Anda di halaman 1dari 20

Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Manajemen Di Sekolah

Dasar Negeri Terusan Kabupaten Musi Rawas Utara

Murni Yanto IAIN Curup

Yantomurni65.@gmail.com
Penjaminan mutu pendidikan untuk menjamin bahwa siswa menerima pendidikan yang
berkualitas dan bermanfaat, sangat penting untuk menjamin kualitas pendidikan. Sistem penjaminan
kualitas pembelajaran adalah salah satu cara untuk menjamin kualitas pendidikan.Metode penelitian
kualitatif menggunakan wawancara dengan guru atau dengan kepala sekolah Pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam serta observasi langsung pembelajaran di kelas V.
Hasil penelitian penjaminan mutu pembelajaran Pendidikan agama Islam telah
diimplementasikan dengan baik melalui beberapa tahapan, seperti penyusunan program pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran dan penilaian.Kurikulum pendidikan agama Islam di kelas V
mengacu pada kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan konteks
lingkungan. penjaminan mutu pembelajaran dilakukan melalui penerapan standar nasional
Pendidikan.

Kata Kunci: Mutu,Pembelajaran,Pendidikan Agama Islam,Manajemen SDN.

Absract
Quality assurance in education is critical to ensuring that students receive useful and
high-quality instruction. A learning quality assurance system is one way to guarantee the quality of
education. The qualitative research method collects data through direct observation of class V
learning and interviews with Islamic Religious Education teachers and school principals.
Through a number of stages, including the preparation of learning programs, the
utilization of instructional media, and assessments, the findings of the quality assurance study of
Islamic religious education have been effectively implemented. The Islamic religious education
curriculum for fifth grade is based on the curriculum from 2013, which was tailored to the students'
characteristics and the environment. Using national education standards, quality assurance of
learning is accomplished.
Keywords: Quality, Learning, Islamic Religious Education, Elementary School Management.

Latar Belakang

Menghadapi era moderenisasi dan era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi
hal yang urgen dan diprioritaskan dalam peningkatan mutu nya. Agar organisasi
pendidikan dapat maju satu arah maka mutu pendidikan harus ditingkatkan.
Landasan bagi pertumbuhan dan peningkatan kualitas generasi penerus bangsa
Indonesia adalah pendidikan yang berkualitas. Pendidikan akan menjadi lebih baik
dan maju sehingga mampu bersaing di tingkat daerah, nasional, dan strategis dalam
sistem global dengan mengelola kebijakan pemerintah dan keinginan masyarakat
untuk meningkatkan kualitas melalui kreativitas dan inovasi yang tinggi dan efektif.
(Nur Zain, 2016)
Pendidikan didefinisikan sebagai “Upaya sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” yang tertuang
didalamUndang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1
Pasal 1 (1). (Muhibbinsyah, 2013)
Pada dasarnya pendidikan adalah sebuah hal yang sangat mendasar didalam
pada setiap pengembangan sumber daya manusia, guna mencapai tujuan negara
yakni dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga semakin bermutunya
pendidikan berbanding lurus dengan semakin bermutunya sumber daya manusia itu
sendiri.
Mendidik orang berarti melakukan upaya bersama untuk memberi mereka
lingkungan belajar yang merangsang dan mengajar mereka dengan cara yang akan
membantu mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan watak yang penting
bagi diri mereka sendiri, komunitas mereka, bangsa mereka, dan negara mereka.
(Yanto & Fathurrochman, 2019)
Model pendidikan yang kokoh, amanah, dan bertanggung jawab dapat dicapai
melalui peningkatan kualitas dan harus mampu menghadapi berbagai masalah
internal dan eksternal. Faktor sosial, politik, ekonomi, dan budaya semuanya
merupakan kesulitan eksternal. Masalah di dalam dapat ditelusuri kembali ke delapan
pilar pendidikan yang dituangkan dalam standar: kompetensi lulusan, konten, proses,
pendidik, sarana, prasarana, manajemen, pendanaan, dan evaluasi.(Arbangi et al.,
2018)
Tentu saja pendidikan yang dimaksud merupakan sebuah pelaksanaan
pendidikan formal yang diajarkan di sekolah-sekolah. Sebagai lembaga pendidikan
formal, sekolah berkewajiban melayani masyarakat dengan mendidik individu.
Masyarakat merupakan sumber keberhasilan dan keberhasilan pembangunan
sekolah. Sekolah didukung secara formal, kronologis, dan hierarkis untuk mencapai
filosofi dan tujuan pendidikan nasional (Hasbullah, 2012).
Dengan demikain sekolah hendaknya dapat dapat menyelenggarakan
pendidikan yang bermutu sebagai upaya menciptakan kualitas lulusan yang
berkualitas. Sehingga untuk menciptakan nuansa pendidikan yangh bermutu di
sekolah hendaknya dapat menjalankan system penjaminan mutu. Sangat penting
bahwa sekolah secara ketat mematuhi prosedur penjaminan mutu mereka. Ada
kebutuhan untuk penjaminan mutu sebagai metode pengendalian mutu dalam
lingkungan akademik ini. Manajer di semua tingkat pendidikan, mulai dari
pemerintah hingga kepala sekolah serta guru, bertanggung jawab untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif. Memiliki akses terhadap fasilitas pendidikan yang
berkualitas merupakan hak sekaligus tanggung jawab masyarakat sekitar.(Fadhli,
2020)
Penjaminan mutu dalam pendidikan terutama menjadi tanggung jawab
sekolah dan lembaga akademik lainnya. Kewajiban penetapan standar berada tepat di
pundak penyelenggara modul dan program pendidikan. Satuan/program pendidikan
juga bertanggung jawab kepada pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi,
dan pemerintah pusat didalam setiap pengawasan, evaluasi, fasilitasi, saran, arahan,
dan pembinaan.(Alfiyah & Bachtiar, 2022)
Pemerataan, relevansi, dan kualitas adalah perhatian abadi di bidang
pendidikan. Banyak prakarsa kualitas hidup umat manusia membutuhkan manajemen
yang hati-hati berdasarkan pengalaman dan penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi mutakhir.(Oviyanti, 2016) Manusia telah tertarik untuk menemukan cara
untuk meningkatkan karakteristik ini sejak lama. Jaminan kualitas, atau QA, adalah
proses memastikan bahwa siswa senang dengan kontak pendidikan yang mereka
miliki dengan perusahaan.(Thoha, 2017)
Era globalisasi telah terbukti menjadi era kompetitif untuk kualitas produk
dalam skala dunia. Bukti menunjukkan bahwa standar lulusan tertentu jauh dari
harapan.(Oviyanti, 2016) Karena standarisasi kualitas lulusan bukanlah tujuan, dan
sekolah-sekolah baru didirikan hanya dengan mempertimbangkan jumlah siswa,
kualitas lulusan yang dihasilkan akan menurun. Karena sekolah berfungsi sebagai
platform untuk mempersiapkan pemimpin nasional masa depan, pendekatan
manajemen mereka harus berbeda dari organisasi non-pendidikan. Ini karena sekolah
menarik individu yang cerdas dan berpengetahuan luas. Pertanyaan tentang
bagaimana sistem penjaminan mutu diselenggarakan secara sistematis, efisien,
transparan, dan bertanggung jawab sangat penting jika sistem tersebut ingin
mencapai tujuannya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi. penjaminan
mutu di sekolah dasar dan menengah dan sampai ditahap pendidikan tinggi.(Yanto,
2017)
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan diintegrasikan ke dalam peran yang
lebih besar dari administrasi pendidikan di tingkat lembaga. Pemenuhan standar
mutu merupakan salah satu kewajiban utama SPMP sebagai salah satu peran
manajemen pendidikan. Tercapainya tujuan pendidikan dan kompetensi yang
ditetapkan satuan pendidikan dalam program kegiatan atau kesesuaiannya dengan
kriteria yang ditentukan merupakan konsep dasar pendidikan bermutu di sekolah..
(Fadhli, 2020)
Untuk menjamin kepuasan seluruh konsumen lulusan (stakeholders), lembaga
pendidikan harus menciptakan dan menjaga standar mutu penyelenggaraan lembaga
pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan.(Sulaiman & Wibowo, 2016) Jaminan
mutu pendidikan adalah perencanaan, keinginan, pemeliharaan, dan peningkatan
kualitas lingkungan pendidikan tertentu secara terus menerus. Penjaminan mutu
pendidikan penting untuk meningkatkan standar pembelajaran siswa dan menjadi
tanggung jawab bersama semua sekolah. Manajemen di bidang pendidikan
bertanggung jawab atas Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang melihat terpenuhi
atau tidaknya standar mutu.(Paputungan et al., 2021)
Banyak pengelola sekolah yang masih belum yakin dengan apa yang
dimaksud dengan “standar mutu pendidikan”. Maka oleh karena itu, jelas bahwa
tidak selalu mungkin untuk menjamin bahwa proses pendidikan akan memenuhi
standar kualitas pemerintah di sebagian besar lembaga pendidikan. Dalam
pendidikan, penjaminan mutu bertujuan untuk menetapkan standar yang lebih tinggi
dari norma yang berlaku. Mutu pendidikan harus dipertahankan dan ditingkatkan
oleh semua komponen sistem pendidikan. Agar prakarsa peningkatan mutu berhasil,
seluruh lembaga pendidikan perlu memiliki budaya mutu. Agar sekolah secara
keseluruhan menjadi lebih baik, setiap bagiannya perlu didedikasikan untuk
keunggulan.(Yanto, 2020b)
Meningkatkan pendidikan adalah tugas yang sulit. Karena perannya yang
sentral dalam memelihara dan meningkatkan mutu akademik, penjaminan mutu
menjadi penting di setiap sekolah. Dengan menggunakan penjaminan mutu, kami
dapat memeriksa untuk melihat apakah praktik pendidikan kami mematuhi standar
yang telah kami tetapkan. Untuk membantu sekolah belajar dari kesalahan mereka
dan tumbuh, dan karenanya meningkatkan kinerja siswa, data ini akan dianalisis.
(Japaruddin et al., 2020)
Wajar jika kecemerlangan akademik dan ekstrakurikuler peserta didik yang
telah lulus dari satu jenjang pendidikan atau suatu program pembelajaran dianggap
sebagai bukti kualitas pendidikan pada tahapan satuan pendidikan, khususnya di
sekolah dasar atau menengah. Hasil atau prestasi sekolah pada titik waktu tertentu
disebut sebagai "kualitas pendidikan" dalam konteks pendidikan. Dengan
menggunakan strategi manajemen, solusi alternatif untuk masalah yang dihadapi
sistem pendidikan Indonesia dapat ditemukan. Kesuksesan jangka panjang
memerlukan strategi yang dipikirkan dengan matang, juga dikenal sebagai rencana
menyeluruh yang memanfaatkan semua keterampilan dan sumber daya seseorang.
(Yanto et al., 2017)
Sistem Penjaminan Mutu menempatkan sekolah sebagai agen atau pemimpin
utama dalam menyebarkan pengetahuan tentang penjaminan mutu. Sekolah diubah
menjadi organisasi pembelajaran dengan penekanan baru pada kualitas berkat Sistem
Penjaminan Kualitas. Kualitas sekarang menjadi perhatian semua orang, bukan
hanya orang lain.(Puspitasari, 2018)
Dapat diketahui bahwa didalam Pembelajaran (PAI) tentunya dapat
melakukan sebuah pembentukan karakter dan perilaku generasi muda. Sebab, pada
intinya, pendidikan agama Islam memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat
sasaran dan dirancang untuk menanamkan pada generasi muda Islam dasar
keyakinan dan cita-cita yang akan mengarahkan mereka dalam menjalankan
tugasnya di Bumi sesuai dengan perintah "Al-Qur'an dan Hadits mengajarkan
pelajaran-pelajaran yang berharga dalam agama Islam dan mengemukakan ajaran-
ajaran yang menjadi landasan kehidupan umat Muslim." (Ali, 2021) Jadi tentunya
dapat dipahami bahwa didalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang baik harus menjadi tanggung jawab sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal.
Karena jumlah siswanya yang mencapai 120 orang dalam enam kelas, SD
Negeri Terusan justru menarik banyak perhatian masyarakat umum. Kemudian
tentunya seluruh siswa muslimnya menjadikan tanggung jawab tersendiri bagi guru
pendidikan agama Islam dan sekolah untuk menanamkan ilmu agama dan
menumbuhkan akhlak siswa yang berkualitas guna mencapai tujuan pembelajaran.

Metode
Adapun didalam penelitian ini, dilakukan pendekatan kualitatif yang
melibatkan Kepala Sekolah s Dasar Negeri Terusan sebagai subjek utama dalam
didalam pengumpulan data menggunakan teknik atau melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode reduksi,
triangulasi, dan penarikan kesimpulan. Metode penelitian kualitatif ini fokus pada
analisis kata-kata dan tindakan manusia, bukan data berupa angka. Penelitian ini
menggunakan pendekatan ilmu sosial yang mengutamakan orisinalitas, di mana
peneliti berperan sebagai pelaku utama dalam proses penelitian, sehingga
memastikan validitas dan kepercayaan data yang diperoleh.(Yanto & Fathurrochman,
2019)
Hasil Dan Pembahasan
Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan keagamaan seorang anak adalah upaya untuk mempersiapkannya
untuk menjadikan praktik keagamaan menjadi bagian dari kehidupan sehari -harinya
begitu ia telah menyelesaikan sekolah formal.(Setiawan et al., 2021)
Definisi alternatif negara-negara pendidikan dalam Islam, "Pendidikan Islam
merupakan sebuah proses sistem pendidikan yang mencakup semua didalam semua
lini kehidupan yang dibutuhkan (siswa) berdasarkan ajaran Islam." Tentunya dapat
diketahui bahwa didalam tujuan pendidikan Islam, yang dapat diketahui bahwa
bentuk terhadap ibadah dari upaya Muslim yang taat, adalah untuk mengarahkan dan
mengarahkan perkembangan kodrat siswa (potensi dasar) sesuai dengan ajaran Islam
sehingga mereka mencapai potensi penuh mereka.(Ali, 2021)
Sehingga dapat kita pahami bahwa didalam sebuah tujuan dari pembelajaran
didalam pendidikan agama Islam merupakan sebuah hal untuk menumbuhkan
generasi anak muda yang diperlengkapi dengan baik untuk mengenali, memahami,
dan hidup sesuai dengan ajaran Islam sambil juga menghormati kepercayaan dan
praktik komunitas agama lainnya.(Harto, 2021)
Pendidikan agama Islam juga dipandang sebagai proses penanaman,
pengembangan, dan memperkuat nilai-nilai iman, yang merupakan spiritual utama
kemanusiaan, menurut interpretasi kedua. Keyakinan dan praktik agamanya
membentuk pandangan dan tindakan sehari -harinya.(Asep et al., 2021)
Kurikulum pendidikan nasional Indonesia meliputi didalam pelaksanaan
pembelajaran (PAI) di Sekolah Dasar (SD). PAI bertujuan untuk membina manusia
yang bertaqwa, bertaqwa, dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini
menjadi bagian penting dalam pengembangan karakter siswa. Pendidikan agama
Islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral, melarang keyakinan dan
ibadah, membentuk kepribadian siswa, dan menumbuhkan sikap mental dan spiritual
yang positif.(Abrar, 2020)
PAI di SD disampaikan dalam bentuk pelajaran yang diatur oleh kurikulum
nasional. Pelajaran PAI di SD memiliki beberapa komponen seperti mengenal Allah,
mengenal nabi, mengenal kitab suci, memahami aqidah Islam, dan memahami akhlak
mulia. Selain itu, diharapkan bahwa PAI di sekolah menengah mampu membentuk
karakter siswa yang berakhlakul karimah, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
dan beramal sholeh.(Rusmawati et al., 2022)
Semua aspek pendidikan agama Islam mempengaruhi perkembangan kognitif,
efektif, dan psikomotorik siswa. Pendidik berusaha menanamkan kecintaan belajar
dan komitmen untuk belajar keislaman sepanjang hayat. Siswa di Indonesia
menerima pelajaran agama Islam sebagai bagian dari pendidikan mereka. Akidah
Islam menetapkan bahwa tujuan pendidikan agama adalah untuk menghasilkan
individu yang beriman, taat, dan berbudi luhur.

a. Prinsip Pendidikan Agama Islam


Bagian yang terpenting dari misi setiap bangsa adalah untuk memastikan
warganya menerima pendidikan berkualitas yang mencakup ajaran yang memberikan
nilai -nilai moral dan spiritual.(Setiawan et al., 2021)
Kolaborasi dan Persatuan. Semangat kompetitif siswa dapat dan harus
dipelihara melalui kegiatan pendidikan.
b. Dasar Hukum Pendidikan Agama Islam
Adapun sebuah dasar yang dilaksanakan didalam pelaksanaan
pembelajaran pada pendidikan agama Islam di sekolah tentunya berdasarkan
pada landasan yuridis dan landasan religius.
1) Landasan Yuridis atau Hukum
Landasan asal instruksi teologis Islam dalam hukum yang dapat
digunakan sebagai kerangka kerja formal untuk mengimplementasikan
instruksi agama di kelas. Tiga jenis landasan hukum formal adalah sebagai
berikut:
a) Dasar Ideal. Dengan "basis ideal," yang kami maksudkan adalah Tuhan
Yang Mahakuasa, yang berfungsi sebagai landasan prinsip pemandu
Negara Bagian Pancasila.
b) Dasar Struktural ataupun Konstitusional. Pasal 29 Paragraf 1 dan 2 dari
Bab XI Konstitusi 1945 menyatakan, masing -masing: 1) Negara dibangun
di atas Allah Yang Mahakuasa; 2) Kemandirian masing -masing orang
untuk merangkul dan beribadah sesuai dengan agama dan agama masing -
masing dijamin oleh negara.
c) Prinsip Operasional TAP MPR No. IV/MPR/1973 menetapkan kerangka
kerja operasi, yang diperkuat oleh TAP MPR No. IV/MPR/1978 dan
Keputusan MPR No. II/MPR/1983. TAP MPR No. II/MPR/1993 Tentang
Garis Pertahanan Negara menetapkan bahwa instruksi agama harus
dimasukkan kedalam kurikulum yang telah dirancang untuk sekolah
umum, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
2) Landasan Religius
Islam mengajarkan bahwa menerima pendidikan dalam doktrin agama
adalah perintah dari Allah dan tindakan pengabdian. Landasan agama untuk
apa yang dijelaskan diperiksa dan berasal dari kepercayaan Islam. Beberapa
huruf dalam Al -Qur'an merujuk pada ini:
a) QS. Ali Imron : 104
‫ٰۤل‬
‫َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِرۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْفِلُحْو َن‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung”.(RI, 2010)
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pusat Pendidikan Nasional untuk Pendidikan dan Pembelajaran
menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam adalah untuk
menghasilkan "manusia yang dapat memiliki kepribadian agama yang kuat
dengan membentuk dan memperkuat iman atau keyakinan siswa melalui
pembiasaan, praktik semua nilai yang ada dalam pendidikan agama Islam dalam
hidup mereka."
Lalu ada beberapa yang berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan PAI
adalah agar siswa sepenuhnya mengadopsi dan mengimplementasikan ajaran
Islam ke dalam kehidupan pribadi dan masyarakat mereka.(Winata et al., 2020)
Tujuan dari pembelajaran pendidikan agama Islam bagi setiap muslim
tentunya diharapkan dapat:
1) Menjawab seruan Allah SWT yaitu “Jagalah diri dan keluarga kalian dari
neraka”:
‫ٰۤل‬
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل َيْع ُصْو َن‬
‫َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
2) Membina akidah dan keimanan peserta didik.
3) Membentuk keilmuan dan pengetahuan siswa.
4) Membentuk akhlak, perilaku dan sopan santun siswa.
5) Membentuk sisi sosial siswa.
6) Membangun sisi kejiwaan dan perasaan siswa.
7) Membentuk fisik dan kesehatan tubuh siswa.
8) Membentuk rasa seni, keindahan dan kreativitas siswa.(Rohima, 2020)
Jadi dapat dipahami bahwa pada dasarnya didalam pelaksanaan tujuan
mengenai pendidikan agama Islam adalahdengan demikian yang mana mampu
diharapkan untuk meningkatkan hubungan kedua individu dengan Allah SWT
dan interaksi mereka satu sama lain. Akibatnya, harmoni antara keduanya dapat
dicapai dalam kehidupan sehari-hari
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Berikut ini merupakan beberapa tujuan didalam pembelajaranpendidikan
agama Islam di sekolah:
1) Tambahkan untuk mengembangkan lebih lanjut perasaan percaya diri
2) Menciptakan kecenderungan dalam melakukan demonstrasi cinta, perbuatan
besar dan orang terhormat dan
3) Mengembangkan tenaga untuk mengembangkan faktor-faktor lingkungan
yang teratur sebagai karunia Allah SWT.(Daradjat, 2001)
e. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam mengacu pada studi tentang Al -Quran, Hadis,
Hukum, Keyakinan, dan Moral, di antara sumber -sumber lain.(Anam, 2021)
1) Al-Qur’an Hadis
Studi tekstual dan kontekstual adalah dua metode utama untuk
mempelajari hadits dari Al-Qur'an. Pembelajaran tekstual mirip dengan
pembelajaran teoretis yang menekankan pada membaca dan memahami teks
al-Qur’an. Pembelajaran kontekstual, di sisi lain, menekankan relevansi
materi kelas dengan lingkungan siswa sendiri, yang memungkinkan mereka
membuat hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dan kehidupan
sehari-hari mereka.(Hanum, 2021)
2) Fiqih
Fiqh merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan Islam yang
terlihat seperti bagaimana hukum-hukum syariat Islam berlaku dalam
kehidupan sehari-hari. Amalan ibadah, akhlak, aturan perkawinan dan waris,
serta berbagai aspek kehidupan sosial lainnya menjadi fokus utama fikih.
Tujuan utama fikih adalah untuk membimbing umat Islam dalam menjalani
kehidupan mereka sesuai dengan ajaran Islam. Al-Qur'an, kitab suci Islam,
Hadits, ajaran dan amalan Nabi Muhammad SAW, serta pendapat para ahli di
bidangnya, menjadi landasan bagi prinsip-prinsip fikih.(Abidin, 2021)
3) Akidah Akhlak
Tindakan siswa dapat dipengaruhi secara signifikan oleh apa yang
mereka pelajari tentang moralitas. Mengejar kebahagiaan di dunia ini adalah
penting, tetapi mengajar siswa untuk hidup secara moral juga membantu
mereka menemukan kepuasan di dunia berikutnya. Siswa akan dibimbing
menuju keseimbangan yang sehat dalam hubungan mereka dengan orang lain,
dengan masyarakat luas, dengan Tuhan (hablum min allah wa hablum min
an-nas), dan dengan diri mereka sendiri. Selain itu, diharapkan dengan
mempelajari etika, murid akan mencapai tingkat kecanggihan jauh di atas
hewan.(Fauzia, 2020)

4) Sejarah Kebudayaan Islam


Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu jendela ke dalam sejarah
peradaban Islam. Kursus-kursus tersebut mencakup sejarah Islam dari zaman
Nabi Muhammad di Mekah dan Madinah, melalui kepemimpinan orang -
orang setelah kematiannya, melalui periode klasik/emas, Abad
Pertengahan/Dundur, periode modern/kebangkitan (1800 hingga 1800 hingga
masa kini), Sejarah Islam di Indonesia, dan Sejarah Islam di seluruh dunia.
(Hasmar, 2020)

Sistim Penjaminan Mutu


Kualitas mencakup proses dan produk akhir dalam pendidikan. Siswa
mendapat manfaat dari lingkungan belajar yang dinamis, kreatif, produktif dan
menyenangkan dalam proses pendidikan yang sangat baik. Jika hasil pembelajaran
akademik dan non-akademik kedua siswa meningkat, kami dapat mengatakan bahwa
sistem pendidikan menghasilkan hasil berkualitas tinggi. Hasil kualitas dicapai ketika
lulusan berhasil diintegrasikan ke dalam tenaga kerja, mendapatkan kompensasi yang
adil, dan secara luas diakui dengan kemampuan luar biasa mereka.(Yanto et al.,
2020)
Dengan pendidikan berkualitas tinggi, siswa dapat memperoleh pendidikan
yang berguna, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhannya. Dengan pendidikan
ini, siswa dapat memaksimalkan potensi mereka dan menjadi anggota masyarakat
yang produktif dan berharga. Siswa yang menerima pendidikan berkualitas tinggi
juga lebih siap untuk dunia kerja atau jenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena
itu, peningkatan standar pendidikan merupakan tujuan penting bagi sistem
pendidikan di sejumlah negara, termasuk Indonesia.(Yanto, 2018)
Konsep mutu pendidikan berkaitan dengan seberapa baik sistem pendidikan
mencapai tujuannya. Ada banyak faktor yang dapat digunakan untuk mengukur mutu
pendidikan, termasuk kompetensi guru, kurikulum, sarana prasarana, dan hasil
belajar siswa. Selain metode pembelajaran, interaksi guru-siswa juga termasuk dalam
proses. Output mencakup hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
(Ansori, 2021)
Dalam kaitannya dengan pendidikan sekolah dasar, kualitas pendidikan
sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kemampuan
siswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar. Siswa dapat lebih
siap untuk tingkat pendidikan berikutnya dengan menerima pendidikan berkualitas
tinggi di sekolah dasar.(Arumsari & Hasanah, 2021)
Setiap lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta diwajibkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 19 (SNP) Pasal 91 untuk menjamin agar peserta
didiknya memperoleh pendidikan yang bermutu. Sasaran utama upaya penjaminan
mutu pendidikan adalah memenuhi atau melampaui standar pendidikan nasional.
(Suharsaputra, 2013)
a. Penjaminan Mutu
Dalam sistem pendidikan, jaminan kualitas adalah sistem jaminan yang
dikelola oleh semua bagian sistem. Untuk memastikan bahwa semua siswa
diberikan pendidikan yang memenuhi atau melampaui persyaratan federal
minimum, unit pendidikan menggunakan sistem jaminan kualitas yang
komprehensif. Secara mandiri dan terus -menerus, unit pendidikan
memanfaatkan setiap fase sistem jaminan kualitas untuk menumbuhkan budaya
keunggulan.(Puspitasari, 2018)
Sistem Jaminan Kualitas (QAS) digunakan oleh lembaga pendidikan di
tingkat dasar dan menengah untuk memastikan bahwa pendidikan diberikan
memenuhi atau bahkan melebihi standar nasional yang ditetapkan dalam
Permendikbud No. 28 tahun 2016 mengenai sistem jaminan kualitas untuk
pendidikan dasar dan menengah.(Mauly & Gustini, 2019)
Memastikan bahwa layanan atau komoditas hampir sama dengan
jaminan kualitas. Jaminan kualitas dalam pendidikan mengacu pada proses yang
diberlakukan untuk menjamin bahwa kursus dan program gelar mencapai par.
Tujuan dari jaminan pendidikan yang berkualitas adalah untuk meningkatkan
standar pendidikan, membuat sistem pendidikan lebih efisien dan efektif, dan
menjamin bahwa semua siswa belajar untuk potensi penuh mereka. Jaminan
kualitas pendidikan mencakup banyak masalah, termasuk:(Paputungan et al.,
2021)
Untuk memastikan bahwa anak -anak di sekolah dasar mendapatkan
pendidikan agama Islam yang berkualitas tinggi dan sejalan dengan prinsip-
prinsip Islam, sangat penting bahwa kualitas pengajaran tersebut dijamin.(Yanto,
2020c) Akibatnya, sangat penting untuk memiliki prosedur untuk menjamin
standar tinggi pendidikan didalam setiap pembelajaran agama Islam yang yamg
diterapkan atau dilaksanakan di sekolah dasar. Sistem penjaminan mutu sangat
penting untuk memastikan bahwa siswa menerima pendidikan agama Islam yang
berkualitas tinggi dan sesuai dengan ajaran Islam.(Paputungan et al., 2021)
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan memantau proses pembelajaran, penjaminan
mutu berbasis sekolah bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan bagi proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
b. Prinsip Sistim Penjaminan Mutu
Beberapa prinsip panduan harus diamati ketika menerapkan sistem
penjaminan kualitas pendidikan.
1) Pendidik memimpin dalam meningkatkan lingkungan belajar bagi siswa.
Untuk memperbaiki sistem pendidikan kita yang rusak, pendidik dapat
menggunakan manajemen kualitas pendidikan. Pendidikan profesional
sedang berjuang karena kegagalan sistemik, yang menghambat
penciptaan dan implementasi pendekatan dan metode baru untuk
meningkatkan standar instruksi yang ada.
2) Kita perlu membuat lompatan besar dalam kualitas sistem pendidikan
kita. Urutan pemikiran yang mapan harus bergeser.
3) Tidak benar bahwa menghabiskan lebih banyak uang akan menghasilkan
hasil yang lebih baik. Administrator, instruktur, karyawan, pengawas,
kerja tim, kerja sama, dan akuntabilitas semuanya dapat berkontribusi
pada standar pengajaran dan pembelajaran yang lebih tinggi.
4) Kesediaan untuk merangkul perubahan adalah satu -satunya faktor
terpenting dalam meningkatkan standar pendidikan.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa beberapa prinsip dasar sistem
penjaminan mutu pendidikan harus dipatuhi untuk mencapai tujuan penjaminan
mutu pendidikan, yaitu menciptakan suasana yang efektif dan efisien. Prinsip-
prinsip panduan ini meliputi fokus siswa, kepemimpinan yang kuat, penetapan
standar kualitas, evaluasi dan pengukuran, pemantauan dan pelaporan,
pengembangan staf, dan partisipasi masyarakat. Dalam pelaksanaannya, prinsip-
prinsip tersebut harus terus diintegrasikan dan dikoordinasikan agar sistem
penjaminan mutu pendidikan dapat berfungsi secara efektif dan memaksimalkan
manfaat bagi peserta didik dan masyarakat secara keseluruhan.
c. Ruang Lingkup Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sistim penjaminan mutu pendidikan internya setidaknya mencakup empat
hal berikut:
1) Perencanaan Pembelajaran.
Perencanaan untuk pembelajaran termasuk memilih, membuat, dan
memperbaiki strategi instruksional, menciptakan dan mendistribusikan
sumber daya pengajaran, memfasilitasi pengalaman belajar yang bermakna,
dan mengevaluasi sejauh mana hasil pembelajaran telah dicapai.(Majid,
2008)
Menerapkan strategi pembelajaran yang terstruktur memiliki dampak
positif terhadap keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengatur kriteria perencanaan yang sesuai
guna merencanakan pembelajaran dengan efektif. Sesuai dengan panduan
yang diuraikan dalam Permendikbud No. 22/2016, diperlukan penyusunan
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam Permendikbud No. 1/2016.
(Puspitasari, 2018)
2) Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Implementasi proses belajar sangat penting untuk mencapai hasil
pendidikan berkualitas tinggi. Akibatnya, proses pendidikan harus dilakukan
dengan cara yang ideal dan produktif. Proses pembelajaran baru harus
diimplementasikan terlebih dahulu, sebagaimana diamanatkan oleh
Permendikbud No. 22 tahun 2016, dan hanya dengan begitu implementasi
pembelajaran dapat dilanjutkan.
a) Komponen yang diperlukan, seperti:
(1) Penunjukan waktu pertemuan pembelajaran
(2) Penunjukan kelompok pembelajaran
(3) Penunjukan beban kerja minimum guru
(4) Penunjukan buku teks
(5) Mengontrol ruang kelas dan lab.
b) Pembelajaran dan melakukan implementasi pembelajaran adalah
implementasi rencana pelajaran yang mencakup latihan pemanasan,
gemuk, dan penutup. Siswa diprioritaskan sepanjang fase pengiriman
instruksional. Guru perlu banyak akal dalam hal mengelola pembelajaran
siswa dengan memilih dan menerapkan strategi, teknik, dan materi
pembelajaran yang sesuai untuk konteks dan tujuan siswa mereka untuk
pencapaian kompetensi.
3) Penilaian hasil dan proses pembelajaran
Penilaian memainkan peran penting dalam pendidikan karena
mengungkapkan seberapa sukses proses pembelajaran telah terjadi. Menilai
kemajuan siswa menuju tujuan pembelajaran adalah bagian penting dari
pengajaran karena memberikan indikasi kuantitatif tentang seberapa baik
siswa berkembang menuju tujuan mereka. Ada dua tujuan dasar evaluasi
yang harus dipenuhi saat mengevaluasi keberhasilan program dalam
membantu siswa belajar. Langkah kedua adalah menentukan area
bermasalah dalam kerangka pendidikan.(Syaodih, 2003)
Proses pembelajaran dievaluasi mmenggunakan landasan
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dan evaluasi kesiapan siswa, prosedur,
dan hasil belajar menggunakan metode penilaian autentik. Pengintegrasian
ketiga komponen asesmen tersebut akan memberikan penjelasan tentang
kemampuan siswa menghasilkan efek instruksional (instructional effect)
pada aspek pengetahuan dan efek pengiring (nurturing effect) pada semua
aspek sikap.(Puspitasari, 2018)
4) Pengawasan proses pembelajaran
Pengawasan pembelajaran yang efektif memerlukan tindak lanjut
jangka panjang, pemantauan, pengawasan, dan evaluasi yang berkelanjutan.
Kepala Unit Pendidikan dan Pengawasan bertanggung jawab atas pengaturan
pendidikan.
a) Prinsip pengawasan, Untuk menghitung skor sertifikasi dan membuat
peningkatan kualitas secara berkelanjutan, pengawasan dilakukan sesuai
dengan aturan objektif dan transparan.
b) Otoritas dan struktur kontrol. Kepala Sekolah, Pengawas, Departemen
Pendidikan, dan Badan Jaminan Kualitas Eksternal semuanya
memainkan peran dalam sistem pemantauan internal sekolah.
c) Metode pengawasan Mahasiswa dan masyarakat secara keseluruhan
mendapat manfaat yang besar dari proses pengawasan.
d. Tahapan Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan
Dapat dipahami bahwa didalam sistem penjaminan mutu pendidikan di
sekolah terdiri dari lima lima tahapan yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Pemetaan Mutu Melalui kegiatan evaluasi diri yang menghasilkan peta mutu
(standar pencapaian), kesulitan yang dihadapi, dan rekomendasi nasional,
satuan pendidikan dapat merencanakan keberadaannya dalam hal pendidikan
yang memenuhi standar pendidikan.
2) Penyusunan Rencana Pemenuhan, Gunakan hasil pemetaan kualitas, makalah
kebijakan pendidikan dari tingkat unit nasional, regional, dan pendidikan, dan
rencana strategis untuk pertumbuhan unit pendidikan sebagai dasar untuk
perencanaan pemenuhan kualitas Anda. Dokumen perencanaan unit
pendidikan dan rencana aksi merinci hasil -hasil ini.
3) Pelaksanaan Pemenuhan Mutu, Kelola lembaga pendidikan dan proses
pengajaran untuk memberikan hasil yang berkualitas tinggi.
4) Evaluasi/Audit Mutu, Menyimpan tab tentang bagaimana hal -hal dilakukan
dalam hal kontrol kualitas untuk memastikan bahwa peningkatan kualitas
selalu terjadi seperti yang direncanakan.
5) Penyusunan standar yang lebih tinggi dari standar nasional pendidikan,
intensifikasi upaya pemenuhan standar mutu, khususnya untuk persyaratan
yang belum terpenuhi berdasarkan temuan audit/evaluasi, dan peningkatan
standar yang lebih tinggi dari SNP terhadap standar yang telah ditetapkan
Untuk mencapai tujuan penjaminan mutu pendidikan yang efektif dan
efisien, peran aktif dan partisipasi semua pemangku kepentingan—guru, siswa,
orang tua, masyarakat, dan pemerintah—dalam tahapan sistem penjaminan mutu
pendidikan sangatlah penting. Diharapkan dengan mengikuti tahapan sistem
penjaminan mutu pendidikan yang tepat, akan meningkatkan mutu pendidikan
dan memaksimalkan manfaat bagi peserta didik dan masyarakat secara
keseluruhan..(Japaruddin et al., 2020)
Sistem penjaminan mutu pendidikan adalah upaya peningkatan mutu
pendidikan melalui pengembangan, pengukuran, pemantauan, dan evaluasi yang
sistematis dan terpadu, sesuai dengan uraian di atas. Mulai dari mutu
pembelajaran, tenaga pembina, fasilitas belajar, kurikulum, evaluasi dan
pengukuran, pemantauan dan pelaporan, pembinaan tenaga, hingga partisipasi
masyarakat harus tercakup dalam sistem penjaminan mutu pendidikan. Harmoni,
efektivitas, efisiensi, keberlanjutan, partisipasi dan transparansi adalah prinsip-
prinsip panduan sistem penjaminan mutu pendidikan.
Upaya untuk mengukur kualitas pendidikan dengan menggunakan
indikator tertentu dikenal sebagai pengukuran mutu pendidikan. Pengukuran ini
sangat penting untuk mengetahui sejauh mana kualitas pendidikan yang
diberikan oleh sebuah institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran, staf pengajar,
fasilitas pembelajaran, kurikulum, evaluasi dan pengukuran, pemantauan dan
pelaporan, pengembangan staf, dan partisipasi masyarakat adalah beberapa
aspek yang harus diukur untuk menentukan kualitas pendidikan.(Achadah, 2021)
Prinsip validitas, dependabilitas, objektivitas, transparansi, dan
akuntabilitas harus menjadi landasan untuk mengukur kualitas pendidikan. Agar
instrumen dianggap valid, ia harus mampu mengukur apa yang ingin diukur.
Instrumen tersebut harus mampu menghasilkan hasil yang konsisten dalam
jangka waktu yang lama agar dapat dianggap andal. Obyektivitas berarti hasil
pengukuran tidak dipengaruhi oleh opini atau pandangan subyektif dari pihak
yang melakukan pengukuran. Transparansi berarti bahwa hasil pengukuran harus
dapat diakses oleh semua stakeholder yang berkepentingan, sedangkan
akuntabilitas berarti bahwa hasil pengukuran harus dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
(Silitonga, 2020)
Untuk mengukur kemajuan dan melakukan penyesuaian yang diperlukan,
perlu dilakukan pengukuran mutu pendidikan secara berkala. Dalam mengukur
mutu pendidikan, sangat penting bagi semua pemangku kepentingan, termasuk
guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk berpartisipasi.(Fadhli,
2020)
Standar Nasional Pendidikan pertama kali diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan kemudian dijadikan bagian dari UU No. 20
Tahun 2003. Standar ini merupakan ukuran sebenarnya untuk menilai mutu
pendidikan. Menurut Pasal 1 PP No. 19 Tahun 2005, Standar Nasional
Pendidikan mengacu pada persyaratan minimum sistem pendidikan di seluruh
wilayah dan provinsi Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan
mencakup berbagai bidang, antara lain:
(1) Standar Isi
(2) Standar Proses
(3) Standar Kompetensi Lulusan
(4) Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
(5) Standar Sarana Dan Prasarana
(6) Standar Pengelolaan
(7) Standar Pembiayaan
(8) Standar Penilaian Pendidikan.

1) Standar Isi
Peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu wajib
memenuhi standar isi, yaitu ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang ditentukan oleh standar kelulusan, bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran.
Cakupan konten standar adalah:
(1) Landasan dan struktur kurikulum menjadi pedoman dalam proses
pengembangan kurikulum di tingkat lembaga pendidikan.
(2) Jumlah informasi yang diajarkan kepada siswa sekolah dasar dan
menengah.
(3) Sebagai komponen yang sangat menentukan standar isi,
kurikulum lembaga pendidikan harus dikembangkan sesuai
dengan pedoman pengembangan kurikulum.
(4) Rencana lembaga pendidikan dasar dan menengah didalam untuk
melaksanakan sebuah kegiatan di dalam dunia pendidikan.
2) Standar Proses
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan
Peraturan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, yang memberikan landasan hukum bagi standar proses
pendidikan. Untuk memenuhi standar kompetensi lulusan, standar proses ini
memuat peraturan nasional yang mengatur bagaimana perguruan tinggi
melakukan pembelajaran.
Minat siswa serta tahapan perkembangan fisik dan mental siswa perlu
diperhatikan agar proses pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi, dan memberi ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian untuk belajar. disediakan. Ini sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan intelektual dan mental siswa dan menghasilkan
hasil yang sangat baik.
3) Standar Kompetensi Lulusan
Lulusan standar kompetensi memberikan lembaga pendidikan kerangka
kerja untuk mengevaluasi persiapan kelulusan siswa. Standar kompetensi
lulusan meliputi kualifikasi dalam hal sikap, keahlian, dan pengetahuan.
Persaingan mendasar pada setiap jenjang pendidikan berbeda-beda.
Pengembangan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan
keterampilan praktis siswa untuk keberhasilan dalam pendidikan menengah
dan tinggi merupakan tujuan utama pendidikan dasar. Tujuan utama
pendidikan tinggi adalah menyiapkan mahasiswa menjadi anggota
masyarakat yang berakhlak mulia yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
kemandirian, dan sikap yang diperlukan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
untuk kepentingan umat manusia.
Standar kompetensi lulusan berfungsi sebagai pedoman untuk
menentukan kapan seorang siswa dianggap telah menyelesaikan
pendidikannya pada saat evaluasi satuan pendidikan dasar dan menengah.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencakup persyaratan minimum untuk
mata pelajaran, bidang studi tertentu, dan standar sekolah dasar dan
menengah.
4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Republik Indonesia ini menekankan
persyaratan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. tentang Persyaratan
Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005.
a) Adapun didalam pelaksanaan kemampuan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, serta kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai pendidik merupakan salah satu syarat bagi pendidik dalam
Pasal 28. Orang yang mampu menjalankan tanggung jawab sebagai
dosen, konsultan, tutor, instruktur, fasilitator, dan peran pendidikan
lainnya disebut sebagai “pendidik” dalam konteks ini. Sebagai bagian
dari perannya sebagai agen pembelajaran, guru berperan sebagai
fasilitator, motivator, dan panutan bagi siswanya.
b) Untuk memperoleh gelar akademik, Guru atau pendidik harus
memiliki ijazah dan/atau sertifikat kualifikasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada saat itu (lihat Pasal 8 ayat
2).Tingkat kecakapan yang dicapai siswa pada pendidikan dasar,
menengah, dan anak usia dini.
5) Standar Sarana Prasarana
Dalam proses pembelajaran, fasilitas digunakan secara langsung
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prasarana pendidikan membantu siswa
secara tidak langsung. Prasarana dan alat pendidikan sangat penting karena
dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
6) Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang menjamin
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada satuan
pendidikan, kabupaten/kota, negara bagian, atau agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan merupakan
tanggung jawab kepala satuan pendidikan. Standar manajemen dipecah
menjadi tiga bagian: yang diberlakukan oleh lembaga pendidikan, pemerintah
daerah, dan pemerintah.
7) Standar Pembiayaan
Komponen dan biaya operasional satuan pendidikan diatur dengan
standar pembiayaan satu tahun. Dalam standar ini, ada tiga jenis pembiayaan:
a) Biaya yang terkait dengan investasi satuan pendidikan, khususnya biaya
yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, dan modal kerja tetap.
b) b) Pengeluaran pribadi seperti uang sekolah, yang harus dibayar oleh
mahasiswa agar dapat mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
c) Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
(1)Merupakan sebuah biaya tunjangan pendidik atau tenaga pendidikan;
(2)bahan atau peralatan pendidikan yang digunakan; dan
(3)biaya operasional tidak langsung pendidikan, seperti air, pemeliharaan
prasarana dan sarana, pajak, asuransi, dan sebagainya.
8) Standar Penilaian Pendidik
Standar penilaian guru merupakan bagian dari standar pendidikan
nasional yang mencakup metode, prosedur, dan alat untuk mengevaluasi
prestasi belajar siswa. Melalui penilaian yang berkelanjutan seperti ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan tugas harian, kemajuan,
perkembangan, dan peningkatan hasil belajar siswa dapat dipantau.
Berdasarkan penjelasan di atas, simpulan yang dapat diambil adalah
ada empat standar yang digunakan sebagai pedoman dalam mengukur
kualitas pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Keempat standar tersebut adalah standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, dan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Setiap
komponen memiliki indikator khusus yang dirancang untuk mengukur
kualitas pendidikan secara holistik.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri


Terusan

Ketika membahas pendidikan agama Islam di sekolah dasar negeri, para ahli
menekankan pentingnya memasukkan pendidikan agama Islam ke dalam kurikulum
nasional. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa pendidikan agama Islam dapat
berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan pembelajaran yang lebih luas.
(Komala & Erihadiana, 2022)
Para ahli juga mengakui pentingnya pendekatan komprehensif dalam
pendidikan agama Islam. Mereka berharap bahwa pendidikan agama Islam dapat
memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang ajaran agama Islam kepada siswa
dan mendorong mereka untuk menerapkan prinsip-prinsip agama tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.(Mansir, 2021)
Di sekolah dasar negeri, pentingnya peran guru dalam mengajar agama Islam
juga ditekankan oleh para ahli. Guru diharapkan mampu menyampaikan ajaran Islam
dengan cara yang efektif dan memahami dengan baik materi yang diajarkan. Selain
itu, guru juga harus memiliki kemampuan untuk mendidik siswa tentang cara
menerapkan prinsip-prinsip agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.(Zakiah et al.,
2022)
Dalam hal ini, para ahli juga menekankan pentingnya dukungan kepala
sekolah untuk menjamin kualitas pendidikan Islam di sekolah dasar negeri. Kepala
sekolah diharapkan mampu mengawasi dan mengarahkan guru secara efektif dalam
melaksanakan pembelajaran agama Islam sekaligus memastikan seluruh proses
pembelajaran sesuai dengan standar nasional pendidikan.(Yanto, 2020)

Implementasi Penjaminan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di


kelas V di Sekolah Dasar Negeri Terusan

Dalam pendidikan, kualitas mengacu pada proses dan hasilnya. Proses


pendidikan yang sangat baik adalah proses yang mendorong lingkungan yang
dinamis, kreatif, produktif, dan menyenangkan bagi para siswa. Jika hasil
pembelajaran akademik dan non-akademik kedua siswa meningkat, kami dapat
mengatakan bahwa sistem pendidikan menghasilkan hasil berkualitas tinggi. Hasil
kualitas dicapai ketika lulusan berhasil diintegrasikan ke dalam tenaga kerja,
mendapatkan kompensasi yang adil, dan secara luas diakui dengan kemampuan luar
biasa mereka.(Yanto et al., 2020)
Adapun didalam konteks pelaksanaan pada proses pembelajaran pada
pendidikan agama Islam yang dilaksanakan pada kelas V disebuah sekolah dasar
negeri, implementasi penjaminan mutu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
ahli. Beberapa ahli menyoroti pentingnya keterlibatan guru dan evaluasi yang tepat,
sedangkan yang lain menekankan peran penting kepala sekolah dalam melaksanakan
penjaminan mutu.(Arumsari & Hasanah, 2021)
Dalam kaitannya dengan pendidikan sekolah dasar, kualitas pendidikan
sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kemampuan
siswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar. Siswa dapat lebih
siap untuk tingkat pendidikan berikutnya dengan menerima pendidikan berkualitas di
sekolah dasar.(Arumsari & Hasanah, 2021)
Tentunya seorang kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting
didalam memastikan bahwa kualitas baik pendidikan Islam yang diajarkan di sekolah
dikonfirmasi. Kepala sekolah bertugas memastikan bahwa guru memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengajarkan mata
pelajaran pendidikan agama Islam dengan baik. Selain itu, kepala sekolah memiliki
tanggung jawab untuk mendukung proses pembelajaran, menyediakan fasilitas yang
memadai, serta memastikan evaluasi dan penilaian dilakukan dengan tepat.(Yanto &
Fathurrochman, 2019)

Simpulan
Penyelenggaraan didalam pelaksananaan pendidikan agama Islam kelas pada
kelas V di SD Negeri ini telah memenuhi standar pendidikan nasional. Pembelajaran
tuntunan Islam Kelas V di sekolah tersebut dilaksanakan secara menyeluruh. Dengan
menyesuaikan dengan kondisi daerah, kurikulum yang digunakan mengacu pada
kurikulum nasional. Selain itu, guru PAI dipersiapkan dan cukup kompeten untuk
mengajar mata pelajaran ini. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi
bicara, tanya jawab, percakapan, dan selanjutnya mengikutsertakan siswa dalam
latihan-latihan yang bermanfaat. Guru juga menggunakan bahan pembelajaran
seperti video dan gambar untuk membantu siswa memahami apa yang diajarkan. Tes,
penugasan, dan observasi merupakan beberapa alat yang digunakan dalam evaluasi
dan penilaian hasil belajar siswa.
Di SDN Terusan penjamin mutu pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran
PAI cukup tinggi. Hal ini dilihat dengan menggunakan delapan standar pendidikan
yang merupakan standar isi. Hal ini cukup baik karena menggunakan kurikulum K-
13, memiliki beban belajar yang jelas yang harus diselesaikan siswa baik KD
maupun KI, serta menggunakan Kaldik untuk memandu kegiatan pembelajaran.
Pemilihan guru honorer oleh sekolah melalui wawancara dan verifikasi dokumen
yang memenuhi persyaratan, serta persyaratan pendidikan minimal yakni sarjana,
merupakan komponen standar bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Kualifikasi
pendidikan harus linier dengan mata pelajaran yang diajarkan. Kompetensi
pendidikan pendidik harus diuji. Merencanakan anggaran untuk mendukung kegiatan
pembelajaran dan mencantumkan rincian pengeluaran yang disesuaikan dengan
anggaran BOS menunjukkan dengan cukup jelas standar pembiayaan kegiatan
pembelajaran PAI. Guru-guru kelas V SDN Terusan telah memenuhi standar
penilaian yang telah ditetapkan oleh Pendidikan Agama Islam dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2021). Efektivitas Pembelajaran Fiqih melalui Pendekatan E-Learning.
An-Nahdlah, 8(1), 105–125.
Abrar, A. M. (2020). Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Interaksi Pembelajaran Peserta Didik SD Integral Rahmatullah
Tolitoli. Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 12(1), 30–37.
Achadah, A. (2021). Implementasi Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran. Jurnal
Tarbawi, 09(01), 1–8.
Alfiyah, S., & Bachtiar, H. (2022). Internalisasi Pendidikan Akhlak Dalam
Menguatkan Karakter Islami Siswa Mi Perwanida Blitar. Management of
Education: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 8(1), 110–133.
Ali, I. (2021). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Pengajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Mubtadiin, 7(01), 247–264.
Anam, N. (2021). Manajemen kurikulum pembelajaran PAI. Ta’lim Diniyah: Jurnal
Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 1(2), 129–
143.
Ansori, M. (2021). Pengembangan Kurikulum Madrasah Di Pesantren.
Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 41–50.
https://doi.org/10.31538/munaddhomah.v1i1.32
Arbangi, Dakir, & Umiarso. (2018). Manajemen Mutu Pendidikan. Kencana.
Arumsari, K., & Hasanah, E. (2021). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Akademik Siswa SD di Masa Pandemi Covid-19. Al-
Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 9(1), 32–41.
https://doi.org/10.31958/JAF.V9I1.3222
Asep, Arifin, Z., & Faturrohman. (2021). Pemanfaatan Aplikasi Zoom Sebagai
Media Pembelajaran PAI Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMPN 1 Karawang
Barat. Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 17(2), 140–151.
Daradjat, Z. (2001). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Bumi Aksara.
Fadhli, M. (2020). Sistem Penjaminan Mutu Internal Dan Ekstenal Pada Lembaga
Pendidikan Tinggi. AL-TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(2),
53–65. https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v4i2.1148
Fauzia, L. (2020). Implementasi Metode Learning Start With a Question Pada
Pembelajaran Akidah Akhlak. INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan, 25(2), 240–269. https://doi.org/10.24090/insania.v25i2.4199
Hanum, L. (2021). Pembelajaran Al-Qur’an Hadis Berbasis Kontekstual di MTs.
Pendidikan Agama Islam Medan (Studi Kasus pada Pembelajaran Daring).
Fitrah: Journal of Islamic Education, 2(1), 66–79.
Harto, K. (2021). Living Values Education (Lve). Semeta Aksara.
Hasbullah. (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.
Hasmar, A. H. (2020). Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di
Madrasah. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam,
10(1), 15–33. https://doi.org/10.22373/jm.v10i1.6789
Japaruddin, Hamengkubuwono, Kusen, Warlizasusi, J., Yanto, M., &
Fathurrochman, I. (2020). Upaya Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Eksistensi Madrasah Ibtidaiyah Swasta. ALIGNMENT:Journal of
Administration and Educational Management, 3(2), 87–94.
Komala, E., & Erihadiana, M. (2022). Manajemen Kurkulum Pendidikan Islam.
JURNAL SYNTAX IMPERATIF : Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 2(6), 34.
https://doi.org/10.36418/syntax-imperatif.v2i6.135
Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. PT. Remaja Rosdakarya.
Mansir, F. (2021). Analisis model-model pembelajaran fikih yang aktual dalam
merespons isu sosial di sekolah dan madrasah. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan
Islam, 10(1), 88. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v10i1.4212
Mauly, Y., & Gustini, N. (2019). Implementasi SPMI dalam meningkatkan mutu
pendidikan dasar. Jurnal Islamic Educational Management, 4(2), 229–244.
Muhibbinsyah. (2013). Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.
Nur Zain. (2016). Gerakan Bermutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz
Media; 2016.
Nurrizqi, A. (2021). KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI. 3(1),
124–141.
Oviyanti, F. (2016). Tantangan Pengembangan Pendidikan Keguruan di Era Global.
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 267–282.
https://doi.org/10.21580/nw.2013.7.2.562
Paputungan, I. P. I., Ansar, & Mas, S. R. (2021). Keefektifan Pelaksanaan Sistem
Penjamin Mutu Internal. Pedagogika, 12(1), 77–92.
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i1.54
Puspitasari, H. (2018). Standar Proses Pembelajaran Sebagai Sisitem Penjamin
Mutu Internal di Sekolah. 1(2), 339–368.
RI, K. A. (2010). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Lentera Abadi.
Rohima, S. (2020). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Era Industri 4.0. Ittihad,
4(1), 62–71.
Rusmawati, R., Zahratun Nisa, N. R. S., & Nisa, Z. (2022). Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Interdisiplin Di Sekolah Dasar. SITTAH: Journal of Primary
Education, 3(1), 90–101. https://doi.org/10.30762/sittah.v3i2.333
Setiawan, F., Hutami, A. S., Riyadi, D. S., & Dahlan, A. (2021). Kebijakan
Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Al
Mudarris : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 4(1), 1–22.
Silitonga, D. (2020). Manajemen Peningkatan Mutu: Evaluasi Rumusan Program
Manajemen Berbasis Sekolah Pada Satuan Pendidikan (Tinjauan Literatur).
Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), 168–184.
Suharsaputra, U. (2013). Administrasi Pendidikan. Refika Aditama.
Sulaiman, A., & Wibowo, U. B. (2016). Implementasi Sistem Penjamin Mutu
Internal sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di universitas Gajah
Mada. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 4(1), 17–32.
Syaodih, R. I. dan N. (2003). Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta.
Thoha, M. (2017). Manajemen Peningkatan Mutu Ketenagaan dan Sumber Daya
Manusia (SDM) di Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan. MANAGERIA: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 169–182.
https://doi.org/10.14421/manageria.2017.21-09
Winata, K. A., Solihin., I., Rusnawadi, U., & Erihadiana, M. (2020). Moderasi Islam
Dalam Pembelajaran PAI Melalui Model Pembelajaran Konstekstual. Ciencias:
Jurnal Pengembangan Pendidikan, 3(2), 82–92.
Yanto, M. (2017). Manajemen Peningkatan Mutu Program Pembelajaran Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Manajer Pendidikan, 11(4), 385–393.
Yanto, M. (2018). Manajemen dan Mutu Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMP
Negeri 4 Rejang Lebong. Tadbir : Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 2(1),
71. https://doi.org/10.29240/jsmp.v2i1.388
Yanto, M. (2020a). Manajemen Kepala Sekolah dalam Menumbuhkan Kompetensi
Sosial di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 10 Karang Anyar Rejang
Lebong. Ar-Riayah : Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 83–91.
https://doi.org/10.29240/estetik.V31i.1479
Yanto, M. (2020b). Manajemen Mutu Pendidikan Anak Usia Dini Wijaya Kusuma
Rejang Lebong. Zuriah : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 97.
https://doi.org/10.29240/zuriah.v1i2.2020
Yanto, M. (2020c). Manajemen Sekolah dalam Pengelolaan Kegiatan Guru Bahasa
Indonesa di Sekolah Dasar. ESTETIK : Jurnal Bahasa Indonesia, 3(1), 16–26.
https://doi.org/10.29240/estetik.v3i1.1479
Yanto, M., & Fathurrochman, I. (2019). Manajemen kebijakan kepala madrasah
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 7(3),
123–130. https://doi.org/10.29210/138700
Yanto, M., Mpi, P., & Curup, S. (1979). Manajemen Peningkatan Mutu Program
Pembelajaran Di.
Zakiah, Z. lutfi, Muslimin, M., & Ardiansyah, A. (2022). Strategi Guru PAI dalam
Meningkatkan Kompetensi Sikap Sosial Siswa di SMP Negeri 1 Pandaan.
VICRATINA : Jurnal Pendidikan Islam, 7(3), 200–207.

Anda mungkin juga menyukai