Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP-PRINSIP PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM

HANAFIAH (200101220026)
hanafiahmali16@gmail.com

Abstract
Education quality assurance is more process-oriented than results-oriented.
Education quality assurance will be achieved if it includes three integrated
qualities, namely every process, every job, and every person. For example, quality,
the quality of the implementation of the learning process is seen from its elements
as quality indicators, among others, teaching staff, curriculum, infrastructure,
productivity and quality of graduates. Efforts to ensure the quality of education in
schools need to formulate quality assurance standards in the form of developing
indicators both related to the process and results of a series of activities in schools
that show the school is of high quality. systematic, the principle of respect, the
principle of facilitating learning, and the principle of SPMP.

Keywords: Quality Assurance Principles & Islamic Education

A. Pendahuluan

Pendidikan adalah dasar dalam pembentukan pribadi manusia untuk

memperoleh capaian yang membanggakan. Pendidikan berperan penting dalam

membentuk baik dan buruknya perilaku atau akhlak seseorang. Namun

pendidikan sampai saat ini masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama

untuk mengembangkan SDM yang dilakukan secara programatis, sistematis dan

berjenjang (Rif’an, 2018)

Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan saat ini telah menjadi

agenda yang sangat penting pada seluruh lembaga pendidikan di Indonesia. Hal

ini tidak hanya untuk memenuhi harapan undang-undang, namun juga terkait erat

pada penjaminan posisi bangsa dalam persaingan dengan bangsa-bangsa lain di

masa depan. Salah satu yang menjadi penentunya adalah terjaminya pendidikan

yang lebih bermutu dan berkualitas.(Septiadi, 2019)


Mutu pendidikan bersifat menyeluruh artinya mutu pendidikan itu sendiri

mengangkut semua ranah dalam pelaksanaan dan kegiatan pendidikan. Namun

pendidikan yang bermutu dapat diperoleh dengan satu komponen saja, namun

kegiatan tersebut harus kompleks dan tentunya harus benar-benar bermutu.

Manajement Mutu dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan

secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung

jawap pemimpin, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam

organisasi yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui

perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

Manajement mutu pendidikan Islam merupakan bentuk upaya yang

dilakukan sekolah dalam mengarahkan segala sumber daya yang ada. Untuk

meningkatkan nilai tambah input yang dimilikinya, melalui proses yang

ditetapkan untuk menghasilkan output yang sesuai dengan standar yang telah di

tetapkan.(Mas, 2017)

Penjaminan mutu pendidikan lebih berorientasi pada proses dibandingkan

dengan hasil. Jaminan mutu pendidikan akan tercapai bila mencakup tiga mutu

terpadu yakni every process, every job, dan every person. Misalnya mutu, mutu

penyelenggaraan proses pembelajaran dilihat dari unsur-unsurnya sebagai

indikator mutu, antara lain, tenaga pengajar, kurikulum, sarana prasarana,

produktivitas dan mutu lulusan. Upaya memberikan kepastian mutu pendidikan di

sekolah perlu ada perumusan standarisasi penjaminan mutu berupa pengembangan

indikator-indikator baik berkaitan proses maupun hasil dari serangkaian kegiatan

di sekolah yang menunjukan sekolah tersebut bermutu.(LINA, 2021)


Atas dasar hal tersebut di atas tentang Penjaminan mutu pendidikan Islam.

Dapat dipahami bahwa penjaminan mutu pendidikan dilakukan dalam beberapa

prinsip-prinsip diantaranya adalah prinsip keberlanjutan, prinsip terencana dan

sistematis, prinsip menghormati, prinsip memfasilitasi pembelajaran, dan prinsip

SPMP. Maka dari itu yang menjadi fokus pembahasan dalam artikel ini adalah

“Prinsip-Prinsip Penjaminan Mutu Pendidikan Islam”.

B. Pembahasan

1. Konsep Dasar Penjaminan Mutu Pendidikan Islam

a. Pengertian Mutu Pendidikan Islam

Mutu dalam konteks pendidikan Islam merupakan mutu yang

diorientasikan pada barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat dilihat tidak

dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Maksudnya adalah ada ukuran tertentu

dimana mutu tersebut dapat dilihat maupun tidak dapat dilihat tetapi secara tidak

langsung memberikan rasa kepuasan terhadap para pengguna jasa pendidikan

Islam tersebut. Secara lebih tegas Crosby & Sallis menyatakan bahwa dalam

konteks itu mutu sebagai sebuah kebutuhan dapat dimaknai sebagai kebutuhan

yang tidak hanya untuk masa kini tetapi juga untuk masa depan. Maksudnya

kepuasan masyarakat terhadap hasil pendidikan yang dicapai oleh lembaga

pendidikan termasuk lembaga pendidikan Islam sesuai dengan harapan

masyarakat di masa kini dan masa depan dan itulah yang disebut dengan

mutu.(Jummiana, 2017)
Lembaga pendidikan, termasuk dalam hal ini lembaga pendidikan Islam

dipandang bermutu jika tidak hanya mampu melahirkan keunggulan akademik

(jenjang pendidikannya) namun juga terkelola secara integrated quality sehingga

mampu menghasilkan jasa kependidikan Islam yang sesuai dengan kebutuhan

para pelanggannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan

Islam dalam rangka untuk menguatkan kualitas jasa pendidikan Islamnya perlu

melakukan suatu upaya identifikasi yang lebih konperhensif terhadap sejumlah

atribut mutu pendidikan Islamnya sehingga konsumennya dapat secara jelas

mengetahui sekaligus mempertimbangkannya sebagai produk jasa pendidikan

Islam yang memiliki keunggulan sekaligus nilai kompetitif yang tinggi Dalam hal

ini Tambubolon (2001:34-35) memberikan hasil identifikasinya tentang atribut

mutu pendidikan sebagai berikut:(Thoyib, 2012)

1) Relevansi, yaitu kesesuaian dengan kebutuhan, seperti apakah kebijakan-

kebijakan akademik (semisal kurikulu, silabus, sarana pendidikan) sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa, pemerintah dan masyarakat.

2) Efisisensi, yaitu kehematan dalam penggunaan sumber daya (dana, tenaga,

waktu, dan lain-lain) untuk produksi dan penyajian jasa-jasa pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

3) Efektivtas, yaitu kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau

ketepatan sistem, metode, dan atau prosedur yang dipergunakan untuk

menghasilkan jasa yang direncanakan.

4) Akuntabilitas (kebertanggungjawaban), yaitu dapat dikatakan sebagai

suatu upaya dapat tidaknya kinerja dan produk pendidikan termasuk


perilaku para pengelola, dipertanggungjawabkan secara hukum, etika

akademik, agama, dan nilai budaya.

5) Kreativitas, kemampuan lembaga pendidikan untuk mengadaka inovasi,

pembaruan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan

zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri, seperti halnya apakah lembaga

pendidikan secara periodik membuat pembaharuan kurikulum sesuai

perkembangan ilmu dan teknologi yang dibutuhkan dunia usaha.

6) Situasi M-M, yaitu susunan yang menyenangkan dan memotivasi dalam

lembaga pendidikan sehingga semua orang melaksanakan tugasnya dengan

senang hati, tulus, dan penuh semangat.

7) Penampilan tangibility yaitu kerapian, kebersihan, keindahan, dan

keharmonisan fisik lembaga pendidikan, terutama para pengelola

(pimpinan, pegawai administrasi, dosen) yang membuat situasi dan

pelayanan semakin menarik.

8) Empati, yaitu kemampuan lembaga pendidikan khususnya para pengelola

memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua

pelanggannya.

9) Ketanggapan, yaitu kemampuan lembaga pendidikan, khususnya para

pengelola dalam memperhatikan dan memberikan respons terhadap

keadaan serta kebutuhan pelanggan dengan cepat dan tepat.

10) Produktivitas, yaitu kemampuan lembaga pendidikan dan seluruh staf

pengelola (dosen, dan lain-lain) untuk menghasilkan produk yang sesuai


dengan kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah ditetapkan, baik

secara kuantitatif maupun kualitatif.

11) Kemampuan akademik, yaitu penguasaan mahasiswa atau bidang studi

(penghayatan atas jasa kurikuler) yang diambilnya.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa atribut mutu pendidikan itu

dapat diperoleh dengan beberapa hal diantaranya relevansi, efisiensi, efektivitas

akuntabilitas, kreativitas, situasi M-M, penampilan tanggibility, empati,

ketanggapan, produktivitas dan kemampuan akademik. Apabila beberapa hal

tersebut bisa dihadirkan dalam suatu lingkungan pendidikan maka likungan

pendidikan tersebut meupakan lingkungan mutunya terjamin dan berkualitas.

b. Urgensi Mutu Terhadap Eksistensi Lembaga Pendidikan Islam

Dalam konteks pendidikan Islam, statment tersebut secara normatif

mengandung beberapa urgensi mutu terhadap ekstensi suatu lembaga pendidikan

Islam terutama swasta dalam pentas kompetisi pendidikan nasional di Indonesia.

Pertama mutu secara langsung menunjukan karakteristik dan identitas dari

lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Semakin baik mutu lembaga pendidikan

Islam, maka pendidikan Islamnyapun secara otomatis akan mendapatkan jaminan

dari masyarakat untuk selalu menggunakan jasa pendidikannya. Kedua,mutu suatu

lembaga pendidikan Islam yang unggul akan selalu memiliki relevansi yang

koheren dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, dengan mutu pendidikan Islam

yang baik, lembaga pendidikan Islam, baik MI, MTS, dan MA khususnya PTAI

akan selalu memiliki peluang untuk dapat mengontrol pelaksanaan program

pendidikan yang telah dicanangkan sesuai dengan standar mutu yang disepakati
sekaligus mengembangkan dan meningkatkan mutu produk pendidikan Islamnya

ke arah yang lebih berkualitas, dinamis dan kompetetif, sebagaimana sifat dasar

mutu yang selalu berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan kompetisi global.

c. Pengembangan Tiga Sistem Mutu Untuk Lembaga pendidikan Islam

Dalam pengembangan pendidikan Islam yang lebih kompetetif, perhatian

terhadap pengembangan mutu pendidikannya menjadi suatu yang mutlak untuk

dilakukan bila ingin menjadi lembaga pendidikan Islam yang kompetitif dan eksis

ditengah kompetisi global pendidikan saat ini. Dalam konteks pengembangan

mutu dalam dunia pendidikan termasuk dalam hal ini lembaga pendidikan Islam

itu sendiri terlebih bagi lembaga pendidikan swastanya. (MIS,/MTSS/MAS/

PTAIS). Terdapat tiga macam mutu yang menurut Sallis (2001: 53-54) adalah

sebagai berikut:

1) Pengawasan mutu, secara teoritis merupakan konsep sistem mutu yang

paling tua, namun hingga kini masih banyak institusi yang

mengaplikasikannya. Sistem itu berfungsi mendeteksi dan mengeliminasi

komponen-komponen atau produk-produk gagal yang tidak sesuai dengan

standar mutu yang telah ditetapkan.

2) Jaminan mutu, secara aplikatif sangat berbeda dengan dengan pengawasan

mutu. Jaminan mutu berfungsi menentukan standar mutu berdasarkan

kebutuhan pelanggan objektif dan prosedur-prosedur kerja (sistem dan

proses) yang terinci secara sistematis, tajam dan ketat yang harus diikuti

oleh setiap pelaksana lembaga pendidikan Islam dengan sebaik-baiknya.


3) Manajemen mutu terpadu, merupakan perluasan dan pemgembangan dari

jaminan mutu. TQM adalah usaha menciptakan kultur mutu yang

mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga mutu tersebut

dapat diaplikasi secara integral di dalam dunia pendidikan Islam, walaupun

sebenarnya Manajemen mutu terpadu merupakan penyempurnaan dari dua sistem

mutu sebelumnya. Artinya dengan Manajemen mutu terpadu secara tepat dan

optmal niscaya produk yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan Islam dalam hal

ini lembaga pendidikan Islam swastanya khususnya niscaya akan semakin

meningkat, karena didukung oleh adanya komitmen dan perhatian yang besar dari

pengelola lembaga pendidika Islam tersebut terhadap mutu yang akan

dihasilkannya, baik pada jajaran manajemen operasional maupun manajemen

strategis selaku pembuat dan pelaksana kebijakan mutu pendidikan Islamnya.

2. Prinsip-Prinsip Penjaminan Mutu Pendidikan Islam

Prinsip mutu, yaitu memunuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi 2, yaitu: pelanggan

internal (di dalam organisasi) dan pelanggan eksternal (diluar organisasi). Pada

pengertian manajement tradisional, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan

eksternal (di luar organisasi). Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan

pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misal

guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU (tata usaha),

kepala sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi

keinginan siswa.
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang

menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapain mutu yang diinginkan

memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan

tanggung jawab manajemen mutu adalah pada pimpinan puncak. Untuk

melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan

prinsip-prinsip dasar yang kuat prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari delapan

diantaranya sebagai berikut:

1) Setiap orang memiliki pelanggan

2) Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem

3) Semua sistem menunjukan variasi

4) Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi

5) Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencaaan

6) Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup

7) Manajemen berdasarkan fakta dan data

8) Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan pada hasil (output).

(Rif’an, 2018)

Adapun prinsip-prinsip penjaminan mutu pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

1) Keberlanjutan

2) Terencana dan sistematis, dengan kerangka waktu dan target-target

capaian mutu yang jelas dan terukur dalam penjaminan mutu pendidikan

formal dan non formal.


3) Menghormati otonomi satuan satuan pendidikan formal maupun

nonformal.

4) Memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat berkelanjutan dengan

regulasi negara yang minimal mungkin.

5) SPMP merupakan sistem terbuka yang terus disempurnakan secara

berkelanjutan.

Dalam lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat menjadi salah satu

solusi dalam peyelarasan peningkatan mutu pendidikan sehingga lembaga

pendidikan Islam yang ada dapat bersaing dengan maksimal dalam memberikan

mutu terbaiknya. Adapun prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam

peningkatan mutu pada lembaga pendidikan islam adalah sebagai

berikut:(Septiadi, 2019)

1) Fokus pada pelanggan

Keberhasilan suatu penanaman budaya terhadap mutu ialah diawali dengan

adanya hubungan internal dan eksternal antara pelanggan dan penyedia layanan.

Segala bentuk komunikasi yang terarah dapat dioptimalkan dalam membuat

keadaan menjadi lebih kondusif. Hal ini dimaksudkan supaya terciptanya budaya

komunikasi yang baik dengan segala macam media yang ada. Hingga akhirnya

pelanggan dapat merasa terpuaskan dengan layanan yang diberikan. Karena pada

intinya dalam implementasi mutu pendidikan, untuk mendapatkan sebuah

penilaian mutu terbaik adalah berawal dari kepuasan pelanggan.

2) Peningkatan pada proses


Peningkatan proses berarti adanya usaha meningkatkan kualitas dari proses.

Peningkatan proses harus dilakukan dengan komitmen tinggi dan terus menerus

sehingga menciptakan aktivitas kerja yang berkualitas dan pada akhirnya akan

menghasilkan output.

3) Keterlibatan total

Setiap komponen didalam pendidikan, dimulai dari pemimpin sampai

dengan para staff, bahkan sampai pada lingkungan terkecil yang tercakup

didalamnya pun harus terlibat dan berkontribusi aktif untuk mencapai tujuan yang

akan dicapai.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Manajement mutu pendidikan Islam merupakan bentuk upaya yang

dilakukan sekolah dalam mengarahkan segala sumber daya yang ada. Untuk

meningkatkan nilai tambah input yang dimilikinya, melalui proses yang

ditetapkan untuk menghasilkan output yang sesuai dengan standar yang telah di

tetapkan. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa atribut mutu pendidikan

itu dapat diperoleh dengan beberapa hal diantaranya relevansi, efisiensi,

efektivitas akuntabilitas, kreativitas, situasi M-M, penampilan tanggibility, empati,

ketanggapan, produktivitas dan kemampuan akademik. Apabila beberapa hal

tersebut bisa dihadirkan dalam suatu lingkungan pendidikan maka likungan

pendidikan tersebut meupakan lingkungan mutunya terjamin dan berkualitas.

Pengembangan ketiga mutu tersebut dapat diaplikasi secara integral di

dalam dunia pendidikan Islam, walaupun sebenarnya Manajemen mutu terpadu


merupakan penyempurnaan dari dua sistem mutu sebelumnya. Artinya dengan

Manajemen mutu terpadu secara tepat dan optmal niscaya produk yang dihasilkan

oleh lembaga pendidikan Islam dalam hal ini lembaga pendidikan Islam

swastanya khususnya niscaya akan semakin meningkat, karena didukung oleh

adanya komitmen dan perhatian yang besar dari pengelola lembaga pendidika

Islam tersebut terhadap mutu yang akan dihasilkannya, baik pada jajaran

manajemen operasional maupun manajemen strategis selaku pembuat dan

pelaksana kebijakan mutu pendidikan Islamnya.

Adapun prinsip-prinsip penjaminan mutu pendidikan Islam adalah sebagai

berikut: Keberlanjutan, terencana dan sistematis, menghormati otonomi satuan

satuan pendidikan formal maupun nonformal, memfasilitasi pembelajaran

informal masyarakat berkelanjutan dengan regulasi negara yang minimal mungkin,

dan SPMP merupakan sistem terbuka yang terus disempurnakan secara

berkelanjutan.

2. Implikasi dan Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas dan

berbagai keterbatasan yang dimiliki penulis dalam tulisan ini, maka diperlukan

adanya saran yang membangun agar tulisan kedepannya menjadi tulisan yang baik

dan dapat diterima oleh khalayak.


DAFTAR PUSTAKA

Jummiana. (2017). Proses Penjaminan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar Islam


Terpadu Izzuddin Palembang.
LINA, N. U. R. (2021). ISTIQRA’Implementasi Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Pinrang. Istiqra: Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran
Islam, 8(2). http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/view/876
Mas, S. R. (2017). Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan. In Zahir Publishing.
Rif’an, A. (2018). Quality dalam Prespektif Pendidikan Islam. Journal
PIWULANG, 1(1), 19. https://doi.org/10.32478/ngulang.v1i1.157
Septiadi, W. (2019). Tinjauan Total Quality Management (TQM) Pada Lembaga
Pendidikan Islam. Nidhomul Haq : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
4(1), 34–51. https://doi.org/10.31538/ndh.v4i1.105
Thoyib, M. (2012). Manajemen Mutu Pendidikan Islam Kontemporer, Toeri,
Fakta dan Aksi Mutu Pendidikan Islam dalam Konteks Intenasionalisasi
Pendidikan Indonesia (pp. 1–374).

Anda mungkin juga menyukai