari dengan mengingat bahwa usia mereka adalah usia dimana anak
sedang aktif-aktifnya bermain.
Berikut Kompetensi dan Kompetensi Keterampilan Kelas 2 SD/MI
dirumuskan sebagai berikut ini.
8
kegiatannya, dan benda-benda anak beriman dan berakhlak
yang dijumpainya di rumah mulia
dan di sekolah
9
bangun ruang berdasarkan dan bangun ruang berdasarkan
ciri-cirinya. ciri-cirinya.
Sumber; https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/kompetensi-
inti-kompetensi-dasar-pada-kurikulum-2013-pada-paud-dikdas-dan-dikmen-
berbentuk-sekolah-menengah-atas-untuk-kondisi-khusus/
11
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau
dibuat sendiri.
b. Ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya.
c. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media
yang bersangkutan untuk waktu yang lama.
d. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Manfaat media adalah sebagai alat bantu mengajar yang ditata oleh
guru dan dapat mempengaruhi untuk kemudahan anak dalam menerima
pelajaran. Dengan demikian media adalah suatu alat untuk memudahkan
anak dalam mengikuti pelajaran supaya lebih jelas dan memahami apa yang
dipelajari, lebih-lebih penulis menggunakan media kartu lambang bilangan,
maka dengan kartu lambang bilangan anak dapat lebih mudah untuk
mengenal konsep bilangan, membedakan kartu lambang bilangan dan
mengenal bilangan.
Menurut Azhar Arsyad (2011:15) fungsi utama media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,
dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan
menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
12
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.
Menurut Arif S. Sadiman, dkk (2011) menyebutkan bahwa kegunaan-
kegunaan media pembelajaran yaitu:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik.
d. Memberikan perangsang belajar yang sama.
e. Menyamakan pengalaman.
f. Menimbulkan persepsi yang sama.
14
merupakan bagian yang integral dan keseluruhan situasi belajar. Ini
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh seorang guru.
Dalam pemakaian media pengajaran harus melihat tujuan dan bahan
pelajaran. Media pengajaran bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini
dijadikan untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik
perhatian peserta didik. Diutamakan untuk mempercepat proses belajar
mengajar serta dapat membantu siswa dalam menangkap pengertian yang
disampaikan oleh guru. Penggunaan alat-alat ini diutamakan untuk
meningkatkan mutu belajar mengajar.
Media adalah alat peraga yang sangat mendukung pada saat
pembelajaran matematika berlangsung jika tidak menggunakan media yang
menarik membuat siswa mengantuk dan bosan. Pada hakikatnya guru
banyak mengeluh bahwa penggunaan media dalam pembelajaran sangat
merepotkan, sehingga sebagian guru lebih baik menggunakan buku paket
atau LKS sebagai bahan pembelajaran. Siswa sekolah dasar umurnya
bekisar 7 tahun sampai 12 tahun. Kemampuan yang tampak pada fase ini
adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-
kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret
yang dapat di tangkap oleh panca indra.
Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat
bantu berupa media, yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh
guru sehingga lebih cepat dimengerti oleh siswa. Media yang digunakan
harus menarik perhatian siswa sehingga bisa membuat siswa semangat
untuk belajar.
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genitik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap ini bersifat hirarkhis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu: tahap sensorimotor (umur
0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional
konkret (umur 7-12 tahun), tahap operasional formal (umur12-18 tahun).
Siswa kelas 2 SD berada pada tahap operasional konkret umur 8-9 tahun
15
anak telah memiliki kecakapan befikir logis, akan tetapi hanya dengan
benda-benda yang bersifat konkret.
Sehingga kegiatan yang sedang dilakukan oleh para siswa pada saat
proses pembelajaran berlansung bervariasi dan bermanfaat untuk
dikemudian hari bagi perkembangan pengetahuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Untuk memicu perkembangan kognitif anak peneliti menggunakan
media “Corong Perkalian” sebagai sarana mempermudah pembelajaran
matematika sehingga menghemat waktu menjelaskan kepada siswa yang
cenderung aktif. Sehingga hasil belajar matematika siswa meningkat di atas
KKM 65. Tidak hanya guru dikelas yang menjadi faktor penentu hasil
belajar siswa melainkan sekolah juga merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan hasil belajar siswa.
Media corong berhitung adalah media yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar dikelas, terutama pada pelajaran
matematika tentang perkalian. Media corong berhitung digunakan untuk
mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan menggunakan
corong dan kelereng. Jadi, dapat dijelaskan bahwa tujuan corong berhitung
disini mampu membuat perkalian sesederhana mungkin, sehingga siswa bisa
fokus.
Bahwasanya perkalian yang sebelumnya harus dibuat dalam bentuk
tabel dari masing-masing perkalian misalnya table yang harus di buat
perkalian 1 sampai dengan 10. Akan membuat siswa mengulang-ngulang
tulisan misalnya angka 1 sampai 10 dan membuat tanda x yang banyak
sehingga membuat siswa kesulitan dalam menulis atau mencacat. Sementara
materi yang disampaikan oleh guru terkadang sedikit membosankan
sehingga siswa mengantuk, siswa hanya mengingat dan menerka-nerka
karena penyampaian materi semata namun tidak bersifat permanen atau
tetap, hanya melihat gambar yang tidak bervariasi yang siswa lihat hanya
angka dan tanda perkalian dan tidak bermain sambil belajar yang masih
diinginkan oleh siswa.
Dengan menggunakan media corong berhitung ini yang lebih
sederhana dalam proses belajar-mengajar akan lebih menarik dan mudah
dipahami serta konsep dari perkalian menjadi lebih terfokus.
16
Contoh: dalam perkalian 2 x 5. Dengan cara memasukkan kelereng ke
dalam corong dan anak akan bisa belajar dan bermain dengan suasana yang
menyenangkan.
17
BAB III
PEMBAHASAN
2. Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong papan.
3. Amplas
Amplas digunakan untuk memperhalus bagian papan.
4. Kuas cat
Kuas cat digunakan untuk mengaplikasikan cat pada papan.
18
5. Pulpen
Pulpen digunakan untuk menulis nomor pada kertas karton.
➢ Bahan
1. Papan
Papan sebagai bahan utama media pembelajaran.
2. Cat kayu
Cat kayu sebagai pewarna media.
19
3. Kelereng
Kelereng digunakan pada saat pengaplikasian media.
4. Gagang laci
Gagang laci digunakan untuk mempermudah saat membuka laci.
5. Lem
Lem digunakan untuk merekatkan botol dengan kayu.
20
6. Botol bekas
Botol bekas sebagai corong tempat masuknya kelereng.
7. Kertas karton
Kertas karton sebagai tempat ditulisnya nomor masing-masing
corong.
21
3.2 Cara Pembuatan Media
Berikut tahapan-tahapan dalam membuat Media Pembelajaran Corong
Berhitung;
1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Membuat konsep media tersebut. Mulai dari desain, ukuran, dan
finishing nantinya.
22
5) Rangkai potongan kayu tersebut menjadi bentuk laci (desain awal)
media Corong Perkalian.
23
12) Media kemudian dijemur untuk kepentingan pengecatan.
13) Untuk bagian corong, gunakan botol aqua bekas yang telah di potong
1/3bagian.
14) Rekatkan antara mulut botol dengan lubang yang telah dibuat tadi.
Dalam hal ini, gunakan lem dalam merekatkan.
15) Untuk bagian penomoran corong, gunakan tutup botol yang telah
diperindah dengan lapisan kertas berwarna.
24
16) Tutup botol yang telah terbungkus dengan cantik, diberikan
angka/nomor sebagai nomor corong. Tulisan harus jelas dan rapih.
25
18) Tahap finishing, pemeriksaan terhadap media dilakukan untuk
memastikan bahwa semua proses telahselesai.
19) Media telah selesai dan siap digunakan.
26
4) Untuk mengetahui hasilnya, buka laci untuk menghitung seluruh
kelereng di dalamnya.
27
3.4 Saran dan Masukan Dosen Pembimbing
➢ 17 Maret 2021, pengarahan oleh dosen untuk membentuk kelompok
dan merancang sebuah media pembelajaran matematika.
➢ 7 April 2021, Kelompok 7 mengajukan sebuah rancangan berbentuk
papan berpaku untuk menjelaskan konsep Hubungan Dua sudut.
Dalam hal ini, kami diminta untuk menampilkan gambar yang lebih
jelas (3D) agar konsep yang kami buat lebih mudah dipahami oleh
bapak dosen.
➢ 14 April 2021, Kami menampilkan gambar papan berpaku versi 3
dimensi, dalam hal ini dosen memberikan masukan bahwa media
kami tidak dapat digunakan dalam menjelaskan konsep Hubungan
Dua Sudut. Alasannya, ketika sudut dibentuk dengan karet diatas
papan berpaku, maka sudut yang terbentuk tidak memiliki ukuran
yang jelas. Hal tersebut tidak mendukung dalam mengetahui
hubungan antara dua sudut. Sehingga, bapak dosen menyarankan agar
kelompok kami mengganti media, sebab media yang kami rancang
tidak dapat digunakan dalam pembelajaran.
➢ 21 April 2021, Setiap kelompok membuat video usulan media yang
akan dikirim kepada bapak dosen untuk nantinya akan diberi
masukan.
➢ 22 April 2021, Kami mengirimkan video prenstasi usulan media yang
kami sepakati yakni media pembelajaran Corong berhitung.
➢ 25 April 2021, kami mendapatkan balasan dari video yang telah
dikirim. Bapak dosen memberikan pertanyaan mengenai apakah media
pembelajaran yang kami usulkan efesien untuk perkalian dengan bilangan
dengan tanda negatif (misalkan -1 dst). Kemudian bagian penentuan hasil,
bapak dosen memberi masukan agar diperbaiki untuk hasil pada perkalian
dan pembagian, harus memiliki pembeda penyebutan pada kedua operasi.
➢ 28 April 2021, kami memaparkan rancangan media pembelajaran
yang telah kami revisi mengingat masukan dari bapak dosen
sebelumnya. Kami memaparkan bahwa media kami ditujukan untuk
siswa kelas II Sekolah Dasar, dimana lingkup materinya ialah
perkalian bilangan cacah. Kemudian, kami memutuskan untuk fokus
ke satu operasi saja yaitu operasi perkalian. Media pembelajaran
28
tersebut kami namakan “Corong Perkalian”. Dan akhirnya, rancangan
media pembelajaran kami diterima, untuk selanjutnya akan dibahas
mengenai alat dan bahan, ukuran dan desain.
➢ 5 Mei 2021, proses perkuliahan dihentikan karena jaringan.
➢ 12 Mei 2021, Libur Hari Raya Idul Fitri
➢ 19 Mei 2021, kami menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan
dalam pembuatan media pembelajaran. Kemudian kami memaparkan
ukuran (panjang, lebar, dan tinggi) dari media pembelajaran yang
akan dibuat. Kemudian, bapak dosen memberi masukan agar
mengganti tripleks dengan papan kayu yang bersifat ringan.
Kemudian, untuk ukuran yang kami sepakati bersama (panjang = 70
cm, lebar = 20 cm, dan tinggi = 40 cm) bapak dosen memberikan
masukan agar ukuran tesebut dikurangi agar memudahkan guru dalam
menggunakan media pembelajaran didalam kelas, kami diminta untuk
menyesuaikan ukuran media pembelajaran dengan meja guru dan
posisi guru.
➢ 26 Mei 2021, proses perkuliahan ditunda.
➢ 2 Juni 2021, kami memaparkan kembali revisi ukuran untuk
pembuatan media pembelajaran Corong Perkalian yang akan kami
buat. Dengan memikirkan segala aspek, kami menyepakati ukurannya
yaitu; panjang = 70 cm, lebar = 10 cm, dan tinggi = 20 cm. Kemudian, kami
diminta untuk membuat replika (berbahan kardus) untuk memastikan ukuran
tersebut bisa digunakan membuat media pembelajaran.
➢ 9 Mei 2021, kami memaparkan replika dengan ukuran yang telah
disetujui. Namun, replika yang kami buat kurang rapi. Sehingga,
bapak dosen meminta agar membuat replika yang lebih rapi dan
lengkap.
➢ 16 Juni 2021, kami kembali memaparkan replika yang sebelumnya
kurang lengkap. Kemudian, replika tersebut mendapat respon yang
baik, sehingga kami sudah dibolehkan untuk membuat media
pembelajaran yang sesungguhnya.
➢ 23 Juni 2021, kami memperlihatkan media pembelajaran Corong
perkalian yang sementara dalam proses pembuatan (70%). Kemudian,
bapak dosen memberikan masukan agar botol yang digunakan sebagai
29
corong sebaiknya tidak terlalu tinggi agar tidak menghalangi nomor
corong tersebut.
➢ 30 Juni 2021, perkuliahan ditunda.
➢ 7 Juli 2021, kami memperlihatkan media pembelajaran Corong
Perkalian yang telah jadi sempurna. Kami diminta membawa media
tersebut dibawa ke kampus untuk memastikan berat tidaknya media
yang kami buat. Kemudian, video dan laporan sementara kami buat.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran
kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru
berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat
bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap ini bersifat hirarkhis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu: tahap sensorimotor (umur
0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional
konkret (umur 7-12 tahun), tahap operasional formal (umur12-18 tahun).
Siswa kelas 2 SD berada pada tahap operasional konkret umur 8-9 tahun
anak telah memiliki kecakapan befikir logis, akan tetapi hanya dengan
benda-benda yang bersifat konkret.
Media corong berhitung adalah media yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar dikelas, terutama pada pelajaran
matematika tentang perkalian. Media corong berhitung digunakan untuk
mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan menggunakan
corong dan kelereng.
Dengan menggunakan media corong berhitung ini yang lebih
sederhana dalam proses belajar-mengajar akan lebih menarik dan mudah
dipahami serta konsep dari perkalian menjadi lebih terfokus.
31
4.2 Saran
➢ Sebagai civitas academika khususnya yang ingin mengabdikan diri
menjadi seorang pendidik, kita sebaiknya lebih memperhatikan masalah
dan kesulitan yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran dan
segera mencari solusinya.
➢ Sebagai mahasiswa pendidikan, kita sebaiknya lebih melatih diri dalam
membuat inovasi-inovasi pembuatan media pembelajaran yang berguna
untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.
➢ Sebagai calon pendidik, kita sebaiknya lebih membiasakan diri untuk
menggunakan berbagai cara yang menarik dan efektif (tidak hanya
terpaku pada buku dan papan tulis) dalam melakukan proses belajar
mengajar, khususnya mata pelajaran Matematika.
32
DAFTAR PUSTAKA
Claudia Sofie, dkk. 2020. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II Pada Perkalian Bilangan Cacah di Sekolah Dasar. 7(2),
210-221.
Azhari, B. (2014). Identifikasi Gangguan Belajar Dyscalculia Pada Siswa
Madrasah Ibtidaiyah. Alkhawarzmi: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika, 1(1), 56.
https://doi.org/10.22373/jppm.v1i1.1732.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003).
Mulyati. (2010). Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang. IKIP Semarang Press.
Rosyadi, W. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Operasi Hitung Pembagian Pada Siswa
Kelas IV SDN di Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Universitas Negeri
Semarang.
Indah, Putri Juliana, Bagus Ardi Saputro, dan Riris Setyo Sundari. 2020. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar. Analisis Kesulitan Belajar Operasi Hitung
Perkalian dan Pembagian Pada Masa Pandemi (Covid-19) di Sekolah
Dasar. 3 (2), 129-138.
Idris, I. & Silalahi, D. K. (2016). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian
Soal Cerita pada Kelas VIII A SMP UTY. Jurnal EduMatSains: 1 (1), hlm. 73-
82.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mufida, Mila. (2010). Tujuan Pembelajaran Matematika SD (online),
https://www.scribd.com/doc/44882666/Tujuan-Pembelajaran-Matematika-Sd.
Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung : CV. Yrama Widia.
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. (2020). Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum Darurat (dalam Kondisi
33
Khusus) untuk PAUD, Dikdas, dan Dismen Bebrntuk SMA.
Diakses pada 30 Juni 2021, dari
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/kompetensi-inti-
kompetensi-dasar-pada-kurikulum-2013-pada-paud-dikdas-dan-dikmen-
berbentuk-sekolah-menengah-atas-untuk-kondisi-khusus/
34
LAMPIRAN
(RINCIAN BIAYA)
35
LAMPIRAN
(DOKUMENTASI)
36
(Rancangan Media Pembelajaran diterima)
37
( Proses membuat Replika Media Pembelajaran Corong Perkalian)
38
(Kerangka Media Pembelajaran Corong Perkalian)
39
(Proses menempelkan corong pada kerangka media)
40
(Proses pembuatan papan angka untuk corong)
41