Anda di halaman 1dari 21

SUPERVISI LEMBAGA PELAYANAN SOSIAL:

FUNGSI PELAYANAN SOSIAL

(Diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Supervisi Lembaga Pelayanan


Sosial Kelas D3)

Kelompok 2 :

Devi Nur Cahyani 190910301033

Dinda Nauli Sitanggang 190910301014

Founda Nugrah Isnina 190910301020

Shafira Putri Ramadhani 190910301041

Syifaul Lubabah 190910301031

Dosen Pengampu :

Dr. Nur Dyah Gianawati, M.A

NIP.195806091985032003

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia
serta rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial yang berjudul “Fungsi Pelayanan Sosial”.
Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Semester 4 Kelas D3.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Nur Dyah Gianawati, M.A selaku
dosen pengampu dalam Mata Kuliah Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial D3.
Kami ucapkan terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga tugas ini memberikan informasi bagi masyarakat yang membaca serta
dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah...................................................................... 1
1.3 Tujuan.........................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................... 5
2.1 Penerapan Pelaksanaan Fungsi Pelayanan Sosial Supervisor
Terhadap Klien.................................................................................5
2.2 Peran Pekerja Sosial Dalam Fungsi Pelayanan Sosial.............. 9
2.3 Faktor Keberhasilan Pekerja Sosial Dalam Menerapkan Fungsi
Pelayanan Sosial............................................................................ 13
BAB 3 PENUTUP...............................................................................16
3.1Kesimpulan..............................................................................16
3.2 Rekomendasi............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 18
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan keadaan sosial


dimana memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bersifat jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan
hakikat dan martabat manusia untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang
dihadapi diri, keluarga maupun kelompok disekita tempat tinggalnya.
Kehidupan masyarakat yang sejahtera ditandai dengan berkurangnya
penyakit, berkurangnya masalah- masalah sosial dan masyarakat dapat hidup
dalam kawasan lingkungan yang lebih ramah dan damai.

Pelayanan dapat ddefinisakn sebagai aktivitas atau kegiatan seseorang,


sekelompok, maupun organisasi secara langsung dan tidak langsung untuk
memenuhi kebutuhan. Pelayanan soSsial merupakan suatu kegiatan yang
tersruktur yang memiliki misi untuk membantu para anggota masyarakat agar
masyarakat dapat saling menyesuaikan, baik dengan sesama maupun dengan
lingkungan sosial di sekitarnya. Pelayanan sosial memiliki program-program
yang dilaksanakan tanpa pertimbangan pasar untuk menj amin suatu
tingkatan dan penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan untuk melaksanakan fungsi-fungsi, untuk
melancarkan kemampuan, untuk menjangkau dan menggunakan pelayanan-
pelayanan dan lemabaga-lembaga yang telah ada dan membantu masyarakat
yang mengalami kesulitan.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas didalam paper ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pelaksanaan fungsi pelayanan sosial yang


dilakukan oleh supervisor terhadap klien?

1
2. Apa saja peran pekerja sosial yang terdapat dalam fungsi pelayanan
sosial yang dilakukan saat melakukan pendampingan dengan klien?
3. Bagaimana keberhasilan pekerja sosial dalam menerapkan fungsi
pelayanan sosial?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat


beberapa tujuan dalam pembahasan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui penerapan pelaksanaan fungsi pelayanan sosial yang


dilakukan oleh supervisor terhadap klien
2. Mengetahui peran pekerja sosial yang terdapat dalam fungsi
pelayanan sosial yang dilakukan saat melakukan pendampingan
dengan klien
3. Mengetahui keberhasilan pekerja sosial dalam menerapkan fungsi
pelayanan sosial

1.4 Manfaat

Sebagai informasi dan wawasan tentang adanya fungsi pelayanan sosial


untuk mengetahui fungsi pelayanan sosial yang diterapkan oleh pekerja sosial
dalam melakukan pendampingan dengan klien. Sehingga masyarakat dapat
mengembangkan pengetahuan yang lebih luas mengenai fungsi lembaga
pelayanan sosial yang ada di dalamnya.

1.5 Landasan teori


Pengertian Pelayanan Sosial adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk
memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial
disebut juga sebagai pelayanan kesejahteraan sosial. Menurut Walter
Friedlander, kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha–
usaha sosial dan lembaga–lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu
individu maupun kelompok dalam mencapai relasi perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan secara

2
penuh, serta mempertinggi kesejahteraan selaras dengan kebutuhan–
kebutuhan keluarga dan masyarakat (Wibhawa dkk, 2010 : 24). Dari definisi
di atas dapat dijelaskan bahwa :
1) Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system”
yang berintikan lembaga – lembaga dan pelayanan sosial.
2) Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera dalam arti singkat kebutuhan pokok seperti sandang,pangan,
papan dan kesehatan, dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.
3) Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan
individu”baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi
kebutuhannya

Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup
fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang
pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan


kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan
kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi
anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya
(Muhidin, 1992: 41). Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan
dalam pelayanan sosial yaitu :

1) Tahap pendekatan awal (engagement, intake, contack, and contract),


adalah suatu proses kegiatan penjajagan awal, konsultasi dengan
pihak terkait; sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon
penerima pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan
kesepakatan, dan penempatan calon penerima pelayanan; serta
identifikasi sarana dan prasarana pelayanan.

2) Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment), adalah suatu


proses kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk

3
mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan, dan sistem
sumber penerima pelayanan.

3) Penyusunan rencana pemecahan masalah (planning), adalah suatu


proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta
penetapan berbagai sumber daya (manusia, biaya, metode-teknik,
peralatan, sarana-prasarana, dan waktu) yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan tersebut.

4) Pelaksanaan pemecahan masalah (intervention), adalah suatu proses


penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan.
Kegiatan pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah melakukan
pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada
penerima pelayanan dalam bimbingan fisik, bimbingan keterampilan,
bimbingan psikososial, bimbingan sosial, pengembangan
masyarakat, resosialisasi, dan advokasi.

5) Evaluasi, terminasi dan rujukan, evaluasi pemecahan masalah


adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah dan atau indikator-
indikator keberhasilan pemecahan masalah; terminasi adalah suatu
proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan/pertolongan antara
lembaga dengan penerima pelayanan; rujukan merupakan suatu
kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi, mengevaluasi,
dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerima program
pelayanan kesejahteraan social.

4
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Pelaksanaan Fungsi Pelayanan Sosial Supervisor Terhadap


Klien

Pekerja sosial memiliki kemampuan, nilai-nilai, etika, dan prinsip


yang harus diterapkan dalam menjalankan praktiknya. Tak jarang pekerja
sosial akan menemukan dilemma-dilema yang menganggu dalam
pelaksanaan pekerjaannya. Berdasarkan IFSW (2004) berikut adalah
professional conduct yang harus diterapkan pekerja sosial:

1. Pekerja sosial diharapkan dapat mengembangkan dan memelihara


keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan mereka.
2. Pekerja sosial seharusnya tidak membiarkan keterampilan mereka
digunakan untuk tujuan yang tidak manusiawi, seperti penyiksaan atau
terorisme.
3. Pekerja sosial harus bertindak dengan integritas. Ini termasuk tidak
menyalahgunakan hubungan kepercayaan dengan orang-orang yang
menggunakan layanan mereka, mengenali batas-batas antara
kehidupan pribadi dan profesional, dan tidak menyalahgunakan posisi
mereka untuk keuntungan atau keuntungan pribadi.
4. Pekerja sosial harus bertindak dalam kaitannya dengan orang-orang
yang menggunakan layanan mereka dengan belas kasih, empati dan
perhatian.
5. Pekerja sosial seharusnya tidak mensubordinasikan kebutuhan atau
kepentingan orang-orang yang menggunakan jasa mereka sesuai
kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri.
6. Pekerja sosial memiliki kewajiban untuk mengambil langkah-langkah
yang diperlukan untuk merawat diri mereka secara profesional dan

5
pribadi di tempat kerja dan di masyarakat, untuk memastikan bahwa
mereka dapat memberikan layanan yang sesuai. Pekerja sosial harus
menjaga kerahasiaan mengenai informasi tentang orang-orang yang
menggunakan layanan mereka. Pengecualian untuk ini hanya dapat
dibenarkan atas dasar persyaratan etika yang lebih besar (seperti
pelestarian kehidupan).
7. Pekerja sosial perlu mengakui bahwa mereka bertanggung jawab atas
tindakan mereka terhadap pengguna layanan mereka, orang-orang
yang bekerja dengan mereka, rekan kerja mereka, atasan mereka,
asosiasi profesional dan hukum, dan bahwa pertanggungjawaban ini
mungkin bertentangan.
8. Pekerja sosial harus bersedia berkolaborasi dengan sekolah kerja
sosial untuk mendukung siswa kerja sosial untuk mendapatkan
pelatihan praktis yang berkualitas dan pengetahuan praktis terkini.
9. Pekerja sosial harus mendorong dan terlibat dalam debat etis dengan
rekan kerja dan atasan mereka dan bertanggung jawab untuk membuat
keputusan yang berdasarkan etika.
10. Pekerja sosial harus siap untuk menyatakan alasan keputusan mereka
berdasarkan pertimbangan etis, dan bertanggung jawab atas pilihan
dan tindakan mereka.
11. Pekerja sosial harus bekerja untuk menciptakan kondisi dalam
mempekerjakan agen dan di negara mereka di mana asas pernyataan
ini dan peraturan nasional mereka sendiri (jika ada) dibahas,
dievaluasi dan dijunjung tinggi.

Dalam melaksanakan praktiknya pekerja sosial bukan hanya didukung


dari pengetahuan yang didapatnya selama mengenyam pendidikan ataupun
pengalaman yang sudah didapatkan selama melakukan praktik. Namun, juga
transfer ilmu dan pengalaman dari para profesional yang sudah lebih lama
dan lebih ahli dalam bidang pekerja sosial. Pekerja sosial juga tak jarang
mengalami kenadala yang dapat menurunkan performa kerja yang
mempengaruhi kapabilitas dirinya dalam menjalankan pekerjaannya.

6
Kapabilitas sebagai pekerja sosial merupakan hal fundamental yaitu
sebagai modal untuk memberikan kepercayaan kepada pihak-pihak yang
terlibat, termasuk klien. Supervisi pekerjaan sosial merupakan saran untuk
meningkatkan kapabilitas pekerja sosial. Supervisi sendiri memiliki banyak
pengertian, untuk supervision sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu super
(over) dan videre (to watch, to see). Dari situ, dapat diartikan bahwa
supervisi adalah melihat secara mendalam atu mengontrol untuk
mempertahankan atau meningkatkan kualitas.

NASW, 2013 menjelaskan untuk tujuan standar supervisi ini,


supervisi profesional didefinisikan sebagai hubungan antara supervisor dan
supervisee di mana tanggung jawab dan akuntabilitas untuk pengembangan
kompetensi, sikap, dan praktik etis berlangsung. Supervisor adalah yang
bertanggung jawab untuk memberikan arahan kepada supervisee, yang
menerapkan teori kerja sosial, Pengetahuan standar, keterampilan,
kompetensi, dan Konten etis yang berlaku dalam pengaturan praktik.
Supervisor dan supervisee keduanya berbagi tanggung jawab untuk
menjalankan peran mereka dalam hal ini proses kolaboratif.

Jadi, supervisi dalam pekerjaan sosial melibatkan mereka para


supervisor yang melakukan supervisi kepada para supervisee yang
melakukan praktik pekerjaan sosial. Dalam melakukan supervisi,
supervisior hanya memberikan arahan bukan langsung mendikte supervisee
untuk melakukan tindakan tertentu dan membatasi kemampuannya, dan juga
bukan langsung menintervensi klien yang sedang ditangani oleh supervisee,
tapi tetap supervisee yang bersentuhan langsung dengan klien.

Ada banyak model pengawasan yang dijelaskan dalam literatur, mulai


dari tradisional, model otoriter untuk lebih kolaboratif Model. Model
supervisi berbeda penekanan, dalam berbagai tingkat, pada klien, supervisor,
supervisi, atau konteks di dimana pengawasan dilakukan. Idealnya,
Supervisor dan supervisee menggunakan proses kolaboratif ketika model
pengawasan dipilih.

7
Namun, pada akhirnya akhirnya merupakan tanggung jawabnya
adalah supervisor untuk memilih model yang paling sesuai pengembangan
profesional supervisee. Hubungan pengawasan dibangun berdasarkan
kepercayaan, Kerahasiaan, dukungan, dan empatik Pengalaman. Kualitas
lainnya yang melekat pada Hubungan supervisor mencakup konstruktif
umpan balik, keamanan, rasa hormat, dan perawatan diri.

Secara umum Supervisi pekerjaan sosial mempunyai 3 fungsi, yaitu :

1. Fungsi Administrasi Supervisi administrasi adalah salah satu aspek


dari supervisi yang berhubungan dengan administrasi dalam suatu
konteks organisasional. Tujuan dari adanya supervisi administrasi ini
yaitu untuk menjamin kualitas pelayanan yag diberikan terhadap klien
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang terdapat pada lembaga
tersebut. Selain itu supervisi administrasi juga memiliki tujuan untuk
menyediakan supervisee agar bekerja dengan konteks pekerjaan yang
memungkinkan dia untuk melakukan pekerjaan secara efektif.
2. Fungsi Edukatif Supervisi edukatif adalah salah satu aspek dalam
supervisi yang berkaitan dengan pemberian proses pembelajaran dan
penguatan dari seorang supervisor kepada supervisee. Tujuan dari
supervisi edukatif ini adalah memberkan transfer ilmu yaitu skill,
attitude, dan knowledge kepada supervisee. Selain itu di dalam
supervisi edukatif ini seorang supervisor pun harus berperan dalam
mengajarkan serta memberikan pengembangan keterampilan
profesional yang berkelanjutan terhadap supervisee itu sendiri.
3. Fungsi Dukungan Supervisi dukungan atau supportif merupakan salah
satu aspek dari supervisi yang berfungsi untuk memberikan dukungan
terutama dukungan moral kepada supervisee dimana sang supervisor
menyemangati supervisee jika pada suatu keadaan supervisee
mengalami masalah yang sangat berat dan dia benar-benar
membutuhkan dukungan dan semangat dari orang yang bisa dipercaya
untuk membantu supervisee agar merasa lebih baik dan tetap tenang di

8
dalam melakukan pekerjaannya. Supervisor pun bertanggung jawab
untuk menghilangkan tekanan yang ada pada diri supervisee serta
membuat supervisi selalu berada dalam kondisi yang nyaman
sehingga supervisi dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan
efisien.

2.2 Peran Pekerja Sosial Dalam Fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan Sosial merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk


membantu individu, kelompok ataupun masyarakat agar mereka mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan, yang pada akhirnya mereka dapat
memecahkan permasalahan melalui tindakan-tindakan kerja sama atau
melalui pemanfaatan sumber-sumber yang ada dimasyarakat untuk
memperbaiki kondisi kehidupannya.

a. Fungsi Pelayanan Sosial (secara luas)


1. Untuk peningkatan kondisi kehidupan masyarakat
2. Pengembangan sumber-sumber daya manusiawi
3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan sosial dan penyesuaian
sosial
4. Mobilisasi dan penciptaan sumber masyarakat untuk tujuan
pembangunan
5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan dengan tujuan
agar pelayanan yang terorganisir dapat berfungsi.

b. Peran Pekerja Sosial (Khususnya Dalam Pendampingan Klien/Anak


Sebagai Saksi Dalam Peradilan)
Pekerja sosial sejak semula mempunyai komitmen tinggi terhadap
penamaan nilai dalam proses pendidikannya, serta merumuskan dirinya
sebagai bukan profesi atau disiplin yang bebas nilai, tetapi berkiprah
dalam suatu posisi nilai yang jelas dan eksplisit seperti martabat manusia,
keadilan sosial keberpihakan kepada mereka yang kurang beruntung.

9
Dalam praktek pekerja sosial adanya penekanan bahwa pengetahuan
dipandang sama pentingnya dengan ketrampilan maka pemahaman sama
pentingnya dengan kompetensi.
- Pekerja sosial memandang dirinya sebagai pemikir dan pekerja, serta
sebagai orang yang harus membuat pertimbangan sebelum bertindak.
- Pekerja sosial sebagai seorang pendamping harus menempatkan
dirinya sebagai sahabat anak dan menempatkan dirinya sebagai
manusia yang pantas untuk dihormati serta memiliki hak-hak, bukan
hanya perlindungan hukum tetapi juga perlindungan sosial.
- Pekerja sosial harus melakukan kunjungan rutin kepada anak ketika
anak harus hadir didepan persidangan. Pekerja sosial harus dapat
membuat anak mengemukakan pendapatnya dan mengekspresikan
dirinya secara bebas. Mendengarkan pendapat anak tentang peristiwa
pidana yang didengar, dilihat dan dialaminya sendiri. Pekerja sosial
harus menciptakan suasana diskusi yang tidak menjadikan anak
semakin terpojok, tetapi sebaiknya menciptakan suasana diskusi yang
mana anak merasa, bahwa dirinya siap membuka semua detail
peristiwa yang dialaminya.

Peran Pekerja Sosial sebagai Pendamping Anak yang berkonflik


secara umum yakni ;

1. Sebagai Fasilitator
2. Sebagai Trainner/Pelatih
3. Sebagai Advocat
4. Sebagai Peneliti
5. Sebagai Perencana

c. Peran Pekerja Sosial Dalam Pelayanan Sosial (Khususnya kepada


Lansia di Panti Sosial)
Pekerja Sosial sebagai pelaksana pelayanan sosial bagi lansia
berperan untuk memberikan perlindungan sosial, membantu para lansia

10
untuk menjangkau sumber-sumber yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan keberfungsian sosial. Pekerja sosial juga berfokus untuk
memberikan pelayanan dan dukungan yang dibutuhkan oleh lansia dimasa
tuanya (Skidmore, 1974). Bentuk-bentuk pelayanan sosial lanjut usia
yaitu ; pelayanan sosial dalam panti, pelayanan sosial luar panti,
pelayanan sosial perlindungan dan aksesbilitas, pelayanan sosial
kelembagaan.

Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan Sosial kepada Lansia antara


lain ;

1. Sebagai Konsultan
Konsultasi, yaitu membantu (helping) sistem klien melalui aktifitas
layanan konsultasi. Peran pekerja sosial dalam kegiatan pelayanan di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari dengan jumlah lansia 95
orang (sembilan puluh lima) lansia yang memiliki permasalahan
tersebut langsung datang kepada pekerja sosial untuk berkonsultasi
mengenai permasalahan yang dirasakan oleh lansia tersebut, agar
pekerja sosial bisa mengerti tentang masalah yang dirasakan dan apa
yang diinginkan lansia dan pekerja sosial tentunya harus bisa jadi
pendengar terbaik dan dapat membantu permasalahan lansia agar
pelayanan dapat berjalan dengan baik.

2. Sebagai Konseling
Peran konseling yaitu memberikan layanan konseling dan atau
terapi-psikis. Peran pekerja sosial dalam kegiatan pelayanan di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari dalam menyelesaikan
permasalahan lansia tidak lepas dari peran pekerja dimana pekerja
sosial merupakan kegiatan profesional dalam menyelesaikan masalah
lansia dengan meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka
agar berfungsi secara sosial. Adapun peran pekerja sosial sebagai
konselor yaitu memberikan terapi kelompok kepada lansia serta

11
memberikan bimbingan psikologi agar pelayanan dapat berjalan
dengan baik.

3. Sebagai Pemberdaya
Peran pemberdaya yaitu memberdayakan semangat mengatasi
(coping) masalah sendiri sesuai potensi (kapasitas dan kapabilitas) dan
sumber yang diri mereka miliki. Peran pekerja sosial dalam kegiatan
pelayanan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yaitu dapat
memberdayakan lansia dari permasalahan yang dihadapi serta
memberikan motivasi agar lansia dapat kembali berfungsi secara sosial
dan pekerja sosial mampu memberdayakan lansia melalui potensi yang
dimilikinya olehnya itu pekerja sosial haru dibekali dengan ilmu
pengetahuan serta keterampilan yang memadai sehingga dalam
pemberian pelayanan kepada lansia dapat berjalan dengan baik.
Sebagai pemberdaya yaitu memberdayakan potensi yang dimiliki oleh
lansia seperti dalam pembuatan anyaman membuat tikar, menjahit, dan
membuat bunga yang terbuat dari koran dan kertas. Dengan
mengembangkan potensi baik yang dimiliki lansia maupun dalam
proses belajar yaitu lansia yang belum mengetahui sama sekali maka
pekerja sosial langsung mempraktekan kepada lansia agar lansia
terbiasa dan bisa mengembangkan keterampilannya.
4. Sebagai Fasilitator
Peran fasilitator yaitu membantu (assist) memfasilitasi klien
dan sistim klien dengan menyediakan informasi dan dukungan sistem
pelayanan dengan strategi pengembangan pengorganisasian. Peran
pekerja sosial sebagai fasilitator yaitu dalalm menyelesaikan masalah
lansia seorang pekerja sosial tidak boleh seakan-aka menyalahkan
lansia karna akan membuat lansia merasa bersalah dan merasa tidak di
pedulikan lagi, tetapi pekerja sosial memberikan motivasi dan saran
agar lansia dapat sadar dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

12
5. Sebagai Perencana
Pekerja sosial mengidentifikasi semua kebutuhan lansia dan
kemudian pekerja sosial merencanakan dari sisi penganggaran seperti
pada kebutuhan lansia mengenai pakean, pakean sholat, kursi roda,
pakean olahraga dan dalam hal pemecahan masalah itu semua
alternatif pemecahan masalah harus melibatkan lansia kemudian di
sepakati oleh lansia karna pekerja sosial hanya memberikan solusi dan
saran kepada lansia agar lansia tidak mengulanginya lagi serta dapat
menciptakan keharmonisan antar sesama lansia.

2.3 Faktor Keberhasilan Pekerja Sosial Dalam Menerapkan Fungsi


Pelayanan Sosial

Pekerjaan sosial merupakan aktivitas profesional untuk menolong individu,


kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan ataupun dalam
memperbaiki kapasitas mereka agar dapat berfungsi sosial kembali dan
menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif dalam mencapai
tujuan tersebut (Zastrow,1999). Oeh karena itu pekerja sosial melakukan
pelayanan sosial yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan
lingkungan sosialnya dengan sistem yang terorganisir dari usaha–usaha
sosial dan lembaga–lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu
individu maupun kelompok dalam mencapai relasi perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan secara
penuh, serta mempertinggi kesejahteraan selaras dengan kebutuhan–
kebutuhan keluarga dan masyarakat (Wibhawa dkk, 2010 : 24). Sedangkan
Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup
fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan,
kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya. Sehingga pada hal ini
dapat diketahui indikator keebrhasilan dari pekerja sosial dalam pelayanan
sosial yakni tercapainya keberfungsian dari individu, kelompok dan

13
masyarakat dan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan akses pelayanan
kesehatan, pendidikan, pangan dan lain-lain.

Adapun dalam pencapain keberhasilan dalam pelayanan


dibutuhkan kompetensi pengetahuan,keterampilan dan nilai yang harus
dimiliki pekerja sosial. Selain itu, tujuan dari praktik pekerjaan sosial secara
umum adalah untuk meningkatkan, memelihara, dan memulihkan fungsi
sosial serta memajukan keadilan sosial individu, keluarga, kelompok,
komunitas, organisasi, dan masyarakat luas dengan penekanan khusus pada
populasi rentan. Mengingat tujuan ganda untuk meningkatkan fungsi sosial
dan mempromosikan keadilan sosial, profesi ini ditantang oleh permadani
kondisi manusia dan nilai-nilai sosial yang disandingkan dengan misinya.
Layanan yang diberikan dapat bersifat preventif, perkembangan, perbaikan,
atau transformatif, tergantung pada tujuan, pengaturan, dan kebutuhan
organisasi. Layanan pekerjaan sosial diberikan pada tiga tingkat praktik:
mikro, mezzo, dan makro.

Pada aspek teori merupakan perwakilan dari kerangka kerja penjelasan


yang mencoba membantu pekerja sosial memahami fenomena yang dimaksud
dalam konteks pekerjaan sosial. Penjelasan ini memberi kesempatan untuk
berhipotesis, atau membuat penilaian, tentang apa yang sedang terjadi.
Dengan kata lain, gagasan dan asumsi ini, ketika diakui, memberi suatu
penjelasan yang dapat membantu pemahaman mengenai apa masalahnya
Teori pada dasarnya membantu dalam menyusun dan mengatur pemikiran
sebagai pusat untuk membantu memahami praktik. Pada pekerjaan sosial,
teori-teori yang sebagian besar mempengaruhi pemikiran yang dapat diambil
dari tiga sumber utama, yaitu; penjelasan psikologis, sosiologis dan biologis.
Hal ini telah digunakan untuk membantu pekerja sosial memahami
pertanyaan tentang sifat pekerjaan sosial dan konteks praktiknya dan
kesulitan yang dihadapi oleh pengguna layanan.

14
Nilai dan etika terletak di jantung praktik pekerjaan sosial, nilai-nilai
humanistik ini didasarkan pada kepedulian yang terkait dengan kesejahteraan
manusia dan keadilan sosial. Nilai-nilai mencakup organisasi layanan, pendekatan
yang digunakan untuk terlibat dan berdialog dengan klien, metode penilaian
masalah dan penentuan tujuan, dan strategi intervensi apa yang digunakan
(Pinderhughes, 1995). Saat ini keadilan sosial telah diadvokasi oleh pekerja sosial,
dengan digambarkan sebagai “nilai pengorganisasian” dari profesi (Swenson,
1998). Sedangkan etika dapat digambarkan lebih bersifat preskriptif dan
berurusan dengan apa adanya dan benar (Loewenberg dan Dolgoff, 1992: 21).
Sehingga etika mewakili pedoman dalam bersikap yang diterjemahkan menjadi
pilihan dan perilaku dan direfleksikan dalam teori etika dan kode etik, yang
berusaha untuk mempromosikan praktik etika.

15
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pekerja sosial memiliki kemampuan, nilai-nilai, etika, dan prinsip yang
harus diterapkan dalam menjalankan praktiknya. Tak jarang pekerja sosial
akan menemukan dilema-dilema yang menganggu dalam pelaksanaan
pekerjaannya. Pekerja sosial seharusnya tidak membiarkan keterampilan
mereka digunakan untuk tujuan yang tidak manusiawi, seperti penyiksaan
atau terorisme dan harus bertindak dengan integritas.

Pekerja Sosial harus bertindak dalam kaitannya dengan orang-orang yang


menggunakan layanan mereka dengan belas kasih, empati dan
perhatian. Sosial seharusnya tidak mensubordinasikan kebutuhan atau
kepentingan orang-orang yang menggunakan jasa mereka sesuai kebutuhan
atau kepentingan mereka sendiri. Pekerja sosial memiliki kewajiban untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk merawat diri mereka
secara profesional dan pribadi di tempat kerja dan di masyarakat, untuk
memastikan bahwa mereka dapat memberikan layanan yang sesuai. Pekerja
sosial harus menjaga kerahasiaan mengenai informasi tentang orang-orang
yang menggunakan layanan mereka dan bertanggung jawab atas tindakan
mereka terhadap pengguna layanan mereka, orang-orang yang bekerja dengan
mereka, rekan kerja mereka, atasan mereka, asosiasi profesional dan
hukum, dan bahwa pertanggungjawaban ini mungkin bertentangan.

Kapabilitas sebagai pekerja sosial merupakan hal fundamental yaitu


sebagai modal untuk memberikan kepercayaan kepada pihak-pihak yang
terlibat, termasuk klien. Supervisi pekerjaan sosial merupakan saran untuk
meningkatkan kapabilitas pekerja sosial. Supervisor adalah yang bertanggung
jawab untuk memberikan arahan kepada supervise, yang menerapkan teori
kerja sosial, pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi.

16
3.2 Rekomendasi

Dengan Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial seperti organisasi profesi


pekerja sosial disebut Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI),
yang telah memiliki kode etik sebagai pedoman wajib bagi anggotanya untuk
mengatasi masalah dilema etik yang sering dihadapi pekerja sosial karena
beberapa hal (Pujileksono,2018:158); (1) Pekerja sosial dihadapkan pada
konflik kepentingan dan hak-hak bersaing; (2) Pekerja sosial memiliki peran
untuk mendukung, melindungi dan memberdayakan masyarakat, tetapi di sisi
lain memiliki tugas hukum dan kewajiban lain yang mungkin memaksa dan
membatasi kebebasan masyarakat; (3) Pekerja sosial dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya dan kebijaksanaan kelembagaan masyarakat.
Sehingga diharapkan dalam melakukan pelaksanaan supervisi lembaga dapat
mengemban perilaku dan integrasi pribadi, kompetensi, hubungan-hubungan,
tanggung jawab terhadap profesi, pelaksanan dan pengawasan kode etik
profesi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andriani,Nila , Darwin Tuwu dan Tanzil. 2020. Peran Pekerja Sosial Dalam
Memberikan Pelayanan Sosial Kepada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari. Jurnal Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial. Vol. 1, No. 1
(81-89)

Bank,Sarah. 2001. Ethics and Values in Soscial Work, New York: PALGRAVE

Cnaan,Ram ARobert J.Winwburg, dan Stephaanie C.Boddie. 1893. The New Er


Deal Social Work and Realigion in Partnership,New York: Columbia
University Press

Hermawati, Istiana. 2001. Metode Dan Teknik Dalam Praktik Pekerjaan Sosial.
Yogjakarta: Adicita

Safitri, Yana. Dkk. Meningkatkan kapabilitas pekerja sosial melalui supervisi


pekerjaan sosial. Jurnal penelitian & PKM. Vol 4, No:2. Juli 2017

Sandi Sabana, Sidik. Dkk. Dilema supervisi dalam praktik supervisi pekerjaan
sosial. Jurnal penelitian & PKM. Vol 4, No:2. Juli 2017

Tanjung,Lifiana. 2018. Peran Pekerja Sosial Dalam Pendampingan Anak Sebagai


Saksi Pada Proses Peradilan Pidana di Pengadilan Negeri Klas I A Padang.
Jurnal Neliti. Vol. 1, Issue 2.

18

Anda mungkin juga menyukai