1. STIGMA
a. Pengertian
Kata stigma berasal dari Bahasa inggris yang artinya noda atau cacat. Menurut
The American Heritage Dictionary (2012). Stigma adalah nilai buruk yang
mengidentifikasikan penderita kesehatan mental (ODGJ) di indonesia dipengaruhi oleh
lingkungan yang buruk. Labelling, pengucilan sehingga penderita memilih untuk diam
dan tidak berkonsultasi kepada ahlinya. Akibatnya, berdasarkan data (Riskesdas, 2018)
12 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi dan 19 juta penduduk di
atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Goffman menghasilkan suatu simpulan
bahwa seseorang yang dikenal stigma tidak diperlakukan sama dnegan orang lain. Hal ini
merupakan bentuk diskriminasi yang membuat orang yang dikenal stigma kehilangan
beberapa kesempatan penting dalam hidup sehingga pada akhirnya tidak dapat untuk
berkembang. (Hinshaw, 2007)
Isu kesehatan jiwa masih menjadi stigma yang sangat berdampak buruk pada
penderita berupa diskriminasi langsung. Misalnya, perlakuan kasar, kata-kata hinaan yg
dilontarkan, diskriminasi halus. Misalnya, dikucilkan secara diam-diam atau tidak
sengaja dari masyarakat dan perasaan malu yg datang dari keluarga (Fadhli,2020).
Stigma ini dapat menghambat kesembuhan dan pemulihan penderita kesehatan mental.
Gambaran stigma masyarakat terhadap pasien gangguan jiwa yaitu terkait pada
susceptibility, benefit, self efficacy dan barrier. Kebanyakan dilingkungan masyarakat
menganggap gangguan jiwa tidak jdapat disembuhkan, pasien menjadi tidak dapat
menjaga diri, membahayakan, adapun yang mengatakan penyebab gangguan jiwa adalah
adanya faktor lain diluar medis yaitu seperti diguna-guna dan sebagainya. (Yusuf,2012)
secara benefit, sebenarnya keluarga masih percaya bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
dapat mengurangi tanda dan gejala, tetapi keluarga hampir sudah tidak dapat
membedakan antara acceptance dan hopless, antara menerima atau putus haran, sehingga
kebanyakan keluarga hanya bisa pasrah apapun keadaan pasien tetap akan diterima.
b. Komponen
Menurut Link dan Phelan (dalam Scheid & Brown, 2010) stigma mengacu pada
pemikiran Goffman, komponen-komponen dari stigma sebagai berikut :
1) Labelling
Labelling adalah pembedaan dan memberikan label atau penamaan berdasarkan
perbedaan-perbedaan yang dimiliki anggota masyarakat tersebut (Link & Phelan
dalam Scheid &Brown, 2010) sebagian besar perbedaan individu tidak dianggap
Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri
Setia Hani Megasari (2106763266)
S1 Eks Ilmu Keperawatan
krelevan secara social, namun beberapa perbedaan yang diberikan dapat menonjol
secara social. Pemilihan karakteristik yang menonjol dan penciptaan label bagi
individu atau kelompok merupakan sebuah prestasi social yang perlu di pahami sebag
ai komponen penting dari stigma.
2) Stereotype
Stereotype adalah kerangka berpikir atau aspek yang terdiri dari pengetahuan dan
keyakinan tentang kelompok social tertentu. Menurut (Rahman, 2013)stereotip
merupakan keyakinan mengenai karakteristik tertentu dari anggota kelompok tertentu.
Stereotip adalah komponen kognitif yang merupakan keyakinan tentang atribut
personal yang dimilikji oleh orang-orang dalam suatu kelompok tertentu atau kategori
social tertentu (Taylor, Peplau, & Sears, 2009)
3) Separation
Separation adalah pemisahan “kita” (sebagai pihak yang tidak memiliki stigma atau
pemberi stigma) dengan “mereka” (kelompok yang mendapatkan stigma). Hubungan
label dengan atribut negative akan menjadi suatu pembenaran ketika individu yang
dilabel percaya bahwa dirinya memang berbeda sehingga hal tersebut dapat dikatakan
bahwa proses pemberian stereotip berhasil (Link & Phelan dalam Scheid & Brown,
2010). Speration artinya pemisahan yang dilakukan antara kelompok yang
mendapatkan stigma dengan kelompok yang tidak mendapatkan stigma.
4) Discrimination
Diskriminasi adalah perilakku yang merendahkan orang lain karena keanggotaanya
dalam suatu kelompok (Rahman, 2013). Menurut (Taylor dkk, 2009) diskriminasi
adalah komponen behavioral yang merupakan perilaku negative terhadap individu
karena individu tersebut adalah anggota dari kelompok tertentu.
c. Jenis Stigma
Larson & Corrigan; Werner, Goldstein, & Heinik (2011) menjelaskan tentang tiga jenis
stigma :
1) Stigma structural
Stigma yang mengacu pada ketidakseimbangan dan ketidakadilan jika dilihat oleh
lembaga social. Misalnya, merujuk ke kualitas rendah perawatan yang diberikan
oleh professional kesehatan menjadi stigma individu atau kelompok.
2) Stigma masyarakat
Stigma yang mengambarkan reaksi atau penilaian negative kjdari masyarakat
terhadap penderita gangguan jiwa
3) Stigma oleh asosiasi
Stigma ini didiskriminasi karena memiliki hubungan dengan seorang individu
yang terstigma
Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri
Setia Hani Megasari (2106763266)
S1 Eks Ilmu Keperawatan
d. Aspek-aspek Stigma
1) Perspektif
Merupakan pandangan orang dalam menilai orang lain. Misalnya, seseorang
memberikan stigma pada orang lain yang berhubungan dengan pemberi stigma
(perceiver) dan penerima stigma (target).
2) Identitas
Identitas ini terdiri dari dua hal, yakni identitas pribadi dan identitas kelompok.
Misalnya perbedaan warna kulit, cacat fisik, dan hal lain yang menimbulkan
kenegatifan.
3) Reaksi
Aspek reaksi ini terdiri dari tiga sub aspek yang prosesnya berjalan bersamaan
aspek tersebut yakni aspek kognitif, afektif, dan behavior. Misalnya aspek kognitif
yaitu, pada orang dengan gangguan jiwa cenderung dipersepsikan
membahayakan, merugikan, sehingga orang memberi stigma pada penderita.
Aspek afektif yakni orang yang memberikan stigma secara spontan tidak suka,
merasa terancam, dan jijik sehingga dimungkinkan seseorang yang merasa
demikian akan menunjukan perilaku menghindar.
e. Dampak Stigma
Hasil penelitian Phulf (dalam Simanjutak; 2005) menemukan ada beberapa dampak
atau akibat dari stigma, yaitu:
1) Stigma sulit mencari bantuan
2) Stigma membuat semakin sulit memulihkan kehidupan karena stigma dapat
menyebabkan self-confidence menarik diri dari masyarakat
3) Stigma menyebabkan diskriminasi sehingga sulit mendapatkan akomodasi dan
pekerjaan
4) Masyarakat bisa lebih kasar dan kurang manusiawi
5) Keluarganya menjadi lebih terhina dan terganggu.
Dampak stigma terhadap penderita gangguan jiwa tidak saja pada individu, namun
juga bisa berdampak pada keluarga dan masyarakat:
1) Dampak pada individu
Stigma berdampak pada individu seperti; harga diri rendah, penilaian negative
pada diri sendiri (selkf-stigma), ketakutan, diasingkan, kehilangan kesempatan
kerja karena diskriminasi, menambah depresi dan meningkatnya kekambuhan.
2) Dampak pada keluarga
Stigmatisasi berdampak terhadap keluarga dalam memberikan asuhan pada klien,
umumnya berbentuk dukungan fisik, emosional, finansial dan bantuan yang
paling rendah dalam aktifitas sehari-hari. Dampak stigma dapat berupa beban
finansial, kekerasan dalam rumah tangga, penurunan kesehatan fisik dan mental
pada keluarga pengasuh, aktifitas rutin keluarga terganggu, kekhawatiran
menghadapi masa depan, stress dan merasa tidak dapat menanggulangi masalah
(Yosep, 2010;leafley, 1989 dalam Park &park, 2014; Girma, et al, 2014).
Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri
Setia Hani Megasari (2106763266)
S1 Eks Ilmu Keperawatan
2. BIPOLAR
a. Pengertian
Gangguan Bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental yang serius
dan dapat menyerang seseorang, pada kondisi suasana hati yang berubah-ubah secara
signifikan dan ekstrem pada penderitanya. (Parks, 2014)
Hal tersebut disebabkan karena kondisi suasana hati penderitanya dapat berganti
secara tiba-tiba angtara kondisi baik atau bahagia (mania) dan buruk atau kesedihan
(depresi), dan berada pada tingkat yang berlebihan dari batas kewajaran. Keadaan yang
terjadi pada penderita juga diutarakan oleh (Samosir, 2015), seorang psikiater
menyatakan bahwa bipolar secara sederhana merupakan gangguan suasana perasaan yang
dicirikan dengan adanya dua kutub ekstrim emosi. Dua kutub emosi itu berlawanan dan
dapat berganti secara tiba-tiba tanpa diketahui kapan waktu ‘kambuhnya’. Pada mania
(manic) atau emosi gembira yang berlebihan dapat terjadi ketika seseorang penderita
gangguan bipolar menjadi sangat bersemangat, hiperaktif, dan antusias, sedangkan pada
depresi atau emosi sedih yang berlebihan dapat terjadi ketiga penderitanya menjadi
sangat pesimis, putus asa, gelisah, tekanan npikiran, tidak berdaya bahkan dapat muncul
keinginan untuk melakukan bunuh diri.
Mania
Hypomania
Normal
Depression
Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri
Setia Hani Megasari (2106763266)
S1 Eks Ilmu Keperawatan