Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH LANDASAN PENDIDIKAN

Dosen : Dr.Hj.Connie Chairunnisa, MM.

Emiliya Alkhansa 2201015074

Khansa Muthia Adila 2201015086

Aurellia Nafish Ashadi 2201015078

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA 2022
MENJAWAB PERTANYAAN STUDI KASUS :
1. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru berkenaan dengan kemampuan mereka
dalam mengenal karakteristik peserta didik berbagai aspek.

Guru harus menguasai teori belajar., Prinsip-prinsip pembelajaran., Pengembangan


kurikulum., Memanfaatkan teknologi informasi., Pengembangan peserta didik.,
Berkomunikasi dengan baik., Melakukan penilaian dan proses evaluasi hasil belajar.

b. Kompetensi Kepribadian
Guru harus memiliki perasaan bangga menjadi seorang tenaga didik. Selain itu guru harus
memiliki integritas yang baik sehingga guru bisa mempengaruhi peserta didik sekaligus
menjadi role model bagi siswanya maupun teman sejawat disekolah.

Karakter yang diharapkan muncul dalam kepribadian guru adalah: (1) Jujur dan berakhlak
mulia; (2) Menampilkan pribadi yang konsisten dan berwibawa (dengan pengetahuan
yang dimiliki ); (3) memiliki etos kerja tinggi dan bertanggung jawab; (4) Menjunjung
kode etik profesi guru.

c. Kompetensi Sosial
Guru harus memiliki kompetensi sosial masyarakat, dalam rangka meningkatkan peran
mereka dan meningkatkan kualitas pendidikan secara umum.

Kompetensi sosial tercermin dalam: (1) bertidak obyektif serta tidak diskriminatof; (2)
berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun; (3) dapat beradaptasi dimanapun
berada; (4) dapat berkomunikasi dengan berbagai komunitas.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengupdate dan
menguasai materi pembelajaran.

Kompetensi Profesional terangkum: (1) Kemampuan guru dalam memahami prinsip-


prinsip; (2) Menguasai materi, prinsip-prinsip keilmuan yang mendukung; (3) Menguasai
standar kompetensi dasar; (4) mengembangkan materi pelajaran yang dia mampu; (5)
Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan; (6) Memanfaatkan TIK.

2. Kemampuan dalam mengatur emosi peserta didik memerlukan sebuah program


bimbingan dan konseling yang tepat untuk menumbuhkan kecerdasan emosional peserta
didik. Dalam hal ini, kecerdasan emosional nantinya mampu memberi dampak positif
terhadap kemampuan peserta didik dalam mengelola emosinya. Sehingga peserta didik
mampu mengatasi segala masalah yang dihadapi secara dewasa, bukan atas dasar
pemikiran sesaat.
Upaya mendidik anak-anak menjadi pribadi yang baik, perlu
diwujudkan bersama sebagai prioritas dalam hubungan kerjasama antara keluarga,
masyarakat maupun pemerintah khususnya melalui bidang
pendidikan. Dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa tidak cukup hanya memberikan pengetahuan pada siswa,
namun juga harus membentuk dan membangun moral siswa agar mampu
mengembangkan potensi diri dan memiliki moral yang baik. Menurut pendapat Santrock
kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang sangat luas dari tingkah laku yang ti
dak dapat diterima secara social contohnya bersikap berlebihan disekolah sampai pelang
garan yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hokum, anti social, anti su
sila, dan menyalahi norma-norma agama. Menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsah, tindakan
untuk mencegah dan mengatasi kenakalan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Tindakan Preventif yakni segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
kenalan-kenakalan.
b. Tindakan Represif yaitu tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja atau
menghalangi timbulnya kenakalan yang lebih parah.
c. Tindakan Kuratif / Rehabilitas yakni revisi akibat perbuatan nakal terutama individu
yang telah melakukan perbuatan tersebut.
d. Konseling Individu. Menurut Prayitno konseling individu merupakan layanan yang dis
elenggaarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentaan m
asalah prbadi klien.

Adapun Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada


aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya memang
perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai
penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga
hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan
penyimpangan perlaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya
adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perlaku yang terjadi
pada para siswanya. Oleh karena itu, di sinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan
yaitu pendekatan melalui bimbingan dan konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin
yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penangan siswa
bermasalah melalui bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya
penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penangan
siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan
bentuk sanksi apapun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan
interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah,
sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang
lebih baik.

3. Dalam kaitannya dengan ekonomi pendidikan perlu dibahas mengenai dana pendidik
an. Sekolah-sekolah kita pada umumnya menggantungkan diri pada dana dari pemerintah
atau yayasan, sehingga banyak sekolah yang mengalami kekurangan dana, terutama seko
lah negeri. Mereka dapat belajar dari negara lain tentang cara mencukupi biaya pendidika
n sendiri, antara lain dengan mencari dana melalui sumbangan orang tua, keuntungan kan
tin, toko pakaian seragam, penjualan barang-barang jadi buatan siswa, mengadakan bazar
, mengadakan malam kesenian, menyewakan aula, bunga tabungan di bank, dan komisi
mencari nasabah bank (Pidarta, 1995). Adapun yang perlu dibahas adalah sebagai
berikut:

1. Transparansi Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajem


en berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidik
an, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam
manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan j
umlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bis
a memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
2. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain kar
ena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang
menjadi tanggun jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti pen
ggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yan
g telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yan
g berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab.

3. Efektivitas Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapk
an. Penjelasan mengenai efektivitas jika lebih dalam lagi, sebenarnya efektivitas tida
k berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan d
engan pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcome
s”. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dik
atakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur k
euangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang ber
sangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) atau antara
daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.

Proses Pengelolaan Keuangan di Sekolah Komponen keuangan sekolah merupaka


n komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan pembelajaran bersama k
omponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah mem
erlukan biaya. Tataran pengelolaan cara mengatur lalu lintas uang yang diterima dan dibe
lanjakan mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan s
ampai dengan penyampaian umpan balik. Kegiatan perencanaan menentukan untuk apa,
dimana, kapan dan beberapa lama akan dilaksanakan, dan bagaimana cara melaksanakan
nya. Kegiatan pengorganisasian menentukan bagaimana aturan dan tata kerjanya. Kegiat
an pelaksanaan menentukan siapa yang terlibat, apa yang dikerjakan, dan masing-masing
bertanggung jawab dalam hal apa. Kegiatan pengawasan dan pemeriksaan mengatur krite
rianya, bagaimana cara melakukannya, dan akan dilakukan oleh siapa. Kegiatan umpan b
alik merumuskan kesimpulan dan saran-saran untuk kesinambungan terselenggarakannya
Manajemen Operasional Sekolah.

4. Globaliasi dapat memberikan dampak yang merugikan. Dampak negatif dari globalisasi
dapat memudarkan norma-norma yang ada karena pengaruh budaya luar. Selain itu, peru
bahan gaya hidup juga mampu membuat pergeseran budaya yang dapat melunturkan sem
angat nasionalisme. Untuk itu, perlu mengetahui cara menghadapi dampak globalisasi ag
ar tidak mudah terpengaruh dengan hal negatif.
Berikut ini beberapa contoh sikap dalam menghadapi dampak negatif globalisasi:

1. Memahami dan Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila


2. Mencintai Produk dalam Negeri
3. Menyaring Informasi dan Budaya Asing yang Masuk
4. Melestarikan Kebudayaan dan Tradisi
5. Memupuk Nilai Nasionalisme dalam Diri

5. Praktik Pendidikan saat ini bersifat mana suka, artinya dipraktikkan sesuai selera pejabat yang
berwenang. Karena praktik Pendidikan terlepas dari teori Pendidikan dan filsafat Pendidikan yan
g berperan sebagai pengendali . Bagaimana caranya untuk meluruskan ini?
Cara meluruskannya adalah dengan mulai mengajarkan tentang filsafat Pendidikan, agar semua bi
sa terkendali dan terlepas dari praktik Pendidikan mana suka atau suka suka pejabat. Dan juga kit
a harus bisa mengajarkan kepada masyarakat luas tentang teori teori Pendidikan yang baik dan be
nar, agar dapat diikuti oleh banyak orang sehingga terciptalah Pendidikan yang efektif dan tidak a
dalagi Pendidikan suka suka para pejabat.

Anda mungkin juga menyukai