Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER

(Peranan penting pendidikan karakter bagi pembangunan bangsa)

Dosen pengampu: Dra. Cut Nya Dhin, M.Pd

Disusun Oleh :

Verina Arabia (230206114)


Najwa syifaul Aqila (230206103)
Tia Mutiara (230306106)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

Manajemen pendidikan karakter adalah strategi yang diterapkan dalam


pengembangan pendidikan karakter yang diselenggarakan dengan hasrat dan niat untuk
menyebarkan ajaran dan nilai-nilai luhur untuk mewujudkan misi sosial sekolah melalui
kegiatan manajemen

Ruang lingkup adalah semua pekerjaan yang termasuk dalam penciptaan produk.
manajemen ruang lingkup terjadi atau diperlukan pada tahap inisiasi, perencanaan dan
pengendalian.

Peranan penting pendidikan karakter bagi pembangunan bangsa adalah untuk membangun
dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.generasi muda akan tolak ukur
keberhasilan pembangunan bangsa.
BAB ll
PEMBAHASAN

A.Manajemen pendidikan karakter

1.konsep dasar Manajemen dan Manajemen pendidikan


a.Pengertian Manajemen

Kata manajemen sering dihubungkan dengan istilah bahasa Italia maneggrie yang
berarti “mengendalikan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manege yang berarti
“kepemilikan kuda”(yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda). Bahasa
Perancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi “ménagemen”, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Berdasarkan etimologinya, istilah manajemen sebenarnya berasal dari
bahasa Latin manus yang berati “tangan” dan agere yang bararti “melakukan”.

manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang- orang bekerja sama,karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para
profesional dituntut oleh suatu kode etik.

Berdasarkan pengertiannya,maka manajemen dalam arti luas adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan karakter adalah tata cara pengelolaan membentuk karakter dan
mengembangkan kepribadian melalui pembiasaan, keteladanan dan pembentukan lingkungan yang
kondusif serta integrasi dan internalisasi. Perencanaan, yaitu keseluruhan proses pemikiran penentuan
semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mengembangkan
nilai-nilai karakter dalam mewujudkan mutu lulusan. Pelaksanaan, yaitu kegiatan untuk
merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif, yakni
terwujudnya pribadi yang unggul melalui nilai-nilai karakter yang mencerminkan mutu lulusan.
Pengawasan, yaitu suatu usaha evaluasi untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil perkembangan sikap dan perilaku
karakter yang dicapai peserta didik setelah pembentukan/pengembangan nilai-nilai karakter.

Implikasi yang dimaksud adalah sesuatu yang terjadi setelah pembentukan/pengembangan nilai-
nilai karakter melalui model perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan karakter, yaitu
terwujudnya sikap dan perilaku karakter mutu lulusan di madrasah. Mutu lulusan, yaitu kualitas yang
mengacu pada standar proses dan hasil pendidikan yang diukur melalui prestasi akademik dan non
akademik, sesuai harapan stakeholders dan masyarakat.
B.Ruang lingkup manajemen pendidikan

Ruang lingkup manajemen pendidikan merupakan manajemen yang berkaitan dengan banyak
pihak dan multidisplin ilmu. Yaitu, manajemen pendidikan dan tenaga kependidikan, manajemen
kesiswaan, manajemen kurikulum, manajemen pembiayaan, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen sekolah, manajemen kekepalasekolahaan, dan manajemen hubungan masyarakat, Pada
manajemen pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kegiatan pengelolaan pendidikan dan
tenaga kependidikan sedangkan manajemen kesiswaaan berkaitan dengan ruang lingkup pengelolaan
terhadap anak didik atau peserta didik sebagai input dan output sistem pendidikan

1. Menurut wilayah kerja


• Manajemen seluruh negara
• Manajemen satu provinsi
• Manajemen satu unit kerja
• Manajemen kelas
2. Menurut obyek Garapan
• Manajemen siswa
• Manajemen ketenagaan pendidikan
• Manajemen sarana dan prasarana
• Manajemen tata laksana pendidikan
• Manajemen pembiayaan
• Manajemen hubungan masyarakat
3. Menurut fungsi kegiatan
• Merencanakan
• Mengorganisasikan
• Mengarahkan
• Mengordinasikan
• Mengkomonukasikan
• Mengawasi atau mengevaluasi

Pengelolaan manajemen kurikulum diperlukan sebagai petunjuk atau panduan pelaksanaan


pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Manajemen pembiayaan dan sarana prasana merupakan
dua hal yang berkaitan erat dalam ruang lingkupnya karena segala hal pengeluaran dan pemasukan
pendanaan juga pembiayaan diperlukan sebagai kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana dalam
pencapaian tujuan yang diharapkan. Manajemen sekolah merupakan manajemen yang berkaitan ruang
lingkup kegiatan pengelolaan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Manajemen kekepalasekolahaam erupakan pengelolaan kegiatan kepala sekolah dan fungsi-fungsi
manjaerialnya. Manajemen hubungan masyarakat merupakan pengelolaan berkaitan iteraksi antar
masyarakat di dalamnya baik di dalam maupun di luarnya. Ruang lingkup fungsi manajemen dimulai
dengan perencanaan yang merupakan proses penentuan tujuan yang hendak dicapai serta secara
optimal melalui sumber daya yang dimilikinya. Selanjutnya adalah mengorganisasikan. Pada fungsi
ini, dilakukan kegiatan untuk merancang dan mengelompokkan berdasarkan pendelegasian tugas dan
tanggung jawab anggota di dalamnya baik pimpinan maupun bawahannya.

Fungsi keempat adalah mengordinasikan. Mengordinasikan adalah melakukan fungsi manajemen


dengan bekerja sama tim dalam saling berkordinasi dengan efektif dan efisien sehingga tujuan
organisasi tercapai. Fungsi kelima adalah mengomunikasikan. Selanjutnya, fungsi keenam sebagai
fungsi terakhir adalah mengawasi atau mengevaluasi. Pada fungsi ini, manajemen dilakukan dengan
tindakan yang bertujuan mencapai tujuan optimal secara efektif dan efisien melalui pengontrol atas
kesepakatan bersama untuk mencegah kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan.
C.Tujuan

Tujuan bermakna hasil yang umum (generalis) sedangkan sasaran berarti hasil khusus (spesialis).
Oleh karena itu, tujuan manajemen secara umum adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
hasil yang optimal berdasarkan proses manajemen dengan analisis data, informasi, realistis, jelas,
efektif, efisien, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Dengan demikian, intisari
manajemen adalah mencapai tujuan yang optimal dengan meningkatkan daya guna serta hasil guna
dari potensi-potensi yang dimilikinya. Adapun, tujuan manajemen pendidikan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai pengelolaan pendidikan yang optimal. Optimal agar pendidikan berhasil
dibangun sebagai kontribusi bagi kemajuan bangsa yang meliputi berbagai aspek kehidupan, yaitu
aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Aspek-aspek tersebut meliputi adanya agen perubahan di
masyarakat, serta tumbuh dan berkembangnya nilai serta norma, tumbuhnya generasi penggerak
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sebagai subjek di dalamnya. Hal lainnya adalah adanya
kesadaran tanggung jawab, hak, dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia yang memahami
peran dan statusnya sebagai warga negara.

Sebagai manajemen, pendidikan memiliki target dan demikian sebaliknya, sebagai


pendidikan, manajemen memiliki target. Dengan demikian, target manajemen pendidikan yaitu
memanusiakan manusia melalui pendidikan melalui serangkaian tahapan fungsi manajemen, ilmu,
sistem, proses, dan menjadikannya sebagai profesi yang baik dan benar. Artinya, manajemen
pendidikan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tahapan kegiatan untuk mencapai
tujuannya. Sebagai ilmu, manajemen pendidikan merupakan ilmu yang multidispliner baik konsep,
teori, metode, dan analisisnya yang satu kesatuan dan holistik. Sebagai sistem, manajemen pendidikan
disusun berdasarkan kerangka kerja berdasarkan berbagai bidang yang saling berkaitan. Sebagai
tahapan fungsi manajemen, targetnya adalah kegiatan yang dilakukan bertahap dan berdasarkan
fungsi- fungsi tertentu atas kesepakatan bersama.
D. Faedah

Manfaat pendidikan karakter yaitu :

1. Buat karakter yang unik

Pentingnya pendidikan Karakter adalah segala sesuatu yang melekat pada diri individu dan cenderung
tetap ada. Oleh karena itu, pendidikan karakter membentuk kecenderungan individu untuk memiliki
karakter yang baik dan berguna bagi orang lain. Oleh karena itu, pendidikan karakter bagi remaja
sangat penting.

2. Memungkinkan individu untuk lebih menghargai orang lain

Orang-orang dengan kepribadian yang kuat dapat lebih menghormati satu sama lain. Bahkan jika
seseorang gagal untuk menghormati satu sama lain, ada kehadiran pembangunan karakter yang intens.

3. Membangun bangsa yang jujur dan lebih baik untuk generasi penerus

Karakter yang kuat membuat seseorang menjadi kokoh dan stabil. Hal ini sangat penting bagi bangsa
dan kehidupan bangsa. Karena keputusan ini melibatkan integritas pribadi yang tinggi.Integritas ini
penting dibentuk dengan pendidikan karakter agar bisa tinggi. Dengan begitu, seseorang bisa menjadi
bangsa yang baik bagi generasi penerus dan menjaga negara beserta nilai-nilai integritasnya.

4. Melatih kecerdasan dan moralitas siswa

Manfaat pendidikan karakter sejak dini selain dapat membentuk dan memperkuat kepribadian diri
sendiri, juga membantu meningkatkan dan melatih peserta pendidikan karakter secara mental dan
moral, mencegah kegilaan orang-orang yang berakhlak dan berakhlak buruk.

Memperbaiki keadaan pikiran dan moral individu dapat menciptakan suasana yang kondusif dan
mencegah perpecahan.

5. Mengetahui dan memahami kepribadian orang lain

Berbicara tentang identitas, tidak hanya remaja, tetapi juga orang dewasa yang tidak dapat
menemukan identitasnya sendiri. Pembentukan karakter memungkinkan Anda untuk mengenali dan
mengenal karakter satu sama lain dengan lebih mudah.
2.peranan penting pendidikan karakter bagi pembangunan bangsa

Upaya menghidupkan kembali pendidikan karakter ini merupakan amanat yang telah digariskan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi me ngembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak
mulia. Amanah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 itu bermaksud agar
pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau
berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter
yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Berbicara pembentukan kepribadian tidak lepas dengan bagaimana kita membentuk karakter SDM
(Sumber Daya Manusia). Pembentukan karakter SDM (Sumber Daya Manusia) menjadi vital dan
tidak ada pilihan lagi untuk mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi
tantangan regional dan global (Muchlas dalam Sairin, 2001: 211). Tantangan regional dan global yang
dimaksud adalah bagaimana generasi muda kita tidak sekedar memiliki kemampuan kognitif saja, tapi
aspek afektif dan moralitas juga tersentuh. Untuk itu, pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai
manusia yang memiliki integritas nilai-nilai moral sehingga anak menjadi hormat sesama, jujur dan
peduli dengan lingkungan.
Lickona (1992) menjelaskan beberapa alasan perlunya Pendidikan karakter, di antaranya:
(1) Banyaknya generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral
(2) Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang
paling utama
(3) Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak
memperoleh sedikit pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan
(4) masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih
diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab
(5) Demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan
peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat
(6) Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai.
Sekolah mengajarkan nilai-nilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain
(7) Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik
(8) Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan
mengacu pada performansi akademik yang meningkat.

Alasan-alasan di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan sedini
mungkin untuk mengantisipasi persoalan di masa depan yang semakin kompleks seperti semakin
rendahnya perhatian dan kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, tidak memiliki tanggungjawab,
rendahnya kepercayaan diri, dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang dimaksud
dengan pendidikan karakter, Lickona dalam Elkind dan Sweet (2004) menggagas pandangan bahwa
pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk membantu orang untuk memahami, peduli, dan
bertindak atas nilai-nilai etika atau moral. Pendidikan karakter ini mengajarkan kebiasaan berpikir dan
berbuat yang membantu orang hidup dan bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga,
masyarakat, dan bangsa.

Pandangan ini mengilustrasikan bahwa proses pendidikan yang ada di pendidikan formal, non formal
dan informal harus mengajarkan peserta didik atau anak untuk saling peduli dan membantu
denganpenuh keakraban tanpa diskriminasi karena didasarkan dengan nilai-nilai moral dan per-
sahabatan. Di sini tampak bahwa peran pendidik dan tokoh panutan sangat membantu membentuk
karakter peserta didik atau anak.
BAB lll
PENUTUP

• Sedikit kesimpulan pada makalah yang singkat ini,pendidikan karakter adalah suatu
sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-
nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta
tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
• ruang lingkup manajemen pendidikan yang mencakup manajemen:
peserta didik, kurikulum, tenaga kependidikan, fasilitas pendidikan,
dana pendidikan, ketatalaksanaan lembaga pendidikandan hubungan
lembaga pendidikan dengan masyarakat, serta
kepemimpinan pendidikan dan supervisi pendidikan.
• pendidikan karakter adalah mengoptimalkan muatan-muatan karakter yang
baik dan positif (baik sifat, sikap, dan perilaku budi luhur, akhlak mulia) yang
menjadi pegangan kuat dan modal dasar pengembangan individu dan bangsa
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2009. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter


Bangsa. (http://icmijabar.or.id).
Fraenkel, Jack R. 1977. How to Teach about Values: An Analytical
Approach, Englewood, NJ: Prentice Hall.
Fromm. (2009). Identitas Diri Tidak Terlepas dari Identitas Sosial
(http://idhamputra.wordpress.com).
Hawibowo, Singgih. 2006. Menggali Visi dan Paradigma
Pembangunan. Dalam Sutanto, Jusuf dan Tim (editor).
Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku
Kompas. Jakarta.
Kinasih, Ayu Windy. 2007. Identitas Etnis Tionghoa di Kota Solo.
Yogyakarta : Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fisipol UGM.
Kirschenbaum, Howard and Sydney B. Simon. 1974. “Values
and Futures Movement in Education”, dalam Alvin Toffler
(ed.), Learning for Tomorrow: The Role of the Future in
Education. New York: Random House.
Lickona. 2007. Menata Ulang Pendidikan Karakter Bangsa.
http://www.mediaindonesia.com.
Maunati, Yekti. 2006. Identitas Dayak : Komodifikasi dan Politik
Kebudayaan. Yogyakarta : LKiS.
Phillips, C. Thomas. 2000. Family as the School of Love. Makalah
pada National Conference on Character Building, Jakarta,
25-26 Nopember, 2000.
Widagdo, Badjoeri. 2009. Revitalitasi Pendidikan Karakter
Bangsa. (http://www.hupelita.com/baca.php?id)
Wolton, Dominique. 2007. Kritik atas Teori Komunikasi, Kajian
dari Media Konvensional hingga Era Internet.

Anda mungkin juga menyukai