Anda di halaman 1dari 14

Lansia yang membutuhkan

perawatan jangka panjang


Seminar Integratif
Selamat Datang!
Kelompok 18

2018110103 Agita Noza Damayanti


2018110106 Faradibba Maiwa RNR
2018110117 Namiroh Farah Ananda
Apa itu Lansia?

Menurut Harris 1988:75 mendefinisikan orang


lanjut usia ialah orang yang memiliki disabilitas
mental, fisik, dan/atau emosional yang
membatasi kemandirian mereka sehingga
memerlukan bantuan lebih.

Lansia atau Lanjut Usia adalah orang-orang


yang sudah memiliki umur di atas 60 tahun.
Tidak menutup kemungkinan kalau mereka
sudah rapuh, yang kemudian kerapuhan inilah
menjadi timbul stereotip dari masyarakat.
Kemudian kerapuhan yang dimiliki oleh lansia ini
menunjukkan kalau mereka ini adalah orang
yang sudah tidak berdaya dalam beraktivitas
maupun berpikir. Orang yang masuk kategori
lansia ini sering disebut lansia lemah karena
kemampuan dalam segala aspek sudah
menurun, seperti sudah tidak dapat melakukan
sesuatu yang orang lain dapat lakukan. Lansia
ini sering dipandang tidak utuh sebagai individu
karena memiliki keterbatasan bergerak dan
memiliki ketergantunan dengan orang lain.
Kerentaan
dan Faktor Pada usia lanjut, memiliki resiko yang tinggi

Risiko seperti : pandangan negatif tentang


kapasitas kehidupannya, meningkatnya
kemiskinan, isolasi sosial, mengalami
Lansia penyakit kronis, sedikitnya dukungan sosial,
membutuhkan bantuan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari, menurunnya
kemampuan fisik dan mental, kesepian,
depresi, penelantaran, demensia kehidupan
akhir, umur yang pendek, percobaan bunuh
diri
Ketahanan dan faktor perlindungan Menurut Ryff et al. 1998 tiga kategori
faktor protektif (faktor yang dapat
Semakin banyaknya resiko yang
mengurangi dampak negatif dari
terjadi maka akan semakin banyak
ancaman yang ada), yaitu :
pula kebutuhan akan faktor
perlindungan yang diperlukan untuk
1. Sosiologis/Sosial
mengurangi dampak negatif dari
2. Psikologis
resiko yang terjadi. Semakin banyak
3. Sosial/Relasional
resiko negatif yang ditekan atau
dikurangi maka akan memungkinkan
Semakin besar faktor-faktor protektif
semakin besarnya orang tua untuk
yang dilakukan, maka semakin besar
mempertahankan, memulihkan, atau
dan kuatnya proses mengurangi
meningkatkan kesehatan mental serta
dampak terhadap ancaman yang
fisik mereka, sehingga hasil ini
terjadi
menunjukan ketahanan dalam diri

lanjut usia.
Pengaruh dan Kontribusi Pekerja sosial
80%-90% perawatan orangtua bersifat informal dan terdiri dari
perawatan berbasis keluarga dan kerabat (Foster dan Brizus 1993).
Akan tetapi sepuluh masalah utama dengan program perawatan
jangka panjang berulangkali dibahas dalam literatur (Brody dan Brody
1987; Harel, McKinney, dan Williams 1990; Holstein dan Cole 1996; Kane
1987; Minear dan Crose 1996; Morrison 1995; Olson 1994a, 1994b; Tobin
dan Toseland 1985; Toseland dan Smith 1991; Tran dan Phooper 1996).,
yaitu:
1. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Bersifat bias terhadap kelembagaan
3. Masih terdapatnya rasisme dan merugikan orangtua
4. Kualitas perawatan yang rendah
5. Ketidakadilan geografi dan pemberian manfaat yang salah
6. Melebihkan beban terhadap keluarga
7. Pengeluaran publik dan swasta yang meningkat pesat
8. Fragmentasi antara pelayanan dan pembiayaan
9. Kurang khususnya fungsi manajemen
10. Hambatan penggunaan
Pengaruh dan Kontribusi Pekerja sosial
Kehadiran Pekerjaan Sosial lebih dirasakan di fasilitas
nirlaba dimana lebih memperhatikan kebutuhan manusia
daripada keuntungan yang akan didapatkan. Hal ini
menjadi prinsip organisasi yang dibinanya

keterampilan Pekerja Sosial saat memenuhi kebutuhan


lanjut usia. Pekerja Sosial memberikan kontribusi yang
besar bagi lanjut usia dengan (Blumenfield 1982) :
1. Membantu klien dan keluarga mengatasi penyakit yang
diderita dan rawat inap.
2. Memikirkan pemilihan pemulangan dan mengatur
dukungan masyarakat.
3. Memberikan didikan kepada staf terhadap klien yang
lebih tua.
4. Memberikan dukungan terhadap orang lain yang bekerja
dengan klien yang 'berstatus rendah'.
Penilaian dan Intervensi

Berbagai instrumen telah dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap


lanjut usia yang membutuhkan layanan jangka panjang. Instrumen ini
mencangkup dimensi fungsi fisik, mental, dan sosial serta multidimensi
yang berkaitan

Sejak awal hubungan kerja, pekerja memupuk otonomi dengan


memberikan informasi dan membantu klien sampai pada kemauan
mereka sendiri, tanpa paksaan, bahkan ketika pandangan lain lebih
dipilih oleh pekerja sosial(Monk dan Abramson 1982). Saat masalah
bergeser, berubah, atau diperluas, dan aspek lain dari pekerjaan
terungkap, pekerja dan klien kemudian dapat mencari informasiyang
masih relevan lainnya
Model Kehidupan Germain dan Gitterman (1996) menginformasikan
pembentukan alat penilaian ini.
1. Definisi masalah. Apa itu? Kapan dan dalam keadaan apa itu
berkembang? Bagaimana klien mengatasi masalahnya?
2. Harapan klien terhadap agensi dan pekerja. Dalam keadaan apa
kebutuhan klien menjadi perhatian agensi? Apa tingkat pilihan klien?
Apakah layanan dicari, ditawarkan, atau diamanatkan? Apa harapan
klien terhadap agen dan pekerja?
Pengetahuan tentang kondisi hidup klien, peristiwa hidup, atau keadaan
hidup. Apa yang umumnya diketahui tentang kondisi, peristiwa, atau
keadaan yang dihadapi klien? Apa risiko dan kerentanan terkait yang
dominan, yang mempengaruhi dan meningkatkan kemungkinan
berlanjutnya masalah?
4. Kekuatan dan keterbatasan klien. Apa kekuatan dan
keterbatasan klien dalam menghadapi masalah
(pertimbangkan fisik, ekonomi, sosial, psikologis, dimensi
kognitif, agama, dan kelas)?
5. Dukungan dan hambatan lingkungan. Apa lingkungan fisik
klien, termasuk rumah, lingkungan, dan lingkungan
organisasi?
6. Tingkat kesesuaian antara sumber daya pribadi dan
lingkungan. Risiko dan kerentanan pribadi dan lingkungan apa
yang mendorong berlanjutnya masalah? Apa faktor, kekuatan,
dan mekanisme perlindungan pribadi dan lingkungan?
7. Arahan latihan. Berdasarkan penilaian Anda, data
tambahan apa yang akan bermanfaat? Apa pendekatan Anda
terhadap masalah? Apa yang akan Anda lakukan untuk
membantu? Bagaimana akan Anda dan klien bekerja sama?

:
1. Mengembangkan kesadaran tentang masalah di antara penghuni dan staf
lantai.
2. Mengembangkan basis dukungan di dalam kelompok lantai dan di antara
anggota tim saya.
3. Bekerja pada strategi perubahan dengan kepala perawat, menentukan titik
ketegangan di antara kami, dan secara spesifik apa yang akan mengurangi
kekhawatirannya dan meningkatkan dukungannya.
4. Berbicara dengan pekerja sosial dari dua lantai lain di Tower Pavilion untuk
menentukan penilaian mereka terhadap masalah, pandangan mereka tentang
kemungkinan perubahan, dan apakah mereka akan memberikan dukungan
untuk upaya mendapatkan cermin di lorong.
5. Menumbuhkan semangat direktur dinas sosial sehingga dia dapat
mendukung upaya tersebut dengan administrasi, yang dengannya dia memiliki
hubungan kerja yang erat.
Kesimpulan
Subjek bab ini adalah melayani orang tua yang membutuhkan
perawatan jangka panjang. Pekerja sosial harus
memperhatikan gambaran ini ketika mereka merencanakan,
mengatur, dan memberikan layanan sosial kepada populasi
yang rentan oleh kebijakan publik yang tidak cukup responsif
terhadap kebutuhannya. Dari orang tua yang membutuhkan
perawatan jangka panjang, wanita yang lebih tua, terutama
wanita minoritas yang lebih tua yang hidup sendiri, sangat
dirugikan oleh kemiskinan. Orang tua ini paling berisiko
mengalami pelecehan dan penelantaran, morbiditas,
pelembagaan, dan kematian. Pria kulit putih yang lebih tua
yang tinggal sendirian berisiko untuk bunuh diri.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai