Pendahuluan
Saat ini permasalah sosial di Indonesia sangat beragam, salah satu yang paling
disorot adalah masalah anak-anak dan remaja jalanan. Keberadaan anak jalanan
merupakan permasalahan sosial yang kompleks di kota-kota besar Indonesia. Anak
jalanan dapat dengan mudah ditemui di berbagai tempat seperti perempatan lampu
merah, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, bahkan di mal. Yang menarik,
anak jalanan sering kali terorganisir dalam kelompok yang dikenal sebagai mafia anak
jalanan. Kelompok ini memiliki tugas dan peran yang terbagi secara profesional.
Sebagian dari mereka melakukan pemetaan pada setiap perempatan jalan, ada yang
mengatur antar-jemput, dan sebagainya. Sayangnya, hal ini berujung pada eksploitasi
anak-anak dan menjadikan mereka sebagai objek bisnis yang menguntungkan. Lebih
mengkhawatirkan lagi, terkadang orang tua mereka juga terlibat dalam mafia anak
jalanan (Astri,2014). Kondisi pada anak terlantar merupakan pilihan yang tidak
menyenangkan bagi mereka, karena menghadapai keadaan terlantar, bermasa depan
kurang jelas, bahkan keberadaanya bisa menimbulkan masalah bagi lingkungan,
masyarakat dan negara, padahal mereka adalah generasi penerus bangsa serta menjadi
faktor kunci kemajuan peradaban bangsa (Mutiara,2020). Menurut data KPAI dari
tahun 2016 sampai 2020 terdapat 1243 kasus anak dan remaja dengan kategori Sosial
dan Anak Dalam Situasi Darurat. Kategori tersebut menjelaskan tentang anak-anak dan
remaja yang terlantar, gelandangan, dan mengemis. Permasalahan tersebut disebabkan
oleh banyak sekali faktor seperti kemiskinan, masalah keluarga, penelantaran,
pelecehan, dan faktor lainnya. Situasi tersebut cenderung mendorong mereka untuk
menunjukkan perilaku negatif dan tidak patuh terhadap aturan, seperti yang dijelaskan
dalam teori konsep diri yang diajukan oleh Charles H. Cooley. Teori ini menjelaskan
bahwa seseorang mengembangkan dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Hal
yang sama terjadi pada anak-anak jalanan, mereka tumbuh di sekitar individu-individu
yang tidak memiliki norma yang sempurna, sehingga mereka terpengaruh dan meniru
perilaku orang-orang yang mereka interaksi dengan mereka (Purwoko,2013). Kondisi
anak terlantar ini menjadi tanggung jawab kita semua, terutama pemerintah yang harus
memiliki andil besar dalam menangani masalah ini. Dalam UU RI No. 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial, diatur bahwa anak-anak terlantar merupakan tanggung
jawab negara. Mereka seharusnya mendapatkan kesejahteraan melalui bimbingan atau
pelatihan di lembaga pendidikan nonformal atau lembaga sosial baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta (Adiansyah dkk,2022). Maka dari itu peran mahasiswa
dalam menangani anak terlantar dengan pendekatan praktik pekerjaan sosial berbasis
komunitas memiliki kepentingan yang signifikan. Mahasiswa memiliki potensi dan
kesempatan untuk berkontribusi secara positif dalam membantu mengatasi masalah
anak terlantar. Melalui peran aktif mahasiswa dalam menangani anak terlantar dengan
pendekatan praktik pekerjaan sosial berbasis komunitas, diharapkan dapat tercipta
perubahan yang positif dalam kehidupan anak-anak tersebut. Dukungan dan
keterlibatan mahasiswa dalam upaya ini merupakan langkah penting dalam
menciptakan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan berkeadilan bagi anak
terlantar.
Pembahasan
Pekerjaan sosial adalah profesi yang didasarkan pada praktik dan pengetahuan
akademis dengan tujuan mendorong perubahan sosial, memperkuat ikatan sosial, dan
memberdayakan serta membebaskan individu. Prinsip-prinsip yang menjadi inti dari
pekerjaan sosial meliputi keadilan sosial, hak asasi manusia, tanggung jawab kolektif,
dan penghargaan terhadap keragaman. Dalam praktiknya, pekerjaan sosial
menggabungkan teori-teori pekerjaan sosial, ilmu sosial, humaniora, dan pengetahuan
yang khas untuk bekerja dengan individu dan struktur sosial guna mengatasi tantangan
hidup serta meningkatkan kesejahteraan (Sukmana,108;2022). Pada konteks ini
mahasiswa sebagai pelaku dalam pekerjaan sosial ini. Tujuan pekerjaan sosial oleh
mahasiswa untuk anak terlantar adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan, terutama untuk populasi yang paling rentan seperti anak terlantar.
Metode yang digunakan pada tulisan ini adalah praktik pekerjaan sosial makro.
Dalam praktik pekerjaan sosial makro, tujuan utamanya adalah untuk mencapai
perubahan sosial yang lebih luas melalui pengaruh kebijakan dan institusi. Praktik ini
melibatkan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga dan
masyarakat, untuk mencapai tujuan tersebut. Tahapan-tahapan pada metode tersebut
menurut Sukmana(2022) untuk pemberdayaan anak terlantar dengan praktik pekerjaan
sosial ini adalah:
Tahapan pertama untuk model praktik pekerjaan sosial makro adalah dengan
mengidentifikasi serta menganalisis masalah yang ada. Anak jalanan adalah anak-anak
yang mengalami keterpinggiran, menjadi kelompok yang terisolasi, serta kehilangan
kasih sayang karena terpaksa hidup di tengah lingkungan perkotaan yang keras dan
tidak kondusif. Mereka umumnya tersebar di beberapa zona atau tempat khusus, di
mana mereka melakukan berbagai aktivitas untuk mencari nafkah dan menjalani
kehidupan sehari-hari. Tempat-tempat ini seringkali berada di pusat keramaian yang
banyak dikunjungi orang, dengan tujuan memanfaatkan keramaian tersebut untuk
mencari penghasilan melalui aktivitas ekonomi seperti menjadi pengamen, ojek
payung, buruh, pengemis, pekerja seks, dan sebagainya. Namun, pemanfaatan tempat
yang ramai dan terbuka sebagai sumber mata pencaharian dan tempat beraktivitas bagi
anak jalanan seringkali menimbulkan berbagai masalah baru. (Kamrin,2022). Dengan
adanya analisis dan identifikasi masalah ini memudahkan untuk menentukan tujuan
serta sasaran dalam masalah ini.
Mahasiswa sebagai pekerja sosial bekerja sama dengan dinas sosial untuk
merencanakan program intervensi yang relevan dan efektif. Disini mahasiswa bekerja
sama dengan masyarakat dalam bentuk partisipasi dan mitra pemerintah. Dalam
penanganan anak terlantar ini dirancang sebuah program model intervensi yang dikenal
sebagai Program KOMAD (Komunitas Anak Mandiri). Program ini dikembangkan
untuk dapat mengatasi masalah-masalah sosial anat terlantar serta memberikan edukasi
kepada masyarakat setempat untuk lebih peduli lagi terhadap anak terlantar. Anggaran
dana didapatkan dari open donasi serta sumbangan dari masyarakat setempat serta
bantuan dari pemerintah.
4. Implementasi Program
Tahap ini melibatkan evaluasi dan monitoring terhadap program intervensi yang
dilakukan. Disini mahasiswa sebagai pekerja sosial melakukan pemantauan terhadap
implementasi program, mengumpulkan data terkait hasil dan dampak yang dicapai,
serta mengevaluasi keefektifan program tersebut. Evaluasi ini penting untuk
memperbaiki dan meningkatkan program di masa mendatang.
Penutup
Daftar Pustaka
Bank Data Perlindungan Anak. (2020). Data Kasus Perlindungan Anak 2016 – 2020.
Diakses pada 15 Juli 2023, dari https://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-
kasus-perlindungan-anak-2016-2020
Kamrin. (2022). Kehidupan Sosial Anak Jalanan di Kota Makassar. 05(01), 890–897.
Lampiran
NIM : 210210102100
No Telp / Hp : 082229025787
E-mail : hanifala22@gmail.com
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya saya dengan judul (KOMAD
(Komunitas Anak Mandiri):Penanganan Anak Terlantar dengan Praktik Pekerjaan
Sosial Berbasis Komunitas) yang diikutsertakan pada Lomba Esai Nasional yang
diselenggarakan oleh KBMS Fisip Unsoed adalah karya asli, tidak
menjiplak/mencontek karya orang lain, serta karya tersebut tidak sedang diikutsertakan
dalam perlombaan sejenis.
Hanif Al Amri