Anda di halaman 1dari 25

PROSES BERPIKIR KRITIS DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PROJEK KEWARGANEGARAAN DI SUMBER MARON


OLEH MAHASISWA JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
ANGKATAN 2017 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
PUTRI FIRDA MEILINDA
NIM 170711636011

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan perkuliahan di Universitas Negeri Malang khususnya bagi
Mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan diupayakan menjadi
kegiatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Aktif yang dimaksud yaitu
mengembangkan pola pikir yang kritis, sedangkan kreatif yaitu
mengembangkan ide-ide dari hasil pola pikir yang kritis tersebut menjadi
sebuah inovasi yang baru. Mengembangkan pola pikir kritis yang dimaksud
yaitu dengan memperhatikan proses dalam berpikir kritis, sehingga dapat
mengembangkan ide-ide yang akan menjadi sebuah inovasi dengan maksimal.
Hal tersebut dilakukan dengan memfokuskan pemikiran kepada suatu
permasalahan yang ada dikehidupan nyata, sehingga dapat ditarik kesimpulan
dari permasalahan tersebut dan menjadikan inovasi yang baru dari solusi yang
telah dibuat. Selama kegiatan perkuliahan khususnya pada proses
memunculkan ide, gagasan, ataupun pendapat masih banyak mahasiswa
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan cenderung menggunakan pola pikir
yang singkat, sehingga dalam mengemukakan ide, gagasan, atau pendapatnya
masih kurang spesifik, sehingga berdampak kepada pemecahan masalah dan
pemberian solusi yang kurang jelas.
Mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri
Malang dituntut untuk aktif, mempunyai pola pikir yang lebih terbuka dan
turut serta langsung dalam masyarakat. Mahasiswa telah dianggap mempunyai
pola pikir yang lebih dewasa dibandingkan siswa sekolah menengah, sehingga
mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan dituntut untuk terjun
langsung di masyarakat untuk melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran
maupun pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pola pikir
mahasiswa yang kritis. Kegiatan yang dilakukan langsung pada masyarakat
sebenarnya juga bagian dari aktualisasi dari Tridharma Perguruan Tinggi. Hal
tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi Pasal 1 yang berbunyi
2

“Kewajiban perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan,


penelitian, dan pengabdian masyarakat”.
Pembelajaran pada perguruan tinggi dituntut lebih inovatif. Tuntutan
yang lebih inovatif selama kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tujuan
supaya pengembangan pola pikir peserta didik menjadi pola pikir yang kritis
diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran dan dalam bidang studi ataupun
mata kuliah (Nursarastriya,dkk, 2013:445). Tuntutan yang lebih inovatif ini
sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi yang terdapat pada Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang berisi : a)
Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa; b) Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan
dan/atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan
daya saing bangsa; c) Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui
Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia; d). Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat
berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan sudah masuk dalam
golongan dewasa dimana cara belajar mereka sudah berbeda dengan cara
belajar anak-anak. Sesuai dengan pendapat Djumena (2016:13) yang
menyatakan bahwa pembelajaran pada orang dewasa dipandang sebagai
proses tranformasi yaitu mengubah atau memperbarui sesuatu yang telah ada.
Mahasiswa mempunyai kecenderungan menyelesaikan tugasnya secara
mandiri. Ini dipengaruhi oleh salah satunya karena pengalaman yang mereka
peroleh selama ini berbeda-beda sehingga mereka sulit untuk menyatukan
pendapatnya dengan teman lainnya.
Mahasiswa memang sudah masuk dalam kategori dewasa, tetapi
kegiatan pembelajaran didalam perkuliahan hendaknya tetap diarahkan
untuk membangkitkan motivasi, memberi pemahaman awal tentang materi
3

keputusan bersama, dan penyampaian tujuan pembelajaran (Luqman,2017).


Sesuai dengan pendapat (Djumena,2016:13) yang menyatakan bahwa
mengingat cara belajar orang dewasa dan anak-anak itu sudah berbeda maka
akan lebih baik apabila pendidik dilingkungan perguruan tinggi memahami
dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan orang dewasa,
dalam konteks ini yaitu kepada mahasiswanya. Penerapan model dalam
pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang
menarik dan efektif.
Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan berpikir secara mendalam
mengenai permasalahan yang ada. Berpikir kritis memiliki beberapa proses
atau tahap-tahap diawali dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi.
Selama proses pembelajaran mahasiswa Jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan masih banyak yang memiliki sifat individualis,
membeda-bedakan teman dalam berdiskusi, dan lebih sering meragukan
teman yang lainnya dalam berdiskusi khususnya pada pemecahan masalah
dan mencari solusi, sehingga dalam proses diskusi pemecahan suatu
permasalahan atau proses berpikir kritis yang dilakukan kurang maksimal.
Penerapan pola pikir yang kritis hendaknya memperhatikan beberapa
proses dalam berpikir kritis yaitu mulai dari klarifikasi, asesmen, inferensi
dan strategi (Lestari & Wijayanti, 2013), namun seringkali dalam proses
pembelajaran atau proses pemecahan masalah peserta didik kurang
memperhatikan proses dari berpikir kritis tersebut. Seringkali peserta didik
hanya terfokus pada proses klarifikasi, dan strategi pemecahan masalahnya
saja, sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik kurang menerapkan
pola pikir kritisnya dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang telah
diberikan oleh pendidik.
Universitas Negeri Malang pada saat ini sudah mulai mengembangkan
kurikulum berbasis kehidupan. Banyak program studi yang telah
mengembangkan model pembelajarannya menjadi pembelajaran yang
berbasis kehidupan. Penerapan kurikulum berbasis kehidupan yang ada di
Universitas Negeri Malang ini bertujuan suapaya pembelajaran yang
diterapkan tidak hanya terfokus pada aspek kognitif saja, tetapi mahasiswa
4

juga diharapkan dapat mengembangkan aspek kognitif, sosial, dan


sebagainya melalui pembelajaran dalam kelas, pengabdian masyarakat,
penelitian, dan lain sebagainya.
Pada Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan sendiri telah menerapkan
pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek yang
diterapkan diharapkan dapat membuat mahasiswa Jurusan Hukum dan
kewarganegaraan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dengan
memperhatikan apa saja tahap-tahap atau proses dari berpikir kritis melalui
diskusi kelompok dengan teman satu kelas atau bahkan bisa dengan teman
luar kelasnya. Pembelajaran berbasis proyek tersebut diterapakan dalam
model pembelajaran Projek Kewarganegaraan.
Model pembelajaran Projek Kewarganegaraan yang digunakan oleh
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan ini bermaksud dapat membantu
peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar
praktek langsung, memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat,
saling bertukar pikian, sampai mencari solusi dari sebuah permasalahan
tersebut. Model pembelajaran Projek Kewarganegaraan ini tidak hanya
melibatkan mahasiswa dalam satu kelas saja namun semua mahasiswa
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017.
Sumber Maron merupakan wisata sumber air alami yang terletak di
Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Pengunjung
wisata Sumber Maron dapat menikmati keindahan sumber airnya dengan
river tubing menyusuri aliran sungai Sumber Maron, melewati hamparan
sawah dan pepohonan yang masih alami dan asri. Tidak hanya
mengandalkan pesona airnya yang jernih Sumber Maron juga merupakan
wisata edukasi untuk pelajar dan mahasiswa. Wisata Sumber Maron
merupakan termasuk dalam BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang
dikelola oleh masyarakat sekitar wisata Sumber Maron dan dengan bantuan
Pemerintah Desa Karangsuko.
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan memilih Wisata Sumber Maron
sebagai penerapan pembelajaran Projek Kewarganeraan dikarenakan selain
lokasinya yang strategis tidak terlalu jauh dari kampus dan tempatnya yang
5

masih sangat alami. Projek kewarganegaraan yang dilaksanakan di Desa


Karangsuko (tepatnya di Wisata Sumber Maron) oleh Jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan ini berlangsung selama tiga tahun mulai dari tahun 2015
sampai tahun 2017. Projek Kewarganegaraan yang dilaksanaka berbasis
portofolio dan berupa tindakan nyata atau tidak hanya rencana tetapi
langsung pada pengaplikasiannya.
Selama kegiatan mahasiswa diajak untuk selalu mengembangkan pola
pikir kritisnya mulai pada tahap persiapan sampai pada tahap evaluasi yang
dilakukan bersama dosen pembimbing Mata Kuliah Projek
Kewarganegaraan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menerapkan
proses berpikir kritis dalam model pembelajaran dengan maksimal sehingga
dapat memunculkan sebuah inovasi yang baru dari hasil berpikir kritis yang
dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Angkatan
2017. Inovasi yang telah dimunculkan nantinya diharapkan akan berguna
bagi pihak pengelola Wisata Sumber Maron dan Jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan.
Berdasarkan paparan diatas peneliti ingin meneliti tentang proses
berpikir kritis mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan selama
kegiatan projek kewarganegaraan di tempat Wisata Sumber Maron. Maka
peneliti mengambil judul Proses Berpikir Kritis dalam Implementasi
Pembelajaran Projek Kewarganegaraan di Sumber Maron oleh
Mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewaganegaraan Angkatan 2017.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana proses berpikir kritis mahasiswa Jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan angkatan 2017 Universitas Negeri Malang dalam
implementasi pembelajaran projek kewarganegaraan di Sumber Maron?
2. Apa kesulitan yang dihadapi dalam proses berpikir kritis mahasiswa
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017 Universitas Negeri
6

Malang dalam implementasi pembelajaran projek kewarganegaraan di


Sumber Maron?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapai dalam proses
berpikir kritis mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan angkatan
2017 Universitas Negeri Malang dalam implementasi pembelajaran projek
kewarganegaraan di Sumber Maron?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses berpikir kritis mahasiswa
Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017 Universitas Negeri Malang
dalam implementasi pembelajaran projek kewarganegaraan di Sumber
Maron
2. Untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi dalam proses berpikir
kritis mahasiswa Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017 Universitas
Negeri Malang dalam implementasi pembelajaran projek kewarganegaraan
di Sumber Maron
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapai dalam proses berpikir kritis mahasiswa Hukum dan
Kewarganegaraan angkatan 2017 Universitas Negeri Malang dalam
implementasi pembelajaran projek kewarganegaraan di Sumber Maron

D. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang model pembelajaran Projek
Kewarganegaraan dalam merespon materi pembelajaran dan
mengembangkan pola pikir peserta didik menjadi pola pikir yang kritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri
maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak yang berkepentingan.
7

2. Secara Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman baru dalam
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan semangat belajar
mahasiswa dan meningkatakan prestasinya serta mengembangkan pola
pikirnya menjadi pola pikir yang lebih kritis.
b. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfatkan sebagai bahan
penambah informasi dalam mengembangkan model pembelajaran.
Sehingga dalam kegiatan proses pembelajaran dosen mempunyai acuan
model pembelajaran baru yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan meningkat prestasi mahasiswanya.
c. Bagi Peneliti yang Akan Datang
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai penambah informasi
untuk menyususn rancangan penelitian lanjutan dengan menerapkan
pendekatan metode dan strategi yang variatif.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA.

A. Berpikir Kritis
Kata berpikir digunakan untuk menggambarkan proses menggunakan otak
untuk : (a) menemukan jawaban atas jawaban, (b) merumuskan alternative
pemecahan masalah berdasarkan informasi yang ada, (c) memilih alternatif
terbaik untuk memecahkan masalah, (d) mengajukan pertanyaan dalam upaya
merumuskan kerangka pembahasan, (e) merenungkan (merefleksikan) suatu
solusi dan bertanya informasi tambahan apa yang harus ada agar solusinya
menjadi lebih baik, (f) menyimpan pengalaman (sendiri dan orang lain) dan
informasi untuk digunakan dalam konteks yang sama atau berbeda
(Theodorus, 2011). Berpikir kritis terdiri atas dua komponen yaitu (1)
seperangkat keterampilan mengenai pengumpulan dan pengolahan informasi
dan hal-hal yang dipercayai, (2) kebiasaan yang didasarkan pada komitmen
intelektual, menggunakan keterampilan tersebut untuk membimbing perilaku
(Theodorus, 2011). Berpikir kritis mencakup tindakan untuk mengevaluasi
situasi, masalah, atau argumen, dan memilih pola investigasi yang
menghasilkan jawaban terbaik yang didapat (Feldman, 2010).
Berpikir kritis memiliki sikap skeptik yaitu tidak mudah mempercayai dan
menerima segala ide maupun pendapat yang di peroleh kecuali argumen
tersebut dapat dibuktikan kebenarannya, memiliki motivasi yang kuat untuk
mencari pemecahan dari sebuah masalah, dan mempunyai perangkat
pemikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya (Ulfah &
Hamid, 2017 : 137). Keterampilan berpikir kritis melibatkan aktivitas-
aktivitas, seperti menganalisi, menyintesis, membuat pertimbangan,
menciptakan, dan menerapkan pengetahuan baru pada situasi dunia nyata
(Redhana, 2012). Berpikir kritis terjadi ketika seseorang mendapatkan
informasi baru yang kemudian direnungkan dengan tujuan untuk menata ulang
atau memperluas informasi tersebut untuk mencapai maksud atau tujuan
9

sesuai jawaban yang diinginkan dalam kondisi yang membingungkan


(Hidayati, 2017:147)
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh manusia untuk menganalisa sebuah permasalahan,
merumuskan, menyimpulkan, dan membuat sebuah solusi hingga
pengimplementasiannya.

B. Proses Berpikir Kritis


Berpikir kritis ini juga memiliki beberapa tahap dimana menurut Untari
(2013 : 264-265) tahapan dari akivitas berpikir kritis antara lain, (1) Berpikir
rasional, yaitu pemikiran yang mampu mengelola perbedaan-perbedaan yang
ada dalam masyarakat dan perbedaan-perbedaan tersebut bukan dijadikan
sebagai suatu hal yang harus dipertentangkan melainkan dijadikan sebagaia
sumber atau potensi yang ada dalam kenyataan, (2) Imaginatif, yaitu
kemampuan dialogis yang diguakan dalam mengekspresikan pikiran, rasa,
untuk membangun sebuah imajinasi yang terbuka dan menerima kritik selama
proses mengkritisi dalam bertukar pikiran, (3) Emosi, karena emosi sangat
mempengaruhi terhadap suasana hati, pikiran, dan batin, sehingga selama
aktivitas berpikir kritis pengelolaan emosi harus tetap dikendalikan supaya
bisa mengkritisi sebuah permasalahan dengan maksimal, bertukar pikiran atau
berdiskusi secara mendalam dengan maksimal. Proses berpikir kritis
sebagaimana menurut Amir dalam Jufri (2015) yang menyatakan bahwa para
pemikir kritis selalu melewati beberapa tahap dalam tindakannya yakni
merumuskan masalah, memberikan argument, melakukan deduksi, melakukan
induksi, melakukan evaluasi, mengambil keputusan dan menentukan tindakan.
Proses berpikir kritis sebagaimana menurut Lestari (2013) menyatakan
bahwa ada 4 tahapan proses berpikir kritis yaitu : (1) Klarifikasi, yaitu siswa
dapat menyebutkan informasi yang diperoleh. (2) Asesmen, yaitu siswa dapat
memilah informasi yang telah diperoleh. (3) Inferensi, yaitu siswa dapat
menjelaskan bagaimana hubungan tiap informasi yang ada, siswa dapat
menentukan langkah untuk menyelesaikan masalah dari informasi yang
diperoleh, siswa dapat menarik kesimpulan dari informasi yang diperoleh. (4)
10

Strategi, yaitu siswa dapat menentukan langkah lain dalam menyelesaikan


masalah dari informasi yang telah diperoleh, siswa dapat menjelaskan dengan
baik langkah yang dipilih dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
berpikir kritis meliputi : mengidentifikasi suatu masalah dari permasalahan
yang telah diberikan, menganalisis permasalahan tersebut, menentukan
bagaimana langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah tersebut,
mengevaluasi dari hasil penyelesaian masalah tersebut.

C. Pembelajaran
Pembelajaran menurut UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan interaksi timbal balik
yangterjadi antara peserta didik dengan pendidik yaitu apabila di perguruan
tinggi adalah dosen, peserata didik dengan peserta didik, maupun peserta didik
dengan lingkungan belajar sekitarnya yang memotivasi peserta didik dalam
proses pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan perkembangan mental
maupun intelektualnya (Efendi, 2016). Menurut KBBI pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pembelajaran juga dikatakan sebagai sebuah proses membimbing peserta
didik sekaligus membantu didik dalam proses belajar atau mengembangkan
pengetahuannya (Pane & Dasopang, 2017:337). Dalam kegiatan pembelajaran
terdapat komponen-komponen didalamnya yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran menurut (Dolong,2016) komponen pembelajaran tersebut
terdiri dari : (a) Tujuan pendidikan, (b) Peserta didik, (c) Pendidik, (d) Bahan
ajar atau materi pelajaran, (e) Metode, (f) Media, (g) Evaluasi. Diperlukan
model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dalam
penerapan komponen-komponen pebelajaran tersebut supaya menjadi
pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan lingkungan
sekitar yang mendukungnya dalam mengembangkan kemampuan
11

intelektualnya dan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

D. Projek Kewarganegaraan
Projek Keewarganegaraan atau project citizen adalah Suatu treatment
berbasis masalah yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pola
pikir, dan watak kewarganegaraan yang melibatkan untuk ikut serta dalam
pemerintahan atau masyarakat (Budimansyah, 2008). Project Citizen menurut
Haryati & Rochman dalam (Depdiknas, 2012) Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen) adalah suatu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori kewarganegaraan
melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Tahapan-tahapan dalam model
pembelajaran Projek Kewarganegaraan yang dimaksud antara lain menurut
(Haryati dan Rochman, 2012) yaitu :
1.) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat,
2.) Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas,
3.) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu. Langkah-
langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut : (a) Mengidentifikasi
sumber-sumber informasi; (b) Tinjau ulang untuk memperoleh dan
mendokumentasikan informasi; (c) Pengumpulan informasi,
4.) Mengembangkan portofolio kelas,
5.) Menyajikan portofolio (Show Case),
6.) Melakukan refleksi pengalaman belajar.

Projek Kewarganegaraan merupakan model pembelajaran yang dimksudka


n memberi kesempatan siswa atau mahasiswa untuk menggali isu-isu sosial, m
emecahkan masalah sosial yang ada melalui praktek belajar kewarganegaraan
dengan semangat dialog mendalam dengan menggunalan cara berpikir kritis
(Untari, 2013 : 273). Projek Kewarganegaraan memiliki beberapa sintaks
sebagaimana menurut Margono (2017) sintaks projek kewarganegaraan
meliputi :
1. Observasi
12

Kegiatan dalam observasi ini dimulai dari yang pertama, yaitu


mengumpulkan data dengan wawancara, pengamatan, dan
dokumentasi. Kedua, mengidentifikasi masalah, penyebab, dan
berbagai menyusun alternative pemecahan masalah. Ketiga, memilih
pemecahan masalah yang mugkin untuk pelajar (siswa atau
mahasiswa). Keempat, menyusun rencana aksi. Kelima, melakukan
advokasi.
2. Aksi
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah aksi ini yaitu
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana aksi yang disepakati
berbagai pemangku kepentingan, yang kemudian dilanjutkan dengan
mengamati pelaksanaan kegiatan.
3. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah refleksi ini yaitu :
Pertama, melakukan eksibisi dengan memasang poster kegiatan
kelompok pelajar atau dapat juga membawa portofolio. Kedua,
kelompok lain mengapresiasi poster yang telah dibuat tersebut. Ketiga,
Tamu undangan juga melakukan apresiasi. Keempat, Penyusunan
portofolio sebagai laporan
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Projek
Kewarganegaraan adalah suatu model pembelajaran berbasis permasalahan
kewarganegaraan dengan tujuan untuk mengembangkan pola pikir, watak,
serta sikap kewarganegaraan dari setiap peserta didik. Pembelajaran projek
kewarganegaraan berbasis permasalahan, sehingga dalam proses
pembelajarannya peserta didik diajak untuk mulai mengidentifikasi masalah
yang berkaitan dengan kwarganegaraan, menyelesaikan masalah tersebut,
meberikan solusi hingga inovasi yang telah disepakati dari hasil proses
berpikir kritis peserta didik hingga mencapai kesepakatan bersama dan dapat
diimplementasikan, selanjutnya yaitu mengevaluasi dari penerapan solusi
yang telah disepakati..
13

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Proses
Berpikir Kritis dalam Implementasi Pembelajaran Projek Kewarganegaraan
di Sumber Maron Oleh Mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewaganegaraan
Angkatan 2017” ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Menurut
Sugiyono (2011:8) dalam pendeketan penelitian kualitatif data yang
diperoleh diinterpretasikan terhadap hasil yang ditemukan dilapangan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui bagaimana proses
berpikir kritis mahasiswa jurusan Hukum dan Kewarganegaraan selama
pembelajaran Projek Kewarganegaraan di Sumber Maron, untuk
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal diperlukan data-data yang
valid untuk menunjang hasil penelitian. Pendekatan yang digunakan untuk
mengumpulkan data deskriptif untuk dituangkan dalam bentuk laporan baik
itu melalui wawancara, dokumen, dan observasi.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan deskriptif. Dalam hal
ini memfokuskan pada konsep yang telah ada sebelumnya, agar dapat
dipahami, dijelaskan, digambarkan dan di implementasikan di lapangan
terkait proses berpikir kritis dalam Pembelajaran Projek Kewarganegaraan.
Jenis penelitian deskriptif ini data yang didapat pada umumnya berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

B. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif
dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan. Sedangkan instrumen
pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat
bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang tidak hanya digunakan
14

untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun juga berfungsi sebagai


instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sacara langsung
dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan memahami masalah yang diteliti,
sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau
sumber data lainnya disini mutlak diperlukan.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang
lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan memudahkan bagi peneliti untuk
melakukan penelitian. Sesuai dengan judul yang diambil, penelitian ini
dilakukan di wisata Sumber Maron Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang.

D. Sumber Data
Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa teks naratif dan
bukan berbentuk angka-angka. Data-data tersebut diperoleh dari dosen
pengampu mata kuliah projek kewarganegaraa, ketua pelaksana kegiatan
projek kewarganegaraan, panitia pelaksanaan projek kewaraganegaraan, dan
beberapa mahasiswa jurusan Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017
yang mengikuti kegiatan projek kewarganegaraan di Sumber Maron. Sumber
penelitian lainnya diperoleh dari foto-foto selama kegiatan projek
kewarganegaraan berlangsung, dan dokumen-dokumen yang berupa laporan
kegiaatan atau protofolio dari mahasiswa selama kegiatan projek
kewarganegaraan dilaksanakan. Selain itu peneliti disini sebagai pelaku dalam
kegiatan implementasi model pembelajaran Projek Kewarganegaraaan di
Wisata Sumber Maron
Sumber data merupakan dari informan berasal. Menurut Arikunto (2010:
172) sumber data adalah subjek diperolehnya sebuah informasi, adapaun
penelirian ini menggunakan sumber data sebagai berikut :
1. Data Primer, adalah sumber utama yang diperoleh langsung dalam
penelitian melalui wawancara dan observasi diantaranya: Dosen
pengampu matakuliah projek kewarganegaraan, ketua pelaksana
kegiatan projek kewarganegaraan di Sumber Maron, Panitia pelaksana
15

kegiatan projek kewarganegaraan di Sumber Maron, Beberapa


mahasiwa jurusan Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017 yang
mengikuti krgiatan projek kewarganegaraan di Sumber Maron. Serta
diperoleh dari data hasil observasi dimana peneliti terlibat langsung
dalam kegiatan pembelajaran Projek Kewarganegaraan di Wisata
Sumber Maron mulai dari perencanaan, aksi, hingga refleksi
2. Data Skunder, adalah informasi telah ada dari beberapa literatur atau
kepustakaan relevan dengan objek penelitian baik berupa buku, jurnal
ilmiah, skripsi dan tesis malalui media cetak dan media online. Data
sekunder lainnya berupa foto-foto selama kegiatan projek
kewarganegaraan berlangsung, dokumen-dokumen berupa laporan
kegiatan atau portofolio dari kegiatan projek kewaragnegaraan yang
mendukung penelitian ini.

E. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan
data yang benar karena terkait dengan penelitian dilakukan oleh peneliti
mliputi: wawancara mendalam, dan studi dokumentasi, studi dokumen.
1. Wawancara mendalam
Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan data sesuai
dengan situasi dan fenomena kejadiaan saat itu. hal ini dilaksanakan
untuk melengkapi data yang tidak ditemukan oleh peneliti melalui
observasi. Menurut Sugiyono (2012: 231) wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti bertujuan mengetahui
lebih dalam informasi dari responden dan ingin menemukan
permasalahan berkaitan dengan penelitiannya..
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam, wawancara
dilakukan kepada informan yang dianggap berperan dominan dalam
menjawab masalah penelitian yang mengenai proses berpikir kritis
dalam implementasi pembelajaran projek kewarganegaraan di Sumber
Maron. Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan wawancara yang
telah disusun oleh peneliti sebelum melakukan kegiatan wawancara
16

dengan informan, ,dan camera untuk membantu pelaksanaan


wawancara. Dalam penelitian ini peneliti akan mewawancarai Dosen
pengampu mata kuliah Projek Kewaraganegaraan, Ketua pelaksana
kegiatan projek kewarganegaraan, dan beberapa Mahasiswa Jurusan
Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017 yang telah mengikuti
kegiatan Projek Kewarganegaraan di Wisata Sumber maron.
2. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015:329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan, angka, dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi portofolio mahasiswa Jurusan
Hukum dan Kewarganegaraan angkatan 2017, Laporan hasil rapat
pleno yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Hukum dan
Kewarganegraan angkatan 2017, serta foto-foto selama kegiatan Projek
Kewarganegaraan di Wisata Sumber Maron berlangsung.
3. Observasi Partisipatif
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan obseravasi partisipatif
lengkap dalam penelitiannya. Observasi partisipatif lengkap adalah
dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya
terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah
natural, peneliti tidak terlibat melakukan penelitian (Sugiyono, 2017 :
64). Jadi peneliti disini sudah terlibat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi dalam kegiatan Projek Kewarganegaraan
di Wisata Sumber Maron yang sudah terlaksana pada tahun 2019.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data, mengatur
urutan data, mengorganisasikan kedalam pola atau bentuk tertentu agar
lebih mudah dipahami. Menurut Sugiyono (2015:244) analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
17

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara


mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini, data dinalisis dengan teknik interaktif yaitu


pada saat pengumpulan data berlangsung. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan, dan setelah di lapangan. Dalam hal ini, Sugiyono (2015:245)
menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Pada saat penelitian berlangsung dilapangan
analisis data dilakukan secara interaktif yaitu pada saat pengumpulan data
berlangsung. Maka hal ini sejalan dengan model Miles & Huberman
dalam Sugiyono (2015:246) mengemukakan bahwa analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi
sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka analisis data dalam penelitian ini


mengunakan teknik analisis interaktif dari Miles & Huberman dalam
Sugiyono (2015:246) yang dilakukan dengan beberapa komponen yaitu:

1. Data reduction (Reduksi Data). Menurut Sugiyono (2015:249) Reduksi


data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan
dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Untuk memperjelas
data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan observasi partisipatif
lengkap, dokumen, dan wawancara yang ditujukan kepada Dosen
pembimbing matakuliah projek kewarganegaraan, ketua pelaksana
kegitan projek kewarganegaraan, mahasiwa jurusan Hukum dan
18

Kewaraganegaraan angkatan 2017 yang mengikuti kegitan projek


kewarganegaraan di Sumber Maron. Setelah melakukan wawancara,
observasi, studi dokumentasi peneliti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu

2. Data Display (Penyajian Data). Setelah data direduksi, maka langkah


selanjutnya adalah mendisplaykan data. Menurut Sugiyono (2015:249)
dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan,
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Jadi setelah peneliti
melakukan wawancara, observasi partisipasi lengkap, dan mempelajari
dokumen peneliti akan membuat membuat kesimpulan sementara
berupa uraian singkat yang bertujuan untuk mempermudah memahami
apa yang telah terjadi sehingga mempermudah untuk menjutkan ke
tahap rencana selanjutnyya.

3. Conclusion Drawing/Verivication (verifikasi data). Langkah terakhir


dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verivikasi. Menurut Sugiyono (2015:252) bahwa: “Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual
atau interaktif, hipotesis atau teori.

Tahap ini dilakukan untuk mencari pembenaran dan persetujuan,


sehingga validasi dapat tercapai. Tahapan ini menjelaskan data terkait
selama proses penelitian yang dilakukan yaitu mengenai proses
berpikir kritis dalam implementasi pembelajaran projek
kewarganegaraan di Sumber maron baik melalui wawancara
mendalam, observasi lengkap, dokumen.
19

G. Pengecekan Keabsahan Data


Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi menurut Sugiyono (2015:273) adalah bentuk
teknik pengecekan keabsahan data menggunakan sesuatu yang lain diluar
data diperoleh untuk mengecek atau membandingkan keabsahannya dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Teknik yang
digunakan peneliti adalah menggunakan triangulasi dengan data sumber,
berarti membandingkan atau mengklarifikasi data dengan beberapa
sumber.
Triangulasi bisa dilakukan dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara. Setelah dibandingkan
kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan. Triangulasi merupakan sebuah teknik dalam keabsahan data
dengan menggunakan sesuatu yang berada diluar data dengan tujuan
membandingkan, menggecek dengan data yang lain (Moleong.2005:
151).
Triangulasi pada penelitian ini bertujuan untuk memadukan data
yang dikumpulkan yang telah diperoleh sebelumnya melalui
wawancara,observasi lengkap, dokumen. Dengan memadukan hal
tersebut diharapkan akan saling menutup kelemahan atas data satu dengan
yang lain sehingga tangkapan atas realitas menjadi lebih terpercaya.

H. Tahapan Penelitian
Penelitian proses berpikir kritis dalam implementasi pembelajaran
projek kewaraganegaraan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Hukum
dan kewarganegaraan angkatan 2017 ini mempunyai tahapan-tahapan
penelitian yang meliputi :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun instruen-instrumen
penelitian. Instrumen penelitian tersebut yang nantinya akan dilakukan
dan dituangkan dalam bentuk proposal penelitian yang didalamnya
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, dan
20

metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian nantinya.


Instrumen-instrumen penelitian tersebut yang nantinya akan digunakan
sebagai renana atau pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian
dilapangan. Setelah proposal diberi masukan yang berupa saran dan
kemudian disetujui oleh dosen pembimbing peneliti akan melanjutkan
ke tahap selanjutnya.
2. Tahap Persiapan
Setelah proposal atau perencanaan penelitian disetujui maka
peneliti melakukan pengurusan perizinan. Sebelum melakukan
penelitian peneliti akan meminta informan-informan terkait yang
nantinya akan dijadikan sebagai subyek penelitian yang akan
mendukung sebuah penelitian tersebut. Setelah mendapat izin dari
pihak terkait, peneliti kemudian mengurus surat pengantar izin dari
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang yang akan ditindak
lanjuti oleh pihak terkait yaitu informan yang telah disebutkan pada
sumber data.
3. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaa ini peneliti mulai melakukan kegiatan
penelitian. Pelaksaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dimulai dari pengumpulan data dan dilanjutkan oleh penyusunan data.
Pengumpulan data-data yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan
untuk memperoleh data sesuai yang dibutuhkan untuk mendukung
penelitian ini. Kegiatan pengumpulan data ini peneliti memilih untuk
melakukan wawancara kepada dosen pengampu maakuliah projek
kewarganegaraan, ketua pelaksana kegiatan projek kewarganegaraan di
Sumber Maron, panitia pelaksana kegiatan projek kewarganegaraan di
Sumber Maron. Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti sudah tidak
melaukan observasi dilapangan dikarenakan peneliti sudah pernah
terlibat dalam kegiatan projek kewaranegaraan di Wisata Sumber
Maron.
4. Tahap Menganalisis Data
21

Tahap análisis data yang dilakukan peneliti adalah setelah


memperoleh data, kemudian peneliti melakukan penyusunan dan
selanjutnya dianalisis. Análisis data mencakup aktivitas untuk
meninjau data-data yang sudah di dapat di lapangan, kemudian
dilakukan dianalisis datanya, merefleksi makna dan melakukan
penarikan kesimpulan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
análisis data yang telah ditetapkan yakni reduksi, penyajian dan
penarikan kesimpulan. Proses analisis dilakukan guna memberi
gambaran terhadap objek penelitian yakni proses berpikir kritis dalam
kegiatan projek kewarganegaraan.
5. Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dari penelitian yang
dilakukan, setiap tahap penelitian mulai pengumpulan data, penyusunan
laporan penelitian, serta analisis data harus selalu dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing. Dengan kosultasi yang dilakukan maka perbaikan-
perbaikan akan selalu muncul. Perbaikan dari data-data yadng dirasa
kurang dan untuk selanjutnya dianalisis lagi. Setelah informasi yang
diharapkan sesuai, maka peneliti menyususn kedalam bentuk laporan
penelitian sesuai dengan pedoman yang ditetapkan Universitas Negeri
Malang
22

Daftar Rujukan
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budimansyah, Dasim. 2008. Inovasi Pembelajaran Project Citizen : Menyemai
Warga Negara Demokratis Konstitusional. Bandung : Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI.
Bungin, Burhan. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Dasopang. 2017. Belajar dan Pembelajaran.Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, 3(2) :
333-352. Dari jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/view/945
Djumena. 2016. Implementasi model Pembelajaran Orang Dewasa Pada Mahasiswaa
Pendidikan Luar Sekolah FKip Untirta. Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar
Sekolah, 1(1). Dari jurnal.untirta.ac.id/index.php/E-plus/article/view/1178
Dolong, Jufri. 2016 .Teknik Analisis Dalam Komponen Pembelajaran. Jurnal inspiratif
pendidikan, 5(2) : 293-300. Dari
http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/view/3484
Efendi, Mukhlison. 2013. Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet-
Based Learning dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreativitas Belajar.
Jurnal Pendidikan Islam, 7(2) : 284-308. Dari
www.journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/view/563
Feldman, Daniel. 2010. Berpikir Kritis. PT Indeks. Kembangan Utara-Jakarta
Barat.
Haryati, & Rochman. 2012. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen).
Jurnal Ilmiah CIVIS, 2. Dari
http://www.academia.edu/32181581/Peningkatan_Kualitas_Pembelajaran_Pendi
dikan_Kewarganegaraan_Melalui_Praktik_Belajar_Kewarganegaraan_Project_C
itizen
Hidayati, Arini. U. 2017. Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam
Pembelajaran Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar, 4(2) : 143-155. Dari
ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/view/2222
Lestari. 2013. Proses Berpikir Kritis Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Matematika Open Ended Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Siswa
dan Perbedaan Jenis Kelamin Pada Materi Kubus dan Balok. Journal
Mathedunesa, 2(3). Dari
23

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/3
901
Luqman. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Project Citizen Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa. Jurnal
Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, 2(1) : 44-59. Dari
journal2.um.ac.id/index.php/jktpk/article/view/203
Margono. 2019. Pembelajaran Musyawarah dan Gotong Royong Dalam Projek
Kewarganegaraan di Sumber Maron Kabupaten Malang. Laporan akhir
Penelitian IsDB 2019. Universitas Negeri Malang
Moleong, Lexy J. 2005. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya
Nursarastriya Y, H.Sapriya, H. Abdul, & H. Dasim B. 2013. Pengembangan
Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan
Menggunakan Project Citizen. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3) : 444-
449. Dari https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/1631
Redhana, Wayan I. 2012. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan
Socratik Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir kritis Siswa. Jurnal
Cakrawala Ilmiah Pendidikan, 3(5) : 351-365. Dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/1136
Srilahir,Ma’ruf, & Tho’in.2017.Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model
Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan
Tiggi.Jurnal ilmiah Edunomika, 1(1) : 1-8. Dari jurnal.stie-
aas.ac.id/index.php/jie/article/view/194
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta
Suteja, Jaja. 2017. Model-model Pembelajaran Dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi KKNI di Perguruan Tinggi. Jurnal Edueksos, VI(1) : 81-100.
Dari www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/1412
Theodorus. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta : Salemba Empat
Ulfah Santi. N & Hamid Solihin. I. 2017. Model Project Citizen Dalam
Pembelajaran PKN Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Khazanah Sekolah Dasar, 5(1) : 135-145. Dari
https://www.neliti.com/publication/240699/project-citiizen-model-in-
civic-learning-to-immprove-students-critical-thinking-sk
Untari. 2013. Projek Kewarganegaraan Dalam Prespektif Deep Dialogue/Critical
Thinking(DD/CT) : 254-281. Universitas Negeri Malang
UU No.12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi
24

Anda mungkin juga menyukai