Anda di halaman 1dari 14

‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM

Masykur H Mansyur
Dosen Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Fakultas Agama Islam Unsika
Email: emasmansyur58@gmail.com

ABSTRAK
Strategi yang dikembangkan dalam peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan salah
satunya dengan menempatkan Total Quality Education (TQE). Salah satu model meningkatkan
mutu pendidikan tersebut berdasar pada teori Total Quality Management (TQM). Total Quality
Management (TQM) dalam konteks filsafat pendidikan merupakan metodologi perbaikan terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, terkini dan masa depan.
Konsep ini mengharuskan pada pencarian secara mutlak terhadap perbaikan yang terus-menerus
dan berkelanjutan. Konsep semacam ini mengarahkan pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction).
Adanya perbaikan secara terus-menerus, mengandung pengertian bahwa pihak lembaga
pendidikan melakukan berbagai perbaikan dan meningkatkan secara terus menerus untuk
menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah mencapai standar mutu yang
ditetapkan. Strategi yang tidak kalah pentingnya lembaga pendidikan menentukan sendiri
standar mutu pembelajarannya sehingga mutu lulusannya sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan sebelumnya. Sehingga mutu menjadi pusat keunggulan bagi suatu lembaga
pendidikan.

Kata Kunci: Strategi Peningkatan, total quality management, dan Mutu Pendidikan

PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan
kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan,
pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan
yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan
mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
Sementara itu, setiap orang menginginkan pendidikan yang bermutu.
Pemahaman dan pandangan tentang mutu pendidikan selama ini sangat
beragam. Ada orang yang beranggapan bahwa pendidikan yang bermutu
ditandai dengan lembaga pendidikan yang megah, gedung sekolah yang kokoh,
taman sekolah yang indah dan seterusnya. Para ilmuan memandang pendidikan
yang bermutu adalah sekolah yang siswanya banyak menjadi pemenang dalam
221
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

berbagai lomba atau olimpiade, ditingkat nasional, regional maupun


internasional. Sebagian yang lain mempunyai pandangan yang berbeda lagi.
Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang memberikan mata pelajaran bahasa
asing bagi anak-anaknya. Orang kaya tentu memilki pandangan yang berbeda
pula. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang diperoleh anaknya
dengan membayar uang sekolah yang mahal untuk memperoleh berbagai paket
kegiatan ekstra kurikuler.
Berbagai predikat sekolahpun telah lahir, seperti sekolah favorit, sekolah
unggulan, sekolah plus, kelas unggulan. Ada pula sekolah boarding school, full
day school, sekolah nasional berwawasan internasional, sekolah alam, dan
sekolah berwawasan internasional. Semua sebutan itu adalah untuk
menunjukkan aspek mutu pendidikan yang diraihnya.
Organisasi-organisasi terbaik, baik milik pemerintah maupun swasta
memahami mutu dan mengetahui rahasianya. menemukan sumber mutu adalah
sebuah petualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari
keharusan mereka untuk meraih mutu.
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu sebagaimana
yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya menjadi
tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan tanggungjawab dari semua pihak
termasuk didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan
eksternal dari sebuah lembaga pendidikan. Arcaro S Jerome menyampaikan
bahwa terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu: 1) Fokus pada
pelanggan. 2) Keterlibatan total. 3) Pengukuran. 4) Komitmen. 5) Perbaikan
berkelanjutan.
Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga
mampu mengelola seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga
kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan
dan termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga
pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang
berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya,
seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Berbicara mengenai kualitas sumberdaya manusia. Islam memandang
bahwa pembianaan sumberdaya manusia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian Islam memiliki konsep yang
sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai pembinaan sumberdaya manusia.
Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk diaplikasikan sepanjang zaman. Mutu
produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu
mengelola seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan,
peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk
hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan
Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada
mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah
pencapaian pada mutu.
222
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

PEMBAHASAN
1. Pengertian Mutu
Deming dalam Edward Sallis (2008: 56), mengatakana mutu dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai
persepsi Quality in perception). Sedangkan mutu pendidikan sekolah menurut
Sudarwan Danim (2006 : 79) adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan
secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan
dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma/standar yang berlaku.
Menurut Crosby mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan
(conformance to requirement) yaitu sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun out putnya. Oleh karena itu, mutu
pendidikan yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki standar baku
mutu pendidikan. Deming mengatakan, pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang dapat menghasilkan keluaran (output), baik pelayanan dan
lulusan yang sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar).
Fiegenbaun mengartikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfaction). Dalam pengertian ini, yang dikatakan sekolah bermutu
adalah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik pelanggan internal maupun
eksternal. Cavin, sebagaimana dikutip Nasution (2001 :16), mengatakan bahwa
mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia
tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen. Selera atau harapan pelanggan pada suatu
produk selalu berubah, sehingga kualitas produk juga harus berubah atau
disesuaikan. Jadi, secara umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa,
baik yang tangible maupun intangible.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan terlibat
berbagai input seperti bahan ajar, (kognitif, afektif, psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi,
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang
kondusif. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang
dicapai sekolah pada kurun waktu tertentu, kalau sekarang diukur dengan
akreditasi sekolah, disamping juga hasil yang dicapai murid ( student
achievement) berupa hasil kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN,
Cawu). Atau prestasi dibidang lain seperti olah raga, seni, keterampilan, atau
seperti suasana disiplin, keakraban saling hormat menghormati, kebersihan dan
sebagainya.

223
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

2. Agenda Pendidikan Yang Bermutu


a. Faktor Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia merupakan salah satu kata kunci dalam
mengkonsep pendidikan yang bermutu. Faktor SDM, terutama SDM dalam
makna human resources, memberikan sumbangan yang paling besar. Faktor
SDM suatu negara akan menentukan status negara itu. Karena itu modernisasi
pembangunan suatu negara pada umumnya dan pembangunan ekonomi industri
pada khususnya mensyaratkan transformasi SDM-nya, tidak hanya dalam arti
kognitif dan psikomotor, akan tetapi cara hidup dan keseharian dan rasa bangga
menjadi warga negara. Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia, harus
sejalan dengan sikap mental SDM yang mendukung proses pembangunan itu.
Kalaupun sampai saat ini masih dirasakan bahwa sentra-sentra pembangunan
masih konsentrasi di daerah-daerah tertentu, hal ini tidak luput dari penyebaran
SDM yang ada belum merata dengan baik.
Nampaknya, mengelola sikap mental SDM dalam kegiatan pembangunan
dan bagaimana mengekspresikan hasil-hasilnya perlu ditingkatkan. Konsep ini
mensyaratkan bahwa wahana pengembangan sumber daya manusia adalah
pendidikan, dan karenanya pendidikan itu harus mampu menghasilkan SDM
dengan tiga kemampuan sekaligus (Sudarwan Danim (2006 : 78) yaitu: pertama,
kemampuan melahirkan manusia yang dapat memberikan sumbangan terhadap
pembangunan nasional. Kedua, kemampuan untuk menghasilkan manusia yang
dapat mengapresiasi, menikmati dan memelihara hasil-hasil pembangunan itu.
Ketiga, kemampuan melahirkan proses pemanusiaan dan kemanusiaan secara
terus-menerus menuju bangsa yang adil dan bijak, dalam makna pertumbuhan
dan perkembangan pembangunan mensyaratkan kemampuan SDM untuk
membangun, memelihara dan menyikapi secara positif hasil-hasil pembangunan.
Termasuk didalamnya kebijakan tentang SDM pendidikan. Dalam hali ini
kebijakan tentang persebaran guru. Kebijakan pendidikan tentang persebaran
guru-guru berkualitas. Selama ini guru-guru berkualitas banyak tersebar
disekolah-sekolah favorit (effective school) diperkotaan. Hal ini wajar karena
mereka melihat jaminan – baik dari sisi ekonomi maupun karier yang lebih
menjanjikan di sekolah-sekolah itu. Hal inilah yang sebenarnya melahirkan
kesenjangan kualitas pendidikan di negeri kita.
Karena itu sudah saatnya pemerintah membuat kebijakan yang
menguntungkan sekolah-sekolah di daerah terpencil berupa persebaran guru-
guru berkualitas. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan daya tarik
yang lebih kepada mereka yang mengajar di sekolah-sekolah pinggiran tersebut,
misalnya ditambahkan insentif perumahan, kendaran (motor) atau sepeda, dan
fasilitas pendukung lainnya.
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik haruslah seorang
guru dapat bekerjasama dengan guru-guru yang lainnya serta atasannya, dalam
hal ini kepala sekolah. Karenanya kepemimpinan kepala sekolah salah satunya
adalah perhatian pada guru, bukan hanya sarana dan prasarana saja. Sebab
224
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

menurut H.A.R. Tilaar (2004 : 4), Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu
berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang
memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru
sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral.
Mengingat fungsi pendidikan adalah keharusan lembaga yang memberi
layanan publik itu secara terus-menerus meningkatkan mutu kinerjanya. Di
negara kitapun bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bermutu adalah hak
dan kewajiban, warga negara, orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat [1], setiap warga Negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, serta pasal 11 ayat
[1], bahwa, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Hanya saja kenyataan dinegara lain sudah memperdebatkan kualitas, malah
sudah ada pendidikan yang berkualitas, sementara di Negara kita, menurut Ade
Irawan (2010 : 84) masih terus bergelut dengan berbagai masalah mendasar –
terutama berkaitan akses bagi warga. Mulai dari kondisi sekolah yang tidak
layak pakai, kekurangan sarana belajar mengajar, buruknya kualitas guru,
hingga mahalnya biaya yang ditanggung orang tua didik yang menyebabkan
rendahnya partisipasi anak usia sekolah dan tingginya angka putus sekolah.
Faktor penting lainnya dalam SDM adalah faktor pemimpin. Secara sekilas
di atas sudah diuraikan peran pemimpin. Berikut ini akan di uraikan para
pemimpin dalam mengembangkan budaya mutu.
1) Faktor Pandangan Pemimpin tentang Budaya Mutu
Peters dan Austin dalam Bukunya A Passion for Excellence, bahwa yang
menentukan mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan, mereka
berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan
institusi pada revolusi mutu. Sebuah gagasan yang mereka singkat dengan
MBWA (Managing by Working About) manajemen dengan melaksanakan.
Keinginan untuk unggul tidak bisa dikomunikasikan dibalik meja. Oleh
karena itu kebijakan yang unggul mempunyai makna yang sangat strategis
dan penting. Sebagaimana dikatan John Codd, Mark Olsen dan Anne Marie
O‟Neil dalam Riant Nugroho (2008 : 36) mengatakan kebijakan pendidikan
merupaka kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi Negara-negara
dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapat
perioritas utama dalam era globalisasi.
Lagi-lagi Peters dan Austin dalam Edward Sallis (2008: 170-171)
menganjurkan terhadap pentingnya pemimpin yang unggul dalam mencapai
mutu merupakan pertimbangan yang penting. Mereka memandang bahwa
pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif sebagai berikut:
a) Visi dan simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-
nilai institusi kepada para staf. Para pelajar dan komunitas yang lebih luas.
225
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

b) MBWA (Management by Working About) atau managemen dengan


melaksanakan adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah
institusi
c) Untuk para pelajar, istilah ini sama dengan dekat dengan pelanggan dalam
pendidikan. Ini memastikan bahwa institusi memiliki fokus yang jelas
terhadap pelanggan utamanya.
d) Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin
pendidikan harus melakukan inovasi diantara stad-stafnya yang bersiap-siap
mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut .
e) Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa
kekeluargaan diantara, para pelajar, orang tua, guru dan staf institusi.
f) Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas dan antusiasme, sifat-sifat
tersebut merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin
lembaga pendidikan.
(Sallis, : 170-171)
Dalam hal bagaimana mengkomunikasikan visi, ini menjadi penting.
Seluruh manager harus menjadi pemimpin dan pejuang proses mutu. Mereka
harus mengomunikasikan visi dan menurunkannya keseluruh orang dalam
institusi.
Fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung para staf yang
menjalankan roda mutu tersebut. Gagasan-gagasan tradisional tidak akan bisa
berjalan berbarengan dengan pendekatan mutu terpadu. Karena TQM akan
merubah institusi tradisional mulai dari pimpinan hingga staf serta
memutarbalikan hirearki fungsi institusi tersebut. TQM memberdayakan para
guru dan memberikan mereka kesempatan yang luas untuk berinisiatif. Oleh
karena alasan itulah seringkali dikatakan bahwa institusi TQM hanya
membutuhkan managemen yang sederhana dengan kepemimpinan yang unggul.
2) Faktor Peran Pemimpin dalam Budaya Mutu
Apakah peran pemimpin dalam sebuah institusi yang mengusahakan setiap
inisiatif mutu terpadu ?. Tidak ada satupun yang menyatakan hal itu secara
keseluruhan. Namun fungsi utama menurut Sallis (2008:173-174) adalah
sebagai berikut:
a) Memilki visi mutu terpadu bagi institusi
b) Memilikim komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
c) Mengkomunikasikan pesan mutu
d) Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek
institusi
e) Mengarahkan perkembangan karyawan
f) Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan muncul
tanpa bukti-bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah
hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf.
g) Meminta inovasi dalam institusi

226
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

h) Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah


mendefinisikan tanggung jawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang
tepat
i) Memilki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat
organisasional maupun struktural
j) Membangun tim yang efektif
k) Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan
mengevaluasi kesuksesan
3) Faktor Kerja Tim Bagi Mutu
Sebuah organisasi yang terlibat dalam TQM akan memperoleh manfaat
dengan memiliki tim-tim yang efektif disemua tingkatan. Dalam beberapa sektor
pendidikan tim telah dikembangkan sebagai unit dasar dari penyampaian
kurikulum dan dengan demikian pendidikan memiliki sebuah awal yang baik
mengingat kerja tim adalah sebuah fakta yang sudah terbukti berhasil.
Untuk membangun kultur TQM yang efektif, kerja tim harus difungsikan
dalam institusi dan harus mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam
situasi-situasi menentukan, sepeti ketika harus membuat keputusan dan
memecahkan masalah.
Pelibatan semua warga sekolah itu harus berlangsung mulai dari; planning,
organizing, staffing, directing, coordinating, communicating, budgeting, leading,
motivating, compensating dan sampai kepada controlling. Dengan pelibatan
tersebut maka mereka akan menjalankan tugas, peran dan fungsi serta
pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan penuh komitmen. Pelibatan
semua warga sekolah menurut Goetsch dan Davis sebagaimana Dorothea
Wahyu Ariani (2003), mengutip “bahwa kerja tim merupakan bentuk pemberian
kepuasan kepada pelanggan internal, agar mereka mau dan mampu memberikan
layanan pendidikan yang memuaskan bagi pelanggan eksternalnya. Pelibatan
warga sekolah itu dalam seluruh proses atau kegiatan”.
Kerja tim harus didasarkan pada rasa saling percaya dan hubungan yang
solid. Ketika tim memilki identitas dan tujuan, maka ia secara efektif dapat
melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu sebuah institusi yang berfungsi dengan
baik harus terdiri dari tim-tim yang solid.
Sebagaimana dikatan Sallis (2008: 183), bahwa sebuah institusi yang
berfungsi dengan baik harus terdiri dari tim-tim yang melengkapi satu sama
lainnya. Gabungan staf akademik dan staf non akademik dalam sebuah tim
memiliki sebuah peran penting yang harus mereka mainkan. beberapa tim
bertugas melakukan tugas-tugas jangka panjang, sementara tim yang lain
melakukan tugas-tugas jangka pendek
4) Faktor Perbaikan berkesinambungan
Prinsip perbaikan mutu berkesinambungan dalam manajemen mutu terpadu
sangat tepat diterapkan didalam peningkatan mutu pendidikan. Tuntutan
peningkatan mutu pendidikan terus mengalir dan terus mengalami peningkatan,
baik dari siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha.
227
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat hanya dilakukan pada saat-saat


tertentu saja kemudian berhenti dan tidak berkesinambungan , tapi harus terus
berjalan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia.
Ajaran Islam memandang bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.
“tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”. Ini juga berarti pendidikan
berkelanjutan, dan tentu saja harus bermutu. Sesuai dengan visi Pendidikan
Nasional menurut Depag RI diantaranya adalah; mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan pada poin yang lain disebutkan yaitu membantu dan
memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar (Depag RI,
2007: 196).
Banyak sekolah yang dianggap berprestasi dan dianggap baik atau bermutu
pada suatu waktu, namun sekolah tersebut tidak melakukan perbaikan
berkesinambungan sesuai tuntutan masyarakat, perkembengan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Disisi lain banyak bermunculan sekolah baru yang tampaknya
lebih mampu memenuhi harapan masyarakat, baik dari mutu kurikulum dan
pembelajaran, administrasi dan manajemen, organisasi dan kelembagaan,
ketenagaan, peserta didik, pembiayaan, sarana dan prasarana, pranserta
masyarakat dan mutu budaya atau iklim sekolah. Sudarwan Danim 2006:80).
Mutu pendidikan itu ternyata tidak semata-mata diukur dengan mutu
keluaran pendidikan secara utuh (educational Outcomes) akan tetapi diaitkan
dengan konteks dimana mutu itu ditempelkan dan berapa besar persyaratan
tambahan yang diperlukan untuk itu. Misalnya, jika seorang lulusan SMA untuk
memasuki dunia kerja tidak perlu mendapatkan pelatihan tambahan sebelum
memberikan layanan ditempat kerjanya, berarti dia adalah lulusan yang lebih
bermutu daripada yang masih harus menempuh pelatihan pra penempatan
dengan spesifikasi yang sama. Disamping itu mutu pendidikan juga dapat diukur
dari besarnya kapasitas pelayanan pendidikan dalam memenuhi customers needs
and wants dikaitkan dengan besarnya pengorbanan yang diperlukan untuk itu,
seperti biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat dan
pemerintah, lama belajar dan biaya-biaya tidak langsung. Dilihat dari sudut
pandang ekonomi mutu pendidikan dapat diukur dari besarnya earnings yang
diperoleh oleh lulusan setelah ia secara formal menyelesaikan jenjang
pendidikan tertentu dengan kurun waktu kerja yang tetrtentu pula .
Ahmad Tafsir (2008: 219-222) tentang bagaimana memilih sekolah yang
baik ? beliau mengatakan bahwa memilih sekolah yang baik. Baik menurut
orang tua adalah yang dapat menjamin anaknya lulus sipenmaru. Adalagi orang
tua yang lain mengatakan bahwa sekolah yang menjamin anaknya tidak nakal.
Selanjutnya ada juga orang tua yang menginginkan anaknya memilih sekolah
karena iman dan akhlaknya baik. Berdasarkan hal tersebut maka memilih
sekolah yang baik adalah yang menjamin lulus ujian dan sekolah yang
mempunyai komitmen pada akhlak dan keimanan.
228
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

Karena itu, sekolah harus terus membenahi diri dan berubah sesuai
kebutuhan masyarakat. Bagi kondisi sekolah yang tidak mau berubah dan tidak
mampu memperbaiki dan meningkatkan mutunya, baik mutu masukannya, mutu
manajemen layanannya, mutu proses pembelajarannya, sampai pada mutu
lulusannya, maka lembaga pendidikan tersebut akan sulit berkembang pada saat
yang akan datang. Karena itu prinsip perbaikan mutu berkesiambungan pada
setiap lembaga pendidikan/sekolah mutlak diperlukan dan diterapkan.

3. Agenda Reformasi Pendidikan


Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transisi. Era
reformasi telah lahir dan masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan
dalam semua aspek kehidupannya. Euforia demokrasi sedang marak dalam
masyarakat Indonesia. Ditengah euphoria demokrasi ini lahirlah berbagai jenis
pendapat, pandangan, konsep, yang tidak jarang yang satu bertentangan dengan
yang lain, antara lain berbagai pandangan mengenai bentuk masyarakat dan
bangsa Indonesia yang dicita-citakan dimasa depan. Upaya untuk membangun
suatu masyarakat bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena sangat berkaitan
dengan persoalan budaya dan sikap hidup masyarakat. Diperlukan berbagai
terobosan dalam penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan.
Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma-paradigma baru didalam
menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru demikian kata filsof Khun. Menurut
Khun dalam H.A.R. Tilaar (1998: 245) apabila tantangan tantangan baru itu
dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang
dijalankan akan memenuhi kegagalan
Setelah muncul reformasi sekitar akhir tahun 1990-an muncul gagasan
reformasi disegala bidang. Termasuk reformasi dalam bidang pendidikan. Salah
satunya adalah dengan melaksanakan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 49 tentang pengalokasian dana
pendidikan disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 prosen dari Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20
prosen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Namun yang diharapkan
bukan sekedar itu saja tapi, yang lebih penting adalah melakukan usaha-usaha
reformasi secara sistemik dan sistematis.
Dalam hal reformasi pendidikan, ternyata ada kesadaran menempatkan
sekolah sebagai ujung tombaknya. Pada tingkat persekolahan, restrukturisasi
atau rekayasa ulang banyak melibatkan unsur guru dalam proses teknikal,
terutama dalam hal membuat timbangan-timbangan dalam perencanaan dan
persiapan program implementasi. Hanya saja masih ada guru dan kepala sekolah
yang masih gamang, tidak percaya diri, terkejut dan mempunyai estimasi yang
rendah tentang kemampuan mereka. Dengan demikian perlu upaya serius dan
betapa pentingnya urgensi melakukan strategi akurat dalam kerangka reformasi
pendidikan.
229
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

Setidaknya menurut David D Curtis dalam Danim (2006: 45) ada empat
strategi mayor dalam reformasi pendidikan. Yaitu: 1) Akuntabilitas berbasis
standar (standards-based accountability), 2), reformasi sekolah secara
menyeluruh (whole - school reform), 3) strategi pasar (market strategies), 4)
pembuatan keputusan yang bersifat demokratis atau pelimpahan kewenangan
dalam pembuatan keputusan (shared decision-making).
Akuntabilitas berbasis standar maksudnya adalah penetapan standar
keluaran yang jelas dan pengujian secara sistematik atas kemajuan siswa, berupa
statemen kepercayaan dimana guru dan siswa akan didorong pada fokus usaha
pembelajaran dan arah yang benar.
Reformasi sekolah secara keseluruhan merupakan jawaban balik atas
tradisionalitas reformasi sekolah yang bersifat ikremental, kebijakan yang
sebatas memacu target spesifik, struktur, dan metode-metode instruksional yang
rigit. Strategi pasar merupakan pranata sosial yang menawarkan jasa layanan
yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional, dan bahkan spiritual.
Sekolah-sekolah pemerintah hanya mampu memberikan insentif sedikit untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran dan cenderung bersifat
monopolistik secara layanan dan akses masyarakat untuk memasuki sekolah.
Sementara pada sisi lain orang tua mempunyai banyak pilihan, sehingga
sekolah-sekolah yang mampu memenuhi tuntutan pasarlah yang akan menjadi
pilihan orang tua, terutama yang ada diperkotaan.
Keputusan partisipatif yaitu dalam rangka strategi sistematis yang fokusnya
pada pemberdayaan guru dan administrator di tingkat sekolah. Pada tataran
makro, reformasi pendidikan menjadi isu dan perhatian para politisi, teoritisian,
dan membuat kebijakan. pada tataran sekolah, khususnya di mata para kepala
sekolah, pertanyaan yang mungkin mereka lontarkan berbeda satu sama lainnya,
sekaligus juga menantang untuk kemajuan pada masa yang akan datang,
terutama menyangkut pendanaan, penelahaan dan modifikasi kebijakan dan
menemukan cara-cara baru untuk kedepan.
Menurut David Conley, dalam Danim (2006: 48) mengidentifikasi dua
belas mayor reformasi pendidikan, khususnya di tingkat sekolah, dimana itu
akan menjadi fondasi signifikan baru restrukturisasi, yaitu; (1) standar belajar,
(2) kurikulum, (3) pembelajaran, (4) penilaian, (5) lingkungan belajar, (6)
teknologi, (7) hubungan sekolah dengan masyarakat, (8) waktu belajar dan
mengajar, (9) pengelolaan, (10) kepemimpinan guru dan kepala sekolah, (11)
personalia, (12) hubungan kontraktual. Selanjutnya Conley menyarankan agar
standar belajar, kurikulum, pembelajaran dan penilaian harus dipandang sebagai
inti, sementara yang lainnya dipandang sebagai pendukung atau pemelancar
proses tugas-tugas ini.
Kecuali itu reformasi pendidikan nasional kita perlu terus menerus
digelindingkan. Karena kalau tidak kita akan jauh tertinggal dengan negara-
negara yang lain. Langkah-langkah strategis dalam reformasi pendidikan nasinal
menurut Suyanto dan Djihad Hisyam (2008: 8-13) adalah sebagai berikut:
230
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

1. Merumuskan visi dan misi yang teridiri dari, pendidikan hendaknya visi
yang berorientasi pada demokrasi bangsa sehingga memungkinkan
terjadinya proses pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara
demokratis. Juga pendidikan hendaknya memiliki misi agar tercapai
partisipasi masyarakat secara menyeluruh sehingga secara mayoritas
seluruh komponen bangsa yang ada dalam masyarakat menjadi terdidik
2. Isi dan substansi pendidikan nasional (a) pendidikan dasar hendaknya
mengacu pada potensi dan kreatifitas siswa dalam totalitasnya. Karenanya
tolak ukur keberhasilan tidak semata-mata mengacu pada NEM, (b)
substansi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi hendaknya
membuka kemungkinan terjadinya pengembangan individu secara vertikal
dan horisontal, (c) pendidikan tinggi hendaknya jangan semata-mata
berorientasi pada tenaga kerja, tapi jauh dari itu untuk memperkuat
kemampuan dasar mahasiswa untuk berkembang lebih jauh baik sebagai
individu, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara, (d)
pendidikan nasional perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang
egaliter dan demokratis agar tidak terjadi pengelompokan dalam kelas
belajar atas dasar kemampuan akademik, (e) pengembangan sekolah perlu
menggunakan pendekatan community based education (f) untuk menjaga
relevansi out come pendidikan perlu diimplementasikan filsafat
rekontruksionisme dalam berbagai tingkat kebijakan dan praksis
pendidikan.
3. Managemen dan anggaran terdiri dari; (a) perguruan tinggi perlu
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip otonomi dan accountability
quality assurance, (b) managemen sekolah dasar hendaklah berada dalam
satu sistem agar terjadi efisiensi administrasi dan efisien pembinaan
akademik para guru, (c) perguruan tinggi hendaknya menggunakan prinsip-
prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar memungkinkan setiap
perguruan tinggi berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing dan
tuntutan ekstrnal yang dihadapinya, (d) pengembangan akademik di
perguruan tinggi perlu fleksibilitas yang tinggi agar tercipta kondisi
persaingan akademik yang sehat, (e) guru dan dosen harus diberdayakan
secara sistemik dan melihat aspek-aspek kesejahteraan, rekruitmen dan
penempatan, pembinaan dan pengembangan karier dan perlindungan
profesi, (f) pendidikan hendaknya mendapatkan alokasi dana yang cukup
memadai agar dapat mengembangkan program-program yang berorientasi
untuk peningkatan mutu, relevansi, efisiensi dan pemerataan. Untuk itu
perlu adanya peningkatan anggaran secara signifikan sehingga mencapai 25
prosen dari APBN yang sedang berjalan. Karena anggran pendidikan di
Indonesia sangat rendah sehingga tidak mampu untuk mendukung berbagai
inovasi di bidang pendidikan.

231
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

Usulan-usulan reformasi pendidikan nasional tersebut , apabila dapat


dilaksanakan secara terencana, sistematis, mendasar dan perlu ada realisasi yang
nyata maka bangsa Indonesia akan siap menerima perubahan yang terjadi.

4. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam


Pendidikan sebenarnya memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan peradaban Islam dan mencapai kejayaan umat Islam. Dilihat
dari objek formalnya, pendidikan menjadi sarana kemampuan manusia untuk
dibahas dan dikembangkan. Dalam pengalaman historis, tidak ada satu negara
manapun yang mampu mencapai kemajuan yang hakiki tanpa didukung
penyempurnaan pendidikan. Negara-negara Eropa yang terkenal sebagai
kawasan negara-negara yang maju itu sebenarnya sebagai akibat dari
pembangunan pendidikannya. Pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat
tergantung pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu
bangsa dapat menghasilkan “Manusia“ yang berkwalitas lahir batin. Otomatis
bangsa tersebut akan maju, damai dan tetram. Sebaliknya jika pendidikan suatu
bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang.
Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia
pendidikan. Untuk melakukan hal tersebut, peranan manajemen pendidikan
sangat signifikan untuk menciptakan sekolah atau madrasah yang bermutu.
Lulusan bermutu marupakan SDM yang kita harapkan bersumber dari sekolah
atau madrasah yang bermutu (efektif). Sudah siapkah sistem pendidikan kita
untuk menetaskan mutu SDM yang mampu berkompetisi secara profesional
dengan bangsa lain? Sebelum kita melangkah kesana dunia pendidikan harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Perbaikan manejemen pendidikan sekolah atau madrasah
b. Persediaan tenaga kependidikan yang profesional
c. Perubahan budaya sekolah/madrasah (visi, misi, tujuan dan nilai)
d. Peningkatan pembiayaan pendidikan
e. pengoptimalan dukungan masyarakat terhadap pendidikan
(Syafaruddin dan Irwan Nasution: 2005)
Selain itu untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada di lingkungan
pendidikan khususnya pendidikan Islam terletak pada Manajemen Mutu
Terpadu yang akan memberi solusi para professional pendidikan untuk
menjawab tantangan masa kini dan masa depan. Karena Manajemen Mutu
Terpadu dapat digunakan untuk membangun aliansi antara pendidikan, bisnis
dan pemerintah. Manajemen Mutu Terpadu dapat membentuk masyarakat
responsive terhadap perubahan tuntutan masyarakat di era globalisasi ini.
Manajemen Mutu Terpadu juga dapat membentuk sekolah yang tanggap dan
mampu merespon perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan demi
memberikan kepuasan pada stakeholder.

232
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

Abad ke-21 merupakan momentum yang penuh tantangan bagi negara


sedang berkembang seperti Indonesia. Kita perlu mencari model baru
manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah/madrasah.
Tak ada salahnya jika mempelajari usaha-usaha di bidang pendidikan dalam
beberapa dekade terakhir abad XX di negara maju, seperti Amerika, Jepang, dan
Inggris. Negera-negera tersebut ketika itu merasa perlu menerapkan TQM (Total
Quality Manajemen) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan,
tapi sekaligus sebagai model yang mengutamakan perbaikan berkelanjutan.
Pengertian Total Quality Management (TQM) menurut Edward Sallis adalah
a philoshopy and a methodology which assists institutions to manage change
and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external
pressure. Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa Manajemen Mutu
Terpadu adalah merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu
berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun
agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal
(Syafaruddin dan Irwan Nasution: 2005). Jadi dengan kata lain Manajemen
Mutu Terpadu (Total Quality Management) adalah cara yang dapat digunakan
oleh berbagai lembaga pendidikan untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) dalam konteks
pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara
terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap
institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,, dan harapan
pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang. TQM merupakan suatu
sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja,
proses, dan lingkungan (M.N. Nasution: 2004).
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah atau madrasah
mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality
Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem
manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi
(warga madrasah) terhadap kegiatan madrasah. Penerapan Manajemen Mutu
Terpadu berarti semua warga madrasah bertanggung jawab atas kualitas
pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses
akademis, mulai dari komite madrasah, kepala madrasah, kepala tata usaha,
guru, siswa sampai dengan karyawan harus benar-benar mengerti hakekat dan
tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus
memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang
menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan
Manajemen Mutu Terpadu.
233
STRATEGI PENINGKATAN MUTU… [Masykur H Mansyur]

KESIMPULAN
1. Starategi peningkatan mutu pendidikan adalah pendidikan yang mampu
mengejewantahkan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan ditandai dengan
berbagai prestasi yang baik dan menanamkan nilai moral, akhlaq serta iman
dan taqwa.
2. Menyiapkan sumberdaya manusia yang berorientasi pada perubahan dan
pengembangan melalui visi, misi dan komitmen untuk mendorong mutu
bisa terwujud dalam pendidikan.
3. Agenda reformasi pendidikan disamping reformasi dalam bidang kebijakan
juga seyogyanya berorientasi pada pasar sehingga menjadi pranata sosial
yang bersifat afeksi, psikomotorik, emosional dan bahkan spiritual.
4. Dalam ajaran Manajemen Mutu Terpadu, lembaga pendidikan Islam
(madrasah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah
perusahaan sebagai “stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus
disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis
langkah organisasi madrasah.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Pustaka Pelajar
Jogyakarta, Cet II, 2006.
Dep. Diknas RI, Undang-undang no 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasinal.
Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerinta RI tentang
Pendidikan, Ditjen Pendis, 2007.
Depdiknas Undang, undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Nugroho, Riant, Kebijakan Pendidikan Yang Unggul, Jogyakarta , Pustaka
Pelajar, Cet, II. 2008.
Sallis, Edward, Total Quality Management In Education, Terj. Ahmad Ali Riadi,
IRCiSoD, Jogyakarta, Cet VIII, 2008.
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia
Memasuki Milenium III, Yogyakarta, 2000.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi jasmani Rohani dan Kalbu
memanusiakan manusia, Bandung, Remaja Rosdakarya, Cet III, 2008.
Tilaar, H,A,R, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21, Magelang, Tera Indonesia, 1998.
Tilaar, H.A.R, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta , Rieneka Cipta,
2004.
Wahyu Ariani, Dorothea, Manajemen Kualitas Pendekatan Kualitatif, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum
Teaching. 2005.
Nasution, M.N., (2004), Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.
234

Anda mungkin juga menyukai