Anda di halaman 1dari 10

Urgensi Mempelajari Mata Kuliah Manajemen Mutu Lembaga Pendidikan Islam dalam

Mendukung Kemajuan Pendidikan

Disusun Oleh : Saeful Ngulum,


NIM: 22410331

1. Pendahuluan

Permasalahan yang nyata di era sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah banyak mempengaruhi peradaban manusia dan lingkungannya. Tidak disadari semakin
berjalannya waktu manusia dituntut untuk dapat memiliki banyak kemampuan secara kognitif,
afektif, maupun psikomotorik untuk dapat menyesuaikannya. Proses pendidikan dan pengajaran
senantiasa membantu manusia dalam mengembangkan potensi-potensinya untuk lebih banyak dan
belajar terus dalam arti seluas mungkin, untuk dapat mengembangkan pendidikan dan pengajaran.
Tidak bisa dipungkiri saat ini seiring dengan kemajuan teknologi (media elektronik) yang begitu
pesat, membuat sebagian / kebanyakan dari penggunanya termasuk peserta didik sudah bisa
memanfaatkan teknologi seperti halnya dengan televisi, hand phone (HP) dengan berbagai
aplikasinya yang bisa digunakan dengan mudah. Itu semua bisa memberikan dampak yang sangat
besar bagi pembentukan akhlaq penggunanya, bisa memberikan dampak yang positif dan dampak
negatif kepada penggunanya.

Hidup dan kehidupan mengalami perubahan. Perubahan terjadi terus-menerus pada tingkat
pribadi dan privat, pada tingkat komunitas lokal, regional, nasional, dan global. Perubahan terjadi
pada aspek psikologis, fiskal, sosial, ekonomi, hukum, politik, sains, tekhnologi, peradaban dan
budaya (Ahmad Sanusi, 2013 : 115)

Abdurrahman Shaleh dalam Muhammad Faturrohaman (2012 : xiv) menyatakan bahwa ada
tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan menurun dan mengalami perkembangan tidak
merata. Pertama, kebijkan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan
educational production function atau inputoutput yang dilaksanakan secara tidak konsekuen.

1
Mahasiswa Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Pasca Sarjana Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama
Kebumen Semester 4
Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis-sentralistik, sehingga
menempatkan sekolah (madrasah) sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi yang panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah (madrasah) setempat. Ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua
peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini pada umumnya lebih bersifat
dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan monitoring,
evaluasi, dan akuntabilitas).2

2. Konsep Manajemen Mutu dalam Pendidikan Islam

Manajemen adalah seni dalam mengatur dan menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang
lain. Menurut Ramayulis, manajemen pada hakekatnya adalah al-tadbir (pengaturan) yang
merupakan wazan dari kata dabbara yang berarti, mengatur. 2 Dengan demikian, manajemen
merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang
ada sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan Islam, baik pada bidang kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap dan prilaku atau budi pekerti yang luhur) dan psikomotorik
(aktualisasi diri dan kerampilan) yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik maupun
siswa sebagai peserta didik.

Dalam manajemen mutu pendidikan Islam, salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan
adalah etos kerja yang dilandasi oleh “akhlak” (budi pekerti yang luhur) yaitu kualitas esensial
seseorang atau karakter dan sikap, prilaku serta kebiasaan pada diri seseorang atau sekalompok
orang dalam bekerja. 3 Nilai-nilai akhlak ini akan menjadi barometer keberhasilan manajemen
mutu pendidikan Islam, sebab dengan hal tersebut akan melahirkan paradigma yang memiliki
integrasi keperibadian yang unggul, tegguh dan utuh. Bahkan manajemen mutu pendidikan Islam
yang dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai dasar al-Qur’an dan Hadis sudah semestinya menjadi
pedoman dalam melakukan manajemen dengan sebaik-baiknya, yaitu dilakukan secara sadar,
terencana, logis dan sistematis sehingga dapat meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan Islam
dan mampu berdaya saing dalam dunia pendidikan.

2
Alfian Tri Kuntoro, “Manajemen Mutu Pendidikan Islam,” Jurnal Kependidikan 7, no. 1 (31 Mei 2019): 85–86,
https://doi.org/10.24090/jk.v7i1.2928.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui dua setrategi, yaitu pertama,
peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi akademis dengan tujuan untuk memberi dasar
minimal dalam pelajaran yang harus dikuasai dan ditempuh guna untuk mencapai mutu pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan zaman, dan kedua, peningkatan mutu pendidikan yang
berorientasi pada keterampilan hidup (skill) yang luas, nyata dan bermakna. 6 Manajemen mutu
pendidikan Islam juga diartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam
secara Islami dengan cara mensiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.3

Peran Manajemen Mutu dalam Kemajuan Pendidikan Islam

Total Quality Management atau manajemen kualitas yang menyeluruh merupakan sebuah
strategi dalam manajemen untuk meningkatkan nilai kesadaran suatu kualitas dalam proses suatu
organisasi. Dalam ranah pendidikan Islam, TQM memang masih jarang dipergunakan atau
diterapkan dalam pembelajaran oleh karena itu TQM masih belum familiah di dalam bidang
pendidikan Islam. TQM belum terlalu banyak yang dikenal dalam lingkup sektor publik apalagi
dalam dunia pendidikan, tetapi sejak adanya suatu perubahan dari era sentralisasi menuju era
desentralisasi mengalami perubahan sehingga dapat beradaptasi dengan konsep ioni terutama
dalam ranah bidang pendidikan. TQM akhirnya hingga sekarang dapat digunakan dan
diaplikasikan guna membantu membangun mutu dan kualitas manajemen pendidikan Islam. TQM
sendiri yakni suatu pendekatan yang digunakan sebagai wadah pengembangan suatu organisasi
atau sebuah lembaga, oleh karena itu lembaga pendidikan islam melihat daripada hasil orientasi
hasil kualitas tersebut sehingga berbagai instrument mengenai TQM dapat membantu
meningkatkan mutu pendidikan Islam menghasilkan kualitas yang lebih baik.

Sifat sekolah menyinggung informasi, siklus, hasil, dan efek. Sifat informasi dapat dilihat
dari beberapa sisi. Pertama untuk mulai dengankeadaan kontribusi SDM, misalnya, administrator
sekolah, instruktur, pusat penelitian, staf manajerial, dan mahasiswa. Kedua, terpenuhi atau
tidaknya aturan informasi materi melalui bantuan tayangan, buku, rencana pendidikan, kerangka
kerja, kantor sekolah, dan lain-lain. Ketiga, apakah itu memenuhi ukuran informasi sebagai

3
Mujamil Qomar, Manajemen pendidikan Islam: strategi baru pengelolaan lembaga pendidikan Islam (Jakarta:
Erlangga, 2007), 11.
pemrograman, seperti pedoman, konstruksi hierarkis, rangkaian harapan, dan desain otoritatif atau
tidak. Keempat, sifat informasi yaitu ide asumsi dan kebutuhan, seperti visi, inspirasi, ketekunan,
dan standar. Berdasarkan gambaran beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
persekolahan adalah tingkat kemahiran dalam mengawasi pengajaran dengan berhasil dan efektif
untuk melahirkan kemahiran akademik dan ekstrakurikuler pada siswa yang dinyatakan lulus.
tingkat pelatihan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Menurut definisi ini, sifat
dari sekolah tidak lain adalah pengerahan tenaga langsung, namun merupakan gerakan yang
dinamis dan menguji. Persekolahan akan terus berubah seiring dengan perubahan kesempatan
yang meliputinya, karena pelatihan hanyalah produk dari periode tersebut. Akibatnya, pengajaran
secara konsisten mengharapkan upaya untuk meningkatkan dan bekerja pada kualitas sesuai
dengan kebutuhan dan permintaan hidup individu yang berkembang(Dewi & Primayana, 2019).4

3. Urgensi Mempelajari Mata Kuliah Manajemen Mutu

Seiring dengan pesatnya perkembangan arus komunikasi dan informasi yang dapat diakses
dari mana saja berdampak pada pola berpikir kritis masyarakat untuk menilai keberadaan layanan
lembaga pendidikan Islam yang bermutu. Kondisi ini tidak lepas dari pandangan masyarakat
tentang kebutuhan dunia profesionalnya dalam dunia kerja. Karenanya, beberapa tahun ini
masyarakat khususnya orang tua semakin selektif dalam menentukan pilihan dan menilai kualitas
lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan islam. Dalam konteks ini, pembahasan
mengenai mutu pendidikan bukanlah persoalan sederhana. Realisasi untuk mencapai mutu
pendidikan yang benar-benar berkualitas meruapakan hal kompleks bagi para pengelola lembaga
pendidikan, ditambah soal tuntutan untuk menyelaraskan dengan standar mutu pendidikan
nasional dengan realitas yang serba terbatas. Kompleksitas realisasi mutu pendidikan menyangkut
soal kerumitan dan relevansi antara kurikulum yang ada dengan tuntutan dan dinamika masyarakat
modern. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa realitas ini berkaitan dengan kualitas
lulusan (output) yang dihasilkan dapat menjawab tantangan dan profesionalitasnya dalam dunia
kerja.

4
Dias Syahrul Riyadi dkk., “PERAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” 3 (2021).
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.2 Mutu
pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal
mungkin. Dalam dunia bisnis, mutu akan selalu terkait dengan proses terjadinya suatu produk
barang, maupun jasa dalam kesuluruhan rangkaian proses, yakni bagaimana barang atau jasa
tersebut dihasilkan dan disajikan kepada customer, dari mulai input bahan baku yang akan
diproses, kemudian proses menjadikan bahan baku menjadi barang jadi, sampai pada output
barang/jasa yang dihasilkan. Mutu, dalam konteks pendidikan, berkaitan dengan upaya
memberikan pelayanan yang paripurna, dan memuaskan bagi para pemakai jasa pendidikan.
Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, aspek mutu (quality) juga akan selalu berkaitan
dengan bagaimana input peserta didik, proses penyelenggaraan pendidikan dengan fokus layanan
peserta didik, sampai bagaimana output lulusan yang dihasilkan.4 Dalam bidang pendidikan, mutu
berkenaan dengan program dan hasil pendidikan yang dapat memenuhi harapan sesuai dengan
tingkat dan perkembangan masyarakat dan dunia kerja.5

Mengacu pada pengertian bahwa produk atau layanan yang bermutu adalah produk atau
layanan yang dapat memenuhi standar atau spesifikasi, begitu pula halya pendidikan. Pendidikan
dikatakan bermutu jika telah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, dalam
konteks kenegaraan Indonesia, sebuah sekolah dapat dikatakan bermutu jika telah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah lembaga
mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi untuk mengembangkan, memantau
pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah disebutkan dalam UU Republik Indonesia


No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35, mencakup standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Standar inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.

5
Luluk Atirotu Zahroh, “Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam Melalui Penguatan Standar Akreditasi Pendidikan
Nasional,” AL-WIJDÃN Journal of Islamic Education Studies 3, no. 2 (29 November 2018): 255–56,
https://doi.org/10.58788/alwijdn.v3i2.210.
Selanjutnya, standar tersebut dijelaskan lebih rinci lagi dalam PP No 32 tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Pasal 1 PP No 32 tahun 2013 menjelaskan bahwa Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hokum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya dalam pasal 3 disebutkan bahwa standar nasional ini
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional ini dimaksudkan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sebagaimana tercantum dalam pasal
4.6

Landasan Yuridis Standarisasi mutu Pendidikan

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan


sesuatu, sedangkan pembuatan banyaknya macam ukuran barang yang akan diproduksikan
merupakan usaha simplifikasi. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis
yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau
praktik), dan lain-laim. Kemudian adanya empat teknik dari standarisasi yaitu peyederhanaan atau
variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa dan statistik proses kontrol. Undang-undang nomor 20
tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu penilaian secara terpadu yaitu Akreditasi.
Dijelaskan lebih jauh pada pasal 60 ayat 1 menyebutkan bahwa akreditasi dilakukan untuk
menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non
formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Kebijakan yang dilakukan pemerintah tentang
akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka dalam hal ini lembaga mandiri yang
diberi wewenang sebagai bentuk akuntabilitas public.

4. Implementasi Manajemen Mutu dalam Lembaga Pendidikan Islam

Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Islam untuk melahirkan manusia-manusia


unggul (insan kamil) dengan berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah.9 merupakan suatu

6
Zahroh, 257.
bentuk kemutlakan pada ranah teoritis-normatif maupun aplikatifnormatif. Artinya, Alquran dan
Sunnah merupakan nilai normatif yang “harus” dijadikan sebagai kerangka yang bermuara pada
pandangan hidup, sikap hidup, dan tujuan hidup yang semuanya harus bernapaskan Islam dan
dijiwai oleh ajaran-ajaran yang bersumber dari Alquran dan Sunnah. Dalam tulisan ini akan
dibahas tentang; Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan Islam.

Hasan langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda
untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.12 Sedangkan Endang
Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan
(pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat
perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran
Islam.

Di dalam konsep pendidikan islam, pendidikan lebih dikenal istilah ta‟lim, tarbiyah atau
ta‟dib. Ketiga konsep dasar itu mempunyai peran masing-masing dalam proses pendidikan Islam,
jika pemahaman tersebut dikembalikan pada asalnya maka semuanya mengarah kepada sumber
dari Allah SWT.14 Bahwa Ta'lim adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman. pengertian,
tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi penyucian (tazkiyah) atau pembersihan
diri manusia dari segala kotoran. Yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi
yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat
baginya dan yang tidak diketahuinya. Ashfahani, menyatakan bahwa makna al-Tarbiyah, yaitu:
memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna15. Dari ketiga asal kata di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri dari empat unsur: (1)Menjaga dan memelihara
fitrah anak menjelang balig. (2)Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-
macam (3) Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya. (4) Proses ini dilaksanakan secara bertahap.

Langkah-Langkah Implementasi Manajemen Mutu

Dalam rangka memenuhi tuntutan dan kepuasan pelanggan atau pengguna jasa pendidikan,
maka diperlukan strategi yang ampuh. Strategi tersebut diharapkan mampu mengatasi sejumlah
masalah rendahnya mutu pendidikan melalui optimalisasi sumber daya lembaga pendidikan Islam
yang secara langsung dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk pengembangan basis
manajemen mutu terpadu, peran lembaga pendidikan Islam tidak lain adalah sebagai lembaga
usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam
lembaga pendidikan tersebut, yakni peserta didik yang biasanya disebut klien/pelanggan primer
(primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan
dari lembaga tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan,
yaitu orangtua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai
pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah
lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external
customers).

Ada 14 poin W Edward Deming yang termasyhur dan merupakan kombinasi baru tentang
manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya, yaitu: (1)
Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap
berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. (2)Adopsi falsafah baru. (3 Hindari
ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu. (4) Akhiri praktek menghargai bisnis
dengan harga. (5) Tingkatkan dengan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk meningkatkan
mutu dan produktivitas. (6) Lembagakan pelatihan kerja. (7) Lembagakan kepemimpinan. (8)
Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. (9) Uraikan kendala-kendala
antar departemen. (10) Hapuskan slogan, desakan dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa
menambah beban kerja. (11) Hapuskan standar kerja yang mengunakan quota numerik. (12)
Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawanatas keahliannya.(13)
Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kwalitas
kerja. (14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi.7

6. Kesimpulan

Mempelajari mata kuliah manajemen mutu lembaga pendidikan Islam sangat penting dalam
mendukung kemajuan pendidikan Islam. Dengan pemahaman yang baik tentang konsep dan

7
Abdul Basyit, “IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM,” Kordinat: Jurnal Komunikasi antar
Perguruan Tinggi Agama Islam 17, no. 1 (19 November 2018): 204–6,
https://doi.org/10.15408/kordinat.v17i1.8102.
implementasi manajemen mutu, lembaga pendidikan Islam dapat meningkatkan kualitas
pendidikan, efisiensi pengelolaan, dan akuntabilitas lembaga. Hal ini akan memberikan dampak
positif bagi kemajuan pendidikan Islam secara keseluruhan. Antara lain sebagai berikut:

a. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Pemahaman mendalam tentang manajemen mutu


memungkinkan lembaga pendidikan Islam untuk terus meningkatkan standar pendidikan yang
diberikan.
b. Peningkatan Efisiensi: Manajemen mutu membantu identifikasi proses yang tidak efisien dalam
lembaga pendidikan Islam, sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk optimalisasi sumber
daya.
c. Akuntabilitas dan Transparansi: Melalui manajemen mutu, lembaga pendidikan Islam dapat
memperoleh data yang akurat untuk melacak dan mempertanggungjawabkan kinerja
pendidikan mereka kepada semua pemangku kepentingan.
d. Peningkatan Reputasi: Implementasi manajemen mutu yang baik akan meningkatkan reputasi
lembaga pendidikan Islam dan memperkuat daya saingnya di tingkat lokal maupun nasional.
Daftar Pustaka

Basyit, Abdul. “IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM.” Kordinat:


Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam 17, no. 1 (19 November 2018):
187–210. https://doi.org/10.15408/kordinat.v17i1.8102.
Kuntoro, Alfian Tri. “Manajemen Mutu Pendidikan Islam.” Jurnal Kependidikan 7, no. 1 (31
Mei 2019): 84–97. https://doi.org/10.24090/jk.v7i1.2928.
Qomar, Mujamil. Manajemen pendidikan Islam: strategi baru pengelolaan lembaga pendidikan
Islam. Jakarta: Erlangga, 2007.
Riyadi, Dias Syahrul, Ewika Chairany, Ainun Mardiah, dan Nur Wahdaniah Ijatul Islamiah.
“PERAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” 3 (2021).
Zahroh, Luluk Atirotu. “Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam Melalui Penguatan Standar
Akreditasi Pendidikan Nasional.” AL-WIJDÃN Journal of Islamic Education Studies 3,
no. 2 (29 November 2018): 253–65. https://doi.org/10.58788/alwijdn.v3i2.210.

Anda mungkin juga menyukai