Disusun Oleh :
Khomsun Nawawi
Ahmad Latif
Reni Setyo w
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa,
yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh bapak Dosen dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kami.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.
Ucapan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Manajemen mPembiayaan Pendidikan ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah yang berjudul “konsep mutu pendidikan”.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin
Ya Robbal „Alamin.
Kelompok 3
2
[Ketik di sini]
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun
manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.Pendidikan diambil dari kata
dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau
memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk
mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha
manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek
pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-
subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan.
Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna
Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak
pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi
kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak
Masukan ilmiah yang disampaikan para ahli dari negara-negara yang berhasil
menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura
selalu memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai
macam latar yang berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya
3
[Ketik di sini]
tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu
terkesan dijadikan sebagai “proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun
masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah
usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek
Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS),
Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung
(DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). Dengan
memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak
menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Namun, semua hal tersebut belum dapat menghasilkan atau meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia..
B. RUMUSAN MASALAH
4
[Ketik di sini]
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM (TOTAL QUALITY
MANAGEMENT) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus
dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Sementara Ross
dan William Mantja mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses
dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas
barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan.
B. Konsep Mutu
1. Mutu sebagai konsep absolut
Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari
standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu
adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Mutu dalam
pandangan ini digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, dan
kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda
dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Sebenarnya mutu dalam pengertian yang
Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu sedemikian adalah
elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan
dengan mutu tinggi kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa
konsep TQM.
5
[Ketik di sini]
Mutu dapat juga digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian ini
digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut
produk dan layanan, tetapi sesuatu yag dianggap berasal dari produk dan layanan
tersebut. mutu dapat dikatakan ada apabila sebuahh layanan memenuhi spesifikasi yang
ada. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal
dan eksklusif.
Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah
Cara pertama, penyesuaian diri terhadap spesifikasi, sering disimpulkan sebagai sesuai
dengan tujuan dan manfaat. Para produsen menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah
sistem, yang biasa disebut sistem jaminan mutu (quality assurance system), yang
memungkinkan roda produksi menghasilkan produk yang secara konsisten sesuai dengan
mutu dna institusi sendiri tidak akan mampu bertahan tanpa mereka. Institusi pelaku
melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah,
Tom Peters berpendapat bahwa mutu yang didefinisikan oleh pelanggan jauh
lebih penting dibandingkan harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa. Peters
menemukan kenyataan bahwa pelanggan akan selalu membayar lebih untuk mutu yang
baik, tanpa menghiraukan tipe produknya. Dan dia juga berpendapat bahwa karyawan
6
[Ketik di sini]
menjadi jauh berenergi ketika mereka memiliki kesempatan untuk memberikan layanan
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu
yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan
kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang
pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada
peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu
didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga
mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan teratur. Uji banding antara mutu
pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan
proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak
mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada
saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan
7
[Ketik di sini]
cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan
kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas
tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru
dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar
Konsep mengenai mutu pendidikan berbeda-beda antara yang satu dengan yang
lainnya. Mutu, dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu
Menurut Sallis dalam Syaefuddin, dkk. (2007:2-8 unit 2) terdapat tiga pengertian
konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam
1. Dalam pengertian yang absolut, sesuatu dikatan bermutu jika memenuhi standar yang
tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesutau yang ideal yang
tidak dapat dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Jika dikaitkan
dengan pendidikan, maka konsep mutu absolut bersifat elite karena hanya sedikit
lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan dengan high quality kepada
2. Dalam pengertian relatif, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa, tetapi
sesuatu yang berasal dari produk atau jasa itu sendiri. Dalam konsep ini, produk yang
3. Menurut pengertian pelanggan, mutu adalah sesuatu yang didefinisikan oleh pelanggan.
ditentukan sejauh mana ia mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka atau
8
[Ketik di sini]
bahkan melebihi. Karena kepuasan dan keinginan merupakan suatu konsep yang abstrak,
maka pengertian kualitas dalam hal ini disebut “kualitas dalam persepsi – quality in
perception”.
Dalam konteks pendidikan, produk dari lembaga pendidikan berupa jasa. Kepuasan
pelanggan (siswa, orang tua, dan masyarakat) dibagi dalam dua aspek yaitu tata layanan
Sedangkan pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga
pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya yang
diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada proses
menentukan adalah kualitas. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil
pendidikan yang ditujukan oleh keunggulan akademik dan nonakademik di suatu sekolah.
Bahkan saat ini, mutu pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi
bagaimana prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, seperti yang
tertuang di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 35 dan PP No.19 tahun 2005 (Syaifuddin, dkk.
2007:2-7).
1. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
9
[Ketik di sini]
4. Ketentuan mengenai nasional pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan adanya standar, dua orang guru tidak akan meberikan penafsiran berbeda terhadap
kedalaman sebuah kompetensi dasar sebuah kurikulum. Demikian juga, dengan proses
pembelajaran, guru akan berfokus pada hasil (output) yang harus dicapai, tidak sekedar
memenuhi target administratif yang ada dalam petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa ada berbagai macam
konsep mengenai mutu pendidikan. Dari berbagai macam konsep tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa mutu pendidikan berkaitan dengan tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan nasional seperti yang tercantum di dalam UU No.20 th 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Selain itu, mutu pendidikan dapat dikatakan baik apabila memenuhi
10
[Ketik di sini]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM (TOTAL QUALITY
MANAGEMENT) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus
dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu
yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan
kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait
Terdapat tiga pengertian konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut
(mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif, dan ketiga, mutu menurut pelanggan.
11