Masykur H Mansyur
Dosen Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Fakultas Agama Islam Unsika
Email: emasmansyur58@gmail.com
ABSTRAK
Strategi yang dikembangkan dalam peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan salah
satunya dengan menempatkan Total Quality Education (TQE). Salah satu model meningkatkan
mutu pendidikan tersebut berdasar pada teori Total Quality Management (TQM). Total Quality
Management (TQM) dalam konteks filsafat pendidikan merupakan metodologi perbaikan terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, terkini dan masa depan.
Konsep ini mengharuskan pada pencarian secara mutlak terhadap perbaikan yang terus-menerus
dan berkelanjutan. Konsep semacam ini mengarahkan pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction).
Adanya perbaikan secara terus-menerus, mengandung pengertian bahwa pihak lembaga
pendidikan melakukan berbagai perbaikan dan meningkatkan secara terus menerus untuk
menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah mencapai standar mutu yang
ditetapkan. Strategi yang tidak kalah pentingnya lembaga pendidikan menentukan sendiri
standar mutu pembelajarannya sehingga mutu lulusannya sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan sebelumnya. Sehingga mutu menjadi pusat keunggulan bagi suatu lembaga
pendidikan.
Kata Kunci: Strategi Peningkatan, total quality management, dan Mutu Pendidikan
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan
kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan,
pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan
yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan
mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
Sementara itu, setiap orang menginginkan pendidikan yang bermutu.
Pemahaman dan pandangan tentang mutu pendidikan selama ini sangat
beragam. Ada orang yang beranggapan bahwa pendidikan yang bermutu
ditandai dengan lembaga pendidikan yang megah, gedung sekolah yang kokoh,
taman sekolah yang indah dan seterusnya. Para ilmuan memandang pendidikan
yang bermutu adalah sekolah yang siswanya banyak menjadi pemenang dalam
221
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]
PEMBAHASAN
1. Pengertian Mutu
Deming dalam Edward Sallis (2008: 56), mengatakana mutu dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai
persepsi Quality in perception). Sedangkan mutu pendidikan sekolah menurut
Sudarwan Danim (2006 : 79) adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan
secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan
dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma/standar yang berlaku.
Menurut Crosby mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan
(conformance to requirement) yaitu sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun out putnya. Oleh karena itu, mutu
pendidikan yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki standar baku
mutu pendidikan. Deming mengatakan, pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang dapat menghasilkan keluaran (output), baik pelayanan dan
lulusan yang sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar).
Fiegenbaun mengartikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfaction). Dalam pengertian ini, yang dikatakan sekolah bermutu
adalah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik pelanggan internal maupun
eksternal. Cavin, sebagaimana dikutip Nasution (2001 :16), mengatakan bahwa
mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia
tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen. Selera atau harapan pelanggan pada suatu
produk selalu berubah, sehingga kualitas produk juga harus berubah atau
disesuaikan. Jadi, secara umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa,
baik yang tangible maupun intangible.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan terlibat
berbagai input seperti bahan ajar, (kognitif, afektif, psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi,
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang
kondusif. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang
dicapai sekolah pada kurun waktu tertentu, kalau sekarang diukur dengan
akreditasi sekolah, disamping juga hasil yang dicapai murid ( student
achievement) berupa hasil kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN,
Cawu). Atau prestasi dibidang lain seperti olah raga, seni, keterampilan, atau
seperti suasana disiplin, keakraban saling hormat menghormati, kebersihan dan
sebagainya.
223
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]
menurut H.A.R. Tilaar (2004 : 4), Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu
berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang
memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru
sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral.
Mengingat fungsi pendidikan adalah keharusan lembaga yang memberi
layanan publik itu secara terus-menerus meningkatkan mutu kinerjanya. Di
negara kitapun bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bermutu adalah hak
dan kewajiban, warga negara, orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat [1], setiap warga Negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, serta pasal 11 ayat
[1], bahwa, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Hanya saja kenyataan dinegara lain sudah memperdebatkan kualitas, malah
sudah ada pendidikan yang berkualitas, sementara di Negara kita, menurut Ade
Irawan (2010 : 84) masih terus bergelut dengan berbagai masalah mendasar –
terutama berkaitan akses bagi warga. Mulai dari kondisi sekolah yang tidak
layak pakai, kekurangan sarana belajar mengajar, buruknya kualitas guru,
hingga mahalnya biaya yang ditanggung orang tua didik yang menyebabkan
rendahnya partisipasi anak usia sekolah dan tingginya angka putus sekolah.
Faktor penting lainnya dalam SDM adalah faktor pemimpin. Secara sekilas
di atas sudah diuraikan peran pemimpin. Berikut ini akan di uraikan para
pemimpin dalam mengembangkan budaya mutu.
1) Faktor Pandangan Pemimpin tentang Budaya Mutu
Peters dan Austin dalam Bukunya A Passion for Excellence, bahwa yang
menentukan mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan, mereka
berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan
institusi pada revolusi mutu. Sebuah gagasan yang mereka singkat dengan
MBWA (Managing by Working About) manajemen dengan melaksanakan.
Keinginan untuk unggul tidak bisa dikomunikasikan dibalik meja. Oleh
karena itu kebijakan yang unggul mempunyai makna yang sangat strategis
dan penting. Sebagaimana dikatan John Codd, Mark Olsen dan Anne Marie
O‟Neil dalam Riant Nugroho (2008 : 36) mengatakan kebijakan pendidikan
merupaka kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi Negara-negara
dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapat
perioritas utama dalam era globalisasi.
Lagi-lagi Peters dan Austin dalam Edward Sallis (2008: 170-171)
menganjurkan terhadap pentingnya pemimpin yang unggul dalam mencapai
mutu merupakan pertimbangan yang penting. Mereka memandang bahwa
pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif sebagai berikut:
a) Visi dan simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-
nilai institusi kepada para staf. Para pelajar dan komunitas yang lebih luas.
225
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]
226
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
Karena itu, sekolah harus terus membenahi diri dan berubah sesuai
kebutuhan masyarakat. Bagi kondisi sekolah yang tidak mau berubah dan tidak
mampu memperbaiki dan meningkatkan mutunya, baik mutu masukannya, mutu
manajemen layanannya, mutu proses pembelajarannya, sampai pada mutu
lulusannya, maka lembaga pendidikan tersebut akan sulit berkembang pada saat
yang akan datang. Karena itu prinsip perbaikan mutu berkesiambungan pada
setiap lembaga pendidikan/sekolah mutlak diperlukan dan diterapkan.
Setidaknya menurut David D Curtis dalam Danim (2006: 45) ada empat
strategi mayor dalam reformasi pendidikan. Yaitu: 1) Akuntabilitas berbasis
standar (standards-based accountability), 2), reformasi sekolah secara
menyeluruh (whole - school reform), 3) strategi pasar (market strategies), 4)
pembuatan keputusan yang bersifat demokratis atau pelimpahan kewenangan
dalam pembuatan keputusan (shared decision-making).
Akuntabilitas berbasis standar maksudnya adalah penetapan standar
keluaran yang jelas dan pengujian secara sistematik atas kemajuan siswa, berupa
statemen kepercayaan dimana guru dan siswa akan didorong pada fokus usaha
pembelajaran dan arah yang benar.
Reformasi sekolah secara keseluruhan merupakan jawaban balik atas
tradisionalitas reformasi sekolah yang bersifat ikremental, kebijakan yang
sebatas memacu target spesifik, struktur, dan metode-metode instruksional yang
rigit. Strategi pasar merupakan pranata sosial yang menawarkan jasa layanan
yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional, dan bahkan spiritual.
Sekolah-sekolah pemerintah hanya mampu memberikan insentif sedikit untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran dan cenderung bersifat
monopolistik secara layanan dan akses masyarakat untuk memasuki sekolah.
Sementara pada sisi lain orang tua mempunyai banyak pilihan, sehingga
sekolah-sekolah yang mampu memenuhi tuntutan pasarlah yang akan menjadi
pilihan orang tua, terutama yang ada diperkotaan.
Keputusan partisipatif yaitu dalam rangka strategi sistematis yang fokusnya
pada pemberdayaan guru dan administrator di tingkat sekolah. Pada tataran
makro, reformasi pendidikan menjadi isu dan perhatian para politisi, teoritisian,
dan membuat kebijakan. pada tataran sekolah, khususnya di mata para kepala
sekolah, pertanyaan yang mungkin mereka lontarkan berbeda satu sama lainnya,
sekaligus juga menantang untuk kemajuan pada masa yang akan datang,
terutama menyangkut pendanaan, penelahaan dan modifikasi kebijakan dan
menemukan cara-cara baru untuk kedepan.
Menurut David Conley, dalam Danim (2006: 48) mengidentifikasi dua
belas mayor reformasi pendidikan, khususnya di tingkat sekolah, dimana itu
akan menjadi fondasi signifikan baru restrukturisasi, yaitu; (1) standar belajar,
(2) kurikulum, (3) pembelajaran, (4) penilaian, (5) lingkungan belajar, (6)
teknologi, (7) hubungan sekolah dengan masyarakat, (8) waktu belajar dan
mengajar, (9) pengelolaan, (10) kepemimpinan guru dan kepala sekolah, (11)
personalia, (12) hubungan kontraktual. Selanjutnya Conley menyarankan agar
standar belajar, kurikulum, pembelajaran dan penilaian harus dipandang sebagai
inti, sementara yang lainnya dipandang sebagai pendukung atau pemelancar
proses tugas-tugas ini.
Kecuali itu reformasi pendidikan nasional kita perlu terus menerus
digelindingkan. Karena kalau tidak kita akan jauh tertinggal dengan negara-
negara yang lain. Langkah-langkah strategis dalam reformasi pendidikan nasinal
menurut Suyanto dan Djihad Hisyam (2008: 8-13) adalah sebagai berikut:
230
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
1. Merumuskan visi dan misi yang teridiri dari, pendidikan hendaknya visi
yang berorientasi pada demokrasi bangsa sehingga memungkinkan
terjadinya proses pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara
demokratis. Juga pendidikan hendaknya memiliki misi agar tercapai
partisipasi masyarakat secara menyeluruh sehingga secara mayoritas
seluruh komponen bangsa yang ada dalam masyarakat menjadi terdidik
2. Isi dan substansi pendidikan nasional (a) pendidikan dasar hendaknya
mengacu pada potensi dan kreatifitas siswa dalam totalitasnya. Karenanya
tolak ukur keberhasilan tidak semata-mata mengacu pada NEM, (b)
substansi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi hendaknya
membuka kemungkinan terjadinya pengembangan individu secara vertikal
dan horisontal, (c) pendidikan tinggi hendaknya jangan semata-mata
berorientasi pada tenaga kerja, tapi jauh dari itu untuk memperkuat
kemampuan dasar mahasiswa untuk berkembang lebih jauh baik sebagai
individu, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara, (d)
pendidikan nasional perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang
egaliter dan demokratis agar tidak terjadi pengelompokan dalam kelas
belajar atas dasar kemampuan akademik, (e) pengembangan sekolah perlu
menggunakan pendekatan community based education (f) untuk menjaga
relevansi out come pendidikan perlu diimplementasikan filsafat
rekontruksionisme dalam berbagai tingkat kebijakan dan praksis
pendidikan.
3. Managemen dan anggaran terdiri dari; (a) perguruan tinggi perlu
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip otonomi dan accountability
quality assurance, (b) managemen sekolah dasar hendaklah berada dalam
satu sistem agar terjadi efisiensi administrasi dan efisien pembinaan
akademik para guru, (c) perguruan tinggi hendaknya menggunakan prinsip-
prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar memungkinkan setiap
perguruan tinggi berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing dan
tuntutan ekstrnal yang dihadapinya, (d) pengembangan akademik di
perguruan tinggi perlu fleksibilitas yang tinggi agar tercipta kondisi
persaingan akademik yang sehat, (e) guru dan dosen harus diberdayakan
secara sistemik dan melihat aspek-aspek kesejahteraan, rekruitmen dan
penempatan, pembinaan dan pengembangan karier dan perlindungan
profesi, (f) pendidikan hendaknya mendapatkan alokasi dana yang cukup
memadai agar dapat mengembangkan program-program yang berorientasi
untuk peningkatan mutu, relevansi, efisiensi dan pemerataan. Untuk itu
perlu adanya peningkatan anggaran secara signifikan sehingga mencapai 25
prosen dari APBN yang sedang berjalan. Karena anggran pendidikan di
Indonesia sangat rendah sehingga tidak mampu untuk mendukung berbagai
inovasi di bidang pendidikan.
231
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]
232
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
KESIMPULAN
1. Starategi peningkatan mutu pendidikan adalah pendidikan yang mampu
mengejewantahkan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan ditandai dengan
berbagai prestasi yang baik dan menanamkan nilai moral, akhlaq serta iman
dan taqwa.
2. Menyiapkan sumberdaya manusia yang berorientasi pada perubahan dan
pengembangan melalui visi, misi dan komitmen untuk mendorong mutu
bisa terwujud dalam pendidikan.
3. Agenda reformasi pendidikan disamping reformasi dalam bidang kebijakan
juga seyogyanya berorientasi pada pasar sehingga menjadi pranata sosial
yang bersifat afeksi, psikomotorik, emosional dan bahkan spiritual.
4. Dalam ajaran Manajemen Mutu Terpadu, lembaga pendidikan Islam
(madrasah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah
perusahaan sebagai “stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus
disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis
langkah organisasi madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Pustaka Pelajar
Jogyakarta, Cet II, 2006.
Dep. Diknas RI, Undang-undang no 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasinal.
Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerinta RI tentang
Pendidikan, Ditjen Pendis, 2007.
Depdiknas Undang, undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Nugroho, Riant, Kebijakan Pendidikan Yang Unggul, Jogyakarta , Pustaka
Pelajar, Cet, II. 2008.
Sallis, Edward, Total Quality Management In Education, Terj. Ahmad Ali Riadi,
IRCiSoD, Jogyakarta, Cet VIII, 2008.
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia
Memasuki Milenium III, Yogyakarta, 2000.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi jasmani Rohani dan Kalbu
memanusiakan manusia, Bandung, Remaja Rosdakarya, Cet III, 2008.
Tilaar, H,A,R, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21, Magelang, Tera Indonesia, 1998.
Tilaar, H.A.R, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta , Rieneka Cipta,
2004.
Wahyu Ariani, Dorothea, Manajemen Kualitas Pendekatan Kualitatif, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum
Teaching. 2005.
Nasution, M.N., (2004), Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.
234