Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KELOMPOK 2
PEKERJAAN SOSIAL : TEORI DAN METODE

Mata Kuliah :
Teori dan Praktek Pekerjaan Sosial dalam Masyarakat Multikultural (A)

Nama Kelompok :
Alfia Primasasti Hanggari (20200110100095)
Bima Aditya (20200110100050)
Dimas Noto Kusomo (20200110100004)
Muhammad Hanif Ikhsan (20200110100012)
Muhamad Rizky Ramadhan (20200110100011)
Nindi Nadia (20200110100062)
Sabar Analisis Zega (20200110100089)
Sulistiyani Febrianti (20200110100071)

PRODI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, Semoga
kita semua selalu didalam kondisi sehat walafiat dan juga selalu dalam lindungan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Pekerja Sosial
Teori dan Metode” Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Tuhan yang Maha Esa karna
telah memberi banyak nikmat sehat, serta nikmat baik yang berlimpah, tak lupa juga terimakasih
untuk teman-teman kami karna telah memberi kan semangat serta dukungan sehingga saya dapat
menyusun dan menuntaskan pekerjaan makalah ini sampai selesai. Kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah yang
selanjutnya agar jauah lebih baik lagi dari sebelumnya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Pekerjaan Sosial.....................................................................................................................3
2.2 Teori Pekerjaan Sosial...........................................................................................................5
2.3 Metode – Metode Intervensi..................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
3.2 Pertanyaan............................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Max Siporin, Pekerjaan Sosial adalah suatu metoda institusi sosial untuk
membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan
meningkatkan keberfungsian sosial. Sedangkan menurut Charles Zastrow, pekerjan sosial
adalah Kegiatan professional untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat guna
meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta
menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
Proses pertolongan pekerja sosial diklasifikasikan ke dalam 5 tahap, yaitu Engagement,
Intake and Contract, Assesment, Planning, Intervention, Evaluation and Termination. Dalam
praktiknya pekerjaan sosial, ada beberapa teori yang digunakan dalam praktik pekerjaan
sosial, diantaranya adalah Psikodinamika, Bimbingan sosial perseorangan Psikososial,
Psikologi Humanis, Pekerjaan sosial perilaku, Teori Sistem, Pekerjaan sosial radikal dan
Praktek emansipasi.
Sebelum melakukan praktik ke lapangan, pekerjaan sosial juga harus memerlukan
metode perkerjaan sosial. Metode Pekerjaan Sosial adalah suatu prosedur kerja yang teratur
dan dilaksanakan secara sistematis digunakan oleh pekerja sosial dalam memberikan
pelayanan sosial. Di dalam pekerjaan sosial ada beberapa metode yang digunakan untuk
membantu klien dalam mengatasi permasalahannya. Ada beberapa metode, diantaranya
bimbingan sosial perorangan, bimbingan sosial kelompok dan pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan membahas masalah :


1. Apa itu pekerjaan sosial?
2. Teori apa saja yang digunakaan oleh pekerjaan sosial dalam praktik?

1
3. Metode apa saja yang digunakan oleh pekerjaan sosial?

1.3 Tujuan

Tujuan kami membuat makalah ini agar teman-teman mengetahui lebih dalam teori dan
metode apa saja yang akan digunakan ketika pekerjaan sosial melakukan praktik serta apa
saja peran pekerjaan sosial didalam metode tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pekerjaan Sosial

Menurut Max Siporin, Pekerjaan Sosial adalah suatu metoda institusi sosial untuk
membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan
meningkatkan keberfungsian sosial. Sedangkan menurut Charles Zastrow, pekerjan sosial adalah
Kegiatan professional untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat guna meningkatkan
atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi
masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Di sinilah keahlian (expertise) profesi pekerjaan sosial dalam memahami berbagai persoalan
sosial, dengan memahami proses-proses sosial manusia, baik dalam level mikro, meso maupun
makro. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, dalam rangka melihat dan merespon
kehidupan sosial :

a. Banyak permasalahan yang dihadapi awalahnya adalah dari (kondisi) sosial dan masalah
sosial adalah socially constructed. Artinya, mereka didefinisikan oleh masyarakat.
b. Solusi potensial adalah biasanya ada pada level sosial atau masyarakat, dari pada
individual (contohnya : sekali lagi kemiskinan sebagai) dan mungkin melibatkan para
pekerja sosial untuk memberi tekanan kepada pihak lainnya untuk menghadapi masalah
tersebut (contohnya : melalui aksi komunitas), dari pada menghadapinya secara langsung
case by case.
c. Respon pekerjaan sosial terhadap permasalahan seringkali melibatkan seluas mungkin
sumber-sumber sosial, contohnya : pelayanan-pelayanan pemerintah, atau badanbadan
sosial swasta, lembaga sosial berbasis komunitas sebagai potensi-potensi pemenuhan
kebutuhan sosial.
d. Intervensi pekerjaan sosial dapat saja memperburuk ketidakadilan sosial, misalkan
memperkuat stereotip gender.
e. Kebijakan sosial yang mengatur intervensi pekerjaan sosial berakar pada kondisi sosial,
politik dan ekonomi keseharian dari masyarakatnya. Dengan demikian adalah penting
bagi para pekerja sosial untuk memahami konteks sosial dari pekerjaannya.

3
Para pekerja sosial harus memahami proses-proses interaksi sosial yang terjadi pada setiap level
atau cakupan kehidupan manusia. Hal ini meliputi pemahaman mengenai :

a. Social division : kelas, ras, etnis, gender, usia, disabilitas, identitas seks, agama dan
seterusnya yang merupakan cara-cara penting dimana seseorang dipengaruhi dan
ditentukan oleh faktor-faktor sosial berkaitan dengan distribusi peluang dan kesempatan
hidupnya.
b. Power : dalam sudut pandang pekerjaan sosial sangat penting, karena terkait dengan
bahwa sejauh ini klien pekerjaan sosial umumnya berada pada posisi kekuatan yang
relatif lemah atau tidak berdaya, sebagai akibat juga dari lokasi (posisi) sosial mereka
(dalam kaitan dengan ‘divisi sosial’ di atas) atau permasalahan tertentu yang mendorong
mereka untuk bertemu dengan seorang pekerja sosial (masalah kecanduan minuman
keras, misalnya), atau mungkin kombinasi dari kedua hal di atas. Kemudian, intervensi
pekerjaan sosial itu sendiri merupakan praktek kekuatan (strengths perspective), dan ini
dapat digunakan secara positif untuk memberdayakan klien atau secara negatif
memperkuat mereka yang mengalami ketidak-beruntungan.
c. Ideology : merujuk pada kekuatan gagasan untuk mempertahankan keberadaan struktur
dan relasi sosial. Artinya, bekerja dengan ideologi dapat lebih efektif dalam
mempertahankan struktur kekuatan daripada secara terbuka dan terlihat jelas penggunaan
kekuatannya, seperti melalui kekuasaan dan pemaksaan.
d. Law and order : Pada posisi inilah signifikansi pekerja sosial, sebagai bagian dari mesin
hukum dan tatanan untuk menciptakan stabilitas sosial, tetapi juga melakukan
restrukturisasi sosial dengan bekerja pada sebagian besar kelompok-kelompok di
masyarakat yang rentan dan tidak beruntung.
e. Social institutions : merujuk pada suatu karakteristik sifat dari masyarakat yang relatif
berjangka waktu panjang dan stabil, bangunan benteng kehidupan masyarakat yang
terdiri dari simbol-simbol tatanan sosial. Di dalamnya termasuk pernikahan, keluarga,
agama, pendidikan, dan identitas nasional. Semua hal tersebut berkait erat dengan
ideologi dan memainkan peran penting dalam memahami masyarakat kita.

4
Proses pekerjaan sosial merupakan bagian penting dalam praktek pekerjaan sosial, yang juga
merupakan ciri khas pendekatan dari pekerjaan sosial. Sistematika praktik pekerja sosial,
menurut Thompson, 2002, dapat dicapai dalam lima tahap proses, sebagai berikut :

a. Assessment yaitu pada tahap ini meliputi pengumpulan informasi dan menghasilkan
sebuah gambaran tentang apa permasalahannya, kekuatan apa yang dapat digunakan, apa
kebutuhan yang telah disediakan, dan seterusnya.
b. Intervention yaitu permasalahan dan faktor-faktor lainnya telah teridentifikasi, tahap
berikutnya adalah menentukan pengaturan atau pengelolaan yang diperlukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut, upaya memenuhi kebutuhan dan seterusnya.
c. Review yaitu membahas perubahan situasi sepanjang waktu, dan sehingga asesmen
pekerjaan sosial memerlukan perubahan juga.
d. Ending yaitu tahap pekerja sosial melakukan intervensinya sebaik-setepat mungkin di
setiap saat untuk klien.
e. Evaluation yaitu ketika pekerjaan telah selesai dilakukan, kemudian pekerja sosial
memiliki peluang untuk belajar dari apa yang telah berjalan dengan baik, apa yang telah
berjalan dengan lebih baik dan secara umum pelajaran apa yang diperoleh dari
pengalaman

2.2 Teori Pekerjaan Sosial

Dalam perkembangan praktek pekerjaan sosial, basis pengetahuan pekerjaan sosial cukup
banyak dan terus berkembang secara konstan. Dengan demikian pekerja sosial perlu memperoleh
sejumlah perspektif teoritis dan kemampuan untuk menggunakannya sesuai kebutuhan.
Perkembangan pendekatan-pendekatan utama pada teori dan praktek pekerjaan sosial, sebagai
berikut :

1. Psikodinamika (psychodynamic).
Teori ini berkaitan dengan konflik internal psikologis antara dorongan kesenangan
irasional id dan kesadaran sosial super ego, yang dimediasi oleh ego atau ‘regulator’
psikologis. Artinya pendekatan ini bagi profesi pekerjaan sosial berupaya mencari
pemecahan masalah pekerjaan sosial sebagaimana sebuah konflik antara keinginan dan
kebutuhan dari individu dan hambatanhambatan serta tuntutan masyarakat.

5
2. Bimbingan sosial perseorangan Psikososial (psychosocial casework).
Pendekatan ini dalam berbagai caranya merupakan pengembangan dari teori
psikodinamika. Artinya pendekatan ini hadir tidak hanya sekedar diterapkan sebagai
upaya penyesuaian psikologis semata tetapi juga mengatasi lingkungan sosial atau situasi
kondisi individu atau persoalan keluarga.
3. Psikologi Humanis (humanistic psychology).
Fokus psikologi humanis adalah potensi manusia serta hambatan-hambatan sosial dan
psikologis yang membatasi kehidupannya. Asumsi yang dibangun dari teori ini adalah
bahwa manusia dipandang atau diasumsikan memiliki dasar yang baik, dan akan
cenderung berbuat jahat apabila situasi kondisi berpotensi mengganggu atau
menimbulkan situasi frustasi. Implikasi teori ini dalam praktek pekerjaan sosial,
kemudian, seiring dengan perhatian dari psikologi humanis, berupaya membebaskan
manusia dari hambatanhambatan tersebut sehingga kebaikankebaikan alamiah dapat
muncul dan terus berkembang.
4. Pekerjaan sosial perilaku (behavioral social work).
Implikasi teori ini dalam praktek pekerjaan sosial antara lain untuk membangun dan
memperkuat kapasitas klien agar lebih berdaya dan berguna, sehingga mampu secara
mandiri membuat putusan-putusan penting bagi hidupnya sendiri saat ini dan di masa
datang. Pendekatan ini begitu populer dalam sejumlah aspek praktek, meski saat ini tidak
begitu populer.
5. Teori Sistem (systems theory).
Pendekatan ini lebih eksplisit dalam sosiologi dimana situasi praktek pekerjaan sosial
yang ditangani dipahami sebagai serangkaian keterkaitan sistem sosial (sistem keluarga,
sistem ketetanggaan, dan seterusnya). Kemudian tugas pekerja sosial, adalah untuk
memahami interaksi sistem dan permasalahan yang muncul dari interaksi tersebut,
sehingga pola-pola sistem dapat diatasi dan permasalahan ditangani.
6. Pekerjaan sosial radikal (radical social work).
Pendekatan ini muncul dari ketidakpuasan dengan pendekatan yang sedikit sekali atau
yang tidak memperhitungkan faktor-faktor sosial yang lebih luas, kelas-kelas khusus,
kemiskinan dan kekurangan. Fokus pekerjaan sosial radikal adalah politisasi, membantu
klien mengembangkan kesadaran tentang bagaimana permasalahan mereka dikaitkan

6
dengan faktor-faktor sosial dan politik, sehingga, mereka seharusnya memiliki hak-hak
dan kewajiban agar dapat berkontribusi pada proses perubahan sosial radikal.
7. Praktek emansipasi (emancipatory practice).
Pengembangan pada penekanan pekerjaan sosial radikal sosial politik, pendekatan
emansipasi modern bagi pekerjaan sosial berkenaan dengan penindasan, mengakui bahwa
mayoritas klien pekerjaan sosial mengalami penindasan dan bentukbentuk diskriminasi
lainnya. Fokus praktek pekerjaan sosial adalah berkontribusi pada pemberdayaan klien
untuk membantu mereka yang mengalami ketidakberuntungan sebagai hasil dari
pembatasan-pembatasan sosial dan sikap-sikap negatif mereka. Memang pekerja sosial
tidak harus menguasai semua perspektif teoritis tersebut.

2.3 Metode – Metode Intervensi

Metode-metode intervensi yang dapat dikemukakan berkenaan dengan pencapaian tujuan-tujuan


pekerjaan sosial berhubungan erat dengan kerangka perspektif teoritis sebelumnya. Berikut
metode pekerjaan sosial :

1. Individual case work (bimbingan sosial perseorangan).


Metode ini dapat digambarkan sebagai metode praktek dan melibatkan upaya individu
berbasis pertemuan lawan muka dengan klien dalam rangka mengatasi kesulitan yang
dihadapi mereka.
Beberapa peranan pekerja sosial profesional yang menerapkan bimbingan perorangan
adalah:
1) Broker, membantu memberikan pelayanan sosial kepada klien.
2) Mediator, menghubungkan klien kepada sumber-sumber pelayanan sosial.
3) Public educator, memberikan dan menyebarluaskan informasi mengenai masalah dan
pelayanan sosial.
4) Advocate, membela klien memperjuangkan haknya memperoleh pelayanan atau
menjadi penyambung lidah klien agar lembaga respon memenuhi kebutuhan klien.
5) Outreach, pekerja sosial mendatangi atau menjangkau pelayanan.
6) Behavioral specialist, sebagai ahli yang dapat melakukan berbagai strategi atau teknis
mengubah perilaku seseorang.

7
7) Konsultan, memberikan nasehat kepada klien untuk memenuhi kebutuhan atau
pemecahan masalah.
8) Konselor, mencarikan alternatif yang dapat membantu klien dalam upaya mengatasi
masalahnya.
2. Social Groupwork (bimbingan sosial kelompok), Metode ini sangat efektif digunakan
ketika bekerja dengan orang-orang yang memiliki permasalahan dan perhatian yang sama
serta dinamika kelompok. Dasar Dinamika Kelompok yaitu setiap kelompok mengalami
tahapan perkembangan, adapun tahapan perkembangan sebuah kelompok adalah sebagai
berikut:
1) Tahap pertama, dalam tahapan ini semua anggota sangat bergantung dan
mengharapkan arahan dari pimpinan.
2) Tahap kedua, anggota mulai fokus pada dirinya sendiri, dan mulai mengambil
tanggung jawab yang lebih besar .
3) Tahap ketiga adalah tahap bekerja, dalam tahapan ini, anggota mulai menyukai
berada dalam kelompok, dan memiliki gairah yang tinggi untuk bekerja .
4) Tahap keempat adalah tahapan yang menunjukkan bahwa kelompok sudah mencapai
tujuannya dan para anggota kelompok mulai terpisah secara emosi.

Peran Pekerja Sosial dalam Kelompok diantaranya adalah sebagai:

1) Broker, yaitu semacam penghubung antara klien dengan pihak-pihak yang dapat
membantunya.
2) Mediator, yaitu Pekerja Sosial yang membantu menyelesaikan konflik, pertikaian
ataupun perselisihan anggota kelompok.
3) Educator, yaitu Pekerja Sosial memberikan informasi baru, model-model untuk
membantu partisipan mempelajari keterampilan baru.
4) Fasilitator, yaitu sebagai orang yang akan mempermudah dan meringankan jalan
partisipan.

3. Community organizing and development (pengorganisasian dan pengembangan


masyarakat).

8
Bimbingan sosial dengan masyarakat sebagai salah satu metode yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada
di dalam masyarakat serta menekankan dengan adanya prinsip peran serta atau partisipasi
masyarakat agar cenderung mengarah pada pemenuhan kebutuhan bidang tertentu di
masyarakat seperti kesejahteraan keluarga, kesejahteraan anak dan lain sebagainya.
Peran Pekerja Sosial dalam metode ini diantaranya adalah sebagai:
1) Fasilitator, Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan “fasilitator” sering disebut
sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu-sama
lain. Peran sebagai pemungkin atau fasilitator bertujuan untuk membantu klien agar
menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.
2) Broker, Seorang beroker berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari transaksi
tersebut sehingga klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Pada saat
klien menyewa seorang broker, klien meyakini bahwa broker tersebut memiliki
pengetahuan mengenai pasar modal, pengetahuan yang diperoleh terutama
berdasarkan pengalamannya sehari-hari.
3) Mediator, Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan
pertolongannya. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan
yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Pekerja sosial
berperan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota
kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya.
4) Pembela, Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah satu praktek pekerjaan
sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Peran pembelaan dapat dibagi dua:
advokasi kasus (case advocacy) dan advokasi kelas (class advocacy). Apabila pekerja
sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia
berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kelas terjadi manakala klien yang dibela
pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Max Siporin, Pekerjaan Sosial adalah suatu metoda institusi sosial untuk
membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki
dan meningkatkan keberfungsian sosial. Sedangkan menurut Charles Zastrow, pekerjan
sosial adalah Kegiatan professional untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat
guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta
menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
Ada 5 tahapan pekerjaan sosial untuk melakukan praktik, yaitu assessment,
intervention, review, ending dan evaluation. Lalu ada beberapa teori yang digunakan oleh
pekerjaan sosial, diantaranya psikodinamika, bimbingan sosial perseorangan psikososial,
psikologi humanis, pekerjaan sosial perilaku, teori sistem, pekerjaan sosial radikal dan
pekerjaan sosial emansipasi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pekerjaan sosial akan berhubungan dengan teori
dan metode. Berikut metode pekerjaan sosial yaitu bimbingan sosial perorangan,
bimbingan sosial kelompok dan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

3.2 Pertanyaan

 Kelompok 1
1. Dalam teori psikologi humanis, dijelaskan kalau manusia dipandang atau diasumsikan
memiliki dasar yang baik, dan akan cenderung berbuat jahat apabila situasi kondisi
berpotensi mengganggu atau menimbulkan situasi frustasi. Dari pernyataan tersebut,
apa yang dimaksud dari manusia cenderung berbuat jahat apabila situasi kondisi
berpotensi mengganggu atau menimbulkan situasi frustasi?
Jawaban : Manusia itu pada dasarnya orang baik, namun ada banyak faktor yang
membuat seseorang menjadi tidak baik atau melenceng salah satu nya faktor
lingkungan dan teman. Seseorang jika mempunyai atau bertemen dengan orang yang
tidak baik, maka sikap suatu seseorang akan berubah. Lingkungan juga bisa

10
berpengaruh, misalnya jika dia atau mereka tinggal di suatu pemukiman yang
mayoritas pengangguran maka itu bisa membuat dirinya menjadi seorang
pengangguran. Kita harus memberikan arahan atau nasehat dengan cara yang baik,
mulai dari diri sendiri. Untuk anak kecil kita harus memberikan nasihat dan arahan
yang baik dan lemah lembut sehingga dengan bgtu anak kecil dapat menerima nya
dengan baik tanpa trauma yg membuat psikologi nya atau perilaku nya menjadi
berubah bila kelak dewasa nanti.

 Kelompok 3
1. Psikodinamika kan selalu berkaitan dengan konflik internal psikologis antara dorongan
kesenangan irasional super ego dengan itu apa saja contoh psikodinamika dalam teori
praktek Peksos?
Jawaban : Teori sigmund fruid terbagi 3 : Id, ego dan superego bekerja bersama dalam
menciptakan pola perilaku manusia.
1. Id memberi tuntutan kebutuhan alamiah.
2. ego membatasinya dengan realita, dan
3. Superego menambahkan nilai-nilai moral pada setiap tindakan yang diambil.

Dalam konteks psikodinamika teori peksos, pasti merujuk pada masa lampau sesorang
tersebut apa bila melampaui batas abnormal, disini peksos mampu memahami sikon
permaslahan yang di alami klient. Selanjutnya teori ini juga dalam menangani masalah
klien harus ada yang backup yaitu ego yang berfokus dalam dirinya dan dibantu oleh
orang terdekatnya dll nya, karena konflik internal sering terjadi cemburu sosial sperti
ketidak setaraan gaji yang diberikan manager, seorang teman memberikan perhatian
lebih kepada orang baru, lari dari tugas atau tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya
dan lain sebaginya. Lalu tentunya di tekankan bagi para praktisi harus menyesuaikan
profesi masing masing, berdasarkan hal ini dalam penangannya kasus ini yg di butuhkan
klient atau ke terlibatan peran adalah peksos psikolog, pskiater, dan medis.

2. Bagaimana mengimplementasikan teori, teknik, dan prinsip-prinsip pekerjaan sosial


dalam praktik nyata?
Jawaban :

11
1. Harus memperhatikan masalah apa yang sedang terjadi dan teknik apa yang mau di
gunakan oleh praktisi.
2. Memperhatikan betul intruksi dari lembaga yang membawahi peksos atau praktisi.
3. Memperhatikan betul kontrak yang di sepakati dari awal baik peksos terhadap
lembaganya dan juga peksos terhadap klien nya.
4. Memperhatikan apa tujuan dari visi dan misi peksos.
5. Mematuhi aturan yang sudah di tetapkan di dalam instansi peksos secara implisit
dan eksplisit.

Maka ketika kita mengunakan teori teknik yang sudah di pelajari yakni menggunakan
teknik iterverensi berdasarkan tingkat penanggan masalah yg di tanggani mulai dari
mikro,makro dan mezzo pesksos dapat memulai dari :

1. Pendekatan dengan Bergaul/terlibat atau engagement


2. Assesmen
3. Perencanaan/planning
4. Interverensi bisa dari ex dan dari in
5. Monitoring
6. Evaluasi
7. Terminasi biasanya klien sudah berfungsi sosialnya

Terkadang teknik yang kita sudah kaji dan analisa dan akn di terapkan di lapangan pasti
akan berbeda dengan masalah yang di tangani misalnya ketetapan aturan tertinggi
aturan adat atau aturan pemerintah dalam konflik pegelolaan lahan atau tanah warga
setempat yang akan di jadikan untuk di garap oleh negara dan investor. Maka kita
sebagai peksos menempatkan diri sebagai apa dan teknik apa yang akan kita lakukan
kepada masyarakat, pemerintah dan para investor untuk menetralisir konflik ? Jadi
kesimpulannya teori teknik berfokus pada keahlian peksos dalam pengambilan
keputusan untuk memberi solusi, ketangkasan berpikir yang tepat untuk memecahkan
masalah yang di tangani.

 Kelompok 4
1. Dengan menggunakan metode individual case work itu bisa mendapatkan inti
permasalah klien secara detail dan dalam sehingga dapat memudahkan kita, lalu
12
bagaimana dengan metode social group work? bagaimana cara peksos bisa
menyelesaikan masalah klien yang bergabung pada satu grup yang mana sulit bagi
klien untuk bersifat terbuka ketika banyak orang, bagaimana penyelesaiannya agar
tuntas secara detail?
Jawaban : Case work berfokus menangani satu orang bersifat private sedangkan social
grup work menekankan diskusi melibatkan beberapa orang selama permasalahan yang
ingin di selesaikan belom tepat tujuannya memberikan solusi apa yang di berikan ke
klien dan adanya kesepakatan bersama. Dalam metode tersebut sama-sama saja untuk
memberikan solusi kepada klien dengan tepat dalam sikon dekat maupun lambat akan
tetapi jika peksos memproleh data menggunakan social grup work akan membutuhkan
waktu cukup lama. Namun berbicara terkait detail nya tentu lebih akurat ketika seorang
peksos juga menyesuaikan kesepakatan dalam sikon permasalahan yang ada dan
peksos juga di fokuskan dalam estimasi waktu artinya apakah jangka waktu yang di
perlukan mau berapa lama.
2. Jika Intervensi pekerjaan sosial memperburuk ketidakadilan sosial, apa yang harus
dilakukan pekerja sosial, agar tidak memperburuk intervensi pekerjaan sosial?
Jawaban : terdapat lima tahapan proses intervensi dalam praktik pekerja sosial yaitu:
pertama, kontak awal dan pelibatan adalah kegiatan yang dimulai dengan menjalin
relasi, mengidentifikasi dan mendefinisikan permasalahan atau situasi klien serta
menentukan kelayakan pelayanan. Kedua, koleksi data sebagai upaya mengumpulkan
informasi dan mengkaji masalah atau situasi, memutuskan perubahan yang harus
dibutuhkan, apa yang dirubah dan bagaimana perubahan tersebut dapat
dilaksanakan.Ketiga, perencanaan dan kontrak sebagai perumusan sasaran,
mengevaluasi strategi kemungkinan, menyepakati rencanaintervensi, menentukan siapa
yang akan melakukan. Keempat, intervensi dan monitoring sebagai upaya
melaksanakan rencana, memonitor kemajuan, merevisi rencana jika tidak terjadi suatu
perubahan apapun dan terakhir Evaluasi akhir dan terminasi sebagai bentuk
mengevaluasi seluruh kemajuan dan memberikan saran balik kepada lembaga.
 Kelompok 5
1. Bagaimana pekerja sosial masyarakat multikultural mampu mengatasi permasalahan
rasisme di Indonesia??

13
Jawaban : pekerja sosial mengatasi permasalahan rasis di indonesia :
1. Memahami Definisi Rasisme
Perbincangan menegenai rasisme terkadang kurang dapat dimengerti ketika
partisipan dipaham arti dari rasisme. Menurut KBBI, definisi dari rasisme atau
rasialisme adalah 1) prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat
sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda; 2) paham bahwa ras diri sendiri
adalah ras yang paling unggul. Beberapa orang terkadang disadari atau tanpa
disadari mempercayai dan menerapkan prasangka buruk dan menganggap bahwa ras
mereka merupakan ras yang lebih unggul dari yang lain.
2. Memahami Kesenjangan Rasial
Rasisme memproduksi ketidaksetaraan dan kesenjangan rasial di berbagai bidang
kehidupan pribadi dan publik. Hal itu termasuk politik, program kesehatan,
peradilan hukum, pendidikan, pemasukan, pekerjaan dan kepemilikan properti.
Menjadi seorang yang anti-rasis berarti mengetahui dan mempelajari mengenai
ketidaksetaraan dan perbedaan yang memberikan suatu kelompok ras dibandingkan
ras lainnya. Mengakui bahwa ada ras dan etnis yang underprivileged. Seorang yang
rasis akan mengasosiasikan hal buruk dan kesenjangan ekonomi yang dialami oleh
suatu kelompok dengan perilaku dan karakteristik kelompok tersebut. Sedangkan
seorang yang anti-rasis menganggap permasalahan bukan berada pada kelompok,
melainkan dari kebijakan-kebijakan rasial yang membuat rugi kelompok tersebut.
Hal yang bisa kita lakukan adalah mencoba memahami pengetahuan dan lapisan
ideologi agar kita dapat mengenyahkan asosiasi buruk pada ras/etnis tersebut.

3. Menentang Gagasan Rasisme


Setelah dapat mengidentifikasi disparitas rasial, selanjutnya adalah memeriksa
pandangan, kepercayaan dan dukungan politik yang kita miliki menjustifikasi
ketidaksetaraan ras. Pandangan, kepercayaan yang secara sadar atau tidak sadar
tersebut tentu harus kita ubah. Seperti pandangan bahwa orang berkulit putih lebih
menarik daripada orang berkulit hitam, atau stigma buruk yang kita asosiasikan pada
suatu kelompok ras atau etnis.

14
4. Mendukung dan Mengedukasi
Kita tidak bisa menjadi seorang yang anti-rasis tanpa adanya tindakan aktif, menurut
Kendi salah satu cara untuk aktif adalah mendukung aktivisme dan organisasi yang
melawan kebijakan yang menciptakan disparitas rasial. Hal itu bisa dilakukan
dengan mengikuti dan mendanai aktivisme dan organisasi yang mendukung adanya
kesetaraan ras dan ingin mengubah kebijakan-kebijakan yang rasis. Tindakan aktif
juga dapat dilakukan dengan cara mengedukasi kepada generasi selanjutnya.
Khususnya mengedukasi tentang bagaimana pentingnya kesetaraan bagi semua
orang lintas ras dan etnis di semua aspek. Beberapa contoh edukasi yang dilihat
masyarakatnya dalam perbedaan dan multikultural yaitu :
1) Kalimantan Barat.
Provinsi ini tiga bangsa utama, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Umumnya
bangsa Dayak menempati bagian tengah hingga timur Kalbar, sementara Melayu
umumnya berada di pesisir. Tionghoa umum dijumpai di kawasan perkotaan
seperti Pontianak dan Singkawang. Selain itu, ada juga suku Jawa yang cukup
dominan. Persatuan Dayak dan Melayu, dua suku bangsa asli di Kalimantan
Barat dan Singkawang, kota dengan persentase Tionghoa terbesar di Indonesia
2) Kalimantan Timur
Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang paling majemuk di
Indonesia. Tak ada suku mayoritas (>50% dari total populasi) di provinsi ini
saking beragamnya. Setidaknya suku bangsa di Kaltim terbagi menjadi tiga
golongan besar, yaitu Melayu (Banjar dan Kutai), Dayak (Ot Danum, Punan, Apo
Kayan, Murut) dan luar Kalimantan (Jawa, Bugis, Madura, Tionghoa, Batak,
dsb). Dari keberagaman inilah Kaltim punya beragam bahasa yang dituturkan.
Bahasa Kutai dan Bahasa Banjar cukup dominan pengunaannya, terutama di kota
besar seperti Balikpapan dan Samarinda. Yang menariknya ialah Bahasa Banjar
di Kalimantan Timur sudah seperti lingua franca antar etnis. Bahkan motto
provinsi Kaltim saja dari bahasa ini.
3) Medan, Sumatera Utara.
Kota ini merupakan melting pot yang unik. Didirikan oleh Batak Karo, menjadi
ibukota Kesultanan Deli yand dimana sultannya Melayu, besarnya populasi orang

15
Jawa, tempat berdirinya salah satu franchise restoran Minang yang terkenal,
menjadi main hub orang Aceh, kota dengan populasi Tionghoa Hokkien terbesar,
hingga menjadi kota dengan Kampung India (Tamil) terbesar. Karena
keberagaman inilah banyak hal yang hanya dijumpai di Medan. Contohnya
seperti Kampung Madras (dulu Keling) yang menjadi kawasan komunitas India
Tamil terbesar. Selain itu, beberapa nama kecamatan di Medan berasal dari nama
tempat di luar negeri, seperti Medan Helvetia (Swiss), Medan Polonia (Polandia),
dan Medan Johor (Johor, Malaysia).

 Kelompok 6
1. Issue-issue apakah yang menjadi penghambat perkembangan praktik profesi pekerja
sosial di indonesia dalam mengatasi permasalahan masyarakat multikultural?
Jawaban : Beberapa isue yang teridentifikasi dalam kaitannya dengan perkembangan
lingkungan tersebut adalah: Demokrasi, otonomi daerah dan good governance. Pada
bidang ini, isue-isue yang muncul meliputi permasalahan:
• issue-issue primordial (krisis kepercayaan, konflik etnik dan kedaerahan).
• Negara (pusat) mendistribusikan tugas dan tanggungjawab pembangunan dan
pemecahan masalah sosial kepada daerah.
• Daerah mempunyai otonomi untuk menata struktur pemerintahan, ekonomi dan
pembangunan kesejahteraan sosial.
• Politisasi massa

16
DAFTAR PUSAKA

Hendrianto dan Taufiqurokhman. (tanpa tahun). Pekerjaan Sosial: Teori dan Metodologi.

17

Anda mungkin juga menyukai