DISUSUN OLEH:
DOFA RENI
DBB116008
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Susenas oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak jalanan
pada diagram jumlah anak jalanan di Indonesia dari tahun 2002-2015 menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019-2021 dan
Pusdatim Kementrian sosial RI mencatat Jumlah Anak di Indonesia dengan berbagai
persoalan dan permaslaha semakin meningkat. Pada tahun 2019-2021 mengalami indeks
peningkataan secara massif tercatat sebanyak 8.320. Saat ini jumlah anak jalanan di
Indonesia mencapai 300.000. Anak jalanan tersebar di berbagai kota besar di Indonesia
salah satunya yaitu di kota Medan. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di
Indonesai setelah DKI Jakarta dan Surabaya yang sama-sama memiliki permasalahan
anak jalanan. Data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak jalanan yang ada di kota Medan mencapai 1.473
jiwa dan pada tahun 2015 berjumlah 1.526 jiwa. Hal ini menunjukkan jumlah anak
jalanan di Kota Medan mengalami peningkatan. Tahun 2016 Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kota Medan memperkirakan terdapat 1.527 orang anak jalanan, dan hanya 45 anak
lainnya yang berhasil ditertibkan. Jika Jumlah anak jalanan dan kualitas hidup anak
dibawah standar, maka masa depan Negara berada pada titik bahaya bahkan mungkin
terjadi lost generation (generasi yang hilang).
Pemerintah kota Medan memiliki banyak lembaga baik pemerintah maupun swasta
yang sudah memberikan perhatian dengan melaksanakan berbagai program sosialisasi
dan perlindungan anak. Lembaga-lembaga tersebut memberi perhatian terhadap anak
jalanan dengan cara mengusahakan berbagai kebijakan dan menjalankan berbagai
program pelayanan sosial dalam rangka melindungi hak-hak dasar anak jalanan. Beberapa
nama lembaga yang menangani anak jalanan berdasarkan data Badan Kesatuan Bangsa
Politik dan Perlindungan Masyarakat, Pemerintah Kota Medan yaitu sebagai berikut:
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, Yayasan KKSP, LSM KOPA Medan,
PKMB HANUBA, PKPA Medan, UNICEF Medan, LPKA, dan beberapa Panti Asuhan.
Program yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yaitu penertiban dengan razia rutin
yang kemudian di tertibkan sementara ke panti asuhan milik Pemerintah Sumatera Utara,
bantuan dana serta memberikan pemahaman/wawasan melalui seminar. Sedangkan
program yang dilakukan oleh lembaga swasta yaitu sebagai berikut: berfokus pada
perlindungan hak anak dalam situasi sulit, bantuan dana dalam situasi mendadak,
memberikan pelatihan keterampilan, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Beberapa
lembaga seperti LPKA, anak jalanan harus menyiapkan data dan persyaratan yang cukup
lengkap untuk bisa mendapat pelayanan. Beberapa lembaga lain seperti Yayasan KKSP,
LSM KOPA masih sangat terbatas dalam sarana yang tersedia untuk menampung anak
jalanan di Kota Medan. Kepala dinas sosial dan tenaga kerja kota medan, Armansyah
Lubis menjelaskan: “Anak jalanan ditertibkan rutin dan dikembalikan kepada
orangtuanya, kemudian untuk program sosialisasi dan keterampilan dilaksanakan dua kali
dalam setahun” dalam wawancara oleh Sari Adelina Hulu dalam skripsinya yang berjudul
“Model Pelayanan Sosial Bagi Anak Jalanan di Kota Medan” 2017. Program sosialisasi
yang dilaksanakan sebagai bukti perhatian dan pertolongan yang diharapkan bukan
sekedar menghapus anak-anak dari jalanan, melainkan membantu mengembangkan
kemampuan mereka sehingga bebas dan mampu untuk mengatur masalah dan mengambil
keputusan secara mandiri atau dengan kata lain meningkatkan kualitas hidup anak
jalanan.
Model pertolongan yang diterapkan yaitu pemberdayaan bagi anak jalanan. Konsep
pemberdayaan yang dikemukakan oleh Hogan (2000) yaitu melihat proses individu
sebagai proses yang relatif terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari
pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa
saja. Dilihat dari fenomena dan permasalahan anak jalanan, pemberdayaan anak jalanan
ini memerlukan sebuah wadah yang didesain sebagai perantara untuk anak jalanan
dengan pihak-pihak yang membantunya. Sebuah tempat dimana berlangsungnya proses
informal yang memberikan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Tempat yang dimaksud adalah sebuah graha yang
merupakan bangunan tempat tinggal yang baru bagi mereka, agar mereka tidak merasa
asing atau takut jika berada di tempat tersebut (Poerwadaminta, W.J.S. Kamus Umum
Bahasa Indonesia, 1976). Sebuah tempat atau ruang yang bias mereka anggap sebagai
rumah kedua. Tempat di mana anak jalanan bisa mengembangkan potensi mereka untuk
dalam waktu dekat bisa menghasilkan uang untuk kehidupan sehari-hari, mendapatkan
berbagai bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan dan keterampilan, serta bisa memakai
berbagai fasilitas dasar yang bias mempermudah kehidupan mereka sehari hari yang
kemudian bias belajar mempersiapkan masa depan yang lebih matang bagi mereka.
Prilaku anak jalanan dibentuk oleh lingkungan sekitarnya tanpa ada pengawasan dari
orangtua, oleh karena itu kebanyakan anak jalanan memiliki prilaku buruk serta tindakan
kriminal. Diluar dari sikap tidak terpuji, anak jalanan juga memiliki banyak potensi yang
telah terlatih dari kehidupan liarnya. Berbagai potensi yang dimiliki anak jalanan dapat
dimanfaatkan dalam upaya memandirikan mereka. Marnio Pudjono (Buletin JPS,
2007) menjelaskan sejumlah sikap-sikap yang terkait dengan keperibadian yang
berkembang ditengah anak jalanan yang dapat dijadikan sebagai faktor positif
pemberdayaan anak jalanan. Beberapa sikap tersebut adalah rasa solidaritas yang
tinggi, adanya basis pemahaman agama, ekonomi dan lain sebagainya. Sikap
solidaritas dan ekonomi dapat dikembangkan membangun usaha bersama yang
mempunyai nilai ekonomi. Sementara sikap relgius dapat digunakan untuk pembinaan
moral
3. Analisis
Analisis dilakukan dengan melihat hasil studi banding, observasi, dan juga studi
literature yang mengacu pada perancangan graha pemberdayaan anak jalanan
4. Kesimpulan
Adalah hasil akhir yang menyimpulkan rancangan penerapan desain pada graha
pemberdayaan anak jalanan di Kota Medan.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tentang pengertian judul objek maupun pendekatan konsep, serta gambaran
umum yang berkaitan dengan desain.
BAB III STUDI BANDING DAN RENCANA LOKASI
Berisikan tentang deskripsi hasil studi banding dengan objek desain.
BAB IV ANALISA DAN PROGRAM
Berisi pembahasan mengenai proses analisa dan program perancangan
BAB V LAPORAN PERANCANGAN
Berisikan tentang hasil penyelesaian permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN