Anda di halaman 1dari 20

“KONSEP DASAR MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN”

Oleh :

HERI INDARTO
NIM. 82361516004

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Dewasa ini pendidikan telah merebak hingga dipelosok negeri, namun memang tidak
semua telah merasakan apa itu pendidikan. Pembangunan infrastruktur sekolah yang telah
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta semakin membantu perkembangan pendidikan,
bahkan dikota-kota besar semakin banyak bermunculan sekolah-sekolah baik negeri
maupun  swasta. Pembangunan infrastruktur yang pesat juga harus diimbangi oleh
terpenuhinya kualitas sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia yang dimaksud
dapat meliputi komponen-komponen pendidikan yaitu guru, kepala sekolah, tenaga
administrasi, peserta didik, dan lainnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan
efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam
menjalani era globalisasi.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang
sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu
peran serta seluruh masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan meningkatkan sumber daya manusia.  Berdasarkan data hasil survei
tentang Human Development Index (HDI) oleh United Nation Development Program atau
UNDP (Brodjonegoro, dalam Pikiran Rakyat, 28 Oktober, 2005), menyatakan bahwa
Indonesia menempati peringkat 113 dari 177 negara didunia. Rendahnya sumber daya
manusia Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP  tersebut sebagai akibat rendahnya mutu
pendidikan diberbagai jenis dan jenjang pendidikan karena itu salah satu kebijakan pokok
pembangunan pendidikan nasional sesuai dengan amanah Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 yaitu mengarah pada peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan.
Konsep mutu (kualitas) telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh
aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika
sebelumnya kualitas produk dan jasa hanya menjadi target dari dunia bisnis dan industry
yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen, maka kini dunia pendidikan
mulai tertantang untuk menerapkan hal yang sama dalam menghasilkan kualitas lulusan yang
mampu menjawab kebutuhan pasar kerja. Bahwa organisasi pendidikan formal (sekolah
dasar sampai perguruan tinggi) sebagai institusi yang bergerak di bidang pendidikan dan
pengajaran kini mulai merasakan bahwa faktor mutu menjadi sangat menentukan tingkat
partisipasi dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu lembaga pendidikan. Peserta didik,
orang tua dan masyarakat adalah pelanggan yang bebas menentukan pilihan yang tepat
terhadap institusi mana yang layak memberikan jaminan terhdap masa depan anak-anaknya.
Artinya, kualitas layanan baik dalam bentuk sarana prasarana, birokrasi, kurikulum,
kecakapan tenaga pengarjar, kompetensi pimpinan dan karyawan sekolah, budaya serta
lingkungan sekolah yang mendukung, akan memungkinkan suatu lembaga pendidikan
dipercaya dan menjadi pilihan masyarakat. Tulisan ini mencoba untuk menjawab hal ini,
selain untuk memenuhi tuntutan akedemis. Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan
bagaimana manajemen mutu diperlukan untuk perbaikan mutu pendidikan, khususnya dalam
menciptakan pelayanan yang prima.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian manajemen mutu pendidikan ?
2.      Apakah tujuan manajemen mutu pendidikan?
3.      Bagaimana perbedaan konsep mutu pendidikan?
4.      Bagaimana karakteristik manajemen mutu pendidikan ?
5.      Bagaimana sistem pengendalian mutu ?
6.      Bagaimana jaminan mutu pendidikan ?
7.      Bagaimana strategi dasar dan ciri-ciri manajemen mutu pendidikan ?
8.      Bagaimana kendala dan implementasi mutu dalam dunia pendidikan?
9.      Bagaimana konsep perbaikkan mutu berkelanjutan ?
C.       TUJUAN
1.      Menjelaskan pengertian manajemen mutu pendidikan
2.      Menjelaskan tujuan manajemen mutu pendidikan
3.      Menjelaskan perbedaan konsep mutu
4.      Menjelaskan kjarakteristik manajemen mutu pendidikan
5.      Menjelaskan jaminan mutu pendidikan
6.      Menjelaskan strategi dasar dan ciri-ciri manajemen mutu pendidikan
7.      Menjelaskan kendala dan implementasi mutu dalam dunia pendidikan
8.      Menjelaskan konsep perbaikkan mutu berkelanjutan

BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

A.  Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan

Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Mutu adalah sebuah hal yang
berhubungan dengan gairah dan harga diri.(Tom Peters dan Nancy Austin dalam Sallis,
2010 : 29). Sebenarnya mutu tidaklah sama dengan high quality maupun top quality. Mutu
merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terahir sesuai dengan standar atau
belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif tidak harus mahal dan
ekslusif.
Istilah mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan
dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama
baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai karakteristik dari produk atau jasa yang
memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara
kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses belajar
yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan. Pelanggan (disini adalah internal dan
eksternal) bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau
mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk dan jasa tersebut.
Dalam era kompetitif, adanya standar mutu mutlak diperlukan. Iklim persaingan yang
semakin kuat tersebut menuntut keharusan agar semua organisasi dalam hal ini adalah
institusi pendidikan yang ada harus mampu membuat produk yang bermutu.
Organisasi/institusi dituntut untuk memenuhi tuntutan tersebut, untuk itulah dibutuhkan
kapasitas manajemen dengan karakteristik : 1) bergerak secara lebih efektif atas dasar visi
dan misinya, 2) selalu berusaha memenuhi pelanggan, 3) kegiatannya bersifat proaktif, 4)
mengejar daya saing, 5) anggotanya lebih tekun bekerja (industrious), 6) anggotanya harus
lebih giat berusaha (entreprising), 7) pimpinannya mau mengerahkan seluruh karyawan
dengan pemberdayaan (empowerment),  pimpinannya mendorong karyawan untuk selalu
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan supaya mutakhir dan relevan dengan tugas, 9)
perencanaannya terpadu, pelaksanaan dan pengendalian terdesentralisasi (Hardjosoedarmo,
1997).
Dugaan dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai sesuatu
yang : 1. Unggul dan bermutu tinggi, 2. Mahal harganya, 3. Kelas, tingkat atau bernilai
tinggi. Dugaan dan penafsiran tersebut di atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam
menganalisa dan menilai mutu suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda dengan
kebiasan mendefinisikan "mutu" dengan cara membandingkan satu produk dengan produk
lainnya. Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam tangan Alba. Secara singkat mutu
dapat diartikan : kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau kepuasan pelanggan
atau pemenuhan terhadap persyaratan. Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga
dengan istilah mutu sesuai persepsi pelanggan (quality in perception), disamping mutu juga
dapat muncul dari produsen/internal organisasi/institusi (quality in fact). Jadi, Prinsip mutu
yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). (Sallis, 2010 : 56).
Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat. Selanjutnya mutu atau kualitas, sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari. Akan tetapi sampai sekarang baik di dunia industri barang atau industri jasa,
belum ada definisi yang sama tentang kualitas. Goetsch dan Davis (Lesley Mauro dan
Malclom (2002: 6), mengibaratkan bahwa kualitas itu seperti istilah pornografi, yaitu sulit
didefinisikan tetapi fenomenanya atau tanda-tandanya dapat dilihat dan dirasakan dalam
kehidupan nyata. Selanjutnya  menurut Goetsch dan David (2000: 47) menyebutkan definisi
kualitas yang diterima secara umum menyangkut elemen-elemen berikut:
1. Mempertemukan harapan pelanggan (customer).
2. Menyangkut aspek produk, servis, orang, proses dan lingkungan.
3. Kriteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk sekarang berkualitas,
tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas.
Jadi kualitas merupakan sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan produk,
servis, orang, proses dan lingkungan. Prinsipnya bahwa komitmen yang harus dibangun
dalam setiap diri kualitas adalah pemahaman bahwa:
1. Kualitas merupakan kunci ke arah program yang berhasil. Kurang perhatian terhadap kualitas
akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang.
2. Perbaikan-perbaikan kualitas menuntut komitmen manajemen sepenuhnya untuk dapat
berhasil.
3. Perbaikan kualitas adalah kerja keras. Tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat. Menuntut
perbaikan budaya bagi organisasi secara keseluruhan.
4. Perbaikan kualitas menuntut banyak pelatihan.
5. Perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara aktif dan komitmen mutlak
dari semua manajemen.
Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.Pd, dan Prof. Dr.
Hj. Nurhayati B, M. Pd, dalam bukunya Manajemen Mutu Pendidikan (2010:84) menurut
para ahli yaitu:
1.      Menurut Juran (1993), mutu produk ialah kecocokan  penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut
didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa
atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu
sopan santun (Juran, 1993).
2. Menurut Crosby (1979:58) mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila
sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut
meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi (Crosby, 1979:58)
3. Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar
karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan
kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia
dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
4. Menurut Feigenbaum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila dapat memberikan
kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas
produk yang dihasilkan.
5. Garvi dan Davis (1994) menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang berhubungan
dengan produk , tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan.
Konsep kualitas dalam pengelolaan lembaga pendidikan seharusnya benar-benar
tanggap dan konsisten terhadap kualitas, baik kualitas manajemen yang dilihat dari proses
maupun kualitas kegiatan-kegiatan pendidikan dan produk pelayanan jasa pendidikan.
Manajemen mutu pendidikan dapat dinyatakan sebagai karakteristik yang harus dipelihara
secara kontinu guna memenuhi kebutuhan dan kemauan pelanggan atau masyarakat.
Manajemen mutu pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam mengelola
jasa untuk memberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan mutu supaya tidak terjadi
keluhan-keluhan. Bagi peserta didik, sekolah adalah sarana untuk balajar dan di dalamnya
terdapat sistem yang terdiri dari input -> proses -> output. Oleh sebab itu, sekolah memiliki
peran yang penting untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik
supaya siswa dapat dengan aktif mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Tidak semua masyarakat di pelosok negeri merasakan pendidikan. Perkembangan
pendidikan semakin terbantu dengan adanya pembangunan infrastruktur sekolah yang
dilakukan oleh pemerintah dan juga swasta. Keseimbangan antara pembangunan infrastruktur
dengan kualitas sumber daya manusia harus seimbang. Yang dimaksud dengan sumber daya
manusia yaitu segala komponen-komponen pendidikan, diantaranya siswa, guru, kepala
sekolah, dan tenaga administrasi. Dalam proses pembangunan, peningkatan mutu sumber
daya manusia harus dilakukan dengan terencana, terarah, intensif, efisien, dan efektif. Hal ini
dilakukan supaya dapat bersaing dalam era globalisasi.

B.       Tujuan Manajemen Mutu Pendidikan


Penerapan konsep manajemen mutu dalam pendidikan memiliki beberapa tujuan. Tujuan dari
manajemen mutu pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas secara berkelanjutan (sustainable) yang
dijalankan secara sistemik untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Pencapaian ini
membutuhkan sebuah manajemen yang efektif agar tujuan tersebut tidak mengecewakan bagi
para pelanggan atau masyarakat. Karena itu lembaga pendidikan harus mengambil peran aktif
mewujudkan keinginan stakeholders.
2.  Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplementasikan dengan mudah
dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultul, sosial
konomi masyarakat dan kompleksitas geografis.
3.  Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu manajemen merupakan tanggung jawab
semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan pada
tataran lembaga pendidikan. 
4.   Membangun manajemen mutu pendidikan harus menjadi agenda dan kerja nyata untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan visi dan misi baru. Di lingkungan lembaga
pendidikan, konsep manajemen mutu pendidikan secara sederhana dapat dilihat dari
perolehan angka hasil ujian atau bagaimana alumni lembaga pendidikan tersebut dapat
mengaplikasikan perolehan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat. Atau dengan kata lain mereka dapat dipercaya menggambarkan derajat
perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuannya  meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.

C.   Perbedaan Konsep Mutu


Konsep mutu yang paling populer dikeluarkan oleh Juran, Crosby dan Deming.
Beberapa perbedaan konsep mutu menurut ketiga ahli tersebut meliputi:
Tabel 1. Perbedaan Mutu menurut Deming, Juran dan Crosby
N Aspek Deming Juran Crosby
o
1 Definisi Satu tingkat yang dapat Kemampuan untuk Sesuai
diprediksi dari digunakan (fitness persyaratan.
keseragaman dan for use).
ketergantungan   pada   bi
aya yang rendah sesuai
pasar.
2 Tanggung 94% atas masalah mutu. Kurang dari 20% 100%
jawab  manajemen karena  masalah
senior mutu menjadi
tanggung jawab
pekerja.
3 Standar Banyak skala se-hingga Menghindari Kerusakan
pres-tasi/motivasi digunakan statistik untuk kampanye untuk nol (Zero
me-ngukur mutu  di melakukan Defect)
semua bidang. Kerusakan pekerjaan secara
nol sangat penting. sempurna.
4 Pendekatan umum Mengurangi ke- Manusiawi. Pencegahan
anekaragaman dengan bukan
perbaikan pengawasan
berkesinambungan dan
menghentikan
pengawasan massal.
5 Cara memperbaiki mutu 14 butir 10 butir 14 butir
6 Kontrol proses statistik Harus digunakan Disarankan karena Menolak
(SPC) SPC dapat
mengakibatkan    T
otal Driven
Approach.
7 Basis perbaikan Terus-menerus Pendekatan   ke- Proses
mengurangi lompok, proyek- bukan  progra
penyimpangan. proyek, menetapkan m, tujuan
tujuan. perbaikan.
8 Kerja sama tim Partisipasi karyawan Pendekatan tim dan Tim
dalam membuat Gugus Kendali perbaikan
keputusan. Mutu (GKM atau mutu dan
QCC). Dewan Mutu
9 Biaya mutu Tidak ada optimal Mutu tidak gratis Mutu gratis.
perbaikan terus-menerus. (Quality is not
free), terdapat batas
optimal.
Pembelian Pengawasan terlalu Masalah pembelian Menyatakan
dan  barang   yang  diter lambat.Menggunakan merupakan hal yang persyaratan
N Aspek Deming Juran Crosby
o
ima standar mutu yang dapat rumit sehingga pemasok
diterima diperlukan survei adalah
resmi perluasan
1 Penilaian pemasok Tidak, kritik atas Ya, tetapi -
0 banyaknya sistem. membantu pemasok
memperbaiki.
1 Hanya     satu Ya Tidak, dapat di- -
1 sumber    penyedia abaikan untuk
meningkatkan daya
saing.

D.       Karakteristik Mutu
Menurut Husaini Usman (2009) dalam bukunya Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan, mengatakan bahwa mutu memiliki 13 karakteristik seperti berikut ini
Kinerja (performa): berkaitan dengan aspek fungsional sekolah. Misalnya: kinerja guru
dalam mengajar baik, memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan
menyiapkan bahan pelajaran lengkap. Pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik yang
ditandai hasil belajar tinggi, lulusannya banyak, putus sekolah sedikit, dan yang lulus tepat
waktu banyak. Akibat kinerja yang baik maka sekolah tersebut menjadi sekolah favorit.
Waktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya: memulai dan
mengakhiri pelajaran tepat waktu. Waktu ulangan tepat. Batas waktu pemberian pekerjaan rumah
wajar. Waktu untuk guru naik pangkat wajar.
Handal (reliability): usia pelayanan prima bertahan lama. Misalnya: pelayanan prima yang
diberikan sekolah bertahan dari tahunke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dari tahun ke tahun.
Sebagai sekolah favorit bertahan dari tahun ke tahun. Sekolah menjadi juara tertentu bertahan
dari tahun ke tahun. Guru jarang sakit. Kerja keras guru bertahan dari tahun ke tahun.
Daya tahan (durability): tahan banting. Misalnya: meskipun krisis moneter, sekolah masih
tetap bertahan, tidak tutup. Siswa dan guru tidak putus asa dan selalu sehat
.Indah (aestetics). Misalnya: eksterior dan interior sekolah ditata menarik. Taman
ditanami bunga dan terpelihara dengan baik. Guru-guru membuat media pendidikan yang
menarik. Warga sekolah berpenampilan rapi.
Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi nilai-nilai
moral dan profesionalisme.Misalnya: warga sekolah saling menghormati, baik warga intern
maupun ektern sekolah, demokratis, dan menghargai profesionalisme.
Mudah penggunaannya (easy of use). Sarana dan prasarana dipakai.Misalnya: aturan-aturan
sekolah mudah diterapkan. Buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dan dikembalikan tepat
waktu. Penjelasan guru di kelas mudah dimengerti siswa. Contoh soal mudah dipahami.
Demonstrasi praktik mudah diterapkan siswa. Bentuk khusus (feature): keunggulan
tertentu.Misalnya: sekolah ada yang unggul dengan hampir semua lulusannya diterima di
universitas bermutu. Unggul dengan bahasa Inggrisnya. Unggul dengan penguasaan teknologi
informasinya (komputerisasi). Ada yang unggul dengan karya ilmiah kesenian atau
olahraga. Standar tertentu (conformance to specification): memenuhi standar tertentu.Misalnya:
sekolah sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), sekolah sudah memenuhi standar
minimal ujian nasional atau sekolah sudah memenuhi ISO 9001:2000 atau sekolah sudah
memenuhi TOEFL dengan skor 650.
Konsistensi (Consistency): keajegan, konstan, atau stabil.Misalnya: Mutu sekolah dari dahulu
sampai sekarang tidak menurun seperti harus mengatrol nilai siswa-siswanya. Warga sekolah
konsisten antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata tidak berbohong, apabila
berjanji ditepati, dan apabila dipercaya tidak mengkhianati. Seragam (uniformity): tanpa
variasi, tidak tercampur. Misalnya: sekolah menyeragamkan pakaian sekolah dan pakaian
dinas. Sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu atau pilih kasih. Mampu
melayani (serviceability): mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya: sekolah
menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan sebaik-
baiknya.  Sekolah mampu memberikan pelayanan primanya kepada pelanggan sekolah
sehingga semua pelanggan merasa puas. Ketepatan (Accruracy): ketepatan dalam pelayanan.
Misalnya: Sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan
sekolah, guru-guru tidak salah dalam menilai siswa-siswanya. Semua warga sekolah bekerja
dengan teliti. Jam Belajar di sekolah berlangsung tepat waktu. Mutu meliputi: 1) mutu
produk, 2) mutu biaya, 3) mutu penyerahan, 4) mutu keselamatan, dan 5) mutu semangat /
moril. Secara sederhana mutu memiliki karakteristik: 1) spesifikasi, 2) jumlah, 3) harga, dan
4) ketepatan waktu penyerahan.

E.     Sistem Pengendalian Mutu


Sistem pengendalian mutu adalah susunan komponen-komponen fisik yang dirakit
sedemikian rupa sehingga mampu mengatur  sistemnya sendiri atau di luar sistem. Sistem
kontrol atau teknik kendali adalah teknik pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem
pengontrloan (Pakpahan, 1988, dalam Rudi Prihantono, 2012:13)
 

Gambar 1.1 :
Sistem Pengendalian
Secara umum
ada empat aspek yang berkaitan dengan sistem pengendalian mutu yaitu masukan, keluaran,
sistem dan proses. Masukan (input) adalah rangsangan dari luar yang diterapkan ke sebuah
sistem kendali untuk memperoleh tanggapan tertentu dari sistem pengaturan. Keluaran
(output adalah) adalah tanggapan sebenarnya yang didapatkan dari suatu sistem kendali.
Sistem pengendalian atau teknik pengaturan adalah suatu usaha atau perlakuan terhaap suatu
sistem dengan masukan tertentu guna mendapatkan keluaran sesuai dengan yang diinginkan.

F.      Jaminan Mutu (Quality Assurance)


Istilah penjaminan mutu (quality assurance) pada awalnya digunakan di lingkungan
dunia bisnis barang dan jasa, dengan maksud untuk menumbuhkan budaya peduli mutu.
Jaminan mutu perlu dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada kastemer
pemakai produk. Dalam perkembangan selanjutnya, penerapan konsep jaminan mutu ini
ternyata tidak hanya terbatas di lingkungan bisnis dan industri, tetapi juga dalam bidang
pelayanan jasa pendidikan sejalan dengan munculnya gerakan akuntabilitas pendidikan.
Dalam lingkungan sistem pendidikan, khususnya persekolahan, tuntutan akan
penjaminan mutu merupakan gejala yang wajar, karena penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku kepentingan
pendidikan orang tua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah) dalam peranan dan
kepentingannya masing-masing memeiliki kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu. Mutu dalam pengertian memenuhi spesifikasi sering disebut sebagai
kesesuaian untuk tujuan atau penggunaan, atau disebut pula sebagai definisi kualitas menurut
produsen. Kualitas menurut produsen ini dicapai bilamana produk atau jasa memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu prosedur yang konsisten. Kualitas
didemonstrasikan oleh produsen dalam sebuah sistem yang dikenal sebagai sistem jaminan
kualitas, yang memungkinkan produksi yang konsisten dari produk dan jasa untuk memenuhi
standar atau spesifikasi tertentu. Bilamana produk atau jasa yang dihasilkan telah memenuhi
spesifikasi atau standar/kriteria yang telah ditetapkan tadi, maka produk atau jasa itu
berkualitas. Makna kualitas dipertimbangkan pula dari sisi memenuhi persyaratan yang
dituntut pelanggan. Pandangan ini didasarkan oleh alasan sederhana bahwa penilai akhir dari
mutu adalah pelanggan, dan tanpa mereka lembaga tidak ada. Dalam kajian manajemen mutu
terpadu (total quality management), produk yang hanya memenuhi standar yang ditetapkan
produsen tidak menjamin dalam penjualan. Oleh karena itu, lembaga harus menggunakan
berbagai cara untuk menyelidiki atau mempelajari persyaratan-persyaratan pelanggan,
kemudian menterjemahkannya ke dalam produk atau layanan baru yang inovatif. Seiring
dengan semakin tingginya tingkat persaingan, maka manajemen sebuah perusahaan mulai
mengidentifikasi kekuatan sumber daya dan tata kerja inovatif. Artinya penanganan mutu
secara menyeluruh dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait mulai dari hulu
sampai hilir, mencakup semua proses yang dilakukan sesuai standar mutu (quality control),
penjaminan mutu (quality assurance), ke arah peningkatan mutu berkelanjutan (continuous
quality improvement).

G.     Strategi Dasar dan Ciri-ciri Manajemen Mutu Pendidikan


Agar bisa terimplementasi dengan baik, maka manajemen mutu pendidikan harus memiliki
strategi dasar dan ciri-ciri agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai dan sesuai dengan
sasaran mutu yang telah ditetapkan. Adapun strategi dasar tersebut dibagi atas:
1. Mengidentifikasi kekurangan dan masalah yang ada di lembaga.
2. Mengadopsi filosofis mutu.
3. Secara terus-menerus melakukan usaha-usaha perbaikan mutu.
4. Melibatkan semua orang yang bersangkutan dengan pendidikan.
Adapun ciri-ciri mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Memiliki masukan siswa dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2. Dapat menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu.
3. Memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar
mengajar.
4. Memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi dari
kinerja kepemimpinan profesional.
H.    Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009 adalah tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.
Penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau
program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk menaikkan
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Cakupan Penjaminan Mutu Pendidikan ialah tingginya kecerdasan kehidupan manusia
dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup sekurang-
kurangnya :
a.        Mutu keimanan, ketaqwaan, ahlak, budi pekerti, dan kepribadian;
b.        Kompetensi intelektual, estetika, psikomotorik, kinestetik, vokasional, serta kompetensi
kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi dan minat masing-masing;
c.        Muatan dan kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang mewarnai dan
memfasilitasi kehidupan;
d.        Kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan;
e.        Tingkat kemandirian serta daya saing; dan
f.         Kemampuan untuk menjamin keberlanjutan diri dan lingkungannya.

I.       Standar Pelayanan Minimal


Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Provinsi sebagai
daerah otonom mengisyaratkan adanya hak dan kewenangan pemerintahpusat untuk
menetapkan kebijakan tentang perencanaan nasional yang menjadi pedoman atau acuan bagi
penyelenggaraan pendidikan di provinsi, kabupaten/ kota sebagai daerah otonom. Dalam
rangka standardisasi itulah, maka Mendiknas menerbitkan Kepmen No. 053/U/2001 tanggal
19 April 2001 tentang pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Isi SPM tersebut adalah Pedoman SPM Penyelenggaraan TK, SD,
SMP. SMA, SMK, dan SLB sebagai berikut: (1) Dasar hukum (2) Tujuan penyelenggaraan
sekolah (3) Standar kompetensi (4) Kurikulum (5) Peserta didik (6) Ketenagaan (7) Sarana
dan prasarana (8) Organisasi (9)Pembiayaan (10) Manajemen (11) Peran serta masyarakat.
Pedoman administrasi Sekolah Menengah Pertama berisikan.
1. Pendahuluan (latar belakang, tujuan, pendekatan, dan ruang lingkup)
2. Organisasi sekolah (struktur, fungsi dan tugas, mekanisme hubungan kerja, dan alur kerja)
3. Penyelenggaraan administrasi sekolah (pengertian, tujuan, dan ruang lingkup)
4. Komponen administrasi (kurikulum, kesiswaan, tenaga kependidikan, sarana, persuratan dan
kearsipan, dan peran serta masyarakat.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 129a/U/2004
Tentang Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) bidang Pendidikan,  SPM Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) terdiri atas :
a.       90 persen anak dalam kelompok usia 13-15 tahun bersekolah di SMP/MTs
b.      Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah
c.       90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang
ditetapkan secara nasional
d.      80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk melaksanakan tugas
administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya
e.       90 persen dari jumlah guru SMP yang diperlukan terpenuhi
f.       90 persen guru SMP/MTs memiliki kualifikasi, sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan
secara nasional
g.       100 persen siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran
h.      Jumlah siswa SMP/MTs per kelas antara 30– 40 siswa
i.        90 persen dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu pendidikan standar nasional mencapai
nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
IPA, dan IPS di kelas I dan II
j.        70 persen dari lulusan SMP/ MTs melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Madrasah Aliyah (MA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kemdiknas telah menerbitkan regulasi baru yakni Permendiknas nomor 15 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal atau SPM pendidikan dasar. Oleh karena itu Direktorat
Mandikdasmen mengadakan sosialisasi Standar pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di
Jakarta. SPM Pendidikan Dasar ini bertujuan untuk peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan SD/MI dan SMP/ MTs. SPM pendidikan dasar dapat diartikan sebagai ketentuan
tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan Kandepag untuk MI dan MTs secara langsung
maupun secara tidak langsung melalui sekolahdan\madrasah.
SPM diharapkan mampu mempersempit kesenjangan mutu pendidikan yang kedepannya
juga diharapkan berimplikasi pada mengecilnya kesenjangan sosial ekonomi. SPM mulai
diberlakukan tahun 2011 dengan tahapan rehabilitasi sarana dan prasarana sekolah pelatihan
guru dan tenaga pendidik, maka diharapkan dalam waktu tiga tahun atau pada tahun 2013
seluruh SD/MI dan SMP/MT sudah melaksanakan SPM. Standar pelayanan minimal
pendidikan dasar selanjutnya disebut SPM Pendidikan Dasar adalah tolok ukur kinerja
pelayanan pendidikan dasar melalui jalur
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan merupakan ketentuan tentang jumlah dan
mutu  layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Kantor
Wilayah Kementerian Agama, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota  secara
langsung maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan madrasah. Penerapan SPM
dimaksudkan untuk memastikan bahwa di setiap sekolah dan madrasah terpenuhi kondisi
minimum yang dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang
memadai. SPM Pendidikan meliputi layanan-layanan:
a. Merupakan tanggung-jawab langsung Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi tugas pokok
dan fungsi dinas pendidikan untuk sekolah atau kantor departemen agama untuk madrasah
(misalnya: penyediaan ruang kelas dan penyediaan guru yang memenuhi persyaratan
kualifikasi maupun kompetensi)
b. Merupakan tanggung-jawab tidak langsung Pemerintah Kabupaten/Kota Dinas Pendidikan
dan Kantor Kementerian Agama, karena layanan diberikan oleh pihak sekolah dan madrasah,
para guru dan tenaga kependidikan, dengan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama (contoh: persiapan rencana pembelajaran
dan evaluasi hasil belajar siswa terjadi di sekolah, dilaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota).
SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci berbagai tanggungjawab Pemerintah
Kabupaten/Kota c/q oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan. SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci
berbagai hal yang harus disediakan dan dilakukan oleh dinas pendidikan, sekolah/madrasah
untuk memastikan bahwa pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
SPM menyatakan dengan jelas dan tegas kepada warga masyarakat tentang tingkat
layanan pendidikan yang dapat mereka peroleh dari sekolah/ madrasah di daerah mereka
masing-masing. SPM tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan tahapan menuju pencapaian
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dengan ditetapkannya SPM Bidang Pendidikan Dasar
maka setiap daerah perlu
menyusun perencanaan program/kegiatan untuk mencapai SPM. Untuk mengukur sejauh
mana kinerja dinas pendidikan telah mencapai SPM atau belum maka dinas pendidikan perlu
melakukan pemetaan terhadap kinerja layanan dinas pendidikan/depag serta sekolah-sekolah
(SD/MI dan SMP/MTs). Dari pemetaan tersebut diketahui kinerja mana yang belum
mencapai SPM dan kinerja mana yang sudah mencapai SPM. Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan, dinas pendidikan perlu menganalisis pencapaian masing-masing indikator yang
tercantum dalam standar pelayanan minimum (SPM) bidang pendidikan. Hasil analisis
kondisi pencapaian SPM digunakan sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakan,
program, kegiatan dan juga pembiayaan ketika menyusun dokumen rencana strategis
pencapaian SPM. Pengembangan rencana peningkatan mutu pendidikan setiap
kabupaten/kota perlu memperhatikan kondisi pencapaian SPM di daerah masing-masing.
Setiap tahun  program pencapaian SPM perlu dilaksanakan sampai SPM benar-benar
tercapai. Pelaksanaan dan capaian program juga di monitor dan dievaluasi sehingga diketahui
indikator apa saja yang belum dicapai, dan berapa perkiraan biaya yang diperlukan untuk
mencapai SPM. Sehingga diharapkan semua kabupaten/kota telah mencapai SPM pada tahun
2014.

J.       Kendala dan Implementasi Mutu Dalam Dunia Pendidikan


Salah satu masalah yang sangat dominan seperti yang telah diungkap dalam
pendahuluan adalah kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat erat
kaitannya dengan pendidikan. Untuk itu peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu
proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Secara
garis besar ada dua faktor utama yang menyebabkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia
masih belum atau kurang berhasil yaitu:
1.        Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang
demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah
dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis
lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu
sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori
education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di
lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
2.        Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi
di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak
terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan
singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali
tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
     Sebelum membahas lebih jauh, ada beberapa masalah mutu pendidikan yang
diutarakan oleh Deming yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua hal yaitu :
1.    Kendala mutu pendidikan secara umum
g.        Desain kurikulum yang lemah,
h.        Bangunan yang tidak memenuhi syarat,
i.          Lingkungan kerja yang buruk,
j.          Sistem dan prosedur yang tidak sesuai,
k.        Jadwal kerja yang serampangan,
l.          Sumber daya yang kurang, dan
m.      Pengembangan staf yang tidak memadai.
2.    Kendala mutu pendidikan secara khusus
a.    Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati,
b.   Anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.
c.    Kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota,
d.    Kurangnya motivasi,
e.    Kegagalan komunikasi, dan
f.     Kurangnya sarana dan prasarana yang memenuhi.
          Selain hal-hal di atas beberapa faktor lain
yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Pertama,  kebijakan  penyelenggaraan  pendidikan  nasional  yang  berori- entasi pada 
keluaran atau hasil pendidikan terlalu memusatkan pada masukan dan kurang memperhati
kan proses pendidikan.
Kedua,  penyelengaraan  pendidikan  dilakukan  secara  sentralistik.  Hal
ini menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi dan seringkali keb
ijakan pusat terlalu umum dan kurang menyentuh atau kurang sesuai dengan situasi dan k
ondisi sekolah setempat. Di samping itu segala sesuatu yang terlalu diatur menyebabkan p
enyelenggara sekolah kehilangan kemandirian, insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut meny
ebabkan usaha dan daya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan dan kel
uaran pendidikan menjadi kurang termotivasi.
Ketiga, peran serta masyarakat terutama orangtua siswa dalam penyeleng-
garaan pendidikan selama ini hanya terbatas pada dukungan dana. Padahal peranserta mereka
sangat penting di dalam proses pendidikan antara lain pengambilan keputusan, pemantauan,
evaluasi, dan akuntabilitas.
          Berdasarkan hal-hal tersebut maka perlu adanya manajemen yang tepat untuk
menangani hal-hal  tersebut. Berikut ini akan dibahas beberapa alternatif penanganan
masalah pendidikan seperti yang telah dibahas diatas.
          Deming (1986) menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam  sebuah orga
nisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming men
gusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidan
g pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah 
1.      Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa
Sekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa menghadapi
masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa
sekedar memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan belaja
r seumur hidup.
2.      Adopsi  Filosofi  Baru Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas.
Dengan kata lain, mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan
seburuk apapun tanpa dapat berkomentar.
3.        Hentikan ketergantungan pada inspeksi masal
Dalam bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum at
aupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar mengajar berlangsung.Sel
ain itu, dalam menetapkan standar uji, maka perlu diperhatikan teori-
teori kepemimpinan yang berkembang dalam Total Quality Management dan lainnya, seperti 
teori sifat, teori lingkungan, teori perilaku, teori humanistik, dan teori kontigensi.
Sejalan dengan masalah evaluasi, masalah rekrutmen dalam menentukan pimpinan kependidik
an, beberapa prosedur “Fit and proper test” bisa dilakukan dalam pengambilan keputusan mel
akukan “hearing” didepan tim, yaitu menyampaikan program, visi dan misi apabila terpilih me
njadi pimpinan nantinya.
Menjawab pertanyaan lisan dan tertulis yang telah didesain sedemikian rupa. Adapun pertany
aan yang diajukan dapat menyangkut integritas, moralitas, profesionalisme, intelektualitas, ke
ahlian. Keharusan mengumumkan harta kekayaan dari para calon Kepala Sekolah sebelum
yang bersangkutan menduduki jabatan yang
dipercayakan kepadanya. Kebohongan atas kekayaan ini dapat mengakibatkan pemecatan (
impeachmant). Harus memahami sistem manajemen yang efektif  dan efisien terhadap lembag
a yang akan dipimpinnya. Termasuk dalam rekruitment karyawan, kesejahteraan, peningkatan 
kualitas hasil dan kinerja. Mengemukakan masalah pribadi, seperti apakah calon itu pernah berc
erai.
Masalah anak bagaimana. Mengapa sampai terjadi perceraian. Kemudian menyangkut  masalah
kebebasan dari tekanan, intimidasi, teror
atau ancaman. Tim  seleksi  melakukan  investigasi   dan  melacak  semua  kebenaran informas
i yang disampaikan lisan maupun tertulis. Apabila calon-calon tersebut tidak dapat
memberikan jawaban secara memuaskan,
atau setelah melakukan investigasi ternyata terdapat kebohongan-kebohongan, tentu saja yang 
bersangkutan tidak dapat terpilih sebagai pimpinan.
4.      Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya  Berdasarkan  Biaya
Dalam bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya pendidikan yang 
ada hubungannya dengan perbandingan junlah guru dan murid pada satu ruangan/kelas. Kelas 
besar memang akan membuat sekolah tersebut melakukan penghematan biaya, tetapi mutu ya
ng dihasilkan tidak terjamin dan bukan tidak mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain 
pada sistem tersebut.
5.      Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan  Terus Menerus
Dalam bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategik agar siswa dapat
menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperoleh nilai yang baik  pula.
Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswa mendapatkan nilai yang baik.
6.      Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua anggota staf dal
am suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru dan administrator mengembangkan 
keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatan profesionalitas.
7.      Lembagakan Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Kepemimpinan adalah kemamp
uan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok
dengan maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan pemimpin adalah 
seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya.
 Secara umum, pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pimpinan untuk melaksanakan komi
tmen perbaikan kualitas terus menerus, yaitu: menetapkan suatu dewan kualitas,
menetapkan kebijaksanaan kualitas, menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas,
memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya,
memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pemecahan m
asalah kualitas. Menetapkan  tim  perbaikan  kualitas  yang  bertanggungjawab  pada manaje
men puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah
kualitas kronis. Merangsang perbaikan kualitas terus menerus. Memberikan pengakuan dan pe
nghargaan atas prestasi dalam perbaikan kualitas terus-menerus (Vincent Gaspersz, 1997: 203-
204).  
8.      Hilangkan Rasa Takut                        .
Perlu disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mampu mengajukan pertanyaa
n, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu dilakukan untuk mengha
silkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu para pelaku pendidikan hendaknya jangan
menerapkan
sistem imbalan dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat berkembangnya motivasi 
internal dari siswa masing-masing.
9.      Pecahkan Hambatan di antara Area Staf
Hambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas. Hambatan ini dap
at diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok.
Oleh karena itu para anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada peningkat
an kualitas.
10.  Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Perbaikan secara berkesinambungan sebagai sasaran umum harus menggantikan simbol-
simbol kerja.
11.  Hilangkan Kuota Numerik
Kuota cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering kali dengan men
gorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan pada target da
pat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem yang baik. Tidak  jarang patokan ter
get akan lebih terfokus pada guru dan siswa daripada sistem secara keseluruhan.
12.  Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas  Keberhasilan  Kerja
Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru
dan siswa. Adanya  kebanggaan  dalam  diri  membuat  guru  dan  siswa bertanggungja
wab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu.
13.  Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh.
Hal ini berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsung terhadap kualit
as belajar siswa.
14.  Lakukan Tindakan Nyata/Contoh Nyata
Manajer harus menjadi”lead manager”  bukan “boss manager”. Seorang “lead manager” akan 
berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan kerjasama,
meluangkan waktu dan tenaga untuk
sistem sehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan peke
rjaan yang berkualitas.

K.     Konsep Perbaikkan Mutu Berkelanjutan


Perbaikan mutu berkelanjutan (continuos quality improvement), merupakan suatu
formula atau pendekatan yang seharusnya menjadi salah satu paradigma MBS. Melalui
pendekatan peerbaikkan mutu berkelanjutan, diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya
mutu pendidikan yang tidak hanya mengandalkan pendekatan dalam rangka optimalisasi
sumber daya dan sumber dana. Hal dimaksudkan untuk mencapai sasaran secara efektif,
efisien, kreatif dan inovatif yang berorientasi pada peningkatan mutu (kualitas).
Arah pendekatan perbaikan mutu menggiring sekolah untuk mengenal dan
mengimplementasikan TQM (Total Quality Management). Total Quality Management adalah
suatu pendekatan yang bertujuan untuk menignkatkan produktivitas usaha, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Konsep dan pendekatan ini menawarkan sejumlah rumusan yang
dapat dilakukan dalam kegiatan manajemen yang berorientasi pada peningkatan mutu secara
total.
Peningkatan kualitas pengelolaan sekolah merupakan tanggungjawab semua warga
sekolah. Setiap personil , baik pimpinan maupun staf serta peserta didik dituntut untuk
memiliki kepedulian yang muncul secara internal, bahwa apa yang dilakukan adalah dalam
rangka pencapaian mutu dan prestasi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan perbaikan mutu yang berkelanjutan
yaitu peningkatan secara bertahap, perubahan budaya, hubungan internal, menjaga hubungan
dengan stake holders, pemecahan masalah internal, peranan kepala sekolah
Faktor kunci keberhasilan pendekatan ini adalah kemampuan profesional kepala
sekolah dan guru terutama dalam menganalisis masalah mengonseptualkan arah baru
perubahan dan mengelola perubahan.

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Mutu pendidikan memang hal yang sangat krusial dalam pembangunan sebuah
negara disamping kesehatan dan ekonomi masyarakatnya. Karena dengan pendidikan dapat
menciptakan sumber daya – sumber daya yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Untuk
memajukan pendidikan peranan sekolah haruslah memenuhi standar mutu yang diharapkan
bagi masyarakat. Maka tidak heran saat ini terdapat berbagai macam pilihan sekolah seperti
sekolah standar nasional,reguler,standar internasional dan lainnya.  Masyarakat dapat
memilih pendidikan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
     Peningkatan mutu pendidikan secara khusus berorientasi pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya akan dipengaruhi oleh input, proses dan
output pendidikan. Sehingga perlu adanya kesinergian antara ketiga hal tersebut. Mutu
Pendidikan akan dapat baik jika baik organisasi pendidikan maupun pemerintah telah mampu
menerapkan manajemen yang tepat dalam pelaksanaannya. Sehingga tidak ada kelemahan
baik itu dalam hal kurikulum, sarana prasarana, proses pembelajaran, dan kualitas sumber
daya manusianya. Mutu Pendidikan dalam pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang
intensif dari para penyelenggara pendidikan.

B. Saran
Organisasi pendidikan yang sangat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan
adalah sekolah harus mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang ada. Dan pemerintah
sebagai penjamin pendidikan harus memainkan peranannya sehingga pemerataan pendidikan
dan pemerataan kualitas pendidikan semakin dirasakan oleh seluruh penyelenggara dan
pemakai jasa pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang, 2013.  Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.


http://abanfalahyes.blogspot.co.id/2015/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
http://educationesia.blogspot.co.id/2012/11/manajemen-kualitas-pendidikan.html
http://eprints.dinus.ac.id/14666/1/uu_20-2003_sisdiknas.pdf
http://guruidaman.blogspot.co.id/2012/08/manajemen-mutu-pendidikan.html
http://makalahnih.blogspot.co.id/2014/09/manajemen-mutu-pendidikan.html
http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2013/05/manajemen-mutu-
pendidikan.html
http://www.academia.edu/10528085/Manajemen_Mutu_Pendidikan
https://manajemenmutupendidikan.wordpress.com/
Mulyasana, Dedy, 2015. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung : Remaja
Rosdajarya.
Prihantoro, C. Rudi, 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta :Balai Pustaka

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai