Di Susun Oleh :
Anggun Fiona Fiolita ( 2101072002 )
Anisa Salsabila ( 2101072004 )
A. Pengertian Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Mallen, Ogawa dan Kranz (dalam Abu-Duhou, 2002) memandang Manajemen Berbasis
Sekolah sebagai suatu bentuk desentralisasi yang memandang sekolah sebagai suatu unit
dasar pengembangan dan bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan. Suatu
definisi yang menyeluruh dan koleks juga dikmukakan oleh Neal (1991, h.17) sebagai
berikut :
2. Bagian anggaran yang diberikan dalam bentuk keseluruhan secara atur berdasarkan
alokasi persiswa yang berbeda misalnya untuk SD, SMP, SMA dan SLB masing-masing
perhhitungannya berbeda demi kepentingan siswa di sekolah tersebut.
Manajemen berbasis sekolah ini diterapkan dengan tujuan agar sekolah diberi wewenang
untuk mengelola sekolahnya semaksimal mungkn sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut
agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan dalam modal manajemen berbasis sekolah kewenangan
pengambilan keputusan tidak berada pada kepala sekolah seorang diri, seperti yang terjadi
selama ini, tetapi dilakukan secara kolektif sesame guru dibantu dengan komite sekolah untuk
mendukung pelaksaan manejemen berbasis sekolah sebagai satuan pendidikan untuk mengetahui
alasan dan bagaimana menerapkan konsep manajemen berbasi sekolah.
Kualitas dalam arti luas dapat diartikan dengan dua konsep yaitu; Absolut, dan relatif.
Dalam konsep absolut suatu (barang) dapat diartikan berkualitas apabila telah memenuhi standart
tinggi dan sempurna. pencapaian ini dapat diartikan bahwa (barang) tersebut tidak melebihi
standart yang ada.
Dalam konsep Absolut, kualitas diartikan sebagai kecantikan, kebaikan, kepercayaan yang ideal
tanpa adanya kompromi. Apabila dipraktikkan dalam dunia pendidikan, konsep Absolut bersifat
elastis. Hal ini dikarenakan minimnya lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas
tinggi kepada peserta didik, dan sedikit jumlah peserta didik yang akan mampu membayarnya.
Sedangkan dalam konsep relatif kualitas bukan merupakan atribut dari suatu jasa
melainkan kualitas dinilai apabila telah mencapai spesifikasi yang ditetapkan. Sehingga konsep
relatif mengartikan kualitas sebagai alat ukur produk akhir dari standar yang ditentukan. Nilai
suatu barang atau jasa dalam konsep relatif ini tidak harus mahal, eklusif danspesial. Hal ini
dikarenakan konsep relatif meyakini bahwa barang yang berkualitas bias biasa-biasa saja,
bersifat umum, dan dikenal banyak orang sehingga konotasi cantik akan terlihat dengan
sendirinya.
Konsep relatif menitik beratkan produk atau jasa yang berkualitas pada kesesuaian
produk dengan tujuan. Konsep relatif juga melihat kualitas dengan dua aspek yaitu ;
1. Sudut pandang produsen sudut pandang ini kualitas dilihat dari spesifikasi yang
ditetapkan.
2. Sudut pandang konsumen atau pengguna dapat diartikan bahwa kualitas ditujukan untuk
memenuhi tuntutan pelanggan.
Dalam “proses pendidikan” yang bemutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), metedologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana
sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang
dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2
tahun atau 5 tahun. Bahkan 10 tahun). Beberapa ahli telah mendefinisikan mutu, seperti berikut
ini :1
1. Menurut Umaedi (1999) secarra umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik
yang tangible maupun intangible.
2. Menurut Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian individual terhadap
persyaratan/tuntutan. Dengan mengatakan bahwa “quality is confermance to costumer
requirement”.
Dari definisi tesebut dapat diambil kesimpulan bahwa mutu adalah keadaan yang sesuai dan
melebihi harapan pelanggan hingga memperoleh kepuasan. Mutu pendidikan bersifat relatif
karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama persis. Namun demikian apabila mengacu
pada pengertian mutu secara umum dapat dinyatakan bahwa pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang seluruh komponennya memiliki persyaratan dan ketentuan yang diinginkan
pelanggan dan menimbulkan kepuasan. Mutu pendidikan adalah baik, jika pendidik tersebut
dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya.
Pendidikan merupakan jasa yang perlu memiliki standarisasi penilaian terhadap mutu.
Standar mutu ialah paduan sifat-sifat barang atau jasa termasuk sistem manajemennya yang
relatif establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Standar mutu pendidikan dapat dirujuk dari standar nasional pendidikan yang telah
menetapkan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di Indonesia meliputi :
a. Standar kompetensi lulusan yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang wajib dimiliki
peserta didik untuk dapat dinyatakan dengan lulus.
b. Standar isi adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan cakupan dan
kedalaman materi pelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang dituangkan
kedalam kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan prosedur dan
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai standar kompetensi kelulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kualifikasi minimal yang harus dipenuhi oleh setiap pendidik dan tenaga
kependidikan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasioal pendidikan yang berkaitan dengan
persyaratan minimal tentang fasilitas fisik yang diperlukan untuk mencapai standa kompetensi
lulusan.
g. Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan biaya untuk
penyelenggaraan satuan pendidikan.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan alat penilaian pendidikan.
2. Peningkatan Mutu Pendidikan
Sampai satu dasawarsa ini terakhir pengunjung abad ke-20, dunia pendidikan kita belum
sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena ini ditandai dari rendahnya mutu
lulusan penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam,
bahkan sampai berorientasi proyek.
Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu dijalankan dengan
baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya kinerja lembaga
pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanutan, kreativitas, dan
produktivitasnya pegawai (guru). Kualitas bukan saja pada unsur masukan (input), tetapi juga
unsu proses, terutama pada unsu keluaran (output) atau lulusan, agar dapat memuaskan harapan,
masyarakat pelanggan pendidikan. Dengan konsep sistem, maka input, proses, dan output
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai kepuasan pelanggan atau sesuai
harapan masyarakat.
Para kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan
pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk
membina SDM yang kreatif dan inovatif. Sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat,
baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun sektor informal.
Abad ke-21 merupakan momentum yang penuh tantangan bagi negara sedang
berkembang seperti indonesia. Kita perlu mencari model baru manajemen pendidikan untuk
meningkatkan mutu lulusan sekolah. Tak ada salahnya jika kita mempelajari usaha-usaha bidang
pendidikan dalam beberapa dekade terakhir abad XX di negara maju, seperti Amerika, Jepang
dan Inggris. Negara-negara tersebut ketika itu merasa perlu menerapkan TQM (Total Quality
Management) atau manajemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan.
TQM menawarkan filosofi, metode, dan strategi baru perbaikan mutu pendidikan. Untuk
memperbaiki mutu pendidikian diperlukan kertelibatan semua pihak. Karrena perbaikan
pendidikan bukan tanggung jaab menteri pendidikan saja, atau dijen, rektor, dekan dan kepala
sekolah saja. Semua yang peduli terhadap nasib bangsa di masa depan harus merasa terrpanggil
untuk membenahi benang kusut yang ada dalam sistem pendidikan nasional. Para birokrat,
tenokrat dan politikus harus memiliki visi yang sama dan kepedulian menetapkan kebijakan
untuk perbaikan pendidikan nasional. Permbangunan perlu diarahkan untuk pecepatan mutu
pendidikan. Selanjutnya, SDM unggul yang dihasilkan pendidikan akan mempercepat
kemandirian bangsa dalam melaksanakan pembangunan.
TQM dapat diterapkan di setiap sekolah dalam rangka perbaikan mutu. Bahkan sekolaj
diharapkan mampu menciptakan keuntungan kompetitif (competitive advantage) dengan mutu
yang tinggi. TQM yang merupakan strategi bisnis fundamental pada tahun 1990-an membei
peluang bagi sekolah untuk mencapai keunggulan. Kemajuan di bidang pabrikasi, pelayanan,
pemerintahan dan organisasi nonprofit lainnya di mungkinkan dengan tercapai dengan TQM.
Teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip,
yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistempengelolaan mandiri, dan prinsip
inisiatif sumber daya manusia.
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat
beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan. MBS menekankan fleksibilitas
sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing.
Karena kompleksnya pekerjaan sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara sekolah
yang satu dengan yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa dan situasi
komunitasnya, sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di seluruh kota,
provinsi, apalagi negara.
Pendidikan sebagai entitas yang terbuka terhadap berbagai pengaruh eksternal. Oleh
karena itu, tak menutup kemungkinan bila sekolah akan mendapatkan berabgai masalah
sepertihalnya institusi umum lainya. Pada zaman yang lingkungannmya semakin kompleks ini
maka sekolah akan semakin emndapatkan tantangan permasalahan.
Sekolah harus mampu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya dengan
cara yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Walaupun sekolah yang berbeda
memiliki masalah yang sama, cara penanganannya akan berlainan antara sekolah yang satu
dengan yang lain.
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah modern.
Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinaltias. Prinsip desentralisasi dilandasi
oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran tak dapat dieleakkan dari
kesultian dan permasalhaan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga
memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
MBS tidak mengingkari bahwa sekolah perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu
kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk
mencapainya. MBS menaydari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi system
pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu
untuk mengembangkan tujuan pengajaran strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisi
mereka masing-masing. Karena sekolah dikelola secara mandiri maka mereka lebih memiliki
inisiatif dan tanggung jawab.
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan prinsip
desentralisasi. Ketika sekolah menghadai permasalahan maka harus diselesaikan dengan caranya
sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila telah terjadi pelimpahan weewnang dari
birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah. Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah
maka sekolah dapat melakukan system pengelolaan mandiri.
Prinsip ini emngakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan
dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali, ditemukan, dan
kemudina dikembangkan. Sekolah dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi
menggunakan istlah staffing yang konotasinya hanya mengelola manusia sebagai barang yang
statis. Lemabga pendidikan harus menggunakan pendekatan human resources development yang
memiliki konotasi dinamis dan asset yang amat penting dan memiliki potensi untuk terus
dikembangkan.
Manajemen Berbasis Sekolah harus diketahui, diamalkan oleh warga Indonesia terutama
pada seorang pendidik yang mengajar pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan juga
pendidikan menengah. Oleh sebab itu, beberapa karakteristik manajemen berbasis sekolah sangat
wajib dipahami pada sekolah yang ingin menerapkannya dan juga diharapkan sekolah tersebut
dapat memperhatikan serta memiliki karakteristik MBS dan mampu menerapkannya dengan
sukses. Nurkholis (dalam Manajemen Berbasis Pendidikan : 2003) mengemukakan bahwa
karakteristik yang terdapat pada MBS ini ada 8, yaitu :
1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk mewakili
sekelompok harapan bersama. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi dan
efektivitas sekolah,karena dengan misi ini warga sekolah dapat mengembangkan budaya
organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan
mempunyai inisiatif untuk memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
5. MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang tua dan pihak-pihak
yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat mengembangkan siswa
dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Dalam konteks ini, sekolah
berperan mengembangkan inisiatif, memcahkan masalah, dan mengeksplorasi semua
kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian halnya dengan unsur-
unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan
sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bkerja sama,
semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena it, iklim organisasi
cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya kualitas
yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS efektivitas sekolah dimulai menurut indicator multitingkat dan multisegi.
Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan metode untuk
membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus
memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, individu, serta indicator
multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.
Manajemen berbasis sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan serta minat dari peserta
didik, guru. Perlu adanya pemahaman tentang fungsi-fungsi pokok dari manajemen itu sendiri,
yaitu perencanaan, pengawasan, pembinaan dan pelaksanaan. Keempat fungsi ini memiliki
proses yang sangat berkesinambungan.
1. Perencanaan ialah suatu proses yang sistematis dalam mengambil keputusan tentang
tindakan yang dilakukan di waktu mendatang. Perencanaan juga memiliki istilah yaitu kegiatan
untuk menggunakan sumber-sumber terbatas secara efektif untuk mencapai suatu tujuan yang
sudah ditetapkan.
2. Pelaksanaan ialah sebuah kegiatan untuk mewujudkan rencana menjadi sebuah tindakan
nyata untuk mencapai sebuah tujuan yang efektif dan efisien.
3. Pengawasan juga bisa diartikan sebagai suatu upaya untuk merekam, mengawasi secara
sistematis serta berkesinambungan. Pada pengawasan ini juga merupakan salah satu kunci dari
keberhasilan proses manajemen.
4. Pembinaan ialah suatu upaya pengendalian profesional dari unsur yang terdapat pada
organisasi tujuannya untuk mencapai dapat terlaksananya sebuah rencana secara efisien.
KESIMPULAN
Menegement Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu system dalam mengatur tatanan
sekolah guna memaksimalkan dan mengefisiensi sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.program ini juga harus ada kerja sama antara komite sekolah, kepala sekolah, guru
serta siswa apabila elemen tersebut terpenuhi dan antusias mesukseskan maka pendidikan yang
dicita cita kan terwujud.
Daftar Pustaka:
Dolong, Jufri. 2018. Karakteristik Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan.
7(1). (online). http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:ZAXZP7u_q8gJ:journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif
Pendidikan/article/download/4928/4393+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id . Diakses 27 Maret
2022