1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Karya Ilmiah, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Terbuka
2023
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Sistem pembinaan untuk narapidana yang biasa disebut dengan sebutan pemasyarakatan
mulai ramai dibicarakan di tahun 1964 di Konferensi di Lembang, Bandung pada tanggal 27
April 1964. Saat itu sebutan penjara berubah ke sebutan lembaga pemasyarakatan, dan pada
27 April 1964 diperingati sebagai hari pemasyarakatan (Sulhin, 2010). Menurut UU No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 1, lembaga pemasyarakatan ialah kegiatan
untuk melaksanakan pembinaan narapidana dengan berbasis pemasyarakatan, institusi, dan
1
bagaimana membangun dalam sistem peradilan pidana. Dalam lembaga pemasyarakatan ada
sistemnya disebut Sistem pemasyarakatan.
2
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan pokok terkait dengan
efektivitas program pemberdayaan narapidana melalui pembinaan keterampilan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Pekalongan. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
3. Apa saja dampak positif yang teridentifikasi dari partisipasi narapidana dalam program
pembinaan keterampilan terhadap perkembangan keterampilan, perubahan sikap, dan
kesiapan mereka menghadapi reintegrasi sosial?
METODE
3
Tahanan Negara terkait penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model
Interaktif Milles & Huberman yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) reduksi data; 2) penyajian
data; dan 3) pengambilan kesimpulan (Milles & Huberman, 1985).
4
diharapkan dapat membentuk karakter yang lebih baik, serta membantu narapidana untuk
mengembangkan sikap dan perilaku yang positif setelah kembali ke masyarakat.
Pendekatan holistik yang mencakup pelatihan keterampilan dan pembekalan agama di
Lapas Kelas IIA Pekalongan menjadi bagian integral dari upaya sistemik untuk
meminimalisir tingkat residivis. Dengan demikian, narapidana diberikan kesempatan untuk
memperbaiki diri secara menyeluruh, tidak hanya dari segi keterampilan kerja, tetapi juga dari
segi spiritual dan moral, sehingga mampu berkontribusi positif ketika kembali ke tengah
masyarakat setelah menjalani masa pidananya.
Berikut beberapa kegiatan keagamaan di Lapas Kelas IIA Pekalongan
5
Dari jadwal harian yang terstruktur dengan baik di Ponpes Darul Ulum, Lapas Kelas
IIA Pekalongan, dapat disimpulkan bahwa para narapidana tetap mendapatkan kegiatan
keagamaan secara rutin dan terorganisir. Setiap hari, mereka diharuskan untuk bangun pada
pukul 02.00 guna persiapan Qiyamul Lail, yang melibatkan aktivitas bangun tidur dan mandi.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh santri dan menjadi langkah awal dalam menjalankan rutinitas
keagamaan.
Qiyamul Lail dan Tadarus Al-Qur'an pada jam 03.00 - 04.29 menjadi momen yang
melibatkan semua santri, menegaskan bahwa kegiatan keagamaan tidak hanya menjadi
pilihan, melainkan suatu kewajiban yang harus diikuti oleh seluruh narapidana. Shalat Shubuh
berjamaah dan dzikir pada jam 04.30 - 04.59 menjadi bagian integral dari kegiatan
keagamaan harian di musholla Ponpes Darul Ulum.
Selanjutnya, terdapat berbagai kegiatan keagamaan seperti pembacaan Surat Yasin,
Ratibul Athos, Asmaul Husna, dan musyawarah pada jam 05.30 - 05.59 , yang juga diikuti
oleh semua santri sebagai bagian dari komitmen untuk meningkatkan kehidupan spiritual.
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) pada jam 10.00 - 10.59 dan taklim siang pada jam
11.00 - 11.59 di Masjid At-Taubah Lapas Pekalongan menunjukkan adanya upaya
pembinaan keagamaan yang melibatkan narapidana secara intensif.
Keseluruhan jadwal ini menegaskan bahwa kegiatan keagamaan menjadi elemen yang
konsisten dan menyeluruh dalam pengaturan harian narapidana di Lapas Kelas IIA
Pekalongan. Dengan melibatkan narapidana dalam kegiatan keagamaan secara rutin, Ponpes
Darul Ulum berusaha memberikan dampak positif terhadap perkembangan spiritual dan moral
mereka, sehingga diharapkan dapat membantu dalam meminimalisir tingkat residivis di masa
depan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis yang telah dianalisis, diperoleh data
dan informasi bahwa pelaksanaan program Pengembangan Keterampilan Narapidana Sebagai
Bentuk Pembinaan Kemandirian di Rutan Kelas IIA Pekalongan saat ini tetap berjalan.
Meskipun pada awalnya program pembinaan dan produksi sempat terhenti dari tahun 2020
karena suatu pandemi, saat ini program tersebut sudah berjalan seperti biasa. Kegiatan
pembinaan kemandirian di Rutan Kelas IIA Pekalongan melibatkan berbagai keterampilan,
seperti tamping kantor, menjahit, perikanan, pertukangan kayu, batik, peternakan, pertanian,
potong rambut.
Pembinaan di Rutan juga melibatkan pembimbing dan pengajar terlatih dari luar, yang
bertujuan membimbing narapidana yang belum mahir dalam bidang tertentu. Hal ini
memungkinkan narapidana yang sebelumnya belum memiliki keterampilan dapat
mendapatkan pengalaman dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Narapidana
dianggap sebagai sumber daya manusia yang dapat diaplikasikan pada berbagai aspek untuk
mencapai tujuan yang terencana. Pendekatan ini mempertimbangkan bakat, kemampuan
kerja, serta kreativitas tertentu untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan dan
perencanaan yang disesuaikan dengan kompetensi, produktivitas kerja, dan kapabilitas
narapidana. Keberlanjutan program pembinaan di Rutan Kelas IIA Pekalongan menunjukkan
ketangguhan dan adaptasi dalam menjalankan kegiatan pembinaan kemandirian.
Tabel Jumlah Penghuni Rutan Kelas IIA Pekalongan per Desember 2022
N KETERANGAN JUMLAH
6
O
1 Laki-laki 121
2 Perempuan 0
Jumlah Narapidana 121
Data di atas menyajikan jumlah penghuni Rutan Kelas IIA Pekalongan per Desember
2022. Dalam kategori jenis kelamin, terdapat 121 narapidana laki-laki, sedangkan tidak ada
narapidana perempuan karena memang biasanya terdapat tempat terpisah antara narapidana
laki-laki dengan perempuan, sehingga total keseluruhan narapidana mencapai 121.
Mengenai hak dan kewajiban narapidana, data ini memberikan gambaran bahwa setiap
narapidana memiliki hak dan kewajiban untuk memilih keahlian atau keterampilan yang akan
dijalani selama proses penahanan. Hal ini sejalan dengan prinsip pembinaan kemandirian di
lembaga pemasyarakatan, di mana narapidana diberikan kesempatan untuk mengembangkan
diri dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat setelah menjalani masa pidananya.
Dengan memberikan kebebasan memilih keahlian atau keterampilan, narapidana dapat
terlibat dalam berbagai program pelatihan yang sesuai dengan minat, bakat, dan potensi
mereka. Ini tidak hanya memberikan mereka keterampilan yang dapat berguna setelah bebas,
tetapi juga menciptakan suatu lingkungan pembelajaran yang mendukung pengembangan
positif narapidana.
Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan
narapidana, membantu mereka mendapatkan bekal keterampilan yang dapat meningkatkan
peluang pekerjaan, serta mempersiapkan mereka untuk kembali berperan dalam masyarakat
dengan lebih baik setelah melewati masa penahanan.
Tabel Keterampilan Narapidana Lapas Kelas IIA Pekalongan
Jenis Keterampilan Jumlah
TAMPING KANTOR 3
MENJAHIT 30
PERIKANAN 8
PERTUKANGAN KAYU 3
BATIK 10
PETERNAKAN 3
PERTANIAN 6
POTONG RAMBUT 2
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel, dapat diuraikan bahwa narapidana di
Lapas Kelas IIA Pekalongan pada bulan November 2023 memiliki beragam pilihan
keterampilan untuk dikembangkan selama masa penahanan. Jenis keterampilan yang dipilih
mencakup berbagai bidang, yang menunjukkan adanya keberagaman minat dan potensi di
antara mereka.
Pertama, terdapat 30 narapidana yang memilih untuk mengembangkan keterampilan
menjahit. Ini menunjukkan adanya ketertarikan dan kecakapan dalam dunia fashion atau
tekstil di kalangan narapidana. Selain itu, 10 narapidana memilih untuk belajar dan mengasah
7
keterampilan dalam pembatikan, menunjukkan keberagaman pilihan keterampilan yang
melibatkan seni dan kreativitas.
Kemudian, sejumlah 8 narapidana memilih untuk terlibat dalam keterampilan
perikanan, menunjukkan adanya minat dalam sektor kelautan atau perikanan di antara mereka.
Sementara itu, keterampilan pertukangan kayu juga mendapat perhatian dari 3 narapidana,
menyoroti keinginan untuk mengembangkan keterampilan dalam bidang kerajinan kayu dan
industri pertukangan.
Beberapa narapidana juga tertarik pada sektor pertanian, dengan 6 narapidana memilih
keterampilan pertanian. Selain itu, terdapat narapidana yang memilih keterampilan tamping
kantor, peternakan, dan potong rambut, masing-masing dengan jumlah yang lebih terbatas,
yaitu 3 narapidana untuk tamping kantor, 3 narapidana untuk peternakan, dan 2 narapidana
untuk potong rambut.
Keterampilan-keterampilan ini memberikan gambaran tentang upaya narapidana untuk
mengembangkan potensi diri mereka selama masa penahanan. Program-program ini tidak
hanya memberikan keterampilan praktis, tetapi juga memberikan kesempatan untuk
pengembangan pribadi dan persiapan untuk kembali berkontribusi positif dalam masyarakat
setelah masa pidana berakhir.
Pada prinsipnya, jika penguatan keterampilan dan nilai-nilai agama berjalan beriringan
dalam pembinaan narapidana, hasil yang diharapkan dapat mencakup aspek-aspek positif
yang signifikan. Berikut adalah beberapa hasil yang mungkin diperoleh oleh narapidana
dalam skenario tersebut:
1. Pengembangan Keterampilan Praktis:
Narapidana yang mengikuti program keterampilan dapat mengembangkan
keterampilan praktis yang dapat diaplikasikan dalam dunia pekerjaan. Misalnya,
keterampilan menjahit, batik, pertanian, atau perikanan dapat membuka peluang
pekerjaan atau pengembangan usaha kecil setelah mereka bebas.
2. Peningkatan Peluang Pekerjaan:
Dengan keterampilan yang dikuasai, narapidana memiliki peluang lebih baik untuk
memperoleh pekerjaan setelah bebas. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian
finansial mereka dan mengurangi risiko keterlibatan kembali dalam kegiatan kriminal.
3. Pemberdayaan Ekonomi:
Dengan memadukan keterampilan dan nilai-nilai agama, narapidana dapat
membangun fondasi yang lebih kokoh untuk keberhasilan ekonomi. Penguatan nilai-
nilai moral dan etika kerja dapat membantu mereka menjadi individu yang
berkontribusi positif dalam lingkungan kerja dan masyarakat
4. Pengembangan Karakter:
Penguatan nilai-nilai agama membantu membentuk karakter narapidana, menciptakan
landasan moral yang kuat. Kombinasi ini dapat memberikan dorongan untuk
menjalani kehidupan yang lebih bermakna, etis, dan bertanggung jawab.
5. Pengurangan Tingkat Residivis:
Dengan fokus pada pengembangan keterampilan dan nilai-nilai agama, diharapkan
tingkat residivis atau keterlibatan kembali dalam kejahatan dapat ditekan. Narapidana
8
yang memiliki bekal keterampilan dan nilai-nilai moral lebih mungkin berhasil
menyesuaikan diri kembali ke masyarakat.
6. Penguatan Hubungan Sosial:
Narapidana yang mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai agama juga dapat
memperkuat hubungan sosial mereka. Hal ini dapat mempermudah reintegrasi mereka
ke dalam keluarga dan masyarakat setelah masa penahanan.
9
5. Pengembangan Etika Kerja:
Partisipasi dalam program keterampilan dapat membentuk etika kerja yang kuat.
Narapidana belajar tentang tanggung jawab, dedikasi, dan disiplin, yang merupakan
nilai-nilai penting dalam dunia kerja.
6. Persiapan untuk Reintegrasi Sosial:
Program pembinaan keterampilan merancang kegiatan yang memberikan persiapan
konkret untuk reintegrasi sosial. Dengan memiliki keterampilan yang relevan,
narapidana dapat lebih mudah beradaptasi dengan kehidupan di masyarakat setelah
masa penahanan.
7. Pengurangan Tingkat Residivis:
Narapidana yang terlibat dalam program pembinaan keterampilan memiliki potensi
lebih rendah untuk terlibat kembali dalam kejahatan (residivis). Penguasaan
keterampilan dapat memberikan alternatif positif untuk mengisi waktu dan
meminimalkan peluang terlibat kembali dalam kegiatan kriminal.
8. Hubungan Sosial yang Lebih Baik:
Keterampilan sosial dan hubungan interpersonal dapat berkembang melalui program
pembinaan. Narapidana dapat belajar bekerja sama, berkomunikasi, dan membangun
hubungan positif dengan sesama narapidana dan pembimbing.
Penting untuk mencatat bahwa kesuksesan program ini bergantung pada dukungan
berkelanjutan dari lembaga pemasyarakatan, pemerintah, dan masyarakat. Pendekatan holistik
yang mencakup pendampingan, pekerjaan, dan dukungan reintegrasi sosial adalah kunci
untuk memberikan kesempatan sebaik mungkin bagi narapidana untuk berhasil dalam
membangun kembali hidup mereka setelah keluar dari penjara.
10