“Pendekatan Accountability”
Disusun untuk memenuhi tugas Semester V/PAI B
Mata kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen : Helnanelis, M.Pd
Disusun Oleh:
Akuntabilitas adalah suatu peningkatan dari rasa tanggung jawab, suatu yang lebih
tinggi mutunya dari suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan. Selain itu
akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai orang lain karena kualitas
performannya menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawab. Menurut Elliot
akuntabilitas adalah cocok atau sesuai dengan yang diharapkan oleh orang lain dan
menjelaskan dan mempertimbangkan kepada orang lain tentang keputusan dan tindakan
yang diambil. (Pidarta, 2005: 163-164)
Akuntabilitas menurut Lessinger (1973), adalah kajian hubungan antara apa yang
sudah dilakukan sekolah dengan dana yang digunakan dengan hasil belajar yang
diperoleh. (Hasan, 2008: 55)
Akuntabilitas ini terdapat unsur penilaian, penilikan, dan pengawasan yang dilakukan
dalam upaya mewujudkan sekolah yang berkualitas, yang tidak hanya bertumpu pada
masalah administrasi semata.
Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta
mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.
Gerakan ini mulai dirasakan di perguruan tinggi Amerika Serikat dituntut untuk
memerhatikan dan membuktikan keberhasilanya yang berstandar tinggi. Agar memenuhi
tuntutan itu,para pengembang kurikulum terpaksa mengkhususkan tujuan pelajaran agar
dapat mengukur prestasi belajar. Dalam banyak hal, gerakan ini menuju kepada ujian
akademis yang ketat sebagai syarat memasuki universitas. (Afiful Ikhwan, 2013: 138)
Di bawah ini kami bandingkan sistem accountable yang bersifat tertutup dan sistem yang
lebih terbuka
Akuntabilitas pendidikan tidak hanya berfokus pada masalah fisik dan keuangan,
tetapi juga kesesuaian antara tujuan lembaga pendidikan dengan falsafah moral, etika,
kebudayaan, dan sebagainya. Tujuan dari akuntabilitas pendidikan di sekolah menurut
Slamet (2005) adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai
salah satu syarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya. Penyelenggaraan
sekolah harus memahami bahwa mereka harus memepertanggungjawabkan hasil kerjanya
kepada masyarakat. Selain itu tujuan akuntabilitas pendidikan adalah menilai kinerja
sekolah dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
oleh sekolah, untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pengawasan pelayanan
pendidikan dan untuk mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan pendidikan
kepada masyarakat. Tujuan akuntabilitas pendidikan yang lebih penting adalah untuk
menilai kinerja sekolah dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang
telah diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan dalam pengawasan
pelayanan pendidikan, dan untuk mempertanggungjawabkan komitmen sekolah dalam
memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Sekolah dikatakan memiliki
akuntabilitas tinggi apabila proses dan hasil kinerjanya dianggap benar dan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Cara penyampai materi pelajaran yang dilakukan secara lisan kepada peserta
didiknya. Menurut Zuhairini, metode ceramah adalah suatu metode di
dalam pendidikan di mana cara penyampaian materi pelajaran kepada siswanya
dengan cara penuturan secara lisan. (Armai Arief, 2002: 136)
b. Metode Demonstrasi
c. Metode Latihan
d. Metode Praktek
Kegiatan pokok bagi para pengembang sistem dan desain instruksional meliputi:
1. Menentukan hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang bisa diamati
dan diukur (learning outcomes).
2. Identifikasi karakteristik siswa yang akan belajar.
3. Berdasar 1 dan 2 tersebut, memilih dan menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar bagi para siswa.
4. Menentukan media untuk kegiatan tersebut.
5. Menentukan situasi dan kondisi, dalam mana responsi siswa akan diamati dan
dipandang sebagai salah satu contoh dari tingkah laku yang diharapkan.
6. Menentukan kriteria, seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup.
7. Memilih metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa
untuk mendemonstrasikan tingkah laku seperti tersebut pada angka 1.
8. Menentukan metode untuk memonitor responsi siswa- sewaktu-
9. Berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi.
10. Mengadakan perbaikan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar bila
ternyata responsi siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan. 1
(Muhammad Andi Isya, 2017: 73)
Sedangkan Menurut Rossi dan Freeman mengemukakan bahwa ada enam jenis
akuntabilitas dan dengan demikian, evaluasi harus mengumpulkan informasi mengenai
keenam bidang itu. Keenam jenis akuntabilitas itu meliputi: Akuntabilitas Dampak
(Impact Accountability), akuntabilitas Efisien (Efficiency Accountability), akuntabilitas
Lingkup (Coverage Accountability), akuntabilitas Pemberian jasa (Service Delivery
Accountability), akuntabilitas Keuangan (Financial Accountability), akuntabilitas Hukum
(Legal Accountability).
Mengacu pendapat Rossi dan Freeman (1985), Scriven (1991), dan McDavid dan
Hawthorn (2006) maka terdapat 5 jenis akuntabilitas sebagai dasar Landasan Evaluasi
Kurikulum, yaitu :
1. Akuntabilitas Legal
Akuntabilitas legal berkaitan dengan kegiatan pengembangan kurikulum yang
secara hukum dapat dipertanggung jawabkan. Artinya, kegiatan pengembangan
kurikulum tersebut haruslah merupakan kegiatan yang secara hukum sah baik ketika
proses konstruksi kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum
(Hasan Hamid, 2009: 58).
2. Akuntabilitas Akademik
Akuntabilitas akademik berkaitan dengan filosofi, teori, prinsip dan prosedur
yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan mendasar yang
dikemukakan dalam akuntabilitas akademik adalah apakah filosofi, teori, prinsip, dan
1
Muhammad Andi Isya, Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata
pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al-Ma’un dan Al-Fil secara klasikal, kelompok, dan
individu, dalam jurnal ilmiah pendidikan agama Islam, Vol. 07, No. 01, (Mei, 2017)
prosedur yang digunakan dalam pengembangan kurikulum dapat dipertanggung
jawabkan secara akademik. Artinya apakah filosofi yang digunakan adalah filosofi
yang dikenal oleh dunia akademik (Hasan Hamid.2009:60).
3. Akuntabilitas Finansial
Akuntabilitas finansial adalah akuntabilitas yang dianggap sebagai cikal bakal
lahirnya konsep akuntabilitas. Secara mendasar akuntabilitas finansial berkenaan
dengan pertanggungjawaban keuangan yang diperoleh untuk pengembangan suatu
kurikulum. Dalam pertanggungjawaban ini maka setiap rupiah yang diterima harus
dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan prosedur yang berlaku, jumlah uang
untuk suatu aktivitas, dan efisiensi penggunaan uang.
Dalam konteks ini maka pertanyaan utama evaluasi kurikulum adalah apakah
guru telah memberikan pelayanannya dengan sebaik-baiknya, apakah fasilitas dan
kondisi serta suasana kerja mendukung guru untuk memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya, dsb.
5. Akuntabilitas Dampak
Pada masa awal kehadiran evaluasi kurikulum, dampak belum menjadi kepedulian
apalagi fokus evaluasi kurikulum. Oleh karena itu, banyak evaluasi kurikulum yang
dikemukakan oleh para ahli tidak mencantumkan dampak sebagai sesuatu yang harus
menjadi perhatian evaluasi kurikulum. Namun, pada saat sekarang, dampak sudah
merupakan sesuatu yang mendapat perhatian evaluasi kurikulum karena kurikulum
tidak saja berkenaan dengan hasil belajar yang dimiliki peserta didik. Kurikulum harus
pula memperlihatkan hasilnya dalam bentuk dampak pada masyarakat dan pada
kualitas lulusan. Hal ini mengandung arti bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta
didik dari suatu kurikulum dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Hasan,
2008: 64-65).
Banyak contoh lain yang dapat dikemukakan dalam evaluasi dampak untuk
menegakkan akuntabilitas dampak suatu kurikulum. Ketika kurikulum CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) di Cianjur diperkenalkan dan dalam proses belajar peserta didik
banyak menggunakan barang bekas, maka masyarakat mulai memberikan
perhatiannya terhadap barang-barang bekas. Mereka tidak membuangnya
sembarangan tetapi mengumpulkannya untuk digunakan oleh putra-putri mereka.
Sayangnya evaluasi kurikulum yang dilakukan pada waktu itu tidak sampai
menelusuri apakah kreativitas masyarakat meningkat dalam aspek lain seperti
menciptakan atau menginovasi barang bekas tersebut.
2. Sistem Terbuka
a. Kelemahan Sistem Terbuka
2
Putut Wisnu Kurniawan, Pengaruh Model Pembelajaran PSSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Terhadap Hasil Belajar Sejarah, dalam Jurnal Historia, Vol. 03, No. 02, (2015)
1) Hasil belajar tidak selalu dapat dirumuskan dalam bentuk yang dapat diukur
dan oleh sebab itu tidak dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang
kemajuan siswa maupun taraf pendidikan umumnya
2) Sistem penilaiannya sangat sukar bila pengajaran didasarkan atas metode
pemecahan masalah dan inkuiri, karena sering tidak ada satu jawaban yang
tepat. Karena itu, penilaian berorientasi pada proses produk yang sering
bersifat subjektif
3) Kerap kali sulit bagi siswa dan bagi guru untuk menyesuaikan diri dengan
sistem terbuka bila terbiasa dengan sistem tertutup yang memandang guru
sebagai sumber satu-satunya yang mempunyai otoritas tentang apa yang benar
dan yang salah
b. Kelebihan Sistem Terbuka
1) Dengan sistem ini siswa “belajar tentang cara belajar”
2) Sistem ini mengutamakan pengembangan keterampilan berpikir, pemikiran
kritis dan analitis dan kreativitas pada tingkat lebih tinggi
3) Sistem ini mudah menyerap pengetahuan, teknologi dan ide baru yang timbul
terus menerus dalam dunia yang dinamis ini
4) Interaksi dalam kelas mengikuti proses demokratis
5) Sistem ini cukup fleksibel untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan, minat,
dan hasrat siswa secara individual. (Nasution, 2012: 54)
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:Asri Mahasatya.
Al-Musanna. 2012. Quo Vadis Praksis Evaluasi Kurikulum: Studi Pendahuluan Terhadap Ranah
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta: Raja
Grafindo persada.
Idi, Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2007
04(02)
Isya, Muhammad Andi. 2017. Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan
model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al-Ma’un
dan Al-Fil secara klasikal, kelompok, dan individu. dalam jurnal ilmiah pendidikan agama
Islam. 07(01)
Kurniawan, Putut Wisnu. Pengaruh Model Pembelajaran PSSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Purwati, Pera. 2010. Pengaruh Penerapan Metode Drill/Latihan Terhadap Minat Belajar Siswa
Islam, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama. 1985. Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama /
IAIN di Jakarta
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Sudjana ,N. 1998. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo