Anda di halaman 1dari 7

KONSEP OTONOMI PENDIDIKAN

RESUME
Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu : Zakiyah Isnawati, M. Pd.

oleh:

kelompok 9 (PAI-D6)

1. M. Ilham Fikriyanto
2. Naila Noor Aini

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2020
METODE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)

Metode kepala bernomor struktur (modifikasi dari number heads) adalah


suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikiran
dan merespon serta saling bantu sama lain.

Langkah-langkah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok


mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya terhadap
tugas yang berangkai
3. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal, Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya
4. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan
tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama
mereka
5. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
6. Kesimpulan
KONSEP OTONOMI PENDIDIKAN

A. Pengertian Otonomi Pendidikan


Kebijakan desentralisasi telah diatur di dalam UU Otonomi Daerah No.
22 Tahun 1999. Lebih tepatnya ditetapkan di dalamnya pada Bab I Pasal 1e
dan h, bahwa desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan
oleh pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sedangkan otonomi daerah adalah kewenangan Daerah
Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
sesuai prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dalam pendidikan, sejak awal tahun 2001, pemerintah telah
menyerahkan hak dan kewenangan melaksanakan pendidikan kepada sekolah
untuk mengatur rumah tangganya sendiri secara mandiri atau disebut otonomi
pendidikan. Otonominya sudah sampai pada tingkat paling bawah yaitu
institusi yang langsung memberi layanan pada masyarakat atau dinamakan
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Kemudian desentralisasi melahirkan
penyerahan kewenangan ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat organisasi
yang lebih tinggi untuk meningkatkan pelayanan publik. Sebagaimana selaras
dengan UU Sisdiknas No. 20 Pasal 11 ayat 1 yang menjelaskan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Desentralisasi yang berarti melepaskan diri dari pusat, maka dalam
hubungannya dengan otonomi, terbentuk konsep otonomi yaitu desentralisasi
yang dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi ke yang lebih rendah.
Misalnya dari pendidikan nasional (pusat) sampai dengan tingkat sekolah
(oleh kepala sekolah), bahkan sampai ke tingkat kelas (oleh guru).
Manajemen pendidikan perlu disesuaikan dan dilaksanakan dengan baik
sehingga terjadi perubahan dari pola lama ke pola baru, sesuai dengan
Dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan. Berikut tabelnya:
POLA LAMA MENUJ POLA BARU
U
Subordinasi ke Otonomi
Pengambilan keputusan ke Pengambilan keputusan
terpusat partisipatif
Ruang gerak kaku ke Ruang gerak luwes
Pendekatan Birokratik ke Pendekatan Profesional
Sentralistik ke Desentralisasi
Mengontrol ke Mempengaruhi
Diatur ke Prakarsa sendiri
Mengarahkan ke Memfasilitasi
Menghabiskan dana ke Efisiensi dana
Individual ke Tim kerja sama
Berdasarkan tabel tersebut, maka penerapan MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah) diyakini sebagai suatu model implementasi kebijakan
desentralisasi yang diharapkan dapat mendorong terwujudnya peningkatan
pelayanan pendidikan kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan
kualitas pengelolaan pendidikan pada tataran terbawah yaitu sekolah.
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Implikasi dari era otonomi menunculkan reformasi pendidikan,
diantaranya pengelolaan sekolah, struktur organisasi, tugas dan fungsi
sekolah menjadi lebih mandiri. Dalam era otonomi daerah, sekolah sebagai
lembaga pelaksana pendidikan yang paling bawah (operasionalnya) memiliki
keuntungan, seperti pengambilan keputusan berbasis persoalan sendiri
sehingga realisasinya lebih efektif dan efisien, lebih bertanggungjawab dalam
semua masalah pengelolaan kegiatan sekolah, tumbuhnya kepercayaan pada
kemampuan sendiri, melakukan kerjasama dengan lembaga lain dalam upaya
memajukan sekolah. Keuntungan dari kebijakan desentralisasi meliputi:
1. Operasionalisasi keputusan yang realistik, efektif dan efisien. Dikarenakan
pengambilan keputusan dengan sasaran masyarakat.
2. Meringankan beban organisasi pada tingkat yang lebih tinggi. Sehingga
penggunaan waktu, energi dan perhatian ke sasaran lebih strategik.
3. Membina kemampuan bertanggungjawab pada tingkat yang lebih rendah.
4. Mendapat kepercayaan dari pemerintah yang lebih tinggi.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah model pengelolaan sekolah
yang mandiri (otonomi) dan mendorog pengambilan serta pelaksanaan
keputusan yang efektif atas kemampuan sekolah dalam melibatkan semua
warga sekolah secara langsung sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota.
Sekolah harus dikelola dengan mencerminkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang dilayaninya. Aspirasi tersebut ditampung dan diwakilkan
oleh orang-orang yang duduk dalam badan secara langsung. Organisasi yang
menampung suara dan aspirasi masyarakat disebut Komite atau dewan
sekolah. Komite sekolah atau madrasah merupakan lembaga mandiri yang
dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan
memberikan pertimbangan, arahan, dukungan tenaga, sarana prasarana, dan
pengawasan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Dalam melaksanakan misinya, MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
memiliki tiga fungsi penting yang harus dijalankan:
1. Misi pertama, komite sekolah atau madrasah mengemban tugas untuk
menyempurnakan pelayanan pendidikan melalui perbaikan manajemen
sekolah.
2. Misi kedua, komite sekolah atau madrasah bertugas memberi masukan
dalam program akademik melalui pengembangan kurikulum yang harus
dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran di kelas sebagai
tanggungjawab profesional guru.
3. Misi ketiga, menjaga kelancaran semua program yang telah disepakati
dengan mendukung pengembangan sarana dan fasilitas.
Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan menguntungkan
sekolah yang menerapkannya kerena sekolah semakin berkembang sesuai
dengan kemandiriannya, kebebasan bergerak dalam mengolah sekolah.
Desentralisasi memberikan otonomi sekolah untuk melakukan transparansi
pengelolaan. Pengawasan dan akuntabilitas bagian terpenting dalam konsep
transparansi.
C. Indikator Keberhasilan MBS
Secara konseptual sekolah yang menerapkan MBS keberhasilannya
dilihat dari berbagai aspek:
1. Otonomi dan kemandirian sekolah yang makin besar,
2. budaya peningkatan mutu pendidikan dan
3. keterlibatan masyarakat dalam mengelola sekolah.
Dibawah ini 16 indikator keberhasilan MBS menurut Tim Pokja School
Based Manajement Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat:
1. Efektivitas proses pembelajaran
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
3. Pengelolaan tenaga yang efektif
4. Kepemilikan budaya mutu di sekolah
5. Sekolah memiliki “team work” yang kompak, cerdas dan dinamis
6. Sekolah memiliki kemandirian
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat
8. Transparansi sekolah
9. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah dalam psikis dan fisik
10. Sekolah melakukan evaluasi secara berkelanjutan
11. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
12. Sekolah memiliki akuntabilitas
13. Sekolah memiliki sustainabilitas
14. Output sekolah berupa prestasi
15. Kecil angka drop out
D. Pengertian Khusus
Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari usaha
kerjasama antar manusia dalam dalam mengembangkan potensi diri peserta
didik dalam pendidikan yang melibatkan segenap sumber daya untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Supervisi merupakan kegiatan untuk memperbaiki dan meningkatkan
mutu proses dan mutu hasil pembelajaran.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain yang
menjadi bawahannya atau anggotanya untuk mencurahkan segenap
kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan bersama.
Pengawasan dan supervisi berjalan paralel di Indonesia. Pengawasan
merupakan legalitas formal untuk melaksanakan supervisi. Sedangkan
supervisi merupakan ilmu untuk meningkatkan situasi pembelajaran ke arah
yanng lebih baik, dengan meningkatkan kemampuan mengajar sehingga
memiliki kepuasan belajar
Perbaikan layanan belajar mengajar merupakan wujud peningkatan
layanan publik sektor pendidikan pada era otonomi daerah. Kualitas layanan
akan berimplikasi terhadap kualitas pengetahuan dan ketrampilan yang
melayani harus ditingkatkan.
Manajemen mutu terpadu merupakan usaha terorganisasidari sebuah
lembaga pendidikan yang bergerak dibidang jasa akademik. Mutu menjadi
komitmen semua unsur sekolah. Penerapan MMT dalam lingkungan sekolah
merupakan inovasi. Sekolah yang menerapkan manajemen mutu terpadu akan
tampak dalam semua kegiatannya. Kualitas diintegrasikann ke dalam struktur
organisasi dan kegiatannya.
Desentralisasi pendidikan merupakan bukti penyerahan otonomi
pendidikan daerah kepada lembaga yang berada dibawah naungannya untuk
melakukan fungsi layanan bermutu. Otonomi pendidikan merupan penerapan
kebijakan desentralisasi pendidikan dengan tujuan mengelola lembaga dengan
leluasa sehingga dapat memberikan layanan terbaik kepada masyarakat
sebagai konsumen pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai