Disusun oleh:
Hafzhan Wisli
20110244010
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada masalah yang muncul
terkait Program Wirid Remaja yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Implementasi wirid remaja yang masih belum maksimal di Kota Padang.
2. Jual beli sertifikat wirid remaja yang dilakukan oleh beberapa masjid di Kota Padang.
3. Tidak ada integrasi di dalam mata pelajaran sehingga siswa tidak merasa kegiatan ini
penting.
4. Belum ada instruksi gubernur tentang pelaksanaan program wirid remaja.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah yang diidentifikasi diatas, maka peneliti membatasi
masalah pada Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid Remaja di
Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah yang diidentifikasi diatas, didapatkan rumusan masalah
bagaimana Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid Remaja di
Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berkaitan dengan latar belakang dan tema yang diangkat, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan Proses Penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid
Remaja di Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework.
F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya proposal penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai proses penyusunan Agenda Setting Kebijakan Program Wirid Remaja di
Sumatra Barat menggunakan Multiple Stream Framework
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Pemerintah Provinsi Sumatra Barat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah, agar
penyusunan agenda kebijakan di daerah lebih baik, sehingga menjadi tolak ukur
dalam pembuatan kebijakan.
b. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah dalam
menindaklanjuti kebijakan yang dimunculkan oleh pemerintahan daerah
terkhususnya dalam kebijakan pendidikan
c. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
sehingga dapat menganalisis dan mengetahui proses agenda setting kebijakan
pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Proses Kebijakan Pendidikan
a. Definisi Kebijakan
James Anderson menjelaskan bahwa kebijakan adalah tindakan yang memiliki tujuan
tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau kumpulan aktor dalam menghadapi
sebuah permasalahan atau persoalan yang penting. Sedangkan, Charles O. Jones
menyebutkan kebijakan adalah terbentuknya keputusan yang ditandai dengan perilaku
yang konsisten dan berulang dalam dua sisi. Sisi yang membuat kebijakan dan sisi yang
patuh kepada kebijakan (Wahab, 2017: 8-9).
Penjelasan tersebut diperjelas oleh Carl Friedrich yang mendefinisikan kebijakan
sebagai suatu tindakan yang memiliki tujuan tertentu dalam menghadapi hambatan
tertentu dan membuka kesempatan untuk mewujudkan tujuan tertentu. Tindakan ini
dapat diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu.
Hal ini dipertegas oleh Knoepfel dan kawan-kawan yang mendefinisikan kebijakan
sebagai rangkaian dari keputusan atau hasil dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari
interaksi yang terstruktur dan berulang antara aktor yang berbeda. Aktor tersebut dapat
dari sektor publik maupun privat yang terlibat dalam berbagai cara yang berbeda untuk
merespon, mengidentifikasi, dan memutuskan suatu masalah yang secara politik
didefiniskan sebagai urusan publik (Wahab, 2017: 9-11).
Berdasarkan penjelasan dari pandangan beberapa tokoh tersebut dapat disimpulkan,
bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu dalam
menyelesaikan permasalahan publik. Tindakan ini dilakukan oleh aktor-aktor dari
sektor publik atau dapat didefinisikan sebagai pemerintah dan sektor privat yang dapat
berasal dari seseorang atau kelompok. Dalam kebijakan terdapat pihak yang
merumuskan kebijakan dan pihak yang melaksanakan kebijakan.
b. Proses Kebijakan
Kebijakan publik melibatkan banyak pihak, antara aktor pembuat kebijakan dan yang
terkena dampak kebijakan, yang masing-masing aktor memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Aktor-aktor yang terlihat dalam kebijakan publik akan menentukan
seperti apa kebijakan publik yang dihasilkan. Aktor-aktor dalam kebijakan publik antar
Negara berkembang dan Negara maju terdapat perbedaan. Di negara berkembang
struktur pembuatan kebijakan publik lebih sederhana dibanding negara-negara maju
yang lebih kompleks. Perumusan kebijakan publik di negara berkembang lebih
dikendalikan oleh elit dengan pengaruh masyarakat yang lebih sedikit. Sedangkan di
negara maju setiap warga negara mempunyai kepentingan terhadap kebijakan negara,
sedangkan strukturnya semakin kompleks. Secara umum aktor kebijakan publik dibagi
menjadi tiga domain utama, yaitu aktor publik, aktor privat, dan masyarakat4 . Aktor
publik yang pertama adalah lembaga eksekutif sangat signifikan. Merekalah yang
biasanya punya otoritas untuk memulai pembuatan kebijakan publik. Di daerah,
gubernur dan bupati beserta jajarannya merupakan aktor pokok dalam politik lokal
khususnya dalam penyusunan kebijakan publik tingkat lokal. Aktor yang kedua adalah
lembaga legislatif yang mempunyai fungsi yang pokok karena legitimasi persetujuan
pengundangan kebijakan publik ada ditangan lembaga ini. Aktor ini merupakan salah
satu aktor terpenting dalam pembuatan kebijakan publik karena memiliki peran besar
dan menentukan. Aktor privasi antara lain kelompok-kelompok dan kelompok
kepentingan terlibat secara signifikan dalam penyusunan agenda kebijakan publik,
konsultasi kebijakan, evaluasi dan juga umpan balik kebijakan publik. Aktor pada
komunitas masyarakat sipil meliputi banyak pihak yang bersifat asosional maupun tidak
banyak berkembang di kalangan masyarakat umum.
Dalam karyanya, James Anderson, Charles Lindom maupun James P. Lester dan Joseph
Stewards, Jr (2008:123-133). Aktor-aktor kebijakan publik dibagi menjadi dua yaitu
aktor resmi dan aktor tidak resmi. Aktor resmi adalah aktor yang mempunyai kekuasaan
secara sah diakui oleh konstitusi dan mengikat. Sebaliknya aktor yang lain dikatakan
tidak resmi karena tidak mempunyai wewenang yang sah. Yang termasuk aktor-aktor
resmi antara lain agen pemerintah (birokrasi), presiden (eksekutif), legislatif dan
yudikatif. Sedangkan aktor-aktor tidak resmi antara lain kelompok-kelompok
kepentingan, partai politik, dan warga negara individu.
Ada anggapan bahwa politik itu adalah proses pembuatan kebijakan publik. Hal ini
tidak dapat disangkal bahwa pada kenyataanya hampir semua kebijakan publik
merupakan produk dari sebuah sistem politik. Sebagai bagian dari politik, maka
kebijakan publik juga berkaitan dengan aktor-aktor politik.
Teori American Hibrid7 mengutarakan bahwa dalam kondisi demokratis dimana
partisipasi terbatas dan spesialisasi, agenda kebijakan cenderung disusun berasal
aspirasi dan partisipasi dari kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat. Identifikasi
masalah sering terjadi dalam konteks kehidupan kelompok. Usahausaha kelompok
kepentingan yang mencoba memecahkan masalah, baik secara langsung maupun tidak
langsung akan mengganggu keseimbangan dari kelompok-kelompok lain sejenis. Dan
akhirnya kelompok sejenis lainnya itu akan berusaha pula untuk mengambil jalan yang
sama. Terjadi perjuangan antar kelompok. Dengan demikian agenda disusun atas dasar
perebutan dan perjuangan kelompok-kelompok yang ada. Pemerintah dikelilingi oleh
kelompok-kelompok tersebut. Dalam kondisi partisipasi yang terbatas, kaum mayoritas
jarang memerankan peran penting dalam kebijakan, sedangkan kaum minoritas
cenderung menguasai kebijakan-kebijakan yang sifatnya lebih spesifik.
c. Agenda Kebijakan
Proses analisis kebijakan merupakan urutan aktivitas intelektual yang di dalam proses
pembuatannya bersifat politis. Proses pembuatan kebijakan digambarkan sebagai
tahap-tahap sesuai urutan waktu yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. (Dunn, 2003).
Agenda kebijakan diartikan sebagai tuntutan-tntutan para pembuat kebijakan memilih
atau merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu. Barbara Nelson menyatakan
bahwa agenda kebijakan berlangsung ketika pejabat publik belajar mengenai masalah-
masalah baru, memutuskan untuk member perhatian secara personal dan memobilisasi
organisasi yang mereka miliki untuk merespon masalah tersebut. Maka dari itu agenda
kebijakan pada hakikatnya merupakan pertarungan wacana diantara para aktor yang
terjadi dalam lembaga pemerintah. Agenda lembaga terdiri dari masalah-masalah yang
mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pejabat pemerintah. Agenda lembaga
merupakan agenda tindakan yang mempunyai sifat lebih khusus dan lebih konkret bila
dibandingkan agenda sistematik.
d. Aliran-aliran dalam penyusnan agenda kebijakan
Penyusunan agenda merupakan sebuah proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Didalamnya terdapat ruang dimana terjadi pemaknaan apa yang
disebut dengan masalah publik dan prioritas ddalam agenda politik dipertarungakan,
Membahas mengapa mengapa beberapa persoalan muncul sebagai agenda pemerintah,
sedangkan yang lain tidak. Membahas tentang siapa saja yang mempengaruhi agenda
pemerintah, dan mengapa mereka melakukan itu. Jika sebuah isu mampu mendapatkan
status sebagai masalah publik, dan mendapat prioritas dalam agenda, maka isu tersebut
mendapat alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu yang lainnya.
Dalam agenda setting terdapat isu-isu kebijakan sebagai hasil dari silang pendapat
diantara para aktor mengenai arah tindakan yang akan ditempuh oleh pemerintah. Isu
kebijakan ada karena telah terjadi konflik atau “perbedaan presepsional” diantara para
aktor atau suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu
tertentu. Terdapat tiga aliran di dalam tahapan agenda setting menurut John W. Kingdon
(2014:165-184) yaitu aliran masalah (problem stream), aliran kebijakan (policy
steram), dan aliran politik (political stream). Melalui ketiga aliran tersebut isu-isu
menjadi sebuah kebijakan publik.
(dan materi lainnya)
2. Wirid Remaja
a. Latar Belakang Program
1) Tinjauan Filosofi
2) Landasan Hukum
3) Tujuan Kegiatan
4) Hasil yang Diharapkan
5) Sasaran
b. Pelaksanaan
1) Bentuk pelaksanaan
2) Materi Kegiatan
3) Peserta
4) Metode
5) Jadwal
B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Puspita, Ratih Indah. 2016 . ANALISIS PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN
PUBLIK (STUDI KAJIAN AGENDA PENYUSUNAN KEBIJAKAN
PENYELESAIAN PELANGGARAN RTRW OLEH INDUSTRI CV.
EVERGREEN INDOGARMENT). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses
penyelesaian pelanggaran RTRW oleh CV. Evergreen Indogarment Tuntang melalui
kajian proses agenda kebijakan (agenda setting). Penelitian ini menganalisis
interaksi aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan penyelesaian pelanggaran.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan pelanggaran yang dilakukan CV. Evergreen Indogarment diperkuat
dengan hadirnya peran elit politik (backing) yang memperkuat pihak CV. Evergreen
Indogarment. Melalui aliran politik (political stream), CV. Evergreen menggandeng
peran elit politik (backing) dengan membentuk koalisi untuk tetap bertahan
melakukan penyimpangannya. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan peneliti adalah mengkaji proses agenda setting kebijakan dengan
pendekatan . Multiple Stream Framework. Kemudian metode yang digunakan juga
memiliki kesamaan, yaitu metode kualitatitf. Sedangkan perbedaannya adalah pada
terletak pada objek penelitiannya yaitu peneliti menggunakan wirid remaja sebagai
objek penelitian
C. Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dibuat sebagai acuan peneliti selama melakukan penelitian.
Acuan ini akan dijawab melalui pengumpulan data di lapangan. Adapun pertanyaan
penelitiannya sebagai berikut
1. Bagaimana dinamika Aliran Masalah (Problem Stream) dalam program Wirid
Remaja?
2. Bagaimana dinamika Aliran Kebijakan (Policy Stream) dalam program Wirid
Remaja?
3. Bagaimana dinamika Aliran Politik (Political Stream) dalam program Wirid
Remaja?
4. Bagaimana terbukanya jendela kebijakan (Policy Window) dalam program wirid
remaja?
5. Bagaimana peran Policy Entrepreneur dalam program wirid remaja?
BAB II
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
2005: 4). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif karena berusaha mendeskripsikan proses penyusunan agenda setting kebijakan
program wirid remaja di Provinsi Sumatra Barat. Deskripsi penelitian ini diperoleh dari data
di lapangan baik berupa kata-kata maupun data tertulis.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Sumatra
Barat, DPRD Sumatra Barat, Kantor Gubernur Sumatra Barat, Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatra Barat. Penelitian ini akan dilaksanakan pada ...
C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan interview atau wawancara langsung kepada
informan dan dokumentasi.
a. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab secara langsung kepada informan penelitian. Pengertian wawancara
menurut (Narbuka & Akhmadi, 2010: 83) adalah proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan. Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya
untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sugiyono
(2010: 102) menyatakan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sekaligus merupakan perencanaan,
pelaksana pengumpulan data, analisis penafsir data dan pada akhirnya peneliti menjadi
pelapor hasil penelitian.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
F. KEABSAHAN DATA
Daftar Pustaka
Birklad, T. A. (2015). An Introduction to the Policy ProcessTheories, Concepts, and Models of Public
Policy Making. New York: Routledge.
Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mmada.
Goodin, Robert, Michael Moran, and Martin Rein (eds). (2008). The Oxford Handbook of Public Policy.
Oxford University Press.
Hoefer, R. (2022). The Multiple Streams Framework: Understanding and Applying the Problems,
Policies, and Politics Approach. Journal of Policy Practice and Research, 1-5.
Miles, M. B. & Huberman, A.M. (2014). Qualitative Data Analysis. (terjemahan). Jakarta: UI Press.
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Puspita, R. I. (2016). ANALISIS PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN PUBLIK (STUDI KAJIAN AGENDA
PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENYELESAIAN). Semarang: Universitas Dipenogoro.
Ril/Ant. (2022, October 23). Gubernur Mahyeldi Resmi Luncurkan Program Wirid Rutin untuk
Minimalisir Kenakalan Remaja di Sumbar. Diambil kembali dari ANTARA SUMBAR NEWS:
https://sumbar.antaranews.com/berita/535561/gubernur-mahyeldi-resmi-luncurkan-
program-wirid-rutin-untuk-minimalisir-kenakalan-remaja-di-sumbar
Slamet Riyadi, Nuradilah,Suwardi. (2021). Wirid Remaja di Kota Padang dan Dampaknya Terhadap
Karakter Anak ( Studi Analisis Muncul Kembali Karakter Remaja Beradat dalam tatanan Adat
Minangkabau). Ekotrans Dan Erudisi, 72-79.