Anda di halaman 1dari 10

DRAF PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

PROSES PENYUSUNAN AGENDA SETTING KEBIJAKAN PROGRAM WIRID REMAJA


DI SUMATRA BARAT MENGGUNAKAN MULTIPLE STREAM FRAMEWORK.
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar dan Proposal Penelitian Skripsi
Dosen pengampun: Dr. Dra. Lusila Andriani Purwastuti, M.Hum dan Dr. Drs. L. Hendro
Wibowo, M.Pd.

Disusun oleh:
Hafzhan Wisli
20110244010

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan generasi penerus yang akan memperjuangkan melanjutkan cita-cita
bangsa Indonesia yang nantinya menentukan arah dan masa depan negara kesatuan
republik Indonesia. Masa remaja menurut WHO adalah dalam rentang 10 hingga 19 tahun
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Masa yang menjadi periode pergantian dari masa
anak-anak menuju dewasa yang diikuti oleh perkembangan fisik, mental, dan emosional.
Optimalisasi masa remaja harus dilakukan dengan memupuk nilai-nilai moral yang
membangun kecerdasan baik intelektual, emosional, maupun spiritual. Di lain sisi, remaja
yang mengalami proses pergantian dari anak-anak ke dewasa mengalami banyak gejolak.
Terkhususnya pada moral remaja yang mulai menunjukkan tanda-tanda “memberontak”
atas dunia yang mereka mulai masuki.
Hurlock menjelaskan masa remaja merupakan periode badai dan tekanan, suatu masa
dimana remaja mengalami ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perbuahan fisik
dan kelenjar (Hurlock, Istiwidayanti, Sijabat, & Soedjarwo, 1990). Tentu saja kondisi yang
terjadi pada masa remaja ini harus dapat disikapi secara cermat, hal ini disebabkan apabila
emosi yang dimiliki oleh remaja ini tidak dapat disalrukan secara baik, tentu saja akan
dapat menjerumuskan remaja tersebut pada perbuatan yang negatif, yang berdampak pada
kenakalan remaja dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Maka oleh sebab itu tentu seorang
remaja dapat mengendalinya dengan baik dalam bentuk memiliki kecerdasan emosi yang
baik.
Remaja di kehidupan masyarakat Minangkabau idealnya disebut dengan parik paga
dalam nagari, haisan dalam kampuang yang memiliki makna bahwa masa remaja adalah
masa dimana mereka menjadi orang yang akan mengharumkan nama mereka, kampung
halaman, orangtua, serta keluarga besar mereka. Realitasnya, para remaja mulai jauh dari
budaya dan nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam falsafah hidup orang
Minangkabau yaitu adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah” yang artinya adat
sendinya syariat, syariat sendinya kitabullah yaitu Alquran dan sunah Nabi Muhammad.
Sebagai contohnya, pada tahun 2022 di sekitar jalan Juanda, Kelurahan Rimbo Kaluang,
Padang Barat, pada pukul lima pagi, terjadi tawuran dan seorang remaja meninggal
(Datiak.com). Saat remaja ini memasuki dunia perkuliahan, bisa saja semakin memburuk,
dilansir detik.com, terdapat dua belas korban pelecehan seksual dari dua orang mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Maka di sini sangat diperlukan upaya untuk membina akhlak pada remaja baik secara
kelembagaan formal maupun non formal (Syafri, 2012). demi menekan gejolak yang
muncul dalam diri remaja. Pembinaan akhlak ini harus terintegritas sebagai moral remaja
dengan pendidikan karakter yang terstruktur dan jelas. Gubernur Sumatra Barat, pada
tanggal 22 Oktober 2022 meluncurkan sebuah kebijakan untuk meningkatkan
pembentukan karakter di Sumatra Barat, yaitu wirid remaja.
Pada pembentukannya, kebijakan ini bukanlah kebijakan baru. Wirid remaja pertama
kali diluncurkan pada tahun 2012 berdasarkan instruksi Walikota Padang Nomor 451.286
Tahun 2012 tentang pelaksanaan didikan subuh dan wirid remaja. Kebijakan ini
merupakan icon pendidikan keagamaan di kota Padang. Munculnya Wirid remaja memang
tidak terlepas dari budaya Sumatra Barat yang menjadikan surau sebagai pusat pendidikan
di masa lalu. Pada implementasinya, berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti, wirid
remaja ketika masih pada tingkat Kota Padang masih jauh dari maksimal. Terdapat
beberapa kasus seperti jual beli sertifikat yang menandakan telah mengikuti wirid remaja.
Hal ini bahkan dilakukan oleh masjid-masjid kepada pelajar yang tidak dapat mengikuti
wirid remaja. Belum lagi pada integrasinya dalam mata pelajaran, program wirid remaja
tidak memiliki dampak yang signifikan pada nilai siswa yang tidak mengikuti program ini
sama sekali. Sehingga, nyaris hampir di masjid-masjid tidak siswa yang datang. Pada sisi
legalitas hukum, belum ada instruksi gubernur yang menjadi landasan hukum yang jelas
pada program ini,
Kebijakan dalam proses pembuatannya adalah produk dari setiap sistem politik.
Kebijakan muncul sebagai solusi atas masalah yang ada di tengah masyarakat. Kebijakan
publik dalam sistem politik memiliki dua tujuan, pertama untuk menanggapi tuntutan dan
dukungan dari aktor yang terlibat dalam sistem yang meminta kebutuhan dan
kepentingannya dipenuhi. Kedua, mengelola atau merespons umpan balik yang berasal
dari atau akibat keluarnya sistem politik itu sendiri.
Pada kenyataannya, banyak kebijakan yang lahir dari proses yang tidak transparan dan
bersifat terburu-buru. Ketika di tengah masyarakat muncul isu-isu yang perlu ditangani
oleh pemerintah, maka perlu sebuah kebijakan dibuat. Untuk menentukan isu-isu yang
dibahas ke dalam agenda pemerintah, maka ada proses agenda kebijakan (agenda setting).
Agenda setting merupakan proses strategis dalam pembentukan kebijakan publik. Proses
agenda kebijakan menguji urgensi dari isu-isu yang muncul di masyarakat untuk dibahas
sehingga dapat dimunculkan sebagai sebuah masalah publik.
John William Kingdon mengatakan bahwa ada sebuah Jendela kebijakan yang terbuka
mengakibatkan sebuah kebijakan dapat terlaksana dan tepat sasaran. “Jendela” ini terbuka
ketika tiga aliran yaitu aliran masalah, aliran solusi kebijakan, dan aliran politik. Dalam
kebijakan wirid remaja tentu perlu dianalisis bagaimana kebijakan ini bisa muncul dari
sudut pandang agenda setting kebijakan publik dengan melihat aliran masalah, aliran
solusi kebijakan, dan aliran politik. Pendekatan ini digunakan Kingdon sebagai penolakan
pada pendekatan rasional aktor kebijakan. Kuncinya adalah mempertanyakan keambiguan
dari sebuah masalah, misalnya, kenakalan remaja merupakan sebuah masalah keluarga,
masyarakat, atau remaja itu sendiri?
Pada kebijakan wirid remaja, masih belum jelas apa yang menjadika kebijakan ini
dijadikan sebagai solusi dari masalah-masalah remaja di Sumatra Barat. Pada realitanya
kebijakan ini sudah berlangsung kurang lebih sepuluh tahun di Kota Padang tetapi tidak
terlihat hasil yang signifikan dalam perbaikan karakter remaja Minangkabau yang malah
menjadi semakin buruk. Berdasarakn paparan di atas, dapat dilihat bahwa kebijakan wirid
remaja perlu diidentifikasi agenda setting melalui tiga aliran yang mengakibatkan jendela
kebijakan terbuka. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud meneliti tentang agenda
setting kebijakan wirid remaja di Sumatra Barat yang menjadi inspirasi untuk melakukan
penelitian dengan judul “Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid
Remaja di Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework.”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada masalah yang muncul
terkait Program Wirid Remaja yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Implementasi wirid remaja yang masih belum maksimal di Kota Padang.
2. Jual beli sertifikat wirid remaja yang dilakukan oleh beberapa masjid di Kota Padang.
3. Tidak ada integrasi di dalam mata pelajaran sehingga siswa tidak merasa kegiatan ini
penting.
4. Belum ada instruksi gubernur tentang pelaksanaan program wirid remaja.

C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah yang diidentifikasi diatas, maka peneliti membatasi
masalah pada Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid Remaja di
Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah yang diidentifikasi diatas, didapatkan rumusan masalah
bagaimana Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid Remaja di
Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework?

E. TUJUAN PENELITIAN
Berkaitan dengan latar belakang dan tema yang diangkat, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid
Remaja di Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework.

F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya proposal penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai proses penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid Remaja di
Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Pemerintah Provinsi Sumatra Barat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah, agar
penyusunan agenda kebijakan di daerah lebih baik, sehingga menjadi tolak ukur
dalam pembuatan kebijakan.
b. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah dalam
menindaklanjuti kebijakan yang dimunculkan oleh pemerintahan daerah
terkhususnya dalam kebijakan pendidikan
c. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
sehingga dapat menganalisis dan mengetahui proses agenda setting kebijakan
pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Proses Kebijakan Pendidikan
a. Definisi Kebijakan
James Anderson menjelaskan bahwa kebijakan adalah tindakan yang memiliki tujuan
tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau kumpulan aktor dalam menghadapi
sebuah permasalahan atau persoalan yang penting. Sedangkan, Charles O. Jones
menyebutkan kebijakan adalah terbentuknya keputusan yang ditandai dengan perilaku
yang konsisten dan berulang dalam dua sisi. Sisi yang membuat kebijakan dan sisi yang
patuh kepada kebijakan (Wahab, 2017: 8-9).
Penjelasan tersebut diperjelas oleh Carl Friedrich yang mendefinisikan kebijakan
sebagai suatu tindakan yang memiliki tujuan tertentu dalam menghadapi hambatan
tertentu dan membuka kesempatan untuk mewujudkan tujuan tertentu. Tindakan ini
dapat diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu.
Hal ini dipertegas oleh Knoepfel dan kawan-kawan yang mendefinisikan kebijakan
sebagai rangkaian dari keputusan atau hasil dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari
interaksi yang terstruktur dan berulang antara aktor yang berbeda. Aktor tersebut dapat
dari sektor publik maupun privat yang terlibat dalam berbagai cara yang berbeda untuk
merespon, mengidentifikasi, dan memutuskan suatu masalah yang secara politik
didefiniskan sebagai urusan publik (Wahab, 2017: 9-11).
Berdasarkan penjelasan dari pandangan beberapa tokoh tersebut dapat disimpulkan,
bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu dalam
menyelesaikan permasalahan publik. Tindakan ini dilakukan oleh aktor-aktor dari
sektor publik atau dapat didefinisikan sebagai pemerintah dan sektor privat yang dapat
berasal dari seseorang atau kelompok. Dalam kebijakan terdapat pihak yang
merumuskan kebijakan dan pihak yang melaksanakan kebijakan.
b. Proses Kebijakan
Kebijakan publik melibatkan banyak pihak, antara aktor pembuat kebijakan dan yang
terkena dampak kebijakan, yang masing-masing aktor memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Aktor-aktor yang terlihat dalam kebijakan publik akan menentukan
seperti apa kebijakan publik yang dihasilkan. Aktor-aktor dalam kebijakan publik antar
Negara berkembang dan Negara maju terdapat perbedaan. Di negara berkembang
struktur pembuatan kebijakan publik lebih sederhana dibanding negara-negara maju
yang lebih kompleks. Perumusan kebijakan publik di negara berkembang lebih
dikendalikan oleh elit dengan pengaruh masyarakat yang lebih sedikit. Sedangkan di
negara maju setiap warga negara mempunyai kepentingan terhadap kebijakan negara,
sedangkan strukturnya semakin kompleks. Secara umum aktor kebijakan publik dibagi
menjadi tiga domain utama, yaitu aktor publik, aktor privat, dan masyarakat4 . Aktor
publik yang pertama adalah lembaga eksekutif sangat signifikan. Merekalah yang
biasanya punya otoritas untuk memulai pembuatan kebijakan publik. Di daerah,
gubernur dan bupati beserta jajarannya merupakan aktor pokok dalam politik lokal
khususnya dalam penyusunan kebijakan publik tingkat lokal. Aktor yang kedua adalah
lembaga legislatif yang mempunyai fungsi yang pokok karena legitimasi persetujuan
pengundangan kebijakan publik ada ditangan lembaga ini. Aktor ini merupakan salah
satu aktor terpenting dalam pembuatan kebijakan publik karena memiliki peran besar
dan menentukan. Aktor privasi antara lain kelompok-kelompok dan kelompok
kepentingan terlibat secara signifikan dalam penyusunan agenda kebijakan publik,
konsultasi kebijakan, evaluasi dan juga umpan balik kebijakan publik. Aktor pada
komunitas masyarakat sipil meliputi banyak pihak yang bersifat asosional maupun tidak
banyak berkembang di kalangan masyarakat umum.
Dalam karyanya, James Anderson, Charles Lindom maupun James P. Lester dan Joseph
Stewards, Jr (2008:123-133). Aktor-aktor kebijakan publik dibagi menjadi dua yaitu
aktor resmi dan aktor tidak resmi. Aktor resmi adalah aktor yang mempunyai kekuasaan
secara sah diakui oleh konstitusi dan mengikat. Sebaliknya aktor yang lain dikatakan
tidak resmi karena tidak mempunyai wewenang yang sah. Yang termasuk aktor-aktor
resmi antara lain agen pemerintah (birokrasi), presiden (eksekutif), legislatif dan
yudikatif. Sedangkan aktor-aktor tidak resmi antara lain kelompok-kelompok
kepentingan, partai politik, dan warga negara individu.
Ada anggapan bahwa politik itu adalah proses pembuatan kebijakan publik. Hal ini
tidak dapat disangkal bahwa pada kenyataanya hampir semua kebijakan publik
merupakan produk dari sebuah sistem politik. Sebagai bagian dari politik, maka
kebijakan publik juga berkaitan dengan aktor-aktor politik.
Teori American Hibrid7 mengutarakan bahwa dalam kondisi demokratis dimana
partisipasi terbatas dan spesialisasi, agenda kebijakan cenderung disusun berasal
aspirasi dan partisipasi dari kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat. Identifikasi
masalah sering terjadi dalam konteks kehidupan kelompok. Usahausaha kelompok
kepentingan yang mencoba memecahkan masalah, baik secara langsung maupun tidak
langsung akan mengganggu keseimbangan dari kelompok-kelompok lain sejenis. Dan
akhirnya kelompok sejenis lainnya itu akan berusaha pula untuk mengambil jalan yang
sama. Terjadi perjuangan antar kelompok. Dengan demikian agenda disusun atas dasar
perebutan dan perjuangan kelompok-kelompok yang ada. Pemerintah dikelilingi oleh
kelompok-kelompok tersebut. Dalam kondisi partisipasi yang terbatas, kaum mayoritas
jarang memerankan peran penting dalam kebijakan, sedangkan kaum minoritas
cenderung menguasai kebijakan-kebijakan yang sifatnya lebih spesifik.
c. Agenda Kebijakan
Proses analisis kebijakan merupakan urutan aktivitas intelektual yang di dalam proses
pembuatannya bersifat politis. Proses pembuatan kebijakan digambarkan sebagai
tahap-tahap sesuai urutan waktu yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. (Dunn, 2003).
Agenda kebijakan diartikan sebagai tuntutan-tntutan para pembuat kebijakan memilih
atau merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu. Barbara Nelson menyatakan
bahwa agenda kebijakan berlangsung ketika pejabat publik belajar mengenai masalah-
masalah baru, memutuskan untuk member perhatian secara personal dan memobilisasi
organisasi yang mereka miliki untuk merespon masalah tersebut. Maka dari itu agenda
kebijakan pada hakikatnya merupakan pertarungan wacana diantara para aktor yang
terjadi dalam lembaga pemerintah. Agenda lembaga terdiri dari masalah-masalah yang
mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pejabat pemerintah. Agenda lembaga
merupakan agenda tindakan yang mempunyai sifat lebih khusus dan lebih konkret bila
dibandingkan agenda sistematik.
d. Aliran-aliran dalam penyusnan agenda kebijakan
Penyusunan agenda merupakan sebuah proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Didalamnya terdapat ruang dimana terjadi pemaknaan apa yang
disebut dengan masalah publik dan prioritas ddalam agenda politik dipertarungakan,
Membahas mengapa mengapa beberapa persoalan muncul sebagai agenda pemerintah,
sedangkan yang lain tidak. Membahas tentang siapa saja yang mempengaruhi agenda
pemerintah, dan mengapa mereka melakukan itu. Jika sebuah isu mampu mendapatkan
status sebagai masalah publik, dan mendapat prioritas dalam agenda, maka isu tersebut
mendapat alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu yang lainnya.
Dalam agenda setting terdapat isu-isu kebijakan sebagai hasil dari silang pendapat
diantara para aktor mengenai arah tindakan yang akan ditempuh oleh pemerintah. Isu
kebijakan ada karena telah terjadi konflik atau “perbedaan presepsional” diantara para
aktor atau suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu
tertentu. Terdapat tiga aliran di dalam tahapan agenda setting menurut John W. Kingdon
(2014:165-184) yaitu aliran masalah (problem stream), aliran kebijakan (policy
steram), dan aliran politik (political stream). Melalui ketiga aliran tersebut isu-isu
menjadi sebuah kebijakan publik.
(dan materi lainnya)
2. Wirid Remaja
a. Latar Belakang Program
1) Tinjauan Filosofi
2) Landasan Hukum
3) Tujuan Kegiatan
4) Hasil yang Diharapkan
5) Sasaran
b. Pelaksanaan
1) Bentuk pelaksanaan
2) Materi Kegiatan
3) Peserta
4) Metode
5) Jadwal
B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Puspita, Ratih Indah. 2016 . ANALISIS PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN
PUBLIK (STUDI KAJIAN AGENDA PENYUSUNAN KEBIJAKAN
PENYELESAIAN PELANGGARAN RTRW OLEH INDUSTRI CV.
EVERGREEN INDOGARMENT). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses
penyelesaian pelanggaran RTRW oleh CV. Evergreen Indogarment Tuntang melalui
kajian proses agenda kebijakan (agenda setting). Penelitian ini menganalisis
interaksi aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan penyelesaian pelanggaran.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan pelanggaran yang dilakukan CV. Evergreen Indogarment diperkuat
dengan hadirnya peran elit politik (backing) yang memperkuat pihak CV. Evergreen
Indogarment. Melalui aliran politik (political stream), CV. Evergreen menggandeng
peran elit politik (backing) dengan membentuk koalisi untuk tetap bertahan
melakukan penyimpangannya. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan peneliti adalah mengkaji proses agenda setting kebijakan dengan
pendekatan . Multiple Stream Framework. Kemudian metode yang digunakan juga
memiliki kesamaan, yaitu metode kualitatitf. Sedangkan perbedaannya adalah pada
terletak pada objek penelitiannya yaitu peneliti menggunakan wirid remaja sebagai
objek penelitian
C. Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dibuat sebagai acuan peneliti selama melakukan penelitian.
Acuan ini akan dijawab melalui pengumpulan data di lapangan. Adapun pertanyaan
penelitiannya sebagai berikut
1. Bagaimana dinamika Aliran Masalah (Problem Stream) dalam program Wirid
Remaja?
2. Bagaimana dinamika Aliran Kebijakan (Policy Stream) dalam program Wirid
Remaja?
3. Bagaimana dinamika Aliran Politik (Political Stream) dalam program Wirid
Remaja?
4. Bagaimana terbukanya jendela kebijakan (Policy Window) dalam program wirid
remaja?
5. Bagaimana peran Policy Entrepreneur dalam program wirid remaja?
BAB II
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
2005: 4). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif karena berusaha mendeskripsikan proses penyusunan agenda setting kebijakan
program wirid remaja di Provinsi Sumatra Barat. Deskripsi penelitian ini diperoleh dari data
di lapangan baik berupa kata-kata maupun data tertulis.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Sumatra
Barat, DPRD Sumatra Barat, Kantor Gubernur Sumatra Barat, Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatra Barat. Penelitian ini akan dilaksanakan pada ...
C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan interview atau wawancara langsung kepada
informan dan dokumentasi.
a. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab secara langsung kepada informan penelitian. Pengertian wawancara
menurut (Narbuka & Akhmadi, 2010: 83) adalah proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan. Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya
untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sugiyono
(2010: 102) menyatakan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sekaligus merupakan perencanaan,
pelaksana pengumpulan data, analisis penafsir data dan pada akhirnya peneliti menjadi
pelapor hasil penelitian.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
F. KEABSAHAN DATA
Daftar Pustaka
Birklad, T. A. (2015). An Introduction to the Policy ProcessTheories, Concepts, and Models of Public
Policy Making. New York: Routledge.

Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mmada.

Goodin, Robert, Michael Moran, and Martin Rein (eds). (2008). The Oxford Handbook of Public Policy.
Oxford University Press.

Hoefer, R. (2022). The Multiple Streams Framework: Understanding and Applying the Problems,
Policies, and Politics Approach. Journal of Policy Practice and Research, 1-5.

Kingdon, J. W. (2014). Agendas, Alternatives, and Public Policies. PEARSON.

Miles, M. B. & Huberman, A.M. (2014). Qualitative Data Analysis. (terjemahan). Jakarta: UI Press.

Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Puspita, R. I. (2016). ANALISIS PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN PUBLIK (STUDI KAJIAN AGENDA
PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENYELESAIAN). Semarang: Universitas Dipenogoro.

Ril/Ant. (2022, October 23). Gubernur Mahyeldi Resmi Luncurkan Program Wirid Rutin untuk
Minimalisir Kenakalan Remaja di Sumbar. Diambil kembali dari ANTARA SUMBAR NEWS:
https://sumbar.antaranews.com/berita/535561/gubernur-mahyeldi-resmi-luncurkan-
program-wirid-rutin-untuk-minimalisir-kenakalan-remaja-di-sumbar

Slamet Riyadi, Nuradilah,Suwardi. (2021). Wirid Remaja di Kota Padang dan Dampaknya Terhadap
Karakter Anak ( Studi Analisis Muncul Kembali Karakter Remaja Beradat dalam tatanan Adat
Minangkabau). Ekotrans Dan Erudisi, 72-79.

Zahariadis, N. (2019). The Multiple Streams Framework:Structure, Limitations, Prospects,. Dalam P.


A. Sabatier, Theories of the Policy Process (hal. 65-92). Routledge.

Anda mungkin juga menyukai