Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerataan pelayanan pendidikan di Indonesia perlu diarahkan pada

pendidikan Yang transparan , berkeadilan dan demokratis (democratic

education). Hal tersebut harus dikondisikan dalam lingkungan keluarga,

Sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini , Sekolah sebagai sebuah masyarakat

kecil (mini society) yang merupan wahana pengembangan peserta didik,

dituntuk untuk menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis (democratic

instruction), agar terjadi proses belajar yang menyenangkan (joyfull

learning).1

Dalam sistem pendidkan nasional kita baik negeri maupun swasta saat

ini masih memiliki sejumlah masalah, salah satunya adalah rendahnya mutu

pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Era reformasi ditandai

dengan berbagai perubahan . diantara perubahan tersebut adalah lahirnya

pundang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan undang-

undang nomor 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang

membawa konsekwensi terhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga

lebih otonom termasuk bidang pendidik. Salah satu wahana untuk

meningkatkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan,

sehingga mutu pendidikan harus senantiasa ditingkatkan.peningkatan kualitas

1
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kopetensi, Konsep, Karakteristik danimplementasi,
(Bandung : Remaja Rosda Karya , 2004), h. 7
2

sumber daya manusia merupakan suatu proses yang tidak dapat di pisahkan

dengan proses peningkatan kualitas(mutu) pendidikan.2 Sumber daya manusia

dalam sistem proses yang berkualitas. Sementara sistem pendidikan yang

berkualitas akan di peroleh jika sistem pembelajaran oleh para guru yang

berkualitas.

Dalam dunia pendidikan islam, dengan adanya manajemen yang baik

diharapkan ada peribahan kearah yang lebih baik khususnya yang berkulitas

islam.terkait hal ini Allah SWT Berfirman dalam QS. Al - Anfal ayat 53:

          

        

Artinya : “(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya


Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang
telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum
itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”. (Qs Al-anfal: 53)

Sistem pendidikan indonesia mengacu pada pendidikan nasional.

Upaya perbaikan untuk mencapai dalam penyelenggaraan pendidikan

bermutu berdasarkan pada UU nomor 20 tahun 2003.3

Pengesahan UU sistem pendidikan tahun 2003 adalah sebagai

pelatakan dasar desentralisasi pengolaan dalm pendidikan.

2
E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah,(bandung):rosdakarya,2002)hal.4

3
.Departemen pendidikan nasional, UU nomor 20 tahon 2003 tentang
sistempendidikan nasioanl,(jogjakarta: media wacana 2003) hal.12
3

Desentralisasi pengelolaan pendidikan di tekankan pada manajemen

berbasis Sekolah. Manajemen berbasis Sekolah menarik diterapkan di

indonesia karena ia menarkan potensi decision-moking (pengambilan

keputusan) yang berkualitas terhadap aspek kunci dalam melakukan

rekontruksi pendidikan nasional.4

Pengalaman menunjukan bahwa sistem lama seringkali

meimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan Sekolah dengan

kebijakan yang harus dilaksanakan di dalam proses peningkatan mutu

pendidikan.fenomena pemberian kemandirian kepada Sekolah ini

memperlihatkan suatu perubahan cara berfikir dari yang bersifat rasional,

normative dan pendekatan dreskriptif di dalam pengambilan keputusan

pendidikan kepada suatu kesadaran akan kompleksnya pengambilan

keputusan dalam sistem pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat

di apresiasikan secara utuh oleh pemerintahan pusat.

Secara konseptual, manajemen berbasis Sekolah dapat di gambarkan

sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan sebagai suatu

bentuk desentralisasi yang mengindentifikasi Sekolah itu sendiri sebagai unit

pertama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan

pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan

dapat di dorong dan di topang.5

4
Ahmad rozikun dan namanuddin, strategi perencanaan manajemen berbasis sekolah
(jakarta:listaferika putra:2008)hal.4
5
Malen, ogawa dan j.kraz what do you know about school based managemen? A case
study of the literature a call for research(1990), hal.1
4

Penerapan manajemen berbasis Sekolah merupakan bentuk

penyesuaian dari pemberlakuan manajemen berbasis sekolah . manajemen

berbasis Sekolah sendiri di definisikan oleh para ahli dengan tiga komponen

utama yaitu;

1. Delegasi otoritas decision making

2. Penerapan model decision maker

3. Ekspektasi dimana MBS akan mendorong leadership Sekolah dalam upaya

perbaikan Sekolah.6

Tujuan dan arah penerapan berbasis Sekolah adalah adalah untuk

mendorong masing masing komponen dalam Sekolah terutama guru untuk

Meningkatkan kreatifitas mereka.dalam mengimplementasikan konsep ini,

Sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya di dalam

kerangka arah dan kebijakan yang telah si rumuskan oleh pemerintahan.7

Kualitas atau sering juga di sebut juga mutu memiliki dua konsep

yang berbeda yaitu bermutu bila memenuhi tertinggi dan sempurna. Artinya

barang ttersebut sudah tidk ada yang melebihi.dalam konsep ini mutu mirip

dengan suatu kebaikan, kecantikan, kepercayaan yang ideal tanpa ada

kompromi mutu dalam makna absolut adalah yang terbaik, tercantik, dan

terpercaya.8

Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep mutu absolut ini

bersifat elits karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang mampu

6
Ibid Malem h.1
7
Umaidi, manajemen peningkatkan mutu berbasis sekolah (yogyakarta:depdikbud.
1999), hal.8
8
Nurkholis manajemen berbasis sekolah teori, model dan aplikasi(jakarta,
grasindo,2008), cet ke-4 hal.67
5

menawarkan mutu tinggi kepada peserta didik dan hannya sedikit sedikit

siswa yang akan mampu membayarnya. 9dalam konsep relatif , mutu bukan

merupakan atribut dari produk atau jasa. Sesuatu di anggap bermutu jiika

barang atau jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karna itu bukan

tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang

telah ditentukan.10

Mutu dapat didefinisikan sebagi suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia proses dan lingkungan yang

memenuhi atau bahkan melebihi harapan.11 Mutu juga memiliki banyak

dimensi, yaitu : pertama, karakteristik kinerja operasional pokok dari produk

inti, kedua, karakteristik tambahan, ketiga, kendalan yaitu kecil kemungkinan

untuk rusak atau gagal pakai, keempat sesuai dengan spesifikasi yang di

tetapkan, kelima daya tahan yaitu berapa lama produk tersebut dapat terus

ditingkatkan, keenam keterlayakan yang meliputi kecepatan, kopetensi,

kenyamaan, atau penganan keluhan yang menyenangkan, ketujuh, estetika

yaitu daya tarik produk.12

Program pendidikan yang bermutu harus memiliki ciri khusus,

diantaranya harus mempertimbangkan kondisi setempat. Dalam konteks

pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh

sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari jauh

mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh

9
Ibid Nurkholis, h,68
10
Ibid., hlm. 68
11
Ibid., hlm. 65
12
Ibid., hlm. 68
6

mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian, guru tidak

lagi bereran hanya sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang

yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu untuk

belajar.13

Disinilah sebenarnya letak mutu pembelajaran. Siswa tidak lagi

dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan

guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian materi apa

yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-

mata ditentukan oleh keinginan guru, akan tetapi selalu memperhatikan setiap

perbedaan siswa.

Dengan sendirinya maka tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan

materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan

materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya

sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas.

Artinya sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk

pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode dan setrategi yang

digunakan oleh guru tidak hanya sekedar metode ceramah, akan tetapi

menggunakan berbagai metode, seperti kontekstual, diskusi, penguasaan,

kunjungan keobjek-objek tertentu dan sebagainya.14

13
Wina Sanjaya, Pembelaajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2008), Cet. Ke-3, h. 79.
14
Ibid., Wina Sanjaya , hlm. 79
7

Dari uraian diatas, maka tampak jelas bahwa istilah “pembelajaran”

(instruction) itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran

sebagai akibat perlakuan guru. Disini jelas, proses pembelajaran yang

dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Maka yang

membedakan terletak pada perannya.

Oleh sebab itu, tuntutan perlunya penerapan manajemen berbasis

Sekolah semakin nyata seiring dengan perubahan karakteristik masyarakat.15

Salah satu keunnggulan manajemen berbasis Sekolah ini adalah adanya

pengakuan kemampuan dan eksistensi sumber daya manusia di sekolah.

Pengakuan tersebut dapat meningkatkan moralitas sumber daya manusianya

sehingga timbulah kepercayaan pada diri mereka dan tampak selanjutnya

adalah memiliki tanggung jawab yang besar akan tugas dan setiap

perbuatannya di sekolah.16

Secara formal, guru sebagai salah satu komponen dalam Sekolah, juga

memiliki peranan penting dalam sukses dan tidaknya suatu proses

pembelajaran. Hal ini mengingat bahwa salah satu implikasi penerapan

manajemen berbasis Sekolah adalah peringatan mutu pembelajaran, baik

menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ataupun dalam hal

pemilihan strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan.17

15
Perubahan dalam lingkungan sosial, politik, ekonomi, hukum, prertahanan dan
keamanan secara nasional, regional dan global mendorong adanya perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang harus dimiliki siswa, artinya telah terjadi perubahan kebutuhan
siswa sebagai bekal siswa untuk terjun kedalam masyarakat luas dimasa mendatang
dibandingkan dengan masa lalu. Oleh karena itu pelayanan kepada siswa, program
pembelajaran dan jasa yang diberikan kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru
tersebut. Nurkholis, op. Cit., hlm. 24.
16
Ibid. Nurkholis,h,24
17
Ahmad Rozikun dan Namanuddin, op. Cit., hlm. 5-6.
8

Dengan demikian, komitmen dan tanggung jawab yang diberikan kepada

guru tersebut seharusnya menjadikan guru lebih cerdas dalam menggali hal-

hal baru yang berhubungan dengan peningkatan mutu pembelajaran guna

mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Hal diatas hanya dapat dicapai jika Sekolah memiliki kewenangan

untuk mengelola dirinya sendiri. Maka pendelegasian wewenang kepala

Sekolah melalui manajemen berbasis Sekolah adalah merupakan suatu

keharusan dalam pencaapaian mutu pembelajaran yang lebih baik.

Secara umum sebagai implikasi penerapan manajemen berbasis

Sekolah terdapat lima agenda reformasi Sekolah yang harus dilakukan yaitu :

a. Bidang kurikulum dan evaluasi yang harus dikembangkan adalah

berdasarkan Sekolah nasional, strategi pembelajaran di Sekolah

dikembangkan oleh masing-masing Sekolah, dan program-program

pengayaan, muatan lokal dan program tambahan sesuai aspirasi

masyarakat/Sekolah serta metode pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual (enquiry, discovery, realiastic math, dan lain sebagainya)

b. Bidang ketenagaan harus dilakukan inservice training dalam beberapa

bentuk dan model, tergantung kebutuhan dan modal, tergantung kebutuhan

dan lingkungan serta sumber dayanya. Kegiatan yang dilakukan dapat

berbentuk School Based Trainin, District Based Training, dan Provicial

Based Training dengan out-sourcing yang bervariasi.

c. Bidang finansial. Dalam hal ini perlu dikembangkan bentuk-bentuk

“grant" dan “ matcing grant”, untuk beberapa program Sekolah, terutama


9

dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Sekolah. Bahkan jika

diperlukan untuk kedepan harus ada formula alokasi anggaran Sekolah

yang diperlukan secara langsung dan di kelola sendiri oleh Sekolah.

d. Bidang sarana dan prasarana perlu dirintis pengadaan yang lebih efektif

dan efisien terutama yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Bahkan

kedepan perlu dipertegas, jenis pengadaan apa yang harus di lakukan oleh

pihak Sekolah itu sendiri.

e. Bidang administrasi. Dalam hal ini perlu dipertegas wilayah mana yang

menjadi garapan pemerintah dan yang menjadi hak otonom Sekolah.18

Sementara itu fungsi-fungsi yang dapat didesentralisasikan

keSekolah melalui manajemen berbasis Sekolah ini adalah sebagai

berikut :19

1. Perencanaan dan evaluasi program Sekolah.

Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencaan sesuai dengan

kebutuhanya, misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu Sekolah.

Sekolah juga di beri kewenangan untuk meakukan evaluasi diri.

2. Pengelolaan kurikulum.

Sekolah dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak boleh

mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang

dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah juga diberi kebebasan

untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.

18
Ibid.
19
Anonim, Manajemenn Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku 1 Konsep dan
Pelaksaan, ( Jakarta : Direktorat SLP Dirjen Dikdasmen Depdiknzas, 2021 ) hlm. 21 – 24.
10

3. Pengelolaan proses pembelajaran.

Sekolah diberi kebebasan untuk memiih strategi, metode dan tehnik

pembelajaran yang paling efektif sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru dan kondisi nyata

sumberdaya yang tesediya di Sekolah.

4. Pengelolaan ketenagaan.

Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan prencaan,

rekrutmen, pengembanagan penghargaan dan sangsi, hubungan kerja

hingga evaluasi kinerja tenaga kerja Sekolah dapat dilakukan oleh

Sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih di

tangani oleh diatasi di atasnya.

5. Pengelolaan pralatan dan perlengkapan.

Pengelolaan fasilitas seharusna oleh madrsah mulai pengadaan,

pemeliharaan dan perbaikan hingga kepengembangan.

6. Pengelolaan keuanagan

Pengelolaan keuangan,m terutama pengalokasian uang sudah

sepantasnya dilakukan oleh Sekolah. Sekolah juga harus diberi

kebebasan untkn melakukan kegian-kegiantan yang mendatangkan

penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata mata bergantung

pada pemeritah.

7. Pelayanan siswa.

Pelayan siswa mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan,

pembinaan, danpenempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk


11

memasukan dunia kerja hingga pengurusan alumni dari dulu telah

didesentralisasikan, yang di perlukan adalah peningkatan itensitas dan

ekstensitasnya.

8. Hubungan Sekolah dengan masyarakat.

Esensi hubungan Sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan

keterlibatan, kepedulian, kepemilikan dan dukungan dari masyarakat,

terutama dukungan moral dan finansial yang daridulu telah

disentralisasikan.

9. Pengelolaan iklim Sekolah

Iklim Sekolah yang kondusif dan akademik merupakan persyaratan

terslenggaranya proses pembelajaran yang efektif.

Dengan mendesentralisasikan berbagai bidang tersebut, maka

diharapkan tujuan utama manajemen berbasis Sekolah akan tercapai. Tujuan

utama manajemen berbasis Sekolah tidak lain adalah meningkatkan kinerja

Sekolah dan terutama meeningkatkan mutu belajar siswa menjdi lebih baik.20

Secara faktual, dari pra survey yang dilakukan di Sekolah Menengah

Atas PGRI 1 Pugung , lembaga ini sudah menerapkan konsep manajemen

berbasis Sekolah dengan baik, ini terlihat bahwa dihampir semua bidang

menejemen di Sekolah ini sudah didisentralisasikan dan diberikan

keewenangan dalam pengambilan keputusan kepala Sekolah, seperti terlihat

pada tabel :21

20
Nurkholis, op. Cit., hlm. 45-47.
21
Drs. Sukandi, Wawancara tanggal 02 oktober 2019.
12

Tabel 1

Bidang-Bidang Desentralisasi di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Pugung

No Bidang yang Didesentralisasikan Keterangan

01 Kurikulum dan program pengajaran Sudah didesentralisasikan

02 Tenaga Kependidikan Sudah didesentralisasikan

03 Kesiswaan Sudah didesentralisasikan

04 Keuangan Sudah didesentralisasikan

05 Sarana dan Prasarana Sudah didesentralisasikan

06 Layanan Khusus Sudah didesentralisasikan

07 Hubungan dengan Masyarakat Sudah didesentralisasikan

Namun disisilain, penulis masih menemukan beberapa kendala dan

masalah yang terjadi dengan proses pembelajaran, antara lain :

1. Dalam proses pembelajaran guru masih berperan sebagai subjek dan murid

sebagai objek padahal dalam pembelajaran yang sebenarnya, guru tidak

lagi berperan sebagai sumber belajar, guru harus menempatkan murid

sebagai subjek yang belajar dan guru tidak lagi menjadi “pemeran

utama”.22

2. Masih adanya guru yang belum memiliki kepercayaan diri, komitmen dan

tanggung jawab yang besar dalam tugas dalam rangka peningkatan mutu

pembelajaran.23 Tanggung jawab yang besar ini ditunjukkan dengan

kesungguhan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan evaluasi


22
Wawancara dengan guru PAI, Ibu Suparmi S.Pd.I (tanggal 04 Oktober 2019)
23
Markidi, (Waka Kurikulum Sekolah Menengah Atas Pgri 1 Pugung ), Wawancara,
tanggal 03 Oktober 2019.
13

proses pembelajaran yang ssalah satu indikasinya bagaimana perlengkapan

pembelajaran yang dilakukan, seperti pembuatan silabus, program

tahunan, program semester, RPP. Data dilapangan menunjukkan bahwa

beberapa guru mata pelajaran pendidikan agama islam belum memiliki

perlengkapan pembelajaran yang memadai, seperti terlihat pada tabel

berikut :

Tabel 2

kelengkapan pembelajaran guru PAI Sekolah Menengah Atas PGRI 1

Pugung .24

No Nama Guru Mata Silabus Program Program RPP

Pelajaran Tahunan Semester

01 Suparni, S.Pd.I PAI Ada ada ada ada

3. Proses pembelajaran masih terlalu monoton sehingga anak merasa

jenuh untuk mengikuti proses pembelajaran.

4. Pemilihan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran terkadang

tidak sesuai dengan isi materi pembelajaran. Guru banyak hanya

menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi

pembelajaran.

5. Masih rendahnya prestasi akademik siswa, ini terlihat dari prosentase

kelulusan dan nilai rata-rata UN yang masih rendah pada tiga tahun

terakhir, separti pada tabel :


24
Studi Dokumentasi Perlengkapan pembelajaran guru SMA PGRI I Pugung dari
kepada Bpak Waka Kurikulum. (03 Oktober 2019)
14

Tabel 3

Prosentase kelulusan dan nilai rata-rata ujian Sekolah.25

No Tahun Pelajaran Prosentase Kelulusan

01 2015/2016 78%

02 2016/2017 85%

03 2017/2018 92%

Studi Dokumentasi terhadap nilai-nilai UN siswa (Sumber Waka Kurikulum, tanggal 03


Oktober 201925
Untuk mengungkap dan menjawab permasalahan tersebut perlu
adanya suatu kajian dan penelitian khusus, maka penulis mengambil judul
“Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pembelajaran PAI Sekolah Menengah Atas Pgri 1 Pugung Kecamatan
Pugung, Kabupaten Tanggamus Tahun 2019/2020”
B. Fokus dan sub fokus penelitian

Adapun fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi Manajemen


Berbasis Sekolah Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran PAI
Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Pugung Kecamatan Pugung, Kabupaten
Tanggamus Tahun 2019/2020.
Sub fokus terdiri atas

1. Bagaimana implementasi manajemen berbasis Sekolah dalam upaya

peningkatan mutu pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah

Menengah Atas PGRI 1 Pugung ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

implementasi manajemen berbasis Sekolah dalam upaya peningkatan


25
Studi Dokumentasi terhadap nilai-nilai UN siswa (Sumber Waka Kurikulum,
tanggal 03 Oktober 2019)
15

mutu pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah Menengah Atas PGRI

1 Pugung?

C. Rumusan Masalah

Dalam mencapai atau mendapatkan sesuatu, pasti terjadi adanya

ketidak sesuaian dengan tujuan awal yang diharapkan. Masalah adalah

kesenjangan antara harapan akan sesuatu dengan kenyataan yang ada.26

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas dapat diungkap bahwa

upaya peningkatan mutu pembelajaran mata pelajaran PAI memerlukan

adanya implementasi konsep manajemen berbasis Sekolah. Melalui Sekolah

Menengah Atas PGRI 1 Pugung sebagai salah satu lembaga yang

menggunakan pendekatan tersebut, maka dapat dirumuskan masalahnya

sebagai berikut :

1) Bagaimana implementasi manajemen berbasis Sekolah dalam upaya

peningkatan mutu pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah Menengah

Atas PGRI 1 Pugung ?

2) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

implementasi manajemen berbasis Sekolah dalam upaya peningkatan mutu

pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah Menengah Atas PGRI 1

Pugung ?

D. Tujuan dan Keunggulan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
26
S.Margono, Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm. 54
16

Adapun tujuan yang ingin dicapi dalam penelitian itu :

1. Untuk menemukan pelaksanaan implementasi manajemen berbesis

Sekolah pada setiap fungsi yang di disentralisasikan dalam upaya

peningkatan mutu pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah

Menengah Atas PGRI 1 Pugung .

2. Menemukan faktor-faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan

implementasai manajemen berbasis Sekolah dalam upaya peningkatan

mutu pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah Menengah Atas

PGRI 1 Pugung .

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini untuk :

a. Memberikan kontribusi bagi khasanah bagi kepustakaan, khususnya yang

berkaitan dengan cara dan pendekatan yang digunakan dalam rangka

meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah.

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak yang akan

merumuskan kebijakan tentang peningkatan mutu Sekolah khususnya di

Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Pugung dan Sekolah-Sekolah lain pada

umumnya, sehingga terhindar dari aturan-aturan dan proses yang terlalu

meningkat dan menyulitkan.

E. Kerangka Pikir
17

Penerapan manajemen berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk

penyesusaian dari pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (School

Based Management).27 Secara leksikal, manajemen berbasis sekolah berasal

dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah

proses menggunakan sumberdaya manusia secara efektif untuk mencapai

sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau azas.

Sekolah adalah lembaga untuk belajar atau mengajar sderta tempat

menerima dan memberikan pelajaran.28 Berdasarkan makna leksikal tersebut

maka manajemen berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai penggunaan

sumber daya yang berasaskan pada Sekolah itu sendiri dalam proses

pembelajaran atau pembelajaran.29 Ide dasar manajemen berbasis Sekolah

adalah mendelegasikan wewenang kepaada keSekolahan itu sendiri.30

Dalam konteks manajemen pendidikan, manajemen berbasis

Sekolah ini berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang sama

serba diatur pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model

manajemen berbasis Sekolah ini berpusat pada sumber daya yang ada di

Sekolah itu sendiri. Dengan demikian akan terjadi perubahan paradigma

manajemen Sekolah, yaitu yang semula diaatur oleh birokrasi diluar

Sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal Sekolah itu

sendiri.31 Myers dan Stonehill mendefinisikan bahwa manajemen berbasis

Sekolah berarti strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan mentrransfer

27
Ahmad Rozikun dan Namaduddin, op. Cit., hlm. 3
28
Kamis, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Kartika, 1997), hlm. 358, 64, 482.
29
Nurkholis, op. Cit., hlm. 1
30
Ahmad Rozikun dan Namaduddin, op. Cit., hlm. 11
31
Ibid., hlm. 6
18

otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari pemerinhtah pusat

dan daerah ke Sekolah-madrash secara individual.32

Berdasarkan pada definisi tersebut, maka yang dimaksud kinerja

Sekolah adalah terjadinya linkungan belajar yang efektif. Diyakini dengan

adanya lingkungan belajar yang efektif maka prestasi belajar siswa yang

berupa prestasi akademik ataupun non akademik akan meningkat. Alasan ini

cukup rasional karena lingkungan Sekolahlah yang paling mengetahui

bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi siswanya.

Selama pengelolaan pendidikan di tekankan oleh pusat mmaka proses

pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif. Manajemen berbasis

Sekolah adalah salah satu dari beberapa bentuk reformasi pendidikan dalam

memperbaiki pendidikan terutama memperbaiki lingkungan pengajaran dan

pembelajaran bagi siswa.33

Manajemen berbasis Sekolah sepertinya bukan ide sederhana. Jadi

meskipun manajemen berbasis Sekolah iide dasarnya adalah decision

making, menyangkut bagaimana Sekolah dijalankan dan siapa yang

berperan dalam pengambilan keputusan, namun dalam penerapannya tidak

berarti dapat terlakasana seketika. Dengan berlakunya manajemen berbasis

Sekolah, dunia Sekolah secara langsung ditantang untuk mengubah

32
Manajemen berbasis sekolah ini memberi kepala sekolah, guru, ssiswa dan oorang
tua serta masyarakat yang memiliki kontrol yang lebih besar dalam proses pendidikan dan
memberikan mereka tanggung jawab untuk mengambil keputusan tentang anggaran, personel
dan kurikulum. Dengan melibatkan Stakeholder lokal dan pengambilan keputusan dalam
MBS dapat meningkatkan lingkungan belajar yang efektif bagi siswa, Ibid. Hlm. 2
33
Paterson mengingatkan bahwa dalam pelaksanaannya sering terjadi salah kosentrasi
yang seharusnya terfokus pada aktifitas pembelajaran malah sering kali perhatiannya terpusat
pada kedisiplinan siswa. Kesallahan kosentrasi dalam penerappan MBM ini harus menjadi
perhatianpara pengelola pendidikan sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi pelajaran
dan tak perlu terulang. Ibid., hlm. 4
19

paradigma lama, mempelajagri pengetahuan baru, mengembangkan Skill

baru, serta mengubah pola kebiasaan prilaku.

Secara umum, sebagai implikasi penerapann manajemen berbasis

Sekolah salah satunya adalah reformasi pendidikan pada bidang

pembelajaran, yang menyangkut strategi metode dan pendektan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.34 Dalam suatu proses

pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat penting, baik sebagai

fasilitator, pengelola, demonstrator maupun fasilitator.35

Pekerjaan guru bukanlah statis akan tetapi pekerjaan yang dinams

yang selamanya harus menyeuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi.oleh karena itu guru di tuntut peka terhadap

dinamika perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang

selamanya berubah, perkembangan sosial budaya, ploitik dan termasuk

perkembangan tekhnologi.36

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencangkup input

proses dan ouput pendidikan. oleh karena itu tinggi rendahnya mutu input

dapat di ukur dari tingkat kesiapan input.

Proses akan efektif dan efesien jika dilaksanakan secara terpadu

dan harmonis sehingga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif

bagi pembentukan dan perbaikan mutu yang berkelanjutan dan betul-betul

mampu memberdayakan warga-warga Sekolah, input manajemen yang


34
Akhir akhir pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang banyak di bicarakan orang ada yang menganggap bahwa pendekatan
kontekstual adalah mukanya kurikulum, lihat wina sanjaya pembelajaran dalam implementasi
kurikulum berbasis kompetensi(jakarta:kencana perdana media grup, 2005)cet ke-3 hal.109
35
Wina sanjaya, ibid hal 47
36
Ibid hal 144
20

dimaksud meliputi tugas yang jelas rencana yang sistematis program yang

mendukung pelaksaan rescana ketentuan kekentuan yang jelas sebagai

pedoman bagi warga Sekolah yng bertindak dan sistem pengendalian mutu

yang efektif dan efisien untuk menyakinkan agar sasaran yang telah di

sepakati dapat dicapai.37

Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang di

laksanakan secara sistematik dan sistemik. Karena dalam proses

pembelajaran terdapat tahapan tahapan. perencanaan dan

pengorganisasian.artinya setiap kegiatan pembelajaran di laksanakan dengan

sadar, teratur, bertahap, terencana, terprogram dengan baik bukan asal-

asalan.hal ini harus di lakukan oleh pendidik dalam setiap proses

pembelajaran, karena pada akhirnya semua kegiatan pembelajaran di

arahkan untuk mencapai tujuan.38

Proses pembelajaran adalah membelajarkan siswa mengunakan

azas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan.pembelajaran merupakan proses komunikasi dua

arah, mengajar di lakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

belajar di lakukan oleh peserta didik atau murid.39

Dalam prespektif lain, dapat diartikan bahwa pembelajaran adalah

suatu proses terjadinya interaksi antara siswa dan guru upaya mencapai

tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokal

37
Ike kusdya rachmawat ,manajen sumberdaya ( yokyakarta : andi, 2008 ) hlm 57
38
ibid
39
Saiful segala, konsep dan makna pembelajaran (bidang alfabeta,2005) hal 61
21

tertentu.40Sedangkan sejarah kebudayaan islam merupakan perkembangan

prjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah

dan berakhlak seta dalam mengembangkan sistem kehdupannya yang di

landasi oleh akidah.

40
Oemar hamalik, manajemen pengembangan kurikulum,(bandung:sekolah
pascasarjana Unirversitas pendidikan indonesia dengan remaja rosydakarya, 2006) hal. 162

Anda mungkin juga menyukai