Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RUTIN 1

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

Isra Mirna Noventri 1173171011

Juli Wardani Pane 1171171012

Sasmita Delfiana Purba 1173171022

Soraya Nur Ramadhani Lubis 1173171024

Tania Gita Ananda 117

Kelas: Penmas Reguler B


Mata Kuliah: Bimbingan Penyuluhan Sosial
Dosen Pengampu : Drs. Elizon Nainggolan, M.Pd

PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas untuk mata
kuliah Bimbingan Penyuluhan Sosial.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Februari 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.…………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang….....……..…….…………………………………………………. 1
2.2 Rumusan masalah.…........…………….…………….…...…….…………...…….. 2
2.3 Tujuan……... ....……..….…..……………………..…….…………....…..……. 2
BAB II PEMBAHASAN.…………………………………………………………….. 3
2.1 Defnisi bimbingan dan penyuluhan sosoal ……………..………....…….. ….... 3
BAB III PENUTUP.………...…………….…...………..…………………...…..9
3.1 Kesimpulan.…...….……..………………..………...…………..….………………9
3.2 Saran.…….….....………………….….…………………………..…….……........9
DAFTAR PUSTAKA.…….………...………….……………………...…………10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bersifat multidimensional, dan oleh karena itu


memerlukan sinergi antara pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota; keterlibatan
dunia usaha, organisasi non-pemerintah dan masyarakat. Melalui sinergi tersebut akan
menjamin penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan, sehingga akan terjadi
percepatan dalam mewujudkan masyarakat yang berkesejahteraan sosial.

Khusus terkait dengan “masyarakat” dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, bahwa


dinamika yang terjadi di masyarakat dewasa ini telah berimbas menurunnya peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Kemajuan di bidang teknologi telah
membawa efek yang kurang menguntungkan bagi kehidupan sosial sebagian masyarakat,
baik di perdesaan maupun di perkotaan. Mereka itu mengalami penurunan kepedulian sosial
terhadap fenomena dan permasalahan sosial yang ada di lingkungan sekitarnya. Kondisi ini
untuk jangka panjang akan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penyuluhan sosial dirasakan sangat penting, karena penyuluhan sosial merupakan gerak dasar
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Fakta menunjukan masih terjadinya inkonsistensi
terkait penyelenggaraan penyuluh sosial.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Pengertian atau Defenisi Bimbingan Penyuluhan Sosial.

1.3 TUJUAN
a. Mahasiswi mampu menjelaskan hasil diskusi kelompok mengenai defenisi bimbingan
penyuluhan sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI BIMBINGAN PENYULUHAN SOSIAL
1. PENGERTIAN BIMBINGAN

Bimbingan berarti memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang
bersifat psikis (kejiwaan) agar individu atau kelompok dapat menentukan berbagai pilihan
secara bijaksana dan dalam menentukan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup.
Beberapa tujuan bimbingan yang ingin dicapai antara lain; Membantu individu dalam
mencapai kebahagiaan pribadi, Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif
dan produktif dalam masyarakat, Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu yang lain, Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan
kemampuan yang dimiliki (Amin,2010:38-39).

Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan adalah proses layanan yang diberikan
kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan-pengetahuan dan
ketrampilanketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana
dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk dapat menyesuaikan dengan lingkungan
yang lebih baik ( Smith dalam McDaniel, 1969).

Mortensen & Schmuller (1976) mengatakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai
bagian dari keseluruhan proses pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-
kesempatan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam membuat pilihan-
pilihan dan penyesuaianpenyesuaian yang bijaksana. Bantuan tersebut berdasarkan atas
prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan
hidupnya sendiri sejauh tidak mencanpuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan
seperti itu tidak diturunkan (diwarisi) tetapi harus dikembangkan ( Jones, Staffire & Stewart,
1970).

Pengertian Bimbingan menurut beberapa para ahli yaitu :

1. Bimo walgito mengemukakan Bimbingan adalah merupakan bantuan atau pertolongan


yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam
hidupnya mencapai kesejahteraan. (Walgito, 1989:4)

2
2. H. Koestuer Partowisastro mengemukakan Bimbingan adalah bantuan yang diberikkan
kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenal
dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalannya sehingga dapat menentukan sendiri
jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung orang lain. (Partowisastro,
1984:12).

Memperhatikan dari beberapa pendapat tersebut maka butirbutir yang harus ada dalam
bimbingan antara lain adalah: (1) pelayanan yang ada dalam bimbingan adalah suatu proses,
ini berarti bahwa pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui
liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini; (2) bimbingan
merupakan suatu proses pemberian bantuan, bantuan disini diartikan bukan sebagai materi
seperti uang, hadiah, sumbangan dan lain-lain, melainkan bantuan yang bersifat menunjang
bagi pengembangan pribadi individu yang dibimbing; (3) bantuan tersebut diberikan kepada
individu, baik perorangan maupun kelompok, jadi sasaran pelayanan bimbingan atau orang
yang diberi bantuan bisa seorang individu maupun secara kelompok; (4) pemecahan masalah
dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini tujuan
bimbingan adalah memperkembangkan kemampuan klien yaitu orang yang dibimbing untuk
dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya, dan akhirnya dapat mencapai
kemandirian; (5) bimbingan dilaksanakan dengan berbagai bahan, interaksi, nasehat ataupun
gagasan serta alat-alat tertentu baik yang berasal dari klien sendiri, konselor maupun dari
lingkungan yang ada. Bahan yang berasal dari klien dapat berupa masalah-masalah yang
sedang dihadapi, data tentang kekuatan dan kelemahan klien serta sumber-sumber yang
dimilikinya. Bahan-bahan yang berasal dari lingkungan yang ada dapat berupa informasi
tentang: pendidikan, jabatan, keadaan social budaya dan latar belakang kehidupan keluarga.
Interaksi yang dimaksudkan adalah suasana hubungan antara satu dengan lainnya. Dalam
interaksi ini dapat berkembang dan dipetik hal-hal yang dapat menguntungkan bagi individu
yang dibimbing. Nasehat dapat berasal dari individu yang membimbing dalam hal ini adalah
konselor, sedangkan gagasan dapat muncul baik dari pembimbing maupun dari orang yang
dibimbing. Alat-alat dapat berupa sarana penunjang yang dapat lebih memperlancar atau
mempercepat proses pencapaian suatu tujuan; (6) bimbingan tidak hanya diberikan kepada
kelompok umur tertentu saja, tetapi meliputi semua usia, sehingga bimbingan itu dapat
diberikan di semua lingkungan kehidupan, di dalam keluarga, di sekolah dan juga di luar
sekolah dalam hal ini dapat juga lingkungan masyarakat; (7) bimbingan diberikan oleh orang
yang ahli, yaitu orang-orang yang memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh

3
pendidikan serta latihan yang memadai dalam bimbingan dan konseling; (8) pembimbing
tidak selayaknya memaksakan keinginannya kepada klien, karena klien mempunyai hak dan
kewajiban untuk menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri, sepanjang dia tidak
mencampuri hak-hak orang lain; (9) bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma
yang berlaku. Jadi upaya bimbingan mulai dari bentuk, isi dan tujuan serta aspek-aspek
penyelenggaraanya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, bahkan justru harus menunjang kemampuan klien untuk dapat mengikuti norma-
norma yang berlaku di masyarakat tersebut. Norma-norma tersebut dapat berupa: aturan-
aturan, nilai, dan ketentuan-ketentuan yang bersumber dari agama, adat, hokum, ilmu dan
kebiasaan-kebiasaan yang diberlakukan dalam masyarakat.

Maka yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang dilakukan
oleh seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan bantuan atau
pertolongan kepada individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenal
dirinya dan dapat bertanggung jawab.

Bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik,
penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau
bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.

Menurut Djumhur dan surya bimbingan sosial merupakan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
masalah sosial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam
lingkungan sosialnya.

Relevan dengan pendapat diatas, Andi Mapiare (1994) suatu bimbingan dikatakan
bimbingan sosial apabila penekanan bimbingan lebih diarahkan pada usaha-usaha
mengurangi masalah-masalah sosial.

2. PENGERTIAN PENYULUHAN

Pengertian penyuluhan berasal dari bahasa Inggris yaitu counseling yang berarti
perkembangan, pemberian nasehat, penyuluhan penerangan atau informal (Abu Ahmadi,
1991 : 21). Menurut Jones (2001:20) Mengatakan bahwa penyuluhan adalah “membicarakan
masalah orang lain dan biasanya orang yang diajak bicara memiliki pengalaman, pemgertian

4
dan kemampuan yang tidak dimiliki orang yang ingin membicarakan permasalahannya
dengan oranglain yang sedang dihadapinnya”.

Sedangkan menurut James F. Adams dalam Jumhur (1986 : 29) bahwa penyuluhan
adalah penilaian timbal balik antara 2 individu dimana yang seorang membantu yang lain
supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya itu dan pada waktu yang akan datang.

Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang mempelajari sistem dan proses
perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik
sesuai dengan yang diharapkan (Lucie Setiana, 2001: 2).

Penyuluhan menurut Arifin adalah hubungan timbal balik antara dua individu, dimana
yang seorang (penyuluh) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian
tentang dirinya sendiri dengan hubungannya dalam masalah yang dihadapi pada saat itu dan
mungkin pada waktu yang akan datang. (Walgito, 1989: 5).

Menurut Isep Zaenal Arifin penyuluhan adalah suatu proses pemberian bantuan baik
kepada individu ataupun kelompok dengan mengunakan metode-metode psikologis agar
individu atau kelompok dapat keluar dari masalah dengan kekuatan sendiri, baik
secarapreventif, kuratif, korektif maupun development (Arifin, 2009: 50).

Menurut Bimo Walgito Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan individu dalam
memecahkan masalah kehidupannya dengan langsung berhadapan muka, dengan cara-cara
yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
(Walgito, 1989:5).

Jadi dapat disimpulkan bahwa penyuluhan adalah merupakan suatu aktifitas wawancara
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah
dalam rangka untuk membicarakan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan
memberikan bantuan kepada mereka, sehingga pada akhirnya bermuara pada teratasi masalah
yang dihadapi oleh klien dan dapat beradaptasi dengan baik dan efektif dengan lingkungan
hidupnya.

Penyuluhan dapat dipandang sebagai sebuah ilmu dan tindakan praktis. Sebagai
sebuah ilmu, pondasi ilmiah penyuluhan adalah ilmu tentang perilaku (behavioural science).
Di dalamnya ditelaah pola pikir, tindak, dan sikap manusia dalam menghadapi kehidupan.
Jadi, subyek telaah ilmu penyuluhan adalah manusia sebagai bagian dari sebuah sistem

5
sosial; dan obyek materi ilmu penyuluhan adalah perilaku yang dihasilkan dari proses
pendidikan dan atau pembelajaran, proses komunikasi dan sosial.

Ilmu penyuluhan mampu menjelaskan secara ilmiah transformasi perilaku manusia


yang dirancang dengan menerapkan pendekatan pendidikan orang dewasa, komunikasi, dan
sesuai dengan struktur sosial, ekonomi, budaya masyarakat, dan lingkungan fisiknya.
Kemudian, sebagai sebuah tindakan praktis, penyuluhan merupakan upaya-upaya yang
dilakukan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada individu, kelompok,
komunitas, ataupun masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.

Tujuan penyuluhan tidak lain adalah hidup dan kehidupan manusia yang berkualitas
dan bermartabat (Amanah, 2007). Menurut Permensos 10/2014, Penyuluhan sosial adalah
sebuah proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi,
komunikasi, motivasi dan edukasi oleh penyuluh sosial, baik secara lisan, tulisan maupun
peragaan kepada kelompok sasaran, sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan
dan kemauan guna partisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

3. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN SOSIAL

Istilah bimbingan dan penyuluhan dipandang dari segi terminologi berasal dari bahasa
asing yaitu bimbingan dari Guidance dan penyuluhan dari Counseling.

Bimbingan dan penyuluhan, ada persamaan dan ada perbedaannya. Persamaan adalah
keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-individu dalam menghadapi
masalah kehidupannya. Sedangkan perbedaannya bimbingan lebih luas dari pada penyuluhan.
Bimbingan lebih menitik beratkan pada segi-segi preventif, sedangkan penyuluhan lebih
menitik beratkan pada segi kuratif. Tetapi walaupun demikian penggunaan bimbingan selalu
diikuti dengan kata penyuluhan.

Bimbingan konseling social ataupun bimbingan penyuluhan sosial diartikan sebagai


upaya proses pemberian bantuan yang diberikan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang
sejahtera baik: individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi rasa: keselamatan,
kesusilaan, keamanan, ketertiban dan katentraman baik lahir maupun bathin, hal ini akan
terwujud melalui berbagai kerja sama dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat.

6
Dikatakan sebagai upaya mewujudkan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat
dengan mempertimbangan dimensi-dimensi kemanusiaan yang meliputi: (a) dimensi
individualitas; (b) dimensi sosialitas; (c) dimensi moralitas dan (d) dimensi religiusitas
(Prayitno, 1990).

Dimensi individualitas, secara perorangan manusia memiliki perbedaan baik secara fisik
maupun psikhis. Berbeda secara fisik misalnya badannya jangkung, rambutnya pirang,
hidungnya mancung dan lain-lainnya.Sedangkan berbeda secara psikhis misalnya berfikirnya
lambat, sensitife, terlalu banyak pertimbangan dan lain-lain. Meski banyak terdapat
perbedaan juga terdapat banyak kesamaan-kesamaan antara individu satu dengan lainnya,
misalnya mempunyai hobby yang sama, yaitu jalan-jalan, membaca buku, seleranya sama
suka pedas dan lain-lain. Dengan melihat sisi perbedaan tersebut maka dalam hal ini adalah
bimbingan konseling social bagaimana menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut sehingga
tidak bertentangan antara individu satu dengan individu lainnya. Pengembangan dimensi
individualitas memungkinkan seseorang dapat memperkembangkan segenap potensi yang ada
pada dirinya secara optimal yang mengarah pada aspek-aspek kehidupan yang positif, seperti
misalnya: bakat, minat, kemampuan dan berbagai kemungkinan lainnya. Perkembangan
dimensi individualitas akan membawa seseorang untuk menjadi individu yang mampu berdiri
tegak dengan kepribadiannya sendiri dengan “aku” yang teguh, positif, produktif dan dinamis
(Prayitno, 1990).

Dimensi sosialitas, setiap individu tidak bias lepas dari individu lain, bahkan hampir
setiap kegiatan manusia dalam sehari-hari tidak bias lepas dari manusia lain, sebagai missal
makan mulai dari menyiapkan bahan, memasak, menyajikan makanan selalu memerlukan
orang lain. Ketergantungan ini bisa dikatakan sekaligus sebagai rasa kebersamaan dalam
suatu keluarga. Pengembangan dimensi individualitas hendaklah diimbangi dengan dimensi
kesosialan pada diri individu yang bersangkutan, karena dengan dimensi kesosialan akan
memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama dan
hidup bersama dengan orang lain. Dengan hidup bersama tersebut masingmasing tumbuh dan
berkembang saling mengisi dan saling menemukan makna yang sesungguhnya ( Prayitno,
1990). Dengan mengembangkan sisi dimensi kesosialan ini maka individu tersebut akan
mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka upaya mewujudkan tata kehidupan
bersama baik dalam kehidupan berkeluarga maupun dalam bermasyarakat.

7
Dimensi yang ketiga adalah moralitas, kehidupan manusia baik secara individu maupun
bersama-sama tidaklah bersifat acak atau sembarangan, melainkan mengikuti aturan-aturan,
norma-norma tertentu. Aturan atau norma tersebut dapat bersumber dari: adat kebiasaan,
social, agama, hokum, politik dan lain sebagainya. Dalam hidup bermasyarakat misalnya
aturan-aturan tersebut semakin diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan kehidupan
bersama yang lebih sejahtera. Dimensi kesusilaan atau moralitas akan memberikan warna
moral terhadap perkembangan dimensi pertama dan kedua. Aturan dan etika diperlukan untuk
mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan. Hidup bersama
dengan orang lain baik dalam rangka mengembangkan dimensi keindividualitas maupun
kesosialan, tidak dapat dilakukan seadanya saja, tetapi perlu diselenggarakan sedemikian
rupa, sehingga semua orang yang berada di dalamnya dapat memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dari kehidupan bersama itu, justru dengan dimensi kesusilaan itu dapat
menjadi pemersatu sehingga dimensi individualitas dan kesosialan dapat bertemu dalam satu
kesatuan yang penuh makna. Pengembangan ketiga dimensi tersebut secara optimal dapatlah
dikatakan perkembangan kehidupan manusia dengan berkebudayaan yang bertaraf tinggi,
dimana dengan ketiga dimensi itu manusia dapat hidup layak dan dapat mengembangkan
ilmu, tehnologi dan seni sehebat-hebatnya bahkan dapat mengarungi angkasa luar, tetapi ini
barulah kehidupan duniawi, akan menjadi lebih sempurna apabila dilengkapi dengan dimensi
keempat yaitu religiusitas atau dimensi keagamaan (Prayitno, 2001).

Dimensi religiusitas, pada dimensi keagamaan ini manusia berfikir bahwa apa yang
dilakukan saat ini adalah untuk kehidupan jangka panjang yaitu akhirat, oleh karena itu
segala ucapan, tindakan selalu dikaitkan dengan Yang Maha Pencipta disanalah bermuaranya.
Jika keempat dimensi ini dapat dikembangkan secara optimal maka akan lahirlah manusia-
manusia yang ideal atau sering disebut dengan manusia seutuhnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai
keahlian dan pengalaman dalam memberikan bantuan atau pertolongan kepada individu
tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenal dirinya dan dapat
bertanggung jawab. Penyuluhan adalah merupakan suatu aktifitas wawancara yang dilakukan
oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah dalam rangka untuk
membicarakan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan
kepada mereka, sehingga pada akhirnya bermuara pada teratasi masalah yang dihadapi oleh
klien dan dapat beradaptasi dengan baik dan efektif dengan lingkungan hidupnya.

Bimbingan konseling social adalah suatu upaya untuk mewujudkan tatanan kehidupan
yang sejahtera baik individu, keluarga atau masyarakat yang meliputi rasa: keselamatan,
kesusilaan, keamanan, ketertiban dan ketentraman baik lahir maupun bathin, hal ini akan
terwujud melalui kerja sama dengan berbagai pihak dan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat.

3.2 SARAN

Sebaiknya mahasiswa memahami makna dari bimbingan, penyuluhan dan bimbingan


penyuluhan sosial agar dapat menjadi pondasi awal untuk dapat mempelajari mata kuliah
bimbingan dan penyuluhan sosial.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amanah.S, 2007, Makna Penyuluhan dan Transformasi Perilaku Manusia, Konsep: Jurnal
Penyuluhan, Maret 2007, Vol. 3, No. 1.

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah

Dahama, O.P. and O.P. Bhatnagar, 1980, Education and Comunication for Development,
Oxford & IBH Publishing CO, New Delhi.

Kelsey, L.D. and C.C. Hearne, 1955, Cooperative Extension Work, Comstock Publishing
Associates, Ithaca.

10

Anda mungkin juga menyukai