Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH

MATA KULIAH PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT

DENGAN JUDUL “STRATEGI PEMBERDAYAAN”

DOSEN PENGAMPU

Yulia Annisa M. Sos

NAMA-NAMA KELOMPOK 2

Dian Indarsih (12140822187)

Khairil (12140110947)

Muhammad Alwi (12140114311)

Safaruddin (12140110589)

Tri Indah Eprillilawati (12140122647)

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AJARAN 2023/202


2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat kepada kita semua
sehingga kita dapat melaksanakan kewajiban kita yakni menuntut ilmu. Segala
rasa syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Sang Pencipta karena atas
kuasanya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu
matakuliah, kepada teman kelompok, kepada para pembaca dan kepada kedua
orang tua. Dengan ditulisnya makalah ini yang memberikan penjelasan tentang
“strategi pemberdayaan” penulis berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih dalam kepada para pembaca serta penulis berharap makalah
ini dapat menjadi sumber referensi bagi cifitas akademika.

Dalam suatu lingkup masyarakat tentu terdapat berbagai kalangan seperti ada
kalangan elit, kalangan ini adalah mereka yang sudah mampu mentas dari masalah
perekonomian, kemudian kalangan yang prasejahtera, mereka ini kalangan orang
yang belum mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari adanya kalangan
prasejahtra inilah suatu program pemberdayaan harus dijalankan atau diterapkan
guna membangun suatu masyarakat. Dalam membangun masyarakat diperlukan
adanya pengorganisasian dalam pengenabngan masyarakat untuk membuat suatu
program lebih terstruktur.

Semoga kita dapat mengimplementasikan dengan baik apa yang kita pelajari
dalam mata kuliah ini sehungga ilmu yang kita miliki benar bisa bermanfaat
dimasyarakat. Tentu tantangan akan banyak sekali jika kita terjun dalam dunia
pemberdayaan tetapi inilah bentuk betapa diperlukannya peran para pengembang
masyarakat untuk pemberdayaan.

Pekanbaru, 15 September 2023

PENULIS
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….…… 4

1.1 Latar Belakang………………………………………………….... 4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………... 4

1.3 Tujuan…………………………………………………….……… 4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………. 5

2.1 Strategi pemberdayaan individu…………………………………. 5

2.2 Strategi pemberdyaan kelompok………………………………….17

2.3 Strategi pemberdayaan masyarakat……………………………….21

BAB III PENUTUP………………………………………………………… 25

3.1 Kesimpulan………………………………………………………. 25

3.2 Saran…………………………………........................................... 25

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 26
4

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1 Latar belakang.

Dalam upaya mewujudkan Indonesia emas 2045 peran para pemberdaya,


fasilitator, sebagai pendamping masyarakat akan berganti. Para orang orang atau
pejabat yang sudah tua akan berganti sesuai fase kehidupannya tentu dengan
bergantinya orang-orang seperti ini peran generasi muda di masa sekarang akan
sangat membantu Indonesia untuk menuju menjadi emas di beberapa tahun dan
datang sebagai seorang generasi muda tentu perlu peduli tentang apa yang terjadi
di sekitar masyarakat bahkan lebih baik lagi jika kita terus terjun bersama
masyarakat memahami masalah yang ada di masyarakat dengan begitu kita dapat
mengerti aspirasi dari masyarakat. Dalam mata kuliah ini akan dibahas berbagai
strateg dan cara tentang pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

2.2 rumusan masalah.

2.2.1 Bagaimana strategi pemberdayaan individu?

2.3.2 Apa itu strategi pemberdayaan kelompok?

2.3.3 Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat

2.3 Tujuan.

2.3.1 Untuk memahami strategi pemberdayaan individu.

2.3.2 Untuk memahami strategi pemberdayaan kelompok.

2.3.3 Untuk memahami strategi pemberdayaan masyarakat.


5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Strategi pemberdayaan individu.

Dalam strategi pemberdayaan individu dgunakan melalui beberapa cara


diantaranya dengan melakukan bimbingan, konseling, stress management, dan
crisis intervensi. Untuk penjelasannya sebagai berikut.

2.1.1 Bimbingan.

1. Pengertian Bimbingan.

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya


sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya sehingga
menemukan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Prayitno dan Erman
Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan


adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis
kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan
untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan
dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self
realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai
penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga. sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada


prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri..
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,
memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dinnya dan
tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
6

Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan


sebagai berikut:

a) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan pribadi.

b) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan


produktif dalam masyarakat

c) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu


yang lain

d) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan


kemampuan yang dimiliki (Amin, 2010)

2. Fungsi Bimbingan.

Fungsi bimbingan secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator


klien dalam upaya mengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri (Arifin, 1979). Fungsi bimbingan
antara lain sebagai berikut:

a) Menjadi pendorong (motivator) bagi klien yang terbimbing timbul


semangat dalam menempuh kehidupan:

b) Menjadi pemantap (stabilitator) dan penggerak (dinamisator) untuk


mencapai tujuan yang dikehendaki;

c) Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan agar


sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan klien serta melihat bakat
dan minat yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya
(Arifin dan Kartikawati: 1995:7).

3. Metode Bimbingan

Metode bimbingan individual merupakan salah satu teknik bimbingan,


melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara individual dan
langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing dengan klien.
Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui
hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata). Dalam
metode ini terdapat dua macam bimbingan yaitu:

a) Bimbingan Direktif (metode mengarahkan.

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha


menghadapi kesulitan yang dihadapi, pengarahan yang di berikan kepada
7

klien ialah dengan memberikan bimbingan secara langsung jawaban-


jawaban terhadap permasalahan yang menjadi permasalahan yang
dihadapi oleh klien.

b) Bimbingan Nondirektif (metode yang tidak mengarahkan.

Cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi


penghambat klien dalam belajar dengan sistem pancingan yang berupa
satu dua pertanyaan yang terarah, selanjutnya klien diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk menceritakan hal-hal yang menghambat jiwanya,
yang kemudian dicatat oleh point-point penting yang dianggap rawan
untuk diberi bantuan..

2.1.2 Konseling

1. Definisi konseling.

Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses


pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Sejalan dengan itu. Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.

Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa


konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang
dihadapi oleh konseli/klien.

2 Macam-macam Konseling

a). Konseling sukarela

Konseling sukarela artinya konseling yang hadir di ruang konseling


atas kesadaran sendiri, berhubungan maksud dan tujuannya. Secara
umum dapat kita kenali cirri-cirri konseling sukarela sebagai berikut:
Hadir atas kehendak sendiri Segera dapat menyesuaikan diri dengan
konselor Mudah terbuka, segera mengatakan persoalannya Bersungguh-
sungguh mengikuti proses konseling Berusaha mengemukakan sesuatu
8

yang jelas Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan Bersedia


mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.

b). Konseling Terpaksa

Konseling terpaksa adalah konseli yang kehadirannya di ruang


belajar karena dorongan orang lain. Adapun karakteristiknya antara lain:
Bersifat tertutup, enggan berbicara, curiga terhadap konselor, kurang
bersahabat, menolak secara halus bantuan konselor. Untuk menghadapi
konseli terpaksa, konselor tidak boleh memaksa untuk memberi bantuan.
Salah satu strategi adalah menjelaskan secara bijak apa yang dimaksud
konseling.

c) Konseling enggan

Salah satu bentu konseli yang enggan adalah banyak bicara. Pada
prinsipnya konseli seperti ini enggan untuk dibantu. Upaya yang bisa
dilakukan untuk menghadapi konseli yang seperti ini antara lain adalah
menyadarkanakan kekeliruannya, memberi kesempatan agar konseli
dibimbing oleh orang lain saja, atau mencarilawan bicara lain.

3 Tujuan Konseling

Terdapat tiga macam tujuan konseling yang dikaji dalam pembahasan kali
ini. Beberapa diantaranya yaitu:

a) Mengubah perilaku yang salah penyesuaian yaitu: perilaku yang tidak


tepat, yang secara psikologis dapat mengarah atau berupa perilaku yang
patologis Sedangkan perilaku yang tepat penyesuaian adalah perilaku
yang sehat dan tidak ada indikasi adanya hambatan atau kesulitan
mental. Individu yang salah penyesuaian perlu memperoleh bantuan agar
berkembang kepribadiannya berlangsung secara baik.

b) Belajar membuat keputusan adalah hal yang paling penting bagi klien.
Tujuan konseling bukan penyesuaian dengan tuntutan masyarakat,
karena adanya perubahan sosial, personal, dan politik. Penyesuaian saja
sebagai tujuan konseling dapat merusak klien sendiri. Karena itu klien
harus membuat keputusan yang lebih tepat untuk dirinya dan masa
depannya. c) Mencegah muculnya masalah yaitu: mencegah jangan
sampai mengalami masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai
masalah yang di alami bertambah berat atau berkepanjangan, dan
mencegah jangan sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan
yang menetap.
9

4. Teknik-Teknik dalam Konseling

Ada beberapa teknik dalam konseling yang akan kita kaji dalam
pembahasan kali ini, diantaranya yaitu:

a. Perilaku Attending

Disebut juga sebagai perilaku menghampiri klien yang mencakup


komponen kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan perilaku
attending yang baik adalah merupakan tiga kombinasi komponen
sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat
pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik dapat:

1) Meningkatkan harga diri klien

2) Menciptakan suasana yang aman

3) Mempermudah ekspresi perasaan klien yang bebas

b. Empati

Ialah kemampuan konselor untuk memasakan apa yang dirasakan


klien, merasa dan berfikir bersama klien. Empati dilakukan bersamaan
dengan attending. Dengan kata lain, tanpa perilaku attending tidak aka
nada empati. Empati ada dua macam yaitu:

1) Empati primer

Yaitu suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan,


pikiran. keinginan, dan pengalaman klien. Tujuannya adalah agar
klien terlibat pembicaraan yang terbuka.

2) Empati tingkat tinggi

Yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran,


keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh
klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

c. Refleksi

Yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada


klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya, refleksi ada tiga
jenis yaitu:
10

1) Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat


memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan
non verbal klien

2) Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk


memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan prilaku verbal dan non verbal klien.

3) Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk


memantulkan ide. pikiran, pendapat klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien

d. Eksplorasi

Yaitu suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan,


pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting karena kebanyakan klien
menyimpan rahasia batin, menutup diri. atau tidak mampu
mengungkapkan pendapatnya dengan terus terang.

e. Bertanya untuk membuka pertanyaan (open question)

Kebayakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan


dengan klien. Hal ini karena sulit menduga apa yang dipikirkan klien
sehingga pertanyaan menjadi pas. Untuk memudahkan membuka
percakapan seorang konselor dilatih keterampilannya bertanya dalam
bentuk open-ended yang memungkinkan munculnya pernyataan-
pernyataan baru dari klien.

F. Dorongan minimal

Upaya utama scoring konselor agar kliennya selalu terlibat dalam


pembicaraan dan dirinya terbuka (self-disclosing). Yang dimaksud
dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat
seperti: oh... ya... terus... lalu, dan...Keterampilan ini bertujuan untuk
membuat agar klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar
pembicaraan mencapai tujuan

g. Interprestasi

Yaitu upaya konselor utuk mengulas pemikiran, perasaan dan


perilaku atau pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang
dinamakan teori teknik interprestasi. Tujuannya untuk memberikan
11

rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti, dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.

h. Mengarahkan (Directing)

Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses


konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Atau dengan kata
lain mengarahkan untuk melakukan sesuatu.

i. Menyimpulkan sementara (Summarizing)

Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan


makin jelas. maka setiap periode waktu tertentu bersama klien perlu
menyimpulkan pembicaraan. Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien
mempunyai pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi
tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanyalah membantu.
Mengenai kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan banyak tergantung
kepada feeling konselor. Tujuannya:

1) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas


balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan.

2) Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara


bertahap

3) Untuk meningkatkan kualitas diskusi

4) Mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara


konseling 1. Memimpin (leading)

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak


melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu
memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan.

J. Fokus

Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat focus


melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.

k. Konfrontasi

Yaitu suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat


adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa
badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kepedihan dan sebagainya. Tujuan teknik ini adalah:
12

1) Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur

2) Meningkatkan potensi klien

3) Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik,


atau kontradiksi dalam dirinya.

l. Diam.

Apakah diam itu teknik konseling?, sebenarnya diam amat penting


dengan cara attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan
tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang palmg ideal diam
nu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan
minimal. Tujuan diam adalah:

1) Menanti klien sedang berfikir

2) Sebagai proses jika klien ngomong berbelit-belit

3) Menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas


berbicara Mengambil Insiatif

Hal ini perlu dilakukan konselor manakala klien kurang


bersemangat utuk berbicara, sering diam, sering diam, dan kurang
partisipasif konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk
berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuannya adalah:

1) Mengambil insiatif jika klien kurang semangat

2) Jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan

3) Jika klien kehilangan arah pembicaraan

m. Memberi nasehat

Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintannya.


Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya,
apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi
nasehat tetap di jaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien, harus
tetap tercapai.

n. Pemberian informasi

Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan


pemberian naschat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya
dengan jujur katakana bahwa tidak mengetahui hal itu
13

o. Merencanakan

Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus dapat membantu


klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action,
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana
yang baik adalah hasil kerjasama konselor dengan klien.

p. Menyimpulkan

Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk


menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut:

1) Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai


kecemasan

2) Memantapkan rencana

5. Fase - Fase Proses Konseling.

a) Fase pertama

Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai


situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada
klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena
masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.

b) Fase kedua

Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk


mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu:
Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan
untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin
tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar
motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula
keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor. Mebangkitkan dan
mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada klien bahwa
klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan
alasan-alasannya secara bertanggung jawab.

e) Fase ketiga
14

Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-


perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di
sini dan saat ini. Kadang-kadang klien diperbolehkan memproyeksikan
dirinya kepada konselor. Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan
celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari
sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien

d) Fase keempat

Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang


pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien
memasuki fase akhir konseling Pada fase ini klien menunjukkan gejala-
gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu
yang unik dan manusiawi. Klien telah memiliki kepercayaan pada
potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya,
pikiran- pikirannya dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini klien secara
sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk "melepaskan" diri dari
konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.

2.1.3 Stress Manajemen.

1. Definisi stress manajemen

Istilah manajemen stress merujuk kepada identifikasi dan analisis


terhadap permasalah yang terkait dengan stress, dan aplikasi dari berbagai terapi
terapeutik untuk mengubah sumber stress atau pengalaman stress (cotton
1990). Manajemen stress ini bergantung pada beberapa faktor, seperti
pelapasan ketegangan lewat katarsis, pemebelajaran kognitif dan pengambilan
insigh, operant conditioning, serta reality testing (slone, dalam cotton 1990).
Dalam proses manajemen ini, baik terapi maupun klien harus memahami makna
stressbagi klien, bagaimana hasil tersebut dialami, dan bagaimana hal itu diatasi
secara adaptif.

Margiati (1999) menambahkan bahwa manajemen stres adalah membuat


perubahan dalam cara anda berpikir dan merasa, dalam cara anda berperilaku,
dan sangat mungkin dalam lingkungan anda. Manajemen stres juga sebagai
kecakapan menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan secara
proporsional.

2. Cara melakukan manajemen stress


15

menurut Cotton dalam mengatasi stres manajemen ada beberapa proses


terapi atau cara, diantaranya sebagai berikut.

a) Terapi inividual

Pada terapi individual, salah satu keuntungan yang dimilki adalah


dapat menangani kasus dengan klien sulitatau dengan masalah yang
cukup berat. Model ini juga menfasilitasi terciptanya hubungan kerjasama
yang baik dan dibutuhkan antara terapis dan klien. Akan tetapi
kelemahan yang yang dapat terjadi adalah pemberian materi yang kerap
mengubah proses terapi didominasi oleh ceramah

b) Terapi kelompok

Terapi kelompok umumnya digunakan dengan


mempertimbangkan alasan praktis, misalnya lebih murah untuk klien,
tidak banyak menghabiskan waktu, dan memungkinkan untuk
menyediakan informasi dari klien lainnya. Dalam terapi kelompok ini,
dijelaskan bahwa terdapat dua tipe kelompok terapeutik dalam
manajemen stress, yaitu kelompok psikoedukasidan kelompok bantuan
bersama (mutual aid group). Kelompok psikoedukasi menekankan
interaksi antara terapis dan klien. Sesi yang dilakukan umumnya terbatas,
akan tetapi terstruktur dengan dengan jelas dan memiliki materi yang
telah disusun sebelumnya. Selanjutnya kelompok bantuan bersama,
indvidu-individuyang memiliki permasalahan yang serupa (misalnya
stress), dikumpulkan dalam sebuah dan kelompok dengan tujuan akan
membantu satu sama lain Interaksi utama yang diutamakan adalah antar
klien. Shulman (dalam cotton 1990) menjelaskan bahwa setiap anggota
memberikan ide pandangan dan anggota lainnya akan merespon atau
memberikan tantangan pada anggota tersebut.

c) Workshop Workshop

Merupakan metode yang serupa dengan kelompok psikoedukasi.


akan tetapi jangka waktunya dipadatkan menjadi hanya beberapa hari
saja. Workshop merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan informasi
kepada peserta, namun kelemahannya terkadang terapis melakukan
workshop dengan jumlah peserta yang terlalu banyak sehingga proses
terpeutik tidak dapatberjalan efektif.

d) Bibliography
16

Bibliography merupakan salah satu cara untuk mengatasi stress


dengan membaca buku, meskipun hal ini belum dapat dibuktikan.
Metode ini berguna jika digunakan dalam terapi individual, dimana klien
yang memiliki kemampuan yang cukup baik dan motivasi tinggi akan
diminta untuk membaca buku-buku bantuan diri (self help). Dengan
begini, proses terapi akan menitiberatkan pada integritas dan analisis
informasi, bukan sekedar memberikan informasi pada klien saja.

2.1.4 Crisis Intervention (Intervensi Krisis)

1. Definisi Intervensi Krisis

. Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat


kemampuan meyelesaikan masalah dan respons coping tidak adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan psikologis. Intervensi krisis adalah metode
pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis, di mana masalah yang
membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera diselesaikan dan
keseimbangan psikis yang dipulihkan. Intervensi krisis merupakan suatu
intervensi ringkas yang dirancangkan khususnya digunakan untuk membantu
individu-individu, keluarga-keluarga dan/atau komunitas-komunitas untuk
mengatasi suatu krisis yang dirasakan dan memperbaiki tingkatan
penanggulangannya. Suatu krisis adalah suatu istilah subyektif, khususnya
dimana krisis dari satu orang akan merupakan tantangan dari orang lain.

Dua orang menghadapi situasi yang sama bisa saja memandang


kesanggupannya untuk mengatasi dan menanggulangi peristiwa itu secara
sangat berbeda. Satu orang bisa saja bereaksi dengan mekanisme-mekanisme
penanggulangannya dan mengatasi peristiwa tersebut, sedangkan mekanisme-
mekanisme penanggulangan lama dari orang lain mungkin saja secara tak tepat
membahas peristiwa tersebut dan orang itu terlempar masuk ke dalam suatu
situasi krisis. Intervensi krisis berusaha mencoba untuk ikut campurtangan dalam
situasi krisis tersebut dengan cara bekerjasama dengan sistem yaitu (keluarga,
komunitas) untuk mendapatkan kembali mekanisme-mekanisme
penanggulangan yang telah terbentuk dan sumber-sumber atau
mengembangkan mekanisme-mekanisme dan sumber-sumber penanggulangan
yang baru yang dapat dimanfaatkan untuk menggempur peristiwa yang menekan
atau berbahaya dan mencegah masalah- masalah psikologis atau fisiologis lebih
lanjut. Intervensi krisis dapat memberikan suatu kesempatan bagi pertumbuhan
dan perkembangan pribadi dengan cara membangkitkan kekuatan-kekuatan
lama, sumber-sumber dan keterampilan-keterampilan penanggulangan dari
individu dan. pada waktu yang sama, mendorong perkembangan kekuatan-
17

kekuatan baru, sumber- sumber dan keterampilan-keterampilan


penanggulangan yang baru semuanya yang dapat dimanfaatkan ketika
menghadapi suatu peristiwa yang menekan atau berbahaya di masa depan.

Sasaran akhir dari intervensi krisis itu adalah untuk mendukung


menyokong metoda- metoda pelanggan yang ada atau menolong individu-
individu membangun kembali kemampuan-kemampuan penanggulangan dan
pemecahan masalah seraya menolong mereka untuk mengambil langkah-
langkah konkret ke arah upaya mengelola perasaan-perasaan mereka dan
mengembangkan suatu rencana aksi.

2. Tujuan Intervensi Krisis

Tujuan dari intervensi krisis antara lain sebagai berikut yang akan kita kaji
pada materi ini.

a) Berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga


individu mencapai tingkat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada
tingkat fungsi yang lebih tinggi.

b) Membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali


keseimbangan emosionalnya.

3. Prinsip Intervensi Krisis

Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara


sistematis yang meliputi:

a) Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji


kekurangan dan kelebihan sistem pendukung individu dan keluarga

b) Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada


prioritas c) Memberikan penanganan langsung

4. Peran Petugas Intervensi Krisis

Peran petugas adalah membantu individu dalam menganalisa situasi yang


penuh stress, mengungkapkan perasaan tanpa penilaian, mencari cara untuk
beradaptasi degan stress dan kecemasan, memecahkan masalah dan
mengidentifikasi strategi dan tindakan, mencari dukungan (keluarga, teman,
komunitas), menghindari stress yang akan datang dengan anticitatory guidance

2.2 Strategi Pemberdayaan Kelompok.

2.2.1 Aras Mezzo


18

Pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap sekelompok klien yang


mana menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan,
pengetahuan dan keterampilan merupakan strategi dalam meningkatkan
kesadaran dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Aras Mezzo
merupakan salah satu dari aras atau matra pemberdayaan (empowerment
setting) dalam konteks pekerjaan sosial. Pemberdayaan dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran
pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Tujuan kegiatan pemberdayaan
dilakukkan terhadap sekelompok klien dengan harapan pemanfaatan kelompok
dapat difungsikan sebagai media, pendidikan, pelatihan dan interfensi sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan,kesadaran,
membentuk sikap serta meningkatkan kemampuan kelompok sasaran ( penerima
manfaat ) dalam mengatasi berbagai pesoalan yang mereka hadapi.

2.2.2 Pendidikan dan Latihan

Notoatmodjo (1992) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan


adalahmerupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama
untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
Simanjuntak mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah
satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga
meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan
produktivitas kerja. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah upaya
peningkatan kemampuan pegawai yang dalam penelitian ini dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihandalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efisien
dan efektif.Selanjutnya ada yang membedakan pengertian pendidikan dan
pelatihan,antara lain Notoatmodjo. Menurut Notoadmodjo (1992) pendidikan di
dalam suatuorganisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah
yang diinginkanoleh organisasi yang bersangkutan. Sedang pelatihan merupakan
bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan atauketerampilan khusus seseorang atau kelompok orang.
Westerman dan Donoghue (1992) memberikan pengertian pelatihan sebagai
pengembangan secara sistimatis pola sikap/pengetahuan/keahlian yang
diperlukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara
memadai. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi
19

atauorganisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan).


Unit yangmenangani pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut PUSDIKLAT
(Pusat pendidikan dan Pelatihan).

Pengembangan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah


satukegiatan penanggulangan kemiskinan yang cukup efektif untuk
mempercepat upaya pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
kapasitas SDM dan perubahan perilaku secara kolektif aparat pemerintah dan
pokmas di desa. Dalam bidang ekonomi misalnya untuk meningkatkan ketahanan
ekonomi masyarakat desa. Dalam bidang lain misalnya menciptakan masyarakat
yang berdaya, yang memiliki kualitas yang unggul dan berperan sebagai aktor
utama pembangunan, pendidikan dan pelatihan tentu merupakan kunci utama di
dalamnya. Rancangan pengembangan pelatihan pemberdayaan masyarakat ini
diharapkan dapatmemberi kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan
keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat desa.Tujuan Umumnya adalah
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku masyarakat dan
aparatur penyelenggara Pemerintahan Desa/Kelurahan sehingga mampu
memberdayakan serta membangun diri dan lingkungannya secara mandiri.

Sasaran kegiatan Pengembangan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat


meliputi :

1. Perangkat Desa

2. Pengurus Kelompok-kelompok Masyarakat pemilik usaha yang terdiri


dariPokmas pertanian, Pokmas peternakan, Pokmas perikanan, Pokmas
perdagangan dan Pokmas kerajinan.

3. Anggota Kelompok Masyarakat adalah masyarakat pelaku usaha dan


ataucalon pelaku usaha di bidang pertanian, peternakan, perikanan,
perdagangandan kerajinan yang memiliki minat dan motivasi untuk
mengembangkanusaha yang digelutinya sebagai upaya meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraannya.

2.2.3 Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok secara harfiyah merupakan sebuah kata majemuk,


terdiri dari dinamika dan kelompok, yang menggambarkan adanya gerakan
bersama dari sekumpulan orang atau kelompok dalam melakukan aktivitas
organisasi. Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan,
perubahan atau perkembangan dari suatu bidang tertentu, atau suatu sistem
20

ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur yang
satu dengan yang lain, karenaadanya pertalian yang langsung diantara unsur-
unsur tersebut. Pengertian dinamika ini lebih menekankan pada gerakan yang
timbul dari dalam dirinya sendiri, artinya sumber geraknya berasal dari dalam
kelompok itu sendiri, bukan dari luar kelompok.

Tujuan dinamika kelompok yang diinginkan untuk setiap kelompok dalam


organisasi berfungsi:

1)Sebagai lumbung dari ide yang ingin dilaksanakan.

2)Sebagai ikatan jiwa antara anggota kelompok.

3)Menjadi sasaran dan juga menjadi sumber dari konsep perencanaan


kerja.

4)Menjadi motivasi dalam mengadakan persaingan/aktivitas.

5)Menjadi perangsang untuk mendapatkan kepuasan kerja.

6)Menjadi arah yang tetap dalam menjalankan tugas kelompok.

Paling tidak sebagai petugas pembangunan harus mengenal empat


macam jenis pola interaksi yang terjadi di kelompok/masyarakat, yaitu:

1) Acting dimisalkan suatu masyarakat desa bekerjasama memperbaiki


jalan desa dengan mengerahkan 100 orang untuk memperbaiki jalur
sepanjang 1km. Untuk pemerataan berarti 1 orang bisa mendapat bagian
10 meter, yangmempersatukan anggota kelompok adalah adanya
pembagian tugas dan tujuan pekerjaan itu sendiri. Dalam hal ini tidak ada
gambaran bahwa antara individu itutidak ada usaha untuk saling sama-
sama bekerja sesuai dengan tugasnya. Dinamika tersebut pada tujuan
yang ingin dicapai yaitu peningkatan kualitas pelayanan produk terhadap
pengguna.

(2) Interacting, maksudnya adalah adanya kerjasama antara beberapa


kelompok padasatu pola kerja yang sama, misalnya untuk memperbaiki
jembatan yangmenghubungkan dua desa lurus disusun rencana kerja
sedemikian rupa, sehinggasikap kelompok dari desa, perlakuan yang
wajar/adil, semangat kebersamaan akan pekerjaan seperti ini mulai diuji.
Kerjasama seperti itu diperlukan rasa persatuan,solidaritas dan rasa
senasib sepenanggungan diantara anggota kelompok. Dalam bentuk
interacting diperlukan seorang pemimpin yang dapat
mempersatukanseluruh anggota kelompok dalam mencapai tujuannya.
21

(3)Co-acting mengandung pengertian bahwa antara individu dalam


kelompok ituterdapat kerjasama yang erat dalam mencapai/mewujudkan
suatu tujuan, misalnyauntuk memenangkan lomba, semua pemain
kesebelasan permainan haruskompak/solid, tidak bisa sendiri-sendiri atau
misalnya dua orang pemuda yangmau memikul bersama suatu balok kayu
yang besar, diperlukan kerjasama dengan baik diantara mereka ketika
sedang mengangkut kayu tersebut. Dinamikayang terjadi adalah proses
interaksi anggota dalam mempelajari tujuan berdasarkan komando
pemimpin kelompok.

(4)Counter acting dimaksudkan dengan adanya persaingan dari anggota-


anggotakelompok, untuk mengatasnamakan kelompoknya. Dalam proses
interaksi ini jugatersimpan tujuan dari anggota kelompok untuk mencapai
prestasi dengan mendidik anggota terpilih mewakili kelompoknya. Pada
counter acting ini bisa dipraktekkandalam kegiatan pembangunan
masyarakat, misalnya petugas pembangunan bisa membangkitkan
motivasi dalam semangat kerja kelompok untuk mengejar ketinggalan,
melalui pendekatan “Persaingan” diantara kelompok yangrelatif maju
dengan yang tertinggal, karena secara psikologis mereka tidak
maudikatakan mengejar ketinggalnnya dari kelompok lain, sehingga
dalam wakturelatif singkat kelompoknya sudah maju.

2.3 Strategi Pemberdayaan masyarakat

Pengertian strategi ditinjau secam segi etimologi, kata strategi berasal


dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer
dan ag yang berati memimpin. Pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai
generalship atau siasat yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat
rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang (Purnomo dan
Zulkiflimansyah, 1999). Arti lain dari kata strategi yang masih berasal dari Yunani,
yaitu strategos yang berarti jendral (Steiner dan Minner, 2000). Strategi pada
mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk
mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua
kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama
(Rafi'udin dan Djalil, 2001). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
disebutkan bahwa istilah strategi adalah suatu ilmu yang menggunakan sumber
daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.

Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau


kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun
22

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan


mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif
terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan (Adi, 2000).
Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik.
dan tidak berdaya menjadi berdaya Pemberdayaan terkait dengan upaya
peningkatan hidup ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang
dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi (Diana,
1997).

Strategi pemberdayaan dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan


dapat saja di lakukan secara individual: meskipun pada gilirannya strategi ini pun
tetap berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber
atau sitem lain di luar dirinya. Dalam kontek pekerjaan sosial, pemberdayaan
dapat dilakuakan melalui tiga arus atau matra pemberdayaan (empowerment
setting): mikro, mezzo, dan makro.

2.3.1 Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large system
strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang
lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial,
lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa
strategi dalam pendekatan ini, Strategi sistem besar memandang klien sebagai
orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi- situasi mereka
sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.

2.3.2 Perumusan Kebijakan

Perumusan kebijakan merupakan suatu tindakan dan interaksi


dilingkungan stake holder yang menghasilkan output dalam bentuk kebijakan.
Menurut Laswell (dalam Dunn, 1998) bahwa tujuan ilmu-ilmu kebijakan tidak
sekedar untuk memberikan pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka
pelaksanaan demokrasi. Secara singkat penekanan khususnya adalah
perwujudan manusia baik secara teori maupun fakta.

2.2.3 Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model)

Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk


menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan
23

(buta huruf), kesehatan masyarakat yang burak dll. Berbeda dengan


pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada
"tujuan tugas" (task goal). Sistem klien perencanaan social umumnya adalah
kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau kelompok rawan sosial-
ekonomi seperti para lanjut usia, orang cacat, janda. yatim piatu, wanita tuna
sosial. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang
mereka sebagai "konsumen" atau "penerima pelayanan". Keterlibatan para
penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan
pemecahan masalah bukanlah masalah prioritas, karena pengambilan keputusan
di lakukan oleh para pekerja sosial, di lembaga lembaga formal semisal di
lembaga formal, semisal lembaga kesejahteraan sosial pemerintah (Depsos) atau
Swasta (LSM).

2.3.4 Kampanye

Kampanye adalah suatu aktifitas komunikasi atau kegiatan penyampaian


informasi yang dilakukan secara terencana untuk mendidik, meyakinkan,
mempenganihi serta mengambil simpati individu atau masyarakat, menggunakan
berbagai media untuk memenuhi target dalam satuan waktu tertentu. Menurut
Venus ( 2004), berdasarkan tujuannya kampanye dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis, yaitu:

1) Kampanye sosial adalah suatu kegiatan berkampanye yang


mengkomuniaksikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial
kemasyarakatan. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang
sedang terjadi.

2) Kampanye bisik yaitu kempanye yang dilakukan melalui gerakan untuk


melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan menyiarkan
kabar angin.

3) Kampanye promosi adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan


dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan
penjualan dan sebagainya.

4) Kampanye politik yaitu kampanye yang menyampaikan pesan-pesan


kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa
dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian
masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari pantai tersebut
untuk menentukan dipilih atau tidak. Menurut Gregory (2010), proses
24

penyampaian pesan atau informasi dalam komunikasi kampanye


dilakukan melalui tiga proses yaitu sebagai berikut:

1) Awareness, publik dilibatkan dalam proses kognitif pada level


pengertian yang baru. Level ini dapat dikatakan sebagai promosi awal
untuk mendapatkan perhatian publik dengan memberikan informasi dan
pengetahuan yang dapat menarik publik untuk berfikir lebih jauh tentang
suatu permasalahan.

2) Atitudes and Opinion, membentuk kebiasaan atau pandanagan


tertentu terhadap suatu subjek atau permasalahan. Atitude berfokus
pada reaksi yang ditimbulkan dalammenerima informasi, hal ini berkaitan
dengan kemampuan afektif (perasaan yang menyangkut aspek
emosional) dan dapat menimbulkan ketertarikan (interest), penerimaan
(acceptable). atau penolakan (rejection).

3) Behavior, menarik publik untuk mlakukan suatu tindakan, biasa disebut


konatif. Hal tersebut dilakukan dengan mempromosikan suatu respon
yang diinginkan dengan melibatkan tindakan yang harus dilakukan.

2.3.5 Model Aksi Sosial (Social Action Model)

Model ini menekankan tentang betapa pentingnya penanganan kelompok


penduduk yang tidak beruntung secara terorganisasi, terarah dan sistematis.
Juga, meningkatkan kebutuhan yang memadahi bagi kebutuhan masyarakat yang
lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai
dengan keadilan social atau demokrasi. Model ini bertujuan mengadakan
perubahan yang mendasar di dalam lembaga utama atau kebiasaan-kebiasaan
masyarakat. Model aksi sosial ini menekankan pada pemerataan. kekuasaan dan
sumber-sumbernya, atau dalam pembuatan keputusan masyarakat dan
mengubah dasar kebijakan organisasi-organisasi formal. Tujuan dan sasaran
utama aksi sosial adalah perubahanperubahan fundamental dalam kelembagaan
dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution
of power) sumber (distribution resources) dan pengambilan keputusan
(distribution of decision making). Pendekatan aksi sosial ini di dasari suatu
pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi
korban ketidak adilan struktur. Mereka miskin karena di miskinkan, mereka
lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak di berdayakan, oleh
kelompok elit yang menguasai sumber-sumber ekonomi politik dan
kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan
hasil. Masyarakat di organisir melalui proses penyadaran, pemberdayaaan dan
25

tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar memenuhi


prinsip demokrasi, kemerataan (equality dan keadilan).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui


usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya sehingga menemukan kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial. Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan
bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau


kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih
baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan
sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan
kepada perubahan (Adi, 2000). Pemberdayaan bisa diartikan sebagai
perubahan kepada arah yang lebih baik. Dan tidak berdaya menjadi
berdaya Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan hidup
ketingkat yang lebih baik.

B. Saran

Demikian penjelasan materi yang dapat penulis paparkan apabila


terdapat kesalahan dalam penulisan mohon dimaafkan karena penulis
masih dalam tahap proses belajar dan kemudian untuk kritik dan saran
mohon diberikan untuk penulis agar lebih baik dalam membuat karya
ilmiah kedepannya terima kasih atas waktu nya sudah mengkaji bersama-
sama makalah ini.
26

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pengembangan Masyarakat Islam, (wacana dan praktik), Zubaedi, 2018,


Rawa Mangun, Jakarta.

Jurnal IMPLEMENTASI PENDEKATAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT FEMINIS


ISLAMIS DALAM MEMERANGI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI
INDONESIA, Dorita Setiawan.

Laras Hamid, Strategi Pemberdayaan Kelompok, 31 Maret 2020.

Maulidya Arista, Aras Makro, 7 April 2020

Skripsi, Islahul Ummah, PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM UPAYA


PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI DUSUN PUCUNG DESA NGRENCAK
KECAMATAN PANGGUL KABUPATEN TRENGGALEK.

Yuniar Susilo Wati, jurnal strategi pemberdayaan individu, Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai