NIM : 200202048
BAB I
PENDAHULUAN
Dilihat dari kacamata kehidupan, tersentuh hati melihat anak-anak kecil yang
mengemis di pinggir-pinggir jalan meminta simpati masyarakat bagi memberi
peluang mereka. Kadang saya berpikir dan mencoba menelaah, kenapa itu jalan
yang menjadi pilihan mereka, jawaban yang ditemui ialah pilihan apalagi yang
ada.Menjadi pengemis bukan hal yang manis di mata umum. Ibarat kata
pepatah,”Tangan yang memberi lebih baik dari pada yang menerimanya. Anak
jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang
mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan
dengan keluarganya. Realitanya, tidak semua orang akan bermurah hati pada
setiap hari untuk menghulur bantuan. Hakekatnya pekerjaan pengemis juga ada
harga diri. Tidak semua yang terlibat dalam pekerjaan meminta itu mau berbuat
demikian dan ada segelintir pengemis mengakui, metal mereka tidak kuat untuk
berhadapan dengan masyarakat, akhlak dan moralitas anak tersebut juga menjadi
buruk. Seharusnya anak memiliki hak utuk hidup bebas, tumbuh, berkembang
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan pemberdayaan pemerintah.
2
Menurut Haba (1996) dalam Nurhardjamo terdapat dua terminologi untuk
anak jalanan yaitu Children on the stree dan children of the street. Children on the
street merujuk pada anak-anak yang bekerja di jalanan sementara children of the
street merujuk pada anak-anak yang bekerja dan bermukim di sembaranagan
tempat dijalanan seperti emperan toko, taman kota,stasiun KA, pasar dan
sebagainya. mereka biasanya sudah tidak mempunyai kontak dengan orangtua
ataupun keluarganya dengan batas usisa antara 6-18 tahun.1 Dalam penelitian anak
jalanan prakerja yang saya teliti mengacu pada Children on the street dan sudah
sangat jelas dikatakan diatas mengenai hal tersebut.
Anak jalanan prakerja yaitu anak yang usianya masih dibawah 18 tahun serta
sebagian waktu mereka di habiskan di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan,
tempat-tempat hiburan) selama 3-24 jam untuk melakukan aktivitas ekonomi.
Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 6 – 18 tahun, berada
di jalanan lebih dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran
di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, dan
mobilitasnya tinggi. Biasanya pekerjaan yang mereka lakukan di jalanan sebagai
penyemir sepatu, penjual asongan, pengamen, pengemis di persimpangan jalan
atau di terminal, pengelap kaca mobil, parkir liar, bahkan membersihkan bus
umum.
3
jalanan prakerja untuk menghulur bantuan. Hakekatnya anak jalanan prakerja juga
ada harga diri. Tidak semua yang terlibat dalam pekerjaan meminta itu mau
berbuat demikian metal mereka tidak kuat untuk berhadapan dengan masyarakat,
akhlak dan moralitas anak tersebut juga menjadi buruk. Seharusnya anak memiliki
hak utuk hidup bebas, tumbuh, berkembang secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat manusia serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
pemberdayaan pemerintah.
4
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Kondisi anak jalanan sebenarnya selalu penuh ancaman baik dalam aparat
yang berminat memberantas keberadaan tanpa menawarkan solusi
permasalahannya, merekapun kerap mendapat ancaman dari preman-preman yang
selalu mengganggu mereka serta berbagai bentuk depresi sosial, ekonomi kultural,
2
Dr.Bagong Suryanto,” Masalah Sosial Anak”, Peradamedia Group Jl
Tambra Raya No,23 Jakarta 2010, 430 Hlm.
3
Zahra Meutia Ramadhani, Laila Meiiyandrie Indah Wardani. “
Regulasi Emosi Wargabinaan dan anak jalanan, 2005.
5
hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan mereka.4 Anak jalanan
mempunyai ciri khusus yang dibagi menjadi ciri fisik dan ciri psikis. adapun ciri-
ciri fisik dari anak jalanan adalah: warna kulit yang kusam (disebabkan jarang
mandi, tersentuh air serta sengatan panasnya sinar matahari), rambut berwarna
kemerah-merahan dan acak-acakan, kebanyakan berbada kurus (hal ini karena
ketidaksteraturan makan sehari sehari yang tak pernah di perhatikan dan sering tak
terpenuhi, pakaian tak terurus dan kuman. dari ciri-ciri psikis anak jalanan adalah
mobilitas tinggi, bersikap acuh, sangat sensitiv, berwatak keras, memiliki semngat
ilmu yang tinggi, mandiri, dan penuh curiga.5 Dalam banyak kasus anak jalanan
sering hidup dan berkembang dibawah tekanan dan stigma atau cap sebagai
penganggu ketertiban. perilaku mereka sebenarnya merupakan sekuensi logis dari
stigma sosial dan keterasingan mereka dalam masyarakat. tidak ada yang berpihak
pada mereka dan justru perilaku mereka sebenarnya mencerminkan cara
masyarakat memperlakukan mereka serta harapan masyarakat terhadap perilaaku
mereka.6
B. Pastoral Konseling
4
Gunawan Purmadi Dan Nila Ardina, Anak jalanan dipinggir harapan,
Duta awan Jakara 1997, h.3
5
Badan Ksejahteraan Sosial Nasional, h.7.
6
Dr Bagong Suyanto,” Masalah Sosial Anak”,predamedia Group Jl. Tambra no, 23 Rawamangu
jakarta 2006. 351 Hlm.
7
Nurharjadno, Seksualitas Anak Jalanan, h.16.
6
ideal (sesuai dengan kondisinya) yang memungkinkan konseli itu betul-betul
dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya persoalannya
kondisi hidupnya dimana dia berada dan sebagainya yang kemudia akan membuat
dia mengerti dengan permasalahan yang dia hadapi dan bagimana konseli tersebut
mengatasi atau menyelesaikan permasalahan yang dia miliki. Kata lain pastoral
konseli adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seorang pendeta
atau konselor kepada orang yang membutuhkan bantuan atau konseli dengan
berlandaskan Alkitab dan di kombinasikan dengan teknik dan model pendekatan
yang ada.8
Model dan pendekatan konseling untuk anak jalanan prakerja yang saya teliti
mengacu pada pendekatan Behavioral (Behavioral).Ada beberapa tokoh yang
menjadi penemu model ini diantaranya Albert Bandura (1925-kini), Joseph Wolpe
(1915-1997), Alnold Allan Lazarus (1932-2013) dan Alan E. Kazdin (1945-kini).
8
J. Saputri.”Pastoral Konseling sebagai Strategi Pengembalaan untuk
menuju Gereja yang Bertumbuh”. https://osf.io. Diakses 29 Maret 2021.
9
Stimson Hutagalung, Bartholomeus D, Naenggolan Alvyn Cesarianto Hendriks,
Yane Restuati Walukouw, Reimanreymand Hutabarat, Ester Karossekali,
Freddy Manurung, Joseph Hamanangan Sianipar, Mangadar Simbolon,
Melshutabarat Dan Rudolf Weindra Sagala.”KONSELING PASTORAL”.Yayasan
Kita Menulis.Jakarta.Cetakan 1 Maret 2021.192 Hlm.
7
Model ini membuat ukuran-ukuran keberhasilan dari konseling serinci mungkin
sebagai bahan evaluasi nantinya. Perilaku normal diperoleh dari proses menirukan
dan penguatan ransangan. Proses pastoral konseling, konselor akan membantu
konseling dengan cara menghilangkan perilaku menyimpang dan belajar
tingkalaku yang lebih efektif.10
10
Netrawati, Khairani, Yeni Karneli, Upaya Guru BK untuk Mengentaskan
Masalah-Masalah Perkembangan Remaja dengan Pendekatan
Konseling Analisis Transaksional, (Counseling, Vol 2, 2018), h. 6.
8
BAB III
1. Fisik
Keadan yang ada pada anak ini berbeda dengan anak kaum marginal
pada umumnya. Tubuh yang tidak terawat menandakan kurangnya asupan
gizi yang layak untuk kebutuhan anak tersebut, penampilan yang ada pada
anak tersebut memprihatinkan di keseluruhannya, pakaian yang ia kenakan
robek kecil di beberapa sela baju maupun celana, tetapi masih memiliki
kekuatan untuk mencari uang agar dapat membantu keluargannya.
2. Mental
Mental anak tersebut terlihat lumayan kuat karena sudah terbiasa
dengan pekerjaannya yang harus saling membantu dengan orangtuanya.
walupun ada beberapa tekanan yang harus ia hadapi dari orangtuanya agar
dapat membantu dalam mencari kardus bekas. Tetapi semua itu sudah di
jadikan kebiasan bagi anak tersebut dan menjadi suatu kekuatannya dalam
melakukan kewajibannya.
3. Sosial
Pergaulan di dalam lingkungan sekitarnya memiliki hubungan yang
sanagt bagus baik terhadap keluarga maupun teman-temannya, walupun
anak ini pendiam dan pandai bergaul, ada beberapa sisi pergaulan yang
terlihat secara langsung dari lingkungan sosialnya yaitu beberapa dari
hubungan pertemanannya, ada yang tidak ingin bergaul dengan anak
tersebut karena sifatnya pendiam serta termasuk kehidupan orangtuanya
yang memprihatinkan.
4. Spiritual,
9
Ia sangat baik terhadap orang sekitar, Ia adalah anak yang memiliki
karakter yang baikserta memiliki hubungan dekat dengan Tuhan, karena
Pendeta juga sering berkunjung dan membuka tempat bagi anak anak
seperti dia untuk belajar bersama walaupun berbeda pandangan agama,
untuk membentuk hubungan yang harmonis dan saling dapat saling
mengasihi satu sama lain.
10
BAB IV
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12