Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP MUTU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dr. Mujiono, M. Pd..

Disusun Oleh :
Khomsun Nawawi
Ahmad Latif
Reni Setyo w

PROGRAM STUDI MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
2023 /2024
[Ketik di sini]

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa,
yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh bapak Dosen dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kami.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.

Ucapan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Manajemen mPembiayaan Pendidikan ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah yang berjudul “konsep mutu pendidikan”.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin
Ya Robbal „Alamin.

Mojokerto, 18 Oktober 2023


Penulis,

Kelompok 3

2
[Ketik di sini]

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka

bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun

manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.Pendidikan diambil dari kata

dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau

memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat

beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk

mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha

manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek

pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-

subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan.

Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna

mencapai tujuan pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak

pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi

kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak

berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.

Masukan ilmiah yang disampaikan para ahli dari negara-negara yang berhasil

menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura

selalu memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai

macam latar yang berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya

3
[Ketik di sini]

tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu

terkesan dijadikan sebagai “proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau

kelompok tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.

Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun

masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah

usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek

Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS),

Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung

(DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). Dengan

memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak

menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu

pendidikan. Namun, semua hal tersebut belum dapat menghasilkan atau meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia..

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Konsep Mutu Pendidikan?


2. Apakah TQM itu ?
3. Bagaimana Manajemen mutu dalam Konteks Pendidikan?
4. Bagaimana penerapan TQM dalam Pendidikan?
5. Bagaimana Model TQM dalam Pendidikan?
C. TUJUAN

1. Mahasiswa memahami konsep Mutu Pendidikan


2. Mahasiswa mengetahui apa itu TQM
3. Mahasiswa memahami bagaimana Manajemen mutu dalam Konteks Pendidikan
4. Mahasiswa mengetahui penerapan TQM dalam Pendidikan
5. Mahasiswa mengetahui Model TQM dalam Pendidikan

4
[Ketik di sini]

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Mutu

Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM (TOTAL QUALITY
MANAGEMENT) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus
dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Sementara Ross
dan William Mantja mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses
dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas
barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan.
B. Konsep Mutu
1. Mutu sebagai konsep absolut

Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari

standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu

adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Mutu dalam

pandangan ini digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, dan

kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda

dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Sebenarnya mutu dalam pengertian yang

demikian lebih tepat disebut dengan High Quality.

Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu sedemikian adalah

elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan

dengan mutu tinggi kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa

menjangkaunya, dan sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.

Gagasan-gagasan absolut tentang mutu tinggi hanya sedikit bersinggungan dengan

konsep TQM.

2. Mutu sebagai konsep relatif

5
[Ketik di sini]

Mutu dapat juga digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian ini

digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut

produk dan layanan, tetapi sesuatu yag dianggap berasal dari produk dan layanan

tersebut. mutu dapat dikatakan ada apabila sebuahh layanan memenuhi spesifikasi yang

ada. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal

dan eksklusif.

Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah

menyesuaikan diri dengan spesifikasi. Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan.

Cara pertama, penyesuaian diri terhadap spesifikasi, sering disimpulkan sebagai sesuai

dengan tujuan dan manfaat. Para produsen menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah

sistem, yang biasa disebut sistem jaminan mutu (quality assurance system), yang

memungkinkan roda produksi menghasilkan produk yang secara konsisten sesuai dengan

standar atau spesifikasi tertentu.

3. Mutu menurut pelanggan

Organisasi-organisasi yang menganut konsep TQM melihat mutu sebagai sesuatu

yang didefinisikan oleh pelanggan-pelanggan mereka. Pelanggan adalah wasit terhadap

mutu dna institusi sendiri tidak akan mampu bertahan tanpa mereka. Institusi pelaku

TQM harus menggunakan semua cara untuk mengeksplorasikan kebutuhan

pelanggannya. Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan

melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah,

mutu sesuai persepsi (quality in perception).

Tom Peters berpendapat bahwa mutu yang didefinisikan oleh pelanggan jauh

lebih penting dibandingkan harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa. Peters

menemukan kenyataan bahwa pelanggan akan selalu membayar lebih untuk mutu yang

baik, tanpa menghiraukan tipe produknya. Dan dia juga berpendapat bahwa karyawan

6
[Ketik di sini]

menjadi jauh berenergi ketika mereka memiliki kesempatan untuk memberikan layanan

yang bermutu atau menghasilkan produk yang bermutu.

C. Konsep Mutu Pendidikan

Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu

yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan

kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait

mangait, dan berguna secara langsung.

Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang

pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada

peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran

yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor

terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu

menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum

didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga

mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan teratur. Uji banding antara mutu

pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang

diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi unutk

penyempurnaan proses dan hasil Pendidikan.

Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan

proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak

mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada

saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan

pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif.

Pada pendidikan mutu tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada penentuan

7
[Ketik di sini]

cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan

kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas

tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru

dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar

pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.

Konsep mengenai mutu pendidikan berbeda-beda antara yang satu dengan yang

lainnya. Mutu, dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu

produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa.

Menurut Sallis dalam Syaefuddin, dkk. (2007:2-8 unit 2) terdapat tiga pengertian

konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam

konsep yang relatif, dan ketiga, mutu menurut pelanggan.

1. Dalam pengertian yang absolut, sesuatu dikatan bermutu jika memenuhi standar yang

tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesutau yang ideal yang

tidak dapat dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Jika dikaitkan

dengan pendidikan, maka konsep mutu absolut bersifat elite karena hanya sedikit

lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan dengan high quality kepada

siswa, dan sebagian besar siswa tidak dapat menjangkaunya.

2. Dalam pengertian relatif, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa, tetapi

sesuatu yang berasal dari produk atau jasa itu sendiri. Dalam konsep ini, produk yang

bermutu adalah yang sesuai dengan tujuannya.

3. Menurut pengertian pelanggan, mutu adalah sesuatu yang didefinisikan oleh pelanggan.

Dalam konsep ini, ujung-ujungnya adalah kepuasan pelanggan, sehingga mutu

ditentukan sejauh mana ia mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka atau

8
[Ketik di sini]

bahkan melebihi. Karena kepuasan dan keinginan merupakan suatu konsep yang abstrak,

maka pengertian kualitas dalam hal ini disebut “kualitas dalam persepsi – quality in

perception”.

Dalam konteks pendidikan, produk dari lembaga pendidikan berupa jasa. Kepuasan

pelanggan (siswa, orang tua, dan masyarakat) dibagi dalam dua aspek yaitu tata layanan

pendidikan dan prestasi yang dicapai siswa.

Sedangkan pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga

pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya yang

diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada proses

(pembelajaran), dengan argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran) yang paling

menentukan adalah kualitas. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil

pendidikan yang ditujukan oleh keunggulan akademik dan nonakademik di suatu sekolah.

Bahkan saat ini, mutu pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi

bagaimana prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, seperti yang

tertuang di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 35 dan PP No.19 tahun 2005 (Syaifuddin, dkk.

2007:2-7).

Bunyi pasal 35 UU No.20 tahun 2003 pasal 35 adalah sebagai berikut:

1. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan

yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

2. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.

3. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan

pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan,

dan pengendalian mutu pendidikan.

9
[Ketik di sini]

4. Ketentuan mengenai nasional pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Standar nasional pendidikan diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

Dengan adanya standar, dua orang guru tidak akan meberikan penafsiran berbeda terhadap

kedalaman sebuah kompetensi dasar sebuah kurikulum. Demikian juga, dengan proses

pembelajaran, guru akan berfokus pada hasil (output) yang harus dicapai, tidak sekedar

memenuhi target administratif yang ada dalam petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk

teknis (juknis) (Mulyasa, 2009:18).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa ada berbagai macam

konsep mengenai mutu pendidikan. Dari berbagai macam konsep tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa mutu pendidikan berkaitan dengan tercapai atau tidaknya tujuan

pendidikan nasional seperti yang tercantum di dalam UU No.20 th 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Selain itu, mutu pendidikan dapat dikatakan baik apabila memenuhi

standar nasional pendidikan.

10
[Ketik di sini]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM (TOTAL QUALITY

MANAGEMENT) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus

dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi

dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.

Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu

yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan

kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait

mangait, dan berguna secara langsung.

Terdapat tiga pengertian konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut

(mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif, dan ketiga, mutu menurut pelanggan.

11

Anda mungkin juga menyukai