Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Mutu merupakan sesuatu yang dianggap salah satu bagian penting, karena mutu pada

dasarnya menunjukkan keunggulan suatu produk jika dibandingkan dengan produk lainnya.

Penignkatan mutu merupakan usaha dari setiap lembaga-lembaga penghasil produk barang tetapi

juga produk jasa. Demikian halnya dalam pendidikan mutu merupakan bagian penting untuk

diperhatikan.

Sallis mengungkapka “quality is at the top of most agendas and improving quality is

probably the most important task facing any institution. However, despite its importance, many

people find quality an enigmatic concept. It is perplexing to define and often difficult to

measure”. Kualitas adalah bagian penting dari seluruh agenda dalam organisasi dan

meningkatkan kualitas mungkin adalah tugas yang paling penting yang dihadapi institusi

manapun. Namun, meskipun penting, banyak terjadi perbedaan pendapat tentang konsep dai

kualitas yang baik (Fadhil 2017).

Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus menerus akan

menjadi perbincangan dalam pengelolan/ manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

merupakan usaha yang harus diupayakan dengan terus menerus agar harapan untuk pendidikan

yang berkualitas dan relevan dapat tercapai.

Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan tuntutan seluruh stakeholder

pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka menntut ilmu pada lembaga yang memiliki

mutu yang baik. Atas dasar ini maka sekolah/ lembaga pendidikan harus dapat memberikan

1
pelayanan dan mutu yang baik agar tidak ditinggalkan dan mampu bersaing dengan lembaga

pendidikan lainnya.

Berbicara tentang pendidikan, hal pertama yang tersirat dalam benak kita adalah

“sekolah”. Sekolah dalam hal ini merupakan suatu organisasi publik yang memberikan jasa

layanan pendidikan bagi masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas individu masyarakat itu

sendiri. Oleh karenanya, menjadi suatu hal yang wajar apabila masyarakat menuntut tersedianya

“sekolah yang baik” yang tercermin dari efektifitas kinerja sekolah yang bersangkutan. Sebagai

sebuah lembaga pendidikan, sekolah sudah seharusnya menempatkan hakikat pendidikan

menjadi prioritas perhatian dalam penyelenggaraannya, dimana pendidikan dimaknai sebagai

sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya, baik dalam hal pembinaan fisik, akal,

dan jiwanya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya secara

berkelanjutan, sehingga terbentuk kedewasaan dan kemandirian untuk hidup di tengah-tengah

masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan dan

membentuk watak serta kepribadian peserta didik.

Di dalam lingkungan sekolah, fungsi ideal pendidikan ini tidak akan pernah terbentuk

tanpa adanya keselarasan pandangan dan pemahaman dari berbagai pihak akan arti dan makna

proses pendidikan itu sendiri, baik dari pemerintah, penyelenggara sekolah (khususnya pimpinan

sekolah dan guru), maupun masyarakat, terutama orang tua siswa. Pandangan bahwa proses

pendidikan yang diterapkan di lingkungan sekolah ditujukan untuk membangun kemampuan

intelektual, melatih keterampilan, serta membina sikap spiritual, sosial, dan moral peserta didik

perlu dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Inilah sebenarnya yang menjadi

sasaran proses pendidikan di sekolah yang harus dituju dan dicapai, dan keberhasilannya akan

ditunjukkan oleh kemampuan lulusannya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan

2
serta terbentuknya sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai dan norma-norma yang

ditanamkan (Abdullah 2018).

Pada faktanya, hingga saat ini tidak sedikit masyarakat kita yang memiliki anggapan

bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan terlihat dari tingginya nilai (angka) yang diperoleh

peserta didik sebagai laporan hasil belajarnya. Nilai ini seakan-akan menjadi indikator berhasil

atau tidaknya suatu proses pendidikan yang diikuti para peserta didik di sekolah. Anggapan

masyarakat seperti ini akhirnya menjadi tuntutan bagi para penyelenggara pendidikan di sekolah

untuk dapat memberikan nilai kepada peserta didik sebagai hasil belajarnya sesuai dengan

tuntutan masyarakat, khususnya orang tua siswa. Pertanyaannya sekarang adalah apakah para

penyelenggara pendidikan di sekolah harus memberikan nilai hasil belajar kepada peserta

didiknya hanya dengan mempertimbangkan salah satu aspek/ kompetensi yang menonjol dari

mereka? Di sinilah manajemen mutu pendidikan di sekolah menutut peran kepemimpinan kepala

sekolah, profesionalisme guru, serta partisipasi masyarakat secara optimal.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengenal lebih jauh manajemen mutu

pendidikan maka penulis tuangkan dalam makalah yang berjudul “Manajemen Mutu

Pendidikan”.

B. Fokus Penulisan

1) Apa pengertian manajemen mutu pendidikan?

2) Bagaimana cakupan dan karakteristik mutu pendidikan?

3) Bagaimana kriteria sekolah bermutu?

4) Bagaimana total quality management dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui pengertian manajemen mutu pendidikan.

3
2) Untuk mengetahui bagaimana cakupan dan karakteristik mutu pendidikan.

3) Untuk mengetahui bagaimana kriteria sekolah bermutu.

4) Untuk mengetahui bagaimana total quality management dalam pendidikan.

D. Kajian Teori

1. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan

Manajemen mutu pendidikan terdiri dari kata manajemen, mutu dan pendidikan (Alimin

2021).

a. Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa inggris “to manager” yang berarti mengatur, mengurus

atau mengelola, dalam bahasa Arab manajemen berasal dari kata “nazama” artinya menata, an-

nizhaam; at-tazhiim artinya kegiatan yang menertibkan, mengatur, dan berpikir yang dilakukan

oleh seseorang sehingga ia dapat mengatur, menata hal-hal di sekitarnya sehingga selaras dengan

yang lainnya.

Secara semantis, kata manajemen yang umum digunakan saat ini berasal dari kata kerja

to manage yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani,

mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin. Kata management

berasal dari bahasa Latin, yaitu mano yang berarti tangan, menjadi manus berarti bekerja

berulang-ulang dengan tangan, ditambah imbuhan agere yang berarti melakukan sesuatu,

kemudian menjadi managiere yang berarti mengerjakan sesuatu berkali-kali dengan

menggunakan tangan.

Selain itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengendalian sumber daya untuk mencapai tujuan

4
secara efektif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat tercapai sesuai rencana,sedangkan efisien

berarti tugas dilaksanakan dengan benar, terorganisir, dan sesuai jadwal.

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia,

pengarahan, dan mengawasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen

harus dilakukan secara efektif, bekerja dengan benar (berorientasi pada input-output), dan

efisien, bekerja dengan benar (berorientasi pada cara untuk mencapai tujuan).

Dari beberapa pengertian manajemen diatas peneliti menyimpulkan bahwa pengertian

manajemen adalah sebuah proses yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan para anggota organisasi untuk mencapai tujuanorganisasi secara

efektif dan efisien (Alimin 2021).

b. Mutu

Secara etimologis, mutu berasal dari bahasa latin, qualis, yang artinya what kind of. Mutu

menurut Arcaro berpendapat bahwa mutu adalah “suatu proses terstruktur untuk meningkatkan

produk yang dihasilkan.” Bogue & Saunders menganggap bahwa mutu adalah “kesesuaian untuk

mencapai misi dan tujuan ketika integritas, akuntabilitas, dan standar diterima oleh publik.

Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan (satisfaction) dan melebihi

keinginan dan kebutuhan pelanggan atau sesuai persepsi (quality in perception). Feigenbaum

juga mengatakan bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer

satisfaction). Dengan demikian suatu produk dikatakan bermutu apabila dapat memberikan

kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen terhadap

produk yang dihasilkan (Alimin 2021).

c. Pendidikan

5
Secara umum pendidikan sesungguhnya dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu

secara luas dan secara sempit. Pengertian pendidikan secara luas adalah kehidupan. Pendidikan

adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

hidup. Pendidikan adalah segala situasi kehidupan yang mempengaruhi perkembangan individu.

Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pendidikan dimulai sejak manusia berada di bumi, atau

bahkan sejak dalam kandungan.

Pengertian pendidikan secara sempit atau sederhana adalah persekolahan. Pendidikan

adalah pengajaran yang diberikan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan

adalah segala pengaruh yang ingin diberikan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan

kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh akan hubungan

dan tugas sosial.

2. Cakupan dan Karakteristik Mutu Pendidikan

1) Cakupan

Manajemen mutu pendidikan tidak lepas dari tiga model yaitu: input, proses dan

output. Dalam usaha peningkatan mutu dengan menggunakan model ini, ada beberapa

kriteria dan karakteristik sekolah yang harus dipenuhi sebagai berikut (Kuntoro 2019):

a. Input Pendidikan

Input pendidikan meliputi aspek sebagai berikut:

a) Memiliki Kebijakan Mutu

Lembaga pendidikan secara eksplisit menyatakan kebijakannya tentang mutu

yang diharapkan. Dengan demikian gerak nadi semua komponen lembaga

tertuju pada peningakatan mutu sehingga semua pihak menyadari akan

pentingnya mutu. Kesadaran akan pentingnya mutu yang tertanam pada semua

6
gerak komponen sekolah akan memberikan dorongan kuat pada upayaupaya

atau usaha-usaha peningkatan mutu.

b) Sumber Daya Tersedia dan Siap

Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsung

proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang memadai, proses

pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara memadai, yang pada

gilirannya mengakibatkan sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumber daya

dapat dibagi menjadi dua, sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya

(uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan lain sebagainya) dengan penegasan

bahwa sumber daya selebihnya tidak akan mempunyai arti apapun bagi

perwujudan sasaran sekolah tanpa adanya campur tangan sumber daya

manusia.

c) Memiliki Harapan Prestasi Tinggi

Sekolah mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan

prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan

motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal.

Demikian juga dengan guru dan peserta didik, harus memiliki kehendak kuat

untuk berprestasi sesuai dengan tugasnya.

d) Fokus Pada Peserta Didik

Peserta didik merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua

input dan proses yang dikerahkkan di sekolah, tertuju utamanya untuk

7
meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari ini

semua adalah bahwa penyiapan input dan proses belajar mengajar harus

benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari

peserta didik. Syafaruddin membuat kategorisasi pelanggan dunia pendidikan

menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam ( internal customer) yang terdiri

dari: pegawai, pelajar dan orang tua pelajar. Sementara yang termasuk

pelanggan luar (exsternal customer) adalah: perguruan tinggi, dunia bisnis,

militer dan masyarakat luas pada umumnya.

e) Input Manajemen

Sekolah memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda

sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya

menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input

manajemen akan membantu kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya

secara efektif. Input manajemen yang dimaksud adalah: tugas yang jelas,

rencana yang rinci, dan sistematis, program yang mendukung bagi

pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai

panutan bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian

mutu yang efektif dan efesien untuk menyakinkan agar sasaran yang telah

disepakati dapat dicapai.

b. Proses dalam Pendidikan

a) Efektifitas Proses Belajar MengajarTinggi

Sekolah memiliki efektifitas proses balajar mengajar (PBM) yang tinggi.

Proses belajar mengajar yang menjadikan peserta didik sebagai faktor utama

8
pendidikan. Dalam hal ini guru harus menjadikan peserta didik memiliki

kecakapan untuk belajar dan memperoleh pengetahuan tentang cara belajar

yang efektif. Untuk itu guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang

menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa tertekan atau terpaksa

ketika menghadapi pembelajaran di dalam kelas (Kuntoro 2019).

b) Kepemimpinan yang Kuat

Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,

menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama dalam mewujudkan

visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah

dikatakan berkualitas apabila kepala sekolah dapat memberi pengaruh yang

lebih baik dalam tindakan-tindakan kinerjanya. Sehingga warga sekolah dapat

bekerja maksimal sesuai dengan program yang telah ditentukan. Guru dan

karyawan lainya, akan termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan dalam

kinerjanya, karena kinerja para anggota organisasi sekolah lahir dari

ketrampilan dan kepemimpinan Kepala Sekolah.

c) Pengelolaan yang Efektif kepada Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah

hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga

kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan,

evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga pada tahap imbal jasa, merupakan

garapan penting bagi seorang kepala sekolah, karena itu sekolah yang

9
bermutu mensyaratkan adanya tenaga kependidikan yang memiliki

kompetensi dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.

d) Sekolah Memiliki Team Work yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis

Output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil

individual. Karena itu, budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar

individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari dalam

sekolah. Budaya kolaboratif antar fungsi yang harus selalu ditumbuh

kembangkan hingga tercipta iklim kebersamaan.

e) Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat

Sekolah memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan

masyarakat merupakan bagian dari kehidupannya. Hal ini dilandasi keyakinan

bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki.

Makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab. Makin

besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.

f) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan

Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya, ditujukan untuk mengetahui

tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting

adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk

memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.

Evaluasi harus digunakan oleh warga sekolah, terutama guru untuk dijadikan

umpan balik (feed back) bagi perbaikan. Oleh karena itu fungsi evaluasi

menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan mutu peserta didik dan

mutu pendidikan sekolahnya secara berkelanjutan.

10
c. Output yang Diharapkan

Sekolah memiliki output yang diharapkan. Ouput adalah kinerja sekolah.

Kinerja sekolah adalah prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja

sekolah diukur dari kualitasnya, efektitasnya, produktivitasnya, efesiensinya,

inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.

d. Karakteristik Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output

maupun outcome. Ada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu pendidikan

yaitu (Kuntoro 2019):

a) Kinerja

Kinerja berkaitan dengan aspek fungsional sekolah yang terdiri dari kinerja

guru dalam mengajar. “Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan

sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya itu.

Guru perlu memahami faktor-faktor yang langsung dan tidak langsung

menunjang proses belajar mengajar”.

b) Waktu Wajar

Waktu wajar yaitu sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan

mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.

c) Handal

Handal yaitu usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang

diberikan sekolah menjadi prinsip agar pihak yang dilayani merasa senang

11
dan puas atas layanan yang diberikan sehingga menjadi pelanggan yang baik

dan setia.

d) Daya Tahan

Daya tahan yaitu tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter, sekolah

masih tetap bertahan.

e) Indah (estetika)

Indah misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat

media-media pendidikan yang menarik.

f) Hubungan Manusiawi

Hubungan manusiawi yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan

profesionalisme. Hal ini bisa dicapai apabila terjalin komunikasi yang sehat.

“Dari komunikasi itu bisa diperoleh suasana yang akrab dan harmonis, bahkan

bisa mendamaikan dua pihak yang bertikai”.

g) Mudah Penggunaannya

Mudah penggunaanya yaitu sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-

aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam

dikembalikan tepat waktu.

h) Bentuk Khusus

Bentuk khusus yaitu keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal

penguasaan teknologi informasi (komputerisasi). “Persyaratan pertama bagi

12
kepemimpinan pengajaran adalah guru hendaknya memiliki visi mengenai

unggulan dalam mengajar”.

i) Ketepatan

Ketepatan yaitu ketepatan dalam pelayanan sesuai dengan yang diinginkan

pelanggan sekolah.

3. Kriteria Sekolah Bermutu

Mutu dibidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome.

Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu

apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,

Menyenangkan, dan Bermakna). Output , dinyatakan bermutu jika hasil belajar

akademik dan non akademik siswa tinggi. Outcome, dinyatakan bermutu apabila lulusan

cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan

merasa puas.

Merujuk pada pendapat Edward Sallis, sekolah yang bermutu bercirikan sebagai

berikut:

a. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.

b. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam

makna ada komitmen untuk bekerja secra benar dari awal.

c. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.

d. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pimpinan,

tenaga akademik, maupun tenaga administratif.

13
e. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk

mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrument untuk berbuat

benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya.

f. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas.

g. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai

dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.

h. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreatifitas, mampu

menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara

berkualitas.

i. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan

arah kerja secara vertikal dan horizontal.

j. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.

k. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan

untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.

l. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.

m. Sekolah menempatkan peningkatkan kualitas secara terus menerus sebagai suatu

keharusan.

Selain kriteria sekolah bermutu, ada lagi syarat sekolah bermutu yang mana

bukan hanya berdasar pada fasilitas yang dimiliki sekolah, melainkan juga komitmen

warga sekolah dalam menjalankan rencana yang telah disusun. Sebuah sekolah dianggap

mempunyai daya tarik, daya saing, dan daya tahan paling tidak mempunyai syarat-

syarat sebagi berikut :

14
1) Sekolah tersebut proses pembelajarannya bermutu dan hasilnya juga

bermutu. Bermutu dalam bidang akademiknya, bermutu dalam

pendampingan emosionalnya, dan bermutu dalam bimbingan spiritualnya.

2) Sekolah tersebut biayanya sebanding dengan mutu yang diperlihatkan.

3) Sekolah tersebut memiliki etos kerja tinggi dalam arti komunitas pendidikan

tersebut telah mempunyai kebiasaan untuk bekerja keras, mandiri, tertib,

disiplin, penuh tanggung jawab, objektif, dan konsisten.

4) Sekolah tersebut dari segi keamanan secara fisik dan psikologis terjamin,

dalam arti kompleks sekolah tersebut sungguh-sungguh menanamkan sikap

ramah lingkungan untuk hidup tertib, indah, rapi, aman, rindang, nyaman,

dan menjadikan orang betah di sekolah.

5) Sekolah tersebut di dalamnya tercipta suasana yang humanis, terpeliharanya

budaya dialog, komunikasi, latihan bersama, dan adanya validasi teman

sejawat.

4. Total Quality Management dalam Pendidikan

Total Quality Management (TQM) merupakan perluasan dan pengembangan dari

jaminan mutu. TQM adalah tentang usaha menciptakan sebuah kultur mutu, yang

mendorong semua stafnya untuk memberikan yang terbaik kepada para peserta didik.

Pengertian tersebut tidak menekankan satu komponen dalam sistem pendidikan, tetapi

menyangkut seluruh komponen penyelenggara pendidikan yaitu input, proses dan

output dan semua perangkat yang mendukungnya (Yusuf 2018). Manajemen mutu

terpadu (Total Quality Management) berfungsi efektif dalam berbagai organisasi, yaitu

untuk meningkatkan kualitas outcome atau produk, sehingga dapat diterima oleh

15
pelanggan atau pemakai dan dapat menghindari timbulnya kesalahan. Kegiatan

pendidikan yang dilaksanakan harus diutamakan untuk mencapai kepuasan pelanggang

pendidikan. Standar mutu, kepuasan pelanggan, kepemimpinan, dan tim kerja

memegang peran penting dalam memujudkan mutu lulusan yang diinginkan. Karena itu,

peranan alat dan teknik dalam peningkatan mutu menjadi bagian intregal dalam

manajemen mutu terpadu pendidikan.

Berdasarkan sistem persekolahan, lulusan merupakan titik pusat tujuan, lulusan

berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa proses pendidikan yang bermutu. Proses

pendidikan yang bermutu tidak mungkin ada tanpa organisasi persekolahan yang tepat.

Untuk memajukan organisasi yang tepat diperlukan pimpinan yang memadai, dan

pimpinan itu sendiri harus mendapat dukungan komitmen dari seluruh perangkat

sekolah atau konstituen. Kesadaran akan pelaksanaan fungsi dan tugas secara

berkualitas harus berlangsung secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Jerome S. Arcaro berpendapat bahwa Manajemen mutu terpadu ( Total Quality

Management) dalam pendidikan memiliki karakteristik yang berorientasi pada

peningkatan mutu pendidikan. Karakteristik itu adalah pertama, fokus pada kostumer

baik kostumer internal (orang tua, siswa, guru, administrator, staf dan dewan sekolah)

maupun kostumer eksternal (masyarakat, perusahaan, keluarga, militer, dan perguruan

tinggi yang berada di luar organisasi). Kedua, keterlibatan total. Ketiga, pengukuran.

Keempat, komitmen dan. Kelima, perbaikan berkelanjutan (Yusuf 2018).

Pentingnya manajemen dalam penyelenggaraan sebuah organisasi merupakan hal yang

mutlak diperlukan, demikian halnya dalam pendidikan manajemen merupakan hal yang penting.

Lembaga/ perusahaan yang bergerak dalam bidah pengelolaan barang memerlukan manajemen

16
yang baik. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menegelola manusia dan bertujuan

menciptakan manusia-manusia berkualitas, tentunya hal ini lebih memerlukan pemikiran yang

lebih ekstra dibandingkan lembaga-lembaga pengelola barang. Hoy, Jardine and Wood

megemukakan quality in education is an evaluation of the process of educating which enhances

the need to achieve and develop the talents of the customers of the process, and at the same time

meets the accountability standards set by the clients who pay for the process or the outputs from

the process of educating. Pendapat ini menjelaskan bahwa mutu dalam pendidikan adalah

evaluasi proses pendidikan yang meningkatkan kebutuhan untuk mencapai dan proses

mengembangkan bakat para pelanggan (peserta didik), dan pada saat yang sama memenuhi

standar akuntabilitas yang ditetapkan oleh klien (stakeholder) yang membayar untuk proses atau

output dari proses pendidikan. Untuk mengukur pendidikan yang berkualitas tentunya diperlukan

kriteria/ indikator. Sallis mengungkapkan ada banyak indikator mutu yang baik di lembaga

pendidikan. Antara lain: 1) high moral values; 2) excellent examination results; 3) the support of

parents, business and the local community; 4) plentiful resources; 5) the application of the latest

technology; 6) strong and purposeful leadership; 7) the care and concern for pupils and

students; 8) a well-balanced and challenging curriculum. Pandangan ini menjelaskan bahwa

sekolah yang bermutu dan baik harus meiliki: 1) nilai-nilai moral/ karakter yang tinggi; 2) hasil

ujian yang sangat baik; 3) dukungan orang tua, dunia usaha dan masyarakat setempat; 4) sumber

daya berlimpah; 5) implementasi teknologi terbaru; 6) kepemimpinan yang kuat dan memiliki

tujuan (visi); 7) keperdulian dan perhatian bagi siswa; 8) kurikulum yang seimbang dan relevan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilihat dari banyak sisi (Munirom 2021).

Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab

dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Hadis dan Nurhayati

17
menjelaskan dalam persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan,

diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan, aplikasi teknologi

informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan proses belajar

mengajar, aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang mutakhir dan modern,

metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan yang memadai, manajement

pendidikan yang dilaksanakan secara profesional, sumberdaya manusia para pelaku pendidikan

yang terlatih, berpengetahuan, berpengalaman dan professional. Mutu adalah hal yang esensial

sebagai bagian dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran adalah tujuan organisasi

pendidikan. Mutu pendidikan adalah mutu lulusan dan pelayanan yang memuaskan pihak terkait

pendidikan. Mutu lulusan berkaitan dengan lulusan dengan nilai yang baik (kognitid, apektif, dan

psikomotorik) diterima melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang berkualitas dan memiliki

kepribadian yang baik. Sedangkan mutu pelayanan berkaitan dengan aktivitas melayani

keperluan peserta didik, guru dan pegawai serta masyarakat secara tepat dan tepat sehingga

semua merasa puas atas layanan yang diberikan oleh pihak sekolah. Taylor, West dan Smith

pada lembaga CSF (Central for the School of the Future) Utah State University mengungkapkan

indikator sekolah bermutu adalah: 1) dukungan orang tua, 2) kualitas pendidik, 3) komitmen

peserta didik, 4) kepemimpinan sekolah, 5) kualitas pembelajaran, 6) manajemen sumber daya di

sekolah 7) kenyamanan sekolah. Di samping kriteria diatas, Sitompul menambahkan kualitas

pendidikan yang berhasil ditandai dari: 1) Tingginya rasa kepuasan pengajaran, termasuk

tingginya pengharapan murid, 2) Tercapainya target kurikulum pengajaran, 3) Pembinaan yang

sangat baik terhadap spiritual, moral, social dan pengembangan budaya pengajar, 4) Tidak ada

murid yang bermasalah dalam kejiwaan atau resiko emosional 5) Tidak ada pertentangan antara

hubungan murid dengan para guru/ staf (Munirom 2021).

18
5. Strategi pelaksanaan Manajemen Mutu Sekolah

Strategi adalah langkah-langkah sistematis dan sistemik dalam melaksanakan rencana

secara menyeluruh (makro) dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan model Manajemen

Mutu Sekolah. Perlu disadari bahwa reformasi manajemen pendidikan persekolahan dengan

menggunakan model Manajemen Mutu Sekolah merupakan tuntutan yang mendesak. Namun

demikian, tuntutan Manajemen Mutu Sekolah bukanlah satusatunya model yang dapat

mendongkrak mutu pendidikan tanpa dukungan faktor lain. Ada sejumlah faktor lain yang

mendukung dan menentukan diantaranya tingkat prestasi stakeholder dan kondisi sosial ekonomi

masyarakat. Artinya sekolah tidak dapat berjalan sendiri dalam upaya meningkatkan mutu

efisiensi, pemerataan pendidikan dan kemandirian sekolah. Kondisi politik atau kebijakan

pemerintah dalam hal manajemen/organisasi/kepemimpinan, proses belajar mengajar, sumber

daya manusia dan administrasi sekolah merupakan sejumlah komponen Manajemen Mutu

Sekolah yang diperlukan dalam konteks persekolahan di Indonesia (Nahrowi 2019).

Penerapan disesuaikan dengan pemberlakuan Manajemen Mutu Sekolah dibagi dalam

tiga tingkatan Manajemen Mutu Sekolah secara penuh (tinggi), Manajemen Mutu Sekolah

tingkat menengah (sedang), sekolah dan Manajemen Mutu Sekolah secara minimal (rendah).

Dalam menentukan tingkatan sekolah dan Manajemen Mutu Sekolah ada lima persyaratan yang

perlu dipenuhi yaitu :

1. Pemilihan Kepala sekolah dan guru

2. Pembentukan partisipasi masyarakat

3. Lokasi/kemampuan dasar orang tua

4. Kemampuan pengadaan dana

19
5. Nilai Ebtanas Murni Kelima kriteria tersebut dihubungkan dengan tipe sekolah (penuh,

menengah dan minimal).

E. Analisis

1. Manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah adalah suatu metode

peningkatan mutu yang bertumpu pada pendidikan di sekolah itu sendiri,

mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun

administrasi dan memerlukan partisipasi semua pihak (Kepala sekolah, guru, staf

administrasi, siswa, orang tua dan pakar) secara berkesinambungan

meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi

kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Pendidikan bukanlah upaya sederhana,

melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu

berubah seiring dengan perubahan jaman. Oleh karena itu pendidikan senantiasa

memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin

tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan masyarakat.

2. Karakteristik manajemen mutu pendidikan mencakup berbagai komponen

diantaranya yaitu perubahan kultur, lembaga pendidikan menyediakan

lingkungan yang cocok untuk para guru dan staf seperti alat alat keterampilan,

sistem dan prosedur sederhana yang membantu pekerjaan mereka, penghargaan

dan motivasi yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta memberdayakan

setiap individu di dalamnya. Selain hal tersebut, sekolah bersifat akses terbuka

untuk tumbuh relatif mandiri agar memberi keputusan yang inovatif dalam

mengkreasikan program demi peningkatan mutu pendidikan. Sehingga

20
hasil/output yang dihasilkan memiliki keunggulan yang mampu bersaing

dilingkungan luar.

3. Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pendidikan mengacu

pada manajemen kurikulum, pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana.

Kurikulum merupakan acuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang

diharapkan. Tujuan pendidikan mengarah pada hasil pendidikan yang berupa

prestasi yang dicapai oleh sekolah. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil test

kemampuan akademis atau prestasi di bidang lain. Dalam proses pendidikan yang

bermutu terlibat berbagai input. Seperti: bahan ajar, metodologi (bervariasi

sesuai kemampuan guru), sarana sekolah dukungan administrasi dan sarana

prasarana, dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

Manajemen sekolah, dukungan kelas melibatkan semua komponen dalam

interaksi belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas

maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra kurikuler, baik

dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam

suasana yang mendukung proses pembelajaran. Adapun instrumental input, yaitu

alat berinteraksi dengan raw input (siswa) seperti guru yang harus memiliki

komitmen yang tinggi dan total serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah

untuk maju, menguasai ajar dan metode mengajar yang tepat, kreatif, dengan ide

dan gagasan baru tentang cara mengajar maupun materi ajar, membangun kenerja

dan disiplin diri yang baik dan mempunyai sikap positif dan antusias terhadap

siswa, bahwa mereka mau diajar dan mau belajar. Begitu pula dengan raw input

dan lingkungan, yaitu siswa itu sendiri. Dukungan orang tua dalam hal ini

21
memiliki kepedulian terhadap penyelenggaraan pendidikan, selalu mengingatkan

dan peduli pada proses belajar anak di rumah maupun di sekolah.

4. Manajemen mutu terpadu dalam konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi

metodologi tentang evaluasi terus menerus, yang dapat seperangkat alat praktis

kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan

harapan pelanggan (internal maupun eksternal), sekarang maupun masa yang

akan datang. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah kontrol

totalitas/pengawasan menyeluruh terhadap anggota organisasi (warga sekolah)

terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. Dalam ranah manajemen

mutu terpadu, lembaga pendidikan harus memposisikan peserta didik sebagai

subjek/sasaran penilaian yang besar, maka siswa harus dilibatkan dalam setiap

pengambilan keputusan strategis langkah organisasi institusi (sekolah).

Keterlibatan dan respon terhadap hakikat dan tujuan pendidikan sangat

ditekankan kepada semua pihak (warga sekolah) agar hal tersebut tercapai.

Dengan kata lain, setiap personal yang terlibat harus memahami apa tujuan

penyelenggaraan pendidikan. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak

mampu menerapkan manajemen peningkatan kualitas pendidikan.

Implementasi Manajemen Mutu Terpada pada Bidang Pendidikan Perkembangan

manajemen mutu terpadu pada bidang Pendidikan atau yang lebih dikenal dengan total quality

education berasal dari konsep total quality management yang dikembangkan pada industry.

Prinsip implementasi manajemen mutu terpadu pada bidang Pendidikan bukanlah sebuah

inspeksi melainkan komitmen warga sekolah untuk mengerjakan segala sesuatu dengan “baik

sejak awal” (Anwar, 2020; Dewi, 2018). Manajemen mutu terpadu bukan tugas yang hanya

22
dikerjakan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan. Kata “terpadu” menegaskan bahwa setiap

orang/ warga sekolah terlibat memegang tanggung jawab untuk melakukan perbaiakn dan

peningkatan secara terus menerus (Kanji & Kristensen, 1995; Kigozi et al., 2019; Mahmood &

Ismail, 2018; Nur Fauz et al., 2020; Sohel-Uz-Zaman & Anjalin, 2016). Manajemen mutu

terpadu dianggap sebagai pendekatn praktis, namun strategis dalam menjalankan instansi

Pendidikan yang menfokuskan diri pada kebutuhan kostumer internal dan eksternal. konstumer

internal dalam instansi Pendidikan dikategorikan sebagai warga sekolah yang tergabung

langsung dalam aktivitas operasional sekolah seperti guru, peserta didik, staf sekolah, dan

stakeholder. Kostumer eksternal dikategorikan masyarakat luas dan insdustri sebagai pengguna

jasa Pendidikan, dan pemerintah. Sebagai sebuah pendektakan manajemen sekolah, manajemen

mutu terpadu mencari sebuah perubahan yang permanen dalam tujuan sekolah. institusi

melakukan inovasi, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah. Untuk melakukan

perbaikan yang berkelanjutan, kepal sekolah harus mempercayai guru dan stafnya dan

mendelegasikan keputusan pada tingkat-tingkat yang tepat. Manajemen mutu terpadu pada

Pendidikan bermuara pada peningkatan mutu pembelajaran (Hp, n.d.; Mutaqin & Zaki, 2018;

Sobry, 2018). Institusi Pendidikan harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan

kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan strategi individualisasi dan diferensisasi dalam

pembelajaran (Flynn et al., 1994; Mutaqin & Zaki, 2018; Saepudin, 2018).

Pelajar adalah pelanggan utama sekolah, dan jika model pembelajara tidak memenuhi

kebutuhan individu. Maka hal ini berarti bahwa institusi Pendidikan berkewajiban untuk

membuat pelajar sadar terhadap variasi metode pembelajaran. Institusi Pendidikan juga perlu

menaggunakan hasil pengawasan formal untuk menetapkan keabsahan program-programnya

(Mulyadi, 2020; Rahmawati & Supriyanto, 2020; Rohman, 2017). Siap melakukan langkah-

23
langkah perbaiakan terhadap hasil belajar peserta didik yang belum sesuai dengan harapan dan

standar mutu yang ditetapkan. Langkah-langkah perbaikan ini bertujuan untuk memberikan

motivasi dan pengalaman kepada peserta didik yang dapat menyesuaikan diri yang tuntutan yang

ditetapkan.

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Pada Pendidikan Perguruan Tinggi Pelaksanaan

kerangka administrasi mutu dengan tujuan akhir untuk memperbaiki pendidikan tinggi

diwujudkan melalui beberapa hal, khususnya: Perguruan tinggi berkualitas adalah yang dapat

menjawab persoalan dan asumsi daerah setempat. Kebutuhan daerah adalah peningkatan nilai

SDM dan aksesibilitas data, informasi dan inovasi yang dapat meningkatkan taraf hidup. Jadi

perguruan tinggi berkualitas adalah yang menawarkan kepuasan kepada masyarakat secara

keseluruhan. Harus ada perhatian dan keyakinan dalam persyaratan pelaksanaan yang

berkualitas, dan karenanya harus ada tanggung jawab yang kuat dan perasaan terhubung untuk

menjaga dan meningkatkan sifat pekerjaan. Pendidikan yang tidak memadai, penelitian,

pengorganisasian, kadang-kadang mendekati tidak ada pekerjaan. perlu komitmen yang kuat

untuk menumbuhkan semangat melakukan perbaikan bahkan peningkatan mutu secara terus

menerus. Tekad untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi harus dibuktikan dengan adanya

usaha-usaha nyata memperbaiki mutu. Tidak hanya sekali memperbaiki dan selesai, tetapi sedikit

demi sedikit secara terus-menerus. Mutu perguruan tinggi tidak ada langit-langitnya, karena itu

tidak mungkin meningkatkan mutu sekaligus dan selesai. Setiap kali perlu ditetapkan standar

mutu dari sesuatu yang ingin dicapai. Standar mutu tri darma dan administrasi Perguruan tinggi

ini perlu ditingkatkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Lie, et al.

2021).

24
Perguruan tinggi yang berkualitas tidak dibuat oleh individu-individu yang unik, tetapi

hasil kerja sama dari beberapa kelompok yang bekerja sama. Individu yang berkoordinasi

mungkin berbeda dalam status dan kapasitas. Dengan cara ini, penting untuk meningkatkan

teknik yang menghasilkan kolaborasi antara kapasitas-kapasitas ini. Teknik yang bekerja dengan

kerjasama mereka harus dibuat dan ditingkatkan. Meningkatkan kualitas dalam organisasi tersier

tidak dapat dipandang sebagai tindakan “cepat”. Gerakan ini adalah tindakan berlarut-larut yang

membutuhkan perubahan hierarkis dan pembangunan kembali yang tidak bisa terlalu kuat.

Kewajiban untuk meningkatkan kualitas harus dipahami oleh semua tingkatan dewan dan harus

didasarkan pada keinginan untuk berubah. Apa yang lebih penting daripada kesiapan untuk

berubah adalah penghiburan dalam mengambil bagian dalam interaksi perubahan ini (Lie, et al.

2021).

Penerapan Managemen dalam studi trasfromasi menujukan bahwa untuk dapat

berhasilnya implementasi manajemen mutu terpadu pada Perguruan tinggi, maka harus dimulai

dari pimpinan, yang di lihat dari perilaku dan tindakan pemimpin sebagai berikut: (1)

menyenangkan dalam peretemuan, diskusi, pertanyaan, dan sebagainya, (2) membentu fasilitator

yang akan memasyarakatkan program dan mengarahkan kelompok pengarah dalam

pengembangan program peningkatan mutu pendidikan, (3) membentuk kelompok pengarah

peningakatan mutu yang mendorong dan menunjang proses peningakatan mutu, (4) menunjuk

koordinator peningakatan mutu yang membantu dan mengarahkan tim kerja dalam menemukan

pemecahan masalah dan solusinya, (5) menyelengarakan seminar manajemen untuk

mengevaluasi kemajuan dalam universitas, (6) menganalisis dan mendiagnosis situasi yang

sedang selalu berkembang khususnya di bidang teknologi, (7) menggunakan atau mencoba

model-model yang telah diterapkan oleh lembaga lain yang lebih baik, (8) menggunakan

25
konsultan dari luar walaupun tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sebagaimana pada

perusahaan, (9) meningkatkan pelatihan yang mengarah pada mutu yang diutamakan dalam

perubahan budaya dan teknologi. (10) menyebarluaskan pengertian mutu kepada seluruh

individu dalam lembaga pendidikan agar semua terlibat dalam proses peningakatan budaya dan

mutu dalam sumber daya manusia, (11) mengukur biaya dari mutu, termasuk menghitung

kerugian yang diakibatkan oleh penurunan jumlah mahasiswa baru, drop out, meyebabkan

reputasi yang menurun, kehilangan kesempatan, dan sebagainya, (12) menerapkan alat dan

teknik melalui pengembangan kelompok kerja efektif, dan (13) mengevaluasi program pada

setiap periode tertentu agar program pada setiap periode tertentu sebagaimana direncanakan agar

tidak mengalami kegagalan (Al-Amri & Wong, 2019; Nasim et al., 2020).

F. Penutup

1. Kesimpulan

a. Manajemen mutu pendidikan adalah menggerakkan lembaga pendidikan untuk

secara terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan

kemampuan lembaganya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan peserta didik

dan masyarakat agar mampu beradaptasi ditengah-tengah kemajuan

globalisasi.

b. pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output

maupun outcome.

c. Kriteria mutu pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome.

Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan

bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang pembelajaran yang aktif,

26
kreatif, menyenangkan, dan bermakna). Output ,dinyatakan bermutu jika hasil

belajar akademik dan non akademik siswa tinggi

d. Pada dasarnya Total Quality Management (TQM) adalah evaluasi untuk

menemukan berbagai informasi tentang perencanaan dan pengendalian mutu

suatu lembaga. Juga tentang produk yang dihasilkan, sehingga dapat

dilakukan peningkatan mutu ataupun terobosan baru dalam usaha perbaikan

mutu. Diranah inilah TQM sebagai pendekatan yang digunakan untuk

mengembangkan kualitas lembaga pendidikan yang berorientasi pada kualitas

proses dan hasil. Sehingga berbagai alat dan instrumennya dapat diterapkan

dalam membangun mutu manajemen pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mulyana. "MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH PERAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PROFESIONALISME GURU, DAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI

27
SEKOLAH." JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN (UNILA Universitas Lampung) 1,

no. 3 (2018): 190-198.

Alimin. "MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN." JURNAL ILMU PENDIDIKAN ISLAM

(Institut Agama Islam Qomaruddin Gresik) 19, no. 2 (Desember 2021): 237-255.

Arcaro, S Jerome. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Arcaro, S Joremo. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip Prinsip Perumusan dan Tata Langkah

Penerapan. Jakarta: Riene Cipta, 2005.

Fadhil, Muhammad. "Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan." TADBIR: Jurnal Studi

Manajemen Pendidikan (STAIN Curup) 1, no. 02 (2017): 1-26.

Kuntoro, Alfian Tri. "Manajemen Mutu Pendidikan Islam." JURNAL KEPENDIDIKAN (IAIN

Purwekerto) 7, no. 1 (Mei 2019): 84-97.

Lie, Vidlina, Deijie A Katuuk, Viktory N.J Rotty, and Jeffry S.J Lengkong. "Manajemen Mutu

Terpadu: Suatu Pendekatan Transformatif Gerakan Mutu secara Mandiri pada Perguruan

Tinggi." JBMP: JURNAL BAHANA MANAJEMEN PENDIDIKAN (Universitas Negeri

Padang) 10, no. 1 (2021): 55-61.

Munirom, Ali. "MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN." Jurnal An-Nur:

Kajian Pendidikan dan Ilmu Keislaman (IAIN An-Nur Lampung) 7, no. 01 (Januari-Juni

2021): 154-174.

Mutohar, Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah "Strategi Peningkatan Mutu dan Daya

Saing Lembaga Pendidikan Islam". Vol. I. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2019.

Nahrowi, Mohammad. "MANAJEMEN MUTU SEKOLAH DASAR." Jurnal Auladuna

(INAIFAS Kencong Jember) 01, no. 01 (April 2019): 122-133.

28
Nasional, Departemen Pendidikan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:

Pustaka Pelajar, 2020.

Poster, Cyril. Gerakan Menciptakan Sekolah Unggulan. Vol. I. Jakarta: Lembaga Indonesia

Adidaya, 2020.

Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Edited by Ahmad Ali Riyadi, &

Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSod, 2018.

Soetjipto, and Raflis Kosasi. Profesi Guru. Vol. I. Jakarta: Renika Cipta, 2017.

Suryadi, Ace, and H.A.R Tilaar. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2017.

Suyanto, and Asep Jihad. Menjadi Guru Profesional, Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan

Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi Erlangga, 2019.

Syarifuddin. manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo, 2020.

Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Yusuf, Munir. "Pengantar Pendidikan." In Pengantar Pendidikan, by Munir Yusuf, 10. Palopo:

Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo, 2018.

29

Anda mungkin juga menyukai