Anda di halaman 1dari 13

1

FILOSOFI MANAJEMEN MUTU TERPADU (FMMT)

Liliana1, Mira Idayanti2


1,2
Mahasiswa Program Pascasarjana Prodi Manajemen Pendidikan Islam IAIN
Malikussaleh, Lhokseumawe
Aceh, Indonesia
2023
Pendahuluan
Masalah mutu dalam era sekarang ini merupakan masalah yang berkaitan
dengan dan matinya suatu organisasi. Untuk menjadikan organisasi tetap bertahan,
masalah kualitas harus menjadi perhatian termasuk dalam pendidikan, dan oleh
karenanya maka penjaminan kualitas menjadi suatu keharusan untuk diterapkan
dalam suatu organisasi dalam kerangka Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality
Management).
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun sebuah
Negara. Dapat kita lihat negara-negara maju di dunia, faktor utama yang bisa
menentukan Negara tersebut maju adalah dari faktor pendidikan. Sistem pendidikan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat.
Dengan perubahan-perubahan pemikiran masyarakat, tentunya pendidikan akan
sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam menghadapi
tantangan masa depan. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan pada zaman
globalisasi saat ini harus dikelola dengan baik.
Pendidikan telah merebak hingga dipelosok negeri, namun tidak semua telah
merasakan apa itu pendidikan. Pembangunan infrastruktur sekolah yang telah
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta semakin membantu perkembangan
pendidikan, bahkan dikota-kota besar semakin banyak bermunculan sekolah-sekolah
baik negeri maupun swasta. Pembangunan infrastruktur yang pesat juga harus
diimbangi oleh terpenuhinya kualitas sumber daya manusia yang ada. Sumber daya
manusia yang dimaksud dapat meliputi komponen-komponen pendidikan yaitu guru,
kepala sekolah, tenaga administrasi, peserta didik, dan lainnya. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana,
2

terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin
bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Untuk itu perlu peran serta seluruh masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan
hal tersebut. Perbaikan mutu pendidikan harus segera dilakukan secara terus menerus
dengan cara memperbaiki manajemen mutu pendidikannya. Organisasi-organisasi
pendidikan memegang peranan awal dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut artikel ini akan membahas manajemen mutu
pendidikan melalui Filosofi Manajemen Mutu Terpadu (MMT).

Kajian Teoritis
A. Filosofi Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Filosofi Manajemen Mutu Terpadu (FMMT) adalah peningkatan mutu secara
bertahap dan berkesinambungan (incremental continuous quality improvement) untuk
memenuhi atau bahkan melampaui tuntutan mutu dari pelanggan. Sedangkan metode
MMT berupa alat/teknik pengendalian mutu, yaitu cara untuk menelusuri penyebab
dari sumber masalah mutu.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Management (TQM)
merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola
organisai dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka
panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan
pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya
kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas
dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak dalam
organisasi. Karena itu pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi
komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk
yang dihasilkan. Masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai
masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau
3

pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya
organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan
mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.
B. Pengertian Mutu
Mutu telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini, dan hal itu
telah menjadi beban tugas bagi para manager menengah. Mutu merupakan konsep
yang terus mengalami perlembangan dalam pemaknaannya. Menurut Uhar
Suharsaputra, mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dan
merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan
kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).[1]
Sedangkan Fandy Tjiptono dalam Uhar, mendefinisikan mutu sebagai “the
best product that you can produce with the materials that you have to work”.
Jadi, mutu merupakan konsep relatif yang mengikuti keinginan pelanggan. Mutu
ditentukan oleh spesifikasi standar yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi
ukuran mutu dimasa datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa
depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus
merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan
dicapai.
C. Mutu Pendidikan
Secara substantif, mutu mengandung sifat atau taraf. Sifat adalah sesuatu yang
menerangkan keadaan, sedangkan taraf menunjukkan kedudukan dalam skala.
Keragaman cara pandang mengenai sifat dan taraf itu memungkinkan perbedaan
pendekatan terhadap mutu pendidikan. Pendekatan pertama, mendasarkan diri pada
deskripsi mengenai relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Pendekatan ini sering
kali disebut pendekatan ekonomi. Pendekatan kedua, disebut pendekatan nilai
intrinsik pendidikan yang diekspresikan dalam ukuran-ukuran sikap, kepribadian, dan
kemampuan intelektual yang sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan nasional.[2]
4

Dari sudut prosesnya, mutu pendidikan merujuk kepada kegiatan penanganan


transformasi masukan-masukan melalui subsistem pemrosesan menjadi keluaran,
serta hasil-hasil yang berasal dari masuan dan tindakan berikutnya melalui umpan
balik dan evaluasi keluaran. Konsep proses tersebut didasarkan atas asumsi bahwa
pendidikan sebagai sistem terbuka mengandung subsistem masukan, keluaran, dan
umpan balik secara internal dan eksternal. Berdasarkan pemahaman demikian, mak
amutu proses pendidikan menunjukkan kebermutuan subsistem dalam setaip proses,
yang meliputi tindakan kerja, komunikasi, dan monitoring.
D. Manajemen Mutu Pendidikan
Sebagaimana yang terjadi pada dunia produksi pada umumnya, kepedulian
akan mutu produk pendidikanpun didorong oleh persoal-persoalan dasar, bagaimana
mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar tercapai
eningkatan mutu secara berkelanjutan. Konsep Manajemn Mutu Terpadu (MMT)
yang saat ini telah diadaptasi oleh banyak organisasi modern, memang berorientasi
kepada persolan dasar tersebut.
Pola pikir MMT bersifat futuristik dan sistemik. Futuristik, karena
berwawasan kedepan. Sistemik, karena ia menekankan efektivitas sistem daripada
jumlah keluaran-parsial per subsistem. Dalam keseluruhan fungsi organisasi bagi
siklus kehidupan suatu produk, suatu sistem dinilai efektif apabila integrasi dan
sinergisme fungsi-fungsi subsistem desain, perencanaan, produksi, distribusi, dan
pelayanan.
Lembaga pendidikan sebagai industri jasa dari sudut pandang penerapan
MMT, dituntut untuk mengutamakan pelayanan terbaik yang didasarkan atas prinsip-
prinsip sebagai berikut: (1) berorientasi pada kebutuhan dan harapan pengguna jasa;
(2) bekerja secara tim dalam proses manajemen; (3) pengambilan keputusan
berdasarkan fakta dan data; (4) continuous improvement; dan (5) perbaikan yang
konsisten untuk memenuhi dan berusaha melampaui kebutuhan dan harapan
pelanggan. Prinsip-prinsip tersebut mempunyai tujuan pokok untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan perbaikan mutu secara berkelanjutan.[3]
5

E. Dasar-dasar Program Mutu Pendidikan


Sistem pendidikan nasional sudah mengatur segala proses pendidikan yang
mencakup segala aspek. Salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan nasional.
Hal ini juga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan dalam pasal 91 bahwa:
a. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjamin mutu pendidikan.
b. Penjamin mutu pendidikan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan.
c. Penjamin mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjamin mutu yang
memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
Adanya pengelolaan mutu pendidikan nasional, dan kebijakan otonomi
pendidikan daerah pemerintah seharusnya lebih maksimal lagi dalam meningkatkan
mutu. Ada beberapa elemen dasar dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia:
a. Insan pendidikan patut mendapatkan pengahargaan
Tentunya lebih baik jika pendidikan diberikan penghargaan ekstrinsik (gaji,
tunjangan, bonus, dan komisi) maupun penghargaan intrinsik (pujian, tantangan,
pengakuan, tanggungjawab, kesempatan dan pengembangan karir).
b. Meningkatkan profesionalisme guru dan pendidik
Konsep “guru profesionalisme” ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang
wawasan dan kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian
pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan,
manajemen pengelolaan kelas/ sekolah, serta teknologi informasi dan komunikasi.
c. Sebisa mungkin kurangi dan berantas korupsi
Sekolah yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang menjunjung nilai-
nilai kejujuran justru mempertontonkan praktik korupsi kepada peserta didik.
d. Berikan sarana dan prasarana yang layak
6

Sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan


pendidikan dengan serba lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabotan lengkap,
peralatan/ laboratorium/ media, insfrastruktur, sarana olahraga, dan buku dengan
rasio.[4]
F. Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh organisasi dalam
mengimplementasikan manjemen mutu, sehingga dicapai suatu kondisi dimana
produk atau jasa yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan bermutu.
Peningkatan mutu pendidikan bagi sebuah lembaga pendidikan saat ini merupakan
prioritas utama. Hal ini bagian terpenting dalam membangun pendidikan yang
berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip dalam manajemen mutu pendidikan, yaitu
sebagai berikut.
a. Prinsip Pelanggan
Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh pelanggan. Oleh
karena itu organisasi harus memahami kebutuhan saat ini dan yang akan datang dari
pelanggan, dan selalu berusaha untuk dapat melampaui harapan pelanggan. Mutu
tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu
tersebut ditentukan oleh pelanggan.
b. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi
atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tigkah laku orang lain.
[5]
Pemimpin harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Pemimpin
hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang dapat
melibatkan dirinya secara penuh dalam pencapaian organisasi.
c. Pendekatan Proses
Proses merupakan kumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Pengendalian
proses sama dengan pengendalian mutu. Efisiensi akan diperoleh dengan
mengendalikan semua sumber daya yang digunakan dalam proses.[6]
d. Manajemen berdasarkan Fakta
7

Semua keputusan, kegiatan, dan fungsi dalam manajemen mutu dilakukan atas
dasar fakta dan data. Fakta dan data yang digunakan harus dapat
dipertanggungjawabkan sehingga keputusan yang diambil dapat mencapai tingkat
akurasi yang tinggi.
e. Perbaikan Terus-menerus
Proses perbaikan dilakukan secara terus menerus dengan cara melakukan
deteksi dini terhadap semua proses untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
G. Standar Mutu Pendidikan
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
disebutkan bahwa pendidikan di Indonesia menggunkan delapan standar yang
menjadi acuan dalam membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar
Nasional Pendidikan di seluruh wilayah hukm Negara Kesatuan Republik Indonesia,
ada delapan standar yang menjadi kritera minimal tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar kompetensi lulusan
minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
b. Standar Isi
Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
8

keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,


pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar pendidikan dan tenaga kependidikan adalah kriteri pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
e. Standar Sarana dan Prasarana
Standar ini merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekspresi serta sumber belajar lainnya.
f. Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasional satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya
operasional pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsung kegiatan
pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan
berkelanjutan. Dalam rinciannya biaya operasional terdiri dari biaya investasi, biaya
operasi dan biaya personal.
9

h. Standar Penilaian Pendidikan


Standar Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, sedangkan evaluasi
pendidikan adalah pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.[7]
H. Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan
Istilah penjaminan mutu (quality assurance) pada awalnya digunakan di
lingkungan dunia bisnis barang dan jasa, dengan maksud untuk menumbuhkan
budaya peduli mutu. Jaminan mutu perlu dilakukan oleh perusahaan untuk
memberikan kepuasan kepada kastemer pemakai produk. Dalam perkembangan
selanjutnya, penerapan konsep jaminan mutu ini ternyata tidak hanya terbatas di
lingkungan bisnis dan industri, tetapi juga dalam bidang pelayanan jasa pendidikan
sejalan dengan munculnya gerakan akuntabilitas pendidikan.
Dalam lingkungan sistem pendidikan, khususnya persekolahan, tuntutan akan
penjaminan mutu merupakan gejala yang wajar, karena penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku
kepentingan pendidikan orang tua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah) dalam
peranan dan kepentingannya masing-masing memiliki kepentingan terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Mutu dalam pengertian memenuhi
spesifikasi sering disebut sebagai kesesuaian untuk tujuan atau penggunaan, atau
disebut pula sebagai definisi kualitas menurut produsen.
Kualitas menurut produsen ini dicapai bilamana produk atau jasa memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu prosedur yang konsisten.
Kualitas didemonstrasikan oleh produsen dalam sebuah sistem yang dikenal sebagai
sistem jaminan kualitas, yang memungkinkan produksi yang konsisten dari produk
dan jasa untuk memenuhi standar atau spesifikasi tertentu.
Pendidikan diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan pada
pembentukan SDM (human capital) dalam aspek kognitif, afektif, ataupun
10

keterampilan, baik dalam aspek fisik mental maupun spiritual. Hal ini jelas menuntut
kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik agar kualitas hasil pendidikan dapat
benar-benar berperan otimal dalam kehidupan masyarakat.
Komitmen bangsa dalam bidang pendidikan paling tidakk menunjukkan
adanya suatu keinginan yang kuat untuk menjadikan pendidikan sebagai faktor
penting dalam pembangunan, sehingga upaya-upaya untuk selalu memperbaiki,
mengembangkan dan membangun dunia pendidikan harus dipahami dalam konteks
smbangannya bagi pembangunan bangsa, karena pada akhirnya pendidikan akan
menentukan kualitas SDM (human capital), dan kualitas hasil pendidikan yang bagus
akan membentuk SDM yang berkualitas, yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan masyarakat dalam berbagai kehidupan.
Dalam upaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,
penjaminan mutu menjadi suatu keharusan. Penjaminan mutu (quality assurance)
pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk menjamin agar proses yang berjalan
dalam organisasi/ lembaga pendidikan dapat memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan.[8] Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 91 Ayat 1, 2, dan 3 tentang penjaminan mutu
pendidikan disebutkan bahwa:
1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjaminan mutu.
2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 bertujuan
untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan
mutu yang memilki target dan kerangka waktu yang jelas.
Dengan melihat Pasal 91 dari PP 19 Tahun 2005, tampak bahwa penjaminan
kualitas atau mutu merupakan suatu kewajiban bagi lembaga pendidikan. Dalam
melakukan penjaminan kualitas pendidikan, agar sesuai konteks diperlukan
peninjauan pendidikan dalam lingkup tatarannya. Dalam upaya untuk mengkaji
11

masalah pendidikan, pemahaman atau kondisi kualitas yang ada merupakan suatu hal
penting yang dapat membantu memahami posisi dan kondisi pendidikan.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun sebuah
Negara. Dapat kita lihat negara-negara maju di dunia, faktor utama yang bisa
menentukan Negara tersebut maju adalah dari faktor pendidikan. Sistem pendidikan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat.
Dengan perubahan-perubahan pemikiran masyarakat, tentunya pendidikan akan
sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam menghadapi
tantangan masa depan. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan pada zaman
globalisasi saat ini harus dikelola dengan baik.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk
pengembangan secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau
produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem
pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat
yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap
MMT. Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang
dihasilkan. Masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah
teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau
pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya
organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-faktor ini akan
mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebih meningkat dan bermakna.
Kemudian manajemen berbasis sekolah, menuntut adanya sekolah yang otonom
dan kepala sekolah yang memiliki otonomi, khususnya otonomi kepemimpinan atas
sekolah yang dipimpinnya. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah yang bersifat
implementatif dan aplikatif untuk merealisir manajemen pendidikan berbasis sekolah
di lembaga pendidikan persekolahan. Keberhasilan penerapan manajemen pendidikan
12

berbasis sekolah sangat ditentukan oleh political will pemerintah dan kepemimpinan
di persekolahan.
Penerapan MBS yang efektif seyogianya dapat mendorong kinerja kepala
sekolah dan guru yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi murid. Oleh sebab
itu, harus ada keyakinan bahwa MBS memang benar-benar akan berkontribusi bagi
peningkatan prestasi murid. Ukuran prestasi harus ditetapkan multidimensional, jadi
bukan hanya pada dimensi prestasi akademik. Dengan taruhan seperti itu, daerah-
daerah yang hanya menerapkan MBS sebagai mode akan memiliki peluang yang
kecil untuk berhasil.
Kemudian sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua
masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan, yaitu: prestasi sekolah,
terutama prestasi siswa yang ditandai dengandimiliknya semua kemampuan berupa
kompetensi yang dipersyaratkan di dalam belajar. Efektivitas sekolah dapat tercermin
dari profil sekolah yang memeiliki keteraturan dalam berbagai aspek untuk mencapai
tujuan (aspek-aspek tersebut antara lain: guru, siswa, dan tenaga kependidikan
lainnya). Orang yang harus bertanggungjawab atas manajemen sekolah adalah
seorang kepala sekolah yang memeiliki karakteristik kepimpinan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi. 2013. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.


Jakarta: Rajawali Pers.
Badrudin. 2015. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Basri, Hasan. 2012. Kapita SelektaPendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Nawawi, Hadari. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.
Pidarta, Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 2013. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsaputra, Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
13

Supriadi, Dedi. 2006. Satuan Biaya Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai